Upload
anggiani-qodariah
View
171
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK
(USIA 2-12/13 TAHUN)
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bibliotherapy
Oleh
Anggiani Qodariah
1200485
PRODI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
JURUSAN KURIKULUM TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, laporan hasil penelitian ini telah dapat terselesaikan.
Tujuan pembuatan laporan hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Bibliotherapy, pada Program Studi Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini, tidak mungkin terwujud tanpa
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, Penulis sampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya, kepada semua pihak yang telah mendorong
serta membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.
Bandung, Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah Penelitian..................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 2
E. Sistematika Penelitian................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 4
A. Tugas Perkembangan................................................................................... 5
B. Perkembangan Kognitif............................................................................... 6
C. Perkembangan Bahasa................................................................................. 10
D. Perkembangan Sosial................................................................................... 14
E. Perkembangan Emosi................................................................................... 18
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 22
A. Kesimpulan................................................................................................... 22
B. Rekomendasi................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan sebuah hal yang tidak dapat dihilangkan dari
makhluk hidup begitupun perkembangan. Perbedaannya adalah pertumbuhan
merupkan sesuatu yang bersifat jasmaniah dan bisa diukur sedangkan perkembangan
lebih bersifat rohaniah dan tidak bisa diukur menggunakan alat apapun.
Perkembangan dan pertumbuhan adalah sesuatu yang berjalan beriringan, bersama-
sama dalam kehidupan maklhluk hidup. Manusia, hewan dan tumbuhan semuanya
mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Perkembangan merupakan hal yang bersifat rohaniah dan tentunya
perkembangan ini sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya seorang individu.
Setiap saatnya individu itu mengalami kemajuan seperti pertumbuhan dan
perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan ini berjalan seiringan dengan
bertambahnya umur seorang individu. Pertumbuhan dan perkembangan ini terbagi
menjadi beberapa fase kehiduan seorang individu. Dimulai dari fase bayi/kanak-
kanak, fase anak, fase remaja dan fase dewasa dan fase usia lanjut. Setiap fase
tersebut memiliki perkembangan yang berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan
tentunya berbeda dan perbedaan itu kadang kala sirna karena masih berkembangnya
paham pertumbuhan dan perkembangan itu sama di masyarakat, padahal berbeda.
Perkembangan juga terbagi lagi menjadi beberapa bagian seperti perkembangan
kognitif, bahasa, sosial dan emosi.
Sehingga dengan melihat latar belakang diatas maka penulis ingin mencoba
mengulik kembali apa yang dimaksud dengan perkembangan, dimulai dari tugas
perkembangannya, perkembangan kognitignya, perkembangan bahasanya,
perkembangan sosialnya dan perkembangan emosinya terutama untuk fase kanak-
kanak yang berusi sekitar 2-12 tahun.
B. Perumusan Masalah Penelitian
1. Bagaimana konsep perkembangan kanak-kanak usia 2-12 tahun ?
2. Bagaimana persfektif perkembangan anak tersebut dilihat dari sisi kognitifnya,
bahasanya, sosialnya dan emosinya ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang
perkembangan masa kanak-kanak pada usia 2-12/13 tahun. Sedangkan secara khusus,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena tentang :
1. Tugas perkembangan untuk anak-anak yang berusia 2-12/13 tahun
2. Melihat perkembangan anak-anak yang berusia 2-12/13 tahun dalam
perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasanya, perkembangan sosialnya
dan perkembangan emosinya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini setidaknya terdapat dua manfaat, yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Ditinjau dari aspek teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya kajian ilmu
psikologi anak di program studi perpustakaan dan informasi, khususnya tentang
pengayaan dari perkembangan masa kanak-kanak usia 2-12/13 tahun.
2. Manfaat Praktis
Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut ;
a. Sebagai bahan masukan bagi beberapa keluarga yang terkait dalam
perkembangan anak-anaknya terutama anak-anaknya yang berusia 2-12/13
tahun .
b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai pola
perkembangan anak-anak usia 2-12/13 tahun dilihat dari tugas
perkembangannya, perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasanya,
perkembangan sosialnya dan perkembangan emosinya.
E. Sistematika Penulisan
BAB I meliputi: Pendahuluan yang didalamnya membahas latar belakang penelitian,
permusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika penulisan
BAB II meliputi: Pembahasan
BAB III meliputi : Kesimpulan dan rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan merupakan hal yang wajar terjadi pada sebuah kehidupan yang mana
perkembangan itu berjalan beriringan dengan bertambahnya umur seorang makhluk hidup.
Perkembangan tentunya berbeda dengan pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan sebuah
kemajuan yang terlihat pada diri seorang makhluk hidup yang mana kemajuannya tersebuut
dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat tertentu dan lebih bersifat jasmaniah seperti
bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, dll. Sedangkan perkembangan
merupakan sebuah kemajuan yang terlihat dari sebuah kematangan mental dan lebih bersifat
lahiriah. Perkembangan ini dilihat dari kelakuan dan sifat seorang individu tersebut sehari-
hari. Banyak yang dapat dilakukan ketika seseorang mengalami pertumbuhan dan juga
perkembangan. Menurut Hartinah, (2008:24) pertumbuhan merupakan perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
normal dalam perjalanana waktu tertentu. Sedangkan, perkembangan adalah proses
perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan
pada organ jasmani tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada
penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasti pada kemampuan organ fisiologis.
