32
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos, yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Pekerjaan jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh setiap saat, baik saat istirahat maupun saat bekerja atau menghadapi beban. Satu dari tiga penderita AMI meninggal karena gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat makanan. Insiden penyakit pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita dengan rata-rata mortalitas selama lima tahun untuk pria 60% dan wanita 40%. Selain gagal jantung kebanyakan dari penderita AMI juga mengalami serangan jantung. Serangan Jantung (infark miokardial) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen. Proses iskemik miokardium lama yang mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miokardium tiba-tiba. Infark miokard akut merupakan sindrom klinis dengan dua dari tiga kombinasi karakteristik yaitu gejala tipikal infark miokard (nyeri maupun ketidaknyamanan dada), peningkatan kadar enzim jantung, dan perubahan gambaran elektrokardiogram yang mendeskripsikan suatu infark termasuk gambaran Q patologis. Semua karakteristik itu menggambarkan daerah infark di jantung (miokard) akibat berkurangnya suplai darah ke area tersebut. Akibatnya, akan terjadi kerusakan miokard secara progresif dan irreversible, yang dapat menyebabkan gagal jantung hingga kematian. Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.

Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung

merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya

sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos, yaitu

diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Pekerjaan jantung

adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

tubuh setiap saat, baik saat istirahat maupun saat bekerja atau menghadapi beban.

Satu dari tiga penderita AMI meninggal karena gagal jantung. Gagal jantung

adalah suatu keadan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung

setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi

kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat makanan. Insiden penyakit pada

pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita dengan rata-rata mortalitas selama

lima tahun untuk pria 60% dan wanita 40%. Selain gagal jantung kebanyakan dari

penderita AMI juga mengalami serangan jantung. Serangan Jantung (infark

miokardial) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi pembatasan atau

pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung (miokardium)

mati karena kekurangan oksigen. Proses iskemik miokardium lama yang

mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miokardium tiba-tiba.

Infark miokard akut merupakan sindrom klinis dengan dua dari tiga

kombinasi karakteristik yaitu gejala tipikal infark miokard (nyeri maupun

ketidaknyamanan dada), peningkatan kadar enzim jantung, dan perubahan

gambaran elektrokardiogram yang mendeskripsikan suatu infark termasuk

gambaran Q patologis. Semua karakteristik itu menggambarkan daerah infark di

jantung (miokard) akibat berkurangnya suplai darah ke area tersebut. Akibatnya,

akan terjadi kerusakan miokard secara progresif dan irreversible, yang dapat

menyebabkan gagal jantung hingga kematian. Infark Miokard Akut (IMA) adalah

nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.

2

Penyakit yang satu ini adalah merupakan salah satu penyakit jantung yang

banyak menimbulkan kematian, bahkan seringkali menimbulkan kematian

mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta pengobatan yang tepat

dan cepat. IMA ini atau disebut juga dengan AMI (akut miokard infark) adalah

sebuah kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke

bagian otot jantung terhambat atau juga terganggu. Infark miokard akut ini

disebabkan adanya penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah koroner. Dan

pembuluh darah koroner ini adalah pembuluh darah yang memberikan makan

serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya.

Konsekuensi jangka panjang dari Acut Miocard Infark(AMI) cacat fisik,

psikologis, sosial, dan pekerjaan telah lama diabaikan, karena pasien dengn AMI

curah jantungnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan

nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas, maka kebutuhan

oksigen dan nutrisi tubuh semakin meningkat, sedangkan curah jantung tidak

mampu memenuhi kebutuhan tubuh, maka pesien dengan AMI intoleransi

aktivitas. Komplikasi penyakit miocardium tak terbatas hanya saat pasien dirawat

di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli kesehatan agar pasien

hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien dari rumah

sakit.

Dalam bidang praktik keperawatan profesional, salah satu masalah

keperawatan penderita Acut Myocard Infark (AMI) adalah intoleransi aktivitas.

Peran perawat sebagai komunitas pelayanan profesional yaitu mengembangkan

dan memberikan metode dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang

profesional, tepat, akurat dan meningkatkan kualitas layanan, salah satunya

pemenuhan kebutuhan aktivitas yang tepat dan akurat dalam mempertahankan

fungsi optimal jantung sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut dan

menurunkan angka mortalitas pada pasien dengan diagnosa Acut Myocard Infark

(AMI).

3

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien

dengan Acut Myocard Infark (AMI) serta dalam pemberian asuhan

keperawatan yang benar supaya penderita AMI tidak mengalami komplikasi

yang semakin berat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tentang penyakit Akut Miokard Infark (AMI)

b. Mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan kepada

penderita AMI dan menentukan Intervensi keperawatan yang tepat untuk

mencapai hasil yang optimal.

