25
PENDIDIK/GURU Disusun guna memenuhi tugas: Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi II Dosen Pengampu: Failasuf Fadli, M.Si Disusun oleh: Anik Mufidah (2021113212) Hanifatunnisa (2021113216) Diah Puspitasari (2021113233) Kelas PAI E JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

Revisi tafsir tarbawi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Revisi tafsir tarbawi

PENDIDIK/GURU

Disusun guna memenuhi tugas:

Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi II

Dosen Pengampu: Failasuf Fadli, M.Si

Disusun oleh:

Anik Mufidah (2021113212)

Hanifatunnisa (2021113216)

Diah Puspitasari (2021113233)

Kelas PAI E

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PEKALONGAN

2015

Page 2: Revisi tafsir tarbawi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik sering disebut dengan istilah

murabbi, mu’allim, muaddib. Ketiga terma tersebut mempunyai tempat

penggunaan tersendiri. Di samping itu, istilah pendidikan kadang kala disebut

melalui gelarnya, seperti istilah Al-Ustadz dan Asy-Syaikh.

Pada awalnya, mengurus atau mendidik anak merupakan tugas utama

orangtua. Tanggung jawab orangtua sebagai pendidik pertama, tercermin dalam

firman Allah Q.S. At-Tahrim: 6.

Perkembangan pengetahuan, keteranmpilan, sikap, serta kebutuhan hidup

yang kompleks menempatkan posisi orangtua menjadi semakin sulit dan rumit.

Oleh karena itu, untuk mendidik anaknya, orangtua mengirimkan anaknya ke

sekolah. Hal tersebut dilakukan karena orangtua merasa tidak mampu untuk

mendidik anaknya dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang sangat

dibutuhkan pada zaman sekarang ini.1

Kondisi masyarakat yang semakin maju dalam segala bidang kehidupan

berdampak pada kualitas mendidik anak. Sepandai apapun orangtua tidak akan

mampu mendidik anaknya dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu fungsi

pendidik terlihat semakin penting.

Sebagai pendidik harusnya mengetahui dan melaksanakan tugasnya yaitu

memberikan pengajaran yang baik kepada anak didiknya mencakup aspek kognitif

dan aspek spiritual. Tetapi pada kenyataannya pendidikan yang terjadi pada saat

ini hanya lebih mampu menjamah aspek kognitifnya saja. Dalam makalah ini akan

dibahas tentang peran pendidik yang baik. Semoga bermanfaat.

1 Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) hlm. 131

1 | P e n d i d i k / G u r u

Page 3: Revisi tafsir tarbawi

BAB I

PEMBAHASAN

A. QS. Ar-Rahman ayat 1-4

1. Ayat dan Terjemah

حمن ( القرأن) (١الر م االنسان) (٢عل البيان) (٣خلق مه )٤علArtinya:

1. (Allah) Yang Maha Pengasih

2. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an

3. Dia meciptakan manusia

4. mengajarnya pandai berbicara2

2. Makna Mufrodat

حمن Yang Maha Pemurah : الر

م عل : telah mengajarkan

Al-Qur’an : القرأن

االنسان خلق : Dia menciptakan manusia

البيان مه mengajarnya pandai berbicara3 : عل

3. Tafsir

Ayat 1-2

حمن ( القرأن) (١الر م )٢عل“Ar-Rahman. Dialah yang telah mengajarkan al-Qur’an.”

Surah ini dimulai dengan menyebut sifat rahmat-Nya yang menyeluruh

yaitu ar-Rahman, yakni Allah mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluk

dalam kehidupan dunia ini, baik manusia atau jin – yang taat dan durhaka,

malaikat, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.

Setelah menyebut rahmat-Nya secara umum, disebutkan rahmat dan

nikmat-Nya yang teragung sekaligus menunjukkan kuasa-Nya melimpahkan

sekelumit dari sifat-Nya kepada hamba-hamba-Nya agar mereka meneladani-

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Bayan, (Jakarta: Bayan Qur’an, 2009) hlm. 5313 Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain

Berikut Asbabun Nuzul Jilid Dua, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) hlm. 984

2 | P e n d i d i k / G u r u

Page 4: Revisi tafsir tarbawi

Nya yakni dengan menyatakan: Dialah yang telah mengajarkan al-Qur’an

kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Dimulainya surah ini dengan kata tersebut bertujuan juga mengundang

rasa ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui

nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya. Di sisi lain, penggunaan kata

tersebut di sini sambil menguraikan nikmat-nikmat-Nya, merupakan juga

bantahan terhadap mereka yang enggan mengakui-Nya itu.