Dalam perkembangannya manusia terbagi menjadi beberapa fase. Dalam secara
umum fase-fase tersebut terbagi menjadi lima bagian, yaitu masa bayi dan kanak-kanak, masa
anak, masa remaja, masa dewasa muda dan masa dewasa atau usia lanjut. Sedangkan menurut
para ahli ada menurut Jean Jacques Rousseau (dalam Hartinah, 2008:40). Beliau
mengemukakan tahapan-tahapan perkembangan anak menjadi empat tahapan yaitu masa bayi
(0-2 tahun) anak hidup sebagai binatang, masa kanak-kanak (2-12 tahun) anak hidup sebagai
manusia biadab, masa remaja awal (12-15 tahun) anak hidup sebagai petualang
perkembangan intelek dan pertimbangan, dan masa remaja yang sesungguhnya (15-24 tahun)
individu hidup sebagai manusia biadab : pertumbuhan kelmain, sosial, dan kata hati.
Pendapat lain yang mengatakan ada beberapa tahapan perkembangan yang terjadi
pada seorang individu adalah mneurut Sigmund Freud. Freud (dalam Hartinah, 2008:41)
mengemukakan lima tahapan perkembangan indivisu sebagai berikut :
a) Tahap Oral (Oral Stage) terjadi pada usia 0-2 tahun yang mana perkembangan
ini telah dimulai pada masa bayi. pada masa ini bayi sudah merasakan rasa
senang ketika ada rangsangan benda, makanan atau apapun yang ada di dalam
mulut.
b) Tahap Anal (Anal Stage) terjadi pada usia 2-4 tahun, bayi merasakan
kesenangan bila buang air besar karena terdapat sesuatu rangsangan pada
dubur (anal).
c) Tahap Falik (phallic stage) terjadi pada usia 4-6 tahun, anak merasakan
kesenangan jika ada rangsangan atau sentuhan pada kelaminnya.
d) Tahap latensi (latency stage) terjadi pada usia 6-12 tahun, dorongan
seksualnya tidak tanpak sebab tersembunyi dalam berbagai aktivitas dan
hubungan sosial.
e) Tahap Genital (genital stage) usia 12 tahun sampai dewasa, merupakan masa
kematangan kehidupan seksual.
Setiap fase tersebut memiliki tugas dan kewajibannya masing-masing dalam
mengarungi lautan kehidupan ini. Tugas perkembangan setiap individu berbeda pada setiap
fasenya tergantung situasi dan kondisi yang tercipta dalam lingkungan kehidupan tersebut.
Pada saat ini hal yang akan dibahas untu ditindak lanjuti adalah pada masa atau pada fase
masa pembangan kanak-kanak. Menurut Hurlock pada tahun 2009 (dalam Herlina, 2013:17)
masa kanak-kanak itu terbagi menjadi dua bagian yiatu masa kanak-kanak awal (Early
Childhood) yang terjadi pada usia 2-6 tahun dan masa kanak-kanak akhir (late childhood)
pada usia 6-12 tahun.
A. Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan menurut Havighurts (Gunarsa, 1982:63 dalam
Herlina, 2013:21) adalah tugas-tugas yang timbul pada atau kira-kira masa
perkembangan tertentu dalam kehidupan seseorang, yang bilamana berhasil akan
menimbulkan kebahagiaan dan akan diharapkan berhasil pada tugas
perkembangan berikutnya. Menurut Hartinah pada tahun 2008 di halaman 43
menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah kemampuan atau keterampilan
yang harus dikuasi atau dimiliki anak pada periode perkembangan tertentu.
Menurut beliau tugas perkmebangan itu tersusun oleh beberapa hal yaitu :
1. Adanya kematangan fisik tertentu pada periode perkembangan tertentu,
2. Adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang mengalmai
perkembangan itu sendiri,
3. Adanya tuntutan kultural dari masyarakat sekitar.
Menurut Havighurst dalam Hurlock pada tahun 1990 (dalam Herlina,
2013:21) menyatakan bahwa tugas perkembangan masa kanak-kanak awal dapat
dikatakan sebagai berikut :
1. Belajar mengerti tentang perilaku seks yang benar.
2. Belajar membedkaan benar dan salah dalam hubungannya dnegan orang-
orang di luar terutama di lingkungan tetangga, sekolah dan teman.
3. Belajar mengembangkan hati nurani.
4. Belajar memberi dan menerima kasih sayang.
MenurutHavighurst (dalam Hartinah, 2008:46-47) tugas perkembangan
masa kanak-kanak akhir adalah sebagai berikut :
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan.
2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai
individu yang sedang berkembang.
3. Belajar berkawan dengan teman sebaya.
4. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau wanita
5. Belajar menguasau keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu
membaca, menulis dan berhitung.
6. Pengembangan konsep-konsep diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari
lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep-konsep yang
diperlukan dalam kehidupannya sehari-hari, baik yang berkenaan dengan
pergaulan, pekerjaan, kehidupan keagamaan, dll.
7. Pengembangan moral, nilai dan hati nurani.
8. Memiliki kemerdekaan pribadi
9. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial.
B. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif meruppakan sebuah fase perkembangan yang paling
cepat berkembang karena berresonansi dengan pemikiran seorang individu.
Perkembangan kognitif ini berkembangan dengan pengetahuan yang setiap hari
bertambah. Perkembangan kognitif ini melihat bagaimana caranya kegiatan
berfikir itu bekerja. Seperti halnya mengingat seuatu dan memecahkan suatu
masalah. Hal-hal tersebut berkaitan erat dengan kehidupannya dan juga berkaitan
sangat erat dengan kemmapuan berfikirnya. Sungguh sebuah hadiah yang indah
yang diberikan oleh-Nya kepada semua makhluk-Nya. Tanpa adanya kemampuan
kognitif tentunya kita tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar dan sulit untuk
meniti kehidupan yang cukup sulit ini. Perkembangan kognitif sangat penting
untuk dimiliki seorang individu karena akan sangat membnatu individu tersebut
menjalani hari-harinya.
