Upload
warnet-raha
View
40
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUSDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN MUNATAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikandi Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
HASLIAPSW.B.2013.IB.0014
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA2016
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Identifikasi Ibu Hamil dengan AbortusDi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten MunaTahun 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes Rosmina Susen, SST
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna.
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Identifikasi Ibu Hamil dengan AbortusDi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten MunaTahun 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes Rosmina Susen, SST
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna.
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Identifikasi Ibu Hamil dengan AbortusDi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten MunaTahun 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes Rosmina Susen, SST
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna.
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (...........................................)
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes (............................................)
3. Rosmina Susen, SST (............................................)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes Rosmina Susen, SST
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (...........................................)
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes (............................................)
3. Rosmina Susen, SST (............................................)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes Rosmina Susen, SST
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (...........................................)
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes (............................................)
3. Rosmina Susen, SST (............................................)
Raha, Juli 2016
Pembimbing I Pembimbing II
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes Rosmina Susen, SST
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
iv
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Haslia
2. Nim : 2013. IB. 0014
3. Tempat Tanggal Lahir : Barangka, 23 Agustus 1994
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Muna/ Indonesia
7. Alamat : Desa Barangka, Kec. Barangka, Kabupaten
Muna Barat
B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 2 Barangka tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 1 Barangka tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 1 Barangka tamat tahun 2013
4. Mengikuti Pendidikan Diploma III Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna dan Insya Allah akan menyelesaikannya tahun 2016.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Identifikasi Ibu Hamil dengan Abortus di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015 “.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak hambatan dan kesulitan
yang dijumpai, namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku pembimbing I sekaligus Direktur
Akademi Kebidanan Paramata Raha dan Ibu Rosmina Susen, SST selaku
pembimbing II atas kesediaannya berupa waktu, bimbingan, motivasi, pengarahan
dan dorongan moril begitu sangat berharga.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas pula dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini dengan penuh
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak La Ode Muhlisi, S.Kep., M.Kes selaku ketua Yayasan Pendidikan
Sowite Akademi Kebidanan Paramata Raha dan sekaligus sebagai penguji
Karya Tulis Ilmiah.
2. Ibu Wa Ode Siti Asma, S.ST, M.Kes selaku Pudir I Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna.
vii
3. Ibu Sartina, S.ST selaku Pudir III Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna.
4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan
keterampilan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama mengikuti
pendidikan.
5. Ibu Sitti Nur Azizah, AM.Keb selaku Kepala Ruangan Kamar Bersalin Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang telah membantu penulis dalam
pengambilan data.
6. Terkhusus kepada ibundaku Wa Karanta dan ayahandaku La Koete tercinta
yang telah mencurahkan kasih sayang, motivasi, doa dan pengorbanan materi
maupun non materi yang diberikan kepadaku selama mengikuti pendidikan
serta adikku tersayang yang selalu memberi dukungan dan selalu
menyayangiku.
7. Untuk rekan-rekan seperjuangan dalam mengikuti pendidikan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Angkatan 2013, serta pihak yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas dorongan, semangat
dan kebersamaannya selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT memberikan imbalan
yang setimpal atas jerih payah dari semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Raha, Juli 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISIHalaman Judul......................................................................................... iLembar Persetujuan................................................................................. iiLembar Pengesahan ................................................................................ iiiRiwayat Hidup ........................................................................................ ivKata Pengantar ........................................................................................ vDaftar Isi.................................................................................................. viiiDaftar Tabel ............................................................................................ ixPernyataan ............................................................................................... xIntisari ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1A. Latar Belakang ............................................................................ 1B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5D. Manfaaat Penelitian..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 7A. Telaah Pustaka ............................................................................ 7
1. Kehamilan ............................................................................. 72. Abortus.................................................................................. 11
B. Landasan Teori............................................................................ 29C. Kerangka Konsep ........................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 32A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 32B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 32C. Subyek Penelitian........................................................................ 32D. Identifikasi Variabel Penelitian................................................... 32E. Variabel dan Defenisi Operasional ............................................. 33F. Instrumen Penelitian.................................................................... 34G. Pengolahan dan Analisis Data..................................................... 34H. Jalannya Penelitian...................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN....................... 36A. Hasil Penelitian ........................................................................... 36
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 362. Karakteristik Responden ....................................................... 40
B. Pembahasan................................................................................. 42
BAB V KESIMPULAN dan SARAN .................................................. 47A. Kesimpulan ................................................................................. 47B. Saran............................................................................................ 47
Daftar Pustaka....................................................................................... 49Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Variabel dan defenisi operasional...................................................... 33
Tabel 2 : Distribusi karakteristik responden berdasarkan paritas...................... 41
Tabel 3 : Distribusi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan................. 41
Tabel 4 : Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur........................ 42
x
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidakterdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaandisuatu perguruan tinggi, disepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapatkarya atau pendapat yang pernah dan ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftarpustaka.
Raha, Juli 2016
Haslia
xi
INTISARI
HASLIA. (PSW.B.2013.IB.0014) “Identifikasi Ibu Hamil denganAbortus di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun2015” dibimbing oleh Ibu Rosminah Mansyarif dan Ibu RosminaSusen.
Latar Belakang : Data yang diperoleh di Ruang Kebidanan RumahSakit Umum Daerah Kabupaten Muna dalam tiga tahun terakhir, angkakejadian abortus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 kejadianabortus sebanyak 51 orang, tahun 2014 meningkat menjadi 67 orang danpada tahun 2015 kejadian abortus kembali meningkat sebanyak 81orang.Metode : Penelitian deskriptif yaitu menggambarkan suatu kondisi ataufenomena yang terjadi pada suatu kelompok subjek tertentu dengan jumlahpopulasi 81 orang dan sampelnya sebanyak 81 orang dengan teknikpengambilan sampel total sampling.Hasil : Ibu hamil dengan abortus yang memiliki paritas 1-4 sebesar65,43%, paritas 0 sebesar 11,12% dan paritas >4 sebesar 23,45%.Pekerjaan IRT sebesar 53,08%, tani sebesar 38,28%, PNS sebesar 6,17%dan swasta sebesar 2,47%. Umur 20-35 tahun sebesar 56,80%, umur >35sebesar 37,03% dan umur <20 sebesar 6,17%.Kesimpulan : Ibu hamil dengan abortus ditinjau dari segi paritas sebesar33,33%, ditinjau dari segi pekerjaan sebesar 30,87%, dan ditinjau dari segiumur sebesar 35,80%.
Kata Kunci : Abortus, paritas, pekerjaan, umurDaftar Pustaka :22 literatur (2009-2015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah
suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20
minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur (Nugroho, 2010).
Abortus merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang menyebabkan
kematian ibu yaitu sebesar 5%, WHO memperkirakan diseluruh dunia dari 46 juta
kelahiran pertahun terdapat 20 juta kejadian abortus. WHO juga memperkirakan
4,2 juta abortus terjadi setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta
dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia,
antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, dan antara 300.000 sampai 900.000 di
Thailand. Angka kematian ibu karena abortus yang tidak aman diperkirakan
100.000 wanita setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di Negara-negara
berkembang termasuk Indonesia (Matjino, 2013).
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian
wanita tiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan
di tahun 2013. Sedangkan jumlah total kematian wanita di tahun 2013 adalah
sebesar 289.000 kematian. Jumlah ini telah menurun sebesar 45% bila
dibandingkan tahun 1993 dimana Maternal Mortality Ratio (MMR) pada tahun
2
tersebut sebesar 380 dan jumlah kematian wanita sebesar 523.000. Negara
berkembang memiliki jumlah MMR empat belas kali lebih tinggi dibandingkan
negara maju (Rahmani, 2013).
