Upload
nur-rohim
View
276
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah Praktikum Dasar Oseanografi
APLIKASI MODEL NUMERIK KARAKTERISTIK GELOMBANG
UNTUK KAJIAN KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN
BUDIDAYA LAUT DI SITUBONDO, JAWA TIMUR
Oleh:
Nur Rohim
15030256
I/B
LABORATORIUM DASAR OSEANOGRAFI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Aplikasi Tabel Numerik Karakteristik Gelombang untuk Kajian
Kesesuaian Lahan Pengembangan Budidaya Laut Di Situbondo, Jawa
Timur”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasan
Sitorus, M.S. dan Bapak Zulham Appandy Harahap, S.kel, M.Si. sebagai dosen
penanggung jawab serta kepada seluruh asisten laboratorium yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan makalah ini. Demikian makalah ini penulis perbuat.
Medan, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
Manfaat Penulisan ............................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA Gelombang ........................................................................................ 3
Waverose ........................................................................................... 4
Pengaruh Gelombang ........................................................................ 5
STUDI KASUS
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .................................................................................................. 9
Pembahasan ........................................................................................ 11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ....................................................................................... 13
Saran .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Defenisi pantai memiliki makna yang lebih sempit dari pada pesisir.
Terminologi pantai digunakan untuk menyatakan lokasi yang langsung membatasi
antara darat dan laut. Sedangkan pesisir menyiratkan makna kawasan yang lebih
luas di mana pasang surut masih terpengaruh. Garis pantai dapat dinyatakan
sebagai garis kontur 0 yang berada di bawah bibir pantai di mana rerata pasang
tertinggi terjadi (Purba, 2015).
Pantai merupakan tempat pertemuan daratan dan lautan dimana terjadi
proses-proses dinamis seperti gelombang, pasang surut, angin, dan lainnya yang
berlangsung secara terus-menerus sehingga secara konstan memungkinkan
terjadinya perubahan. Gelombang individu, perbedaan pasang surut, waktu, dan
gelombang terhadap morfologi pantai adalah parameter utama yang menyebabkan
perubahan tersebut terjadi. Pantai masih dipengaruhi oleh daratan dan lautan,
dimana pengaruh darat terhadap pantai berupa morfologi (kemiringan atau
topografi) dan litologi (batuan penyusun). Sedangkan pengaruh laut terhadap pantai
dapat berupa perubahan gelombang, arus, pasang, angin, bathimetri dan jenis
vegetasi (Handoyo dkk., 2014).
Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu
meredam energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan
tanggapan dinamis alami pantai terhadap laut. Sering pertahanan alami pantai tidak
mampu menahan serangan aktifitas laut (gelombang, arus, pasang surut) sehingga
pantai dapat tererosi, namun pantai akan kembali kebentuk semula oleh pengaruh
gelombang normal. Tetapi adakalanya pantai yang tererosi tersebut tidak kembali
ke bentuk semula karena material pembentuk pantai terbawa arus ke tempat lain
dan tidak kembali ke tempat semula (pantai tererosi). Dalam keadaan tersebut
dibutuhkan upaya–upaya perlindungan pantai buatan (bangunan– bangunan
pelindung pantai) (Heriati, 2014).
Gelombang terjadi akibat adanya gaya-gaya alam yang bekerja di laut
seperti tekanan dan tegangan dari atmosfir (khususnya melalui angin), gempa bumi,
gaya gravitasi bumi dan benda-benda angkasa (bulan dan matahari), gaya coriolis
(akibat rotasi bumi) dan tegangan permukaan. Gelombang-gelombang yang terjadi
di lautan terutama disebabkan oleh pengaruh angin. Terjadinya gelombang
disebabkan adanya stress dari angin yang bekerja pada permukaan laut. Jadi,
apabila kekuatan angin besar, maka gelombang yang terjadi juga (Supiyati, 2008).
Pemodelan gelombang menggunakan program yang mensimulasikan model
dan arah penjalaran gelombang di daerah pelabuhan, daerah pantai terbuka, estuaria
dan gelombang di sekitar pulau. Simulasi pemodelan merupakan kombinasi dari
refraksi-difraksi gelombang, friksi gelombang, gelombang pecah, penyebaran
amplitudo gelombang non linier dan alur pelabuhan. Persamaan pengatur yang
diselesaikan dalam model refraksi-difraksi adalah persamaan perambatan
gelombang yang dimodifikasi dari persamaan gelombang mild-slope dua dimensi
(Rudyana, 2013).
