223

Buku beton

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku beton
Page 2: Buku beton
Page 3: Buku beton
Page 4: Buku beton
Page 5: Buku beton

Pen

se

Enj

Kritik dan saran serta berbagai bentuk masukan dari Pembaca akan

membantu penyempurnaan buku ini di masa depan.

Anda dapat mengirim kritik, saran dan masukan ke:

Biro Enjiniring, PT Wijaya Karya

Jl. DI Panjaitan Kav. 9 Jakarta 13340, Indonesia

PO BOX 4174/JKTJ

Telp. +62 21 8192808; 8508640; 8508650

Fax. +62 21 85911972

E-mail: [email protected]

yusun ingin

tiap masukan

iniring, Divisi

d

UCAPAN TERIMA KASIH

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk

dan kontribusi dari para personel yang terlibat dari Biro

Sipil Umum, Divisi Peralatan Konstruksi, PT WIKA Beton

an Pabrik Beton Pracetak PT WIKA Beton

TIM PENYUSUN Ir. Suardi Bahar, MT Ir. Nur Al Fata, MT Ir. Rahman Suhanda Enny Kurniawati, ST

Page 6: Buku beton

DAFTAR ISI

BAGIAN I PENGETAHUAN UMUM BETON 1.1 DEFINISI BETON I-1

1.2 JENIS-JENIS BETON I-2

1.3 SIFAT-SIFAT BETON I-3

1.4 HIDRASI I-6

1.5 MUTU BETON I-6

BAGIAN 2 MATERIAL PEMBENTUK BETON 2.1 SEMEN II-1

2.2 AGREGAT II-3

2.3 AIR II-5

2.4 BAHAN TAMBAHAN (ADITIF) II-7

BAGIAN 3 MIX DESIGN 3.1 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN

BETON NORMAL SESUAI SNI T-15-1990-03

III-1

3.2 TATA CARA PERANCANGAN PROPORSI CAMPURAN

BETON NORMAL SESUAI SNI 03-2847-2002 POIN 7.3

III-13

BAGIAN 4 PELAKSANAAN 4.1 PENCAMPURAN/MIXING IV-1

a. Site-Mix IV-1

b. Ready-Mix IV-3

4.2 PENGANGKUTAN IV-4

4.3 PERSIAPAN LOKASI IV-5

4.4 PERALATAN PENGECORAN IV-6

a. Agitator Truck IV-6

b. Concrete Pump IV-7

c. Tremie IV-7

d. Placing Boom IV-8

e. Vibrator IV-9

4.5 PENGECORAN IV-10

IV-15

Page 7: Buku beton

4.6 PEMADATAN/COMPACTING

4.7 FINISHING IV-17

a. Screeding IV-17

b. Hand Tamping IV-19

c. Floating IV-20

d. Edging IV-21

e. Trowelling IV-21

f. Brooming IV-23

g. Grinding IV-24

h. Sack-rubbed Finishing IV-24

i. Exposed Aggregate Finishing IV-25

4.8 PERAWATAN IV-25

4.9 EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU BETON IV-31

a. Pengujian Kualitas beton IV-32

b. Langkah Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan IV-36

BAGIAN 5 RETAK DAN PERBAIKAN CACAT BETON 5.1 RETAK V-1

a. Retak Akibat Early Thermal Contraction V-2

b. Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage V-2

c. Retak Plastic V-5

c.1 Plastic Settlement Crack V-6

c.2 Plastic Shrinkage Crack V-8

5.2 PERBAIKAN CACAT BETON V-9

a. Plinth Antar Sambungan V-9

b. Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk V-10

c. Keropos V-10

d. Pecah Kecil (<5 cm dalamnya) V-11

e. Pecah Besar (>5 cm dalamnya) V-11

f. Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap V-12

g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap V-12

h. Retak Rambut (Lebar <0.5 mm) V-13

i. Retak Besar dan Dalam (Lebar >0.5 mm dan dalam >1

cm)

V-13

5.3 APLIKASI ACIAN PEWARNAAN V-14

Page 8: Buku beton

BAGIAN 6 PENGENALAN SELF-COMPACTING CONCRETE 6.1 PENDAHULUAN VI-1

6.2 SIFAT-SIFAT BETON KERAS VI-2

6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA

PENGUJIANNYA

VI-4

a. Daya Alir VI-5

b. Kekentalan VI-6

c. Passing Ability VI-7

d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance VI-8

6.4 MIX-DESIGN VI-11

6.5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT

PELAKSANAAN

VI-15

6.6 MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC VI-16

BAGIAN 7 PENGETAHUAN BETON PRACETAK

7.1 PENDAHULUAN VII-1

7.2 JENIS-JENIS HASIL PRODUKSI VII-1

7.3 MATERIAL DAN SPESIFIKASI VII-6

7.4 PROSES PRODUKSI VII-9

7.5 MIX-DESIGN VII-12

7.6 CETAKAN VII-13

7.7 PENGADUKAN BETON DAN PENGECORAN VII-13

7.8 PEMADATAN VII-14

7.9 PEKERJAAN STRESSING VII-15

7.10 PERAWATAN BETON VII-16

7.11 PENGANGKATAN VII-17

7.12 PENGANGKUTAN VII-18

7.13 QUALITY CONTROL VII-19

BAGIAN 8 INSPEKSI PERALATAN

8.1 PENDAHULUAN VIII-1

8.2 MACAM-MACAM FORMULIR INSPEKSI VIII-1

Page 9: Buku beton

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI PRODUK BETON PRACETAK PT WIKA BETON

