Upload
johan-setiawan
View
136
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
muqaddimahA. Tata cara pengurusan jenazah1. Menghadapi orang sakit / sekaratul maut2. Tajhizul Jenazah (Merawat Mayit)a. Memandikan jenazahb. Mengkafani jenazahc. Menshalatkan jenazahd. Mengubur jenazahe. Takziah dan ziarah kubur
Kehidupan setelah kematianKematian adalah berpisahnya ruh dari
raganya untuk kembali kepada Allah swtSetiap makhluk yang bernyawa pasti akan
matiKematian tidak dapat diketahui waktunyaTidak ada yang dapat menghindari kematian
Sikap kita dalam mengingat kematianBila mendengar ada yang meninggal maka
ucapkanlah:
Bergegas tak’ziyah sebagai wujud syukur kita diberikan kesempatan hidup yang lebih panjang
Turut berduka dengan berdoa ,beristigfar untuk si mayid dan diri sendiri
Jauhi maksiat Banyak beribadah beramal soleh dan berdoa
Mempersiapkan keperluan kematian sendiri (wasiat)
Perilaku muruah kpd makhlukMengunjungi org sakit dan keluarga orang
matiMembantu persiapan jenazahMenghibur keluarga mayidIkut dalam mempersiapkan keperluan si
mayidIkut memandikan mensalati mengubur Ikut melayat dan tahlil Mendoakan keluarga dan diri sendiri
Mengurus jenazahHukum mengurus jenazah adalah fardhu
kifayah.Karena semua amal ibadah harus dikerjakan
dengan ilmu, maka mempelajari ilmu tentang peraturan-peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itupun merupakan fardhu kifayah juga
Bila tdk ada yang menjalankan fardu kifayah tersebut maka semua orang disekitarnya berdosa
MENGHADAPI ORANG SAKIT (SAKARATUL MAUT)1. Apabila kita mendengar berita tentang saudara
kita muslim dalam keadaan sakit maka kita disunatkan untuk menjenguknya
2. Menghibur dengan membesarkan hatinya Meminta agar tetap bersabar
3. Membaringkan muhtadlir pada lambung sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah qiblat.
4. Membaca surat Yasin dengan suara agak keras, dan surat Ar Ra’du dengan suara pelan. Faedahnya adalah untuk mempermudah keluarnya ruh
5. kalimat tahlil dengan santun, tanpa ada kesan memaksa. Talqin tidak perlu diulang kembali jika muhtadlir telah mampu mengucapkannya, selama ia tidak berbicara lagi. Sebab, tujuan talqin adalah agar kalimat tahlil menjadi penutup kata yang terucap dari mulutnya
6. Memberi minum apabila melihat bahwa ia menginginkannya.
7. Orang yang menunggu tidak diperbolehkan membicarakan kejelekannya, sebab malaikat akan mengamini perkataan mereka.
Seorang Muslim jika ada Muslim Lain yang Baru Saja Meninggal 1. Bila mendengar ada yang meninggal maka
ucapkanlah:
2. Menutup (memejamkan) matanya3. Menutup mulutnya, yaitu dengan mengikat dagu
dan kepalanya. 4. Qiamkan tangannya. 5. Luruskan kakinya lalu ikat kedua ibu jari kakinya6. Letakkan ketempat yang tinggi dan Hadapkan ke
Qiblat
7. Menutup badannya dengan kain agar auratnya tidak terlihat.
8. Diperbolehkan menciumnya sebagai tanda berduka cita
9. Jalankan wasiatnya dan bayarkan hutangnya.10.Memberi tahu keluarga, kerabat, dan teman-
temannya agar mereka segera mengurus, mendoakan dan menshalatkannya
11.Tidak melukainya, sebagaimana tidak melukai badan orang yang masih hidup
12.Tidak mencelanya Haram melakukan perbuatan niyahah ( meratap ) ketika ada musibah kematian
TAJHIZUL JENAZAH (MERAWAT MAYIT) Tajhizul jenazah adalah merawat atau mengurus
seseorang yang telah meninggal. berhukum fardlu kifayah, kecuali bila hanya terdapat satu orang saja, maka hukumnya fardlu ‘ain.
