Upload
muflihatul-abadiyah
View
760
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG OPTIK
LKM 07 “ PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL “
Oleh:
1. Nuriska Ela Safitri (12030654057)
2. Muflihatul Abadiyah (12030654224)
3. Moch. Martha Ayuhans (12030654226)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
2015
PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL
Nuriska Ela Safitri, Muflihatul Abadiyah, Mochamat Martha Ayuhans Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Kami telah melakukan percobaan dengan judul Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2015 di Laboratorium prodi Pendidikan IPA Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unesa. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan indeks bias pada kaca plan pararel, menentukan pergeseran sinar cahaya (t) pada kaca plan
pararel, serta mendiskripsikan hubungan sudut datang (i) terhadap besarnya pergeseran sinar cahaya (t). Adapun prosedur untuk melakukan percobaan ini ialah dengan cara menggambar kaca plan paralel pada kertas, membuat garis normal yang tegak lurus terhadap sisi kaca plan
paralel, menentukan sudut datang (i), menggambar garis sudut datang, menandai dengan menggunakan jarum pentul, melihat garis bias yang terbentuk, menandai dengan jarum pentul,
menggambar garis bias, menggambar garis normal yang tegak lurus terhadap sisi plan paralel yang lain, mengukur sudut bias yang terbentuk, menentukan sudut deviasi dari gambar dengan menarik garis titik sudut datang dan titik sudut bias dan mengukur pergeseran sinar (t) yang
terbentuk. Adapun variabel yang kami gunakan adalah variabel manipulasinya yaitu sudut datang (i), variabel kontrolnya yaitu tebal kaca plan paralel dan jarum pentul, dan variabel
responnya yaitu sudut bias, indeks bias, dan pergeseran sinar. Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan dengan sepuluh nilai sudut datang (i) diperoleh nilai n (indeks bias kaca) dengan menggunakan perhitungan rumus berturut-turut yaitu 1,47; 1,52; 1,55; 1,49; 1,45; 1,52;
1,49; 1,50; 1,53; 1,48. Nilai n rata-rata dari perhitungan didapatkan 1,50 ± 0,03, dengan taraf ketidakpastian sebesar 0,55% dan taraf ketelitian 99,45%. Perolehan nilai ketidak pastian
tersebut dikarenakan kurang terampilnya pengamat menggunakan alat percobaan serta kurang telitinya pengamat dalam melihat garis bias yang terbentuk sehingga sedikit mempengaruhi perolehan besarnya nilai sudut bias. Berdasarkan hasil percobaan yang kami peroleh, dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil nilai sudut datang (i) maka nilai pergeseran sinar cahaya akan semakin kecil.
Kata kunci : Kaca Plan Paralel, Sudut Datang, Sudut Bias, Sudut Deviasi, Indeks bias,
Pergeseran Sinar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menemukan fenomena IPA yang
menimbulkan suatu pertanyaan dalam diri kita. Misalnya fenomena sendok yang dicelupkan
ke dalam gelas berisi air. Sendok tersebut seolah-olah patah jika kita lihat dari samping gelas.
Dalam ilmu IPA, peristiwa tersebut dinamakan sebagai pembiasan atau pembelokan.
Pembiasan atau pembelokan terjadi ketika suatu benda terdapat pada medium dengan
kerapatan yang berbeda, misalnya medium udara dan air.
Peristiwa pembiasan terjadi juga pada kaca plan paralel, berkas cahaya pada kaca
plan paralel akan berubah arahnya jika melewati bidang batas antara 2 medium berbeda.
Pembiasan pada kaca plan paralel dipengaruhi oleh bebrapa factor, diantaranya yaitu tebal
kaca, sudut datang, dan indeks bias kaca. Jika suatu sinar dibiaskan pada kaca plan paralel,
maka sinar akan mengalami pergeseran. Untuk mengetahui pergeseran tersebut, maka
dilakukan percobaan tentang pembiasan pada kaca plan paralel.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara untuk menentukan indeks bias pada kaca plan paralel ?