Kent pada tahun 1985 (dalam Hartinah, 2008:36) menyatakan bahwa
perkembangan mental atau perkembangan kognitif adalah proses mental yang
mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan
perbandingan, berfikir dan mengerti. Proses mental tersebut adalah proses
pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, inteligensia, belajar,
pemecahan masalah, dan pembentukan konsep yang membutuhkan kreativitas,
imajinasi dan ingatan yang cukup kuat. menurut Cavanaghpada tahun 1982
halaman 56 (dalam Wahyudin & Agustin, 2012:35) kognisi merupakan bagian
intelek yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran, pengingatan,
pengkhayalan, pengambilan keputusan dan penalaran, dengan kemmapuan kognisi
inilah individu mampu memberikan respon terhadap kejadian yang terjadi secara
internal dan eksternal.
Piaget (dalam Hartinah, 2008:36) mengatakan bahwa perkembangan mental
pada hakekatnya adalah perkembangan kemampuan penlaaran logis (development
of ability to reason logically) dimana disini menurut beliau berpikir dalam proses
mental tersebut jauh lebih penting dari sekedar mengerti. Piaget (Gunarsa, 1982
dalam Herlina, 2013 :23) juga menyatakan bahwa beliau mengkategorikan
perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal berada pada masa praoperasional.
Masa ini adalah dimana seorang anak duah mampu untuk menggunakan
kemampuan simbolik. Menurut Gunarsa pada tahun 1982 (dalam Herlina,
2013:23) kemampuan simbolik adalah kemmapuan untuk mewakilkan sesuatu
yang tidak ada, tidak terlihat, dengan sesuatu yang lain atau sebaliknya, sesuatu
hal mewakili sesuatu yang tidak ada.
Hurlock pada tahun 1990 (dalam Herlina, 2013:23-24) menyatakan bahwa
masa kanak-kanak akhir perkembangan kognitifnya berada pada tahap operasi
yang konkret. Adapun hal tersebut ditandai dengan :
a) Anak sudah mulai bisa berfikir sistematis, melakukan analisis dan
sisntetis tetapi terbatas pada benda-benda/peristiwa-peristiwa konkret,
yang diwujudkan dalam :
Mengembangkan strategi pemecahan masalah
Mempertimbangankan hubungan antara satu kejadian dengan
kejadian lainnya.
Mempertimbangakan bagaimana beberapa aspek yang berbeda
dapat mempengaruhi orang lain.
b) Egosentrisme mulai berkurang, artinya anak sudah mulai memiliki
kemampuan mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain
dengan pandangannya sendiri dan memiliki persepsi positif bahwa
pandangannya hanyalah salah satu dari sekian banyak pandangan
orang.
Beaty pada tahun 1998 pada halam1n 123 (dalam Wahyudin dan Agustin,
2012:37) menyatakan bahwa anak mengembangkan kemampuan kognitifnya
melalui kegiatan bermain dengan tiga cara yaitu :
1. Memanipulasi/meniru apa yang terjadi dan dilakukan oleh orang
dewasa atau objek yang ada disekitar anak.
2. Mastery, yaitu menguasai suatu aktivitas dengan mengulangi suatu
kegiatan yang tentunya menjadi kesenangan dan memberikan
kebermaknaaan pada diri anak.
3. Meaning yaitu memberikan kebermaknaan kepada diri anak sehingga
menumbuhkan motivasi bagi anak dalam melakukannya.
Ada beberapa contoh nyata yang saya ambil melalui studi kasus yang terjadi di
lingkungan hidup saya yang mana saya memiliki sepupu dengan umur yang masuk
ke dalam fase masa kanak-kanak awal (Early Childhood) dan masa kanak-kanak
akhir (Late Chilchood). Ada 4 anak yang umurnya berurutan dan 2 anak yang
sudah menginjak masa kana-kanak akhir, ada Raffa Sulaeman dan Raffi
Surachman yang baru berumur 2 tahun. Dude Yusuf Herlambang yang masih
berumur 3 tahun, Chandra Ilyasa yang berumur 4 tahun, Fathir Wardhani yang
berumur 7 tahun dan Ilham Sanjaya Almunawar yang berumur 11 tahun.
Untuk Raffa, Raffi, Dude dan Chandra saya masukkan ke masa dan untuk
Fathir dan Ilham saya masukkan ke fase masa kanak-kanak akhir. Banyak sekali
perkembangan kognitif yang terjadi kepada mereka semua. Dimulai dari meniru,
memecahkan masalah, dan perkembangan-perkembangan lain yang menurut saya
itu adalah sebuah hal yang menakjubkan yang bisa dilakukan oleh anak-anak
seusia mereka. Untuk masa anak-anak kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak
akhir yang sering dapat saya perhatikan dari tingkah laku mereka adalah sebagai
berikut :
Raffa & Raffi (2 Tahun) : mereka sudah mampu untuk meniru apa
yang dilakukan oleh orang tuanya. Selian itu, mereka juga sudah mulai
membedakan orang-orang yang ada di sekitarnya mulai dari keluarga
yang bernama Mama, Bapak, Bibi, Paman (dalam bahasa sunda biasa
disebut dengan Emang), Ayah, Ibu, nenek (yang dalam bahasa sunda
itu Ema), Umi, Abi dan Kakak (yang dalam bahasa sunda itu Aa dan
Teteh). Mereka juga sudah mulai mampu untuk memecahkan masalah
dengan cara mereka sendiri seperti cara untuk membuka pintu, cara
untuk menggunakan sandal walaupun masih sedikit salah namun
mereka sudah mampu untuk menggunaknnya. Mereka juga mampu
untuk makan dan minum dengan menggunakan sendok dan juga gelas.
