45
Bisnis Industri Media TV TELEKOMUNIKASI DAN MEDIA DI INDONESIA Amelia Day Pertemuan Ke-6 12 Oktober 2010

Telco & Media in Indonesia

  • Upload
    mila

  • View
    1.296

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Telco & Media in Indonesia

Bisnis Industri Media TV

TELEKOMUNIKASI DAN MEDIADI INDONESIA

Amelia DayPertemuan Ke-612 Oktober 2010

Page 2: Telco & Media in Indonesia

TECH UPDATE

Page 3: Telco & Media in Indonesia

Independent programmers can develop "channels" for Roku's box, meaning there is a large selection of material, but uneven quality.

The Roku box ($60, or up to $100 for versions with more jacks) is a larger, uglier plastic box.

October 7, 2010

Page 4: Telco & Media in Indonesia

The Apple TV works only with high-definition TV sets. The new, black Apple TV ($100) is a tiny shiny box, one inch tall. It comes ingeniously packaged with its gorgeous aluminum remote and its coiled, brickless black power cord enveloped in a tiny white four-inch cardboard box.

October 7, 2010

All the usual stupid restrictions apply. You have to finish watching within 24 hours of starting. You have to start within 30 days. Not all movies are available, and once they have appeared, they may disappear again for six to nine months during the “HBO window,” as the industry calls it.

Page 5: Telco & Media in Indonesia

Pay!

Page 6: Telco & Media in Indonesia

Two-way TV

It's Cisco's version of a technology that is called "telepresence"

Page 7: Telco & Media in Indonesia

Two-way TV

TV?

Page 8: Telco & Media in Indonesia

Two-way TV

TV?

Page 9: Telco & Media in Indonesia

Two-way TV

TV?

Page 10: Telco & Media in Indonesia

TV?

Two-way TV

Page 11: Telco & Media in Indonesia

Konvergensi

• Platform, Layanan, Alat Perangkat, Industri

• Scarcity v. Abundance

• Perubahan isi siaran

• Perubahan model bisnis dan perhitungan atas:– pemasukan (revenue) – penawaran (demand)

MINGGU LALU

Page 12: Telco & Media in Indonesia

MEDIA

Page 13: Telco & Media in Indonesia

Lansekap Media

Format- Cetak, Audio, Audio-visual- Harian, Mingguan, Bulanan, Buku, Film layar lebar,

Cakram padat (CD) musik, Radio, TV, Media sosial- Cetak, Terestrial, Kabel, Satelit, Internet

Pemasukan- iklan- subsidi pemerintah- iuran masyarakat- uang berlangganan- gratis

Page 14: Telco & Media in Indonesia

Lansekap Penyiaran

Format- LPP, LPS, LPB, LPK- Radio, TV- Terestrial, Kabel, Satelit, Internet

Pemasukan- iklan- subsidi pemerintah- iuran masyarakat- uang berlangganan- gratis

Page 15: Telco & Media in Indonesia

TELCO

Page 16: Telco & Media in Indonesia

Fixed Phone (cable to wireless)

Page 17: Telco & Media in Indonesia

Mobile Phone

Page 18: Telco & Media in Indonesia

Convergence

Page 19: Telco & Media in Indonesia

Lansekap Telekomunikasi

Format- 1G, 2G, 2.5G, 3G, 4G- Fixed, Wireless- Analog: NMT, AMPS, TACS- Digital: GSM, CDMA, dll

Pemasukan- pasca-bayar: uang berlangganan per bulan plus

perhitungan pemakaian pulsa/SMS- pra-bayar: “down payment” nomor baru plus

perhitungan pemakaian pulsa/SMS- RBT & “content” lain- layanan lain (contoh: T-cash dari Telkomsel)

Page 20: Telco & Media in Indonesia

Mobile telephony standards

Page 21: Telco & Media in Indonesia

Broadband Growth and Policies in OECD Countries

OECD Ministerial Meeting on the future of the internet economy

Seoul, Korea, 17-18 June 2008

Page 22: Telco & Media in Indonesia

Fiber Optics

CoaxialCable

Page 23: Telco & Media in Indonesia
Page 24: Telco & Media in Indonesia

Dimensi Media Hari Ini

Page 25: Telco & Media in Indonesia

Biaya Pembangunan InfrastrukturPer Kilomenter

Broadband Growth and Policies in OECD Countries

OECD Ministerial Meeting on the future of the internet economy

Seoul, Korea, 17-18 June 2008

Page 26: Telco & Media in Indonesia

Broadband Growth and Policies in OECD Countries

OECD Ministerial Meeting on the future of the internet economy

Seoul, Korea, 17-18 June 2008

Page 27: Telco & Media in Indonesia

Broadband Growth and Policies in OECD Countries

OECD Ministerial Meeting on the future of the internet economy

Seoul, Korea, 17-18 June 2008

Page 28: Telco & Media in Indonesia

DI MANA INDONESIA?