Kewajibannya yaitu :1. Memandikan2. Mengkafani3. Menshalatkan4. Memakamkan5. Takziah dan ziarah kubur
Muslimyang syahid dunia atau syahid dunia-akhirat,mayatnya haram dimandikan Maka kewajibannya adalah
1. Mensalati 2. Menyempurnakan kafannya jika pakaian yang
dipakainya tidak cukup untuk menutup seluruh tubuhnya.
3. Memakamkan dan berdoa Orang kafir musyrik munafik dan murtad dilarang
untuk mensalati dan memandikannya dan berdoa atau beristighfar utknya maka kewajibanya hanyalah
1. Mengkafani 2. mengubur
Memandikan JenazahMemandikan mayat hukumnya adalah fardhu
kifayah atas muslimin lain yang masih hidup. Artinya, apabila diantara mereka ada yang mengerjakannya, maka kewajiban itu sudah terbayar dan gugur bagi muslimin selebihnya
1. Lafal lafal niat memandikan jenazah تعالى هذاالميت لله عن اداء الغسل نويت
NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAA-DZAL MAYYITI LILLAAHI TA'AALA Artinya :Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini karena Allah Ta'ala
Adapun niat utk mayid perempuan تعالى الميتة لله هذه عن اداء الغسل نويت
NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAADZIHIL MAYYITATI LILLAAHI TA'AALA Artinya :Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini karena Allah Ta'ala
تعالى لله الميت هذا قلفة تحت عن م التيم نويتNAWAITUL TAYAMMUMA TAHDI KULFATI
HAADZAAA AL MAYYITATI LILLAAHI TA'AALA Artinya :Saya niat tayamum untuk menggantikan membasuh dibawah ( …. ) ini jenazah karena allah ta ‘ala
Tahap-tahap memandikan jenazah 1. Letakkan mayat pada tempat yang tinggi, seperti bangku panjang,
batang pisang yang dijejerkan. 2. Gunakan tabir untuk melindungi tempat memandikan dari
pandangan umum. 3. Ganti pakaian jenazah dengan pakaian basahan, seperi sarung agar
lebih mudah memandikannya, tetapi auratnya tetap ditutup. 4. Sandarkan punggung jenazah dan urutlah perutnya agar kotoran di
dalamnya keluar. 5. Basuhlah mulut, gigi, jari, kepala dan janggutnya. 6. Sisirlah rambutnya agar rapi. 7. Siramlah seluruh badan lalu bilas dengan sabun. 8. Mewudlukan mayit. Adapun rukun dan kesunahannya sama persis
dengan wudlunya orang hidup. Hanya saja, saat berkumur disunahkan tidak membuka mulut mayit agar airnya tidak masuk ke dalam perut. Hal ini apabila tidak terdapat hajat untuk membukanya
Yang Berhak Memandikan Mayat :Bila mayitnya laki-laki yang memandikan harus laki-
laki begitu pula apabila mayitnya perempuan, kecuali apabila masih ada ikatan mahrom, suami-istri, atau mayit adalah anak kecil yang belum menimbulkan syahwat.
Bila tidak ditemukan orang yang boleh memandikan, maka mayit cukup ditayamumi dengan ditutup semua anggota tubuhnya selain anggota tayamum, dan yang mentayamumi harus memakai alas tangan.
Urutan orang yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah ahli waris ashabah laki-laki, kerabat laki-laki yang lain, istri, orang laki-laki lain
Waris ashabah 1. Ayah2. Kakek dan seatasnya3. Anak laki-laki4. Cucu laki-laki dan sebawahnya5. Saudara laki-laki kandung6. Saudara laki-laki seayah7. Anak dari saudara laki-laki kandung8. Anak dari saudara laki-laki seayah9. Saudara ayah kandung10.Saudara ayah seayah
Bagi mayit perempuan, yang paling utama memandikannya adalah perempuan yang masih memiliki hubungan kerabat dan ikatanmahram dengannya ;seperti anak perempuan, ibu dan saudara perempuan.
Bila seorang perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami atau mahramnya, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh dimandikan oleh laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayat itu adalah anak-anak, maka laki-laki boleh memandikanya . Begitu juga kalau yang meninggal adalah seorang laki-laki. Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga yang terdekat dengan si mayit, dengan syarat ia mengetahui kewajiban mandi serta dapat dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang berpengetahuan serta amanah (dipecaya).
