Upload
ricky-ramadhan
View
11.986
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurnal Geografi Pertanian, Matkul Geo Pertanian, SMT 4 @ Jurusan Pendidikan Geografi UPI
Citation preview
KELOMPOK
20IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN DESA PANUNDAAN DAN DESA
LEBAKMUNCANG KECAMATAN CIWIDEY
KABUPATEN BANDUNG
ABSTRAK
Pengamatan atas komoditas pertanian di Desa Lebakmuncang dan Desa Panundaan
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung ini adalah upaya identifikasi dan arsip
komoditas pertanian yang ada di wilayah Bandung Raya. Selain itu perbedaan
topografi, unsur klimatik dan faktor manusia yang mendiami wilayah tersebut menjadi
faktor yang turut diperhatikan sebagai pembeda bagi wilayah-wilayah dalam hal
komoditas pertanian. Komoditas-komoditas pertanian tersebut tidak hanya
diidentifikasi dan dilihat perbedaannya, namun dianalisis faktor ekonomisnya bagi
masyarakat. Seberapa besar memberikan manfaat kepada masyarakat dalam hal mata
pencaharian, keuntungan dan jejaring produk di wilayah lain. Dalam artian, seberapa
besar sumber daya alam ini diolah untuk dibudidayakan dan dimanfaatkan dalam
proses tata niaga untuk keuntungan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Kata kunci : Komoditas Pertanian, tata niaga pertanian
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Geografi pertanian mencangkup banyak hal secara luas di bidang pertanian. Tidak hanya alam,
manusia dan tanaman saja, tetapi juga geografi pertanian ini mencakup perbedaan kawasan yang
dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang berhubungan dengan kondisi sosial dan
ekonominya.
Geografi pertanian merupakan gabungan dari kegiatan ekonomi dan sosial dan alam yang saling
berkaitan dan berkesinambungan. Perkembangan kegiatan pertanian yang dilakukan, meliputi
lahan pertanian dimana kebutuhan akan lahan pertanian yang produktif semakin lama semakin
meningkat. Meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat menyebabkan perluasan lahan
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20pertanian menjadi sangat penting. Geografi pertanian membahas bagaimana lahan pertanian agar
tetap produktif dan tersedia.
Produksi tanaman memenuhi kebutuhan akan pangan dengan meningkatkan produksi pertanian.
Proses budidaya yang dilakukan sampai proses ekonomi yaitu jual beli produk pertanian saling
berkaitan dan berhubungan.
Konservasi sumber daya alam dimana dalam penerapan geografi pertanian mencakup dalam
menunjang proses konservasi sumber daya alam. Menjaga kelestarian sumber plasma nutfah
yang penting dan berguna bagi manusia dan mencegah agar tidak terjadi kepunahan.
Dampak lingkungan dimana kerusakan lingkungan dapat disebabkan dari eksploitasi berlebihan
penggunaan lahan pertanian yang tidak seimbang. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat
menyebabkan resistensi dari hama dan akan menyebabkan terjadinya wabah atau serangan
terhadap lingkungan tersebut.
Penggunaan teknologi pertanian dimana dalam geografi pertanian, penggunaan teknologi
pertanian sangatlah penting. Peningkatan jumlah produksi pertanian dapat ditingkatkan dengan
adanya kemajuan teknologi pertanian ini. Manusia mulai menciptakan peralatan dan mesin
pertanian yang lebih maju dan efektif yang dapat mempercepat waktu panen dan pengolahan.
Geografi pertaninan sebenarnya mencangkup banyak hal yang saling berkaitan. tidak hanya
manusia dan alam saja, nilai ekonomis dan sosialnya juga lebih diperhatikan. Jadi berdasarkan
latar belakang diatas kami ingin mengetahui apakah pertanian yang kami teliti mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, bagaimanakah hasil pertanian dan tata niaganya dan
adakah kebijakan pemerintah yang terlibat didalamnya.
Tujuan
Tujuan diadakannya pengamatan komoditas pertanian tersebut diantaranya adalah (1) Untuk
mengetahui komoditas utama pertanian di wilayah tersebut, (2) Untuk mengetahui hasil produksi
pertanian, (3) Untuk mengetahui tata niaga pertanian dan (4) Untuk mengetahui kebijakan
pemerintah di Desa Lebakmuncang dan Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey.