2. Bagaimana cara untuk menentukan pergeseran sinar cahaya (t) pada kaca plan paralel ?
3. Bagaimana hubungan sudut datang (i) terhadap besarnya pergeseran sinar cahaya (t) ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dilakukannya peercobaan ini
adalah :
1. Dapat menentukan indeks bias pada kaca plan paralel.
2. Dapat menentukan pergeseran sinar cahaya (t) pada kaca plan paralel.
3. Dapat mendiskripsikan hubungan sudut datang (i) terhadap besarnya pergeseran sinar
cahaya (t).
D. Hipotesis
1. Jika nilai sudut datang dan sudut biasnya diketahui, maka indeks bias kaca plan pararel
dapat ditentukan.
2. Jika garis sudut datang dan garis sudut biasnya diperpanjang hingga terbentuk garis yang
sejajar, maka pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel dapat diukur dengan
mengukur jarak antara perpanjangan garis sudut datang dan garis sudut bias.
3. Jika nilai sudut datang (i) kecil, maka nilai pergeseran sinar cahaya (t) juga kecil.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pembiasan Pada Kaca Plan Pararel
Kaca plan pararel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus dengan 6 sisi
yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng tipis mirip batu-bata atau
korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu yang sering dilambangkan dengan d. Peristiwa yang
terjadi ketika seberkas sinar melewati sebuah kaca plan pararel adalah sinar tersebut akan
megalami pergeseran. Cahaya atau berkas sinar akan mengalmi 2 kali pembiasan oleh dua
medium yang berbeda kerapatanya. Berkas cahaya dari udara udara yang masuk ke dalam
kaca akan mengalami pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini
disebabkan medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda. Jadi,
kamu dapat menyimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua
medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika
sinar datang dari medium kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca). Sinar bias akan
menjauhi garis normal ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat (kaca) ke
medium kurang rapat (udara).
Terjadinya pembiasan tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli matematika dan
perbintangan Belanda pada 1621 bernama Willebrord Snell. Kesimpulan hasil
percobaannya dirumuskan dan dikenal dengan Hukum Snellius.
Gambar 2.1 Pembiasan Cahaya pada Kaca Plan Paralel
(sumber :rumushitung.com)
Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar dari
kaca plan pararel adalah sejajar. Berkas cahaya hanya mengalami pergerseran sebesar t
(besaran panjang). Jika berkas cahaya datang dengan sudut i maka rumus pergeseran adalah
Berkas cahaya dari udara udara yang masuk ke dalam kaca akan mengalami
pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara
dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda. Jadi, kamu dapat menyimpulkan
bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium yang berbeda
kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika sinar datang dari medium
kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca). Sinar bias akan menjauhi garis normal
ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat (kaca) ke medium kurang rapat (udara).
Gambar 2.2 Pembiasan Cahaya pada Kaca Plan Paralel
(sumber :www. Rumus-fisika.com)
Hukum Snellius menyatakan sebagai berikut :
1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Jika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat, sinar
akan dibiaskan mendekati garis normal. Jika sinar datang dari medium yang lebih rapat
menuju medium yang kurang rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal.
2.2. Indeks Bias
Berkas cahaya yang melewati dua medium yang berbeda menyebabkan cahaya
berbelok. Di dalam medium yang lebih rapat, kecepatan cahaya lebih kecil dibandingkan
pada medium yang kurang rapat. Akibatnya, cahaya membelok. Perbandingan laju cahaya
dari dua medium tersebut disebut indeks bias dan diberi simbol (n). Jika cahaya merambat
dari udara atau hampa ke suatu medium, indeks biasnya disebut indeks bias mutlak. Secara
matematis dituliskan.
n = 𝑪
𝑽
dengan :
n = indeks bias mutlak
c = Laju cahaya (m/s)
v = laju cahaya dalam medium (m/s)
Indeks bias mutlak dari beberapa medium diperlihatkan pada Tabel berikut.
