19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. PPh Pasal 26 merupakan pajak atas wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, pajak tersebut dikenakan apabila Wajib Pajak luar negeri tersebut mendapat nilai maupun pendapatan dari negara Indonesia, maka dari itu dikenakan pajak kepada wajib pajak pribadi luar negeri tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26? 2. Siapa subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21 dan PPh pasal 26? 3. Bagaimana cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh 21/26 4. Bagaimana cara penyusunan SPT masa PPh 21/26 1

P ph pasal 21 26

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: P ph pasal 21 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan

umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan  pribadi individu seperti kepentingan rakyat,

pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak

merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan Negara. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas

penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. PPh Pasal 26 merupakan pajak atas wajib

pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, pajak tersebut dikenakan apabila Wajib Pajak luar

negeri tersebut mendapat nilai maupun pendapatan dari negara Indonesia, maka dari itu

dikenakan pajak kepada wajib pajak pribadi luar negeri tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26?

2. Siapa subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21 dan PPh pasal 26?

3. Bagaimana cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh 21/26

4. Bagaimana cara penyusunan SPT masa PPh 21/26 

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa pengertian dari pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26?

2. Mengetahui siapa subjek atau Wajib Pajak PPh pasal 21 dan PPh pasal 26?

3. Mengetahui bagaimana cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh 21/26

4. Mengetahui bagaimana cara penyusunan SPT masa PPh 21/26 

1

Page 2: P ph pasal 21 26

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 PPh Pasal 21/26

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,

jasa, dan kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib

Pajak Orang Pribadi dalam negeri. Pajak Penghasilan Pasal 26 adalah Pajak Penghasilan

atas deviden, bunga termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan

dengan jaminan pengembalian utang, royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan

dengan penggunaan harta, imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan,

hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran berkala lainnya, yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia.

1.2 Penghasilan yang di potong PPh PASAL 21/26

1) Penghasilan yang Diterima Oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS,

Tentara Nasional lndonesia (TNI), POLRI Dan Para Pensiunan yang Dibebankan

Kepada Keuangan Negara/Daerah (APBN/APBD)

A. Penghasilan yang diterima berupa:

Gaji dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya tetap dan terkait dengan

gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil dan anggota Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia;

Gaji kehormatan dan tunjangan-tunjangan lain yang terkait atau imbalan

tetap sejenisnya yang diterima Pejabat Negara;

Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya tetap dan terkait

dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau

duda dan/ atau anak-anaknya, yang dibebankan kepada Keuangan Negara

atau Keuangan Daerah (APBN/APBD).

B. Penghasilan berupa honorarium, uang sidang, uang hadir, uang lembur,

imbalan prestasi kerja dan imbalan lain dengan nama apapun yang dibebankan

kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah (APBN/APBD).

2

Page 3: P ph pasal 21 26

2) Penghasilan yang Diterima oleh Penerima Penghasilan selain Pejabat Negara,

Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, POLRI dan Para Pensiunan Yang

Dibebankan Kepada Keuangan Negara/ Daerah, antara lain berupa:

Upah harian, upah mingguan, upah satuan, uang saku harian dan upah

borongan;

Honorarium, uang saku, hadiah, penghargaan, komisi, serta pembayaran

lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan

yang diterima bukan pegawai. Bukan Pegawai meliputi :

a. Tenaga ahli (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,

penilai dan aktuaris).

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,

sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,

penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

c. Olahragawan;

d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator;

e. Pengarang, peneliti, dan penterjemah;

f. Pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer, dan sistem aplikasinya,

telekomunikasi, elektronika, fotografi , dan pemasaran;

g. Kolportir iklan;

h. pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu

kepanitiaan, beserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam

segala bidang kegiatan;

i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;

j. peserta perlombaan;

k. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja;

l. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara

kegiatan tertentu, peserta kegiatan lainnya;

m. petugas penjaja barang dagangan;

n. petugas dinas luar asuransi;

o. peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan.

3

Page 4: P ph pasal 21 26

Uang saku, uang representasi, honorarium uang rapat dan

hadiah/penghargaan dan penghasilan sejenis lainnya yang diterima oleh

peserta kegiatan (perlombaan, rapat, konferensi, sidang, pertemuan,

kunjungan kerja, anggota kepanitiaan, pendidikan pelatihan dan magang,

kegiatan lainnya).