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan pengamatan yang kami lakukan ini mulai sejak tanggal 7 Mei 2012 sampai dengan
17 Mei 2012. Berikut rinciannya:
No Tanggal dan Waktu Tempat Kegiatan
1 Senin, 7 Mei 2012Kesbang Kab. Soreang Meminta Surat Perizinan Penelitian
Kantor Kec. Ciwidey Menyerahkan Surat Dari Kesbang
2 Rabu, 9 Mei 2012Kantor Desa Panundaan Menyerahkan Surat Dari Kesbang
Desa Panundaan Observasi Dan Wawancara
3 Jumat, 11 Mei 2012
Kantor Desa
Lebakmuncang Menyerahkan Surat Dari Kesbang
Desa Lebakmuncang Observasi Dan Wawancara
4 Jumat, 17 Mei 2012 Desa Panundaan Melengkapi Data
Alat dan bahan
Alat:
1. Alat tulis
2. GPS (global positioning system)
3. Digital Camera
4. Hand phone untuk merekam suara
Bahan:
1. Instrument penelitian
2. Data monografi Desa
3. Peta Rupa Bumi
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20Langkah kegiatan
Dalam melakukan pengataman, kami melakukan beberapa kegiatan diantaranya,
1. Mengkaji region yang diamati kemudian menentukan daerah-daerah yang akan diteliti.
dimana daerah yang kami kaji adalah kecamatan ciwidey dengan mengambil 2 sampel
desa yaitu desa Panundaan dan desa Lebakmuncang.
2. Membuat surat perizinan penelitian, surat izin dimulai dari surat pengantar dari Jurusan
ke Fakultas dan di stempel oleh Fakultas, kemudian surat itu digunakan untuk meminta
surat ke Kesbangpol Kabupaten Bandung, dan disalin untuk dibagikan di tiap desa yang
akan kami teliti.
3. Mendatangi kepala desa setempat, hal itu dilakukan untuk meminta izin penelitian
dengan menyerahkan surat dari Kesbangpol, selain itu kami meminta data monografi
desa dan rekomendasi daerah pertanian yang ada di sana.
4. Melakukan observasi dan wawancara dengan petani dan pihak-pihak yang terkait dengan
pertanian tersebut.
PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah Desa Lebakmuncang
1. Kondisi Fisik Wilayah
Luas : 800,026 Ha
Batas Wilayah
Sebelah Utara : Desa Rawabogo dan Nengkelan
Sebelah Selatan : Kecamatan Rancabali
Sebelah Barat : Kecamatan Sindangkerta
Sebelah Timur : Kecamatan Pasirjambu
Ketinggian : 1.200 mdpl
Topografi : Dataran tinggi
Curah Hujan : 60 mm / thn
Suhu Udara Rata-rata : 18⁰ – 20⁰ C
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20Data tersebut diambil berdasarkan Monografi Desa Lebakmuncang bulan Januari 2012. Seperti
yang telah disajikan dari rincian diatas, itulah beberapa aspek kondisi fisik Desa Lebakmuncang.
Desa Lebakmuncang berada di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Desa Lebakmuncang
merupakan salahsatu pusat kegiatan pemerintahan Kecamatan Ciwidey, karena 50 meter ke
sebelah utara Kantor Desa, terdapat Kantor Kecamatan Ciwidey. Sehingga kegiatan dari tingkat
desa menuju kecamatan langsung bisa diketahui. Begitupun ketika informasi dan kegiatan
tingkat kecamatan, akan mudah didapat untuk warga Desa Lebakmuncang ini.
Keberadaan Desa Lebakmuncang dan kantor Kecamatan Ciwidey cukup menjorok ke dalam.
Jarak dari Jalan Utama Kecamatan Ciwidey sekitar 3 km. Kami sendiri tidak mengetahui faktor
apa yang menyebabkan hal ini terjadi. Namun bagi warga pendatang atau yang baru mendatangi
Kecamatan Ciwidey, dirasakan cukup jauh dan tidak strategis.
