Upload
carlosenvious
View
56
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
I. TOPIK
EKSTRAKSI KASAR TANIN DARI DAUN SALAM
II. TUJUAN
Untuk mengidentifikasi senyawa tanin yang terdapat pada daun salam.
III. DASAR TEORI
Ekstraksi adalah metode pemisahan satu atau beberapa zat terlarut atau solut
di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang
berbeda dalam ke dua fase pelarut.Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan
ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga
pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa
dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan
dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi
yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan.
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Jenis-
jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:
1. Cara Dingin
Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik
berarti dilakukan pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan ekstraksi maserat pertama
dan seterusnya.
Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan pengembangan
bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penampungan
ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang
jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Cara Panas
Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperatur didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru menggunakan
alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relative
konstan dengan adanya pendingin balik.
Digesi, adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari temperatur
kamar sekitar 40-50 C.
Destilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan dengan uap
air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat kandungan menguap dengan fase
uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan
kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama kandungan yang
memisah sempurna atau sebagian.
Infuse, adalah ekstraksi pelarut air pada temperature penangas air 96-98 C
selama 15-20 menit.
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini
berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi.
Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan
sebaliknya.
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:
1. Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
2. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar.
3. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut
dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara
pelarut dengan bahan ekstraksi.
5. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen bahan ekstraksi.
6. Titik didih, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
7. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun,
tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka
emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik.
Karena tidak ada pelarut yang sesuai dengan semua persyaratan tersebut, maka untuk
setiap proses ekstraksi harus dicari jenis pelarut yang paling sesuai dengan kebutuhan.
DAUN SALAM
Tumbuhan Salam (Syzygium polyanthum)
Klasifikasi tumbuhan Salam (Syzygiumpolyanthum)
Secara ilmiah tumbuhan (Salam) ini dikalisifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Dialypetalae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygiumpolyanthum
Spesies : Syzygiumpolyanthum (Wight) Walp.
Ciri-ciri Morfologi Salam:
Tumbuhan Salam terdapat di Birma kearah selatan sampai Indonesia. Tanaman ini
tumbuh pada ketinggian 5 m sampai 1.000 m di atas permukaan laut. Pohon Salam
dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1800 m, banyak
tumbuh di hutan mau pun rimba belantara (Dalimarta, 2000).
Pohon atau perdu, daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang mendatar
seakan-akan tersusun dalam 2 baris pada 1 bidang. Kebanyakan tanpa daun penumpu.
Bunga kebanyakan banci, kelopak dan mahkota masing-masing terdiriatas 4-5 daun
kelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, kadang-kadang berlekatan. Benang
sari banyak, kadang-kadang berkelopak berhadapan dengan daun-daun mahkota.
Mempunyai tangkai sari yang berwarna cerah, yang kadang-kadang menjadi bagian
bunga. Yang paling menarik, bakal buah tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik,
beruang 1 sampai banyak, dengan 1-8 bakal biji dalam tiap ruang. Biji dengan sedikit
atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar Van Steenis, 2003).
Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telufsungsang, ujung
meruncing, pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin,
berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5 sampai 15 cm,
lebar 3 sampai 8 cm dan jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam
malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah
buni, bulat, diameter 8 sampai 9 mm, buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi
merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat diameter sekitr 1 cm, berwarna cokelat.
Masyarakat lebih mengenal daun salam sebagai pengharum masakan, dikarenakan
aromanya yang khas. Tanaman salam juga merupakan salah satu alternative obat
tradisional. Khasiat dari tanaman salam menurut bagian tanaman yang digunakan untuk
pengobatan kolestrol tinggi, diabetes, hipertensi, diare, sakit maag dan asamurat tinggi.
Beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam daun salam diantaranya:
tanin, flavonoid, saponin, triterpen, polifenol, alkaloid dan minyak atsiri.
