Upload
dinanurfadhilah
View
290
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MATERI BAB XI
RIBA, BANK DAN ASURANSI
A. Riba Dan Hikmah Dilarangnya
1. Pengertian Riba
Riba menurut bahasa berarti al-Ziyadah (tambahan). Menurut istilah, riba
adalah suatu bentuk tambahan pembayaran tanpa ada ganti / imbalan sebagai
syarat terjadinya transaksi utang-piutang atau pinjam-meminjam secara batil
atau bertentangan dengan prinsip mu’amalah islam.
2. Hukum Riba
Para ulama sepakat bahwa hukum riba adalah haram. Dasarnya adalah firman
Allah : Artinya : “… padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”(Q.S. Al-Baqarah : 275)
a. Riba Fadli, yaitu riba dengan sebab tukar menukar benda, barang sejenis
(sama) dengan tidak sama ukuran jumlahnya. Misalnya satu ekor kambing
ditukar dengan satu ekor kambing yang berbeda besarnya.
b. Riba Qardhi, yaitu riba yang terjadi karena adanya proses utang piutang
atau pinjam meminjam dengan syarat keuntungan (bunga) dari orang yang
meminjam atau yang berhutang. Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar
sebesar Rp. 1.000.000,- kemudian diharuskan membayarnya Rp. 1.300.000,- .
c. Riba Nasi’ah, riba yang terjadi karena adanya penundaan waktu
pembayaran, dengan menetapkan dua harga, yaitu kontan atau harga
dinaikkan karena pembayaran tertunda. Misalnya si A meminjam uang Rp.
1.000.000,- kepada si B dengan perjanjian waktu mengembalikannya satu
bulan, setelah jatuh tempo si A belum dapat mengembalikan utangnya. Untuk
itu, si A menyanggupi memberi tambahan pembayaran jika si B mau
menunda jangka waktunya.
d. Riba Yad, yaitu riba dengan berpisah dari tempat akad jual beli sebelum
serah terima antara penjual dan pembeli. Misalnya, seseorang membeli satu
kuintal gandum. Setelah dibayar, si penjual langsung pergi sedangkan
gandum nya dalam karung belum ditimbang apakah cukup atau tidak. Jual
beli ini belum jelas yang sebenarnya.
4. Bahaya Yang Di timbulkan Riba a. Hilangnya keberkahan pada harta.
b. Orang yang berinteraksi dengan riba akan dibangkitkan oleh Allah pada
hari kiamat kelak dalam keadaan seperti orang gila.
c. Orang yang berinteraksi dengan riba akan disiksa oleh Allah dengan
berenang di sungai darah dan mulutnya dilempari dengan bebatuan sehingga
ia tidak mampu untuk keluar dari sungai tersebut.
d. Allah tidak akan menerima sedekah, infaq dan zakat yang dikeluarkan
dari harta riba.
e. Do’a pemakan riba tidak akan didengarkan dan dikabulkan oleh Allah.
f. Memakan riba menyebabkan hati menjadi keras dan berkarat.
5. Hikmah Diharamkannya Riba
Diharamkan hikmah diharamkannya riba yaitu:
a. Menghindari tipu daya di antara sesama manusia.
b. Melindungi harta sesama muslim agar tidak dimakan dengan batil.
c. Memotivasi orang muslim untuk menginvestasi hartanya pada usaha-
usaha yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang dapat menimbulkan
kesulitan dan kemarahan di antara kaum muslimin.
d. Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaan
karena pemakan riba adalah orang yang dzalim dan akibat kedzaliman adalah
kesusahan.
e. Membuka pintu-pintu kebaikan di depan orang muslim agar ia mencari
bekal untuk akhirat.
6. Menjauhi Praktik Riba
Langkah – langkah yang harus kita lakukan agar terhindar dari riba yaitu :
a. Membiasakan hidup sederhana, tidak boros.
b. Membiasakan menabung apabila ada kelebihan rezeki dari Allah swt.
c. Menghindarkan diri dari berfoya-foya selagi ada kelebihan.
d. Menghindari kebiasaan berhutang.
e. Mengadakan usaha bersama di bidang ekonomi, seperti koperasi di
sekolah atau di masyarakat.
f. Rajin mensyukuri nikmat Allah SWT. dengan cara memanfaatkan untuk
kebaikan serta tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut.
g. Melakukan praktik jual beli dan utang piutang secara baik menurut Islam.
