17
UJIAN TENGAH SEMESTER FILSAFAT ILMU Dosen : Rochiati Wiriatmadja, Prof. DR., MA. Filsafat Ilmu October 25, 2013 Mahasiswa : Arif Partono Prasetio NPM : 1303193 Universitas Pendidikan Indonesia Program Doktor Ilmu Manajemen 2013

Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif Partono

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Filsafat Ilmu mengenai beberapa konsep filsafat Barat

Citation preview

Page 1: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

UJIAN TENGAH SEMESTER FILSAFAT ILMU

Dosen : Rochiati Wiriatmadja, Prof. DR., MA.

Filsafat Ilmu

October 25, 2013

Mahasiswa : Arif Partono Prasetio

NPM : 1303193

Universitas Pendidikan Indonesia

Program Doktor Ilmu Manajemen

2013

Page 2: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

2

Daftar Isi

1 Penjelasan Konsep........................................................................................................... 3

1.1 Revolusi Copernican ................................................................................................ 3

1.2 Cogito Ergo Sum ...................................................................................................... 3

1.3 Materialisme Dialektis ............................................................................................. 4

1.4 Kritik atas rasio murni ............................................................................................. 5

1.5 Aksiologi ilmu pengetahuan .................................................................................... 5

2 Filsafat Rene DesCartes .................................................................................................. 6

2.1 Pandangan Rene DesCartes tentang kebenaran ....................................................... 6

2.2 Maksud konsep clearly and distinctly ..................................................................... 6

2.3 Jelaskan epistemologi untuk sains Cartesian Newtonian......................................... 7

3 Ideologi Marxisme .......................................................................................................... 9

3.1 Teori konflik Karl Marx. Digunakan untuk analisis apa dan bagaimana solusinya 9

3.2 Analisis terhadap teori nilai kerja dan teori surplus dari Marx .............................. 11

3.3 Pengaruh Marx terhadap filsafat kemudian dan berikan contoh ........................... 12

4 Filsafat Imanuel Kant .................................................................................................... 13

4.1 Apa yang dimaksud dengan Verstand dan Vernunft .............................................. 13

4.2 Sintesis Kant terhadap Rasionalisme dan Empirisme ............................................ 13

4.3 Contoh yang menguatkan pandangan Kant bahwa peran akal/rasio tetap besar

disamping pengalaman dan akal budi atau nurani ............................................................ 14

5 Penutup .......................................................................................................................... 15

6 Daftar Pustaka ............................................................................................................... 16

Index ..................................................................................................................................... 17

Page 3: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

3

1 Penjelasan Konsep

1.1 Revolusi Copernican

Revolusi Copernicus adalah kesadaran yang muncul pada akhir abad ke 16 bahwa

Bumi bukan merupakan pusat alam semesta. Teori Copernicus ini mengubah pandangan

mengenai alam semesta yang dikemukakan oleh Claudius Ptolemy (Ptolemaic System).

Pandangan Ptolemy yang sudah dianggap benar selama 13 abad mengatakan bahwa bumi

adalah pusat alam semesta. Copernicus, seorang Polandia mengemukakan model

Heliocentris dari sistem tata surya (Kuhn, 1957). Teori ini mengatakan bahwa matahari lah

yang menjadi pusat tata surya, sedangkan bumi mengelilingi matahari. Copernicus

mengatakan bahwa bumi berputar pada porosnya, dan bersama planet lain mengelilingi

matahari. Hanya bulan saja yang berputar mengelilingi bumi. Teori ini pada kenyataanya

mampu menjelaskan perubahan iklim dan musim. Keberanian Copernicus untuk mengamati

dan berpikir berbeda dari orang lain dapat menjadi falsafah penting bagi kita sebagai

mahasiswa, Pascasarjana khususnya dalam menyikapi suatu fakta, kondisi, keadaan, dan

fenomena yang terjadi di masa kini. Pada jaman yang serba Me Too (serba mengikuti arus),

kemampuan dan keberanian berpikir lebih maju dapat menjadi salah satu keunggulan

bersaing seorang individu.

1.2 Cogito Ergo Sum

Salah satu kalimat terkenal yang pernah disampaikan oleh Rene Descartes, Filsuf

Perancis abad ke 17 yang berarti saya berpikir, maka saya ada Hamlyn, 1987:136). Kalimat

tersebut pertama kali disampaikan dalam karyanya Discourse on Method (1637) dengan

menggunakan Bahasa Perancis - je pense, donc je suis. Sedangkan Cogito Ergo Sum sendiri

digunakan di dalam karyanya Principles of Philosophy (1644).

Kalimat ini merupakan perwujudan atau pembuktian dirinya bahwa melalui berpikir,

maka keberadaannya sebagai mahluk berpikir diakui. Hatfield (2003:32) menyatakan

bahwa istilah ‘cogito’ ini merupakan karya Descartes yang menerima banyak perhatian.

Istilah ‘Cogito’ dapat diartikan bahwa pikiran dan raga berbeda. Suatu bukti keberadaan

Tuhan, dan suatu pernyataan bahwa persepsi yang jelas mengenai alasan adalah kebenaran.