Dari semua target MDGs, kinerja penurunan angka kematian ibu secara
global masih rendah. Di Indonesia sendiri angka kematian ibu melahirkan
(MMR/Maternal Mortality Ratio) menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi
228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Target pencapaian MDGs pada
tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan
kerja keras untuk mencapai target tersebut. Walaupun pelayanan antenatal dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih cukup tinggi, beberapa
faktor seperti risiko tinggi pada saat kehamilan dan aborsi perlu mendapat
perhatian. Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan
meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang
dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi. Kedepan, upaya peningkatan kesehatan ibu diprioritaskan
pada perluasan pelayanan kesehatan berkualitas, pelayanan obstetrik yang
komprehensif, peningkatan pelayanan keluarga berencana dan penyebarluasan
komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat (Status Pencapaian MDGs
Indonesia, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan
ibu disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti kesehatan ibu belum baik.
Sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik.
Berdasarkan survey terakhir tahun 2012 yang dilakukan oleh Survei Demografi
3
dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI menunjukan kenaikan dari 228 ditahun
2007 menjadi 359 kematian ibu poer 100.000 kelahiran hidup ditahun 2012
(Rahmani, 2013).
Di Sulawesi Tenggara AKI masih cukup tinggi, adapun kabupaten / kota
tertinggi yang mengalami kematian yakni Konawe Kepulauan sebesar 486
kematian ibu per 100.000 KH, Kolaka Utara sebesar 351 dan di susul
Kabupaten Muna sebesar 345 kematian. AKI terendah di Konawe, yakni
sebesar 68 disusul kota Kendari sebesar 72 kematian. Terdapat satu kabupaten
yang tidak ada kasus kematian ibu selama tahun 2014 yaitu kabupaten Buton
Utara (Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2014).
Jumlah kematian ibu hamil di Kabupaten Muna tahun 2013 sebanyak 4
orang, tahun 2014 sebanyak 1 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 2 orang.
Sedangkan jumlah ibu hamil yang mengalami abortus pada tahun 2013 yaitu
sebanyak 181 orang 1 diantaranya mengalami kematian, pada tahun 2014
sebanyak 230 orang dan tahun 2015 sebanyak 206 orang (Dinas Kesehatan
Kabupaten Muna, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna, dalam tiga tahun terakhir angka kejadian
abortus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 kejadian abortus sebanyak 51
orang, terdiri dari abortus inkomplit sebanyak 34 orang, missed abortion
sebanyak 5 orang, abortus profokatus sebanyak 6 orang, dan abortus infeksiosa
sebanyak 6 orang. Pada tahun 2014 meningkat menjadi 67 orang yang terdiri
dari abortus inkomplit sebanyak 55 orang, abortus imminens sebanyak 4 orang,
4
dan missed abortion sebanyak 8 orang. Pada tahun 2015 kejadian abortus
kembali meningkat yaitu sebanyak 81 orang, terdiri dari abortus inkomplit
sebanyak 65 orang, abortus imminens sebanyak 21 orang, dan missed abortion
sebanyak 14 orang.
Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Identifikasi Ibu Hamil dengan Abortus di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Jumlah kematian ibu hamil di Kabupaten Muna tahun 2013 sebanyak 4
orang, tahun 2014 sebanyak 1 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 2 orang.
Sedangkan jumlah ibu hamil yang mengalami abortus pada tahun 2013 yaitu
sebanyak 181 orang 1 diantaranya mengalami kematian, pada tahun 2014
sebanyak 230 orang dan tahun 2015 sebanyak 206 orang (Dinas Kesehatan
Kabupaten Muna, 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Ruang Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna, dalam tiga tahun terakhir angka kejadian
abortus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 kejadian abortus sebanyak 51
orang, terdiri dari abortus inkomplit sebanyak 34 orang, missed abortion
sebanyak 5 orang, abortus profokatus sebanyak 6 orang, dan abortus infeksiosa
sebanyak 6 orang. Pada tahun 2014 meningkat menjadi 67 orang yang terdiri
dari abortus inkomplit sebanyak 55 orang, abortus imminens sebanyak 4 orang,
dan missed abortion sebanyak 8 orang. Pada tahun 2015 kejadian abortus
kembali meningkat yaitu sebanyak 81 orang, terdiri dari abortus inkomplit
5
sebanyak 65 orang, abortus imminens sebanyak 21 orang, dan missed abortion
sebanyak 14 orang.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran ibu hamil dengan abortus
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.
Mengetahui gambaran ibu hamil dengan abortus di RSUD Kabupaten
Muna tahun 2015.
2. Tujuan Khusus.
a. Mengetahui gambaran ibu hamil dengan abortus di RSUD Kabupaten
Muna tahun 2015 ditinjau dari segi paritas.
b. Mengetahui gambaran ibu hamil dengan abortus di RSUD Kabupaten
Muna tahun 2015 ditinjau dari segi pekerjaan.
c. Mengetahui gambaran ibu hamil dengan abortus di RSUD Kabupaten
Muna tahun 2015 ditinjau dari segi umur.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan
sekaligus dapat dijadikan acuan.
6
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman nyata dalam
upaya memperluas wawasan tentang dampak dari abortus.
b. Bagi Profesi
Untuk menambahkan informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya
dalam menangani kasus abortus sesuai dengan prosedur yang sudah ada.
c. Bagi Institusi
1) Rumah Sakit
Untuk meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya pada
penanganan ibu hamil dengan abortus.
2) Pendidikan
Digunakan sebagai standar bacaan atau referensi dalam usaha
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang abortus.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kehamilan
a. Pengertian.
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan
terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta,dan tumbuh- kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba
dkk, 2010).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3
triwulan pertama dimulai sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4
sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Pudiastuti,
2012).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adalah
kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, triwulan I dimulai dari konsepsi
sampai 12 minggu, triwulan II dari 12 sampai 28 minggu dan triwulan III
dari 28 sampai 40 minggu (Marmi, 2011).
Kehamilan adalah suatu keadaan untuk menjadi seorang bayi yang
belum lahir menjadi mampu hidup diluar lingkungan tubuh ibunya yang
8
aman, nyaman, dan terlindung (Simkin, dkk, 2008).
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280
sampai 300 hari dengan perhitungan : Kehamilan sampai 28 minggu
dengan berat janin 1000 gr bila berakhir disebut keguguran, kehamilan 29
sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas, kehamilan
berumur 37 sampai 42 minngu disebut aterm dan kehamilan melebihi 42
minggu disebut kehamilan lewat waktu atau serotinus (Asrinah dkk,
2010).
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama (0
sampai 12 minggu), trimester kedua (13 sampai 28 minggu), dan trimester
ketiga (29 sampai 42 minggu). Untuk dapat menegakkan kehamilan
ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan
gejala kehamilan (Asrinah dkk, 2010).
b. Tanda – tanda Kehamilan.
Menurut Manuaba (2010), untuk dapat menegakkan kehamilan
ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan
gejala kehamilan, yaitu sebagai berikut :
1) Tanda Dugaan Kehamilan
a) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi yang
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan
ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT)
dengan perhitungan Neagle dapat ditentukan hari perkiraan
persalinan.
9
b) Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual
dan Muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness.
Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat
mual dan muntah nafsu makan berkurang.
c) Ngidam.Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam.
d) Sinkope atau pingsan.Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah
kepala (sentral) menyebabkan iskema susunan saraf pusat dan
menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang
setelah usia kehamilan 16 minggu.
e) Payudara tegang. Pengaruh hormon estrogen-progesteron, dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam
pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf
tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
f) Sering Miksi. Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung
kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua,
gejala ini sudah menghilang.
g) Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh hormon progesteron dapat
menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang
air besar.
h) Pigmentasi kulit. Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma
gravidarum). Pada dinding perut terdapat striae albican, striae
10
livide dan linea nigra semakin menghitam. Pada sekitar payudara
terdapat hiperpigmintasi pada bagian areola mammae, puting susu
makin menonjol.
i) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis,dapat terjadi bila hamil.
j) Varices. Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron
terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh
darah terjadi pada sekitar genetalia, kaki, betis, dan payudara.
Penampakan pembuluh darah ini menghilang setelah persalinan.
2) Tanda Tidak Pasti Kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh :
a) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.
b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks,
tanda Piscaseck, kontraksi Broxton Hicks, dan teraba ballotement.
c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu (Manuaba dkk, 2010).
3) Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui : Terdengar denyut
jantung janin (DJJ), terasa gerak janin, pada pemeriksaan USG terlihat
adanya kantong kehamilan, ada gambaran embrio, pada pemeriksaan
rontgen terlihat adanya rangka janin (> 16 miggu) (Sulistyawati,
2013).
11
4) Diagnosis Banding Kehamilan
a) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda
dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes
biologis tidak menunjukkan kehamilan.
b) Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim,
tetapi tidak disertai tanda hamil. Bentuk pembesaran tidak merata
dan perdarahan banyak saat menstruasi.
c) Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil
dan menstruasi terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut
dapat melampaui usia kehamilan. Pemeriksaan tes biologis
kehamilan dengan hasil negatif.
d) Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia
kehamilan, perut terasa nyeri setiap bulan, terjadi tumpukan darah
dalam rahim, tanda dan pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan
hasil yang positif, karena himen in perforata.
e) Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi, maka
pembesaran perut akan menghilang (Manuaba dkk, 2010).
2. Abortus
1) Pengertian Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Bari, 2011).
12
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat
tertentu pada atau sebelum kehamilan 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu hidup diluar kandungan (Marmi, 2011).
Keguguran atau abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi
sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari
1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba dkk,
2010).
Sebelum janin cukup berkembang untuk dapat bertahan hidup,
abortus didefenisikan sebagai penghentian kehamilan oleh sebab apapun.
Jika abortus terjadi secara spontan, istilah awam “keguguran”
(miscarriage) sering digunakan. Di Amerika Serikat istilah “aborsi”
menandakan terhentinya kehamilan sebelum usia gestasi lengkap 20
minggu, atau 139 hari, dihitung dari hari pertama haid normal terakhir.
Kriteria lain yang sering digunakan untuk “abortus” adalah pengeluaran
janin atau neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram (Gant dkk, 2010).
Abortus : Janin atau mudigah yang dikeluarkan atau keluar dari
uterus selama paruh pertama gestasi (20 minggu atau kurang) dengan berat
kurang dari 500 gram (Lenevo dkk, 2009).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Saifuddin,
2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
13
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Aborsi ialah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi
(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum
diberi kesempatan untuk bertumbuh (Sujiyatini dkk, 2009).
2) Klasifikasi abortus.
Berdasarkan kejadiannya : Keguguran spontan, terjadi tanpa ada unsur
tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri dan keguguran buatan,
sengaja dilakukan sehingga kehamilan dapat diakhiri.
Upaya menghilangkan hasil konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :
a) Indikasi medis, menghilangkan kehamilan atas indikasi ibu untuk dapat
menyelamatkan jiwanya. Indikasi medis tersebut diantaranya penyakit
jantung, ginjal atau hati yang berat, gangguan jiwa ibu, dijumpai
kelainan bawaan berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.
b) Indikasi sosial, penggungguran kandungan dilakukan atas dasar aspek
sosial : menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak,
jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil, dan kehamilan
yang tidak di inginkan (Manuaba dkk, 2010).
3) Gambaran Klinis Abortus Spontan.
a) Abortus Imminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
14
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus imminens diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita
mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali
perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup besarnya uterus
masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih
positif.
b) Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan
umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dengan tes urin kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan
didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau
mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks
uterus atau pembukaanya. Perhatikan pula ada tidaknya pelepasan
plasenta dari dinding uterus.
c) Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
15
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar
uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak
perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada
pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah
abortus.
d) Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam
uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih
terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada
ostium uteri eksternum.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak
atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka. Sehingga perdarahan berjalan
terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik
sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus
diawali dengan perhatian terhadap keadaa umum dan mengatasi
gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan
16
tindakan kuretase.
e) Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Penderita missed
abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila
kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru
merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan
sekunder pada payudara mulai menghilang.
f) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali
atau lebih berturut-turut. Penderita abortus habitualis pada umumnya
tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilanya berakhir dengan
keguguran/abortus secara berturut-turut. Bishop melaporkan kejadian
abortus habitualis sekitar 0,41% dari seluruh kehamilan.
g) Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada
alat genitalia. Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau
peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan
abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang
memperhatikan asepsis dan antisepsis (Saifuddin, 2011).
17
4) Etiologi Abortus
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya
lebih dari satu penyebab, penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai
berikut :
a) Penyebab Genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan
kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester
pertama merupakan kelainan sitogenetik. Kelainan lain umumnya
berhubungan dengan fertilisasi abnormal (tetraploidi, triploidi).
b) Penyebab Anatomik
Defek anatomik uterus sebagai penyebab komplikasi obstetrik,
seperti abortus berulang, prematuritas, serta malpresentase janin.
Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600
perempuan. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan
anomali uterus pada 27 % pasien.
Studi oleh Acien (1996) terhadap 170 pasien hamil dengan
malformasi uterus, mendapatkan hasil hanya 18,8 % yang bisa
bertahan sampai melahirkan cukup bulan, sedangkan 36,5 %
mengalami persalinan abnormal (prematur, sungsang). Penyebab
terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum
uterus (40 – 80 %), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau
unikornis (10- 30 %). Mioma uteri bisa menyebabkan baik infertilitas
maupun abortus berulang. Resiko kejadiannya antara 10 – 30 % pada
18
perempuan usia reproduksi. Sebagian besar mioma tidak memberikan
gejala, hanya yang berukuran besar atau yang memasuki kavum uteri
(submukosum) yang akan menimbulkan gangguan.
c) Penyebab Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan
penyakit autoimun. Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematosus
(SLE) dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). Antiphospholipid
Antibodies (aPA) merupakan antibodi spesifik yang didapati pada
perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan diantara pasien SLE
sekitar 10 % , dibanding populasi umum. Antiphospholipid Antibodies
(aPA) ditemukan kurang dari 2 % pada perempuan hamil yang sehat,
kurang dari 20 % pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih
dari 33 % pada perempuan dengan SLE. Pada kejadian abortus berulang
ditemukan infark plasenta yang luas, akibat adanya atherosis dan oklusi
vaskular kini dianjurkan pemeriksaan darah.
d) Penyebab Infeksi
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai
diduga sejak 1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan
pengamatan kejadian abortus berulang pada perempuan yang ternyata
terpapar brucellosis. Beberapa jenis organisme tertentu diduga
berdampak pada kejadian abortus antara lain : Bakteria (Listeria
monositogenesis, Klamidia trakomatis, Ureaplasma urealitikum,
Mikoplasma hominis, Bakterial vaginosis), virus (Sitomegalovirus,
19
Rubela, Herpes Simpleks Virus, Human immunodeficiency virus,
Parvovirus), parasit (Toksoplasmosis gondii, Plasmodium falsiparum),
dan Spirokaeta (Treponema Pallidum).
e) Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1 -10 % malformasi janin akibat dari paparan obat,
bahan kimia, radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya
paparan terhadap buangan gas anastesi dan tembakau. Sigaret rokok
diketahui mengandung unsur toksik, anatara lain nikotin yang telah
diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi plasenta
dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya
abortus (Saifuddin, 2011).
f) Paritas
Paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah dialami oleh
wanita. Paritas merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
abortus spontan, dimana jumlah kehamilan atau paritas mempengaruhi
kerja alat-alat reproduksi. Semakin tinggi paritas maka akan semakin
berisiko kehamilan dan persalinan, karena pada wanita yang sering
hamil ataupun melahirkan akan mengalami kekendoran pada dinding
rahim (Mahdiyah dkk, 2013).
Tingginya paritas ibu memberikan dampak yang kurang
menguntungkan yang dapat menyebabkan resiko tinggi pada saat hamil
dan melahirkan seperti terjadi abortus. Oleh karena itu, keluarga
20
berancana sangat penting artinya dalam merencanakan jumlah keluarga
(Arsad, 2012).
