16
BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Otitis media superatif kronika (OMSK) atau otitis media perforata (OMP) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. (Soepadi, Arsyad, E., 1998) Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998). B. Klasifikasi OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman) Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom. 2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya) OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak pada margina atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna (Buchman. 2003). C. Anatomi Fisiologi Telinga Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu: telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam. 1. Telinga Luar Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala

OMSK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP

Citation preview

Page 1: OMSK

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Otitis media superatif kronika (OMSK) atau otitis media perforata (OMP) adalah

infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang

keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer

atau kental, bening atau berupa nanah. (Soepadi, Arsyad, E., 1998)

Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering

terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

B. Klasifikasi

OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)

Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai

tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang

menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak

terdapat kolesteatom.

2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)

OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi

terletak pada margina atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma

dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul

pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna (Buchman. 2003).

C. Anatomi Fisiologi Telinga

Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah

syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu:

telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.

1. Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan

membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala

Page 2: OMSK

kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan

tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada

lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan

perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus

auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat

dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika

membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar

2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat

di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit

tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam

kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi

substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga

mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen

nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.

Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang

membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding

medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.

Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga

tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi

oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak

tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval

mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami

kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba

eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan

telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka

akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap

atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan

menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk

pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga

kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya

merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis

bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan

lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung

Page 3: OMSK

organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini

distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea

berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua

setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,

dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna

mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan

perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak

melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus,

akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti.

(Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Pearce, C Evelyn. 2002)

D. Etiologi

Faktor penyebab penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

b. Patogen tersering yang diisolasi dari telinga pasien dengan OMSK adalah P.

aeruginosa dan S. aureus. Bakteri anaerob juga sering ditemukan dalam

penelitian. Jamur biasanya jarang muncul kecuali bila terdapat super infeksi

pada liang telinga.

c. Obstruksi anatomik tuba eustachius parsial / total

2. Perforasi membran timpani yang menetap

3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya

pada telinga tengah.

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini

dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan

granulasi (timpano-sklerosis).

5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di

mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum, atau perubahan

mekanisme pertahanan tubuh(Buchman,2003).

E. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala OMSK menurut Soepadi, Arsyad E, 1998 yaitu :

1. Perforasi pada marginal atau pada titik atau sentral yaitu perforasi yang terletak

di pers flaksida pada membran timpany.

2. Abses / fistel netro-aurikuler (belakang telinga)

3. Polip atau jaringan granulasi di MAE yang berasal dari dalam telinga tengah.

4. Adanya sekret berbentuk nanah dan berbau khas.

Manifestasi klinis menurut Adam dkk antara lain:

Page 4: OMSK

1. Perforasi pada marginal atau pada atik.

2. Abses atau kiste retroaurikuler (belakang telinga)

3. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang verasal dari dalam telinga

tengah.

4. Terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum).

5. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom)

6. Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.

Tanda dan gejala yang didapatkan saat pengkajian adalah

1. Gangguan pendengaran/pekak.

2. Bila ada keluhan gangguan pendengaran

3. Suara berdenging/berdengung (tinitus)

4. Rasa pusing yang berputar (vertigo).

5. Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.

6. Keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga

berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan

neurologis seperti disentri, gangguan penglihatan yang mungkin letak

kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila ada

kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis,

penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan

tinitus.

7. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)

8. Keluar cairan dari telinga (otore): sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi

telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari

teklinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila

bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila

cairan yang keluar seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor

serebrospinal.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen : Terlihat bayangan kolesteatoma pada rongga mastoid

2. CT Scan : Diskontinuitas osikula

3. Uji Fistula positif

4. Darah Lengkap: terjadi peningkatan jumlah leukosit(Soepadi, Arsyad E, 1998).

G. Penatalaksanaan

1. Prinsip Terapi OMSK tipe Benigna

Ialah dengan konservatif atau medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus

menerus, maka diberi obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3 – 5

Page 5: OMSK

hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat

tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.

Bila sekret sudah kering tetapi perforasi masih ada, setelah diobservasi

selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.

Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

pendengaran yang lebih berat serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada atau

terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu,

mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan

tensilektomi.