Pandangan Descartes ini menjadi elemen dasar bagi pemikiran filsafat Barat karena

dianggap sebagai dasar dari semua pengetahuan.

Page 4: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

4

1.3 Materialisme Dialektis

Materialisme dialektis merupakan cara untuk memahami kenyataan yang melihat

adanya masalah sebagai penyebab perubahan, dan semua perubahan adalah hasil dari

konflik yang berkesinambungan antara pihak/hal yang saling berlawanan yang muncul

secara inheren pada setiap kejadian, gagasan, dan gerakan. Konsep ini merupakan

perpaduan antara dialektika dan materialisme, yang akhirnya menjadi dasar bagi teori

Marxisme. Dialektika adalah konsep yang menjelaskan adanya duplikasi pada setiap

pemikiran, positif dan negatif, ya dan tidak, serta perpaduan dari perbedaan itu (Lefebvre,

2009:68). Menurut Adoratsky (1977:22-23), dialektika Hegel berarti kemajuan suatu

pemikiran melalui suatu kontradiksi. Sedangkan materialisme memandang hanya materi

saja yag nyata (Hadiwijono, 2011:121). Di dalam kehidupan satu-satunya yang nyata

adalah adanya masyarakat. Ide dan pemikiran haya merupakan perwujudan dari yang nyata.

Oleh karenay jika ingin memahami ide dan pemikiran, atau hal-hal yang menyebabkan

terjadinya sesuatu dalam kehidupan masyarakat, haruslah dicari melalu landasan

materialisme hidup kemasyarakatan (cara berproduksi).

Konsep ini kadang dikatakan sebagai rangkaian dari Marxisme yang dikembangkan

oleh Marx dan Engels, dan didasarkan pada dialektika Hegel, tesis-antitesis-sintesis. Akan

tetapi, jika Hegel menggunakan dialektika-nya untuk memahami pemikiran atau gagasan

(Spirit), konsep dialektika dari Marx dan Engels ini diarahkan pada dunia fisik. Adoratsky

(1977:22) bahkan menyatakan bahwa dasar dari Marxisme adalah Materialisme Dialektis.

Lebih lanjut, Adoratsky juga mengatakan bahwa Materialisme Dialektis adalah suatu

gerakan dan perkembangan yang disebabkan oleh konflik kontradiksi yang terjadi di

seluruh alam semesta, baik di alam maupun di dalam masyarakat, dan tercermin pada

pemikiran manusia (1977:23). Materialisme Dialektis ini menjadi dasar filosofi dan metode

revolusioner dari Marxisme – Leninisme, dan tidak terbatas pada teori saja tetapi juga

dalam praktek revolusi.

Beberapa ahli mengatakan bahwa konsep materialisme dialektika ini adalah

pandangan Karl Marx terhadap teori ekonomi. Teori yang menyatakan bahwa kemajuan

suatu ekonomi terjadi melalui berbagai sistem ekonomi dan proses yang berulang dimana

pada setiap sistem ekonomi tersebut mengalami perubahan.

Page 5: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

5

1.4 Kritik atas rasio murni

Kritik atas rasio murni adalah seri pertama karya Imanuel Kant dari tiga kritik yang

diterbitkan. Melalui “Kritik atas Rasio Murni” ini Kant menjelaskan bahwa ciri

pengetahuan bersifat umum, mutlak, dan memberi pengertian baru. Imanuel Kant

menjelaskan apa yang dimaksud dengan kritik adalah bukan kritik terhadap suatu tulisan,

buku, atau sistem, tetapi kritik terhadap kemampuan rasio secara umum, khususnya dalam

mempelajari pengetahuan tanpa bantuan pengalaman (Meiklejohn, 2013:5).

Pandangan kritis Kant ini merupakan upayanya untuk memadukan konsep

Rasionalisme dan Empirisme. Rasionalisme yang diprakarsai oleh Descartes mengandung

pengertian unsur apriori dalam pengenalan. Individu melakukan pemikiran selanjutnya

akan mendapatkan hikmah pengetahuan. Sedangkan Empirisme, yang diusung oleh John

Locke, mengutamakan unsur aposteriori, yang berarti unsur-unsur yang bersumber dari

pengalaman (Bertens, 1975:60). Empirisme John Locke mengatakan bahwa pikiran

manusia tersebut seperti kertas putih, yang masih kosong, dan pengetahuan akan terisi

ketika individu mengalami kejadian atau peristiwa di dalam kehidupannya. Kant

berpendapat bahwa masing-masing pandangan tersebut berat sebelah. Sehingga dia

menjelaskan pengetahuan manusia (pengenalan) itu merupakan perpaduan (sintesa) dari

apriori (rasio) dan aposteriori (pengalaman).

1.5 Aksiologi ilmu pengetahuan

Aksiologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, axios, yang berarti sesuai atau wajar

dan logos yang berarti ilmu. Aksiologi adalah filsafat mengenai nilai etika dan

estetika.Istilah ini digunakan pertama kali oleh Paul Lapie. Aspek etika meneliti mengenai

konsep baik dan benar dalam diri individu dan sosial. Estetika mempelajari konsep harmoni

dan keindahan. Aksiologi juga dapat dikaitkan dengan kegunaan dari pengetahuan yang

dipelajari. Aksiologi terbagi tiga bagian, aturan moral, estetika, dan kehidupan

politik/sosial.