Perbedaan dari kedua anak ini adalah walaupun mereka kembar tapi
mereka berbeda. Untuk Raffi, dia sering patuh untuk melakukan
sesuatu yang di perintah oleh orang tuanya sedangkan untuk Raffa, dia
kadang seperti kurang paham atau mungkin malas untuk melakukan
sesutau yang di perintahkan oleh orang tuanya sehingga sedikit tidak
patuh ketika di suruh melakukan sesuatu.
Dude (3 Tahun) : untuk Dude sendiri, dia sekarang sudah mualai
mampu memecahkan masalahnya dengan meniru yang dilakukan oleh
orang tuanya. Seperti buang air kecil dengan benar, lalu menggunakan
alat bantu ketika ingin menggapai sesuatu hal terlalu tinggi untuk
dicapai olehnya. Selain itu dia juga bisa membuat menara yang cukup
tinggi dengan di susun menggunakan beberapa cangkir plastik dengan
sempurna.
Chandra (4 Tahun) : Chandra kini sudah mulai mahir untuk mulai
menghitung dari 1-10 dengan benar walaupun tidak terlalu fasih. Dia
juga sudah bisa membedakan angka-angka dengan menggunakan jari-
jarinya walaupun hanya sampai 5. Dia juga sudah mulai bisa mengajak
dirinya untuk melakukan shalat 5 waktu walaupun itu hanya untuk
shalat maghrib saja dan mengikuti gerakan shalat dengan benar. Selain
itu dia juga sudah bisa menulis angka 0 dan angka 1 dengan benar.
Fathir (7 tahun) : untuk anak yang satu ini hal yang saya takjubkan
adalah dia sudah mulai bisa memecahkan masalahnya yaitu memasang
permainan lego sesuai dengan yang ada di gambar. Menurut saya
permainan lego adalah permianan yang memacu pemikiran yang cukup
tinggi dan sedikit susah. Untuk anak sesusia dia itu adalah hal yang
menurut saya menakjubkan. Dengan fase sekolahnya yang sekarang
berada di jenjang kelas 2 sekolah dasar dia merupakan murid yang
cukup cerdas ketika dalam pelajaran menghitung.
Ilham (11 Tahun) : perkembangan kognitif yang timbul dari anak yang
satu ini adalah dia sudah mulai mampeu memecahkan masalahnya
sendiri dengan caranya sendiri. Dia kini sudah mampu menghapal dan
mengingat dengan cepat. Hal yang saya kagumkan adalah dia saat ini
akan mengikuti tes pelafalan surat-surat al-Qur’an untuk mewakili
sekolahnya dengan menghapal surat Al-Ala dalam waktu kurang dari
seminggu. Perkembangan mengingatnya juga cukup baik bagi saya
ketika mengingat dia juga mengikuti paguron silat di kampung kami
yang latihannya 4 hari sekali selama seminggu. dengan banyaknya
kegiatan yang dia lakukan setiap harinya kemampuan kognitifnya
terasah seiring dengan berjalannya waktu sehingga saya tidak khawatir
lagi dalam kemampuan menghapalnya anak ini lumayan bagus.
C. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa merupakan fase perkembangan yang cukup penting
karena fase ini adalah fase yang mana menentukan kita untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa kemampuan bahasa kita akan sulit untu
melakukan komunikasi dengan orang lain. Hubungan perkembangan bahasa pada
masa kanak-kanak adalah ketika mereka sudah meulai belajar untuk berbicara tau
berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan adik-adiknya, teman sebayanya
maupun dengan orang yang jauh lebih tua dengannya.
Menurut Marat pada tahun 1996 di halaman 67 (dalam Wahyudin &
Agustin, 2012 : 39) mengatakan bahwa kemampuan bahasa ucap anak juga cukup
berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena pada saat akan mengucapkan
sesuatu akan melakukan aktivitas mental berupa mengingat, mengenal, dan
menyampaikan/mengucapkan dalam bentuk verbal yang diekspresikan dalam
aktivitas gerak motorik kasar/halus, yang secara kasat mata itu merupakan
sesuatu yang sangat kompleks. Kemampuan berbahasa itu diasah seiring dengan
berjalannya waktu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Menurut Miller
(dalam Wahyudin & Agustin, 2012 : 38) mengatakan bahwa bahasa adalah sutau
urutan kata-kata, bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda.
Hurlock pada tahun 1990 (dalam Herlina, 2013 : 26-27) mengemukakan
bahwa perkembangan bahasa yang dapat terjadi pada masa kanak-kanak awal dan
akhir adalah sebagai berikut :
1) Masa kanak-kanak awal
Pengucapan kata-kata : anak sulit mengucapkan bungi
tertentu dan kombinasi bunyi seperti z, w, d, s, dan g dan
juga kombinasi huruf mati seperti st, str, dr, dan fl.
Menambah kosakata.
Membentuk kalimat.
2) Masa kanak-kanak akhir
Mengembangkan kosakata sekitar 40.000 kata
Memahami bentuk-bentuk tata kalimat yang kompleks,
Menangkap makna ganda dari kata-kata seperti dalam
humor
Mempertimbangkan kebutuhan dari pendengar dalam
situasi yang kompleks
Merancang strategi dalam berbicara namun isi pembicaraan
cenderung merosot.