Patron kata allama/mengajarkan‘ علم memerlukan dua objek. Banyak

ulama yang menyebut objeknya adalah kata al-insan/manusia اإلنسان yang

diisyaratkan oleh ayat berikut. Thabathaba’i menambahkan bahwa jin juga

termasuk, karena surah ini ditujukan kepada manusia dan jin. Di sisi lain,

tidak disebutkan objek kedua dari kata tersebut, mengisyaratkan bahwa ia

bersifat umum dan mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh

pengajaran-Nya.

Al-Qur’an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat

Jibril kepada Nabi Muhammad saw dengan lafal dan maknanya yang

beribadah siapa yang membacanya, dan menjadi bukti kebenaran mukjizat

Nabi Muhammad saw. Kata al-Qur’an القرأن dapat dipahami sebagai

keseluruhan ayat-ayatnya yang enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan

untuk menunjuk walau satu ayat saja atau bagian dari satu ayat.

Ayat 3-4

االنسان ( البيان) (٣خلق مه )٤عل“Dialah yang menciptakan manusia, mengajarnya ekspresi.”

Allah ar-Rahman yang mengajarkan al-Qur’an itu Dialah yang

menciptakan manusia makhluk yang paling membutuhkan tuntunan-Nya,

sekaligus yang paling berpotensi memanfaatkan tuntunan itu dan

mengajarnya ekspresi yakni kemampuan menjelaskan apa yang ada dalam

benaknya, dengan berbagai cara utamanya adalah bercakap dengan baik dan

benar.

Kata اإلنسان al-insan pada ayat ini mencakup semua jenis manusia, sejak

Adam as hingga akhir zaman.

3 | P e n d i d i k / G u r u

Page 5: Revisi tafsir tarbawi

Kata al-bayan pada البيان mulanya berarti jelas. Kata tersebut di sini

dipahami oleh Thabathaba’i dalam arti “potensi mengungkap” yakni

kalam/ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat dalam

benak.

Hemat penulis, pengajaran al-bayan itu tidak hanya terbatas pada ucapan,

tetapi mencakup segala bentuk ekspesi, termasuk seni dan raut muka. Bahkan

menurut al-Biqa’i, kata al-bayan adalah potensi berpikir, yakni mengetahui

persoalan kulli dan juz’i, menilai yang tampak dan juga yang gaib dan

menganalogikannya dengan yang tampak. Sekali dengan tanda-tanda, di kali

lain dengan perhitungan, kali ketiga dengan ramalan dan di kali selanjutnya

dengan memandang ke alam raya serta cara-cara yang lain, sambil

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk atau semacamnya. Itu

semua disertai dengan potensi untuk menguraikan sesuatu yang tersembunyi

dalam benak serta menjelaskan dan mengajarkannya kepada pihak lain.

Sekali dengan kata-kata, di kali lain dengan perbuatan-dengan ucapan,

tulisan-isyarat dan lain-lain. Dengan demikian manusia tadi mampu untuk

menyempurnakan dirinya sekaligus menyempurnakan selainnya. Demikian

antara lain al-Biqa’i.

Di sisi lain, kita tidak perlu menyatakan bahwa pengajaran Allah melalui

ilham-Nya itu adalah pengajaran bahasa. Ia adalah penciptaan potensi pada

diri manusia dengan jalan menjadikannya tidak dapat hidup sendiri, atau

dengan kata lain menciptakannya sebagai makhluk sosial. Itulah yang

mendorong manusia untuk saling berhubungan.4

4. Asbabun Nuzul

Berdasarkan literatur yang kami baca surat Ar-Rahman ayat 1-4 tidak

mempunyai asbabun nuzul

5. Munasabah

Beberapa nikmat Allah kepada manusia

4 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 493-496

4 | P e n d i d i k / G u r u

Page 6: Revisi tafsir tarbawi

Pada ayat terakhir surah Al-Qamar dinyatakan bahwa orang yang ebrtakwa

akan hidup di dalam surga di sisi Allah yang Mahakuasa. Pada ayat-ayat

berikut dijelaskan tentang Allah yang Maha Mengasihi hamba-hamba-Nya

dengan berbagai nikmat.5

6. Aspek Tarbawi

Rahmat Allah dicurahkan kepada seluruh makhluk di dunia ini.

Sebagai manusia yang memiliki akal sebaikknya kita bisa meneladani sifat

Rahman-Nya.