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kegunaan Wave rose.
2. Untuk mengetahui karakteristik gelombang di perairan pesisir Situbondo Jawa
Timur.
3. Untuk mengetahui cara penggunaan Wave rose dalam mengelola data
gelombang pada perairan pesisir Situbondo Jawa Timur.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi
mengenai tatacara pengelolaan data gelombang dalam menentukan karakteristik
gelombang tersebut serta sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikum
Dasar Oseanografi berikutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Gelombang
Gelombang yang terjadi di alam adalah sangat kompleks dan tidak dapat
dirumuskan dengan akurat. Akan tetapi dalam mempelajari fenomena gelombang
yang terjadi di alam dilakukan beberapa asumsi sehingga muncul beberapa teori
gelombang seperti teori Airy atau teori gelombang linier (teori gelombang
amplitudo kecil bahwa “Asumsi tinggi gelombang adalah sangat kecil jika
dibandingkan terhadap panjang gelombang atau kedalaman laut”
(Fitriansyah, 2014).
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang
angin (gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin), gelombang pasang surut
adalah gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama
gaya tarik matahari dan bulan terhadap bumi), gelombang tsunami (gelombang
yang terjadi akibat letusan gunung berapi atau gempa didasar laut), gelombang kecil
(misalkan gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak), dan sebagainya
(Tarigan, 2005).
Gelombang yang terjadi di laut secara dominan dibangkitkan oleh angin dan
biasa disebut dengan gelombang angin. Gelombang dapat menimbulkan energi
untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah
tegak lurus dan sepanjang pantai dan menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada
bangunan pelindung pantai. Gelombang merupakan faktor utama dalam
perencanaan bangunan pelindung pantai (Hariyadi, 2011).
Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya
ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut,
sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak
gelombang kecil di atas permukaan air. Apabila kecepatan angin bertambah, riak
tersebut menjadi semakin besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan
terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin
besar gelombang yang terbentuk (Purba, 2015).
Gelombang angin (wind waves) dan gelombang pasang surut (tides)
merupakan gelombang yang paling penting untuk keperluan teknik kelautan. Kedua
jenis gelombang tersebut terjadi setiap saat di laut, gelombang akan menimbulkan
arus yang menyebabkan terjadinya angkutan sedimen. Angkutan sedimen ini dapat
menimbulkan erosi dan sedimentasi pada daerah pantai. Oleh karena itu
pengetahuan tentang gelombang sangat diperlukan, sehingga perencanaan
bangunan pantai dapat dilakukan dengan tepat dan perlindungan pantai dapat
dilakukan sesuai dengan iklim gelombang setempat. Selanjutnya di dalam
perencanaan bangunan pantai diperlukan data gelombang yang mencangkup
seluruh musim, terutama pada musim dimana gelombang-gelombang besar terjadi.
Gelombang-gelombang kecil, sedang dan besar yang sering terjadi digunakan untuk
analisis proses pantai, sedangkan gelombang-gelombang ekstrim (sangat besar)
digunakan untuk analisis stabilitas bangunan-bangunan pantai (Supiyati, 2008).
Wave Rose (Mawar Gelombang)
Wave rose menggambarkan frekuensi kejadian pada tiap arah mata angin
dan kelas ketinggian gelombang pada lokasi dan waktu yang telah ditentukan. Wave
rose juga diperjelas dengan menampilkan grafik dari kecenderungan arah
pergerakan gelombang dan persentasenya pada suatu wilayah dengan cepat. Wave
rose menghasilkan nilai tinggi gelombang air laut dalam satuan centimeter (cm)
atau meter (m). Mawar gelombang merupakan suatu gambar berbentuk lingkaran
sebagai persentase gelombang, memiliki penyebaran kelopak seperti mawar di
tengah lingkarannya dengan variasi warna berbeda-beda menandakan perbedaan
tinggi gelombang yang terjadi atau suatu gambar yang memetakan ketinggian dan
arah gelombang dengan sederhana (Fitriansyah, 2014).