Definisi Tanin
Tannin adalah zat, pahit polyphenol tanaman yang baik dan cepat mengikat atau
mengecilkan protein. Zat dari tannin menyebabkan perasaan kering pada mulut dengan
konsumsi anggur merah, teh pekat, atau buah yang tidak tumbuh. Selain itu, "Tannin"
merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi fenolik polimer yang
mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal
sebagai astringensi.. Istilah tannin merujuk pada Penggunaan tannin dalam penyamakan
hewan yang tersembunyi pada kulit; Namun, istilah ini secara luas dirujukan untuk setiap
polyphenolic besar kompleks yang mengandung cukup hydroxyl dan lainnya sesuai
kelompok (seperti carboxyl) kuat untuk membentuk kompleks dengan protein dan lainnya
macromolecule. Kata tannin berasal dari praktek historis menggunakan tanin yang
ditemukan di kulit pohon ek untuk kulit tan, meskipun di dunia modern, sintetis biasanya
digunakan untuk tujuan ini sebagai gantinya.
Sifat Tanin
Salah satu sumber daya alam di Indonesia yang cukup potensial dan belum
dimamfaatkan secara optimal adalah tanin. Tanin merupakan salah satu komponen zat
organik yang sangat kompleks, berbentuk serbuk putih atau kecoklatan, atau mempunyai
rasa spesifik (sepet). Tanin dapat mengendap dengan larutan gelatin, aluminium dan
protein sehingga banyak digunakan dalam penyamakan kulit. Tanin bertindak sebagai
pengawet dan mellows, membantu anggur tumbuh ke dalam kompleksitas dan menjadi
benar-benar luar biasa. Tannin memiliki beratmolekul dari 500 hingga 3,000. Tannins
bertentangan dengan basa, gelatin, logam berat, besi, air kapur, garam logam, zat oksidasi
yang kuat dan sulfat seng. Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. dapat
mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya
dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable
tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume
tropika seperti Acacia Spp.
Condensed tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan
dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung tannin
terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan
tannin makin tinggi.
Identifikasi Tanin
Telah diteliti fitokimia ekstrak kulit batang salam (Syzygium polyanthum
(Wight)Walp., Myrtaceae) dan aktivitas ekstraknya dalam menghambat xantin oksidase.
Simplisia ini mengandung senyawa tanin terkondensasi dan steroid/triterpenoid.
Kandungan utama ekstrak etanol adalah tanin terkondensasi dengan kadar 82,7 % b/b. Uji
degradasi dengan asam hidroklorida-n-butanol menunjukkan bahwa tanin tersebut adalah
prodelfinidin. Uji aktivitas ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak air dari ampas ekstrak
etanol dan masing-masing ekstrak bebas tanin tidak menunjukkan penghambatan aktivitas
xantin oksidase.
Isolat zat warna coklat dari kulit batang salam mengandung prodelfinidin (tanin
terkondensasi) dan antosianidin. Tanin yang terkandung dalam kulit batang salam
berbeda dengan yang terkandung dalam daun salam.