Hendaknya kita meyakini nikmat-nikmat dan beriman kepada-Nya.

Kita harus sadar bahwa dalam hidup ini kita membutuhkan tuntunan-Nya

dan kita hendaknya kita mengetahui bahwa kita adalah makhluk yang

paling berpotensi memanfaatkan tuntunan-Nya..

B. QS. An-Najm ayat 5-6

1. Ayat dan Terjemah

شديدالقوى ( مه ة) (٥عل ذومر ة )٦ذومرArtinya:

5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril yang sangat kuat)

6. yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri

dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa)6

2. Makna Mufrodat

مه yang diajarkan kepadanya : عل

yang sangat kuat : شديدالقوى

ة yang mempunyai kecerdasan : ذومر

ة maka menetaplah ia7 : ذومر

3. Tafsir

شديدالقوى ( مه فاستوى) (٥عل ة )٦ذومر“Ia diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat, pemilik potensi yang

sangat hebat; lalu dia tampil sempurna.”

5 Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 5316 Departemen Agama RI, Ibid., hlm. 5267 Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Op.,Cit.,hlm. 951

5 | P e n d i d i k / G u r u

Page 7: Revisi tafsir tarbawi

Allah berfirman bahwa: Ia yakni wahyu yang diterimanya itu

diajarkan kepadanya yakni kepada Nabi Muhammad saw oleh malaikat

Jibril yang sangat kuat, pemilik potensi akliah yang sangat hebat; lalu

dia yakni malaikat Jibril itu tampil sempurna dan menampakkan diri

dengan rupanya yang asli.

Kata allamahu/diajarkan‘ علمه kepadanya bukan berarti bahwa

wahyu tersebut bersumber dari malaikat Jibril. Seorang yang mengajar

tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar,

bukankah kita mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan

yang diajarkan itu bukan karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan

sesuatu secara baik dan benar adalah salah satu bentuk pengajaran.

Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikannya

secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang dimaksud

dengan pengajarannya di sini.

Kata mirrah مرة terambil dari kalimat الحبل -amrartu al أمررت

habla yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata ذومرة dzu mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan

tingginya kemampuan seseorang. Al-Biqa’i memahaminya dalam arti

ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya tanpa sedikitpun mengarah kepada tugas

selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga yang

memahaminya dalam arti kekuatan fisik, akal dan nalar.

Ada lagi ulama yang memahami ayat di atas sebagai berbicara

tentang Nabi Muhammad saw., yakni Nabi agung itu adalah seorang

tokoh yang kuat kepribadiannya serta matang pikiran dan akalnya lagi

sangat tegas dalam membela agama Allah.8

4. Asbabun Nuzul

Berdasarkan literatur yang kami baca surat An-Najm ayat 5-6 tidak

mempunyai asbabun nuzul.

5. Munasabah

8 M. Quraish Shihab, Op.,Cit., hlm. 410-411

6 | P e n d i d i k / G u r u

Page 8: Revisi tafsir tarbawi

Di akhir Surah At-Tur Allah swt memerintahkan Rasul saw untuk

bersabar atas sikap keras kepala orang-orang kafir dan musyrik terhadap

dakwahnya, jangan bersedih hati sebagaimana Allah berpesan kepada

Rasul untuk untuk bertasbih memuji Tuhan baik di pagi hari maupun

waktu malam. Di awal Surah An-Najm ini, Allah bersumpah dengan

makhluk-Nya yaitu bintang, bahwa Rasul adalah benar tidak melakukan

kekeliruan dan Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan melalui

malaikat Jibril.9

6. Aspek Tarbawi

Hendaknya kita mengetahui bahwa setiap ilmu yang kita terima

hakikatnya bersumber dari dari Allah, adapun seorang guru atau

pendidik merupakan salah satu perantaranya.

Pengajaran yang baik adalah dengan cara menyampaikan suatu

materi dengan baik dan benar.

Dalam mengerjakan tugas hendaknya kita bersikap ikhlas dan fokus.

C. QS. An-Nahl ayat 43-44

1. Ayat dan Terjemah

تعلمون ( ال كنتم الذكران فسئلواهل اليهم وحي ن Aرجاال اال قبلك وماارسلنامن٤٣ (

رون ( يتفك هم ولعل Aيهم ال ل نز ما اس للن ن لتبي الذكر بروانزلنااليك والز نت بالبي٤٤(

Artinya:

43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan

orang laik-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah

kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

44. (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan

(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Az-Zikr (Al-Qur’an)

kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah

diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan10

9 Departemen Agama RI, Op.,Cit.,hlm. 52610 Departemen Agama RI, Ibid., hlm. 272

7 | P e n d i d i k / G u r u

Page 9: Revisi tafsir tarbawi

2. Makna Mufrodat

اليهم وحي ن Aرجاال اال قبلك : وماارسلنامن Dan Kami tidak mengutus

sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada

mereka

الذكر : فسئلواهل maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai

pengetahuan.