Paritas satu sampai empat merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternatal. Paritas tinggi ( > 4 ) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana (Arsad, 2012)
Pada ibu nulipara (paritas 0) memiliki beberapa organ yang belum
cukup matang untuk menanggung beban kehamilan dan secara psikis
belum memiliki kondisi psikis yang stabil sehingga dapat
mengakibatkan kontraksi selama kehamilan serta beberapa organ
reproduksi seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung
beban kehamilan. Sedangkan pada multipara memiliki otot-otot rahim
yang mengalami penurunan elastisitas dibandingkan pada primipara
oleh karena frekuensi kehamilannya lebih sering dibandingkan
primipara, sehingga tidak mampu menjaga janin dalam posisi yang
stabil. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik
lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dicegah dengan
kehamilan berencana (Azizah dkk, 2013).
Paritas merupakan banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai
seorang wanita. Kasus ini terjadi pada kehamilan yang tidak diinginkan
dengan alasan sosial belum siap memiliki anak, masih sekolah ataupun
alasan psikososial lainnya dimana mereka berada pada status nulipara
(Paritas 0). Namun demikian abortus inkomplit juga banyak terjadi
21
pada wanita dengan paritas tinggi dimana ibu-ibu yang sudah
mempunyai anak 4 orang, 40% tidak ingin menambah anak lagi
sehingga apabila terjadi kegagalan dalam pemakaian kontrasepsi maka
cenderung melakukan aborsi (Yustiati, 2011).
g) Pekerjaan
Salah satu kemungkinan terjadinya abortus adalah pekerjaan,
dengan adanya peningkatan beban kerja akan mempengaruhi hasil
konsepsi (kehamilan). Pada ibu hamil yang bekerja mempunyai beban
kerja ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai ibu bekerja.
Pada ibu yang bekerja swasta akan lebih mudah terjadi abortus spontan
karena kondisi ibu yang mudah lelah kurang istirahat dan posisi ibu
yang lebih banyak berdiri atau duduk dalam waktu yang lama saat
bekerja dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Padahal
pekerjaan ibu rumah tangga bisa dikatakan cukup berat karena
meliputi mencuci, mengepel, memasak, membersihkan lingkungan
rumah dan lain-lain serta ditambah dengan pekerjaan diluar rumah
yang menuntut ibu untuk berada pada posisi duduk atau berdiri dalam
waktu lama. Hal ini dapat membuat ibu kelelahan dan mengganggu
proses kehamilan salah satunya dapat menyebabkan abortus. Hal ini
sesuai penelitian Muslianingsih (2012) yang menunjukan adanya
hubungan yang signifikan antara beban kerja ibu hamil dengan abortus
spontan (Azizah dkk, 2013).
22
Menurut Depkes beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun
mental. Akibat pekerjaan yang terlalu berat atau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat menyebabkan seseorang pekerja menderita
gangguan kesehatan seperti anemia, keguguran pada wanita hamil atau
penyakit akibat kerja. Ketika ibu hamil memiliki pekerjaan yang berat
ditempat kerja hal ini dapat menyebabkan stres, karena ketika stres
denyut jantung manusia lebih cepat dari biasanya, ditambah hormon
adrenalin keluar secara berlebihan. Jika tidak segera ditangani dapat
mengganggu pertumbuhan janin (Azizah dkk, 2013).
Pekerjaan harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak
merupakan mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan bangsa. Menurut Katz perilaku dilatarbelakangi
oleh kebutuhan individu yang bersangkutan, ibu yang memiliki
aktifitas lebih banyak dalam artian bekerja dapat memiliki resiko yang
lebih tinggi akan terjadinya keguguran atau dalam istilah kesehatan
adalah abortus (Joe, 2014).
h) Umur
Reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kehamilan maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih
23
tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
Wanita hamil pada umur muda (<20 tahun) dari segi biologis
perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal.
Dari segi psikis belum matang menghadapi tuntutan beban moril, dan
emosional, serta dari segi medis sering mendapat gangguan.
Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-otot
panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya
mengalami kemunduran, juga wanita pada usia ini kemungkinan
mengalami komplikasi antenatal diantaranya abortus (Rochmawati,
2012).
Frekuensi abortus yang secara klinis bertambah 12% pada
wanita yang berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26% pada wanita
berumur diatas 40 tahun. Dari sejumlah abortus yang terjadi ditemukan
bahwa jika ibu berusia lebih dari 35 tahun maka risiko itu lebih tinggi
(Littler, 2010). Pada proses menua terjadi mutasi gen sehingga risiko
abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan
ayah. Insidensi abortus meningkat apabila wanita yang bersangkutan
hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi aterm (Rochmawati,
2012).
Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun rentan
mengalami abortus. Hal itu disebabkan karena belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu
24
maupun pertumbuhan dan perkembangan janin. Sedangkan abortus yang
terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan karena berkurangnya
fungsi alat reproduksi, kelainan kromosom dan penyakit kronis
(Arsad, 2012).
5) Patofisiologi Abortus
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan didalam desidua
basalis dan perubahan nekrotik didalam jaringan-jaringan yang berdekatan
dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya
dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang
kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin (Nugroho, 2010).
6) Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok.
a) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
b) Perforasi
Perforasi uterus pada abortus dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita
perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas serta bentuk
25
perforasi,penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
c) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap
abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang
berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion).
d) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik) (Nugroho, 2010).
7) Diagnosa
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid
terlambat, sering pula terdapat rasa mulas. Kecurigaan tersebut dapat
diperkuat dengan ditentukanya kehamilan muda pada pemeriksaan
bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau
imunologi (Pregnosticon, Gravindes) bila mana hal itu dikerjakan. Harus
diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan
adanya jaringan dalam kavum uterus atau vagina (Taufan, 2010).
8) Penanganan
Penilaian awal :
a) Keadaan umum pasien
b) Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
< 90 mmHg, nadi > 112x/menit).
c) Bila syok disertai dengan massa lunak diadneksa, nyeri perut bawah,
26
adanya cairan bebas dalam kavum pelvis, pikirkan kemungkinan
kehamilan ektopik yang terganggu.
d) Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau
pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang
porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan).
e) Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana
pada fasilitas setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)
(Saifuddin, 2009).
Penanganan spesifik :
a) Abortus imminens
(1) Istirahat ditempat tidur, agar aliran darah ke uterus meningkat dan
rangsang mekanik kurang.
(2) Bila perlu diberi penenang Phenobarbital 3 x 30 mg/hari
(3) Untuk melihat kehamilan dilakukan pemeriksaan USG.
(4) Hindari koitus
(5) Penderita bisa pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti
dengan hasil dari pemeriksaan kehamilan baik, dengan anjuran 2
minggu kemudian kontrol kembali.
b) Abortus insipiens
(1) Prinsip : uterus harus dikosongkan segera guna menghindari
perdarahan yang banyak atau syok karena rasa mules / sakit yang
hebat.
(2) Pasang infus, sebaiknya disertai oksitosin drip guna mempercepat
27
pengeluaran hasil konsepsi.
(3) Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum
atau dengan cunam abortus disusul dengan kerokan.
(4) Sebelum dilakukan kuretase diberikan antibiotika profilaksis.
(5) Pasca tindakan diberikan injeksi metil ergometrin maleat, untuk
mempertahankan kontraksi.
(6) Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan dan tanpa
komplikasi, dengan anjuran kontrol 2 minggu.
c) Abortus inkompletus
(1) Bila disertai syok karena perdarahan, harus segera diberikan infus
cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul
tranfusi darah.
(2) Setelah syok teratasi dilakukan kuretase.
(3) Pasca tindakan diberikan injeksi metilergometrin 0,2 mg intra
muscular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
d) Abortus kompletus
(1) Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3 x 1/
hari untuk 3 hari.
(2) Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas
Ferosus disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi
(susu,sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat,
berikan transfusi darah.
(3) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi
28
antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi
antibiotika profilaksis.
e) Missed abortus
Perlu diperhatikan bahwa sering plasenta melekat erat dengan dinding
uterus.
(1) Periksa kadar fibrinogen atau test perdarahan dan pembekuan darah
sebelum tindakan kuretase, bila normal jaringan konsepsi bisa
segera dikeluarkan, tapi bila kadarnya rendah (<159 mg %)
perbaiki dulu dengan pemberian fibrinogen kering atau darah segar.