4

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Infark Miokard

Infark miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardum yang terjadiakibat

kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir terhadap

iskemia miokar yang tidak teratasi. Sel-sel miokardum mulai mati seelah sekitar

dua puluh menit megalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan

sel untuk menghasilkan ATP secara aerobik leyap, dan sel tidak dapat memenuhi

kebutuhan energinya.

Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sell terisi ion natrium dan

air yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis, sel melepaskan

simpanan kalium intrasel dan enzim intrasel, yang mencederai sel-sel

disekitarnya. Protein intrasel mulai mendapat akses kesirkulasi sistemik dan ruang

interstisial dan ikut menyebabkan edema dan pembengkakan interstisial disekitar

sel miokardum. Akibat kematian sel, percetus reaksi inflamasi. Ditempat

inflamasi, terjadi penimbunan trombosit dan pelepasan faktor pembekuan. Terjadi

degranulasi sel masp yang menyebabkan pelepasan histamin dan berbagai

prostaglandin. Sebagian bersifat vasokonstriktif dan sebagian merangsang

pembekuan (tromboksan).

B. Efek IM pada depolarisasi jantung, kontraktilitas jantung, dan tekanan

darah

Dengan dilepaskannya berbagai enzim itrasel dan ion kalium srta

penimbunan asam laktat, jalur hantaran listrik jantung terganggu. Al ini

dapatmenyebabkan hambatan epolarisasiaktrium atau ventrikel, atau terjadinya

disritmia. Dengan matinya sel otot, dan karena pola listrik jantung berubah,

pemompaan jantung menjadi kurang terkoordiansi sehingga kontraktilitasnya

menurun. Volume sekuncup menurun sehingga terjadi penurunan tekana darah

sistemik.

5

C. Respons refleks terhadap penurunan tekanan darah

Penurunan tekanan darah merangsang respons baroreseptor, sehingga

terjadipengaktifan sistem syaraf simpatis, sistem renin-angiotensis, dan

peningkatan pelepasan hormon antidiuretik.hormon stres (ACTH dan kortisol)

juga dilepaskan, disertai peningkatan produksi glukosa. Pengaktifan sistem saraf

parasimpatis berkurang.

Dengan berkurangnya perangsangan saraf parasimpatis dan meningkatnya

perangsangan simpatis ke nodus SA, kecepatan denyut jantung meningkat.

Demikian juga, perangsangan simpatis dan angiotensin pada artiol menyebabkan

peningkatan TPR. Aloran darah keginjal berkurang sehingga produksi urin

berkurang dan ikut berperan merangsang sistem renin-angiotensin.

Kontriksiarteriol menyebabkan penurunan tekanan kapiler sehingga menurunkan

gaya-gaya yang mendorong filtrasi. Reabsorbsi netto cairan interstisial terjadi

sehingga volume plasma meningkat dan aliran balik vena meningkat. Sintesis

aldosteron merangsang reabrsobsi natrium, yang dengan adanya ADH, emakin

meningkatkan volume plasma. Perangsangan simpatis ke kelenjar keringat dan

kulit menyebabkan individu berkeringat dan merasa dingin.

Secara singkat, semakin banyak darah (peningkatan preload) disalurkan ke

jantung, jantung akan mempompa lebih cepat untuk meawan arteri yang

menyempit (peningkatan afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks

tersebut, yang terjadi akibat penurunan kontraktilitas jantung dan tekanan darah,

adalah meningkatnya beban kerja jantung yang telah rusak. Kebutuhan oksigen

jantung meningkat . hal ini dapat sanngat merugikan karena masalah awal yang

menyebabkan infark miokard adalah insufisiensi suplai oksigen ke sel-sel jantung.

Karena reflkes tersebut semakin meningkat kebutuhan oksigen pada jantung yang

rusak, semakin banyak sel jantung yang mengalami hipoksia. Apabila kebutuhan

oksigen dari lebih banyak sel tidak dapat dipenuhi, maka terjadi perluasan daerah

(zona) sel yang cedera dan iskemik disekitar zona nekrotik (mati). Sel-sel yang

mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan mempompa

6

jantung semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ,

termasuk bagian jantung yang masih sehat. Akhirnya karena darah dipompa

secara tida efektif dan kacau maka darah mulai mengalir secara lambat dalam

pembuluh jantung. Hal ini, disertai akumulasi trombosit dan faktor pembekuan

lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan bekuan darah.

D. Penyebab infark miokard

Terlepasnya suatu plak aterosklerotik dari salah satu arteri koroner, dan

kemudian tersangkut dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh

miokardum yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark

miokard. Infark miokard juga dapat terjadi apabila lesi trombosit yang melekat

kesuatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk menyumbat secara total

aliran kebagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami hipertropi berat

sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat terpenuhi.

E. Gambaran klinis

Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda infark miokard

yang nyata (suatu serangan jantung tersamar), biasanya timbul manifestasi klini

yang bermakna:

1. Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering gambarkan memiliki

sifat meremukkan dan parah. Nyeri dapat menyebar kebagian atas tubuh

manasaja, berarti sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau rahang.