Penulis menyimpulkan bahwa aksiologi terkait dengan pengetahuan adalah nilai-

nilai yang dimiliki oleh suatu ilmu khususnya ketika digunakan. Nilai tersebut menjadi

dasar pertimbangan manusia untuk melakukan evaluasi. Dalam mempejari suatu ilmu,

manusia selalu mempertimbangkan sisi positif yang bisa dihasilkan dari kegiatan

pembelajarannya.

Page 6: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

6

2 Filsafat Rene DesCartes

2.1 Pandangan Rene DesCartes tentang kebenaran

Rene Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern (Hadiwijono, 2011:18).

Terkait kebenaran, Descartes mengemukakan beberapa pendapatnya. Intisari dari pendapat

itu menyatakan bahwa Descartes tidak menganggap sesuatu sebagai kebenaran tanpa

ditelaah terlebih dahulu. Salah satu kalimat yang menyatakan hal demikian adalah ‘I

learned to entertain too decided a belief in regard to nothing of the truth of which I had

been persuaded merely by example and custom.’ Descartes tidak mengakui kebenaran

hanya dengan contoh dan kebiasaan (Project Gutenberg, 1994:8).

Descartes menyarankan, sebagai individu, manusia harus bersedia melakukan

pemikiran kritis terhadap suatu pandangan yang sudah diakui kebenaranya. Kesanksian

terhadap suatu pandangan ini bukan berarti merendahkan atau menentang, akan tetapi hal

tersebut dilakukan untuk meyakinkan bahwa kebenaran yang ada memang benar.

Kebenaran bukan sesuatu yang mutlak. Manusia tidak seharusnya menerima sesuatu yang

dianggap benar secara harafiah. Jika muncul keraguan, tidak ada salahnya untuk ditelaah

lebih lanjut. Pandangan ini diperkuat dengan tulisan Hamlyn (1987:136) yang menyatakan

bahwa The Discourse on Method memiliki empat panduan; (1) tidak menerima suatu

kebenaran yang tidak diketahui secara jelas apakah memang sudah benar; (2) membagi

suatu masalah/kesulitan yang akan ditelaah menjadi bagian kecil sebanyak mungkin; (3)

mengawali pembahasan dari bagian yang sederhana untuk kemudian secara bertahap

meningkat ke yang kompleks; (4) melakukan pembahasan secara teliti dan luas.

Konsep mengenai kebenaran ini dapat dikaitkan dengan dunia akademik khususnya

ketika seorang mahasiswa hendak melakukan riset. Meski pada dasarnya beberapa riset

telah memiliki hipotesis, akan tetapi hipotesis tersebut harus diuji untuk membuktikan

kebenarannya. Pada jaman sekarang ketika kebenaran dapat direkayasa, menurut penulis

pandangan Descartes ini sangat tepat jika digunakan dalam mengkaji fenomena-fenomena

yang terjadi dalam dunia nyata. Tidak ada kebenaran yag absolut.

2.2 Maksud konsep clearly and distinctly

Clear and distinction dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan jelas dan khas

(terpilah-pilah). Kejelasan dan kekhasan ini oleh Descartes dikaitkan dengan sudut

pandangnya mengenai kebenaran. Konsep ini dapat diartikan sebagai ‘tanpa keraguan’.

Page 7: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

7

Ketika Descartes meragukan suatu kebenaran, maka dia akan melakukan telaahan yang

mendalam sehingga akhirnya diketahui bahwa kebenaran tersebut terbukti. Dengan

melakukan pemikiran dan telaahan sendiri, Descartes menilai kebenaran tersebut dapat

dipertanggung jawabkan dan dapat diyakini tanpa keraguan. Hadiwijono (2011:19)

mengatakan yang harus dipandang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah.

Pernyataan ini dapat diartikan suatu gagasan atau pendapat seharusnya dapat dibedakan

(dipilah) secara jelas dari gagasan atau pendapat yang lain.

Hartfield (2003:45) mengatakan bahwa Descartes juga menggunakan ide clear and

distinct ini untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Pencarian Tuhan yang dilakukannya

membawa dia kepada keyakinan bahwa Tuhan ada. Penulis mengasumsikan bahwa aliran

Rasionalisme Descartes ini mencari suatu bentuk kebenaran yang pasti. Jika dirasakan

belum, maka akan timbul pertanyaan kembali. Meski nampak unik, akan tetapi konsepsi ini

sangat diperlukan untuk mempelajari dasar-dasar pengetahuan. Setelah membaca beberapa

literatur, bahkan terjemahan dari The Discourse on the Method, penulis juga masih tidak

memperoleh jawaban yang jelas dan pasti mengenai konsepsi ini.