(2) Sebelum tindakan diberikan antibiotika profilaksis.
(3) Dilatasi kanalis servikalis bisa dengan “Bougie“ atau dengan
batang laminaria tergantung besar kecilnya uterus.
(4) Tindakan kuretase dimulai dengan cunam abortus dilanjutkan
dengan sendok kuret tajam.
(5) Sesudah tindakan diberi uterotonika.
(6) Penderita bisa pulang setelah keadaan memungkinkan tanpa
komplikasi anjuran kontrol 2 minggu.
f) Abortus habitualis
Tergantung dari etiologinya (Nugroho, 2010).
g) Abortus infeksiosa
(1) Kasus ini berisiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas
kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk
pasien ke rumah sakit.
29
(2) Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang
dengan NS atau RL melalui infus dan berikan antibiotika (misalnya
: ampisilin 1 g dan metronidazol 500 mg) (Saifuddin, 2009).
B. Landasan Teori
Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang abortus ditinjau dari
aspek paritas, pekerjaan, dan umur. Variabel dependent dalam penelitian ini
adalah abortus merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variabel bebas. Sedangkan variabel independent (variabel bebas), ini merupakan
variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent. Secara
singkat variabel-variabel dijelaskan sebagai berikut :
1. Paritas
Tingginya paritas ibu memberikan dampak yang kurang menguntungkan
yang dapat menyebabkan resiko tinggi pada saat hamil dan melahirkan seperti
terjadinya abortus. Oleh karena itu, keluarga berancana sangat penting artinya
dalam merencanakan jumlah keluarga. Paritas satu sampai empat merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternatal. Paritas tinggi ( <4)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana (Arsad, 2012).
2. Pekerjaan
Pekerjaan harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak
merupakan mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
30
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
bangsa. Menurut Katz perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan, ibu yang memiliki aktifitas lebih banyak dalam artian bekerja
dapat memiliki resiko yang lebih tinggi akan terjadinya keguguran atau dalam
istilah kesehatan adalah abortus (Joe, 2014).
3. Umur
Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun rentan
mengalami abortus. Hal itu disebabkan karena belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin. Sedangkan abortus yang terjadi pada
usia lebih dari 35 tahun disebabkan karena berkurangnya fungsi alat
reproduksi, kelainan kromosom dan penyakit kronis (Arsad, 2012).
31
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan konsep berpikir diatas maka di susunlah bagan pola pikir variabel
yang diteliti sebagai berikut :
Keterangan :
: Variabel independent
: Variabel dependent
: Hubungan antarvariabel
Gambar 1 : Kerangka konsep
D.Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran ibu hamil dengan abortus di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna tahun 2015 ditinjau dari segi paritas?
2. Bagaimanakah gambaran ibu hamil dengan abortus di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna tahun 2015 ditinjau dari segi pekerjaan?
3. Bagaimanakah gambaran ibu hamil dengan abortus di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna tahun 2015 ditinjau dari segi umur?
Paritas
AbortusPekerjaan
Umur
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu
menggambarkan suatu kondisi atau fenomena yang terjadi pada suatu kelompok
subjek tertentu.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016.
2. Tempat Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami abortus
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2015 sejumlah 81
orang.
2. Sampel.
Sampel diambil secara total sampling yaitu semua ibu hamil yang mengalami
abortus pada tahun 2015 sejumlah 81 orang.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah ibu yang mengalami abortus.
Sedangkan paritas, pekerjaan dan umur menjadi variabel independet.
33
E. Variabel dan Definisi Operasional
Untuk memudahkan penelitian, peneliti membuat batasan-batasan terhadap
variabel yang diteliti yang dimuat dalam tabel berikut :
Tabel 1 : Variabel dan defenisi operasional identifikasi ibu hamil denganabortus.
Variabel Definisi Operasional Kriteria ObjektifAlat
ObservasiSkalaUkur
DependentAbortus
Independenta. Paritas
b. Pekerjaan
c. Umur
Kehamilan abnormal akibatkegagalan pembentukanbakal janin berdasarkan di-agnosa dokter yang tercatatdalam status pasien.
Jumlah persalinan yangpernah dialami oleh ibu baikbayinya hidup maupun sudahmeninggal yang tercatatdalam status pasien.
Aktivitas ibu diluar rumahdalam membantu pere-konomian keluarga yangtercatat dalam status pasien.
Usia ibu saat mengalamiabortus berdasarkan ulangtahun terakhirnya yangtercatat dalam status pasien.
Abortus: Apabiladinyatakan abortus dalamdiagnosa dokter yangtercatat dalam rekammedik atau status pasien.
Paritas 0
Paritas 1 – 4
Paritas > 4
IRT
PNS
Wiraswasta
Tani
Nelayan, dll
< 20 tahun
20 – 35 tahun
>35 tahun
Checklist
Checklist
Checklist
Checklist
Nominal
Nominal
Nominal
34
F. Instrumen Penelitian
Menggunakan checklist dengan mengambil data dari rekam medik
berdasarkan variabel yang diteliti. Cara pengumpulan data yaitu dengan
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku register di ruang
kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2015.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah secara manual dengan mengguanakan
kalkulator. Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Penelitian ini
menggunakan analisis univariat untuk menganalisis tiap-tiap variabel
penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi
frekuensi untuk memberikan deskriptif secara umum.
Rumus yang digunakan :
Keterangan : P = Persentase
f = Frekuensi tiap kategori
n = Jumlah sampel (Putri, 2014)
= 100%
35
H. Jalannya Penelitian
Untuk memberikan kemudahan dalam melaksanakan penelitian, penulis
membuat jalannya penelitian sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan dan mengurus
surat izin penelitian di institusi Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna
kemudian melapor kepada Kepala Kesbang Pol dan Linmas serta Dinas
Kesehatan Kabupaten Muna sebelum melakukan pengumpulan data di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
2. Tahap Pelaksanaan.
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna terlebih dahulu
membawa surat di Ruang Keperawatan dan di Ruang Direktur Rumah
Sakit. Setelah itu membawa surat kepada Kepala Ruang Delima untuk
melakukan pengambilan data dengan mengisi lembar check list
berdasarkan paritas, pekerjaan dan umur ibu yang tercantum dalam
buku register di Ruang Delima Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna tahun 2015.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data.
Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
4. Tahap Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Pada tahap ini disusun suatu laporan dari hasil penelitian.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna adalah satu-
satunya rumah sakit rujukan di kota Raha yang terletak di ibu kota
Kabupaten, tepatnya di jalan Sultan Hasanuddin No.16 Raha I. Secara
geografis RSUD Kab. Muna sangat strategis karena mudah dijangkau
dengan kendaraan umum, dengan batas sebagai berikut : Sebelah utara
berbatasan dengan Jl. Basuki Rahmat, sebelah timur berbatasan dengan
Jl. Sultan Hasanuddin, sebelah selatan berbatasan dengan Jl. La Ode
Pandu dan sebelah barat berbatasan dengan Jl. Ir. Juanda
b. Sejarah Singkat.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna didirikan pada
masa penjajahan Belanda oleh mantri yang berkebangsaan Belanda. Pada
saat itu mantri berkebangsaan Belanda hanya dibantu oleh seorang
asistennya dan 2 orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut
pulang kembali ke negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau digantikan
oleh seorang dokter dari Jawa yang bernama dokter Soeparjo.
Masyarakat Muna mengenal dokter Soeparjo dengan sebutan dokter
Jawa. Beliau tamatan dari sekolah Belanda yaitu Nederlandhes In
Launshe Aonzen School (NIAS).
37
Masa kepemimpinan dokter Soeparjo hanya berlangsung selama 7
tahun, kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan Belanda
bernama dokter Hyaman. Selang waktu 5 tahun kemudian, tepatnya pada
tahun 1940 seorang dokter asal China bernama dokter Pang Ing Ciang
menggantikan kepemimpinan dokter Hyaman. Pada masa kepemimpinan
dokter Pang Ing Ciang sangat disukai oleh masyarakat Muna sebab
beliau sangat memperhatikan kesehatan masyarakat Muna pada saat itu.
