Upload
uin-alauddin-makassar
View
633
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk
hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup.
Oleh karena itu sumber daya air tersebut harus dilindungi agar
tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan
makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai
kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi
mendatang. Salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya yaitu sungai. Sungai merupakan ekosistem yang sangat
penting bagi manusia. Sungai juga menyediakan air bagi
manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri
maupun domestik.1
Parameter oksigen terlarut dapat digunakan sebagai
indikator tingkat kesegaran air. Oksigen memegang peranan
penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan
organik dan anorganik. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah
1Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”, Jurnal Bumi Lestari 13 No. 2 (2013), h. 265.
2
maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami.2
Suatu hal yang penting dalam masalah pencemaran suatu
perairan adalah bahwa tingkat keseriusan masalah pencemaran
tidak hanya tergantung pada tingkat toksisitas polutan yang
tinggi. Limbah domestik, terdiri dari karakteristik fisika antara
lain adalah parameter kekeruhan dan TSS, karakteristik kimia
antara lain adalah parameter DO, BOD, COD, pH, dan Deterjen
dan karateristik biologi antara lain adalah parameter Coliform.3
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan
percobaan penetuan uji Dissolved Oxygen (DO), uji Chemical
Oxygen Demand (COD) dan uji Biological Oxygen Demand (BOD)
untuk mengetahui kualitas air danau di danau GTC.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah untuk percobaan ini yaitu:
1. Berapa nilai Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen
Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD air
danau.
2Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”, Jurnal Bumi Lestari, h. 270.
3Edy Suhartono, “Identifikasi Kualitas Perairan Pantai Akibat Limbah Domestik Pada Monsun Timur Dengan Metode Indeks Pencemaran”, Teknik Sipil 14 No. 1 (2012), h. 52.
3
2. Berapa perbandingan hasil yang diperoleh dengan nilai
standar Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand
(COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) air bersih?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui nilai Dissolved Oxygen (DO), Chemical
Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand
(BOD air danau.
2. Untuk mengetahui perbandingkan hasil yang diperoleh
dengan nilai standar Dissolved Oxygen (DO), Chemical
Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand
(BOD) air bersih?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk
kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kebutuhan makhluk
hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air
untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang
dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air
yang memerlukan oksigen tertinggi kemudian ivertebrata dan
yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota air
hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm sedangkan
biota air dingain memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh.
Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak
lebih kurang dari 6 ppm.4
Oksiksigen terlarut (dissolved oxygen) dapat berasal dari
fotosintesis tanaman air, di mana jumlahnya tidak tetap
tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atmosfer (udara)
yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi
tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Suhu 20oC dengan
tekanan satu atmosfer konsentrasi oksigen terlarut dalam
keadaan jenuh adalah 9,2 ppm sedangkan pada suhu 50oC
4Srikandi Fardiaz, Polusi Air dan Udara (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 32.
5
dengan tekanan atmosfer yang sama tingkat kejenuhannya
hanya 5,6 ppm. Semakin tinggi susu air semakin rendah tingkat
kejenuhannya, misalnya danau di pegunungan yang tinggi
mungkin mengandung oksigen terlarut 20-40 persen kurang
daripada danau pada permukaan laut.5
Pengambilan sampel dan uji parameter kualitas lingkungan
merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena polutan bersifat
dinamis dan bermigrasi seiring dengan perubahan situasi dan
kondisi setempat. Karakteristik fisik matrik air, udara, jumlah
polutan, kecepatan lepasnya polutan ke lingkungan, sumber
emisi atau efluen, sifat kimia, biologi dan fisika polutan.6
B. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Angka COD
yang tinggi, mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran
yang terjadi. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak
diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD
pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20
mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200
mg/L.7 5Srikandi Fardiaz, Polusi Air dan Udara, h. 32-33.6Anwar Hadi, Prinsip Pengolahan Pengambilan Sampel Lingkungan (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 1.7Azwar Ali, “Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan
Sukun Kota Malang”, Jurnal Bumi Lestari, h. 270-271.