2. Prinsip Terapi OMSK tipe Maligna

Ialah pembedahan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti.

Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara

sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler,

maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan

mastoidektomi.

3. Jenis Pembedahan Pada OMSK

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada

OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :

a. Mastoidektomi Sederhana.

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang pada pengobatan

konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan

ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang

dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak

diperbaiki.

b. Mastiodektomi Radikal.

Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom

yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani

dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga

luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga

daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi nin adalah

untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intra

kranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.Kerugian operasi ini ialah pasien

tidak diperbolehkan renang seumur hidup, pasien harus kontrol teratur,

pendengaran berkurang sekali. Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang

tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal / plasti yang lebar,

Page 6: OMSK

sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi yaitu

meatus luar liang telinga menjadi lebar.

c. Mastiodektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi

belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan, dan

dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah, untuk

membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan

mempertahankan pendengaran yang masih ada.

d. Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga

dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada

membran timpani. Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya

infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang

menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang

dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran

timpani.

e. Timpanoplasti

Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih

berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan

pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan

penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini, selain

rekonstruksi membran timpani juga dilakukan rekonstruksi tulang

pendengaran (timpanoplasti tipe II, II, IV, V sebelum rekonstruksi dikerjakan

lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa

mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang, operasi

ini terpaksa dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 –12 bulan

f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach

Tympanoplasty)

Merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK

tipe maligna atau benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan

operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran

tanpa melakukan teknik mastiodektomi radikal. Membersihkan kolesteatom

dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui 2 jalan (combined

Approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan

timpanotomi posterior(Mansjoer. 2007).

Page 7: OMSK

H. Komplikasi

Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut:

1. Komplikasi di telinga tengah

a. Perforasi persisten

b. Erosi tulang pendengaran

c. Paralisis nervus fasial

2. Komplikasi di telinga dalam

a. Fistel labirin

b. Labirinitis supuratif

c. Tuli saraf

3. Komplikasi di ekstrasdural

a. Abses ekstradural

b. Trombosis sinus lateralis

c. Petrositis

4. Komplikasi ke susunan saraf pusat

a. Meningitis

b. Abses otak

c. Hidrosefalus otitis

I. Pengkajian

1. Anamnesa

Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada anak –

anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu

kedatangan, Orang yang dapat dihubungi.

2. Keluhan Utama

Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja

keluhan yang ia rasakan.

a. Data Subyektif :

Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri

serta hilangnya pendengaran.Data harus disertai pernyataan mengenai mulai

serangan, lamanya, tingakt nyerinya.Rasa nyeri timbul karena adanya

tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada

membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga

tengah.Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah

mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran

berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti

tentang cara pencegahannya.

b. Data Obyektif :

Page 8: OMSK

Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus

diterangkan.Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna

dan media.Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran

timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena

merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah.

Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas,

terlihat ke abu-abuan.Terletak pada membran atau terlihat batas-

batasnya.Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan

otoskop.Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan

dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat

perlu dipakai kaca pembesar.Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih,

termasuk para perawat.

3. Riwayat Kesehatan Dulu

menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.

4. Riwayat kesehatan keluarga

menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini

sebelumnya

5. Riwayat penyakit sekarang

tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.

6. Pengkajian pola Fungsional Gordon

a. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan

1) Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.

Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai

penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.

2) Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan

trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO),

antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson.

3) Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui

gaya hidup klien

b. Pola Nutrisi – Metabolik

1) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang

dan malam )

2) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,

pantangan atau alergi

3) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan

4) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-

sayuran yang mengandung vitamin antioksidant

Page 9: OMSK

c. Pola Eliminasi

1) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya

2) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi

3) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan

alat bantu untuk miksi dan defekasi.

d. Pola Aktivitas – Latihan

1) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan

penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam

beraktivitas sehubungan dengan luas lapang pandangnya yang

berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang

dideritanya.

2) Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan

ototnya karena yang terganggu adalah pendengarannya.

3) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.

e. Pola Istirahat - Tidur

1) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien

2) Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur

yang berhubungan dengan gangguan pada telinganya

3) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar

atau tidak?

f. Pola Kognitif - Persepsi

1) Kaji status mental klien

2) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami

sesuatu

3) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.