Penggunaan lahan berdasarkan pengamatan kami didominasi oleh lahan pertanian. Komoditas
pertanian selain Padi yang utama disini adalah seledri. Pembahasan mengenai seledri akan
dipaparkan pada sub bab selanjutnya.
2. Kondisi Sosial Wilayah
Jumlah Penduduk : 12.547 orang
Jumlah Kepala Keluarga 3902 kk
Laki – laki : 6.387 orang
Perempuan : 6.160 orang
Seperti yang telah disajikan dari rincian diatas, itulah beberapa aspek kondisi sosial di Desa
Lebakmuncang. Bila kita jabarkan lebih lanjut, dapat kita dapatkan pemahaman lebih jelas
mengenai data kependudukan tersebut.
Berdasarkan kewarganegaraan, penduduk Desa Lebakmuncang seluruhnya berkewarganegaraan
Indonesia. Dengan komposisi Agam Islam 12.535 orang dan agama Kristen sebanyak 12 orang.
Pada tingkat pendidikan, sebanyak 6.438 orang mengenyam pendidikan Sekolah Dasar.
Sebanyak 1.173 orang mengenyam pendidikan SMP. Sebanyak 415 orang mengenyam
pendidikan SMA dan 98 orang lainnya lulus Diploma (D3).
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20Berdasarkan mata pencahariannya, sebanyak 2.871 orang bekerja sebagai buruh. 1.967 orang
bekerja sebagai petani, sebanyak 611 orang bekerja sebagai wiraswasta dan lainnya sebagai PNS,
pensiunan dan pedagang.
Deskripsi Wilayah Desa Panundaan
1. Kondisi Fisik Wilayah
Luas : 321.336 Ha
Batas Wilayah
Sebelah Utara : Desa Ciwidey
Sebelah Selatan : Desa Alamendah
Sebelah Barat : Desa Lebakmuncang
Sebelah Timur : Desa Sugihmukti
Ketinggian : 1.400 mdpl
Topografi : Perbukitan
Curah Hujan : 1800 mm / thn
Suhu Udara Rata-rata : 18⁰ – 21⁰ C
Data tersebut diambil berdasarkan Profil Desa Lebakmuncang bulan Desember 2011. Seperti
yang telah disajikan dari rincian diatas, itulah beberapa aspek kondisi fisik Desa Panundaan.
Desa Panundaam berada di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Kantor Desa Panundaan
berada di pinggir jalan raya Ciwidey – Rancabali. Letaknya strategis dan mudah dijangkau.
Ketika kami melihat paparan desa, memang desa ini berbentuk perbukitan dengan ketinggian
1400 mdpl. Suhu yang kami rasakan lebih dingin dari Desa Lebakmuncang. Desanya memencar
dengan pusatnya berada di Kantor Desa tersebut. Pada daerah yang kami amati, jalannya
bergelombang naik turun dengan hamparan lahan pertanian.
Penggunaan lahan berdasarkan pengamatan kami didominasi oleh lahan pertanian. Komoditas
pertanian selain Padi yang utama disini adalah seledri. Pembahasan mengenai seledri akan
dipaparkan pada sub bab selanjutnya.
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
202. Kondisi Sosial Wilayah
Jumlah Penduduk : 11.647 orang
Jumlah Kepala Keluarga 3.467 kk
Laki – laki : 5.881 orang
Perempuan : 5.766 orang
Seperti yang telah disajikan dari rincian diatas, itulah beberapa aspek kondisi sosial di Desa
Panundaan. Bila kita jabarkan lebih lanjut, dapat kita dapatkan pemahaman lebih jelas mengenai
data kependudukan tersebut.
Berdasarkan kewarganegaraan, penduduk Desa Panundaan seluruhnya berkewarganegaraan
Indonesia. Dengan komposisi Agam Islam 11.612 orang dan agama Kristen sebanyak 19 orang.
Pada tingkat pendidikan, sebanyak 125 orang sedang bersekolah TK. Sebanyak 340 orang (usia
7-18 th) tidak mengenyam pendidikan dan 123 orang (usia 18-56 th) tidak pernah sekolah.
Sebanyak 1901 orang (usia 7-18 th) sedang sekolah.