Nitrat dan istirahat dapat menghilangkan iskemia diluar zona nekrotik dengan

menurunkan beban kerja jantung.

2. Terjadi mal dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat.

3. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka.

4. Kulit yang dingin, pucat akibat vasokonstriksi simpatis.

5. Pengeluaran urin berkuranng karena penurunan aliran darah ginjal serta

peningkatan aldosteron dan ADH.

6. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.

7

7. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan mendekati

kematian sering terjadi, mungkin berhubungan dengan pelepasan hormon

stres dan ADH (vasopresin).

F. Perangkat diasnotik

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik, termasuk riwayat penyakit jantung

dalam keluarga, penting terutama untuk mendiagnosis IM pada pasien yang

dianggap berisiko rendah,seperti wanita pramenopause.

2. Tekanan darah mungkin berkurang atau normal bergantung pada luasnya

kerusakan miokardum dan keberhasilan refleks baroreseptor. Kecepatan

denyut jantung biasanya meningkat. Bunyi jantung keempat dapat terdengar.

3. EKG dapat memperlihatkan perubahan akut digelombang ST dan T seiring

dengan terjadinya infark. Dalam satu atau dua hari infark, terjadi pendalaman

gelombang Q. Walaupun perubahan gelombang ST dan T akan menghilang

seiring dengan waktu, perubahan gelombang Q menetap dan dapat digunakan

untuk mendeteksi infark sebelumnya.

4. Timbul gejala inflamasi sistemik, termasuk demam, peninhkatan jumlah

leukosit, dan peningkatan laju endap darah. Tanda-tanda ini dimulai sekitar

dua4 jam setelah infark dan menetap sampai dua minggu.

5. Kadar enzim-enzim jantung (kreatinin fosfokinase,glutamat oksaloasetat

transaminase serum,dan laktat dehidrogenase) didalam serum meningkat

akibat kematian sel miokardum. Peningkatan tersebut terjadi dalam suatu pola

khas, yang dimulai segera setelah infark dan berlanjut sampai sekitar

seminggu.

6. Kadar troponin T dan troponin I dapat dideteksi dalam darah dalam 15-dua0

menit. Mioglobin terdeteksi dalam 1 jam dan memuncak dalam 4-6 jam

setelah infark.

G. Komplikasi

1. Dapat terjadi tromboembolus akibat kontraktilitas miokard berkurang.

Embolus tersebut dapat menghambat aliran darah ke bagian jantung yang

sebelumnya tidk rusak oleh infark pertama. Embolus tersebut juga dapat

8

mengalir ke organ lain, menghambat aliran darahnya dan menyebabkan infark

di organ tersebut.

2. Dapat terjadi gagal jantung kongesti apabila jantung tidak dapat memompa

keluar semua darah yag diterimanya. Gagal jantung dapat terjadi segera

setelah infark apabila infark awal berukuran sangat luas, atau setelah

pengaktifan refleks baroreseptor. Dengan diaktifkannya reflek baroreseptor

terjadi peningkatan darah ya ng kembali ke jantung yang rusak serta

konstriksi arteri dan arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan darah

berkumpul dijantung dan menimbulkan peregangan berlebihan pada sel-sel

otot jantung. Aoabila peregangan tersebut cukup hebat, maka kontraktilitas

jantung dapat berkurang karena sel-sel otot tertinggal pada kurva panjang

tegangan.

3. Disritmia adalah komplikasi tersering pada infark. Disritmia dapat terjadi

akibat perubahan keseimbangan elektrolitan penurunan pH. Daerah dijantung

yang mudah teriritasi dapat mulai melepaskan potensial aksi sehingga terjadi

disritmia. Nodus SA dan AV, atau jalur transduksi (seraput purkinje atau

berkas his ), dapat metupakan bagian dari zona sistemik atau nekrotik yang

mempengaruhi pencetus atau penghantar sinyal. Fibrilasi adalah sebab utama

kematian pada infark miokardum diluar rumah sakit.

4. Dapat terjadi syok kardiogenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam

waktu lama. Syok kardiogenik dapat fatal pada waktu infark, atau

menyebabkan kematian atau kelemahan beberapa hari atau minggu kemudian

akibat gagal paru atau ginjal karena organ-organ ini mengalami iskemia. Syok

kardiogenik biasanya berkaitan dengan kerusakan sebanyak 40% masa otot

jantung.

5. Dapat terjadi ruptur miokardum selama atau segera setelah suatu infark besar.

6. Dapat terjadi perikarditis, peradangan selaput jantung, (biasanya beberapa

hari setelah infark). Perikarditis terjadi sebagai bagian dari reaksi inflamasi

setelah cidera dan kematian sel. Sebagian jenis perikarditis dapat terjadi

beberapa minggu setelah infark, dan mungkin mencerminkan suatu reaksi

hipersesitifitas imun terhadap nekrosis jaringan

9

7. Setelah infark miokard se,buh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan

sel-sel miokardum yang mati. Apabila jaringan parut ini cukup luas,

kontraktilitas jantung dapat bekurang secara permanen. Pada sebagian kasus,

jaringan parut tersebut lemah sehingga dapat terjadi ruptur miokardum

atauaneurisma.