Untuk memudahkan pemahaman mengenai konsepsi clear and distinctly, penulis

mencoba menjabarkannya sebagai berikut; (1) sesuatu dianggap jelas ketika kita selalu

memperhatikannya, sebagai contoh adalah munculnya keinginan untuk melakukan sesuatu,

atau perasaan tertarik terhadap salah seorang rekan kerja; (2) Sesuatu dianggap memiliki

kekhasan (distinct) jika seseorang tidak dapat atau tidak mudah mengalami kerancuan

ketika mempelajari atau melihatnya. Sebagai ilustrasi ketika kita mengalami masuk angin

(terasa dan dapat terlihat bahwa kita demam), akan tetapi hal tersebut masih samar karena

kita tidak yakin bagian mana yang sakit. Suatu gagasan dapat bersifat harus jelas meski

pemahamannya sulit. Akan tetapi agar bisa dipahami (distinct) suatu gagasan harus

dinyatakan secara jelas (clear).

2.3 Jelaskan epistemologi untuk sains Cartesian Newtonian

Kata Epistemologi, berasal dari bahasa Yunani episteme berarti pengetahuan dan

logos berarti kata/pembicaraan/ilmu. Epistemologi merupakan bagian dari ilmu filsafat

yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter, dan jenis pengetahuan. Defeinisi pengetahuan,

bagaimana karakteristiknya, serta kaitannya dengan kebenaran sering menjadi perdebatan.

Dapat dikatakan bahwa epistemologi adalah Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan

hakikat dari ilmu pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui berbagai

Page 8: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

8

metode; induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis, empirisme,

dan metode dialektika.

Cartesian-Newton adalah pandangan dari Descartes dan Newton yang menjadi dasar

perkembangan metodologi pengetahuan modern. Pandangan tersebut menyatukan

rasionalisme Descartes dengan konsep mekanistik Newton. Kedua tokoh ini menyatakan

bahwa peradaban modern dibangun dengan dasar ontologi, kosmologi, epistemologi, dan

metodologi. Descartes dikenal sebagai pemrakarsa dasar filsafat mekanistik. Sedangkan

Newton memadukan rasionalisme Descartes dengan emipirisme. Karya Newton

mendukung pandangan Descartes.

Untuk memahami Cartesian-Newtonia biasanya digunakan 6 asumsi dasar ;

- Subyektivisme-Antroposentri. Didasarkan pandangan bahwa manusia sebagai pusat

dunia. Cogito Ergo Sum merupakan bentuk kesadaran diri.

- Dualisme. Asumsi ini membagi realitas menjadi subyek dan obyek (manusia dan

alam). Manusia sebagai subjek lebih superior dibandingkan obyek. Hal ini

terwujudkan pada kondisi terkini ketika alam menjadi rusak karena ulah (sebagian)

manusia. Alam menjadi objek yang dikelola untuk kehidupan tanpa diperhatikan

kelangsungannya.

- Mekanistik-Deterministik. Asumsi kosmologis yang menyatakan bahwa alam

adalah sebuah mesin yang tidak bernyawa atau statis. Sekalilagi asumsi ini

menegaskan mengapa manusia berperilaku seperti sekarang. Keruakan lingkungan

dianggap bukan menjadi masalah. Karena alam tidak bersifat mahluk hidup.

Manusia berpendapat bahwa alam dapat diperlakukan sesuai keinginan mereka.

- Reduksionisme-Atomisme. Asumsi ini melanjutkan asumsi sebelumnya, bahwa

alam adalah sesuatu yang hampa, tidak hidup, tidak memiliki nilai, etika, dan

estetika.

- Instrumentalisme. Asumsi ini sudah mengarah pada ilmu modern. Cara verpikir

instrumentalistik, yaitu mengukur kebenaran pengetahuan dari sejauhmana

pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kepentingan manusia.

- Materialisme-Saintisme. Asumsi ini didasarkan pada pandangan bahwa alam adalah

sebuah mesin.

Rangkuman dari penjelasan di atas adalah manusia menjadi pusat kehidupan sehingga

berhak mengeksplorasi untuk kepentingannnya. Jika dikaitkan dengan ilmu pengetahuan

Page 9: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

9

dan dilihat dari sisi positif, penulis mengasumsikan bawah padangan Cartesian-Newtonian

ini merupakan dasar bagi terbentuknya pemikiran keilmuan (sains). Segala seuatu dan

kejadian yang terjadi di alam/dunia dapat ditelusuri dengan menggunakan pendekatan

keilmuan.

Akan tetapi ketika ditinjau dari sisi pemanfaatan alam, nampaknya pendekatan ini

sudah tidak sesuai. Pemanfaat alam yang semakin meningkat menyebabkan keseimbangan

lingkungan terganggu. Jika pendekatan ini terus digunakan, dampak yang lebih buruk akan

dialami penerus kita (Setiawan, 2010). Oleh karena itu muncul pandangan untuk

menggantikan Cartesian Newtonian, yaitu holisme ekologis, yang menganggap bahwa

manusia dan alam bukan entits terpisah tetapi saling terkait. Jika Descartes memiliki

pandangan Cogito Ergo Sum, maka holisme ekologis berpandangan Respondeo Ergo Sum

(Saya bertanggung jawab, maka saya ada).