Menurut Berk pada tahun 2003 (dalam Herlina, 2013:27) menjelaskan
perkembangan bahasa pada perkembangan masa kanak-kanak ini terabagi
menjadi beberapa komponen bahasa, yaitu fonologi, semantik, gramar, pragmatik
dan kesadaran metalinguistik.
Fonolmologi adalah komponen bahasa yang berkaitan dengan aturan
struktur dan urutan bunyi bicara.
Semantik adalah komponen bahasa yang berkaitan dengan pemahaman
arti kata dan kombinasi kata.
Gramatikal atau tatakalimat adalah komponen bahasa yang berkaitan
dengan kalimat, aturan penyusunan kata, menjadi kalimat dan
morfologi, yaitu penggunaan tanda-tanda bahasa yang menandakan
jumlah, keterangan waktu, orang, jenis kelamin, kalimat aktif atau
pasif, dan makna-makna lain.
Pragmatik adalah komponen bahasa yang berkaitan dengan
kemampuan untuk menggunakan bahasa secara efektif dalam konteks
sosial.
Kesadaran metalinguistik adalah komponen bahasa yang berkaitan
dengan kemampuan untuk memikirkan bahasa sebagai sebuah sistem.
Dalam contohnya saya kembali mengambil 6 adik-adik saya tersebut seperti
di atas. Kemampuan berbahasa mereka berbeda tergantung dengan tingkatan
umurnya masing-masing. Namun dalam perkembangan bahasa ini saya melihat
kemajuan yang sangat pesat terutama untuk dua adik saya yang kembar yang baru
berumur 2 tahun itu.
Raffa & Raffi (2 tahun) : perkembangan bahasa yang terjadi kembar
namun tak sama itulah yang memperlihatkan mereka dalam
kemampuan bahasanya. Raffi jauh lebih pintar dalam
berkomunikadsi dibandingkan dengan Raffa. Raffi kini sudah mulai
bisa mengucapkan kata-kata seperti Umi, Abi, Ibu, Ayah, Bibi,
Emang atau paman, Mama, Bapak, Ema/Nenek, Aa/Kakak dan
Teteh/kakak perempuan. Selain itu Raffi juga mulai mahir untuk
mengucapkan kata-kata untuk penunjukkan hewan seperti memeng
untuk Kucing, Titit untuk ayam, burung, lauk untuk ikan, dll.
sedangkan Raffa berbeda, mungkin malas atau mungkin kurang
stimulus, Raffa sedikit susah untuk belajar mengucapkan kata-kata
tersebut dan hanya bisa masih menggunakan bahasa-bahasa bayi
yang unik itu. Dalam berkomunikasi, Raffi juga jauh lebih pintar
kini Raffi sudah mampu berkomunikasi dengan Uminya seperti
ketika dia membutuhkan sesuatu dia memanggil Uminya sedangkan
Raffa cenderung lebih sulit untuk berkomunikasi dia masih belum
mampu memanggil uminya sehingga ketika dia membutuhkan
sesuatu dia hanya menggunakan bahasa uniknya saja.
Dude (3 tahun) : untuk perkembangan bahasa anak yang baru
berumur 3 tahun ini dia sudah mulai mahir untuk bercerita walaupun
baru beberapa kata saja. Dia juga sudah mulai mampu menjawab
pertanyaan dengan menggunakan kata atau kalimat yang sederhana.
Namun saya sering mendengar dia berbicara kepada ibunya seperti
bercerita pengalaman yang dia alami pada hari itu dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang sederhana
juga. Namun hal yang saya pahami di sini adalah anak yang baru
berumur 3 tahun ini masih labil dan cenderung menerima dengan
mudah dan begitu saja bahasa atau kata-kata yang dia dengar dalam
hari-harinya seperti kata-kata kotor yang sering di ucapkan beberapa
anak yang lebih besar darinya dan cenderung dia mengadopsinya
menjadi bahasa dia. Sehingga proteksi yang baik dibutuhkan dalam
masa ini supaya anak-anak tersebut tidak mudah menerima bahasa
atau kata-kata yang tidak sewajarnya di ucapkannya.
Chandra (4 tahun) : tak jauh berbeda dengan anak yang berumur 3
tahun tadi, kemampuan berbahasa Chandra ini juga mulai dikatakan
sudah mampu atau mahir dalam berkomunikasi walaupuan hanya
dengan menggunakan kalimat yang sederhana. Chandra juga sudah
mampu bercerita kepada saya dengan menggunakan bahasanya yang
sudah mulai terstruktur. Selain itu alur ceritanya juga meyakinkan.
Kemampuan berkomunikasi Chandra sudah sangat bagus menurut
saya untuk ukuran anak yang masih berumur 4 tahun. sifat
terbukanya Chandra juga menjadi nilai + dalam mengasah
kemampuan berkomunikasinya. Dengan cerewetnya dia berbicara
maka semakin lama saya juga semakin mampu untuk memahami
apa yang sedang kami diskusikan bersama saat itu.
Fathir (7 tahun) : kemampuan berkomunikasinya sudah cukup baik
menurut saya. Namun anak ini sedikit pemalu dan cenderung
tertutup sehingga saya jarang berdiskusi dengannya. Kadang-kadang
saya tidak mengerti dengan jalur pemikiran anak ini karena kami
jarang berkomunikasi. Dia lebih sering bermain hal-hal yang
termasuk ke dalam ranah teka-teki seperti permainan lego, puzzle,
dll. Komunikasi yang baik hanya dia jalankan ketika bermain
dengan anak-anak yang lain saja. Namun saya pernah mendengar
bahwa dengan orang tuanya khususnya Uminya dia sering terbuka
dan bercerita. Namun berbeda dengan saya yang hanya berperan
sebagai kakak sepupu. Mungkin karena saya kurang dekat
dengannya maka dari itu saya jarang berkomunikasi dengan anak
ini.