Berdasarkan mata pencahariannya, sebanyak 4.792 orang bekerja sebagai buruh tani. 665 orang
bekerja sebagai petani, sebanyak 817 orang bekerja sebagai PNS dan lainnya sebagai pengrajin,
peternak, seniman dan pensiunan.
Komoditas Pertanian
Kecamatan Ciwidey seperti pada umumnya yang berada di daerah perbukitan, memiliki suhu
yang rendah dan kelembaban yang rendah. Penyinaran yang hampir merata dan curah hujan
besar sekitar 2.000-3000 mm/ tahun. Angin berhembus sedang dengan kesuburan tinggi.
Keadaan demikian memungkinkan pertanian holtikultura berkembang dengan baik disini. Hal itu
dimanfaatkan dengan baik oleh wilayah ini.
Kecamatan Ciwidey memang menjadi kawasan pertanian holtikultura untuk menunjang pasokan
pangan (daily goods) bagi warga Bandung Raya. Beberapa komoditas pertanian holtikulrura
seperti perkebunan buah, sayuran dan pertanian palawija tumbuh subur disini.
Untuk tanaman buah, terdapat strawberry yang menjadi unggulan utama pertanian holtikultura
daerah ini. Buah strawberry ini juga menjadi ciri khas daerah selatan Bandung ini. Di sepanjang
jalan kita dapat menyaksikan perkebunan strawberry dengan fasilitas petik sendiri oleh
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20pengunjung dan penjualan langsung komoditas tersebut baik dalam bentuk buah maupun produk
olahan seperti dodol, sirup, kerupuk, dan lainnya.
Mindset kami pada kawasan ini memang tertuju pada buah strawberry. Ketika kami ditempatkan
pada region ini, maka yang terpikir langsung oleh kami adalah, kami akan mendapati pertanian
ini sebagai yang utama. Namun ternyata banyak hal lain yang bisa ditemukan disini. Pada
perkembangannya, petani di daerah ini mulai mengembangkan kopi dan teh sebagai komoditas
percobaan untuk dapat dikembangkan disini. Terlihat dari pinggir jalan, mulai banyak penjual
dan petani kopi luwak.
Untuk tanaman sayuran, banyak jenisnya disini. Salahsatu yang menjadi unggulan adalah
tanaman seledri dan bawang daun. Tanaman lain yang dikembangkan juga disini ada tomat, kol,
dan tembakau. Seledri inilah yang kemudian menjadi fokus kami dalam pengamatan dan
observasi lapangan. Kami berpandangan bahwa tanaman ini mempunyai ciri khas dalam proses
produksinya, unik dan beda dengan kajian di wilayah lain juga menarik untuk diangkat ke
permukaan dalam ranah akademik untuk bersama-sama menjadi perhatian. Maka pada sub bab
selanjutnya, pembahasan akan dikhususkan pada tanaman seledri.
1. Mekanisme Tanam dan Produksi Pertanian
Pada bagian ini kita akan mengetahui bagaimana proses produksi pertanian pada tanaman
seledri. Akan dimulai dari sejak pembibitan. Untuk dapat membuka lahan pertanian seledri,
lahan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Cukup beberapa puluh meter.
Gambar 1 Penyiangan Tanaman Seledri
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20Untuk dapat memulai usaha pertanian seledri, dibutuhkan modal sekitar 5 juta rupiah. Untuk
sewa lahan pertanian 1400 m2 sebesar 2,5 juta per musim dan bibit seledri sekitar Rp. 300 per
kilogramnya. Masa tanam seledri adalah 3 bulan. Dimulai dengan masa penyiangan 2 bulan dan
penanaman kembali 1 bulan dengan metode tumpang sari. Lahan dapat diolah oleh sekitar 25
orang dengan upah garapan Rp. 25.000 per orang.
Hal yang perlu diperhatikan sebagai petani seledri adalah hama tanaman yang sangat mudah
menyerang tanaman ini. Bahkan dari seluruh biaya yang digunakan untuk menggarap lahan
seledri, biaya obat hama lah yang terbesar menyedot biaya. Ini dimungkinkan karena seledri
memang rentan terhadap penyakit dan perubahan cuaca ekstrim. Sehingga pemupukan harus
dilakukan 3-4 kali dalam masa tanam.