Pada tahun 1949, saat peralihan pemerintahan Belanda
kepemerintahan Republik Indonesia, masa pemerintahan dokter Pang Ing
Ciang berakhir dan beliau diganti oleh dokter berkebangsaan Belanda
bernama dokter Post. Dokter Post mempunyai 2 orang asisten sehingga
sebagian besar pekerjaannya diserahkan pada kedua asistennya. Namun
kepemimpinan dokter Post tidak berlangsung lama, beliau hanya satu
tahun lamanya.
Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang
berasal dari Belgia. Dokter lemens memimpin selama 10 tahun yakni
pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan
rehabilitasi yang diprakarsai oleh Bupati Muna La Ode Rasyid, SH. Ini
merupakan rehabilitasi pertama selama Rumah Sakit tersebut didirikan
tahun 1965-1970 rumah sakit kabupaten muna dipimpin oleh dokter
Ibrahim Ahtar Nasution. Masa kepemimpinannya berlangsung selama 3
tahun dan sejak itu masa kepemimpinan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Muna ditetapkan setiap 3 tahun sekali memimpin.
38
Saat ini Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna dijadikan sebagai
salah satu Rumah Sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian ilmiah
bagi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna dan
mahasiswa Akademi Kebidanan Paramata Raha serta institusi kesehatan
lainnya.
c. Lingkungan Fisik.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi
Tenggara berdiri di atas lahan seluas 10.740 Ha.
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara adalah:
1) Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik umum, poliklinik
kesehatan anak, poliklinik penyakit dalam (interna), poliklinik
bedah, poliklinik neurologi/syaraf, instalasi fisioterapi, poliklinik
gigi dan mulut, poliklinik kesehatan ibu dan anak, instalasi gawat
darurat, perawatan intensif, instalasi laboratorium, instalasi
radiologi, instalasi farmasi/apotik, dan ambulance.
2) Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan kandungan,
perawatan bayi/ perinatologi dan perawatan umum.
3) Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen, apotik, laboratorium
klinik dan instalasi gizi.
39
e. Tujuan dan Strategis Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
1) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau
serta efektif dan efisien yang berorientasi pada soial dan ekonomi.
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna harus bermutu serta yang dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat memperoleh keuntungan
dari masyarakat dengan status ekonomi menengah keatas tanpa
mengabaikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kepada
keluarga miskin.
2) Mewujudkan Rumah Sakit yang aman, tertib, bersih dan nyaman.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pelayanan Rumah
Sakit.
f. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit.
Tugas pokok dan fungsi RSUD Kabupaten Muna mengacu pada
Perda No.34 tahun 2008 tentang Penjabaran Fungsi dan Tata kerja Rumah
Sakit Umum Daerah adalah melaksanakan upaya kesehatan secara
berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan,
pemulihan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan
serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas
RSUD mempunyai fungsi yakni :
1) Menyelenggarakan Pelayanan Medik
2) Menyelenggarakan Peleyanan Penunjang Medik
40
3) Menyelenggarakan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan
4) Menyelenggarakan Peleyanan Rujukan
5) Menyelenggarakan Pendidikan dan Latihan
6) Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan
7) Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan
g. Ketenagaan.
Jumlah ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna saat ini adalah 562 orang (terdiri atas paramedis dan non
paramedis). Dengan jumlah bidan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna adalah sebanyak 144 orang, yang bekerja di Ruang
kebidanan sebanyak 38 orang dan terdapat 2 dokter ahli kandungan.
2. Karakteristik Responden
Dari sejumlah sampel dilakukan pengumpulan data seluruhnya
berdasarkan variabel yang diteliti. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
tersebut selanjutnya diperiksa kelengkapannya untuk kemudian dianalisis
secara univariat.
Analisis deskriptif terutama diarahkan untuk menilai kelayakan variabel
yang telah diukur pada saat penelitian yang dilakukan untuk melihat distribusi
secara umum yakni memberikan gambaran seberapa besar nilai pengamatan.
Selain itu pula dimaksudkan untuk melihat distribusi variabel yang relevan
dengan melihat distribusi frekuensinya, yang disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
41
a. Paritas.
Distribusi frekuensi abortus di RSUD Kabupaten Muna tahun 2015
ditinjau dari segi paritas, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan paritas
Paritas Frekuensi (f) Presentase (%)
0 9 11,121-4 53 65,43> 4 19 23,45
Total 81 100Sumber. Data sekunder Ruang Delima 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa ibu yang mengalami abortus
terbanyak yaitu pada paritas 1-4 sejumlah 53 orang (65,43%), paritas >4
sejumlah 19 orang (23,45%) dan yang paling sedikit pada paritas 0
sejumlah 9 orang (11,12%).
b. Pekerjaan.
Distribusi frekuensi abortus di RSUD Kabupaten Muna tahun 2015
ditinjau dari segi pekerjaan, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%)IRT 43 53,08PNS 5 6,17
Swasta 2 2,47Tani 31 38,28Total 81 100
Sumber. Data sekunder Ruang Delima, 2015
Tabel 3 menunjukkan bahwa yang mengalami abortus terbanyak
yaitu pada ibu yang memiliki pekerjaan IRT sejumlah 43 orang
42
(53,08%), tani sejumlah 31 orang (38,27%), PNS sejumlah 5 orang
(6,17%), dan yang paling sedikit pada ibu yang memiliki pekerjaan
swasta sejumlah 2 orang (2,46%).
c. Umur.
Distribusi frekuensi abortus di RSUD Kabupaten Muna tahun 2015
ditinjau dari segi umur, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur
Umur Frekuensi (f) Presentase (%)<20 5 6,17
20-35 46 56,80>35 30 37,03
Total 81 100Sumber. Data sekunder Ruang Delima, 2015
Tabel 4 menunjukkan bahwa ibu yang mengalami abortus
terbanyak yaitu pada umur 20-35 tahun sejumlah 46 orang (56,80%),
umur > 35 tahun sejumlah 30 orang (37,03%), dan yang paling sedikit
pada umur < 20 sejumlah 5 orang (6,17%).
B. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna tahun 2015 didapatkan 81 kasus abortus, untuk lebih jelasnya maka hasil
penelitian tersebut dapat dibahas berdasarkan variabel berikut :
1. Paritas.
Paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah dialami oleh wanita.
Tingginya paritas ibu memberikan dampak yang kurang menguntungkan yang
43
dapat menyebabkan risiko tinggi pada saat hamil dan melahirkan seperti
terjadinya abortus. Oleh karena itu, keluarga berancana sangat penting artinya
dalam merencanakan jumlah keluarga. Paritas satu sampai empat merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternatal. Paritas tinggi
(lebih dari 4) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Risiko pada
paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana (Arsad,
2012).
Hasil penelitian terhadap kejadian abortus pada ibu berdasarkan paritas di
ruang kebidanan RSUD Kabupaten Muna tahun 2015 menunjukkan bahwa dari
81 ibu yang mengalami abortus, yang memiliki paritas 0 sejumlah 9 orang
(11,12%), paritas 1-4 sejumlah 53 (65,43%), dan yang memiliki paritas >4
sejumlah 19 orang (23,45%).
Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Dina
Pariani di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014 yaitu dari
jumlah ibu hamil yang mengalami abortus sebanyak 111 orang jumlah
paritas berisiko (0 dan >4) 40 orang (36,03%), dan jumlah paritas tidak
berisiko (1-4) 71 orang (63,97%).
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan faktor risiko paritas dapat menyebabkan abortus, salah satunya
adalah kurangnya pengetahuan ibu yang menyebabkan kegagalan dari
kontrasepsi. Kurangnya pengetahuan ibu yang menyebabkan kegagalan salah
satunya akibat dari perilaku ibu yang tidak komitmen dan konsisten dalam
memakai obat kontrasepsi. Kurangnya pengetahuan ibu contohnya adalah
44
pada pemakaian alat kontrasepsi, dimana menurut petunjuk ketika
menstruasi seorang akseptor kontrasepsi alat dalam rahim (IUD) wajib
diperiksa benangnya didalam vagina. Namun kecenderungan ibu
mengabaikan himbauan tersebut sehingga berpeluang terjadi kehamilan
dengan IUD masih didalam rahim. Perilaku ibu yang tidak komitmen dan
konsisten dalam memakai jenis kontrasepsi hormonal seperti suntik dan pil,
contohnya ibu yang lupa tanggal untuk suntik dan lupa minum pil KB.