H. Penatalaksanaan

Pencegahan penyakit jantung adalah penting. Tindakan pencegahan antara

lain :

1. Menurunkan atau mengurangi faktor resiko yang dapat diubah. Karena faktor

resiko kardiovaskular saling berkaitan ssatu sama lain, bahkan penurunan

moderat beberapa faktor resiko dapat lebih efektif dibandingkan dengan

upaya penurunan mayor satu faktor resiko. Sebagai contoh, penurunan faktor

resiko serangan jantung yang bermakna terjadi pada tingkat olahraga ringan

(termasuk berjalan kaki), menghentikan kebiasaan merokok, dan pembatasan

sedang makanan berlemak. Panduan penatalaksanaan resiko kardiovaskular

yang memasukkan upaya penurunan resiko harus dlakukan secara rutin.

2. Individu yang mengalami stres, dan terutama mereka yang memiliki riwayat

penyakit jantung dalam keluarga, harus diajarkan untuk menurunkan resiko

dan mencari pertolongan medis segera jika terjadi infark miokard.

untuk pasien yang mengalami sindrom koroner akut, panduan terapi

berikut, menggunakan pertolongan akronim ABCD, dapat dilakukan:

1. A untuk terapi antiplatelet, antikoagulan,penghambat enzim,pengubah-

angiotensin,dan penyekat reseptor-angiotensin.

2. B untuk penyekat –beta dan pengendalian tekanan darah (blood pressure).

3. C untuk terapi kolesterol (cholesterol) dan menghentikan rokok (cigarette

smoking cessation).

4. D untuk penatalaksanaan diabetes dan diet.

5. E untuk eksercise atau olahraga.

10

Untuk pasien yang mendapat serangan jantung, terapi dibawah iniharus

dilakukan:

1. Penghentian aktivitas fisikuntuk mengurangi beban kerja jantung membantu

membatasi luas kerusakan.

2. Resusitasi jantung-paru (cardiopulmonary resuscitation,CPR ) mungkin

diperlukan apabila terjadi fibrilasi jantung atau henti jantung. Defibrilasi

listrik untuk memulihkan irama listrik dalam beberapa menit pertama henti

jantung sangat bermanfaat dalam menyelamatkan IM. Upaya yang besar dari

komunitas terkini yang berfokus pada pelatihan masyarakat yang intensif

mnegenai penggunaan defibrilator terbukti menggandakan angka bertahan

hidup pada penderita henti jantung.

3. Infus intra vena atau intrakoroner sgera dengan obattrombolitik (penghancur

bekuan) akan menghancurkan embolus penyebab penggunaa n obat ini secara

dini (sebaiknya dalam satu jam setelah infark) mnyebabkan peningkatan

dramatis angka bertahan hidup dan pembatasan luas cedera miokardum lebih

lanjut. Obat-obat yang mencegah pembentukan bekuan baru, misalnya

heparin,juga diperlukan. Disamping menggunakan obat-obat penghancur

bekuan, angioplasti koroner mungkin digunakan untuk membuka arteri

koroner.

4. Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban atas

jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat.

5. Obat untuk menghilangkan nyeri (biasanya morfin dan meperidin

{demerol}) digunakan untuk menenangkan pasien dan karena nyeri akut

menstimulasi saraf simpatis yang menyebabkan peningkatan kecepatan

denyut jantung dan resistensi vaskular. Selain itu, nyeri meningkatkan stres

mental dan rasa cemas. Morfin juga bersifat vasolidator yang bekerja yang

bekerja menurunkan preload dan afterload.

11

6. Diberikan nitrat untuk mengurangi aliran balik vena dan melemaskan ateri-

arteri sehingga preload dan afterload berkurang dan aliran darah koroner

meningkat .

7. Diberikan diuretik untuk meningkatkan aliran darah ginjal. Hal ini

mempertahankan fungsi ginjal dan mencegah kelebihan volume serta terjadi

gagal jantung kongesti. Peningkatan aliran darah ginjal juga menurunkan

pelepasan renin.

8. Obat inetropik positif (digitalis) digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas

jantung.

9. Bypass arteri koroner mungkin dipertimbangkan jika infark yang terjadi

akibat sumbatan trombotik.

Setelah infark miokard, pertimbangan tambahan antara lain:

1. Rehabilitasi jantung, termasuk keseimbangan antara istirahat dan aktivitas

serta modifikasi gaya hidup untuk menurunkan resiko ateros klerosis dan

hipertensi. Tindakan ABCDE untuk sindrom koroner akut adalah penting.

Kebutuhan keluarga harus dipertimbangkan dan dilibatkan.

2. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa jantung mengandung sel benih

(stem cell) yang dapat meregenerasi sel otot jantung, sehingga mampu

memperbaiki dirinya sendiri. Temuan ini memberi harapan untuk pasien

infark miokard.

12

BAB III.

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :

Tuan Z (50 tahun) dirawat di RS Maju terus, karena menderita akut

miokard infark. Tuan Z menderita penyakit ini sudah 6 bulan yang lalu. Tuan Z

mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri dirasa menjalar ke bahu hingga lengan

kiri, nyeri hilang dengan istirahat, nyeri dan sesak nafas bertambah saat aktifitas,

klien selalu bertanya tentang keadaanya sekarang. Didapatkan data klien Tuan Z

merasa nyeri, terlihat meringis menahan sakit, selalu memegang area nyeri, klien

membatasi nyerinya dengan membatasi aktifitas karenanya nyerinya berskala 7,

wajah klien terlihat pucat, cemas, keluar keringat dingin, terpaang kateter,

terpasang oksigen 3 lt/menit, suhu 37,5o C, Nadi 88 kali/menit, posisi semifowler,

terpasang infuse 20 tpm, TD 120/70 mmHg, RR 28 kali/menit, ADL dibantu dan

terpasang terapi nitrogliserinsublingual.

ASUHAN KEPERAWATAN :

PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

DATA KLIEN

A. DATA UMUM

1. Nama inisial klien : Tn. Z

2. Umur : 50 tahun.

3. Alamat : Pandan sari, Mertoyudan

4. Agama : Islam.

5. Tanggal masuk RS/RB : 30 November 2011

6. Nomor Rekam Medis : 300123456.

7. Bangsal : Melati

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

13

1. HEALTH PROMOTION

a. Kesehatan Umum:

- Alasan masuk rumah sakit:

Klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, nyeri dirasa menjalar ke

bahu hingga lngan kiri, nyeri hilang dengan istirahat, nyeri

bertambah saat beraktivitas.

- Tekanan darah : 120/70 mmHg.

- Nadi : 88x/menit

- Suhu : 37,5oC.

- Respirasi : 28x/menit.

b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):

Klien mengatakan dahulu pernah sesak nafas dan merokok.

c. Kemampuan mengontrol kesehatan:

- Yang dilakukan bila sakit : klien mengatakan tidur.

- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)

Klien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol tetapi klien suka

merokok.

d. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):

Klien mengatakan masuk rumah sakit menggunakan askes.

2. NUTRITION

Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi

nasi, lauk, dan sayur.

Selama sakit : Klien mengatakan makan hanya 2 sendok sekali makan.

Diit : nasi tim.

3. ELIMINATION

a. Sistem Urinary

Sebelum sakit : Klien mengatakan BAK 4-5 kali sehari, warna

kuning jernih.

14

Selama sakit : 220cc/hari, terpasang kateter.

b. Sistem Gastrointestinal

Klien mengatakan BAB 11x/hari sebelum dan sesudah sakit.

c. Sistem Integument

Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu) : Klien tampak

pucat, lemas, keluar keringat dingin, suhu 37,5oC.

4. ACTIVITY/REST

a. Istirahat/tidur

1) Jam tidur : Klien mengatakan biasanya tidur 8 jam/hari.

2) Insomnia : Klien mengatakan tidak mengalami insomnia.

3) Pertolongan untuk merangsang tidur:

Klien mengatakan tidak menggunakan apapun untuk merangsang

tidurnya.

b. Aktivitas

1) Kebiasaan olah raga : Klien mengatakan tidak pernah olahraga.

2) ADL

a) Makan : Klien mengatakan dibantu oleh istri.

b) Toileting : Klien mengatakan dibantu oleh istri.

c) Kebersihan : Klien mengatakan dibantu oleh istri.

d) Berpakaian : Klien mengatakan dibantu oleh istri.

3) Bantuan ADL : Klien terpasang Terapi

Nitrogliserinsublingual.

c. Cardio respons

1) Penyakit jantung : Klien mengatakan mempunyai riwayat

penyakit jantung.

2) Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

b) Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat.

c) Perkusi : Pekak.

d) Auskultasi : BJ I = BJ II, Reguler.

15

d. Pulmonary respon

1) Penyakit sistem nafas : Klien mengatakan sesak nafas.

2) Penggunaan O2 : Terpasang oksigen 3 liter/menit.

3) Pemeriksaan paru-paru

a) Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri,

frekuensi pernafasan cepat dan dangkal.

b) Palpasi : Fremitus, raba kanan dan kiri sama.

c) Perkusi : Bunyi ronchi.

d) Auskultasi : Wheezing.

5. PERCEPTION/COGNITION

a. Orientasi/kognisi

1) Tingkat pendidikan : Klien mengatakan lulusan SD.

2) Kurang pengetahuan : Klien mengatakan kurang

pengetahuan.