Page 29: Telco & Media in Indonesia
Page 30: Telco & Media in Indonesia

Kamis, 07/10/2010 17:45:05 WIB -- Mimpi Indonesia broadband, akankah terwujud? Oleh: Arif Pitoyo

Apabila melihat kebijakan broadband di negara lain, maka Indonesia masih beberapa langkah di belakang. Jangankan mewujudkan jaringan broadband sebagai fundamental ekonomi utama, akses ke pengguna rumah tangga pun masih sulit dilakukan.Selain mahal, kualitas jaringan dan tentu saja peran regulasi masih sangat lemah. Pada awalnya, Uni Eropa mendefinisikan broadband access adalah saluran akses pelanggan di mana kecepatan datanya adalah lebih dari 144 kbps. Namun saat ini, definisi broadband telah jauh berubah seiring dengan semakin terjangkaunya harga kabel serat optik untuk digelar hingga ke rumah-rumah. Inggris telah menetapkan kecepatan akses 40~50 Mbps untuk download dan 20 Mbps untuk upload di kawasan kota dan 2 Mbps per pengguna untuk program USO/telepon perdesaan akan dicapai pada 2012. Kebijakan pemerintah Inggris tersebut dikenal dengan nama “Digital Britain”. Selanjutnya, dalam National Plan of Action 2010, Finlandia menargetkan semua rumah penduduk, kantor-kantor pemerintah, dan perusahaan harus memiliki akses ke jaringan teknologi informasi dan komunikasi dengan kecepatan minimal 1 Mbps. Angka ini direncanakan akan ditingkatkan menjadi 100 Mbps pada 2015 pada setidaknya 99% rumah penduduk, perusahaan, dan kantor pemerintah. Sementara itu, pemerintah Jerman memilih langkah yang serupa dengan Finlandia. Dalam German Federal Government’s Broadband Strategy ditargetkan bahwa pada akhir 2010 seluruh Jerman harus terhubung ke jaringan dengan kecepatan akses 1 Mbps per user dan ditingkatkan menjadi 50 Mbps pada 2014 untuk minimal 75% rumah tangga.

Pada Oktober 2008, pemerintah Prancis meluncurkan kebijakan Digital France 2012, dengan program USO yang ditargetkan memiliki kecepatan lebih dari 512 kbps4. Namun pada saat ini, dengan digelarnya fiber optik hampir di seluruh Perancis, target tersebut sudah jauh terlampaui dan diubah targetnya menjadi 20 Mbps atau lebih. Sementara itu, pada 2001, Jepang meluncurkan kebijakan e-Japan dengan misi utama menjamin setiap warga negara Jepang untuk dapat mengambil manfaat dari teknologi informasi dan komunikasi. Strategi utamanya adalah membangun jaringan ultrabroadband dengan kecepatan akses 30-100 Mbps untuk rumah-tangga, kegiatan e-commerse, e-Gov, dan lembaga penelitian dan pendidikan. Per Maret 2009, penetrasi broadband di Jepang telah mencapai 98,8% atau sekitar 52 juta rumah tangga dan penetrasi ultra high speed broadband (fiber to the home/FTTH) telah mencapai 90,1% atau 47 juta rumah tangga. Dalam rangka mendorong pembangunan infrastruktur jaringan TIK, pada 1995 pemerintah Korsel meluncurkan kebijakan berjudul “Korea Information Infrastructure Initiative (KII:1995-2005)” yang meliputi pembangunan aneka infrastruktur jaringan broadband dan lembaga penelitian & pengembangan.

Dukungan finansial

Pemerintah Korsel memberikan dukungan finansial, perlakuan pajak yang berbeda, dan rekomendasi kredit bank kepada penyelenggara TIK yang ingin membangun jaringannya. Diawali pada 1999, pemerintah Korea memberi pinjaman sebesar US$77 juta, kemudian di 2000 sebesar US$77 juta ditambah US$70 juta untuk menjalankan strategi baru yang diberi nama IT839 and Broadband Convergence Network programs, dan pembiayaan pembangunan jaringan broadband perdesaan sebesar US$926 juta. Hingga 2005, China menduduki peringkat-2 dunia dalam hal jumlah pengguna Internet, satu tingkat di bawah Amerika Serikat. Namun demikian, pertumbuhan jaringan broadband China lebih cepat dibandingkan dengan negara AS. Menurut ZDNet Research 2006, pada kuartal I/2006, China menambah 3,7 juta saluran broadband, sedangkan AS 3,3-juta saluran. Pemerintah China telah meluncurkan proyek pembangunan national information infrastructure (NII) berupa jaringan backbone yang disebut “Golden Projects”. Yang dibangun pertama adalah jaringan backbone yang menghubungkan 15-kota utama di sepanjang pesisir timur China, termasuk Beijing, Shanghai, dan Guang Zhou. Selain itu, pemerintah China juga membangun fiber optik sampai ke desa-desa hingga 2000.