Menurut Tarigan (2005), faktor-faktor yang perlu diketahui dalam perkiraan
gelombang, antara lain :
a. Kecepatan rerata angin (Uw) di permukaan air.
b. Arah angin.
c. Panjang daerah pembangkitan gelombang di mana angin mempunyai
kecepatan dan arah konstan (fetch), dan
d. Lama hembus angin pada fetch (td).
Pengaruh Gelombang
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang
tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang
angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang
surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan
terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau
gempa di laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal yang bergerak, dan
sebagainya. Gelombang angin merupakan salah satu bentuk gelombang yang
paling penting. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang
pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak (layout)
pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, dan sebagainya
(Purba, 2015).
Gelombang yang berada di laut sering nampak tidak teratur dan sering
berubah-ubah. Hal ini bisa diamati dari permukaan airnya yang diakibatkan oleh
arah perambatan gelombang yang sangat bervariasi serta bentuk gelombangnya
yang tidak beraturan, apalagi jika gelombang tersebut dibawah pengaruh angin.
Angin yang bertiup di permukaan laut ini merupakan pembangkit utama
gelombang. Apabila kecepatan angin bertambah, riak gelombang tersebut menjadi
bertambah besar dan jika angin berhembus terus-menerus akhirnya terbentuk
gelombang. Disamping itu, pergerakan massa air yang ditimbulkan oleh angin
dapat menghasilkan momentum dan energi sehingga gelombang yang dihasilkan
tidak menentu (Arifin, 2011).
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan
antara tinggi dan panjang gelombang. Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi
tiga tipe yaitu, Spilling, biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan
kecil menuju ke pantai yang datar (kemiringan kecil). Plunging, apabila kemiringan
gelombang dan dasar bertambah, gelombang akan pecah dan puncak gelombang
akan memutar dengan massa air pada puncak gelombang akan terjun ke depan.
Surging, terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti yang
terjadi pada pantai berkarang (Handoyo, 2014).
STUDI KASUS
Survei pengukuran telah dilakukan pada bulan Mei 2011 di perairan pesisir
Situbondo Jawa Timur. Lokasi tersebut merupakan sentra budidaya laut dengan
produk utama ikan kerapu dan ikan kakap. Penelitian dikonsentrasikan di perairan
Desa Klatakan yang memiliki garis pantai sepanjang 3,3 km pada koordinat
113,887439 BT dan 7,69835 LS hingga 113,914936 BT dan 7,69835 LS.
Gambar 1. Denah lokasi penelitian (kotak merah). Sumber: Citra Ikonos Digital
Globe kompilasi dari Google Earth 2013
Bahan dan Data Parameter yang diukur pada survei laut di lokasi penelitian
adalah kedalaman (batimetri). Pengukuran dilakukan menggunakan Echosunder
Garmin 421 yang kemudian dikoreksi terhadap pasang surut dan titik ikat darat.
Sementara, data tinggi periode dan arah gelombang dengan resolusi temporal satu
(1) jam di sepanjang tahun 2011 diperoleh dari Stasiun Meteorologi Maritim
BMKG Tanjung Perak Surabaya. Data tersebut berasal dari hasil analisis data satelit
MeteoFrance yang dalam analisisnya mengabaikan parameter kedalaman perairan,
sehingga untuk keakuratan, data gelombang diambil pada lokasi perairan yang
relatif dalam, sekitar 6 km dari garis pantai pada 113,8961 BT dan 7,634039 LS.
Data angin, untuk resolusi temporal dan periode yang sama, diperoleh dari
interpolasi 2 stasiun data National Centers for Environmental Prediction-National
Oceanic and Atmospheric Administration (NCEP – NOAA Amerika Serikat)
Reanalysis data set pada titik 4 dan 5.
Gambar 2. Lokasi data angin NCEP-NOAA (titik 1 dan 2) dan data gelombang
(titik merah). Sumber: Hasil pengolahan data NCEP-NOAA
Input dan Desain Model numerik penjalaran gelombang dibuat untuk
mensimulasikan mekanisme yang terjadi pada proses transformasi gelombang,
diantaranya adalah pendangkalan (shoaling), refraksi, refleksi, difraksi dan
gelombang pecah yang terjadi akibat perubahan kedalaman. Penjalaran gelombang
di perairan daerah studi dimodelkan dengan menggunakan XBeach versi curvilinear
grid yang dikembangkan Roelvink et al. (2012).
