7
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan. Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan. Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas. Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Pancasila dalam pembangunan polteksosbud

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.

Citation preview

Page 1: Pancasila dalam pembangunan polteksosbud

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif

menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional

yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan

penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.

Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia,

sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak

berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan bernegara

termasuk dalam melaksanakan pembangunan.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat

manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang

monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain

a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga

b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.

Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat

dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek

ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia

secara totalitas.

Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara

keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang

mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik,

ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma dalam

pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Page 2: Pancasila dalam pembangunan polteksosbud

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Dalam Pembangunan Politik

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau

pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka

pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem

politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan

kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem

politik demokrasi bukan otoriter.

Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan

(sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada

asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut

sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral

persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa Pancasila

bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan

menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dapat

dilihat secara berurutan-terbalik:

Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,

agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;

Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan

keputusan;

Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan

konsep mempertahankan persatuan;

Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang

adil dan beradab;

Tidak dapat tidak; nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan

kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan

Yang Maha Esa

Page 3: Pancasila dalam pembangunan polteksosbud

3

2.2 Pancasila Dalam Pembangunan Teknologi

Pancasila bukan merupakan idiologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat

reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu menyesuaikan

dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap

memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak

berarti Pancasia mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, namun lebih pada

kemampuan untuk mengartikulasikan nilai menjadi aktivitas nyata dalam pemecahan

masalah yang terjadi.

Kekuatan suatu ideologi itu tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada pada

ideologi itu sendiri (Alfian, 1992). Ada beberapa dimensi penting sebuah idiologi, yaitu:

1. Dimensi Realita. Nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut

secara riil berakar dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-

nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.

2. 1Dimensi Idealisme. Nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme

yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman

dalam praktik kehidupan bersama dengan berbagai dimensinya.

3. Dimensi Fleksibilitas. Dimensi Pengembangan Ideologi tersebut memiliki

kekuasaan yang memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-

pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan

atau mengingkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai

dasarnya.

Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

Perkembangan IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat cepat, makin

menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai angkasa luas dan luar

angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi makin dalam segala aspek

kehidupan dan institusi budaya.

Page 4: Pancasila dalam pembangunan polteksosbud

4

Pada umumnya para pakar sepakat bahwa ciri utama yang melatarbelakangi sistem

atau model manapun dari suatu masyarakat modern, adalah derajat rasionalitas yang

tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan dalam masyarakat demikian terselenggara

berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang objektif (impersonal) dan efektif

(utilitarian), ketimbang yang sifatnya primordial, seremonial atau tradisional. Derajat

rasionalitas yang tinggi itu digerakkan oleh perkembangan-perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali

disebut sebagai kekuatan pendorong (driving force) bagi proses modernisasi yang perlu

didukung para pakar pelaku IPTEK yang memahami kebutuhan negaranya. Dengan ciri

modern tersebut, perlu menjadi kesadaran bahwa masyarakat modern itu tetap

masyarakat Indonesia yang memiliki kepribadian yang khas Indonesia.

Di sini letak tantangan bagi Indonesia, yaitu memodernisasikan bangsa dan dalam

proses itu, tidak boleh kehilangan jati diri. Di sini berarti ada nilai-nilai dasar yang ingin

dipertahankan bahkan ingin diperkuat. Nilai-nilai itu sudah jelas, yaitu Pancasila. Dasar

Ketuhanan Yang Maha Esa, yang bagi bangsa Indonesia adalah mutlak. Jika diikuti

pandangan-pandangan sekular dunia Barat, yang ilmunya dipelajari dan jadi rujukan para

cendekiawan, sepertinya berjalan berlawanan. Dalam masyarakat modern, terlihat

kecenderungan lunturnya kehidupan keagamaan. Jadi, ini bukan tantangan yang

sederhana, tetapi penting, karena landasan moral, segenap imperative moral, dan konsep

mengenai kemanusiaan, keadilan, dan keberadaban, adalah keimanan dan ketakwaan.

Dari dalam dan dari luar bangsa Indonesia akan menghadapi tantangan-tantangan

terhadap sistem demokrasi yang dianut dan ingin ditegakkan, yang sesuai dengan kondisi

sosialk2ultural bangsa yang demikian majemuk dan latar belakang historis bangsa.

3. Pancasila Dalam Pembangunan Sosial Budaya

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari

hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam

Page 5: Pancasila dalam pembangunan polteksosbud

5

sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya

harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang

berbudaya dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-

manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita

menjadi manusia adil dan beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik,

tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat

mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human.

Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar

penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam si seluruh wilayah

Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada pengakuan

dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa

Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan

demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,

diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.

Page 6: Pancasila dalam pembangunan polteksosbud

6

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau

pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka

pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem

politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan

kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem

politik demokrasi bukan otoriter.

Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan

(sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada

asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut

sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral

persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.

Page 7: Pancasila dalam pembangunan polteksosbud

7

DAFTAR PUSTAKA

http://nonadhian.blogspot.com/2011/03/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html

http://exalute.wordpress.com/2008/07/24/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/