3 Ideologi Marxisme

3.1 Teori konflik Karl Marx. Digunakan untuk analisis apa dan bagaimana solusinya

Konflik teori dari Karl Marx menganalisis suatu interaksi sosial melalui sebuah

konflik. Manusia selalu terlibat konflik pada kehidupannya, baik itu untuk mendapatkan

kekuasaan atau untuk tujuan lainnya. Karl Marx mempelajari teori konflik dari sudut

pertentangan yang terjadi antar kelas. Menurut Karl Marx, sejalan dengan kemajuan

industri, maka jurang antara struktur kelas makin lebar. Perbedaan kelas sosial merupakan

sumber konflik.

Karl Marx menggunakan teori konflik ini untuk menjelaskan interaksi antara tuan dan

budaknya, antara yang memiliki kekayaan dan yang tidak, antara kapitalis dan pekerja.

Konflik terjadi karena yang kaya (kapitalis) melakukan eksplotasi kepada yang tidak punya

(pekerja). Bentuk eksploitasi itu di anataranya adalah upah yang lebih rendah dari nilai

yang dihasilkan (Ritzer, 2007:663). Oleh karenanya kaum pekerja senantiasa termotivasi

untuk menolak eksploitasi kapitalisme. Kondisi berdampak selalu terjadinya antagonisme

antara pekerja dan kapitalis. Dibawa ke kondisi saat ini, biasanya perbedaan pandangan ini

sering terjadi antara buruh dan pengusaha. Pertentangan atau perjuangan kelas ini menjadi

dasar dari kapitalisme dan akar perjuangan atau pertentangan di dalamnya.

Menurut Marx, kaum borjuis (kapitalis, pemilik modal) selalu berusaha

Page 10: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

10

mengembangkan masyarakat kapitalis melalui pengembangan metode produksi yagn maju.

Kaum pekerja membantu kapitalis dalam mewujudkan usahanya, akan tetapi merasa tidak

mendapat imbalan yang seimbang. Mereka hanya menerima imbalan yang pas-pasan

sehingga sulit mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. Konsepsi inilah yang nanti

menjadi dasar pengembangan teori nilai surplus. Kaum kapitalis memperoleh hasil dari

selisih antara yang dihasilkan pekerja dengan upah yang dibayarkan. Kaum kapitalis

memiliki kontrol sosial terhadap yang lemah. Pada dasarnya teori konflik yang

dikemukakan oleh Marx adalah kondisi ketika satu kelompok ingin mengubah sesuatu

sedangkan yang lain ingin mempertahankannya.

Untuk mengatasi pertentangan antara kaum kapitalis dan pekerja, penulis kembali

kepada dialektika Hegel, tesis-antitesis-sintesis. Tesisnya adalah terjadi pertentangan antara

kapitalis dan pekerja mengenai distribusi kemakmuran. Antitesisnya adalah kapitalis harus

dihapuskan agar distribusi kemakmuran lebih merata. Sedangkan tesisnya adalah baik

kapitalis maupun pekerja dapat berjalan beriringan dengan memperbaiki sudut pandang

masing-masing. Pada dasarnya pekerja dan kapitalis (pengusaha) saling membutuhkan.

Hanya, terkadang persepsi mengenai kelompok lain yang menyebabkan timbulnya

ketidaknyamanan yang berujung pada konflik. Di samping memperbaiki kualitas hubungan

antara kedua sisi tersebut, diperlukan juga campur tangan pemerintah (negara) yang

mengatur hubungan industrial. Saat ini interaksi antara pekerja-pengusaha-pemerintah

sudah dapat difasilitasi. Sesuatu hal yang pda jaman Marx mungkin belum terakomodasi.

Beberapa tahun yang lalu, muncul konsepsi Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut penulis pandangan ini juga dapat menjadi faktor yang positif dalam

meminimalkan potensi konflik antar kelas (antar pihak yang berkepentingan). Konsep CSR

tersebut sudah diimplementasikan oleh berbagai perusahaan, baik yang ditujukan untuk

karyawannya, lingkungan sekitar (masyarakat, atau kepada mitra kerja. Contoh untuk hal

ini sangat mudah ditemui ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri, ketika perusahaan sibuk

menyiapkan alat transportasi untuk membantu karyawan dan mitranya kembali ke daerah

asal. Di perusahaan dimana penulis bekerja beberapa waktu lalu, pihak manajemen

menyisihkan dana untuk biaya pendidikan karyawan dan atau keluarganya.

Penyelesaian atau upaya meminimalkan konflik sangat tergantung dari pihak yang

terlibat. Seberapapun besarnya konflik, jika masing-masing pihak dapat menurunkan

tuntutannya dan akhirnya bisa menemukan titik tengah, maka potensi kerugian yang akan

Page 11: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

11

dialami dapat diminimalkan. Jika melihat kondisi ekonomi Amerika saat ini, kita dapat

katakan ternyata kapitalisme murni yang coba diterapkan pada akhirnya menemui

kegagalan. Kerakusan untuk senantiasa memperoleh hasil dengan upaya yang terkadang

tidak manusiawi akan menemui kegagalan. Kembali pada tahun 1990, Uni Sovyet yang

berusaha mempertahankan sosialisme pada akhirnya mengalami kemunduran, bahkan

negara tersebut sudah bubar. Kedua contoh ini dapat menjadi masukan, bahwa segala

sesuatu jika dilaksanakan secara ekstrem sering menemui hambatan. Dalam kehidupan,

manusia sering harus dihadapkan untuk mengambil jalan tengah yang saling

menguntungkan.