6
Jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu
uji yang lebih cepat dari pada BOD yaitu berdasarkan reaksi
kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD
yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dokromat untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang
lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil
terhadap reaksi biologis dan mikroorganisme dapat ikut
teroksidasi dengan uji COD.8
C. Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) (Biological Oxygen
Demand, disingkat BOD) adalah analisis empiris untuk mengukur
proses-proses biologis (khususnya aktivitas mikroorganisme yang
berlangsung di dalam air. Nilai KOB merupakan suatu
pendekatan umum yang menunjukkan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik
terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi di dalam
air. Di dalam pemantauan kualitas air, KOB merupakan salah
satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat
8Srikandi Fardiaz, Polusi Air dan Udara, h. 38.
7
pencemaran air. Pengukuran parameter ini dapat dilakukan pada
air minum maupun air buangan.9
Elemen biologi dalam sistem perairan berkaitan erat
dengan komponen-komponen kimia. Pengetahuan mengenai
komponen primer sangat penting untuk menganalisis elemen
biologis dan menganalisis efek dari perubahan kualitas air.
Komponen-komponen kimia dalam perairan dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat
organik yang terdiri dari atas senyawa-senyawa organik alam
dan senyawa-senyawa organik sintetis, bahan-bahan anorganik
dan gas.10
Kebutuhan oksigen biokimia (KOB) adalah ukuran
kandungan bahan organik dalam limbah air cair. KOB ditentukan
dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel
limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu periode
waktu tertentu, biasanya 5 hari, pada saat temperatur tertentu
umumnya 20oC. BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah
cair. BOD juga merupakan petunjuk dari pengaruh yang
diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan
pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum derajat
pengolahan yang dicapai oleh bangunan pengolahan harus
9“Kebutuhan Oksigen Biologis”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index (2014).
10Sakti A. Siregar, Instalasi Pengolahan Air Limbah (Yogyakarta; Kanisius, 2005), h. 15.
8
dipilih sedemikian rupa sehingga BOD efluen tidak akan
menurunkan derajat kandunagn oksigen sampai tingkat tertentu
pada badan air penerima agar badan air dapat tetap berfungsi
sesuai peruntukannya.11
Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan diantaranya
adalah:12
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh
bahan-bahan anornaik atau bahan-bahan tereduksi lainnya
yang disebut juga “Intermediate Oxygen Demand”.
2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal
lima hari.
3. Ui BOD yang dilakukan selama 5 hari masih belum dapat
menunjukkan nilai total BOD melainkan hanya kira-kira 68
persen dari total BOD.
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di
dalam air tersebut, misalnya adanya germisida seperti khlorin
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang
dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji
BOD menjadi kurang teliti.
D. Titrasi Iodometri
11H. M. Soeparman dan Suparmin, Pembungan Tinja dan Limbah Air (Jakarta: EGC, 2001), h. 26-27.
12Srikandi Fardiaz, Polusi air dan Udara, h. 36.
9
Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi
berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis apabila
dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu
diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir
titrasinya, standarisasi larutan tiosulfat dan pembuatan larutan
standar kaliumbikromat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur
penimbangan kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara
analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang
lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara
DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang
akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital
terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO
meter. Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital,
peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil
penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan
oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih
dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran.13
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen
terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah
13 Salmin. “Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”, Jurnal Oseana XXX, No. 3 (2005), h. 23- 24.
10
menggunakan proses oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda
yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter,
probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda
timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan
membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap
oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e- à 4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO- à PbO + H20 + 2e-
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen
pada katoda.
Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus
terhadap konsentrasi oksigen terlarut.14
14 Salmin. “Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”, Jurnal Osean, h. 23.
11
12
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Senin/ 29 Mei 2014
Pukul : 07.30-11.00 WITA
Tempat : Laboratotium Kimia Anorganik Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol winkler
250 mL, hot platE, buret asam 50 mL, erlenmeyer 250 mL, pipet
skala 5 mL dan 10 mL, pipet volum 25 mL, gelas kimia 100 mL,
gelas kimia 250 mL, labu ukur 25 mL, statif dan klem, bulp, pipet
tetes 2 mL, corong, botol semprot dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu air
danau (H2O), aluminium foil, amilum (C6H10O8)n, alkali-iodida-
azida (NaOH-KI), asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N, aquades (H2O),
asam sulfat (H2SO4) pekat, asam sulfat (H2SO4) 4 N, kalium
permanganat (KMnO4) 0,05 N, mangan sulfat (MnSO4) 40%,
natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N, tissu.