Identifikasi penyebab kecemasan klien

4) Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik ke dalam

telinga tengah yang normalnya adalah steril.

5) Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan

pendengaran, tidak berpengaruh terhadap penglihatannya.

6) Kaji apakah klien mengalami vertigo

7) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair.

Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan

sakit kepala.

g. Pola Persepsi Dan Konsep Diri

1) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,

apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya

Page 10: OMSK

2) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,

depresi atau takut

3) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya

h. Pola Peran Hubungan

1) Tanyakan apa pekerjaan pasien

2) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:

pasangan, teman, dll.

3) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan

penyakit klien

i. Pola Seksualitas/Reproduksi

1) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya

2) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait

dengan menopause

3) Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam

pemenuhan kebutuhan seks

j. Pola Koping-Toleransi Stres

1) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau

perawatan diri )

2) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi

kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat

untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan

orang-orang terdekat.

k. Pola Keyakinan-Nilai

Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam

beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang

yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.

7. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan

2. Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal

3. Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher

4. Kaji kemungkinan tuli

5. Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan

system.

J. Diagnosa

1. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kehilangan pendengaran

2. Perubahan sensori/persepsi berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga

tengah atau kerusakan syaraf pendengaran

Page 11: OMSK

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,

nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar

setelah operasi

K. Perencaan Keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan

komunikasi

berkurang / hilang

dengan kriteria:

1. Klien akan

memakai alat

bantu dengar

(jika sesuai).

2. Menerima pesan

melalui metoda

pilihan (misal :

komunikasi

tulisan, bahasa

lambang,

berbicara dengan

jelas pada telinga

yang baik.

1. Dapatkan apa metode

komunikasi yang dinginkan

dan catat pada rencana

perawatan metode yang

digunakan oleh staf dan

klien, seperti : Tulisan,

Berbicara dan Bahasa

isyarat.

2. Kaji kemampuan untuk

menerima pesan secara

verbal.

a. Jika ia dapat mendegar

pada satu telinga, berbicara

dengan perlahan dan

dengan jelas langsung ke

telinga yang baik (hal ini

lebih baik daripada

berbicara dengan

keras).Tempatkan klien

dengan telinga yang baik

berhadapan dengan

pintu.Dekati klien dari sisi

telinga yang baik.

b. Jika klien dapat membaca

ucapan : Lihat langsung

pada klien dan bicaralah

lambat dan jelas.Hindari

berdiri di depan cahaya

karena dapat menyebabkan

klien tidak dapat membaca

bibi anda. Perkecil distraksi

1. Dengan mengetahui

metode komunikasi

yang diinginkan oleh

klien maka metode

yang akan

digunakan dapat

disesuaikan dengan

kemampuan dan

keterbatasan klien.

2. Pesan yang ingin

disampaikan oleh

perawat kepada

klien dapat diterima

dengan baik oleh

klien.

3. Memungkinkan

komunikasi dua arah

anatara perawat

dengan klien dapat

berjalan dnegan baik

dan klien dapat

menerima pesan

perawat secara

tepat.

Page 12: OMSK

yang dapat menghambat

konsentrasi

klien.Minimalkan

percakapan jika klien

kelelahan atau gunakan

komunikasi tertulis.

c. Tegaskan komunikasi

penting dengan

menuliskannya.

d. Jika ia hanya mampu

bahasa isyarat, sediakan

penerjemah. Alamatkan

semua komunikasi pada

klien, tidak kepada

penerjemah. Jadi seolah-

olah perawat sendiri yang

langsung berbicara kepada

klien dnegan mengabaikan

keberadaan penerjemah.

3. Gunakan faktor-faktor yang

meningkatkan pendengaran

dan pemahaman.

a. Bicara dengan jelas,

menghadap individu.

b. Ulangi jika klien tidak

memahami seluruh isi

pembicaraan.

c. Gunakan rabaan dan

isyarat untuk

meningkatkan

komunikasi.

d. Validasi pemahaman

individu dengan

mengajukan

pertanyaan yang

memerlukan jawaban

Page 13: OMSK

lebih dari ya dan tidak.