1.3 Tarif dan Tata Cara Perhitungan PPh PASAL 21/26

A. Tarif

Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

PPh sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun

2008. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Tarif berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 252/ PMK.03/2008

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan

Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi:

a) Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atau 20% lebih tinggi dari tarif

Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh (khusus untuk Wajib Pajak yang tidak

memiliki NPWP) diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi

pegawaitetap, pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayar

secara bulanan.

4

Page 5: P ph pasal 21 26

b) 5% atau 6% (khusus untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP) dari

upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku

harian yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja

lepas yang jumlahnya melebihi Rp 150.000,- sehari dan penghasilan

kumulatif dalam satu bulan kalender tidak melebihi Rp6.000.000,00;

c) Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atau 20% lebih tinggi dari tarif

Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh (khusus untuk Wajib Pajak yang tidak

memiliki NPWP) atas jumlah kumulatif dari dasar pengenaan dan

pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh bukan

pegawai. Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 tenaga ahli

adalah 50% dari jumlah penghasilan bruto;

d) Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atau 20% lebih tinggi dari tarif

Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh (khusus untuk Wajib Pajak yang tidak

memiliki NPWP) diterapkan atas jumlah penghasilan bruto untuk setiap

kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh

peserta kegiatan.

e) 20% bersifat fi nal diterapkan terhadap penghasilan bruto yang diterima

atau diperoleh sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak luar negeri,

dengan memperhatikan ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak

Berganda yang berlaku antara Republik Indonesia dengan negara domisili

Wajib Pajak luar negeri tersebut;

Tarif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang

Tarif Pemotongan Dan Pengenaan Pajak Penghasilan Yang Menjadi Beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Atau Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah:

a) Bersifat Final

0% diterapkan atas penghasilan yang dibayarkan berupa Honorarium dan

imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh PNS Golongan I dan

II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan

Bintara, dan Pensiunannya;

5

Page 6: P ph pasal 21 26

5% diterapkan atas penghasilan yang dibayarkan berupa Honorarium dan

imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh PNS Golongan III,

Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama,

dan pensiunannya;

15% diterapkan atas penghasilan yang dibayarkan berupa Honorarium dan

imbalan lain dengan nama apapun yang diterima Pejabat Negara, PNS

Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat

Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya;

b) Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas

jumlah penghasilan bruto berupa penghasilan tetap dan teratur setiap bulan

yang menjadi beban APBN atau APBD setelah dikurangi dengan biaya

jabatan atau biaya pensiun, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena

Pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan

teratur setiap bulan termasuk gaji ke-13 yang menjadi beban APBN atau

APBD yang dihitung dengan tarif ini ditanggung oleh pemerintah;

c) Dalam hal PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya

diangkat sebagai pimpinan dan/atau anggota pada lembaga yang tidak

termasuk sebagai Pejabat Negara, atas penghasilan yang menjadi beban

APBN atau APBD terkait dengan kedudukannya sebagai pimpinan

dan/atau anggota pada lembaga tersebut dikenai pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21 sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan

dan tidak ditanggung oleh Pemerintah

d) Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas

jumlah penghasilan bruto berupa penghasilan tetap dan teratur setiap bulan

yang menjadi beban APBN atau APBD setelah dikurangi dengan biaya

jabatan atau biaya pensiun, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena

Pajak ditambah tarif 20% lebih tinggi apabila Pejabat Negara, PNS,

Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya tidak memiliki Nomor

Pokok Wajib Pajak. Tambahan PPh Pasal 21 sebesar 20% dipotong dari

penghasilan yang diterima Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI dan

6

Page 7: P ph pasal 21 26

Anggota POLRI dan pensiunannya pada saat penghasilan tetap dan teratur

setiap bulan dibayarkan.

B. Cara Penghitungan

a) Pengenaan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil,

anggota TNI, POLRI dan para Pensiunan termasuk janda/duda dan atau

anak-anaknya yang dibebankan kepada Keuangan Negara/Daerah

(APBN/APBD)

Atas penghasilan yang dibayarkan berupa:

• gaji kehormatan;

• Gaji atau uang pensiun, dan

• Tunjangan yang terkait dengan gaji kehormatan, gaji atau uang pensiun

yang dibebankan kepada Keuangan Negara Daerah.

b) PPh Pasal 21-nya dihitung dengan cara sebagai berikut:

• Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan anggota TNI,POLRI,

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a X Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Penghasilan Kena Pajak = (penghasilan bruto – biaya jabatan - iuran

pensiun - PTKP).