13
10
14
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu:
1. Penentuan DOo dan DO5
a. Mengambil sampel air danau dengan botol Winkler 250 mL
hingga tidak adnya gelembung udara.
b. Menginkubasi selama 5 hari di ruang gelap untuk sampel DO5
dan untuk sampel DOo tanpa inkubasi.
c. Menambahkan 2 mL larutan mangan sulfat (MnSO4) 40% dan
mendiamkan larutan selama beberapa menit dan
menghomogenkan.
d. Menambahkan 2 mL alkali iodida azida (NaOH-KI), kemudian
mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat.
e. Memindahkan larutan 25 mL yang mengandung banyak
endapan kedalam Erlenmeyer 250 mL.
f. Menambahkan 2 mL asam sulfat (H2SO4) pekat hingga
endapan larut.
g. Menititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2 S2 O3) 0,025
N hingga terbentuk warna kuning muda.
h. Menambahkan indikator amilum hingga terbentuk warna biru
dan melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru
hilang, kemudian catat volume titrasi.
2. Penentuan COD
15
a. Memasukkan 25 mL sampel air danau kedalam Erlenmeyer
250 mL.
b. Menambahkan 5 mL asam sulfat (H2SO4) 4N .
c. Menambahkan kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N
sebanyak10 mL .
d. Memanaskannya hingga mendidih selama 5 menit.
e. Menambahkan 10 mL asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N hingga
berwarna ungu.
f. Menitrasi selagi panas dengan larutan kalium permanganat
(KMnO4) 0,05N hingga larutan berwarna merah muda.
Mencatat volume titrasi.
3.Penentuan BOD
a. Memasukkan sampel air danau ke dalam botol winkler.
b. Menginkubasi selama 3-5 hari dalam ruang gelap.
c. Menentukan nilai DO5 sesuai cara penentuan oksigen terlarut.
d. Mengurangkan nilai DO0 dan DO5.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan
a. penentuan DO0
Perlakuan Pengamatan Gambar
Sampel air +
MnSO4 40%
Ditambahkan alkali
iodida azida
Larutan bening
Larutan keruh,
terbentuk endapan
Ditambahkan asam
fulfat
Larutan orange,
endapan larut
kembali
17
Dititrasi dengan
Na2S2O3
Larutan kuning
muda
Ditambahkan
amilumLarutan berwarna
biru tua
Dititrasi Na2 S2 O3
Larutan bening
b. Tabel DO5
Perlakuan Pengamatan Gambar
Sampel air +
MnSO4 40%
Ditambahkan alkali
iodida azida
Larutan bening
Larutan keruh,
terbentuk endapan
Ditambahkan asam
fulfat
Larutan orange,
endapan larut
kembali
13
18
Dititrasi dengan
Na2S2O3
Larutan kuning
muda
Ditambahkan
amilumLarutan berwarna
biru tua
Dititrasi Na2 S2 O3 Larutan bening
c. penentuan COD
Perlakuan Pengamatan Gambar
100 mL sampel +
5mL H2SO4 4N
+ 10mL KMnO4
Larutan bening
Warna larutan dari
jernih menjadi ungu
19
Memanaskan
hingga
mendidih selama 5
menit
Warna larutan ungu
Menambahkan 10ml
H2C2O4 0,05 N
Larutan ungu
pekat
Larutan dititrasi
selagi
panas dengan
KMnO4
Larutan ungu pekat
2. Reaksi
a. Oksigen terlarut (DO)
Mn2+ + O2 MnO4
MnSO4 + 2KOH Mn(OH)2 + K2SO4
Mn(OH)2 + 1/2O2 MnO2 + H2O
20
MnO2 + 2I- + 4H+ Mn2+ + I2 + 2H2O.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2
+ 8H2O.
c. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
MnSO4 + 2KOH Mn(OH)2 + K2SO4
2Mn(OH)2 + O2 2MnO2 + 2H2O
2MnO2 + 2KI + 2H2O Mn(OH)2+ I2 +
2KOH
I2 + 2S2O3 S4O6 + 2I.