Pupuk yang digunakan ada 2 macam. Pupuk dasar, yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia
(NPK). Dalam 1 kali masa tanam, pupuk yang dihabiskan bisa mencapai 250 kg per 100 tumbak/
1.400 m2 lahan. Sangat besar untuk ukuran tanaman sekecil seledri. Harga pupuk dan obat pun
sangat mahal. Dalam 1 kali masa tanam, biaya yang dikeluarkan untuk seluruh proses
pemupukan dan obat mencapai 3 juta rupiah. Lebih mahal dari harga sewa tanahnya sendiri.
Gambar 2 Seledri Varietas Bamby
Berbicara mengenai varietas, pada kedua Desa tersebut menanam varietas seledri yang sama.
Yaitu Bamby. Petani bisa mendapatkan bibit ini dari penjual bibit. Biasanya bandar petani, dan
ada pula petani yang menyisihkan hasil tanam seledrinya utnuk dijadikan bibit.
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20Kepemilikan lahan pertanian di Desa Lebakmuncang dimiliki oelh warga perorangan. Mereka
juga tidak dinaungi kelompok tani, sehingga penggarapan lahan hanya mengandalkan
pengetahuan dan pengalaman mereka yang sudah selama 15 tahun bertani seledri. Sedangkan di
Desa Panundaan kebanyakan dimiliki oleh warga pendatang yang menanamkan saham di lahan
pertanian tersebut. Sehingga warga hanya menyewa lahan atau menggarap lahan milik warga
mayoritas kaya. Di Desa Panundaan, petani seledrinya sudah dinaungi oleh kelompok tani.
Sehingga mereka mendapatkan informasi seputar perawatan tanaman dan pelatihan-pelatihan
dan pihak swasta.
Hambatan yang dirasakan selama bercocok tanam seledri ini adalah, tanaman seledri ini rentan
terhadap penyakit. Kebutuhan airnya cukup banyak dan harga jualnya yang cepat sekali berubah.
Maka dibutuhkan keuletan, strategi dan insting terhadap pasar akan kebutuhan seledri.
2. Tata Niaga Pertanian
Gambar 3 Proses distribusi Tanaman Seledri
Setelah melalui proses tanam selama 3 bulan, tibalah saatnya panen seledri. Panen seledri pada
dua desa tersebut dilakukan setiap hari. Tidak tergantung musim, karena permintaan seledri
memang datang setiap hari untuk kebutuhan rumah tangga. Hasil pertanian seledri dapat dijual
langsung ke pasar. Pasar yang menjadi tujuan utama distribusi tanaman ini adalah pasar Ciwidey,
Soreang, pasar Caringin dan pasar lainnya di kota Bandung. Selain itu, petani di Desa
Lebakmuncang mendapatkan pesanan dari Jakarta dan wilayah Lampung. Selain itu juga, seledri
dibeli oleh tengkulak. Harga jual seledri berkisar antara Rp. 3.000 – 15.000. perubahan harga
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20seledri cukup cepat karena memang permintaan datang setiap waktu. Kebutuhan seledri yang
diminta untuk Desa Lebakmuncang misalnya, pasar membutuhkan 60 ton per harinya. Sehingga
perputaran produk lebih cepat. Namun ketika produk terlalu banyak di pasaran, tentu akan
langsung terjadi penurunan harga. Dalam hal ini diperlukan kecerdikan dimana saat kita tahan
pasokan barang, dan dimana saat kita harus memberikan produk ke pasar.
Dari modal sekitar 5 juta tadi (yang sudah dijelaskan pada masa tanam), didapatkan laba sekitar
15 juta dalam setahun. Itu setidaknya yang kami dapatkan keterangannya dari Ketua Kelompok
Tani Caringin Asih, Bapak H. Mamat Rahmat. Untuk seledri, tidak dikembangkan pengemasan
produk lebih lanjut, karena kebutuhan hanya untuk sektor rumah tangga saja.
3. Kebijakan Pemerintah
Seperti yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya, untuk di Desa Lebakmuncang tidak ada
lagi bantuan pemerintah. Entah berupa kebijakan tanam, pelatihan, penentuan harga dan bantuan
modal bagi petani. Sedangkan untuk Desa Panundaan cukup beruntung, karena di Desa mereka
telah dibentuk kelompok tani. Sehingga dapat dikumpulkan dan berbagi pengalaman. Utnuk
pelatihan dan sosialisasi, banyak diadakan oleh perusahaan swasta sekaligus untuk
mempromosikan produk pertanian mereka.