3) Pengetahuan tentang penyakit: Klien mengatakan tidak tahu

tentang penyakit yang dialaminya.

4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Klien dalam keadaan sadar.

b. Sensasi/persepi

1) Riwayat penyakit jantung : Klien mengatakan mempunyai

riwayat penyakit 6 bulan yang lalu.

2) Penggunaan alat bantu : Klien mengatakan tidak memakai

alat bantu.

3) Penginderaan : Klien tidak menggunakan alat bantu

kacamata.

c. Communication

1) Bahasa yang digunakan : Klien mengatakan menggunakan

bahasa Indonesia.

2) Kesulitan berkomunikasi : Klien tidak mengalami kesulitan

berkomunikasi.

16

6. SELF PERCEPTION

a. Self-concept/self-esteem

1) Perasaan cemas/takut : Klien mengatakan merasa cemas,

takut yang ditandai dengan wajah pucat dan keringat dingin.

2) Perasaan putus asa/kehilangan: Klien mengatakan tidak putus asa.

3) Keinginan untuk mencederai : Klien mengatakan tidak ingin

mencederai dirinya sendiri.

7. ROLE RELATIONSHIP

a. Peranan hubungan

1) Status hubungan : Klien mengatakan sudah menikah.

2) Orang terdekat : Klien mengatakan orang terdekat

adalah istri.

3) Perubahan konflik/peran : Klien mengatakan peran klien

terganggu dalam mencari nafkah.

4) Perubahan gaya hidup : Klien mengatakan mengalami

perubahan dalam gaya hidup.

5) Interaksi dengan orang lain : Klien mengatakan interaksi dengan

orang lain baik.

8. SEXUALITY

Identitas seksual : Klien berjenis kelamin laki-laki.

9. COPING/STRESS TOLERANCE

a. Coping respon

1) Rasa sedih/takut/cemas : Klien mengatakan sedih dan

cemas.

17

2) Kemampan untuk mengatasi : Klien mengatakan sering

berdoa.

3) Perilaku yang menampakkan cemas : Klien mengatakan

berkeringat dingin dan pucat.

10. LIFE PRINCIPLES

a. Nilai kepercayaan

1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : Klien mengatakan tidak

mengikuti kegiatan keagamaan.

2) Kemampuan untuk berpartisipasi : Klien mengatakan mampu

untuk berpartisipasi.

3) Kegiatan kebudayaan : Klien mengatakan tidak

mengikuti kegiatan kebudayaan.

4) Kemampuan memecahkan masalah : Klien mengatakan mampu

memecahkan masalahnya.

11. SAFETY/PROTECTION

a. Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki alergi.

b. Penyakit autoimune : Klien mengatakan tidak memiliki penyakit

autoimune.

c. Tanda infeksi : Klien tidak mempunyai tanda infeksi.

12. COMFORT

a. Kenyamanan/Nyeri

1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Agens cidera fisik (penyakit

jantung)

2) Quality (bagaimana kualitasnya) : Klien mengatakan nyeri

seperti ditusuk.

3) Regio (dimana letaknya) : Klien mengatakan nyeri

berada di bagian dada sebelah kiri dan nyeri menjalar ke bahu

hingga lengan kiri.

18

4) Scala (berapa skalanya) : 7

5) Time (waktu) : Klien mengatakan kadang-

kadang nyerinya terasa.

13. GROWTH/DEVELOPMENT

Pertumbuhan dan perkembangan : Pertumbuhan dan perkembangan

klien baik dan normal.

C. DATA LABORATORIUM

Tanggal

& Jam

Jenis

Pemeriksaan

Hasil

Pemeriksaan

Harga

Normal Satuan Interpretasi

19

ANALISA DATA

No.

Data Fokus

Etiologi

Problem

D. Subyektif D. Obyektif

1. - Klien merasa

nyeri dada

sebelah kiri.

- - Klien merasa

nyeri menjalar

ke bahu hingga

ke lengan kiri.

- - Klien merasa

sesak nafas.

-Nadi : 88 kl/mnt

(irregular)

-TD:120/70mmHg

-RR : 28 kl/mnt

-Klien selalu

memegang area

nyeri.

NANDA :

(Aritmia )

(Dypsnea)

(Ortopnea)

Perubahan

Volume isi

sekuncup

Penurunan

Curah Jantung

20

2. - Klien merasa

nyeri dada

sebelah kiri

(angina

pectoris).

-Klien merasa

nyerinya hilang

jika beristirahat.

-Nyeri dan

sesak nafas

bertambah jika

berkatifitas.

-Pasien terlihat

meringis

kesakitan.

-Klien terlihat

selalu memegang

area nyeri.

-Skala nyeri 7

NANDA :

-(Wajah terlihat

meringis)

-(Perilaku

menjaga/

melindungi area

nyeri)

-(Perubahan posisi

untuk menghindari

nyeri)

-(Melaporkan

nyeri secara

Verbal)

Agen Injury Nyeri Akut

3. -Semua aktifitas

personal hyhige

dibantu.