B. Analisis Data
1. Penentuan DO0
Dik Volume titran I = 2,2 mL Volume titran II = 10,8 mL Volume total = 13 mLDit DO0............?
Penyelesaian:DO0
¿ Vna2S 2O 3 x N Na 2 S2O3 X Be O2 x1000V Sampel
¿¿¿¿
¿
=13 mL x0,025 grek /L X 8 gr /grek x1000 mg / g
25 mL¿
¿
21
= 104 mg/L = 104 ppm
2. Penentuan DO5
Dik Volume titran I = 0,5 mL Volume titran II = 1,5 mL Volume total = 2 mLDit DO5............?Penyelesaian :
DO5
¿ Vna2S 2O 3 x N Na 2 S2O3 X Be O2 x1000V Sampel
¿¿¿¿
¿
=
2mL x 0,025 grek /L X 8gr /grek x1000 mg /g25 mL
¿¿¿¿
¿
= 16 mg/L = 16 ppm
3. Penentuan BODBOD = (DO0 – DO5)
= (104 ppm - 16 ppm) = 88 ppm
C. Pembahasan
Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan dan proses metabolisme dalam perairan oksigen
berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan kimia menjadi
22
senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrisi yang sangat
dibutuhkan organisme perairan. Sumber utama oksigen
diperairan berasal dari proses difusi udara bebas dan hasil proses
fotosintesis.
Percobaan kali ini dilakukan pengujian Dissolved Oxygen
(DO), uji Chemical Oxygen Demand (COD) dan uji Biological
Oxygen Demand (BOD) dengan metode winkler. Perlakuan awal
yang dilakukan ialah penentuan DOo dan DO5, pertama-tama
memasukkan sampel ke dalam botol winkler yang bertutup
dengan cara mencelupkan botol dalam air kemudian
menutupnya agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat
mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel dimana untuk
DO5 diinkubasi selama lima hari dengan tujuan mengurangi
oksidasi ammonia (NH3) yang cukup tinggi, dapat diketahui
bahwa ammonia (NH3) sebagai hasil sampingan ini dapat
dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan Biological Oxygen Demand
(BOD). Menambahkan 2 mL larutan kalium sulfat (MnSO4) 40%
dalam botol yang berisi sampel, penambahan kalium sulfat
(MnSO4) ini berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2
yang kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat.
Selanjutnya menambahkan larutan alkali-iodida-azida dengan
cara yang sama yaitu memasukkan ujung pipet ke dalam larutan
23
agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol
karena larutan ini sangat beracun. Penambahan pereaksi alkali-
iodida-azida ini berfungsi sebagai katalisator karena zat organik
sangat sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan beberapa
saat hingga terbentuk endapan cokelat.
Setelah terbentuk endapan cokelat, larutan
kemudian dipindahkan kedalam erlenmeyer sebanyak 25
mL kemudian menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4)
pekat yang berfungsi untuk melarutkan endapan. Setelah
endapan larut, dilanjutkan dengan menitrasi larutan
dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N
hingga larutan berwarna kuning kemudian menabahkan
indikator amilum (C6H10O8)n hingga berwarna biru. Indikator
kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion
yang ada pada larutan alkali-iodida-azida (NaOH-KI) karena
warna biru tua kompleks berperan sebagai uji kepekaan
terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan
sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih
besar dengan adanya ion iodida.dititrasi lagi dengan
larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N hingga warna
biru hilang. Data percobaan yang diperoleh dari DOo
sebesar 104 ppm, Sedangkan untuk DO5 diperoleh sebesar
16 ppm sedangkan selisih dari DOo dengan DO5 adalah
24
sebesar 88 ppm dimana uji Biological Oxygen Demand
(BOD) dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam
botol winkler yang bertutup dengan cara mencelupkan
botol dalam air kemudian menutupnya agar tidak terdapat
gelembung udara yang dapat mempengaruhi kandungan
oksigen pada sampel dan menginkubasi botol tersebut
pada suhu 20o C diruang gelap selama 5 hari agar sampel
tidak tereduksi oleh cahaya dan sebagai pembanding
dengan DOo. Dari pemeriksaan yang dilakukan praktikan
diperoleh hasil 88 mg/L, bila merujuk dari mutu kesehatan
memiliki kadar minimum 6 ppm. Hasil ini dapat diketahui
bahwa kandungan Biological Oxygen Demand (BOD) pada
air limbah GTC tidak dalam keadaan aman karena melebihi
nilai standar pencemaran air dan tidak berdampak positif
untuk kelangsung hidup mikroorganisme yang hidup di air.