Isolasi
Ekstraksi secara refluks dengan pelarut etanol dan air sebanyak tiga kali. Ampas
ekstraksi etanol dikeringkan dan diekstraksi dengan air secara refluks disebut ekstrak
AAE. Ekstrak air dikeringkan dengan cara pengering bekuan.Ekstrak etanol dipekatkan
dengan penguap putar vakum. Rendemen ekstrak air 17,1 %, ekstrak etanol 19,6 %,
ekstrak AAE 4,8 %. Ekstrak air, etanol, dan AAE dipantau dengan KLT menggunakan
pelat silika gel GF254 dengan pengembang kombinasi etil asetat-metanol dan etil asetat-
metanol-asam asetat dan kromatografi kertas menggunakan kertas Whatman no.1 dengan
pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5), Forestal, dan asam asetat berbagai
konsentrasi. Keduanya tidak menghasilkan pemisahan yang baik. Kadar tanin ditentukan
terhadap ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak AAE dan simplisia. Kadar tanin (%)
dihitung dengan persamaan:
W= T1- (T2-T0)500
Dengan W adalah berat simplisia/ekstrak dalam gram. T1 adalah jumlah bahan
yang terekstraksi, T2 jumlah bahan yang terekstraksi dalam campuran filtrat uji dan
blanko. T0 adalah jumlah bahan yang terekstraksi dalam blanko. Diperoleh kadar tanin
simplisia kulit batang salam 12,8 %, ekstrak etanol 82,7 % (terbesar), ekstrak air 65,5 %
dan ekstrak AAE 27,1 %. Ekstrak etanol difraksinasi secara KCV menggunakan fase
diam silika gel H-60 dan pelarut pengelusi sintem landaian etil asetat-metanol (100:0 dan
0:100), diperoleh 21 fraksi. Fraksi dipantau dengan KLT menggunakan pelat silika gel
GF254, pengembang etil asetat-metanol-asam asetat (6:14:1) dan penampak bercak besi
(III) klorida 1 % dalam metanol. Fraksi dengan pola kromatogram sama disatukan
diperoleh fraksi A-C. Fraksi C diisolasi dengan kromatografi kertas pengembang 50 %, n-
butanol-asam asetat-air (4:1:5), dan Forestal, penampak bercak besi (III) klorida dan
vanillin-HCL menghasilkan bercak berekor dinamakan isolat berwarna coklat.
Identifikasi isolat menggunakan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak. Deteksi gula
menggunakan pereaksi Molisch dengan hasil negatif. Uji reaksi pemutusan ikatan
dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu 95 0C selama dua jam dengan campuran
HCL-n-butanol (95:5) menunjukkan perbedaan Rf dan warna bercak. Larutan merah ungu
hasil pemutusan ikatan isolat berwarna coklat dilakukan reaksi asam basa dengan
menambahkan air sehingga membentuk dua fase, menunjukkan warna merah ungu yang
diduga sebagai antosianidin. Pembandingan jenis tanin pada kulit batang dan daun salam
dilakukan berdasarkan reaksi pengendapan tanin terhadap gelatin, warna yang terbentuk
pada pemutusan ikatan, dan pola kromatogram kertasnya. Ekstraksi daun salam secara
refluks dengan pelarut etanol 95 % sampai ekstraktan tidak berwarna. Ekstraksi pelarut
air sebanyak tiga kali pengulangan dihasilkan ekstrak AAE berwarna coklat. Masing-
masing ekstrak dipantau dengan pereaksi untuk penapisan flavonoid dan tanin.
Ekstrak etanol mengandung tanin terkondensasi dan flavonoid. Sedangkan ekstrak
AAE hanya mengandung tanin terkondensasi. Pemantauan ekstrak AAE menggunakan
KLT pengembang etil asetat-metanol-asam asetat (6:14:1), penampak bercak asam sulfat
10 % dalam metanol, besi (III) klorida 1 % dalam metanol dan aluminium klorida 5 %
dalam metanol menunjukkan bercak berekor tunggal yang merupakan tanin
terkondensasi, dinamakan isolat coklat. Isolat coklat direaksikan dengan gelatin 4 % (b/v)
dalam air menghasilkan endapan berwarna coklat. Identifikasi tanin pada kulit batang
daun salam dilakukan dengan metode yang sama pada daun salam. Larutan coklat
menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 277 nm. Uji deteksi gula tidak
terbentuk cincin merah ungu, menunjukkan adanya antosianidin. Pemutusan ikatan
larutan coklat diperoleh larutan berwarna merah tua dan dipantau dengan kromatografi
kertas Whatman No.1 dengan pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Pola
kromatogram menunjukkan 2 bercak berwarna merah muda dan jingga pada Rf 0,39 dan
0,53. Isolasi larutan merah tua dilakukan pada kromatografi kertas Whatman No.3 dan
pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Isolat zat warna coklat dari kulit batang
salam mengandung prodelfinidin (tanin terkondensasi) dan antosianidin. Tanin yang
terkandung dalam kulit batang salam berbeda dengan yang terkandung dalam daun salam.