LAMPIRAN 2 FORMULIR INSPEKSI PERALATAN

GLOSSARY

Page 10: Buku beton

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton I-1

Gambar 1.2 Potongan Melintang Beton I-1

Gambar 1.3 Proporsi Bahan Penyusun Beton I-2

Gambar 1.4 Strength vs Workability I-4

Gambar 1.5 Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton I-5

Gambar 2.1 Setting Time Semen II-2

Gambar 2.2 Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton (Penelitian Pengaruh Perbedaan Kadar Lumpur Pasir)

II-4

Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-rata Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS) III-2

Gambar 3.2 Grafik Mencari Faktor Air-Semen III-3

Gambar 3.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm

III-9

Gambar 3.4 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm

III-9

Gambar 3.5 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm

III-10

Gambar 3.6 Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan Berat Beton

III-11

Gambar 3.7 Diagram Alir Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan SNI 03-2847-2002 III-12

Gambar 4.1 Teknik Pengecoran IV-13

Gambar 4.2 Pemadatan Manual IV-15

Gambar 4.3 Pemadatan Mekanis IV-16

Gambar 4.4 Alat Screed Mekanis IV-19

Gambar 4.5 Alat Hand Tamping IV-20

Gambar 4.6 Floating IV-20

Gambar 4.7 Edger IV-21

Page 11: Buku beton

Gambar 4.8 Trowel Baja IV-22

Gambar 4.9 Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak) IV-25

Gambar 4.10 Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi IV-27

Gambar 4.11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof IV-27

Gambar 4.12 Diagram Proses Pengendalian IV-31

Gambar 4.13 Variabilitas IV-32

Gambar 4.14 Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan IV-36

Gambar 5.1 Contoh Plastic Settlement Crack 1 V-6

Gambar 5.2 Contoh Plastic Settlement Crack 2 V-6

Gambar 5.3 Contoh Plastic Settlement Crack 3 V-7

Gambar 5.4 Tensile Srain Capacity and Shrinkage Strain V-8

Gambar 5.5 Contoh Plastic Shrinkage Crack V-8

Gambar 5.6 Perbaikan Keropos pada Beton V-10

Gambar 6.1 Ukuran Base Plate untuk Pengujian Slump-flow VI-6

Gambar 6.2 Dimensi V-Funnel (Pengujian Kekentalan) VI-6

Gambar 6.3 Pengujian Passing Ability dengan L-box VI-8

Gambar 6.4 Ukuran dan Desain L-box yang Umum VI-8

Gambar 6.5 Prosedur Mix-Design VI-14

Gambar 7.1 Proses Produksi PC Piles VII-9

Page 12: Buku beton

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe Portland Semen II-1

Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland II-2

Tabel 2.3 Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja Tulangan Terhadap Korosi II-6

Tabel 3.1 Nilai Deviasi Standar III-1

Tabel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar III-1

Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5 III-3

Tabel 3.4 FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus III-4

Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump III-5

Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter) III-5

Tabel 3.7 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus III-6

Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat III-7

Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton Bertulang/Prategang Kedap Air III-8

Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir III-9

Tabel 3.11 Formulir Perancangan Adukan Beton III-12

Tabel 3.12 Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar Jika Jumlah Pengujian Kurang Dari 30 Contoh III-14

Tabel 3.13 Kuat Tekan Rata-rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia untuk Menetapkan Deviasi Standar III-14

Tabel 3.14 Persyaratan Beton untuk Lingkungan Khusus III-16

Tabel 3.15 Persyaratan untuk Beton yang Dipengaruhi Oleh Lingkungan yang Mengandung Sulfat III-17

Tabel 4.1 Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton IV-2

Tabel 4.2 Getaran Minimum dengan Internal Vibrator IV-16

Tabel 4.3 Metode Curing IV-29

Tabel 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton Uji IV-33

Tabel 4.5 Sampling Benda Uji IV-34

Page 13: Buku beton

Tabel 5.1 Jenis dan Tipe Retak V-1

Tabel 5.2 Batasan Lebar retak (ACI 224R-19) V-3

Tabel 5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Tutup Lubang Bekas Tie-Rod Parapet V-14

Tabel 5.4 Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap dan Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap

V-15

Tabel 5.5 Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Plinth dan Keropos-Kolom V-16

Tabel 6.1 Metode Pengujian Beton Segar VI-4

Tabel 6.2 Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya VI-5

Tabel 6.3 Klasifikasi Kekentalan dan Aplikasinya VI-7

Tabel 6.4 Klasifikasi Passing Ability dan Aplikasinya VI-7

Tabel 6.5 Klasifikasi Daya Tahan Segregasi dan Aplikasinya VI-9

Tabel 6.6 Sifat-sifat SCC untuk Berbagai Penggunaan Berdasarkan Penelitian Walraven, 2003 VI-9