Ilham (11 tahun) : kemampuan komunikasi anak ini menurut saya
sudah baik, dengan pembendaharaan kosa kata yang cukup banyak.
Dia kini sudah mampu untuk belajar berbicara dengan orang yang
lebih tua dan orang yang lebih muda darinya. Tetapi berbeda kalau
kepada saya, walaupuan saya kakak perempuannya tapi komunikasi
yang dijalankan adalah komunikasi seperti kepada teman sebayanya.
Begitun pun kepada mamah dan bapak saya. Karena bapak saya
seorang yang suka jahil maka Ilham pun suka jahil dan kadang suka
semena-mena dalam dengan bapak. Tapi dibalik itu semua
pembendaharaan komunikasi anak ini sudah cukup banyak dan
sudah cukup terbuka untuk saya dia manjalankan komunikasi
tersebut. Sehingga perkembangan pengkomunikasiannya menurut
saya sudah cukip baik untuk anak seumuran dirinya.
D. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ada salah satu perkembangan yang cukup penting juga
dalam kehidupan ini. Apalagi kita, manusia sebagai makhluk sosial tidak akan
mungkin bisa hidup sendirian tanpa adanya orang lain. Perkembangan
kemamampuan sosial seseorang individu ternyata sudah mulai diasah sedari dia
bayi. Itulah hal pertama yang saya sadari ketika pertama kali melihat anak
kembar ini lahir pada 2 tahun yang lalu. Perkembangan sosial yang dijalankan
tentunya memperngaruhi masa depan individu itu sendiri.
Perkembangan sosial menunjuk pada perkembangan keterampilan sosial dan
kematangan emosi yang diperlukan untuk menjalin hubungan dan berhubungan
dengan orang lain, termasuk juga berempati dan memahami kebutuhan orang lain.
CDC, 2010 dalam Herlina 2013:32). Sedangkan menurut Hartinah pada tahun
2008 di halaman 36, perkembangan sosial adalah pencapaian suatu kemampuan
untuk berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Pencapaian tersebut
dipengaruhi oleh 3 komponen yaitu belajar berperilaku dengan cara yang
disetujui secraa sosial, bermain dalam peranan yang disetujui secara sosial, dan
perkembangan sikap sosial.
Hurlock (Hartinah, 2008:37) menyatakan indikator dari perilaku sosial yang
sukses adalah kerjasama, persaingan yang sehat, kemauan berbagi, minat untuk
diterima, simpati, empati, ketergantungan, persahabatan, keinginan bermanfaat,
imitasi dan perilaku lekat. Selain itu Hurlock (Herlina, 2013:32-34) juga
menyatakan bahwa dalam masa kanak kanak awal dan akhir perkembangan sosial
anak-anak terlihat dari beberapa hal yang terjadi sebagai berikut :
1. Masa Kanak-Kanak Awal
Setelah pada masa bayi cenderung melakukan permainan yang
bersifat menyendiri, pada awal masa kanak-kanak ini, seorang
anak mulai menunjukkan minat yang nyata untuk melihat
teman-temannya dan berusaha mengadakan kontak sosial, tapi
bermain sendiri-sendiri tidak bermain dengan anak lain,
walaupun ada bersama-sama.
Secara bertahap, anak mulai terlibat dalam kegiatan yang
menyerupai kegiatan anak-anak lain.
Pada sekitar usia 3 tahun, anak mulai bermain pura-pura,
misalnya bersama temannya bermain berpura-pura menjadi
polisi melawan perampok
Pada akhir tahun ke-3 sejalan dengan berjalannya kontak
sosial, anak menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi,
misalnya melakukan permainan-permainan yang memiliki
aturan-aturan dan menguji keterampilan, seperti permainan
melempar dan menangkap bola.
2. Masa Kanak-Kanak Akhir
Menunjukkan minat yang nyata terhafap teman-temannya dan
berusaha mengadakan kontak sosial
Anak-anak berminat dalam kegiatan-kegiatan dengan teman-
teman dan ingin mnejadi bgaian dari kelompok yang
mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola
perilaku, nilai-nilai, dan minat anggota-anggotanya.
Menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi.
Terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak
lain.
Dalam contoh, kembali saya membawa adik-adik sepupu saya yang tadi.
Terlihat dalam situasi sosialnya mereka mampu bersosialisasi dengan baik
dengan orang-orang yang ada di lingkungannya, baik di rumah maupuan di
sekolah.
Raffa & Raffi (2 tahun) : untuk kedua anak kembar ini, mereka telah
mampu bersosialisasi dengan keluarga dengan sangat baik namun
sayang mereka masih belum mau atau masih merasa malau dan
mungkin masih belum bisa percaya pada orang-orang yang menjadi
tetangga mereka. Kadang-kadang mereka masih takut untuk
bersosialisasi dengan tetangga mereka. Sedangkan untuk orang asing
yang baru mereka lihat bahkan mereka sampai menangis saking
takutnya dengan orang asing yanng baru mereka lihat itu. Untuk
perkembangan sosial bersama dengan kembarannya mereka kadang
ingin menang sendiri, selalu ingin lebih diperhatikan orang tuanya,
kadang apabila sedang marah mereka suka agresif satu sama lain
sehingga kadang-kadang saling mneyerang satu sama lain. selain itu
juga mereka kadang-kadang berebut mainan tetapi dibalik itu semua
mereka juga kadang-kadang suka bermain bersama tetapi hanya
berdua dan saling berkomunikasi berdua dengan menggunakan
bahasa bayi yang hanya mereka sendiri yang mengerti
Dude (3 tahun) : dalam bersosialisasi anak ini pintar sekali. Dia
mampu bersosialisasi dengan siapapun dan sangat mudah untuknya
bermain dengan siapapun. Rasa ingin tahu anak ini begitu tinggi
sehingga memudahkan dia juga dalam bersosialisasi baik dengan
orang yang lebih tua maupun dengan teman yang sebaya dengannya.