Tabel 2.1 Indeks Bias dari Beberapa Medium
(sumber :www. Rumus-fisika.com)
Jika salah satu medium tersebut bukan udara, perbandingan laju cahaya tersebut
merupakan nilai relatif atau indeks bias relatif. Misalnya, berkas cahaya merambat dari medium
1 dengan kelajuan v1 masuk pada medium 2 dengan kelajuan v2, indeks bias relatif medium 2
terhadap medium 1 adalah:
n1 = 𝑪
𝑽𝟏 , n2 =
𝑪
𝑽𝟐
maka , 𝒏𝟏
𝒏𝟐 =
𝒗𝟏
𝑽𝟐
n21 = 𝒗𝟏
𝑽𝟐
dengan : n21 = indeks relative medium 2 terhadap medium 1.
v1 = laju medium 1 (m/s)
v2 = laju medium 2 (m/s)
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Rancangan Percobaan
B. Alat dan Bahan Percobaan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No Nama Spesifikasi Jumlah
1 Kaca Plan Paralel Kaca, n diketahui 1 buah
2 Jarum Pentul - 10 buah
3 Penggaris 30 cm, mika 1 buah
4 Kertas Putih HVS A4 10 lembar
5 Busur derajat 180º 1 buah
6 Ball-point Warna 2 buah
C. Variabel Percobaan
1. Variabel manipulasi : sudut datang (i)
2. Variabel kontrol : jumlah jarum pentul, tebal kaca
3. Variabel respon : sudut bias (r), indeks bias kaca, pergeseran sinar
Definisi Operasional Variabel :
1. Variabel manipulasi :
a) Sudut datang (i) yang dimaksud dalam percobaan ini yaitu besarnya nilai sudut yang
diukur dari garis normal sebelum dibiaskan dengan kaca plan paralel.
Gambar 3.1 Rancangan percobaan
pembiasan kaca plan paralel
2. Variabel kontrol :
a) Jumlah jarum pentul yang digunakan ketika sebelum dilakukan pembiasan adalah
sebanyak 2 buah dan jumlah jarum pentul yang digunakan sebagai penanda garis bias
yang diperoleh adalah sebanyak 2 buah.
b) Tebal kaca plan paralel yang digunakan percobaan adalah sebesar 6 cm.
3. Variabel respon :
a) Sudut bias (r) adalah sudut yang diperoleh dari pengukuran antara garis normal dan
garis bias yang diperoleh dari pembiasan.
b) Indeks bias kaca adalah nilai n yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan
rumus 𝑆𝑖𝑛 𝑖
𝑆𝑖𝑛 𝑟 setelah diketahui nilai sudut datang (i) dan sudut bias (r).
c) Pergeseran sinar yang dimaksud adalah besarnya nilai pergeseran sinar yang
terbentuk dari hasil pembiasan (t). pergeseran tersebut dapat diukur dari jarak antara
sudut datang dan sudut bias.
D. Langkah Percobaan
Langkah percobaan untuk menentukan besarnya indeks bias bahan (kaca) dan
pergeseran sinar cahaya pada kaca plan paralel adalah sebagai berikut :
Langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan sebagai
percobaan, kemudian menggaris (mencetak) tepi kaca plan paralel dengan menggunakan
pensil sehingga ukuran kaca tercetak sama persis di atas kertas A4, setelah itu membuat garis
normal yang tegak lurus pada sisi kaca plan paralel, kemudian membuat garis sudut datang
(i). Sudut datang diukur dari garis normal yang sudah digambar sebelumnya. Setelah
membuat sudut datang, kaca plan paralel diletakkan pas pada cetakan bentuk kaca yang telah
digambar pada awal langkah percobaan. Setelah itu, menandai ujung sudut datang dengan 1
jarum pentul, dan menandai 1 jarum pentul lagi pada sisi garis yang lain yang merupakan
perpanjangan dari garis sudut datang. Setelah itu, melihat pembiasan yang terbentuk pada sisi
kaca yang sejajar dengan letak sudut datang. Setelah menemukan garis biasnya, maka garis
bias tersebut ditandai dengan 2 jarum pentul yang diletakkan pada garis bias yang terlihat dan
1 jarum pentul yang lain diletakkan pada garis yang merupakan perpanjangan dari garis bias
yang terbentuk. Setelah diperoleh garis bias, langkah selanjutnya yaitu menggambar garis
normal tegak lurus pada sisi prisma yang sejajar dengan sisi prisma sudut datang. Setelah itu,
membuat garis yang menghubungkan sudut pada sudut datang terhadap sudut bias sehingga
diperoleh sudut bias (r). setelah diperoleh sudut bias, langkah selanjutnya yaitu mengukur
pergeseran sinar (t) yang diperoleh dari jarak antara garis perpanjangan sudut datang dan
garis perpanjangan garis bias. Untuk memperoleh indeks bias kaca, dilakukan dengan cara
perhitungan yang menggunakan rumus 𝑆𝑖𝑛 𝑖
𝑆𝑖𝑛 𝑟.