B. Praktik Dan Hukum Bank
1. Pengertian dan Tujuan Bank
Bank ialah sebuah lembaga yang bergerak menghimpun dana dari masyarakat dan
kemudian dana tersebut disalurkan kepada yang memerlukan.
Tujuan bank ialah membantu masyarakat dalam menyimpan atau meminjam baik
berupa uang maupun barang lainnya yang berharga dan menjadi penyangga
kestabilan peredaran uang.
2. Jenis-jenis Bank
Dilihat dari segi kelembagaan keuangan, bank dapat dibagi menjadi dua pola,
yaitu :
a. Bank primer, yaitu bank yang mempunyai fungsi sebagai perantara dan dapat
pula dan dapat pula menciptakan serta menghancurkan uang. Seperti Bank
Umum, dan Bank Pembangunan.
b. Bank sekunder yaitu bank yang berfungsi sebagai perantara saja. Yang
termasuk jenis ini adalah Bank Tabungan, Bank Hipotik dan Bank Finansial.
Dilihat dari fungsi, tugas dan operasionalnya bank di kelompokkan menjadi :
a. Bank sentral, yaitu sebuah bank milik negara sebagai sendi perekonomian
pemerintah. Tugasnya bukan semata–mata pusat peredaran uang, tetapi juga
menjaga kestabilan nilai tukar mata uang, baik dalam maupun di luar negeri. Bank
sentral di Indonesia adalah bank Indonesia (bi),yaitu tugas pokoknya adalah
membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai
rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta memperluas
kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
b. Bank umum, yaitu bank yang mengumpulkan dananya terutama dalam bentuk
simpanan dan deposito. Fungsi utamanya memberikan kredit dan pinjaman jangka
pendek.
c. Bank pembangunan, yaitu bank yang menerima simpanan dalam bentuk
deposito, atau mengeluarkan surat-surat berharga berjangka menengah dan
panjang yang dapat dinegosiasikan . fungsi utamanya untuk memberikan
pinjaman untuk pembangunan jangka menengah dan panjang.
d. Bank dagang, yaitu sebuah bank dengan tujuan selain melakukan usaha bank
pada umumnya juga menyediakan kredit bagi pengusaha-pengusaha nasional
untuk mengembangkan usahanya.
e. Bank tabungan(tabungan post),yaitu suatu bank yang berusaha mendorong
masyarakat untuk menabung uangnya berupa “current account” bentuk
pencatatan/laporan pemasukan dan pengeluaran uang ),baik secara perorangan
maupun bersama-sama mendapat bunga yang pada hakikatnya sebagian hasil dari
usaha yang di lakukan oleh badan ini.
f. Bank hipotik, yaitu sebuah bank yang melakukan karya pembangunan dan
kemakmuran dengan suatu jaminan. Seperti memberi pinjaman pemilik tanah
untuk mendirikan bangunan, dengan jaminan rumah itu sendiri.
g. Bank Asuransi Agraria, yaitu bank yang memberikan pinjaman, terutama
kepada suatu perkumpulan atau organisasi
h. Bank pertanian-bank tani ,yaitu sebuah bank yang memberikan pinjaman
kepada para petani untuk mengembangkan usaha dan memenuhi kebutuhan
mereka. Dalam pelaksanaan biasanya peminjaman yang diberikan kepada petani
melalui pengurus perkumpulannya, baik melalui koperasi, seperti KUD maupun
bentuk lainnya.
i. Bank industri, yaitu bank yang memberi layanan peminjaman untuk
kepentingan perindustrian dan pertambangan, baik secara individu, perusahaan
maupun perkumpulannya. Di Indonesia ada Bank Industri Indonesia.
Dilihat dari segi penerapan sistem bunganya, menurut Masjfuk Zuhdi, bank
dikelompokkan menjadi :
a. Bank konvensional yaitu sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya
menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang membutuhkan,
b. Bank Islam, yaitu sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya
menurut hukum syariat Islam.
3. Hukum Bank dan Perbandingan antara Bunga Bank dan Riba
a. Persamaannya, bahwa keduanya sama-sama merupakan tambahan
pembayaran atas pinjaman sesuai dengan ketentuan atau kesepakatan kedua belah
pihak.
b. Perbedaannya, kegiatan yang dilakukan bank tidak hanya memberikan
pinjaman tapi juga menerima simpanan. Pinjaman pada bank tidak hanya untuk
menutupi kebutuhan primer tetapi juga untuk mengembangkan usaha. Sedangkan
pada riba, menurut sejarahnya timbul semata-mata karena urusan pinjam
meminjam untuk menutupi kebutuhan primer bukan untuk mengembangkan
usaha.