تعلمون ال كنتم jika kalian tidak mengetahui : ان

نت dengan membawa keterangan-keterangan : بالبي

بر dan kitab-kitab : والز

الذكر Dan Kami turunkan kepadamu Az-Zikr : وانزلنااليك

Aيهم ال ل نز ما اس للن ن : لتبي agar kamu menerangkan kepada umat

manusia apa yang diturunkan kepada mereka

رون يتفك هم dan supaya mereka memikirkan11 : ولعل

3. Tafsir

Pada ayat 43 dan ayat-ayat berikutnya kembali menguraikan

kesesatan pandangan mereka menyangkut kerasulan Nabi Muhammad

saw. Dalam penolakan itu mereka selalu berkata bahwa manusia tidak

wajar menjadi utusan Allah, atau paling tidak ia harus disertai oleh

malaikat. Ayat ini menegaskan bahwa: Dan kami tidak mengutus

sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan dimanapun, kecuali

orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat yang

Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat Jibril,

maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu bertanyalah kepada

ahl adz-Dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak

mengetahui.

Para ulama menjadikan kata rijal pada ayat ini sebagai alasan

untuk menyatakan bahwa semua manusia yang diangkat Allah sebagai

Rasul adalah pria, dan tidak satu pun yang wanita. Memang dari segi

bahasa kata rijal yang merupakan bentuk jamak dari kata rajul seringkali

11 Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid Satu, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) hlm. 1021

8 | P e n d i d i k / G u r u

Page 10: Revisi tafsir tarbawi

dipahami dalam arti lelaki. Namun demikian, terdapat ayat-ayat al-

Qur’an yang mengesakan bahwa kata tersebut tidak selalu dalam arti

jenis kelamin lelaki. Ia digunakan juga untuk menunjuk manusia yang

memiliki keistimewaan atau kekokohan, atau ciri tertentu yang

membedakan mereka dari yang lain.

Kata ahl adz-Dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama

dalam arti pemuka agama Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-

orang yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para Rasul

yang diutus Allah.

Kata in/jika pada ayat diatas yang biasanya digunakan menyangkut

sesuatu yang tidak pasti atau diragukan, mengisyaratkan bahwa persoalan

yaang dipaparkan oleh Nabi saw dan al-Qur’an sudah demikian jelas,

sehingga diragukan adanya ketidaktahuan, dan dengan demikian

penolakan yang dilakukan kaum musyrikin itu bukan lahir dari

ketidaktahuan, tetapi dari sikap keras kepala.

Pada ayat 44, kata az-zubur adalah jamak dari kata zabur yakni

tulisan. Yang dimaksud disini adalah kitab-kitab yang ditulis seperti,

Taurat, Injil, Zabur dan Shuhuf Ibrahim as. Para ulama berpendapat

bahwa zubur adalah kitab-kitab singkat yang tidak mengundang syariat,

tetapi sekadar nasihat-nasihat.

Salah satu nama al-Qur’an adalah adz-Dzikr yang dari segi bahasa

adalah antonim dari kata lupa. Al-Qur’an dinamai demikian karena ayat-

ayatnya berfungsi mengingatkan manusia apa yang dia berpotensi

melupakannya dari kewajiban, tuntunan dan peringatan yang seharusnya

dia selalu ingat, laksanakan dan indahkan.

Pengulangan kata turun dua kali yakni anzalna ilaika/ kami

turunkan kepadamu dan ma nuzzila ilaihim/ apa yang telah diturunkan

kepada mereka mengisyaratkan perbedaan penurunan yang dimaksud.

9 | P e n d i d i k / G u r u

Page 11: Revisi tafsir tarbawi

Yang pertama adalah penurunan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad,

sedang yang kedua adalah yang diturnkan kepada manusia seluruhnya.12

4. Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir at-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu

‘Abbas bahwa ia berkata, “ketika Allah mengutus Muhammad sebagai

nabi, orang Arab mengingkarinya. Kemudian turunlah ayat ini.”