Kondisi seperti ini dapat berpeluang terjadinya kehamilan diluar rencana
sehingga berpengaruh terjadinya abortus saat kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kejadian abortus
tidak disebabkan faktor paritas, bisa dikarenakan karena faktor lain yang tidak
dapat diungkap dalam penelitian ini. Faktor penyebab dapat disebabkan tidak
hanya satu faktor tapi lebih faktor risiko, karena pada hakekatnya antara satu
faktor dengan faktor yang lain saling berkaitan.
2. Pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukkan dari 81 ibu yang mengalami abortus,
yang memiliki pekerjaan IRT sejumlah 43 orang (53,08%), PNS sejumlah 5
orang (6,17%), swasta sejumlah 2 orang (2,46%), dan ibu yang memiliki
pekerjaan tani sejumlah 31 orang (38,27%).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitti
Hubaya Matjino di RSUD dr. Chasan Boesoirie Ternate Provinsi Maluku
Utara Tahun 2013 dimana dari jumlah ibu hamil yang mengalami abortus
79 orang, ibu dengan pekerjaan ibu rumah tangga lebih banyak
45
dibandingkan dengan yang lain yaitu sejumlah 30 orang (38,0%) sedangkan
pekerjaan yang lain meliputi : PNS sejumlah 9 oarang (11,4%), wiraswasta
17 orang (21,5%), pegawai swasta 13 orang (16,5%), buruh petani 2 orang
(2,5%).
Menurut Katz perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan, ibu yang memiliki aktifitas lebih banyak dalam artian bekerja
dapat memiliki resiko yang lebih tinggi akan terjadinya keguguran atau dalam
istilah kesehatan adalah abortus. Berbeda dengan hasil penelitian dimana
didapatkan ibu yang bekerja justru lebih rendah dibanding dengan ibu yang
tidak bekerja. Hal ini kemungkinan disebabkan aktivitas kerja ibu dirumah
tangga yang berlebihan yang menuntut ibu untuk duduk atau berdiri dalam
waktu lama, hal ini dapat menyebabkan ibu kelelahan dan mengganggu
proses kehamilan salah satunya dapat menyebabkan abortus.
3. Umur.
Wanita yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun rentan
mengalami abortus. Hal itu disebabkan karena belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin. Sedangkan abortus yang terjadi pada
usia lebih dari 35 tahun disebabkan karena berkurangnya fungsi alat
reproduksi, kelainan kromosom dan penyakit kronis (Arsad, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan dari 81 ibu yang mengalami abortus,
yang memiliki umur < 20 sejumlah 5 orang (6,17%), umur 20-35 tahun
sejumlah 46 orang (56,80%), dan umur > 35 tahun sejumlah 30 orang
46
(37,03%).
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lili Fajria di
RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2013 bahwa dari jumlah ibu hamil yang
mengalami abortus sejumlah 52 orang, usia 20-35 yang paling banyak
mengalami abortus sejumlah 30 orang (57,7%) dan yang paling sedikit pada
usia <20 atau >35 sejumlah 22 orang (42,3%).
Penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih
di PT. X Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 dimana dari
jumlah ibu hamil yang mengalami abortus sebanyak 98 orang, umur 20-35
tahun yang paling banyak mengalami abortus yaitu sebanyak 73 orang (74,5%)
dan yang berusia <20 atau >35 tahun yang mengalami abortus sebanyak 25
orang (25,5%).
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa umur 20-35
tahun lebih tinggi daripada umur <20 atau >35 hal ini tidak sejalan dengan
teori karena usia ibu akan mempengaruhi pengalaman, perilaku dan psikis
dalam menerima kehamilan. Hal ini akan menentukan bagaimana sikap ibu
dalam mempersiapkan dan menghadapi kehamilannya. Beberapa faktor yang
berpengaruh terjadinya abortus pada wanita umur 20-35 tahun diantaranya
adalah status gizi, sosial ekonomi yang rendah, dan pekerjaan yang membuat
ibu beraktivitas berlebihan.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu yang mengalami abortus
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ibu hamil dengan abortus di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
tahun 2015 ditinjau dari segi paritas (>1 & >4) sebesar 33,33%.
2. Persentase ibu hamil dengan abortus di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2015 ditinjau dari segi pekerjaan (Tani, swasta &
PNS) sebesar 30,87%.
3. Persentase ibu hamil dengan abortus di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna tahun 2015 ditinjau dari segi umur (<20 & >35) sebesar
35,80%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka peneliti memberikan saran sebagai berkut :
1. Bagi petugas kesehatan terutama bidan memberikan informasi yang benar
dan lengkap terhadap pola penggunaan kontrasepsi sehingga dapat mengurangi
kegagalan dalam pemakaian kontrasepsi.
2. Dalam mengurangi kejadian abortus atau menghindari ancaman terjadinya
abortus, perlu adanya bimbingan dari tenaga kesehatan tentang bagaimana
aktivitas kerja yang baik dan benar dan mengurangi aktivitas kerja di rumah
tangga dengan berbagi tugas bersama anggota keluarga yang lain.
48
3. Diharapkan agar bidan memberikan kesadaran pada ibu hamil untuk
merencanakan kehamilan sesuai umur reproduksi (20-35 tahun) dengan
mengikuti program KB.
49
DAFTAR PUSTAKA
Arsad, Yustiati. (2012). Faktor-faktor yang Mempegaruhi Kejadian Abortus diRSUD Umum Lakipadada Kabupaten Tanah Toraja Tahun 2011.(http://Arsad.Wordpress.com/2012/06) Skripsi. Diakses tanggal 11 Juli2016.
Asrinah Putri, S., Sulistyorini, D., Muflihah, S. & Sari, N. (2010) AsuhanKebidanan Masa Kehamilan Edisi 1, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Azizah Mira Nur., Saparwati, Mona., & Pontang Galeh Septiar. (2013).Hubungan Pekerjaan dan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian AbortusSpontan di RST dr. Asmir Salatiga.(http://4463wordpress.com/2013/02/27hubungan-pekerjaan-dan-status-gizi/ibu-hamil.com). Laporan Penelitian. Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara. (2014). Profil Kesehatan SulawesiTenggara. Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Dinas Kesehatan Kabupaten Muna. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Muna.Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Fajria, Lili. (2012). Analisis Faktor Resiko Kejadian Abortus di RSUP dr. M.Djamil Padang. (http://Analisis-faktor-Kejadian-Abortus). LaporanPenelitian. Di akses tanggal 11 Agustus 2016.
Gant Norman, F., & Cunningham Gary F. (2010). Dasar-dasar Ginekologi &Obstetri (Basic Gynecology and Obstetrics). Jakarta : EGC.
Junita, Elvira (2011). Hubungan Umur Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus diRSUD Rokan Hulu.(http://Elvira-Junita-Hubungan-umur-ibu hamil-dengan-kejadian-abortus/.com).Tesis. Diakses tanggal 17 Juli 2016
Kurniasih, Nia., & Modjo Robiana. (2013) Faktor-faktor Yang Berhubungandengan Kejadian Abortus Pada Pekerja Wanita di PT. X KabupatenSumedang Provinsi Jawa Barat. (http://2308. Nia-K.wordpress.com/2013/10/09 Jakarta : Universitas Indonesia. Thesis.Diakses tanggal 11 Agustus 2016.
Lbr, Joe. (2014). Karakteristik Ibu Hamil Yang mengalami Abortus.(http://bidan2014.blogspot.com/2014/02/karakteristik-ibu-hamil-yang-mengalami-abortus.html) .KTI. Diakses tanggal 17 Juli 2016.
