Upload
maulydia-elfa-wulandari
View
136
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
04/12/23 Transi 1Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Bab 2
Penalaran(Reasoning)
04/12/23 Transi 2Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
• Menjelaskan pengertian penalaran.• Menyebut dan menjelaskan komponen penalaran.• Menyatakan asersi secara makna dan diagram.• Menyebut dan menjelaskan sifat keyakinan.• Menyebutkan dan menjelaskan jenis argumen.• Membedakan antara argumen dan strategem.• Menjelaskan dan memberi contoh strategem dan salah nalar.• Mengevaluasi validitas argumen.• Menjelaskan aspek manusia yang menghambat argumen
yang sehat.
Tujuan PembelajaranMencapai kemampuan dan kompetensi peserta untuk:
04/12/23 Transi 3Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau asersi.
Menentukan secara logis dan objektif apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.
Struktur penalaran terdiri atas masukan, proses, dan keluaran.
Penalaran
04/12/23 Transi 4Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Unsur atau Komponen Penalaran
• Pernyataan atau asersi (assertion)
• Keyakinan (belief)
• Argumen (argument)
04/12/23 Transi 5Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Proses dan Struktur Penalaran
ArgumenAsersi sebagi
elemen
Keyakinan bahwa asersi konklusi
benar/valid
Masukan Proses Keluaran
Asersi
Asersi
Asersi
Asersi
Asersi
AsersiAsersi
inferensi
konklusi
04/12/23 Transi 6Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Serangkaian asersi beserta inferensi atau penyimpulan yang terlibat di dalamnya.
Simpulan dinyatakan pula dalam bentuk asersi.
Merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu pernyataan.
Argumen membentuk, memelihara, atau mengubah keyakinan.
Arti Penting Argumen
04/12/23 Transi 7Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Asersi
Penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan.
Pengkuatifikasi asersi
Untuk membatasi asersi universal/umum menjadi spesifik dan menentukan hubungan inklusi, eksklusi, saling-isi.
Pengkuantifikasi: sedikit, banyak, tak semua, beberapa, semua.
04/12/23 Transi 8Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Makna atau arti
Semua badan usaha milik negara adalah perusahaan pencari laba.
Struktur atau bentuk
Semua A adalah B.
Diagram
A
B
04/12/23 Transi 9Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Hubungan eksklusi:
Hubungan inklusif:
AB
AB
Tidak satupun A adalah B = Tidak satupun B adalah A
Semua A adalah B dapat bermakna
Tidak semua B adalah A
04/12/23 Transi 10Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Hubungan saling isi
B A
04/12/23 Transi 11Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
“Beberapa B adalah A”
• Ada sebagian A yang bukan B.
• Semua A adalah B.
• B sama dengan A
• Asersi menyangkal “Semua B adalah A”
• Asersi menegaskan “Tidak semua B adalah A”
Tanpa diagram tidak diketahui apakah:
“Beberapa B adalah A” tidak selalu sama dengan “Tidak semua B adalah A”
04/12/23 Transi 12Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Penyajian Asersi
Interpretasi: Beberapa B adalah A.
B A B A
Menyangkal Semua B adalah A.Menegaskan Tidak semua B adalah A
Umumnya ini yang dimaksud.
atau
04/12/23 Transi 13Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Asersi untuk Evaluasi Istilah
Interpretasi:
certified public accountant (CPA) = bersertifikat akuntan publik (BAP)?
meja bundar biru (blue round tables) meja biru bundar (round blue tables)
04/12/23 Transi 14Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Jenis dan FungsiAsersi
Kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang diajukan dalam argumen.
• Asumsi (assumption)
• Hipotesis (hypothesis)
• Pernyataan fakta (statement of facts)
Jenis:
Fungsi: Sebagai pernyataan premis dan konklusi
Kaidah/prinsip:
04/12/23 Transi 15Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
KeyakinanKebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
• Keadabenaran
• Bukan pendapat
• Bertingkat
• Berbias
• Bermuatan nilai
• Berkekuatan
• Veridikal
• Berketertempaan
Properitas Keyakinan
04/12/23 Transi 16Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Anatomi Argumen
Asersi
AsersiAsersi
inferensi
Asersi
inferensi
inferensi
inferensi
Premis 1
Premis 2Premis 3
Konklusi
04/12/23 Transi 17Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Indikator Argumen
Dalam suatu argumen atau penalaran yang kompleks, tidak selalu mudah untuk mengenali premis dan konklusi.
Indikator premis: oleh karena, karena, mengingat, dengan asumsi bahwa, jika
Cara mengenali: Prinsip/kaidah interpretasi terdukung (principle of charitable interpretation)
Indikator konklusi: oleh karena itu, dengan demikian, maka, sehingga, sebagai akibatnya
04/12/23 Transi 18Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Jenis Argumen
• Deduktif• Nondeduktif:
InduktifAnalogiSebab-akibat
04/12/23 Transi 19Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Argumen Deduktif
Argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut premis baik major maupun minor).
Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut argumen logis (logical argument).
Premis major: Premis minor:
Konklusi:
Semua binatang menyusui berparu-paru.Kucing adalah binatang menyusui.
Kucing berparu-paru.
Lihat contoh penalaran deduktif dalam akuntansi pada Gambar 2.8
04/12/23 Transi 20Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Kriteria Kebenaran Argumen Deduktif
• Kelengkapan
• Kejelasan
• Kesahihan
• Keterpercayaian
Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas).
Kriteria kebenaran logis:
1. Semua premis benar
2. Konklusi mengikuti semua premis
3. Semua premis dapat diterima
04/12/23 Transi 21Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Hubungan Premis dan Konklusi (Gambar 2.9)
Bila konklusi mengikuti premis secara logis, kebenaran logis konklusi bergantung pada kebenaran semua premis.