3.2 Analisis terhadap teori nilai kerja dan teori surplus dari Marx

Teori nilai kerja dari Karl Marx berpendapat bahwa laba atau hasil yang didapat oleh

kapitalis atas eksploitasi yang dilakukan terhadap kaum pekerja. Nilai komoditas hanya

terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut.

Sedangkan nilai surplus adalah hasil yang diperoleh kapitalis yang diinvestasikan kembali.

Kapitalisme dapat berkembang karena upaya eksploitasi yang dilakukan terhadap

tenaga kerja. Pekerja mengerahkan tenaga, kemampuan, pikiran, dan waktunya untuk

menghasikan produk/jasa. Hasil tersebut selanjutnya diperdagangkan oleh kapitlis.

Keuntungan yang didapat dari perdagangan tersebut (nilai surplus) adalah karena pemilik

modal membayar tenaga kerja lebih rendah dari nilai yang dihasilkan (nilai yang dihasilkan

pekerja lebih besar dari nilai pasar). Pemilik modal berhak untuk menerima hasli lebih

tersebut karena memiliki alat-alat produksi atau modal. Sedangkan tenaga kerja, hanya

mendapatkan hasil yang memadai. Sehingga sulit untuk beralih tingkat kehidupan.

Dengan hasil yang diperoleh, pemilik modal dapat lebih mengembangkan usahanya

lagi, dan pekerja kembali menjadi objek untuk senantiasa memproduksi dan

mereproduksikan kapitalisme melalui pekerjaan yang mereka lakukan. Kondisi ini disatu

pihak menyebabkan terjadinya penimbunan modal, sedangkan di pihak lain mengalami

penyusutan sumberdaya. Dengan semakin berkembangnya teknologi produksi, nilai tenaga

kerja semakin murah, upah semakin berkurang dan tidak berbanding lurus dengan biaya

hidup. Keadaan ini menyebabkan perbedaan antara yang kaya dan miskin semakin nyata

(Hadiwijono, 2011:123).

Konsepsi eksploitasi yang berpunya terhadap yag berkekurangan inilah yang menjadi

Page 12: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

12

dasar Marx untuk menjelaskan kerangka bahwa sebagian kecil orang yang memonopoli

kepemilikan alat produksi. Sedangkan bagian sisanya bekerja/berproduksi untuk

menghasilkan nilai surplus bagi pemilik modal. Kondisi ketergantungan ini semakin

meningkat karena pekerja (atau orang yang tidak memiliki modal) pada akhirnya sulit

bersaing dengan yang menguasai alat produksi. Pekerja tidak punya pilihan lain kecuali

bekerja untuk pemodal, dan mereka bekerja semakin keras karena adanya ‘ancaman’

golongan pengangguran yang siap menggantikan mereka jika tidak produktif.

3.3 Pengaruh Marx terhadap filsafat kemudian dan berikan contoh

Salah satu yang utama adalah pengaruh konsepsi teori konflik Marx terhadap Weber.

Meski tidak menyerupai pandangan Marx, akan tetapi Weber dapat dikatakan

mengggunakan dasar konsepsi Marx. Weber akhirnya mengembangkan konsepsi teori

konflik sendiri yang berbeda dari pandangan Marx.

Pengaruh Marx yang besar, meski saat ini sudah bisa dikatakan hilang adalah terhadap

Lenin. Marxisme Leninisme menjadi dasar bagi pengembangan sosialisme dan komunisme

di Uni Sovyet. Louis Althusser juga merupakan pemikir yang dipengaruhi oleh pandangan

Marx. Althusser menekankan pada aspek sejarah dan keilmuan dari dialektika materialisme

(Hamlyn, 1987:271). Herbert Marcuse, serta kelompok Aliran Frankfurt menganalisis

pemikiran Karl Marx didasarkan pada aspek pandangan Hegel (Hegelian).

Dikaitkan dengan kondisi terkini, konflik antar kelas yang dikemukakan oleh Marx,

saat ini masih berlanjut. Pekerja dan pengusaha, negara kaya dan miskin, kelompok

berpunya dengan yang tidak, adalah pihak-pihak yang ‘mempraktekkan’ teori konflik dan

perbedaan kelas (kelompok). Di dunia bisnis politik pun pandangan Marx masih

diimplementasikan. Setelah menguasai aspek bisnis, orang yang memiliki alat produksi

(modal) kemudian masuk ke ranah politik. Tidak cukup dengan menguasai alat produksi,

individu tertentu bahkan ingin menguasai pemerintahan. Pada akhirnya penguasaan absolut

tersebut akan memudahkan dirinya untuk lebih maju. Sedangkan pihak yang tidak memiliki

akses kesana, akan terkalahkan. Munculnya kekuatan perusahaan swasta merupakan

pembuktian bahwa kapitalisme masih berlaku. Karl Marx juga berpengaruh terhadap

pemikir masa kini dengan pandangannya untuk selalu mengkaitkan konsep dengan

pengalaman nyata.