Xbeachcurvilinear grid merupakan penyempurnaan dari versi sebelumnya
yang menggunakan grid rectilinear. Keuntungan dari versi curvilinear adalah
jumlah grid lebih efisien sehingga komputasi menjadi lebih cepat (Risandi, 2011).
XBeach memerlukan input utama berupa data batimetri terpisah dalam format xyz
grid. Grid pada penelitian ini dibangun dengan menggunakan Delft3D open source,
sedangkan data xyz disusun dengan menggunakan aplikasi Matlab.
Data gelombang dan angin, sebelum digunakan sebagai input pemodelan
gelombang, terlebih dahulu dianalisis secara statistik untuk mendapatkan nilai yang
signifikan terkoreksi. Untuk kepentingan penempatan KJA, input yang digunakan
pada XBeach adalah kondisi angin dan gelombang maksimal (dalam hal ini
H1/100) yang terjadi di area studi sehingga dapat diketahui lokasi yang benar-benar
aman dari kemungkinan serangan gelombang. Simulasi dilakukan menggunakan
kejadian ekstrim pada tahun 2011. Periode tersebut terjadi pada awal tahun dengan
durasi 37 jam yang disajikan pada Gambar.
Gambar 3. Gelombang tinggi (H1/100) yang tercatat berdasar analisis data Satelit
MeteoFrance pada periode (a) tahun 2011 (1 tahun) dan (b) 11 -13 Januari 2011.
Sumber: Hasil pengolahan data
Karena tidak terdapat data pengukuran gelombang secara langsung di
lapangan, verifikasi yang dilakukan adalah verifikasi pada hasil analisis kesesuaian
lahan. Verifikasi hasil dilakukan dengan cara meng"overlay" hasil analisis (dalam
bentuk yang dikenali oleh Google Earth, yaitu *.kml) dengan posisi KJA
pembudidaya yang teridentifikasi melalui citra satelit Google Earth pada tahun
2003-2013. Pada verifikasi ini digunakan pula asumsi bahwa pembudidaya lokal
memiliki pengetahuan terhadap iklim gelombang (kondisi gelombang dalam jangka
panjang) daerah Klatakan, Situbondo, sehingga mereka menempatkan KJAnya
pada daerah yang terlindung dari gelombang tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perairan Klatakan, Situbondo, Jawa Timur merupakan daerah strategis
untuk pengembangan budidaya laut khususnya menggunakan sistem KJA. Daerah
tersebut dekat dengan akses transportasi dan di sekitar daerah tersebut banyak
didirikan usaha pembenihan ikan laut sehingga benih yang siap tebar dapat
langsung dipindahkan ke dalam KJA. Perairan tersebut mempunyai gugusan karang
tepi dengan karakteristik pantai berpasir yang landai pada area dekat daratan dan
kedalaman perairan (batimetri) seperti disajikan pada Gambar 4.
Perairan Klatakan dapat dikategorikan sebagai perairan yang tenang. Jarak
seret gelombang relatif pendek karena berhadapan dengan kepulauan Madura
menjadikan tinggi gelombang pada perairan tersebut relatif kecil. Analisis data
BMKG tahun 2011 menunjukkan gelombang pada titik observasi dominan datang
dari arah timur dengan ketinggian gelombang signifikan sekitar 0,3 m (Gambar 5)
dengan periode gelombang signifikan 4,1 detik. Perairan Klatakan terlindung dari
serangan gelombang tinggi selama musim timur karena terhalang oleh daratan di
sebelah timur lokasi. Ancaman bagi pembudidaya datang dari gelombang tinggi
pada musim barat.
Gambar 4. Peta batimetri (unit kedalaman dalam meter).
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 5. Mawar gelombang perairan Situbondo tahun 2011.
Sumber: Hasil pengolahan data
Secara spesifik, analisis data gelombang H1/00 menunjukkan kejadian
gelombang tinggi pada awal tahun dengan ketinggian mencapai 1,5 m yang
kemungkinan membahayakan struktur KJA yang umumnya terbuat dari kayu.