Negara tetangga Malaysia menargetkan hingga akhir 2010 akan dicapai penetrasi broadband ke rumah penduduk mencapai 50%. Pemerintah Malaysia pada Agustus 2006, melalui Kementerian Tenaga, Air, dan Komunikasi bersama MCMC (Malaysia Communication and Multimedia Commission) telah menerbitkan dokumen berjudul “National Broadband Plan: Enabling High Speed Broadband under MyICMS-886”. Bagaimana dengan Indonesia? Roadmap teknologi informasi dan komunikasi setidaknya 5 tahun ke depan pun belum ada, apalagi rencana yang matang mengenai pembangunan broadband yang terintegrasi pada seluruh sendi perekonomian nasional. Megaproyek Palapa Ring yang sebelumnya jadi harapan para pengguna telekomunikasi untuk menikmati layanan broadband yang mudah dan murah tak kunjung terlaksana hingga saat ini. Ego operator begitu kuat hingga untuk membangun di kawasan nonkomersial sangat banyak pertimbangannya.

Jaringan bersama

Saat ini, operator cenderung membangun jaringan broadband sendiri-sendiri, sehingga selain memiliki daya tawar rendah terhadap penyedia akses broadband di TIER-1, penumpukan akses yang hanya terbentuk di wilayah barat Indonesia tak dapat dihindari. Sebenarnya, hanya butuh ketegasan pemerintah saja. Proyek Palapa Ring yang terus berubah metode dan skemanya menimbulkan sikap apatis masyarakat pengguna telekomunikasi. Operator tak benar-benar memiliki niat untuk membangun jaringan broadband yang terintegrasi. Padahal, seusia dengan amanat dalam UU Telekomunikasi 1999, operator jaringan telekomunikasi yang sudah memiliki lisensi nasional harus menyediakan akses telekomunikasi ke seluruh penjuru Indonesia tanpa kecuali. Mungkin ada baiknya kebijakan jaringan broadband seperti yang dilakukan pada menara bersama, yaitu pengadaan dilakukan oleh setiap pemda dis eluruh Indonesia, dan operator hanya menyewa saja. Keuntungan yang didapat dari sistem tersebut adalah operator tak harus menyediakan capex, hanya opex yang tidak terlalu tinggi. Pemda juga bisa mendapatkan retribusi yang tidak kecil, selain tentunya bisa saja menumbuhkan operator lokal sendiri.(api)

Page 31: Telco & Media in Indonesia
Page 32: Telco & Media in Indonesia

Telco Revenue (by country, 2009)

Indonesia 49.565.800.000.000 Korea, South 38.809.000.000.000 Japan 19.567.300.000.000 Colombia 14.699.700.000.000 Iran 14.053.700.000.000 Venezuela 7.355.020.000.000 Zimbabwe 3.310.000.000.000 Lebanon 2.365.990.000.000 Mozambique 2.336.530.000.000 Azerbaijan 2.270.540.000.000

Paraguay 1.880.820.000.000Chile 1.667.910.000.000Madagascar 1.040.000.000.000Hungary 1.021.100.000.000Ghana 1.015.000.000.000Belarus 828.889.000.000Zambia 691.726.000.000India 688.000.000.000Uganda 642.311.000.000Russia 620.000.000.000China 579.897.000.000

www.nationmaster.com

HUGE MARKET

POOR INFRASTRUCTURE!!!

Page 33: Telco & Media in Indonesia

KEPEMILIKAN

MOBILE PHONE

PER POPULASI 100 ORANG

Page 34: Telco & Media in Indonesia

Indonesia

Population, total229,964,723 2009

Literacy rate, adult total (% of people ages 15 and above) 2006 92% 2004 90% 1990 82% 1980 67%

GDP (current US$)$540,277,000,000 2009

GNI per capita, Atlas method (current US$)2009 $2,230

(data of World Bank - 2009)