E. Alur Percobaan
Plan paralel
- Digambar pada kertas hvs
- Dibuat garis sudut datang pada kertas
- Ditandai dengan jarum pentul
Plan paralel dengan sudut datang
yang ditandai dengan jarum pentul
- Dilihat sudut bias yang terbentuk
- Ditandai dengan jarum pentul
- Digambar garis bias yang terbentuk
Garis bias luar kaca
plan paralel
- Garis sudut datang dihubungkan terhadap garis
garis bias sehingga diperoleh sudut bias (r)
Sudut bias (r)
- Diukur nilainya dengan menggunakan busur
- Dihitung nilai indeks bias dengan menggunakan rumus 𝑆𝑖𝑛 𝑖
𝑆𝑖𝑛 𝑟
Hasil (indeks bias)
Hasil t (pergeseran sinar)
Garis bias luar kaca
- Diperpanjang terhadap garis sudut datang
- Ditarik garis dari sudut datang pada perpanjangan
garis bias
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Tabel 4.1 Data hasil percobaan pembiasan pada kaca plan paralel
Percobaan
ke i (i±1)° t (t±0,1) cm r (r±1)°
Hasil
perhitungan n
Hasil
perhitungan t
1 30 1,1 20 1,47 1,09
2 32 1,3 20 1,52 1,34
3 34 1,4 21 1,55 1,42
4 36 1,4 23 1,49 1,43
5 38 1,5 25 1,45 1,45
6 40 1,6 25 1,52 1,71
7 42 1,7 27 1,49 1,75
8 44 2,0 28 1,50 1,91
9 46 2,1 28 1,53 2,11
10 48 2,3 30 1,48 2,14
B. Analisis
Dari percobaan pembiasan pada kaca plan dengan ketebalan kaca plan paralel (d)
yaitu 6 cm didapatkan data pada percobaan pertama dengan sudut datang (i) 30° diperoleh
pergeseran sinar cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,1 cm dan sudut bias (r) yaitu 20°
serta hasil perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,47 dan hasil perhitungan pergeseran sinar
cahaya pada kaca plan yaitu 1,09 cm.
Pada percobaan kedua dengan sudut datang (i) 32° diperoleh pergeseran sinar cahaya
pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,3 cm dan sudut bias (r) yaitu 20° serta hasil perhitungan
indeks bias (n) yaitu 1,52 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada kaca plan
yaitu 1,34 cm.
Pada percobaan ketiga dengan sudut datang (i) 34° diperoleh pergeseran sinar cahaya
pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,4 cm dan sudut bias (r) yaitu 21° serta hasil perhitungan
indeks bias (n) yaitu 1,55 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada kaca plan
yaitu 1,42 cm.
Pada percobaan keempat dengan sudut datang (i) 36° diperoleh pergeseran sinar
cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,4 cm dan sudut bias (r) yaitu 23° serta hasil
perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,49 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada
kaca plan yaitu 1,43 cm.
Pada percobaan kelima dengan sudut datang (i) 38° diperoleh pergeseran sinar
cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,5 cm dan sudut bias (r) yaitu 25° serta hasil
perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,45 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada
kaca plan yaitu 1,45 cm.
Pada percobaan keenam dengan sudut datang (i) 40° diperoleh pergeseran sinar
cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,6 cm dan sudut bias (r) yaitu 25° serta hasil
perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,52 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada
kaca plan yaitu 1,71 cm.
Pada percobaan ketujuh dengan sudut datang (i) 42° diperoleh pergeseran sinar
cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 1,7 cm dan sudut bias (r) yaitu 27° serta hasil
perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,49 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada
kaca plan yaitu 1,75 cm.
Pada percobaan kedelapan dengan sudut datang (i) 44° diperoleh pergeseran sinar
cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 2,0 cm dan sudut bias (r) yaitu 28° serta hasil
perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,50 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada
kaca plan yaitu 1,91 cm.
Pada percobaan kesembilan dengan sudut datang (i) 46° diperoleh pergeseran sinar
cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 2,1 cm dan sudut bias (r) yaitu 28° serta hasil
perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,53 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada
kaca plan yaitu 2,11 cm.