Page 13: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

13

4 Filsafat Imanuel Kant

4.1 Apa yang dimaksud dengan Verstand dan Vernunft

Verstand adalah akal budi. Tugas atau fungsi akal budi adalah menciptakan tatanan

antara data inderawi (Bertens, 1975:61). Pengenalan akal budi merupakan sintesa antara

bentuk dan materi. Materi adalah data inderawi dan bentuk adalah apriori yang terdapat

pada akal budi. Bentuk apriori ini disebut dengan kategori. Contoh kategori antara lain

substansial dan kausalitas. Misalnya jika kita berpendapat bahwa kejadian A menyebabkan

kejadian B. Sah atau kebenaran akan hal tersebut tidak langsung bersumber pada realitas.

Akan tetapi karena kita harus berpikir mengenai hubungan antara A dan B berdasarkan

kategori kausalitas (sebab-akibat).

Sedangkan Vernunft, adalah rasio. Suatu kemampuan untuk memahami pengertian-

pengertian murni dan mutlak karena rasio memasukkan pengetahuan khusus ke dalam

pengetahuan yang bersifat umum. Tugas rasio adalah menarik kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan pada tingkat di bawahnya yakni akal budi (verstand) dan tingkat pengalaman

inderawi(senneswahnehmung). Rasio menggabungkan keputusan untuk akhirnya

membentuk argumentasi.

4.2 Sintesis Kant terhadap Rasionalisme dan Empirisme

Melalui karyanya, The Critique of Pure Reason, Imanuel Kant berusaha menengahi

perbedaan konsep antara Rasionalisme (Descartes) dengan Empirisme (John Locke).

Sintesa Imanuel Kant mengenai kedua konsep tersebut adalah pandangan Descartes

(Rasionalisme) sebagai tesis. Konsep ini memandang bahwa pengetahuan manusia

dihasilkan sejak dia dilahirkan dan diperoleh dari dalam dirinya. Kemudian, John Locke

dan Hume menyanggah pandangan Descartes dengan mengatakan bahwa pengetahuan

manusia diperoleh dari pengalaman (bukan dari lahir atau dari dalam dirinya saja).

Pandangan Empirisme ini adalah antitesis dari Aliran Rasionalisme. Selanjutnya, Imanuel

Kant yang melihat bahwa kedua aliran tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan

kekurangan, memadukan keduanya dengan mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu

diperoleh dari rasio dan dari pengalaman. Konsepsi Kant ini menjadi sintesis mengenai

pandangan asal mula pengetahuan manusia.

Page 14: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

14

4.3 Contoh yang menguatkan pandangan Kant bahwa peran akal/rasio tetap besar disamping pengalaman dan akal budi atau nurani

Manusia, mendapat karunia dari Tuhan sehingga mampu berpikir (rasio), mampu

merenung dan menimbang (hati nurani), serta melihat sesuatu yang ada di luar dirinya,

untuk kemudian menyerapnya menjadi bagian dari pengalaman hidup secara keseluruhan.

Di sepanjang kehidupannya, proses internalisasi pengetahuan ini berjalan kontinyu dan

semakin hari seharusnya manusia semakin kaya akan pengetahuan (pengalaman, hati

nurani, dan rasio). Di dalam praktek kehidupan keseharian, hal-hal ini terwujudkan dalam

setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

Setiap mengambil keputusan, manusia akan menggunakan kemampuannya tersebut.

Penulis menggunakan contoh kejadian yang sering terjadi di sekitar lampu merah di Kota

Bandung. Ketika penulis melihat seorang peminta-minta, secara refleks teringat dengan

pelajaran yang pernah diperoleh ketika kecil, bahwa peminta-minta adalah orang yang

membutuhkan perhatian dan perlu dikasihani. Hati nurani penulis, yang mungkin juga

dibentuk oleh ajaran-ajaran agama yang selama ini ditekuni mengatakan bahwa jika kita

tidak memberikan sumbangan bagi peminta-minta tersebut, nasib mereka akan lebih buruk.

Di samping itu, kita sebagai orang yang berkecukupan, akan merasa berdosa karena tidak

peduli dengan fakir miskin (hati nurani, agama). Jika hanya didasarkan pada kedua

pemahaman itu saja, kemungkinan penulis akan memberikan sedekah kepada peminta-

minta itu. Akan tetapi karena, didasarkan pada rasio yang dimiliki, peminta-minta tersebut

ternyata masih cukup sehat untuk bekerja yang lain. Dengan pemikiran ini, maka penulis

mengurungkan niat untuk bersedekah. Meskipun demikian, apa yang menjadi ilustrasi di

atas, bisa saja dialami oleh orang lain dengan hasil akhir yang berbeda.