Rasulullah SAW bersabda : ”Dari ‘Aisyah Ra bersabda : “Barang siapa memandikan mayat dan dijaganya kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang dilihat pada mayat itu, maka bersihlah ia dari segala dosanya, seperti keadaannya sewaktu dilahirkan oleh ibunya”.
Kata Beliau lagi : “Yang memimpinnya hendaklah keluarga yang terdekat kepada mayat jika ia pandai memandikan mayat. Jika ia tidak pandai, maka siapa saja yang dipandang berhak karena wara’nya atau karena amanahnya.” (H.R Ahmad)
MengkhafaniPada dasarnya tujuan mengkafani adalah menutup seluruh
bagian tubuh mayit. Walaupun demikian para fuqaha’ memberi batasan tertentu sesuai dengan jenis kelamin mayit. Batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut
Batas minimal mengkafani mayit, baik laki-laki ataupun perempuan, adalah selembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit.
.Batas Kesempurnaana) Bagi mayit laki-lakiBagi mayit laki-laki yang lebih utama adalah 3 lapis kain
kafan dengan ukuran panjang dan lebar sama, dan boleh mengkafani dengan 5 lapis yang terdiri dari 3 lapis kain kafan ditambah surban dan baju kurung, atau 2 lapis kain kafan ditambah surban, baju kurung dan sarung.
b) Bagi mayit perempuanBagi mayit perempuan kafannya adalah 5 lapis yang
terdiri dari 2 lapis kain kafan ditambah kerudung, baju kurung dan sewek. Kain kafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan diberi wewangian, bila mengkafani lebih dari ketentuan batas maka hukumnya makruh, sebab dianggap berlebihan.
Cara-cara Mengkafani MayitSiapkan 5 lembar kain berwarna putih yang terdiri
dari surban atau kerudung, baju kurung, sarung atau sewek, dan 2 lembar kain
untuk menutup seluruh tubuh mayit. Untuk memudahkan proses mengkafani, urutan peletakannya adalah sebagai berikut
1. Tali.2. Kain kafan pembungkus seluruh tubuh.3. Baju kurung.4. Sarung atau sewek.5. Sorban atau kerudung.6. Setelah kain kafan diletakkan di tempatnya, letakkan
mayit yang telah selesai dimandikan dengan posisi terlentang di atasnya dalam keadaan tangan disedekapkan.
7. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada anggota tubuh yang berlubang, anggota tubuh ini meliputi:
a) Matab) Lubang hidungc) Telingad) Mulute) Dubur
Demikian juga pada anggota sujud, meliputi:a) Jidatb) Hidungc) Kedua sikud) Telapak tangane) Jari-jari telapak kaki8. Mengikat pantat dengan kain sehelai.9. Memakaikan baju kurung, sewek atau sarung, dan surban atau
kerudung.10. Mayit dibungkus dengan kain kafan yang menutupi seluruh
tubuhnya, dengan cara melipat lapisan pertama, dimulai dari sisi kiri dilipat ke sisi kanan, kemudian sisi kanan dilipat ke kiri. Begitu pula untuk lapis kedua dan ketiga.
11. Mengikat kelebihan kain di ujung kepala dan kaki (dipocong), dan diusahakan pocongan kepala lebih panjang.
12. Setelah ujug kepala dan ujung kaki diikat, sebaiknya ditambahkan ikatan pada bagian tubuh mayit; seperti perut dan dada, agar kafan tidak mudah terbuka saat dibawa ke pemakaman
Mensholatkan JenazahSyarat-syarat Shalat Jenazah :a) Mayit telah disucikan dari najis baik tubuh,
kafan maupun tempatnya.b) Orang yang menshalati telah memenuhi
syarat sah shalat (Menutup aurat, suci hadats/najis dan menghadap kiblat)
a) Lafal lafal niat mewudhukan jenazahLafal niat mewudhukan jenazah laki – laki تعالى لله الميت لهذا الوضوء نويتNAWAITUL WUDU’A LIHAADZAAL
MAYYITI LILLAHI TA’AALA
Lafal niat mewudhukan jenazah perempuan تعالى لله الميت لهذه الوضوء نويت