5. Munasabah

Di dalam ayat-ayat yang lalu, Allah swt menjelaskan bahwa kaum

musyrikin mengingkari kerasulan Muhammad saw, dan menganiaya

Nabi dan pengikutnya sehingga mereka hijrah menyelamatkan diri, hal

ini menunjukkan bahwa kaum musyrikin tidak memerlukan Nabi karena

tidak meyakini hari kebangkitan dan pembalasan. Dalam ayat-ayat ini ,

Allah swt menjelaskan pengingkaran mereka dalam bentuk lain untuk

mendustakan kerasulan Muhammad saw. Mereka menyangkal kerasulan

Muhammad dengan mengatakan bahwa kalau Allah akan mengirimkan

utusan, tentu Ia akan mengutus malaikat. Akan tetapi, alasan mereka itu

tidak dapat dibenarkan karena selama ini Allah hanya mengutus manusia

sebagai rasul untuk manusia.13

6. Aspek Tarbawi

Semua manusia yang diangkat Allah sebagai Rasul adalah pria, dan

tidak satu pun yang wanita.

Penolakan yang dilakukan kaum musyrikin itu bukan lahir dari

ketidaktahuan, tetapi dari sikap keras kepala.

Adz-Dzikr adalah nama dari Al-Qur’an karena isinya berupa

pengingat bagi umat manusia

D. QS. Al-Kahfi ayat 66

1. Ayat dan Terjemah

رشدAا ( مت عل مما من تعل ان على بعك ات هل موسى له )٦٦قال

12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 234-238

13 Departemen Agama RI, Op.,Cit., hlm. 272

10 | P e n d i d i k / G u r u

Page 12: Revisi tafsir tarbawi

Artinya:

66. Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau

mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu

( untuk menjadi) petunjuk?”14

2. Makna Mufrodat

بعك aku mengikutimu : ات

من تعل agar engkau mengajarkan kepadaku : ان

petunjuk : رشدAا

3. Tafsir

Dalam pertemuan kedua tokoh itu Musa berkata kepadanya, yakni

kepada hamba Allah yang memperoleh ilmu khusus itu, “Bolehkah aku

mengikutimu secara bersungguh-sungguh supaya engkau mengajarkan

kepadaku sebagian dari apa, yakni ilmu-ilmu yang telah diajarkan Allah

kepadamu untuk menjadi petunjuk bagiku menuju kebenaran?”

Nabi Musa as, memiliki ilmu lahiriah dan menilai sesuatu berdasar

hal-hal yang bersifat lahiriah. Tetapi seperti diketahui, setiap hal yang

lahir ada pula sisi batiniahnya. Sisi batiniah inilah yang tidak terjangkau

oleh pengetahuan Nabi Musa as. Hamba Allah yang saleh secara tegas

menyatakan bahwa Nabi Musa a.s. tidak akan sabar, bukan saja karena

Nabi Musa as dikenal berkepribadian sangat tegas dan keras, tetapi lebih-

lebih karena peristiwa dan apa yang akan dilihatnya dari hamba Allah

saleh itu, sepenuhnya bertentangan dengan hukum-hukum syariat yang

bersifat lahiriah dan yang dipegang teguh oleh Nabi Musa as.

Kata attabi’uka asalnya adalah أتبعك atba’uka dari kata أتبعك تبع tabi’a, yakni mengikuti. Penambahan huruf ’ta ت pada kata attabi’uka

mengandung makna kesungguhan dalam upaya mengikuti itu. Memang

demikianlah seharusnya seorang pelajar, harus bertekad untuk

bersungguh-sungguh mencurahkan perhatian, bahkan tenaganya,

terhadap apa yang akan dipelajarinya.

14 Departemen Agama RI, Ibid., hlm. 301

11 | P e n d i d i k / G u r u

Page 13: Revisi tafsir tarbawi

Ucapan Nabi Musa as ini sungguh sangat halus. Beliau tidak

menuntut untuk diajar tetapi permintaannya diajukan dalam bentuk

pernyataan, “Bolehkah aku mengikutimu?” Selanjutnya beliau menamai

pengajaran yang diharapkannya itu sebagai ikutan, yakni beliau

menjadikan diri beliau sebagai pengikut dan pelajar. Beliau juga

menggarisbawahi kegunaan pengajaran itu untuk dirinya secara pribadi,

yakni untuk menjadi petunjuk baginya. Di sisi lain, beliau

mengisyaratkan keluasan ilmu hamba yang saleh itu sehingga Nabi Musa

a.s. hanya mengharap kiranya dia mengajarkan sebagian dari apa yang

telah diajarkan kepadanya. Dalam konteks itu, Nabi Musa as tidak

menyatakan “apa yang engkau ketahui wahai hamba Allah”, karena

beliau sepenuhnya sadar bahwa ilmu pastilah bersumber dari satu

sumber, yakni dari Allah Yang Maha Mengetahui.15

4. Asbabun Nuzul

Berdasarkan literatur yang kami baca surat Al-Kahfi ayat 66 tidak

mempunyai asbabun nuzul.