Uji Chemical Oxygen Demand (COD) perlakuan awal
yang dilakukan yaitu memasukkan sampel sebanyak 50 mL
ke dalam erlenmeyar 250 mL, kemudian menambahkan
asam sulfat (H2SO4) 4 N sebanyak 5 mL untuk melarutkan
endapan, menambahkan kalium permanganat (KMnO4)
0,05 N sebanyak 10 mL pada larutan untuk membentuk
endapan sehingga larutan berubah warna menjadi ungu,
kemudian memanaskan larutan hingga mendidih dalam
25
beberapa menit. Selanjutnya menambahkan asam oksalat
(H2C2O4) 0,05 N sebanyak 10 mL untuk melarutkan
endapan hingga larutan berubah warna menjadi bening
lalu larutan dititrasi dengan menggunakan kalium
permanganat (KMnO4) 0,05 N hingga berubah merah
muda. Titrasi dilakukan dalam keadaan panas karena
pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi titrasi.
percobaan penentuan Chemical Oxygen Demand (COD)
tidak diperoleh hasil karena kalium permanganat (KMNO4)
0,05 N yang digunakan terkena oleh cahaya lampu
sehingga teroksidasi, hal lain yang menyebabkan gagalnya
percobaan Chemical Oxygen Demand (COD) yaitu kalium
permanganat (KMNO4) 0,05 N telah dimasukkan terlebih
dahulu dalam buret sehingga larutan kalium permanganat
(KMNO4 ) 0,05 N teroksidasi oleh cahaya.
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu:
1. Nilai dari Dissolved Oxygen (DO) untuk DO0 sebesar 104
ppm, DO5 sebesar 16 ppm dan Biological Oxygen Demand
(BOD) sebanyak 88 mg/.
2. Perbandingan nilai standar untuk Dissolved Oxygen (DO)
dan Biological Oxygen Demand (BOD) dari mutu kesehatan
masing-masing memiliki kadar minimum 6 ppm dari nilai
standar pemcemaran air .
B. Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu
sebaiknya digunakan metode elektrokimia untuk membedakan
dengan metode titrasi iodometri.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Azwar. “Kajian Kualitas Air Dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang”. Jurnal Bumi Lestari 13 No. 2 (2013). H. 265-274.
Fardiaz, Srikandi. Polusi air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Hadi, Anwar. Prinsip Pengolahan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Salmin. “Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan”. Jurnal Oseana XXX, No. 3 (2005). H. 21- 26.
Siregar, Sakti A. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta; Kanisius, 2005.
Soeparman, H. M. dan Suparmin. Pembungan Tinja dan Limbah Air. Jakarta: EGC, 2001.
Suhartono, Edy. “Identifikasi Kualitas Perairan Pantai Akibat Limbah Domestik Pada Monsun Timur Dengan Metode Indeks Pencemaran”. Teknik Sipil 14 No. 1 (2012). H. 51-62.
“Kebutuhan oksigen biologis”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas Sumber: http://id.wikipedia.org/w/index (2014).
21
28
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Kimia Anorganik dengan judul
“Penentuan DO, COD dan BOD” yang disusun oleh:
Nama : Riskayanti
Nim : 60500112028
Kelompok : IV (Empat)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten
dan dinyatakan diterima.
Samata, Juni
2014
Koordinator Asisten
Asisten
Nur Amalia P. Alfiah patandungan NIM: 60500110005
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
29
Syamsidar HS, S.T., M.SiNIP: 19760330 200912 2 002