• Bagi penerima pensiun bulanan

Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a X Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Penghasilan Kena Pajak = (penghasilan bruto – biaya pensiun –

PTKP).

7

Page 8: P ph pasal 21 26

8

Page 9: P ph pasal 21 26

9

Page 10: P ph pasal 21 26

c) Atas penghasilan yang dibayarkan berupa:

Honorarium;

Uang sidang;

Uang hadir;

Uang lembur;

Imbalan lain dengan nama apapun; yang dibebankan kepada

Keuangan Negara/ daerah, pengenaan PPH Pasal 21-nya dipotong

sebesar 15% jumlah bruto penghasilan tersebut dan bersifat final

kecuali Pegawai Negeri Sipil golongan II-d ke bwah atau Anggota

ABR berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun

Inspektur Polisi Satu ke bawah.

d) Atas penghasilan yang dibayarkan

10

Page 11: P ph pasal 21 26

1.4 Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh PASAL 21/26

Bendahara menyetor PPh Pasal 21 yang tidak ditanggung Pemerintah dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank Persepsi atau Kantor Pos paling

lama tanggal 10 bulan takwim berikutnya. Apabila tangal 10 jatuh pada hari libur

maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Atas PPh Pasal 21 yang terutang bagi pejabat negara, PNS, anggota TNI, POLRI

yang PPh-nya ditanggung Pemerintah, Bendahara melaporkan penghitungan PPh

pasal 21 yang terutang dalam daftar gaji kepada KPPN.

Bendahara melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang sekalipun nihil dengan

menggunakan SPT Masa paling lama tanggal 20 bulan takwim berikutnya.

Apabila tanggal 20 jatuh pada hari libur, pelaporan dilakukan pada hari kerja

berikutnya.

Contoh : Bendahara /Pemegang Kas Dinas Pertanian Kabupaten Bandung memotong

honorarium yang diterima oleh panitia lelang pada bulan Juni 2011 yang totalnya PPh

Pasal 21 yang terutang sebesar Rp1.000.000,-. Maka PPh Pasal 21 yang terutang dan

yang telah dipotong tersebut wajib disetor ke Bank Persepsi atau Kantor Pos paling lama

tanggal 10 bulan berikutnya yaitu tanggal 10 Juli 2011, serta dilaporkan ke KPP atau

KP2KP paling lama tanggal 20 bulan berikutnya atau tanggal 20 Juli 2011 dengan

menggunakan dan melampirkan formulir yang ditentukan berikut lampirannya. Contoh

formulir dapat dilihat pada halaman formulir dan bukti pemotongan/pemungutan.

11

Page 12: P ph pasal 21 26

1.5 Penyusunan SPT masa PPh 21/26

12

Page 13: P ph pasal 21 26

13

Page 14: P ph pasal 21 26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa : PPh Pasal 21 merupakan pajak atas

penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan

dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap

orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbarupada tahun 2013 untuk

memotong PPh Pasal 21. Dan PPh Pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan/dipotong atas

penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar

negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Yang dimana Wajib Pajak tersebut masih

belum terdaftar dalam NPWP karena subjek nya sesungguh nya adalah orang luar negeri yang

dinyatakan masih belum menetap di Indonesia

14

Page 15: P ph pasal 21 26

DAFTAR PUSTAKA

Direktorak Jenderal Pajak, Cara Penghitungan PPh Pasal 21 Terbaru. 2013: http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-pph-pasal-21-terbaru Direktorak Jenderal Pajak, Seri PPh - Pajak Penghasilan Pasal 26. 2012

http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-26  

http://www.academia.edu/9459469/

MAKALAH_ADMINISTRASI_PERPAJAKAN_Program_Studi_Administrasi_Bisnis_-

_PPh_pasal_21_and_26

https://triyani.wordpress.com/category/pajak/pph-pasal-21-pajak/

http://keuanganptagorontalo.blogspot.co.id/2012/05/pph-pasal-2126-tarif-dan-cara.html

15