Kadang-kadanng anak ini juga sering bermain bersama segerombolan
anak yang lebih tua dari dirinya namun sepertinya dia terlihat
menikmati bermain bersama itu. Seringnya anak ini bermain pura-
puraan seperti berpura-pura menjadi spiderman ketika memaki
topengnya atau bajuanya. Atau juga bisa berpura-pura menjadi power
ranger atau bima X dengan menggunakan atribut yang sama dengan
super hero tersebut.
Chandra (4 tahun) : anak ini masih belum sekolah sehingga sosialissi
yang dilakukannya hanya di lingkungan sekitar rumahnya saja,
Memang benar anak usia 4 tahunan ini mulai mahir dalam
berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Terlihat jels perbedaan
kemampuan bersosiaiasinya ketika dihadapkan dengan orang dewasa
dan dihadapkan dengan anak-anak yang seumurannya dengannya.
Ternyata lebih mudah untuk bersosialiasi dengan teman seumuran
dengannya ketimbang bersosialiasi ketika di hadapkan dengan
beberapa orang dewasa. Permainan yang dilakukannya juga sudah
mulai merujuk pada permainan yang ada peraturannya sehingga dia
terasah untuk dapat bersabar menurutu aturan yang ada.
Fathir (7 tahun) : kemampuan sosialisasi anak ini kini tidak hanya
dilingkungan rumahnya saja, namun juga di lingkungan sekolahnya.
Di lingkungan yanng berbeda ini saya perhatikan dia mampu dalam
bersosialisasi dengan baik dengan kawan-kawannya di sekolah. Dia
juga kadang ikut bergerombol bermain bersama teman-teman
sekolahnya.
Ilham (11 tahun) : kemampuan bersosialisasi anak ini kini sudah
semakin meluas, tidak hanya di lingkungan rumahnya, sekolahnya
namun kini juga sudah mulai memasuki lingkungan umumnya seperti
bermain dengan teman-temannya yang sekampung. Kemampuan
bersosialisasi anak ini cukup baik menurut saya ketika bermain
bersama teman-temannya namun kadang kala dia masih memiliki ego
yang sedikit tinggi dan juga sedikit mempunyai sifat pemalu sehingga
kadang kala tidak mau untuk melakukan hal yang baru.
E. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi seorang anak memang dipengaruhi banyak faktor
karena meraka masih labil dan belum bisa mengontrol emosi mereka sendiri.
perkembangan emosi seorang anak-anak biasanya terlihat dari cara mereka
melihat sesuatu, menginginkan seuatu dan mencari perhatian. Emosi yang
biasanya meluap adalah emosi menangis, marah, dan takut. Menurut Patty Y pada
tahun 1992 (Hartinah, 2008:37) mengemukakan bahwa emosi adalah reaksi
individu terhadap suatu perubahan pada situasi yang sekonyong-konyong
sehingga tidak dapat bertindak dengan sutau tujuan tertentu. Reaksi tersebut
berupa terkejut, takut, sedih, marah, atau gembrira terhadap kejadian orang atau
objek di luar individu. Gejala emosi yang lain adalah rasa takut, cinta, sedih dan
duka cita, ingin tahu dan penasaran.
Thompson dan Lagatutta pada tahun 2006 (Mashar, 2011:20) menyatakan
bahwa perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman
dna hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab
maupun konsekuensinya. Sedangkan menurut Goleman pada tahun 1995
(Mashar, 2011:20) menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
lingkungan, apa yanng dialami dan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari lebih
menentukan tingkah laku dan pola tanggapan emosi.
Variasi emosi setiap anak berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi
yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Adapun menurut Mashar pada tahun 2011
halaman 26-27 variasi emosi pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti :
a. Keadaan fisik anak. Anak yang sehat cenderung kurang emosional
dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.
b. Reaksi sosial terhadap perilaku emosional. Reaksi sosial yang tidak
menyenangkan akan mengakibatkan reaksi emosi anak jarang tampat
dan terwujud dibandingkan dengan apabila reaksi sosial yang diterima
anak menyenangkan.
c. Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan dengan jenis kelmain sejenis
berakibat semakin seringnya pelampiasan emosi dan lebih kuat.
d. Jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota kelarga besar cederung
berpotensi besar menimbulkan emosi dibandingkan keluarga kecil.
e. Cara mendidik anak. Cara mendidik otoriter mendorong rasa cemas
dan takut. Adapun cara mendidik permisif (serba boleh) dan
demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih
sayang.
f. Status sosial ekonomi keluarga. Anak dengan status soaial ekonomi
yang rendah cederung lebih mengenbangkan rasa takut dibandingkan
dengan anak yang memiliki keluarga dengan status sosial ekonomi
yang tinggi.
Perkembangan emosi dapat dilihat dari rangkuman perkembangan yang
dijabarkan oleh Zeman pada tahun 2001 (dalam Herlina, 2013:36-39).
Umur 2 tahun anak mulai mengembangkan kemampuan berempati.