2. Persepsi / sensoris

baik, dengan kriteria

Klien akan

mengalami

peningkatan

persepsi/sensoris

pendengaran samapi

pada tingkat

fungsional.

1. Ajarkan klien untuk

menggunakan dan merawat

alat pendengaran secara

tepat.

2. Instruksikan klien untuk

menggunakan teknik-teknik

yang aman sehingga dapat

mencegah terjadinya

ketulian lebih jauh.

3. Observasi tanda-tanda awal

kehilangan pendengaran

yang lanjut.

4. Instruksikan klien untuk

menghabiskan seluruh

dosis antibiotik yang

diresepkan (baik itu

antibiotik sistemik maupun

lokal).

1. Keefektifan alat

pendengaran

tergantung pada tipe

gangguan/ketulian,

pemakaian serta

perawatannya yang

tepat.

2. Apabila penyebab

pokok ketulian tidak

progresif, maka

pendengaran yang

tersisa sensitif

terhadap trauma dan

infeksi sehingga

harus dilindungi.

3. Diagnosa dini

terhadap keadaan

telinga atau

terhadap masalah-

masalah

pendengaran rusak

secara permanen.

4. Penghentian terapi

antibiotika sebelum

waktunya dapat

menyebabkan

organisme sisa

berkembang biak

sehingga infeksi

akan berlanjut.

3. Rasa cemas klien

akan

berkurang/hilangden

gan kriteria

1. Jujur kepada klien ketika

mendiskusikan mengenai

kemungkinan kemajuan

dari fungsi pendengarannya

1. Menunjukkan

kepada klien bahwa

dia dapat

berkomunikasi

Page 14: OMSK

1. Klien mampu

mengungkapkan

ketakutan/kekuati

rannya.

2. Respon klien

tampak

tersenyum.

untuk mempertahankan

harapan klien dalam

berkomunikasi.

2. Berikan informasi mengenai

kelompok yang juga pernah

mengalami gangguan

seperti yang dialami klien

untuk memberikan

dukungan kepada klien.

3. Berikan informasi mengenai

sumber-sumber dan alat-lat

yang tersedia yang dapat

membantu klien.

4. Anjurkan keluarga untuk

selalu memberika

dukungan kepada klien

5. Anjurkan klien untuk tetap

berkomunikasi dengan

menggunakan metode

dengan efektif tanpa

menggunakan alat

khusus, sehingga

dapat mengurangi

rasa cemasnya.

2. Harapan-harapan

yang tidak realistik

tiak dapat

mengurangi

kecemasan, justru

malah menimbulkan

ketidak percayaan

klien terhadap

perawat.

3. Memungkinkan klien

untuk memilih

metode komunikasi

yang paling tepat

untuk kehidupannya

sehari-hari

disesuaikan dnegan

tingkat

keterampilannya

sehingga dapat

mengurangi rasa

cemas dan

frustasinya.

4. Dukungan dari

bebarapa orang

yang memiliki

pengalaman yang

sama akan sangat

membantu klien.

5. Agar klien

menyadari sumber-

sumber apa saja

Page 15: OMSK

berkomunikasi yang lain

yang ada

disekitarnya yang

dapat mendukung

dia untuk

berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: OMSK

Adam S, George, L., 1994, ..—– Buku Ajar THT, EGC, Jakarta.

Arhs, H. A. 2001. Intratemporal and Intracranial Complications of Otitis Media In; Head and

Neck Otolaringology Volume 2..3 th Ed.Bailey,B.J.et al (Eds).New York::Lippincott

Willims and Wilkins Pp:1760-2

Buchman, C. A. et al. 2003. Infection of The Ear.In:Essencial Otolaryngology Head and

Head Surgery .8th Ed.Lee,K.J (Eds) New York:Mc-Graw Hill Pp:484-6

Mills, R. P. 1997. Management of Chronic Suppurative Ototis Media. In:scott-browns

Otolaryngology.6th Ed.Booth,J.B(Eds). Oxford:Butterworth-Heinemann.Pp:3/10/1-8

Gody, D. Thone, R., 1991, Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, EGC, Jakarta.

Soepardi, Arsyad, E., 1998, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorokan, FKUI,

Jakarta.

Tucker, Martin, S., 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan

Evaluasi, EGC, Jakarta.