Analisis data angin dari NOAA selama 10 tahun menunjukkan angin bertiup secara
dominan dari Barat Laut dengan frekuensi kejadian mencapai 33,81 %. Kecepatan
angin dominan adalah 2-4 m/detik dengan frekuensi kejadian mencapai 41,62 %
(Gambar 5). Kecepatan angin rata-rata bulanan menunjukkan angin bertiup relatif
lebih kuat pada sekitar bulan Januari sampai Maret dan bulan Juni sampai
September (Gambar 6). Hal itu perlu diwaspadai karena angin kencang tersebut
dapat menyebabkan gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktifitas budidaya.
Gambar 6. Mawar angin perairan Situbondo Sumber: Hasil pengolahan data
Pembahasan
Penentuan model dan karakteristik suatu gelombang penting untuk
dilakukan dikarenakan gelombang memiliki sifat yang tidak teratur dan cenderung
adanya perbedaan antar gelombang pada daerah yang berbeda. Penentuan ini akan
sangat membantu dalam berlangsung dengan baiknya aktivitas manusia. Hal ini,
sesuai dengan Handoyo (2014), yang menyatakan bahwa gelombang yang berada
di laut sering nampak tidak teratur dan sering berubah-ubah. Hal ini bisa diamati
dari permukaan airnya yang diakibatkan oleh arah perambatan gelombang yang
sangat bervariasi serta bentuk gelombangnya yang tidak beraturan, apalagi jika
gelombang tersebut dibawah pengaruh angin. Angin yang bertiup di permukaan laut
ini merupakan pembangkit utama gelombang. Apabila kecepatan angin bertambah,
riak gelombang tersebut menjadi bertambah besar dan jika angin berhembus terus-
menerus akhirnya terbentuk gelombang. Disamping itu, pergerakan massa air yang
ditimbulkan oleh angin dapat menghasilkan momentum dan energi sehingga
gelombang yang dihasilkan tidak menentu.
Dalam perhitungan mawar gelombang terdapat beberapa faktor yang
menjadi bahan tinjauan dalam menentukan ukuran serta karakteristik suatu
gelombang seperti frekuensi, laju rambat gelombang ataupun periode dalam
pengukurannya. Hal ini sesuai dengan literature dari Fitriansyah (2014), yang
menyatakan bahwa wave rose menggambarkan frekuensi kejadian pada tiap arah
mata angin dan kelas ketinggian gelombang pada lokasi dan waktu yang telah
ditentukan. Wave rose juga diperjelas dengan menampilkan grafik dari
kecenderungan arah pergerakan gelombang dan persentasenya pada suatu wilayah
dengan cepat. Wave rose menghasilkan nilai tinggi gelombang air laut dalam
satuan centimeter (cm) atau meter (m).
Data mentah pengukuran dilapangan sebelum digunakan pada aplikasi wave
rose haruslah dianalisa terlebih dahulu dengan ilmu statistik demi menjaga tingkat
ke akuratan hasil pengukuran. Hal ini sesuai dengan literatur dari Risandi dkk.
(2015), yang menyatakan bahwa data gelombang dan angin, sebelum digunakan
sebagai input pemodelan gelombang, terlebih dahulu dianalisis secara statistik
untuk mendapatkan nilai yang signifikan terkoreksi. Untuk kepentingan
penempatan KJA, input yang digunakan pada XBeach adalah kondisi angin dan
gelombang maksimal (dalam hal ini H1/100) yang terjadi di area studi sehingga
dapat diketahui lokasi yang benar-benar aman dari kemungkinan serangan
gelombang.
Angin merupakan faktor penting dalam terbentuknaya gelombang, karena
angina memindahkan energi kepermukaan. Hal ini sesuai dengan Heriati (2015),
yang menyatakan bahwa gelombang yang terjadi di laut secara dominan
dibangkitkan oleh angin dan biasa disebut dengan gelombang angin. Gelombang
dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan
transport sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai dan menyebabkan
gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pelindung pantai. Gelombang merupakan
faktor utama dalam perencanaan bangunan pelindung pantai.
