16
1 A. Pengertian Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang peradangannya menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan pertumbuhan industri yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya penyakit bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama- kelamaan batuk disertai juga adanya peningkatan suhu tubuh. Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluinza, Adenovirus, virus rubeola, dan Paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis,atau Corynebacterium diphtheriae (Rahajoe, 2012). Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran. (Ngastiyah, 1997 ). Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis dapat bersifat akut maupun kronis ( manurung,2008 ). Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan coxsackie virus (Muttaqin,2008). Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup (Chang, 2010).

Laporan Pendahuluan Bronkitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Bronkitis

1

A. Pengertian

Bronchitis adalah salah satu penyakit pada paru-paru yang

peradangannya menyerang bronchus dengan prevalensi kesakitan di

Indonesia cukup besar jumlahnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan

pertumbuhan industri yang mengakibatkan terjadinya polusi udara, juga

meningkatnya angka perokok terutama di usia remaja dan produktif. Biasanya

penyakit bronchitis ini mengalami batuk-batuk kering, nafas agak sesak lama-

kelamaan batuk disertai juga adanya peningkatan suhu tubuh.

Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan

inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang

bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam

2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,

RSV, virus influenza, virus parainfluinza, Adenovirus, virus rubeola, dan

Paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan

Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis,atau Corynebacterium

diphtheriae (Rahajoe, 2012).

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh

inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai

suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala

yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang

berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut

memegang peran. (Ngastiyah, 1997 ).

Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus.

Bronkhitis dapat bersifat akut maupun kronis ( manurung,2008 ).

Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea

oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus

seperti rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus

parainfluenza, dan coxsackie virus (Muttaqin,2008).

Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang

terhirup (Chang, 2010).

Page 2: Laporan Pendahuluan Bronkitis

2

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, Bronkitis

adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada bronkus,

gejala yang biasanya timbul batuk yang utama dan dominan, dan biasanya

penyakit ini disebabkan oleh Bakteri, Virus maupun menghirup zat iritan.

Bronkitis dapat bersifat akut dan kronik.

B. Etiologi

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu

rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor

keturunan dan status sosial.

1. Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking

Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat

hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi

paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia

kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan

juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

2. Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi

virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang

diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus

pneumonie.

3. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab,

tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia

dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2,

zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

4. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau

tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan

suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.

Page 3: Laporan Pendahuluan Bronkitis

3

Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan

pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

5. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan

sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan

ekonomi yang lebih jelek.

Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, RVS, virus influenza, virus

parainfluenza, Adeno virus, virus rubeola, dan paramyxovirus. Menurut

laporan penyebab lain dapat terjadi melalui zat iritan asam lambung seperti

asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan setelah

perjalanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau perjalanan

dalam jumlah besar yang disebabkan zat kimia dan menjadikan bronkitis

kronis.

Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan mycoplasma

pneumonia yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada

anak berusia diatas 5 tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan

Corynebacterium diphtheriae biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi

dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium

kataral pertusis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas

berupa batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti usaha keras

dan mendadak untuk insipirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk

biasanya menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rahajoe,2012).

Page 4: Laporan Pendahuluan Bronkitis

4

C. Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar

mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan

infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.

Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya

mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai

bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.

Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa

terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas

silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan

mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi

akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang

melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.

Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel

silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan

penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran

nafas

D. PATHWAY

Page 5: Laporan Pendahuluan Bronkitis

5

Page 6: Laporan Pendahuluan Bronkitis

6

E. Manifestasi klinis

Tanda Dan Gejala

1. Batuk

Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif

berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,

jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada

pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur.

Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila

terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang

tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan

menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,

misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,

puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3

bagian:

a. Lapisan teratas agak keruh.

b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah ).

c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari

bronkus yang rusak ( celluler debris ).

2. Haemaptoe

Haemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi

akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah

(pecah) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai

dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup

banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat

hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis (

daerah berasal dari peredaran darah sistemik ).

Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-

satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya

baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek

batuk. pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru,

Page 7: Laporan Pendahuluan Bronkitis

7

bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi

haemaptoe.

3. Sesak nafas ( dispnue )

Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak

nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya

bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan

destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang

(ISPA), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang

menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi

(wheezing), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau

tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.

4. Demam berulang

Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering

mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga

sering timbul demam (demam berulang)

5. Kelainan fisis

Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh,

manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih

lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah

jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah

paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu kewaktu atau

ronchi basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau

timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat

luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut:

terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang

terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang

terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis

Page 8: Laporan Pendahuluan Bronkitis

8

sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi

obstruksi bronkus.

Komplikasi

Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :

1. Bronchitis ringan berkembang menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis

kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai

oleh produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah selama paling

kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.

2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami

infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas

bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang

baik.

3. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya

pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

4. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi

supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.

5. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri

pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh

darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan

tindakan beah gawat darurat.

6. Sinusitis yang merupakan komplikasi yang sering terjadi dari penyakit

bronkitis yang sering ditemui dan pada penyakit gangguan saluran nafas

lainnya.

7. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang

arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous

shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral,

selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi

pulmonal, kor pulmoner kronik, Selanjutnya akan terjadi gagal jantung

kanan.

8. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis

yang berat dan luas.

Page 9: Laporan Pendahuluan Bronkitis

9

9. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai

komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami

komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta

proteinurea.

Page 10: Laporan Pendahuluan Bronkitis

10

F. Penatalaksanaan

1. Tindakan Medis.

1) Jangan beri obat antihistamin berlebih.

2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial.

3) Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari.

4) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

5) Terapi khusus (pengobatan) :

a) Bronchodilator

b) Antimikroba

c) Kortikosteroid

d) Terapi pernafasan

e) Terapi aerosol

f) Terapi oksigen

g) Penyesuaian fisik

h) Latihan relaksasi

G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Pasien

1) Keluhan Utama

a) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan).

b) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.

c) Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).

d) Bengek.

e) Sedikit demam.

f) Dada merasa tidak nyaman.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah

berat saat melakukan kegiatan yang ringan.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

a) Asma.

Page 11: Laporan Pendahuluan Bronkitis

11

b) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya

sinobronkitis). .

c) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus,

infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis,

fungi/jamur.

d) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang sama.

b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik, Meliputi :

1) Keadaan Umum

Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi

wajah, dan posisi klien saat datang

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat

3) Sistem Kardiovaskuler

peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat

4) Pemeriksaan Dada

a) Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal

b) terdengar Bunyi nafas ronchi

c) Perkusi hyperresonan pada area paru.

d) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu

keseluruhan.

e) pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru,

Wizing kadang (+), kadang samar

5) Pola aktifitas sehari-hari dengan:

Aspek biologi:

a) Mual/muntah

b) Nafsu makan buruk/anoreksia

c) Ketidakmampuan untuk makan

Page 12: Laporan Pendahuluan Bronkitis

12

d) Penurunan berat badan

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium

a) LED meningkat

b) HB cenderung tetap atau sedang menurun

c) Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa

retensi CO2

2) Radiologi

Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau

berupa bercak yang mengikut sertakan alveoli secara tersebar.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.

b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau

bronkiolus.

c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus

d. Intoleransi aktivitas

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

f. Gangguan fentilasi spontan

3. Perencanaan Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.

Tujuan : bersih jalan nafas

KH: pada saat bernafas tidak menggunakan otot - otot bantu, frekuensi

nafas dalam batas normal.

INTERVENSI:

Mandiri:

Page 13: Laporan Pendahuluan Bronkitis

13

I/ :Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.

R/ :Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien

kooperatif dalam tindakan perawatan.

I/ :Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih

banyak dan hangat kepada klien.

R/ :Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga

sekret akan lebih mudah dikeluarkan.

I/ :Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif

R/ :Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural

drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif

mengeluarkan sekret secara adekuat.

I/ :Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama,

suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.

R/ :Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk

mengetahui kecukupan suplai oksigen.

Kolaborasi :

I/ :pemberian ekspektoran.

R/ :Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk

mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.

b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau

bronkiolus.

TUJUAN :pola nafas normal

KH:RR= dewasa 16x-24x/mnt, Nafas teratur

INTERVENSI

Mandiri:

Page 14: Laporan Pendahuluan Bronkitis

14

I/: kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada

R/: Kecepatan biasanya meningkat. Dispenia dan terjadi peningkatan

kerja napas.

I/: observasi pola batuk dan karakteristik secret.

R/: Untuk mengetahui keluarnya scret pada saluran nafas.

Kolaborasi:

I/: berikan oksigen tambahan

R/: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus

TUJUAN : suhu tubuh dalam batas normal

KH : suhutubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas

normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.

INTERVENSI

Mandiri :

I/: Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.

R/: Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga

kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

I/: Berikan Kompres.

R/: penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui

kompres.

I/: Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.

R/: Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.

I/: Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis

dan menyerap keringat untuk klien.

R/: penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi

Page 15: Laporan Pendahuluan Bronkitis

15

Kolaborasi:

I/: Pemberian antipiretik.

R/: Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat

pengatur suhu di hipotalamus

4. Tindakan Keperawatan

Lakukan tindakan keperawatan seperti rencana keperawatan yang telah

dibuat.

5. Evaluasi

Evaluasi Perkembangan pasien.

a. Pola nafas membaik

b. Jalan nafas bersih

c. Suhu tubuh normal

6. Dokumentasi

Catat setiap tindakan yang dilakukan.

Page 16: Laporan Pendahuluan Bronkitis

16

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, 2009. Bronkitis, http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis. di akses

tanggal 17 September 2014.

Xamthone, 2010. Bronkitis. http://xamthone-plus.com/bronkitis. di akses tanggal

17 September 2014.

Ginageh,2011.PenyakitBronkitis. http://ginageh.wordpress.com/2011/09/30/penya

kit-bronkitis/. di akses tanggal 17 September 2014.

http://bronkitis-bronkiolitis.blogspot.com/2011/11/makalah-bronkitis-dan-

bronkiolitis.html

http://satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-penyakit-bronkitis.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6409/1/paru-antaruddin.pdf

http://aniwulandar.blogspot.com/2013/10/makalah-kmb-askep-bronkitis.html