Uji Farmakologi
Uji xantin oksidase dilakukan pada enam ekstrak yaitu ekstrak air, ekstrak etanol,
ekstrak AAE, dan masing-masing ekstrak yang telah dibebaskan dari tanin. Nilai hambat
kerja xantin oksidase ditentukan dari penurunan jumlah asam urat yang terbentuk pada
suhu kamar. Nilai KH50 ditentukan dari konsentrasi ekstrak yang dapat menghambat
kerja xantin oksidase sebanyak 50%. Volume akhir pengukuran ini adalah 2 mL. Larutan
dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 1,6 mL, 20 µL xantin 100 µM dalam dapar fosfat pH 7,4
dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan enzim xantin oksidase 0,1 unit, inkubasi
selama 15 menit, diukur serapannya dalam panjang gelombang 295 nm. Kontrol dapar
fosfat, pembanding alopurinol dalam DMSO dengan konsentrasi sama dengan sampel.
Nilai KH50 Alopurinol pada konsentrasi 2,14 µg/mL. Nilai KH50 semua ekstrak dengan
konsentrasi lebih besar dari 10 µg/mL. Ekstrak kulit batang salam tidak menunjukkan
aktivitas penghambatan xantin oksidase.
Letak Tanin pada Tanaman
Tannin adalah suatu zat yang ditemukan dalam berbagai tanaman. Di alam, tanin
banyak terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan seperti pada pohon bakau, pinus, teh,
gambir, dan lain-lain. Bagian tumbuhan yang banyak mengandung tanin adalah kulit
kayu, daun, akar, dan buahnya (Suprijati, 1999).Tannin ini terutama ditemukan secara
alami terjadi pada buah anggur, daun teh, dan ek. Tannin ditemukan dalam kulit, biji, dan
batang anggur. Anggur yang difermentasi selama masih kontak dengan bagian-bagian ini
anggur - anggur merah - menyerap sejumlah tannin, yang meminjamkan karakter yang
berbeda pada anggur. Karena tannin dalam biji anggur terutama keras, anggur biasanya
dilumatkan daripada ditekan, untuk meminimalkan penyerapan benih berbasis tannin.
Anggur juga banyak menyerap sebagian tanin dari tong kayu ek mereka berusia di, yang
meminjamkan bumbu tambahan anggur.
Kegunaan Tanin
Tanin digunakan secara luas dalam industri, antara lain industri minuman, tanin
digunakan untuk mengendapkan serat-serat organik dan menonaktifkan enzim-enzim
yang terdapat dalam bahan. Tannin merupakan sangat penting untuk kompleksitas anggur
dan seberapa baik itu akan usia sepanjang waktu. Tanin tinggi cenderung usia anggur
terbaik untuk jangka waktu yang lama, seperti yang terbuat dari Cabernet Sauvignon,
Nebbiolo, dan Syrah anggur. Anggur yang memiliki banyak tanin di dalamnya ketika
muda sering terlihat membakar, menciptakan sensasi kekeringan di mulut, terutama
langit-langit mulut.
Paling tannic anggur menyebabkan mulut untuk mengerut, yang bukan merupakan
pengalaman yang menyenangkan. Dibuat dengan baik, anggur tannin tinggi, yang
mungkin hampir undrinkable ketika muda, dapat menjadi sebuah karya dari anggur di
kemudian hari. Yang mengatakan, banyak anggur yang terlalu tannic, dan pada saat
astringency mereka memudar, anggur akan telah berlalu perdana. Satu hal yang dapat
membantu dengan anggur yang memiliki jumlah yang tinggi tanin adalah untuk
menggabungkan mereka dengan tinggi lemak dan protein makanan. Susu idealnya cocok
peran ini, membantu untuk melunakkan tepi tajam tannin. Ini adalah salah satu alasan
mengapa begitu banyak orang menambahkan teh susu yang kuat, yang juga sangat tinggi
tannin. Bagus keju atau saus krim yang hangat dapat mengubah anggur yang sekilas
tampak terlalu tannic ke pasangan yang sempurna. Secara umum, kecenderungan
terhadap winemaking adalah tannin wine dengan kurang dari lima puluh tahun yang lalu.