Contoh lain adalah ketika seorang dosen melakukan sidang sarjana. Berdasarkan

pengalaman beberapa waktu terakhir, dosen tersebut mengetahui bahwa mahasiswa

memiliki kelemahan dari sisi cara mengutip, yang jika diamati cenderung merupakan

kegiatan plagiarisme (pengalaman). Ketika sidang berlangsung dan diketahui mahasiswa

tersebut tidak dapat mempertanggung jawabkan karyanya, maka sikap yang seharusnya

diambil adalah membatalkan persidangan atau tidak memberikan nilai (hati nurani). Akan

tetapi mengingat institusi masih belum tegas dalam memberikan sanksi atas pelanggaran

tersebut, dan kebetulan mahasiswa adalah anak salah seorang pejabat di lembaga terkait,

maka dosen memutuskan untuk tetap memberikan nilai atau bahkan meluluskan yang

bersangkutan. Hal ini diambil dengan pertimbangan keamanan kerjanya kemungkinan akan

Page 15: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

15

terganggu jika masih bersikukuh memegang prinsip utamanya (rasio). Kejadian ini nampak

sebagai suatu tindakan munafik, akan tetapi jika ditelusuri dari aspek-aspek pengetahuan,

ternyata manusia selalu dipegaruh oleh rasio, pengalaman, dan hati nurani/akal budi.

Dimensi mana yang paling menonjol akan berbeda bukan saja pada setiap manusia, tetapi

pada setiap kondisi.

Sebagai pendidik dan sekaligus mahasiswa, penulis merasakan bahwa ‘perang batin’

ketiga sumber pengetahuan ini selalu terjadi. Di dalam kehidupan manusia, banyak

ditemukan kondisi-kondisi yang kontradiktif dan membutuhkan proses pengambilan

keputusan yang tepat. Pada saat inilah kita sebagai menusia diuji ke-arif-annya.

5 Penutup

Demikian jawaban-jawaban atas soal UTS Mata kuliah Filsafat Ilmu. Terima kasih atas

kesempatan belajar yang diberikan serta mohon maaf jika terdapat kekeliruan di dalam

menjawab materi yang ditugaskan.

Page 16: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

16

6 Daftar Pustaka

Adoratsky, V. (1977). Dialectic Materialism. London: Martin Lawrence Ltd

Amies, Nick (2008). Marx Continues to Influence 125 Years After His Death.

http://www.dw.de/marx-continues-to-influence-125-years-after-his-death/a-

3190306. Diakses 20 Oktober 2013

Bertens, K. (1975). Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Diakses 19 Oktober

2013 melalui http://books.google.co.id/books dengan kata kunci Kritik Atas Rasio

Murni

Hadiwijoyono, Harun. (2011). Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Kanisius:Yogyakarta.

Hamlyn, D.W. (1987). The Penguin History of Western Philosophy. Penguin Book,

Ltd:London

Hatfield, Gary (2003). Routledge Philosophy GuideBook to Descartes and the Meditations.

New York: Routledge

Kuhn, Thomas S. (1957). The Copernican revolution, Planetary Astronomy in the

Development of Western Thought. Harvard University Press.

Lefebvre, Henri (2009). Dialectical Materialism, Translations from French as Le

Matérialisme dialectique, 1940 (Presses Universitaires de France). Minneapolis:

University of Minnesota Press

Meiklejohn, J. M. D. (2013). The Critique of Pure Reason by Imanuel Kant (translation).

The Pennsylvania State University

Project Gutenberg. (1994). Etext of Rene Descartes’s Discourse On The Method Of

Reasoning.

Ritzer, George (2007). The Blackwell Encyclopedia of Sociology. Australia: Blackwell

Publishing Ltd

Setiawan, O.T. (2010). Filsafat Holisme Ekologis: Tanggapan Terhadap Paradigma

Cartesian Newtonian Menurut Pemikiran Fritjof Capra. Jakarta: Universitas

Indonesia

http://www.marxists.org/archive/marx/works/1867-c1/ch08.htm. Diakses 20 Oktober 2013

http://en.wikipedia.org/wiki/Karl_marx. Diakses 19 Oktober 2013

Page 17: Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono

17

Index

Adoratsky ................................................................ 4, 16 Aksiologi .................................................................... 2, 5 antitesis ............................................................. 4, 10, 14 Cartesian Newtonian ....................................... 2, 7, 9, 16 clearly and distinctly.................................................. 2, 7 Cogito Ergo Sum ................................................ 2, 3, 8, 9 Copernicus .................................................................... 3 Dualisme ....................................................................... 8 Empirisme ........................................................... 2, 5, 13 Filsafat Imanuel Kant ................................................... 13 Instrumentalisme .......................................................... 8 Kritik atas rasio murni ................................................... 5 Marxisme ........................................................ 2, 4, 9, 12 Marxisme – Leninisme .................................................. 4 Materialisme dialektis ................................................... 4 Materialisme-Saintisme ................................................ 9

Mekanistik-Deterministik ..............................................8 Pengaruh Marx ............................................................12 Principles of Philosophy .................................................3 Rasionalisme ...............................................................13 Reduksionisme-Atomisme .............................................8 Rene DesCartes .............................................................6 sintesis .........................................................................14 Subyektivisme-Antroposentri ........................................8 Teori konflik ...................................................................9 teori nilai kerja ............................................................11 teori surplus ................................................................11 tesis .............................................................................13 The Critique of Pure Reason ........................................13 The Discourse on Method ..............................................6 Vernunft ......................................................................13 Verstand ......................................................................13