Umur 3 tahun anak mulai belajar bahwa ekspresi kemarahan dan
agresi dikendalikan dengan hadirnya orang dewasa.
Umur 4 tahun anak mampu merubah ekspresi emosi
Permulaan umur 4-5 tahun anak mengembangkan pemahaman
yang sangat baik tentang keadaan emosional orang lain.
Umur 7-11 tahun anak mulai menunjukkan bermacam-macam
keterampilan pengaturan diri. Anak mulai sensitif terhadap tanda-
tanda konstekstual spsial yang diberikan sebagai pengarah untuk
mengsekspresikan atau mengendalikan emosi negatif. Anak
mengembangkan seperangkat harapan tentang hasil dari
mengekspresikan emosi kepada orang lain. mulai pertengahan
masa kanak-kanak, anak mulai memahami bahwa keadaan
emosional seseorang tidak sesederhana seperti yang mereka
bayangkan di tahun-tahun pertama dan seringkali merupakan hasil
dari berbagai sebab yang kompleks, yang tidak selalu tampak
secara eksternal. Untuk anak laki-laki biasanya kurang terbuka
untuk menunjukkan emosi takut pada saat distres dibandingkan
dengan anak perempuan.
Untuk contohnya sendiri kembali pada sampel beberapa anak-anak yang
dijelaskan tadi. Perkembangan emosi yang timbul berbagai macam warna dan
bentuk. Setiap ekspresi yang ditampilkan bermacam-macam dan berubah-ubah
seiring berjalannya waktu.
Raffa & Raffi (2 tahun) : perkembangan emosi kedua anak ini
sama-sama sensitif. Baik Raffa maupuan Raffi mampu dengan
mudah mengeluarkan emosi yang dimilikinya, ketika mereka
mengalami distres maka akan langsung terlihat dan mereka akan
menangis dengan kencang.
Dude (3 tahun) : emosi anak ini berubah-ubah tergantung situasi
dan kondisi yang sedang terjadi. Apabila dia mengalami distres
maka dia akan menangis tetapi beberapa menit kemudia kembali
tertawa seperti tidak terjadi apa-apa. Begitu pun apabila terjadi
perkelahian bersama dengan teman-temannya maka dia akan
menangis dan beberapa menit kemudian akan kemblai tertawa
dengan bermain bersama dengan orang yang membuat dia
menangis tadi.
Chandra (4tahun) : seorang anak ini mudah sekali marah dan
akhirnya menangis namun tidak seperti Dude. Untuk
menghilangkan kekesalannya membutuhkan waktu yang sedikit
agak lama sehingga sedikit susah untuk menenangkan kembali anak
ini.
Fathir (7 tahun) : anak ini kadang sulit untuk mengeluarkan emosi
kadang sangat mudah mengeluarkan emosi tergantung situasi dan
kondisi yang ada sehingga anak ini sedikit susah ditebak jalan
pikirannya.
Ilham (11 tahun) : anak ini mudah sekali mengeluarkan emosi, baik
itu marah, senang, bahagia, maupun cemas. Semuanya terlihat jelas
dengan melihat mukanya yang menurut saya dapat mengekpresikan
emosinya dengan sangat mudah. Sehingga anak ini akan dengan
mudah dikenali emosinya karena terlihat jelas di matanya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan dan pertumbuhan merupakan sesutau hal yang lumrah terjadi
pada sdiri individu. Namun, pertumbuhan dan perkembangan itu berbeda.
Pertumbuhan adalah kemajuan yang terjadi pada individu dan lebih bersifat jasmaniah
serta dapat dikur dengan menggunakan alat sedangkan perkembangan itu adlah
perubahan yang terjadi pada individu, lebih bersifat lahiriah dan tidak dapat diukur
dengan menggunakan alat. Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa tahapan,
yaitu masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa awal dan masa dewasa akhir atau
usia lanjut. Perkembangan anak –anak usia 2-12/13 tahun merupakan fase
perkembangan yang sangat penting untuk perkembangan ke depannya seperti apa.
Banyak hal yang mempengaruhi perkembangan itu terjadi. Mulai dari dipengaruhi
oleh lingkunganya sampai pada hal yang mempengarhi dirinya sendiri.
Dalam perkembangannya mereka memiliki tuags perkembangannya masing-
masing. Tugas perkembangan ini adalah sebuah kemampuan yang mana harus
dimiliki seorang individu dalam perkembangannya agar dapat menjadi lebih baik ke
depannya. Fase perkembangan anak-anak ini terbagi menjadi beberapa bagian. Ada
fase perkembangan kognitif, ada fase perkembangan bahasa, ada fase perkembangan
sosial dan fase perkembangan emosi. Setiap fase tersebut berbeda-beda cara
menyikapinya.
B. REKOMENDASI
Pembuatan makalah ini belum tentu sempurna sehingga dibutuhkan
penelahaan kembali mengenai fase-fase perkembangan yang terjadi bagi seorang
individu dimual dari perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perembangan
sosial dan perkembangan emosi. Masih banyak kekurangan yang belum dapat
dipenuhi sehingga dapat menjadi rekomendasi penelitian atau penelahaan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartinah, Sitti. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Refika Aditama
Herlina. (2013). Bibliotherapy : Mengatasai Masalah Anak dan Remaja Melalui Buku.
Bandung : Pustaka Cendekia Utama
Mashar, Riana. (2011). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group
Pratisti, Wiwien Dinar. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta : Indeks
Wahyudin, Uyu & Mubiar Agustin. (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini :
Panduan untuk Guru, Tutor, Fasilitator dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini.
Bandung : Refika Aditama