Premis 1: BPremis 2: BPremis 3: B
Konklusi: B
Premis 1: BPremis 2: BPremis 3: B
Konklusi: S
Premis 1: SPremis 2: SPremis 3: S
Konklusi: B
Premis 1: SPremis 2: SPremis 3: S
Konklusi: S
Pasti/harus Tak mungkin Mungkin Mungkin
B = Benar, S = Salah
04/12/23 Transi 22Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Argumen Induktif
Argumen yang simpulannya merupakan perampatan atau generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus sebagai premis.
Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada benarnya (plausible argument) bukan argumen pasti benarnya atau logis (logical argument).
Premis: Premis:
Konklusi:
Satu biji jeruk dari karung A manis rasanya.Beberapa biji berikutnya manis rasanya.
Semua jeruk dari karung A manis rasanya.
Ada benarnya tetapi dapat salah. Tidak pasti benar.
04/12/23 Transi 23Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Perbedaan Argumen Deduktif dan Induktif
Untuk meyakinkan perlu dilekatkan tingkat keyakinan (confidence level), misalnya 90% atau 95%.
Premis 1: Semua burung berbulu.Premis 2: Bebek berbulu.
Konklusi: Bebek adalah burung.
Pasti benar(necessarily true)
Premis 1: Beberapa burung dapat terbang.Premis 2: Bebek adalah burung.
Konklusi: Bebek dapat terbang.
Argumen deduktif Argumen induktif
Boleh jadi benar/ada benarnya(not necessarily true)
Lihat contoh penalaran induktif dalam akuntansi pada Gambar 2.11
04/12/23 Transi 24Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Argumen Sebab-Akibat (Causal Generalization)
Argumen untuk mendukung bahwa perubahan faktor tertentu disebabkan oleh faktor yang lain.
Kriteria Penyebaban:
1. Faktor sebab bervariasi dengan faktor akibat (efek).
2. Faktor sebab terjadi sebelum atau mendahului faktor akibat.
3. Tidak ada faktor lain selain faktor sebab yang diidenfikasi.
Lihat kaidah penyebaban Mill pada Gambar 2.10
04/12/23 Transi 25Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Kecohan (Fallacy)
• Stratagem
• Salah nalar (reasoning fallacy)
• Aspek manusia dalam berargumen
Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid.
Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan argumen yang valid.
Orang dapat mengecoh atau terkecoh lantaran:
04/12/23 Transi 26Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Kecohan lantaran Stratagem*
• Persuasi taklangsung
• Membidik orangnya
• Menyampingkan masalah
• Misrepresentasi
• Imbauan cacah
• Imbauan autoritas
• Imbauan tradisi
• Dilema semu
• Imbauan emosi
*Ralat: strategem dalam buku harusnya ditulis stratagem.
04/12/23 Transi 27Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Kecohan lantaran Salah Nalar
• Menegaskan konsekuen
• Menyangkal anteseden
• Pentaksaan
• Perampatan-lebih
• Parsialitas
• Pembuktian dengan analogi
• Merancukan urutan kejadian dengan penyebaban
• Menarik simpulan pasangan
Ketegaran ilmiah (scientific rigor) dan prinsip ketersalahan (principles of falsifiability) bukan salah nalar.
04/12/23 Transi 28Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Kecohan lantaran Aspek Manusia
• Puas dengan penjelasan sederhana
• Kepentingan mengalahkan nalar
• Sindroma tes klinis
• Mentalitas Djoko Tingkir
• Merasionalkan daripada menalar
• Persistensi
• Fiksasi fungsional
04/12/23 Transi 29Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Kutipan Penting
• Hirshleifer (1988) di halaman 90.
• Nickerson (1986) di halaman 92.
• Thomas Kuhn (1970) di halaman 93.
04/12/23 Transi 30Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
All sciences advance through disagreement.
In astronomy the geocentric model of Ptolemy was opposed by the new heliocentric model of Copernicus; in chemistry Priestley supported the phlogiston theory of combustion while Lavoisier propounded the oxidation theory; and in biology the creationism of earlier naturalists was countered by Darwin’s theory of evolution.
It is not universal agreement but rather the willingness to consider evidence that signals the scientific approach. For Galileo’s opponents to disagree with him about Jupiter’s moons was not unscientific of itself; what was unscientific was their refusal to look through his telescope and see.
Jack Hirshleifer, Price Theory and Applications (1988), hlm. 4.
04/12/23 Transi 31Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Priestley never accepted the oxygen theory, nor Lord Kelvin the electromagnetic theory, and so on. The difficulties of conversion have often been noted by scientists themselves. Darwin, in a particulary perceptive passage at the end of his Origin of Species, wrote:
“Although I am fully convinced of the truth of the views given in this volume..., I by no means expect to convince experienced naturalists whose mind are stocked with a multitude of facts all viewed, during a long course of years, from a point of view directly opposite to mine. ... [B]ut I look with confidence to the future, —to young and rising naturalists, who will be able to view both sides of the question with impartiality.”
Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.
04/12/23 Transi 32Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
And Max Planck, ..., sadly remarked that
“a new scientific truth does not triumph by convincing its opponents and making them see the light, but rather because its opponents eventually die, and a new generation grows up that is familiar with it”
... scientists, being only human, cannot always admit their errors, even when confronted with strick proof. I would argue, rather, that in these matters neither proof nor error is at issue. The transfer of allegience from paradigm to paradigm is a conversion experience that cannot be forced.
Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.
04/12/23 Transi 33Suwardjono
Bab 2 Penalaran (Reasoning)
Bila orang merasakan belajar sebagai kenikmatan, maka dia akhirya akan mengenyam kenikmatan ganda.