Berikut pendapat ulama mengenai hukum perbankan :
a. Kelompok yang mengharamkan
Ulama yang mengharamkan riba di antaranya adalah Abu Zahra (guru besar
Fakultas Hukum, Kairo, Mesir), Abu A’la al-Maududi (ulama Pakistan), dan
Muhammad Abdullah al-A’rabi (Kairo). Mereka berpendapat bahwa hukum bank
adalah haram, sehingga kaum Muslimin dilarang mengadakan hubungan dengan
bank yang memakai sistem bunga, kecuali dalam keadaan darurat atau terpaksa.
Keharaman bank dikaitkan dengan pemberian bunga bank terhadap nasabah.
Bunga bank dalam pandangan para ulama ini adalah riba nasi’ah, sedangkan riba
nasi’ah terlarang dalam hukum Islam. Maka dari itu, hukum bank adalah haram.
b. Kelompok yang tidak mengharamkan
Ulama yang tidak mengharamkan di antaranya adalah Syekh Muhammad Syaltut
dan A. Hassan. Mereka mengatakan bahwa kegiatan bermu’amalah kaum
Muslimin dengan bank bukan merupakan perbuatan yang dilarang. Bunga bank di
Indonesia tidak bersifat ganda, sebagaimana digambarkan dalam Q.S. Ali Imran
ayat 130.
c. Kelompok yang menganggap syubhat (samar)
Bank merupakan perkara yang belum jelas kedudukan hukumnya dalam Islam
karena bank merupakan sebuah produk baru yang tidak ada nasnya. Hal-hal yang
belum ada nas dan masih diragukan ini yang dimaksud dengan barang syubhat
(samar). Karena untuk kepentingan umum atau manfaat sosial yang sangat berarti
bagi umat, maka berdasarkan kaedah usul bank masih tetap digunakan dan
dibolehkan. Namun ketentuan ini hanya untuk bank pemerintah (non swasta), dan
tidak berlaku untuk bank swasta dengan alasan tingkat kerugian pada bank swasta
sangat tinggi dibanding dengan bank pemerintah.
4. Bank Yang Sesuai Syariat Islam
Bank yang sesuai syariat islam adalah bank yang praktik operasionalnya
didasarkan pada alquran dan hadits.
Di dalam pelaksanaanya didasarkan atas kesepakatan suka sama suka, dan tidak
ada pihak yang dirugikan. Dan juga tidak ada praktik riba atau bunga.
5. Produk –produk Bank Syariah
a. Wadiah (titipan uang, barang, dan surat-surat berharga atau deposito).
b. Mudharabah (kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksana atas dasar
perjanjian profit dan sharing).
c. Musyarakah (persekutuan antara pihak bank dengan pengusaha dalam saham
pada usaha patungan).
d. Murabahah (jual beli barang dengan tambahan harta atas dasar harga
pembelian yang pertama secara jujur.
e. Qardl hasan (pinjaman yang baik atau bank memberikan pinjaman tanpa
bunga).
C. Praktik Dan Hukum Asuransi
1. Pengertian dan Tujuan Asuransi
Asuransi adalah perjanjian pertanggungan bersama antara dua orang atau
lebih. Pihak yang satu akan menerima pembayaran bila terjadi musibah,
sedangkan pihak lain (termasuk yang terkena musibah) membayar iuran yang
telah ditentukan waktu dan besar jumlahnya.
Tujuan asuransi adalah untuk kemaslahatan dan kepentingan bersama melalui
semacam iuran. Masing-masing anggota asuransi memberikan iuran untuk
menutupi kerugian yang mungkin diderita oleh anggota lain.
2. Asuransi Yang Islami
Dalam buku Masail Fiqhiyah dinyatakan bahwa di kalangan ulama terdapat
empat pendapat mengenai hukum asuransi, antara lain :
a. Pendapat pertama, mengatakan bahwa asuransi dengan segala bentuk
perwujudannya dipandang haram menurut ketentuan hukum. Artinya, melakukan
akad asuransi tidak dibolehkan. Ulama yang mengharamkan asuransi ini adalah
Abdullah al-Qalqili dan Muhammad Yusuf al-Qardawi. Dasar yang mereka
gunakan adalah :
Asuransi pada hakikatnya sama dengan judi.