-Terpasang O2

3lt/mnt.

-Terpasang kateter.

-Posisi semi

fowler.

-Terapi

Hambatan

mobilitas

Difisit

Perawatan diri.

21

nitrogliserin.

NANDA:

(Ketidakmampuan

untuk mandi)

(Ketidakmampuan

untuk berpakaian)

(Ketidakmampuan

untuk BAB dan

BAK)

4. -Wajah klien

terlihat cemas.

-Wajah klien

terlihat pucat.

-Keluar keringat

Dingin.

NANDA :

(Gelisah)

(Ketakutan)

(Wajah Tegang)

(Gemetar)

(Peningkatan

keringat)

(Rasa nyeri yang

meningkatkan

ketidakberdayaan)

Ancaman pada

status kesehatan.

Ansietas

22

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume isi

sekuncup.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury.

3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas.

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.

IMPLEMENTASI

NOC (Nursing Outcomes Clasification)

1. Dx.1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

volume isi sekuncup.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam,

diharapakan curah jantung normal.

Dengan criteria hasil :

Cardiac Pump Effectiveness

Indikator IR ER

- Tekanan Darah dalam batas yang

diharapkan 140/ 90 mmHg.

- RR dalam batas yang diharapkan 16-

24 x/menit.

- Tidak terdapat angina.

- Kelemahan ekstermitas tidak ada.

5

5

5

Keterangan :

1. : Keluhan ekstrim

2. : Keluhan berat

3. : Keluhan sedang

4. : Keluhan ringan

5. : Tidak ada keluhan

23

NIC (Nursing Interventions Classification)

Cardiac Care :

a. Evaluasi adanya nyeri dada.

b. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output.

c. Monitor / melihat monitor untuk melihat adanya perubahan tekanan darah.

d. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan.

e. Monitor / melihat toleransi aktifitas pasien.

f. Monitor / melihat adanya dypsnea, patigue, takipnea dan ortopnea.

g. Anjurkan untuk menurunkan stress.

2. Dx. 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam,

diharapakan curah jantung normal.

Dengan criteria hasil :

Pain Level

Indikator IR ER

- Melaporkan adanya nyeri (sudah

teratasi)

- Frekuensi nyeri anatar 1-2

- Panjang episode nyeri

- Pernyataan nyeri (verbal)

- Ekspresi nyeri pada wajah

- Perubahan Nadi

- Perubahab frekuensi pernafasan

- Perubahan TD

- Keringat berlebih

Keterangan :

1 : Keluhan ekstrim

2 : Keluhan berat

3 : Keluhan sedang

24

4 : Keluhan ringan

5 : Tidak ada keluhan

NIC (Nursing Intervensi Classification)

Pain Management :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, kualitas dan factor presitasi.

b. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri

pasien.

c. Evaluasi pengalaman nyeri di masa lampau.

d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri.

e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

f. Ajarkan klien tentang teknik non farmakologi.

g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

h. Evaluasi keefektifan control nyeri.

i. Tingkatkan istirahat.

3. Dx. 3 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam,

diharapakan curah jantung normal.

Dengan criteria hasil :

Self Care Activity Of Daily Living

Indikator IR ER

- Makan

- Berpakaian

- Mandi

- Toileting

-Oral Hygiene

- Kebersihan diri

Keterangan :

1 : Keluhan ekstrim

25

2 : Keluhan berat

3 : Keluhan sedang

4 : Keluhan ringan

5 :Tidak ada keluhan

NIC (Nursing Intervensi Classification)

Self Care Assistance : ADL

a. Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.

b. Pantau kebutuhan klien untuk penyesuaian penggunaan alat untuk personal

hygiene, toileting dan makan.

c. Sediakan bantuan hingga klien dapat melakukan perawatan pribadi secara

penuh.

d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya sesuai

dengan tingkat kemampuan.

e. Menentukan aktivitas perawatan diri yang sesuai dengan kondisinya secara

rutin.

4. Dx. 4 : Ansietas yang berhubungan dengan ancaman pada status

kesehatan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……x 24 jam,

diharapakan curah jantung normal.

Dengan criteria hasil :

Anxiety Control

Indikator IR ER

26

- Monitoring intensitas kecemasan.

- Menyingkirkan tanda kecemasan.

- Mencari informasi untuk menurunkan

cemas.

- Melaporkan tidak adanya manifestasi

fisik dari kecemasan.

- Tidak ada manifestasi perilaku

kecemasan.

-Menggunakan teknik relaksasi untuk

menurunkan kecemasan.

Keterangan :

1 : Keluhan ekstrim

2 : Keluhan berat

3 : Keluhan sedang

4 : Keluhan ringan

5 : Tidak ada keluhan

NIC (Nursing Intervensi Classification)

Anxiety Reduction :

a. Identifikasi tingkat kecemasan.

b. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.

c. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.

d. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi.

e. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

EVALUASI

1. Evaluasi Formatif

No. Tanggal Implementasi Respon /Formatif

27

1. 30-11-2011

08.00

08.30

09.00

-Monitor / melihat

monitor untuk melihat

adanya perubahan

tekanan darah.