Pada percobaan kesepuluh dengan sudut datang (i) 48° diperoleh pergeseran sinar
cahaya pada kaca plan pararel (t) yaitu 2,3 cm dan sudut bias (r) yaitu 30° serta hasil
perhitungan indeks bias (n) yaitu 1,48 dan hasil perhitungan pergeseran sinar cahaya pada
kaca plan yaitu 2,14 cm.
C. Diskusi
1. Hitung r dari hasil pengukuran t. Selanjutnya tentukan harga n lensa dari hukum
Snellius. Tentukan rerata n dan SD-nya. Bandingkan harga n hasil pengukuran Anda
dengan harga n sesungguhnya.
Pada percobaan pembiasan pada kaca plan pararel dengan sudut datang (i) secara
berturut-turut yaitu 30°, 32°, 34°, 36°, 38°, 40°, 42°, 44°, 46°, 48° dihasilkan sudut bias
(r) berturut-turut yaitu 20°, 20°, 21°, 23°, 25°, 25°, 27°, 28°, 28°, 30° sehingga diperoleh
indeks bias kaca (n) dengan menggunakan rumus n = sin i/ sin r secara berturut-turut
yaitu 1,47; 1,52; 1,55; 1,49; 1,45; 1,52; 1,49; 1,50; 1,53; 1,48. Sehingga diperoleh rata-
rata indeks bias kaca (n) adalah 1,50±0,03. Sedangkan harga indeks bias kaca (n)
menurut teori adalah 1,51.
(sumber :www. Rumus-fisika.com)
2. Lakukan analisis, mengapa hasilnya seperti yang Anda temukan.
Hasil percobaan yang telah kami lakukan sudah sesuai dengan teori. Karena berdasarkan
data percobaan yang kami peroleh, jika dirata-rata atau tanpa dirata-rata namun
dibulatkan menurut aturan pembulatan, maka nilai indeks bias kaca yang kami peroleh
adalah sebesar 1,50. Sedangkan harga indeks bias kaca (n) menurut teori adalah 1,51.
Dari percobaan yang telah kami lakukan diperoleh taraf ketelitian sebesar 99,45% dan
taraf ketidakpastian sebesar 0,55%.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung
besar nilai indeks bias kaca plan paralel, maka nilai sudut datang dan silai sudut bias perlu
diketahui terlebih dahulu. Besarnya nilai indeks yang diperoleh dari hasil percobaan sesuai
dengan nilai indeks kaca plan paralel pada umumnya, yaitu 1,5.
Besar nilai pergeseran sinar cahaya dapat diukur jika garis sudut datang dan sudut
bias diperpanjang hingga terbentuk garis yang sejajar, maka t dapat diukur dengan
mengukur nilai jarak antara perpanjangan 2 garis tersebut. Terdapat perbedaan nilai t yang
diperoleh dengan cara pengukuran dan perhitungan. Namun, selisih/ perbedaan tersebut
tidak menunjukkan selisih yang bernilai besar.
Besar kecilnya nilai sudut datang, akan berpengaruh pada besar kecilnya pergeseran
kaca plan paralel yang diperoleh. Jika nilai sudut datang (i) kecil, maka nilai pergeseran
sinar cahaya (t) juga kecil.
B. Saran
Adanya nilai ketidakpastian tersebut, tentunya dikarenakan oleh bebrapa kesalahan
yang dilakukan oleh pengamat. Oleh karena itu untuk mengurangi kesalahan tersebut,
sebaiknya pengamat/ praktikan lebih seksama dan menggunakan dua mata terbuka ketika
melihat sudut bias yang terbentuk, lebih tepat ketika menandai dengan menggunakan jarum
pentul serta lebih terampil dalam menggunakan busur atau membaca skala busur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pembiasan pada kaca plan pararel, (Online).
(http:/rumushitung.com/2013/08/29/pembiasan-cahaya-pada-kaca-plan-pararel/, diakses
31 Maret 2015).
Anonim. 2014. Pembiasan Cahaya, (Online). ( http://www.rumus-
fisika.com/2014/02/pembiasan-cahaya.html, diakses 31 Maret 2015).
TIM Dosen. 2014. Modul Praktikum Gelombang dan Optik . Surabaya: UNESA.