Dari analisis yang kami lakukan, tidak adanya campur tangan pemerintah karena memang usaha
dan karakteristik tanaman seledri ini hanya bisa ditangani oleh masyarakat penggarap tanah dan
pemiliknya. Kemudian, karena pertanian seledri ini telah lama dilakukan oleh masyarakat
sekitar, sehingga pemerintah merasa bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup
dalam mengolah lahan.
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
204. Komparasi Wilayah
Berikut ini hasil komparasi antar dua wilayah pengamatan :
Aspek Desa Lebakmuncang Desa Panundaan
Kepemilikan
lahanMilik perorangan
Sebagian milik warga
pendatang dan warga desa
Varietas Seledri Bamby Bamby
Masa tanam 3 bulan 3 bulan
Bibit Rp 300 / kgRp 300 / kg dan bisa
memakai hitungan per meter
Pupuk 3 kali 3 kali
Masa panen Setiap hari, siang dan malamSetiap hari hanya di siang
hari
Wilayah
distribusi
Ciwidey, Bandung Raya,
Jakarta dan LampungCiwidey dan Bandung Raya
Kelompok tani Tidak ada ada
Penyuluhan Tidak ada ada
Bantuan
pemerintahTidak ada Tidak ada
Bantuan swasta Ada Ada
Komoditas lainKopi, teh, tembakau, bawang
daun, kol, strawberry
Strawberry, kol, kembang
kol, bawang daun
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20
KELOMPOK
20SIMPULAN
Daerah Ciwidey merupakan daerah perbukitan tinggin dengan elevasi 1200-1400 mdpl.
Memiliki curah hujan 2500-3000 mm/thn. Keadaan Ciwideyn yang berada di daerah sejuk
memungkinkan berkembanganya budidaya tanaman Holtikultura. Hal ini dimanfaatkan dengan
baik dengan banyaknya tanaman pertanian dan perkebunan yang dikembangkan disini.
Salahsatunya seledri.
Seledri yang ditanam di Desa Lebakmuncang dan Panundaan merupakan varietas Bamby dengan
usia tanam sudah puluhan tahun digeluti oleh warga sekitar. Masa tanam seledri adalah 3 bulan.
Hanya dibutuhkan lahan kecil untuk memulai pertanian ini. Bibit dapat diperoleh dari bandar
petani seharga Rp. 300 per kg. Perawatan tanaman ini sangat kompleks. Dibutuhkan keuletan
untuk merawatnya, karena tanaman ini rentan terhadap penyakit. Kerentanan tersebut juga
menjadi pemicu hadirnya obat-obat dan pupuk yang sangat banyak dan harus digunakan untuk
menyelamatkan seledri hingga panen. Jumlah pupuk yang dibutuhkan sekitar 250 kg.
Dalam panennya, pada 100 tumbak tanah (setara 1400 m2) bisa menghasilkan 5-6 ton seledri
yang siap dijual. Harga jualnya berkisar Rp. 3.000 – 15.000. kebutuhan pasar akan produk
seledri sekitar 60 ton sehari. Distribusi dan penjualan hasil pertanian tidak begitu sulit. Karena
permintaan datang setiap hari dari pasar-pasar di Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Jawa
Barat, Jakarta hingga ke Lampung.
Hambatan yang ditemui di lapangan dalam pertanian seledri ini adalah, rentannya seledri
terhadap penyakit, mahalnya pupuk dan pestisida, cuaca tidak menentu dan harga yang cepat
sekali berubah.
Mengenai kebijakan pemerintah, tidak ada lagi bantuan modal bagi petani, tidak ada penentuan
harga, pelatihan-pelatihan dan kebijakan lainnya. Hal ini dikarenakan produk ini sudah ditanam
puluhan tahun sehingga sudah cukup paham mengenai perawatan seledri. Hal lainnya karena
tidak adanya saluran aspirasi lewat kelompok tani.
JURNAL GEOGRAFI PERTANIAN – KELOMPOK 20