9
1 BAB I Konsep IPTEKS dalam Islam 1.1 Definisi IPTEKS Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para filosof, ilmuwan dan kebudayaan seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan apa yang mereka senangi. Sains di Indonesia menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut pandang filsafat ilmu pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indera, intuisi dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi , di organisasi, di sistematisasi , dan di interpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan. Karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedang orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam. Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsure budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik, obyektif dan netral, dalam situasi tertentu teknologi tidak netral karena memiliki potensi untuk merusak potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri. Seni adalah hasil ungkapan akal dengan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai Ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

IPTEK dan Seni dalam Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ini adalah tugas mata kuliah agama ketika di semester 1. Penulisnya adalah Faizal Alifiansyah, Slamet Widodo, Delina Rahayu, Anindya Astri Garini, dan Deri Saputra. Tentunya isi dari makalah ini di ambil dari sumber-sumber seperti internet dan buku pendamping mata kuliah agama. Semoga bermanfaat :)

Citation preview

Page 1: IPTEK dan Seni dalam Islam

1

BAB I

Konsep IPTEKS dalam Islam

1.1 Definisi IPTEKS

Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para filosof, ilmuwan dan kebudayaan seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan apa yang mereka senangi. Sains di Indonesia menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut pandang filsafat ilmu pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indera, intuisi dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi , di organisasi, di sistematisasi , dan di interpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan. Karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.

Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab

itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedang orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,

teknologi merupakan salah satu unsure budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik, obyektif dan netral, dalam situasi tertentu teknologi tidak netral karena memiliki potensi untuk merusak potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi

manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.

Seni adalah hasil ungkapan akal dengan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi

jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.

Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul

sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai Ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

Page 2: IPTEK dan Seni dalam Islam

2

Dalam pemikiran sekuler, perennial knowledge yang bersumber dari wahyu Allah

tidak diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu. Sedangkan dalam ajaran Islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalan tidak boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat agama adalah membimbing dan mengarahkan akal.

1.2 Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan (acquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative), oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali.

Al-qur’an menganggap “anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai sumber

pengetahuan. Tuhan menampakka tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin dan juga pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi dengan nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al-qur’an membimbing pengalaman lahir manusia kearah obyek alam dan sejarah.

Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi karena sesungguhnya hal

ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri. Manusia adalah makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek.

ℵ Pertama, turunnya wahyu pertama ( Al-Alaq : 1-5), ayat yang dimulai dengan

perintah untuk membaca, ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas membaca bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya. Membaca dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam menangkap dan menghayati berbagai fenomena di dalam dan di sekitar diri hingga terpahami betul makna dan hakikatnya.

ℵ Kedua, banyaknya ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran dan pemahaman (Al-Baqarah 2 : 44, Yaa siin 36 : 68, Al-An’aam 6 : 50). Ini menandakan bahwa manusia yang tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia yang tidak berharga.

ℵ Ketiga, Allah memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang, bahkan lebih rendah dari itu (al-A’raf 7 : 179).

Page 3: IPTEK dan Seni dalam Islam

3

ℵ Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang bodoh (Az-Zumar 39 : 9). Sedangkan teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis

dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia yang berakibat kehancuran alam semesta. Oleh sebab itu teknologi bersifat netral artinya bahwa teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya atau juga bisa digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri. Adapun seni termasuk bagian dari budaya manusia sebagai hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.

Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dari teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi

manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral, tetapi dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan dan pendayagunaan iptek harus senantiasa berada dalam jalur nial-nilai keimanan dan kemanusiaan.

1.3 Batasan IPTEKS dalam Islam Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala bermanfaat

bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, bukan hasil teknologinya yang ditolak melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi.

Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an expression of

human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dan budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran, dan keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal budi.

Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah dan syariah, senantiasa

mengukur segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya, seni yang bertentangan atau merusak

Page 4: IPTEK dan Seni dalam Islam

4

aqidah, syariat, dan akhlak tidak akan diakui sebagai sesuatau yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni untuk seni tidak dapat diterima dalam Islam.

Dalam perspektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, merupakan

pengembangan potensi yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana proses sunnatullah (hukum alam, hukum Allah) itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah.

Sumber pengembangan ipteks dalam Islam adalah wahyu Allah. Ipteks yang Islami

selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu, ipteks dalam pandangan Islam tidak bebas nilai. Seharusnya temuan-temuan baru di bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan diri pada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.

Page 5: IPTEK dan Seni dalam Islam

5

BAB II Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal

Di dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu, dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan iman, ilmu, dan amal atau aqidah, syariah, dan akhlak dengan menganalogikan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman dianalogikan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran agama Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibaratkan buah dari pohon sebagai analogi dari karya ilmu pengetahuan.

Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Ipteks yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, bahkan bisa jadi akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.

Page 6: IPTEK dan Seni dalam Islam

6

BAB III Keutamaan Orang yang Berilmu

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan ini dikarenakan manusia dibekali dengan seperangkat potensi, dan potensi yang paling utama adalah akal. Dengan akalnya ini, manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Bagi orang-orang yang berakal dan senantiasa bernalar untuk mengembangkan ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan “Ulul Albab” (QS. Ali Imron: 190).