Mempelajari angin dan gelombang sangat penting demi baiknya setiap
pengelolaan yang berhubungan dengan perairan laut, seperti pembangunan, wisata,
nelayan dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan Supiyati (2008), yang menyatkan
bahwa gelombang angin (wind waves) dan gelombang pasang surut (tides)
merupakan gelombang yang paling penting untuk keperluan teknik kelautan. Kedua
jenis gelombang tersebut terjadi setiap saat di laut, gelombang akan menimbulkan
arus yang menyebabkan terjadinya angkutan sedimen. Angkutan sedimen ini dapat
menimbulkan erosi dan sedimentasi pada daerah pantai. Oleh karena itu
pengetahuan tentang gelombang sangat diperlukan, sehingga perencanaan
bangunan pantai dapat dilakukan dengan tepat dan perlindungan pantai dapat
dilakukan sesuai dengan iklim gelombang setempat. Selanjutnya di dalam
perencanaan bangunan pantai diperlukan data gelombang yang mencangkup
seluruh musim, terutama pada musim dimana gelombang-gelombang besar terjadi.
Gelombang-gelombang kecil, sedang dan besar yang sering terjadi digunakan untuk
analisis proses pantai, sedangkan gelombang-gelombang ekstrim (sangat besar)
digunakan untuk analisis stabilitas bangunan-bangunan pantai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Wave rose merupakan sebuah aplikasi komputer yang berfungsi untuk
menggambarkan frekuensi kejadian pada tiap arah mata angin dan kelas
ketinggian gelombang pada lokasi dan waktu yang telah ditentukan.
2. Gelombang di perairan pesisir Situbondo Jawa Timur Perairan dapat
dikategorikan sebagai perairan yang tenang. Jarak seret gelombang relatif
pendek karena berhadapan dengan kepulauan Madura menjadikan tinggi
gelombang pada perairan tersebut relatif kecil.
3. Wave rose dapat berjalan dengan semestinya melalui pengelolaan data lapangan
yang sudah diukur dan dilakukan analisa melalui ilmu statistik. Input data
lapangan akan dimasukkan ke dalam aplikasi dan pengoperasian wave rose
dapat dimulai.
Saran
Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya waktu perbaikan dan ACC
diperpanjang hingga hari terakhir sebelum hari pertemuan Laboratorium Dasar
Oseanografi menimbang cukup padatnya jadwal praktikum lainnya para praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, I. dan B. Rachmat. 2011. Abrasi Pantai dan Pendangkalan Kolam Pelabuhan
Jetty Pertamina Balongan, Melalui Analisis Arus Pasang Surut,
Angin dan Gelombang. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan, Bandung.
Fitriansyah, Kurnia. 2014. Studi Pengolahan Data Angin Menjadi Mawar Angin
(Wind Rose) dan Mawar Gelombang (Wave Rose) di Wilayah Pantai
Teluk Lampung. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Handoyo, D. Puspo, S. Sutikno dan M. Fauzi. 2014. Pemodelan Numeris Perubahan
Garis Pantai (Studi Kasus di Pantai Tanjung Motong Kabupaten
Kepulauan Meranti). Universitas Riau, Pekan Baru.
Hariyadi. 2011. Analisis Perubahan Garis Pantai selama 10 Tahun Menggunakan
CEDAS (Coastal Engineering Design and Analisys System) di
Perairan Teluk Awur pada Skenario Penambahan Bangunan
Pelindung Pantai. Universitas Diponegoro, Semarang.
Heriati, A., E. Mustikasari dan M. A. Azhar. 2015. Variabilitas Pola Arus dan
Gelombang di Selat Karimata. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Purba, H. Viola. 2015. Prediksi Parameter Gelombang yang di Bangkitkan oleh
Angin untuk Lokasi Pantai Cermin. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Risandi, J., Sophia L. S dan W. S. Pranowo. 2015. Aplikasi Model Numerik
Karakteristik Gelombang untuk Kajian Kesesuaian Lahan
Pengembangan Budidaya Laut di Situbondo, Jawa Timur. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir,
Jakarta.
Rudyani, F. Prahmadana, H. D. Armono dan Sujantoko. 2013. Pemodelan
Gelombang di Kolam Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong.
Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Supiyati. 2008. Analisis Peramalan Ketinggian Gelombang Laut Dengan Periode
Ulang Menggunakan Metode Gumbel Fisher Tippet-Tipe 1 Studi
Kasus : Perairan Pulau Baai Bengkulu. Universitas Bengkulu,
Bengkulu.
Tarigan dan Ahmad S. Zein. 2005. Analisa Refraksi Gelombang pada Pantai.
Universitas Sumatera Utara, Medan.