LAMPIRAN
Perhitungan pergeseran sinar cahaya (t)
Percobaan pertama
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(30 − 20)
cos 20
𝑡 =6 sin 10
cos 20
𝑡 =6.0,17
0,94
𝑡 =1,02
0,94
t = 1,09 cm
Percobaan kedua
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(32 − 20)
cos 20
𝑡 =6 sin 12
cos 20
𝑡 =6.0,21
0,94
𝑡 =1,26
0,94
t = 1,34 cm
Percobaan ketiga
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(34 − 21)
cos 21
𝑡 =6 sin 13
cos 21
𝑡 =6.0,22
0,93
𝑡 =1,32
0,93
t = 1,42 cm
Percobaan keempat
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(36 − 23)
cos 23
𝑡 =6 sin 13
cos 23
𝑡 =6.0,22
0,92
𝑡 =1,32
0,92
t = 1,43 cm
Percobaan kelima
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(38 − 25)
cos 25
𝑡 =6 sin 13
cos 25
𝑡 =6.0,22
0,91
𝑡 =1,32
0,91
t = 1,45 cm
Percobaan keenam
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(40 − 25)
cos 25
𝑡 =6 sin 15
cos 25
𝑡 =6.0,26
0,91
𝑡 =1,56
0,91
t = 1,71 cm
Percobaan ketujuh
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(42 − 27)
cos 27
𝑡 =6 sin 15
cos 27
𝑡 =6.0,26
0,89
𝑡 =1,56
0,89
t = 1,75 cm
Percobaan kedelapan
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(44 − 28)
cos 28
𝑡 =6 sin 16
cos 28
𝑡 =6.0,28
0,88
𝑡 =1,68
0,88
t = 1,91 cm
Percobaan kesembilan
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(46 − 28)
cos 28
𝑡 =6 sin 18
cos 28
𝑡 =6.0,31
0,88
𝑡 =1,86
0,88
t = 2,11 cm
Perhitungan Indeks Bias (n)
Percobaan pertama
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 30
sin 20
𝑛 =0,50
0,34
n = 1,47
Percobaan ketiga
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 34
sin 21
𝑛 =0,56
0,36
n = 1,55
Percobaan kedua
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 32
sin 20
𝑛 =0,52
0,34
n = 1,52
Percobaan kesepuluh
𝑡 =𝑑 sin(𝑖 − 𝑟)
cos𝑟
𝑡 =6 sin(48 − 30)
cos 30
𝑡 =6 sin 18
cos 30
𝑡 =6.0,31
0,87
𝑡 =1,86
0,87
t = 2,14 cm
Percobaan keempat
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 36
sin 23
𝑛 =0,58
0,39
n = 1,49
Percobaan kelima
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 38
sin 25
𝑛 =0,61
0,42
n = 1,45
Percobaan keenam
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 40
sin 25
𝑛 =0,64
0,42
n = 1,52
Percobaan ketujuh
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 42
sin 27
𝑛 =0,67
0,45
n = 1,49
Percobaan kedelapan
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 44
sin 28
𝑛 =0,69
0,46
n = 1,50
Percobaan kesembilan
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 46
sin 28
𝑛 =0,72
0,47
n = 1,53
Percobaan kesepuluh
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 𝑖
sin 𝑟
𝑛 =𝑠𝑖𝑛 48
sin 30
𝑛 =0,74
0,50
n = 1,48
𝑆𝑑2 = √∑d2
𝑛 − 1
𝑆𝑑2 = √0,0082
10 − 1
𝑆𝑑2 = √0,0009
Sd = 0,03
n = 1,5 ± 0,03
Taraf ketidakpastian = 0,0082
1,5
= 0,0055 x 100%
= 0,55%
Taraf ketelitian = 100% - 0,55%
= 99,45%
Percobaan ke n d d2
1 1,47 0,03 0,0009
2 1,52 0,02 0,0004
3 1,55 0,05 0,0025
4 1,49 0,01 0,0001
5 1,45 0,05 0,0025
6 1,52 0,02 0,0004
7 1,49 0,01 0,0001
8 1,50 0,00 0,0000
9 1,53 0,03 0,0009
10 1,48 0,02 0,0004
∑n = 15
Rata-rata n = 1,5
∑d2 = 0,0082