Begitu banyak ayat Al-Quran dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang berilmu atas ahli ibadah yang tidak berilmu. Pepatah mengatakan bahwa ilmu lebih utama daripada harta karena ilmu akan menjaga pemiliknya, sedangkan harta, pemiliknyalah yang harus menjaganya. Dan sesungguhnya, iman seseorang kepada Allah dan hari akhir itu haruslah dibangun dengan berbekal ilmu. Tidak mungkin seseorang dapat memiliki iman kepada hal-hal tersebut tanpa memiliki ilmu. Karena, tanpa ilmu, seseorang hanya akan beragama tanpa memiliki dasar yang kuat dan hanya ikut-ikutan saja, yang pada akhirnya imannya akan mudah goyah oleh syubhat-syubhat yang kini begitu merajalela.

Di bawah ini adalah beberapa keutamaan orang-orang yang berilmu. Di antaranya adalah:

Dalam surah Al-Mujadalah: 11, Allah SWT berfirman “… Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat….” Derajat yang diberikan Allah bisa berupa kemuliaan status social, kedudukan, jabatan, harta, dan kelapangan hidup.

Dalam surah Az-Zumar: 9 dan Al-Hasyr:20, Allah membandingkan antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui dan ahli surga dengan ahli neraka dengan redaksi yang mirip. Hal ini menunjukkan bahwa beda derajat orang yang berilmu dengan derajat orang yang tidak berilmu adalah sama dengan beda derajat ahli surga dengan ahli neraka.

Dalam surah Al-Mulk: 2, Allah berfirman “Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang lebih baik amalnya….” Ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan yang benar, yakni sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin seseorang bisa meraih hal ini tanpa ilmu?

Rasulullah pernah bersabda “Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. At-Tirmidzi). Dan dalam hadits-hadits beliau yang lain, beliau tidak pernah meminta kepada Allah untuk ditambahkan kepadanya keculai ilmu. Seandainya ada sesuatu yang lebih utama dari ilmu, pastilah eliau akan mengajarkan umatnya untuk meminta hal tersebut.

Tidurnya orang yang berilmu lebih ditakuti daripada shalatnya orang yang tidak berilmu. Hal ini bisa terjadi karena tidurnya orang yang berilmu pastilah bertujuan untuk istirahat agar dia mampu beribadah lagi kemudian. Selain itu, orang yang

Page 7: IPTEK dan Seni dalam Islam

7

mengamalkan ilmunya akan tidur dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah di dalamnya sehingga tidurnya tersebut akan bernilai ibadah. Sedangkan, ibadahnya orang yang bodoh akan rawan terhadap bid’ah dan justru menjadikan syaitan menyukainya.

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Imam Syafi’i pernah berkata “Menuntut ilmu lebih afdol daripada shalat nafil (shalat tahajjud).”

Imam Bukhari berkata “Ilmu itu sebelum berkata dan beramal.” Imam Al-Ghazali juga berkata “ Barangsiapa yang berilmu akan dapat membimbing

dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan pesona keharumannya kepada orang yang berpapasan.”

Demikianlah beberapa dalil yang menunjukkan keutamaan-keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam setiap dalil tersebut, kata ilmu selalu didahului oleh alif-lam yang menunjukkan bahwa hanya ilmu-ilmu tertentu saja yang wajib untuk dicari oleh setiap muslim. Ilmu apa sajakah itu?

Ibnu Hajar Al-Atsqolani menyebutkan dalam kitab Fathul Baari bahwa ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain untuk dicari oleh setiap muslim adalah “Ilmu syar’i yang bermanfaat mengetahui kewajiban mukallaf dari perkara din-nya, baik urusan ubadah dan mu’amalah. Serta ilmu tentang Allah, sifat-Nya, dan kewajiban kita terhadap urusan tersebut, dan menyucikan-Nya dari kekurangan. Adapun semua itu berputar pada tafsir, hadits, dan fiqh.” (Fathul Baari 1/141).

Page 8: IPTEK dan Seni dalam Islam

8

BAB IV

Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Lingkungannya

Fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai Abdun (hamba Allah) dan sebagai

Khalifah Allah di bumi. Abdun pada manusia berarti ciptaan Allah yang memiliki konsekuensi adanya keharusan untuk taat dan patuh kepada penciptanya dan khalifah pada manusia berarti manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka tinggal.

Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan ilmu pengetahun yang memadai. Hanya orang-orang yang memilki ilmu pengetahuan yang cukup yang sanggup menggali dan memberdayakan sumber-sumber alam ini. Mereka bertanggungjawab untuk memakmurkan, melestarikan, memberdayakan dan menjaga keseimbangan alam semesta.

Terjadinya kerusakan di alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan oleh manusia sendiri (QS. Ar-Rum: 41). Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas menjaga dan melestarikan alam ini. Kedua fungsi utama manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya keduanya merupakan suatu kesatuan yang untuh yang seharusnya ada dalam kehidupan manusia.

Page 9: IPTEK dan Seni dalam Islam

9

BAB V

Penutup

Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas

pada pengetahuan dan ilmu saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui Al-Quran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami bahwa Al-Quran itu merupakan sumber pengetahuan manusia.

Menuntut ilmu pengetahuan adalah suatu perintah sehingga dapat dikatakan suatu kewajiban. Harus kita sadari bahwa agama merupakan pedoman bagi kebahagiaan dunia akhirat sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama tidak semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang mengarah kepada duniawi.

Manusia dituntuk untuk menuntut ilmu dan hukumnya wajib. Jika tidak menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut, menuntut ilmu bermanfaat untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang memiliki ilmu). Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu (ilmuwan) akan berdosa jika ilmunya tidak diamalkan.

Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang dibenarkan oleh ajaran agama (amal shaleh).

Seni adalah keindahan yang merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Tanggung jawab seorang ilmuwan dan seniman meliputi:

Nilai ibadah, Berdasarkan kebenaran ilmiah, Ilmu amaliah, dan Menyebarluaskan ilmunya.