5. Munasabah

Khidir membocorkan perahu dan membunuh seorang anak

Pada ayat-ayat yang lalu, diceritakan bahwa Musa a.s. beserta muridnya

mencari Khidir a.s. untuk menerima pelajaran dan mencari pengalaman.

Diterangkan pula bahwa Musa a.s. bersedia memenuhi syarat-syarat yang

dikemukakan oleh Khidhir agar diterima menjadi murdnya. Pada ayat-

ayat berikut ini, diterangkan pengalaman-pengalaman yang dialami Musa

a.s. selama berjalan mengikuti Khidhir dan sikapnya terhadap

pengalaman-pengalaman itu.16

6. Aspek Tarbawi

15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 97-98

16 Departemen Agama RI, Op.,Cit., hlm. 301

12 | P e n d i d i k / G u r u

Page 14: Revisi tafsir tarbawi

Kita seharusnya sebagai seorang pelajar harus bertekad untuk

bersungguh-sungguh mencurahkan perhatian, bahkan tenaganya,

terhadap apa yang akan dipelajari.

Kita perlu memahami kegunaan sebuah pengajaran adalah untuk diri

seorang pelajar, yakni untuk menjadi petunjuk baginya dalam

kehidupan di dunia guna mengetahui mana yang baik dan mana yang

tidak baik.

Setiap ilmu pastilah bersumber dari satu sumber, yakni dari Allah

Yang Maha Mengetahui.

Seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya dan memberi

tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntun ilmu,

bahkan mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang

pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai

dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.

Dalam ayat ini memberi isyarat pada kita agar meniru tekad Nabi

Musa a.s. yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang

belum dipahami.

Kesabaran merupakan salah satu unsur penting dalam menuntut

ilmu.

13 | P e n d i d i k / G u r u

Page 15: Revisi tafsir tarbawi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Demikian kompleks tugas, peran, dan tanggungjawab pendidik. Seorang

pendidik dalam Islam dituntut untuk memiliki kompetensi dasar dan berbagai

syarat untuk memenuhi tuntutan tugas dan tanggungjawab tersebut. Salah satu

tugas pendidik adalah memberikan pengajaran yang baik dengan cara

menyampaikan suatu materi dengan baik dan benar.

Dengan pengajaran yang baik pendidik diharapkan tidak hanya membuat

anak didik baik dalam aspek kognitifnya saja tetapi juga dalam aspek spiritualnya.

Karena yang paling penting dalam pendidikan adalah anak didik mampu

mengambil pesan-pesan ilahi yang ada pada setiap materi pelajaran atau segala

kejadian yang mereka alami. Dengan itu anak didik bisa menjelma menjadi insan

kamil yang diharapkan.

14 | P e n d i d i k / G u r u

Page 16: Revisi tafsir tarbawi

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2010.

Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid Satu. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. 2010.

Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid Dua. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an Bayan. Jakarta: Bayan Qur’an.

Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam.Bandung: Pustaka Setia.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 7. Jakarta: Lentera

Hati.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 8. Jakarta: Lentera

Hati.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah volume 13. Jakarta: Lentera

Hati.

15 | P e n d i d i k / G u r u

Page 17: Revisi tafsir tarbawi

Pertanyaan

1. 2021113143

Bagaimanakha karakter pendidik yang baik?

2. Zakiatul Fitri

Bagaimanakah penjelasan pemakalah tentang ketiga surat selain surat

al-kahfi?

Apakah ada keterkaitan antar surat dalam menggambarkan poin-poin

yang harus ada untuk menjadi guru yang baik?

3. Khasbih maslekhah

Apakah konsep pendidikan yang ada dalam surat al-kahfi?

Bagaimana penjelasan aspek tarbawi poin ke 4?

Pandangan Umum

1. Arina Manasikana

Tentang keterkaitan antar surat dalam menggambarkan poin-poin yang harus

ada untuk menjadi guru yang baik

16 | P e n d i d i k / G u r u