Anggur ini lebih mudah untuk minum pada saat pembelian atau dalam waktu singkat atau
dua tahun setelah membeli mereka, sehingga lebih sesuai untuk pasar anggur global baru.
Untuk menjadi baik-bulat di dunia anggur, bagaimanapun, itu adalah ide yang baik untuk
sampel sejumlah tannin tinggi anggur, untuk mencicipi nuansa bahwa zat ini dapat
menambahkan. Mereka ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu,
daun, buah, dan akar. Mereka dibagi ke dalam dua grup, tanin yang dapat dihidrolisis dan
tanin kondensasi.
Tannin mungkin dibentuk dengan kondensasi derivatif flavan yang
ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman. Tannin mungkin juga dibentuk dengan
polimerisasi unit quinon. Telah diindikasikan bahwa konsumsi minuman yang
mengandung tannin, terutama teh hijau dan anggur merah dapat mengobati atau
mencegah sejumlah penyakit.
Banyak aktivitas fisiologik manusia, seperti stimulasi sel-sel fagositik, host-
mediated tumor activity, dan sejumlah aktivitas anti-infektif telah ditetapkan untuk
tannin. Salah satu aksi molekul mereka adalah membentuk kompleks dengan protein
melalui kekuatan non-spesifik seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana
pembentukan ikatan kovalen. Cara kerja aksi antimikrobial mereka mungkin berhubungan
dengan kemampuan mereka untuk menginaktivasi adhesin mikroba, enzim, protein
transport cell envelope. Mereka juga membentuk kompleks dengan polisakarida.
Pada tahun 1996, paling sedikit 1.300 coumarin telah teridentifikasi. Mereka
dikenal terutama karena aktivitas antitrombotik, antiinflamatori, dan vasodilatori.
Warfarin yang merupakan salah satu coumarin telah digunakan sebagai antikoagulan dan
rodentisida. Ia mungkin juga memiliki efek antiviral. Coumarin secara in vitro dapat
menghambat Candida albicans.
Sebagai suatu grup, coumarin telah ditemukan dapat menstimulasi makrofag, yang
dapat memiliki efek negatif tidak langsung pada infeksi. Lebih spesifik, coumarin telah
digunakan untuk mencegah infeksi oleh HSV-1 pada manusia. Asam hidroksisinnamat
yang berhubungan dengan coumarin terlihat memiliki efek inhibtori terhadap bakteri
gram positif. Fitoaleksin yang merupakan derivatif terhidroksilasi dari coumarin telah
diproduksi dalam wortel sebagai respons terhadap infeksi fungsi, dan ia dapat
diasumsikan memiliki aktivitas antifungsi.
Kandungan senyawa tanin pada buah cranberry memiliki khasiat anti pembekuan
darah, dan mampu mengurangi infeksi saluran kencing serta plak gigi, sekaligus dapat
pula digunakan untuk mencegah radang gusi (gingivitis).
Beberapa bahan pakan yang digunakan dalam ransum unggas mengandung sejumlah
condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed , fava bean dan beberap biji yang
mengandung minyak. Bungkil biji kapas mengandung tannin terkondensasi 1,6 % BK
sedangkan barley, triticale dan bungkil kedelai mengandung tannin 0,1 % BK. Diantara
bahan pakan unggas yang paling tinggi kandungan tannin terlihat pada biji sorgum
(Sorghumbicolor). Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan
10,2 % catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan tannin berkisar dari 0,05-
3,67 % (catechin equivalent). Kandungan tannin sorgum sering dihubungkan dengan
warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji
dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur
dan cuaca. Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan
penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler,
menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas.
Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam ransum yaitu dengan
mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu gelatin,
polyvinylpyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai kemampuan
mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada bahan pakan dapat
diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman, perebusan, fermentasi, dan
penyosohan kulit luar biji.
Klasifikasi Tanin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang
memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang
terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.
1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan
oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat
atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan
senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin,
dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins.Berat
molekul galitanin 1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000.
Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa
ini dapat terpecah menjadi asam galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat
merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada hidrolisis beberapa tanin yang
sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat.
2. Tanin terkondensasi (condensed tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid
yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan
dapat berkondensasi dengan formaldehida.Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap
formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi
merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi
terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam
tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin.
Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui
C8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini
merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.
Biosintesis Tanin
Biosintesa dari Tanin secara umum :
Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid
Contoh :
- Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin
- Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat
- Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)
- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin
1. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan
cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu
satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan
flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi
adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan
karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin.
Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan
asam akan menghasilkan sianidin.
2. Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah
depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh
lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan
glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin
terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat
menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam
lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh
gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46),
ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
No Nama Alat Volume Jumblah1 Corong - 22 Pipet tetes - 23 Gelas ukur 10 ml 24 Tabung reaksi - 45 Gelas kimia pyrex 100 ml 26 Rak tabung - 17 Kertas saring - 28 Pengaduk - 19 Pipet volume 1 ml dan 20 ml 210 Lumping porselin - 1
B. Bahan
No Nama Bahan Rumus Kimia Konsentrasi Jumblah1 Serbuk Dau Salam - - 2 Gram2 Aquades H2O - 40 ml3 Etanol C2H5OH 0,1 M 40 ml4 Besi (III) Klorida Fecl3 4 Tetes
V. PROSEDUR KERJA
A. Pelarut Air
1. Ditimbang 1 gram serbuk daun salam yang telah dikeringkan
2. Direndam dengan 20 ml air selama 10 menit dalam gelas kimia
3. Disaring ekstrak daun salam menggunakan daun kertas saring kemudian dipipet
sebanyak 1 ml ekstrak tersebut
4. Ditambahkan 2 tetes FeCl3 jenuh
5. Diamati perubahan yang terjadi
B. Pelarut Etanol
1. Ditimbang 1 gram serbuk daun salam yang telah kuning
2. Direndam dengan 20 ml etanol selama 10 menit dalam gelas kimia
3. Disaring ekstrak daun salam dengan menggunakan kertas saring, kemudian
dipipet sebanyak 1 ml
4. Diteteskan 2 tetes FeCl3 jenuh
5. Diamati perubahan yang terjadi
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Pelarut Air
No Perlakuan Hasil
1Ditimbang 1 gram serbuk daun salam
yang telah dikeringkan
- Massa serbuk daun salam 1 gram
2Direndam dengan 20 ml air selama 10
menit dalam gelas kimia
-
3
Disaring ekstrak daun salam
menggunakan daun kertas saring
kemudian dipipet sebanyak 1 ml ekstrak
tersebut
- Warna larutan setelah disaring
berwarna coklat bening
4Ditambahkan 2 tetes FeCl3 jenuh
- Warna coklat kehitaman ( coklat
pekat )
5 Diamati perubahan yang terjadi
- Warna coklat kehitamam tersebut
menandakan bahwa didalam daun
salam terdapat senyawa tanin
B. Pelarut Etanol
No Perlakuan Hasil
1Ditimbang 1 gram serbuk daun salam
yang telah kuning
- Massa serbuk daun salam 1 gram
2Direndam dengan 20 ml etanol selama
10 menit dalam gelas kimia
-
3
Disaring ekstrak daun salam dengan
menggunakan kertas saring, kemudian
dipipet sebanyak 1 ml
- Warna larutan hijau bening
4 Diteteskan 2 tetes FeCl3 jenuh - Warna larutan hijau pekat
5 Diamati perubahan yang terjadi
- Warna larutan tersebut berwarna hijau
menandakan bahwa pada daun salam
terdapat senyawa tanin