Mengandung unsur tidak jelas dan tidak pasti.
Mengandung unsur eksploitasi.
Mengandung unsur riba.
Termasuk akad sharfi, artinya tukar-menukar uang tidak dengan tunai.
Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, yang berarti mendahului takdir.
b. Pendapat kedua, menyatakan bahwa asuransi dengan sagala bentuk
perwujudannya dapat diterima dalam syariat Islam. Ulama yang mendukung
pendapat ini adalah Abdul Wahab Khallaf dan Mustafa Ahmad Zarqa (Syiria),
Muhammad Yusuf Musa (Kairo). Alasan yang mereka gunakan adalah :
Tidak ada nash Al-Quran dan hadits yang melarang asuransi.
Ada kesepakatan antara kedua belah pihak.
Saling menguntungkan kedua belah pihak.
Termasuk akad mudharabah, dan juga termasuk koperasi.
c. Pendapat ketiga, mengatakan bahwa asuransi sosial diperbolehkan, sedangkan
asuransi komersial tidak diperbolehkan, karena bertentangan dengan syariat Islam.
Pendapat ini didukung oleh ulama Abu Zahrah.
d. Pendapat keempat, mengatakan bahwa asuransi dengan segala bentk
perwujudannya dipandang syubhat. Pendapat tersebut didukun oleh K.H. Ahmad
Azhar Basyir (Indonesia).
Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa asuransi
dibolehkan selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Artinya, hendaknya
berdasarkan asas gotong royong (ta’awun) dan perjanjian-perjanjian yang dibuat
benar-benar bersifat tolong-menolong, bukan untuk mencari laba atau keuntungan
dengan jalan yang tidak benar.
D. Praktik Dan Hukum Tabungan
1. Pengertian dan Tujuan Menabung
Menabung adalah kegiatan menyimpan uang dan mengumpulkannya menjadi
banyak, sehingga kebutuhan yang besar sekalipun dapat terpenuhi.
Tujuan menabung adalah mempersiapkan masa depan yang lebih baik, terutama
untuk memenuhi kebutuhan yang besar atau sulit dipenuhi karena keterbatasan
penghasilan kecuali harus dengan cara menabung.
2. Hukum menabung
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk hidup hemat. Sebagaimana sabda
Rasullullah dalam sebuah hadits, yang artinya :
“ Dari Al-Bazzar dari Thalhah, ia berkata : Rasullullah saw. Bersabda : ‘Siapa
yang hemat akan dikayakan oleh Allah dan yang boros akan difakirkan oleh
Allah…”
Menabung dalam artian menyimpan uang agar terkumpul menjadi banyak
guna mencukupi kebutuhan hidup, terlepas dari kaitannya dengan menabung yang
berbunga, pada hakikatnya sangat di anjurkan oleh ajaran Islam .
3. Macam-macam Tabungan
a. Tabanas (Tabungan Pembangunan Nasional)merupakan bentuk tabungan
yang tidak terikat oleh jangka waktu, jumlah penyetoran dan pengambilan. Tetapi
setoran pertama ditetapkan dan maksimal penarikan dua kali dalam sebulan.
b. Taska (Tabungan Asuransi Berjangka) merupakan tabungan yang sudah
ditentukan besarnya tabungan dan jangka waktunya.
c. Deposito, adalah tabungan masyarakat pada bank yang hanya dapat diambil
kembali dalam jangka waktu yang telah ditentukan sesuai perjanjian.
d. Tappelpram (Tabungan Pemuda Pelajar dan Pramuka), merupakan Tabanas
khusus bagi pelajar, dan pemuda
4. Hikmah dan Manfaat Menabung
a. Hikmah dan manfaat menabung bagi penabung :
Merupakan salah satu pembentuk modal.
Membiasakan hidup hemat.
Menyiapkan kebutuhan yang tak terduga.
Sebagai realisasi dalam menjalankan ajaran islam tentang keharusan hidup
hemat.
b. Hikmah dan manfaat menabung bagi masyarakat :
Menambah kuatnya investasi modal.
Semakin pesat lajunya pembangunan.
Semakin mantap dan kuat ekonomi negara.
Mencegah praktik rentenir.
5. Membiasakan Menabung.
Kegiatan menabung ialah salah satu kegiatan positif, maka bagi orang yang
rajin menabung akan tertolong dengan tabungannya. Bagi pelajar kebiasaan
menabung, selain mempersiapkan masa depannya juga berarti hidup hemat