Page 35: Telco & Media in Indonesia

Indonesia (data of World

Bank)

http://data.worldbank.org/country/indonesia?display=default

Page 36: Telco & Media in Indonesia

Malaysia (data of World

Bank)

http://data.worldbank.org/country/malaysia?display=default

Page 37: Telco & Media in Indonesia

Average cost of local call 0.02 [135th of 151]Book production > Applied sciences 16 Time series [41st of 77]Book production > Literature 5 Time series [56th of 77]Book production > Religion, theology 17 Time series [45th of 73]Cinema attendance 190,000,000 [3rd of 78]Fax machines 0.29 per 1,000 people [87th of 103]Films produced 17 [35th of 50]Households with television 65.38 % Time series [34th of 160]Mobile phones 5.52 per 100 people [39th of 43]Newspaper circulation 4,713,230 [7th of 51]Newspapers 172 [8th of 67]Newspapers, periodicals > Circulation > Daily 4,782,000 Time series [13th of 90]Newspapers, periodicals > # of titles > Daily 396 Time series [5th of 106]Number of PCs 3,022 [32nd of 169]Phone subscribers 65.69 [131st of 178]Radio receivers 31,500,000 Time series [14th of 188]Radios 31,500,000 [14th of 221]Television broadcast stations 54 Time series [10th of 89]Television receivers 13,750,000 Time series [18th of 185]Televisions 13,750,000 [18th of 215]

http://www.nationmaster.com/country/id-indonesia/med-media

Page 38: Telco & Media in Indonesia

Average cost of local call 0.02 [141st of 151]Book production > Applied sciences 614 Time series [18th of 77]Book production > Literature 998 Time series [19th of 77]Book production > Religion, theology 547 Time series [9th of 73]Cinema attendance 336,000 [71st of 78]Fax machines 4 per 1,000 people [46th of 103]Films produced 22 [30th of 50]Households with television > % 88.91 % Time series [57th of 160]Mobile phone subscribers 19,545,000 Time series [21st of 198]Mobile phones 34.88 per 100 people [33rd of 43]Newspapers, periodicals > Circulation > Daily 2,191,000 Time series [22nd of 90]Newspapers, periodicals > # of titles > Daily 31 Time series [35th of 106]Number of PCs 4,900 [23rd of 169]Phone subscribers 509.92 [60th of 178]Radio receivers 9,100,000 Time series [34th of 188]Radios 10,900,000 [34th of 221]Television broadcast stations 88 Time series [7th of 89]Television receivers 3,600,000 Time series [41st of 185]Televisions 10,800,000 [20th of 215]Website defacements 118 [17th of 129]

http://www.nationmaster.com/country/id-indonesia/med-media

Page 39: Telco & Media in Indonesia

Perbandingannya…

• Newspapers, periodicals > Circulation > Daily– 4,782,000– [13th of 90]

• Mobile phones– 5.52 per 100 people– [39th of 43]

• Televisions– 13,750,000– [18th of 215]

• Households with television – 65.38 % – [34th of 160]

• Newspapers, periodicals > Circulation > Daily – 2,191,000 – [22nd of 90]

• Mobile phones– 34.88 per 100 people– [33rd of 43]

• Televisions– 10,800,000– [20th of 215]

• Households with television– 88.91 % – [57th of 160]

Page 40: Telco & Media in Indonesia

Konvergensi?

High-speed broadband access will drive equipment revenue in the next four years as governments throughout the world actively support broadband expansion. Broadband access spending will increase to $156.1 billion in 2009 from $57.6 billion in 2005, a 28.3 percent CAGR, the fastest growth of any category.However, that growth will come at the expense of dial-up, which TIA predicts will grow at only a 4.2 percent CAGR. Total Internet access spending will increase at an 18.3 percent CAGR to $221.6 billion in 2009. As the Internet market expands and online traffic grows, the infrastructure will also need to expand.

http://www.tiaonline.org/news_events/press_room/press_releases/2006/PR06-34.cfm

Page 41: Telco & Media in Indonesia

Perusahaan Efisien = Negara Efisien

vaughanmerlyn.com

Page 42: Telco & Media in Indonesia

All these data and pics are searchableand can be copied by quoting the sources

in a fast & easy way on the internet

which is supported by BROADBAND INFRASTRUCTURE

Page 43: Telco & Media in Indonesia

Bibliografi

Worldbank.orgNationmaster.comEric von Hippel, Democratizing innovation, MIT Press, 2005Lee Artz, Yahya R. Kamalipour, The media globe: trends in

international mass media, Rowman & Littlefield, 2007Mark Boris Nicola Hansen, New philosophy for new media, MIT

Press, 2004Ron Schneiderman, The mobile technology question and answer

book, AMACOM Div American Mgmt Assn, 2002Steve Curran, Convergence design: creating the user experience

for interactive television, Rockport Publishers, 2003Yochai Benkler, The wealth of networks: how social production

transforms markets and freedom, self-published, 2006

Page 44: Telco & Media in Indonesia

UTSopen handoutquestions: 5

answers: essays(@20 points)

Page 45: Telco & Media in Indonesia

Pertemuan Ke-8

2 November 2010Corporate Actions & Cases:

Mergers & Acquisition of Global/Local Media