Mahdiyah, Dede., Rahmawati, Dwi., & Lestari Ayu. (2013). Hubungan Paritasdengan Kejadian Abortus di Ruang Bersalin RSUD dr. H. Moch AnsariSaleh Banjarmasin. (http://gepe2306.wordpress.com/2013/02/27/
50
hubungan paritas dengan kejadian abortus.html). Dinamika Kesehatan.Vol.12.No.12.Desember. Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Manuaba, Ida Ayu C., Manuaba, Ida Bagus G.F., & Manuaba, Ida Bagus G.(2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk PendidikanBidan. Edisi 2, Jakarta : EGC.
Marmi. (2011) Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : PustakaPelajar.
MDGs. (2015) Status Pencapaian MDGs Indonesia Available atsekretariatmdgs.or.id. Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Matjino, Sitti Hubaya. (2013) Faktor Resiko Kejadian Abortus di RSUD dr.Chasan Boesoirie Ternate Provinsi Maluku Utara.(http://2368.sittihubay.wordpress.com/2013/02/27faktor-resiko-kejadian-abortus.com). Makassar : Universitas Hasanuddin. Naskah Publikasi. Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Nugroho, Taufan. (2010) Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogyakarta : Nuha Medika.
Pariani, Ni L. D., Wahyuni, Sri., & Yuswantina, R. (2014). Faktor Resiko yangBerhubungan dengan Kejadian Abortus Spontan di RSUD UngaranKabupaten Semarang. (http://Pariani-NiLuh-Dina-4438/.com). StikesNgudi Waluyo Ungaran. Tesis. Diakses tanggal 13 Juli 2016.
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal &Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rahmani, Silmi L. (2013). Faktor-faktor Resiko Kejadian Abortus di RSPrikasih Jakarta Selatan. (http://Silmi lisanifkik..Wordpress.com/2013/06) Jakarta : Fakultas Kedokteran UIN SyarifHidayatullah. Laporan Penelitian. Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Rochmawati, Putri N. (2013). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Abortus diRumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.(http://Rohmawati.Naskah-Publikasi.com/2013/06) Surakarta. NaskahPublikasi. Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Saifuddin Abdul B. (2011). Ilmu Kebidanan. Edisi 4, Cetakan 4, Jakarta : PTBina Pustaka.
Sujiyatini.,Mufdilah & Hidayat, Asri. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan PlusContoh Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Lampiran I
TABEL ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TAHUN 2015
No Nama Alamat Paritas Pekerjaan Umur1. Ny. S Lawa II Tani 442. Ny. S Bangun Sari I Tani 373. Ny. S Lagasa 1 Tani 304. Ny. S Latugho II IRT 455. Ny. I Latawe II IRT 416. Ny. S Mantobua V IRT 327. Ny. I Lohia II IRT 368. Ny. K Sawerigadi I Tani 389. Ny. H Lawama VI IRT 3510. Ny. R Wakumoro III Tani 3911. Ny. P Laimpi I Tani 2712. Ny. C Jl. Lumba-lumba I IRT 1613. Ny. K Maligano 0 IRT 1614. Ny. S Korihi IV Tani 4115. Ny. B Bungi III Tani 4216. Ny. R Mabodo I Tani 2117. Ny. A Lailangga I Tani 3618. Ny. M Sawerigadi II Tani 3919. Ny. M Jl. Madesabara III Tani 3520. Ny. M Laiba I Tani 2421. Ny. I Wataliku II Tani 2422. Ny. A Trans 1 Lakorihi III IRT 4123. Ny. N Dana 0 Tani 2224. Ny. I Danagoa V IRT 2625. Ny. T Jl. Kenari II Tani 2526. Ny. J BTN Laende III Tani 4327. Ny. M Dana 0 IRT 1928. Ny. R Bonea VI IRT 2929. Ny. H Mataloa VII Tani 4630. Ny. D Kulidawa II IRT 3931. Ny. S Bangun Sari V IRT 2932. Ny. T Bonea III Tani 3433. Ny. J Lapadaku IV Tani 4434. Ny. A Nihi III Tani 3535. Ny. E Lapalakura VI IRT 35
36. Ny. N Kaswari 0 IRT 3037. Ny. H Bangko V IRT 2738. Ny. F Lambelu I Tani 3539. Ny. M Kontukowuna II Tani 3240. Ny. N Jl. Made Sabara II Swasta 2441. Ny. H Labunti III IRT 3642. Ny. H Lipo III IRT 3743. Ny. R Kontukowuna I PNS 2644. Ny. H Kontukowuna V PNS 4545. Ny. I Tanjung Batu 0 IRT 1746. Ny. S Parigi III IRT 4247. Ny. S Oensuli II IRT 1948. Ny. D Lanobake IV IRT 4249. Ny. S Lasunapa I Swasta 3250. Ny. N Jl. Lumba-lumba VI IRT 3251. Ny. K Peuruha II Tani 3352. Ny. F Jl. Tengiri V IRT 3353. Ny. J Mekar Jaya IV Tani 3454. Ny. R Wakorambu II IRT 3955. Ny. R Lasunapa I IRT 3656. Ny. A Labone I Tani 2357. Ny. O Walelei VI IRT 3258. Ny. D Latugho III IRT 3659. Ny. H Langkolome II IRT 3860. Ny. F Laworo 0 IRT 1961. Ny. H Watonea V IRT 2862. Ny. S Sawerigadi I Tani 2563. Ny. H Masara III IRT 4164. Ny. R Lasalepa II PNS 3465. Ny. H Parigi 0 Tani 1866. Ny. J Mekar Jaya V IRT 3367. Ny. T Lohia II Tani 4168. Ny. M Maligano II IRT 4169. Ny. F Pasir Putih II IRT 3770. Ny. S Dana VI IRT 3071. Ny. S Wakoalo III Tani 3072. Ny. A Liabalano II Tani 2973. Ny. S Lawa II Tani 3374. Ny. P Lasiwa II IRT 3775. Ny. R Lagasa V IRT 2776. Ny. S Sidodadi III PNS 45
77. Ny.T Jl. Made Sabara VI Tani 4378. Ny. H Wamponiki II PNS 2979. Ny. I Kombikuno 0 IRT 2080. Ny. S Ld. Palu I IRT 3681. Ny. S Raha III 0 Tani 21
Lampiran II
LEMBAR CHECKLIST PENELITIANIDENTIFIKASI IBU HAMIL DENGAN ABORTUS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHKABUPATEN MUNA
TAHUN 2015
No. Nama Ibu Paritas (0 &>4)
Pekerjaan (Tani,swasta & PNS)
Umur (<20 &>35)
1. Ny. S √2. Ny. S √3. Ny. S √4. Ny. S √5. Ny. I √6. Ny. S √7. Ny. I √8. Ny. K √9. Ny. H √
10. Ny. R √11. Ny. P √12. Ny. C √13. Ny. K √14. Ny. S √15. Ny. B √16. Ny. R √17. Ny. A √18. Ny. M √19. Ny. M √20. Ny. M √21. Ny. I √22. Ny. A √23. Ny. N √24. Ny. I √25. Ny. T √26. Ny. J √27. Ny. M √28. Ny. R √29. Ny. H √30. Ny. D √31. Ny. S √32. Ny. T √
33. Ny. J √34. Ny. A √35. Ny. E √36. Ny. N √37. Ny. H √38. Ny. F √39. Ny. M √40. Ny. N √41. Ny. H √42. Ny. H √43. Ny. R √44. Ny. H √45. Ny. I √46. Ny. S √47. Ny. S √48. Ny. D √49. Ny. S √50. Ny. N √51. Ny. K √52. Ny. F √53. Ny. J √54. Ny. R √55. Ny. R √56. Ny. A √57. Ny. O √58. Ny. D √59. Ny. H √60. Ny. F √61. Ny. H √62. Ny. S √63. Ny. H √64. Ny. R √65. Ny. H √66. Ny. J √67. Ny. T √68. Ny. M √69. Ny. F √70. Ny. S √71. Ny. S √72. Ny. A √73. Ny. S √
74. Ny. P √75. Ny. R √76. Ny. S √77. Ny.T √78. Ny. H √79. Ny. I √80. Ny. S √81 Ny. S √
Jumlah 27 25 29