-Mengajarkan latihan

nafas dalam.

-memberikan

pelatihan personal

hygien.

S : -

O : 120/70 mmHg

S : Klien mengatakan

nyaman dilakukan nafas

dalam.

O : RR (16-24 x/menit)

Perb I : E = 1 : 2

Irama : regular

S : Klien mengatakan

sudah bisa melakukan

toileting secara mandiri.

2. Evaluasi Sumatif

No. Tanggal Diagnosa Evaluasi (SOAP

28

1. 30-11-

2011

Penurunan curah

jantung yang

berhubungan

dengan

perubahan isi

sekuncup.

S :

-Klien merasa nyeri dada

sebelah kiri.

- - klien merasa nyeri menjalar ke

bahu hingga ke lengan kiri.

- Klien merasa sesak nafas.

O :

-Nadi : 88 kl/mnt (irregular)

-TD:120/70 mmHg

-RR : 28 kl/mnt

-Klien selalu

memegang area

nyeri.

A :

Indikator IR ER

-T D dalam

batas yang

diharapkan

140/ 90

mmHg.

- RR dalam

batas yang

diharapkan

16-24

x/menit

29

- Tidak

terdapat

angina.

- Kelemahan

ekstermmitas

tidak ada.

P :

Penurunan curah jantung yang

berhbungan dengan isi sekuncup

belum teratasi.

30

BAB IV.

PEMBAHASAN

PenyakitAMI ( InfarkMiokardAkut ) merupakan salah satu penyakit

jantung yang banyakmenimbulkankematian, bahkan sering kali menimbulkan

kematian mendadak bila tidak segera mendapatkan penanganan serta pengobatan

yang tepat dan cepat.Infarkmiokard akut ini atau disebut juga dengan AMI (akut

miokard infark) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard ( otot jantung )

akibat dari aliran darah kebagian otot jantung terhambat atau juga terganggu.

Infarkmiokard akut disebabkan penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah

koroner. Dan pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang memberikan

makan serta nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya.

Dalam asuhan keperawatan Tn. Z diatas evaluasi formatif mengajarkan

nafas dalam klien mengatakan nyaman dilakukan nafas dalam dan pada saat

dilakukan pemberian pelatihan personal hygiene klien mengatakan dapat

melakukan kegiatan toileting sendiri. Jadi evaluasi formatif dapat dilatakan

berhasil karena klien mengalami perubahan yang membaik bagi dirinya.

Dalam asuhan keperawatan sumatif klien mengatakan masih nyeri pada

dada sebelah kiri dan nyeri yang dirasakan menjalar sampai lengan tangan sebelah

kiri. Klien juga mengatakan merasa sesak nafas. Klien selalu memegang pada area

nyeri yang dirasakan, kelemahan ekstremitas tidak ada dan penurunan curah

jantung yang berhubungan dengan sekuncup belum teratasi.

Karena dalam asuhan keperawatan pada saat implementasi didapatkan

beberapa evaluasi yang belum teratasi maka dapat dilakukan rencana keperawatan

yang lain seperti mengajarkan teknik distraksi relaksasi untuk dapat mengurangi

nyeri yang dirasakan klien.

31

BAB V.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. AMI (Akut Infark Miokard) atau bisa juga disebut IMA (Infark Miokard

Akut) dapat mengakibatkan serangan jantung dan gagal jantung apabila tidak

ditindaklanjuti untuk mendapatkan perawatan, apabila dibiarkan terlalu lama

dapat mengakibatkan kematian.

2. AMI (Akut Infark Miokard) biasanya menyerang pada pria usia lebih dari 40

tahun dan juga bisa menyerang pada pria dan wanita muda sekitar umur 30

dan 20 tahunan. AMI juga bisa menyerang pada wanita yang merokok dan

mengkonsumsi pil KB.

B. Saran

1. Seharusnya petugas kesehatan memberikan sosialisasi dan pengetahuan

seputar penyakit AMI kepada masyarakat untuk lebih mengetahui tentang

bahaya penyakit tersebut.

2. Masyarakat seharusnya menerapkan pola hidup sehat dan mengkonsumsi

makanan yang sehat pula untuk mencegah penyakit AMI tersebut.

32

DAFTAR PUSTAKA

J, Elizabeth. Crowin. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:2009

H, Kalim. Dkk. 2009. Mieloperoksidase Pada Penderita Infark Miokard

Akut. Jakarta: Tidak Diterbitkan. http://ibrahimalirsyad.blogspot.com/2012/04/sm3-cardio-kasus-ami-nanda-

nic-noc.html?m=1

Smeltzer, Suzanne C. Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarath. Jakarta:EGC