Tabel 6.7 Klasifikasi Aditif VI-11

Tabel 6.8 Rentang Umum Komposisi Campuran SCC VI-13

Tabel 6.9 Cacat Keropos seperti Sarang Lebah VI-16

Tabel 6.10 Cacat Pengelupasan VI-16

Tabel 6.11 Perbaikan Cacat Burik VI-17

Tabel 6.12 Cacat Cold-joint VI-18

Tabel 6.13 Cacat Permukaan yang Tidak Rata VI-18

Tabel 6.14 Variasi Warna VI-19

Tabel 6.15 Cacat Tali Air VI-19

Tabel 6.16 Cacat akibat Retak Plastis VI-20

Tabel 7.1 Spesifikasi Material dan Spesifikasi Umum Beton Pracetak VII-6

Page 14: Buku beton

Pengetahuan umum beton I-0

Page 15: Buku beton

Pengetahuan umum beton I-1

1.1 Materiasemen (pada

DEFINISI BETON l komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada umumnya campuran hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya pasir) dan agregat kasar

umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/campuran/additives

Semen Pasir Kerikil Air

Beton

Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton

Ga n mbar2. Potongan Melintang BetoGambar 1.2 Potongan Beton

Pasta Semen Mengisi Celah Antar Agregat

Agregat Kasar

Page 16: Buku beton

Pengetahuan umum beton I-2

Gambar 1.3. Proporsi Bahan Penyusun Beton

Air Entrained Concrete: Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung udara kecil yang sengaja dibuat terperangkap oleh bahan tambahan khusus sehingga akan merubah sifat-sifat beton. Pada beton segar, entrained air akan meningkatkan workability campuran sehingga mengurangi jumlah air dan pasir yang dibutuhkan.

1.2 JENIS-JENIS BETON

a. Beton ringan

Berat jenisnya<1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non-struktural. Dibuat dengan cara-cara berikut: membuat gelembung udara dalam adukan semen, menggunakan agregat ringan (tanah liat bakar/batu apung) atau pembuatan beton non-pasir.

b. Beton normal

Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian struktural bangunan.

c. Beton berat

Berat jenis>2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal: struktur yang harus tahan terhadap radiasi atom.

d. Beton jenis lain o Beton massa (mass concrete)

Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu didalam beton semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan suhu di permukaan beton >20 oC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik yang disertai retak-retak

Page 17: Buku beton

Pengetahuan umum beton I-3

Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton (shrinkage) yang

dipengaruhi oleh kelembaban beton saat pengerasan berlangsung. Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass concrete akan

beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru dengan beton lama mengingat waktu setting beton yang singkat (±2 jam), sehingga perlu direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku beton tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas, maka langkah preventif untuk menghindari terjadinya retak beton dapat dikategorikan atas pemilihan komposisi beton (nilai slump, pemberian admixture, FAS) dan praktek pelaksanaan di lapangan (suhu udara saat pengecoran, curing, menggunakan bekisting dengan kemampuan isolasi yang bagus dan menyiapkan construction joint) . Pemberian tulangan ekstra untuk menahan gaya tarik akibat panas hidrasi dapat juga dilakukan sebagai salah satu pertimbangan struktural.

o Ferosemen (ferrocement) Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai

ketahanan terhadap retakan, ketahanan terhadap patah lelah, daktilitas, fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa.

o Beton serat (fibre concrete) Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa

serat plastik/baja. Beton serat lebih daktail daripada beton biasa, dipakai pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai jembatan.

o Beton siklop Beton biasa dengan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Agregat kasar

dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan dan pangkal jembatan.

o Beton hampa Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa reaksi

hidrasi disedot dengan cara vakum (vacuum method) o Beton ekspose

Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing, biasanya beton ini dihasilkan dengan menggunakan bahan bekisting yang dapat menghasilkan permukaan beton yang halus (misal baja dan multiplek film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, lisplang, kolom dan balok bangunan

1.3 SIFAT-SIFAT BETON

a. Beton Segar

o Kemudahan pengerjaan/Workability,umumnya dinyatakan dalam besaran nilai slump (cm) dan dipengaruhi oleh: • Jumlah air yang dipakai. Makin banyak air, beton makin mudah

dikerjakan • Penambahan semen. Semen bertambah, air juga ditambah agar FAS

tetap, maka beton makin mudah dikerjakan • Gradasi campuran pasir dan kerikil • Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai • Pemakaian butir-butir batuan yang bulat

Page 18: Buku beton

Pengetahuan umum beton I-4

o Segr

camp• C• P• S• C• T

o Bleeddiri) pdeng• M• M• M• M

d

b. Beton Ke

1). Sifat jao K

• • • •

• •

Gambar 1.4. Strength vs Workability

egasi, kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari uran adukan beton, peluang segregasi diperbesar dengan: ampuran yang kurus/kurang semen emakaian air yang terlalu banyak emakin besar butir kerikil yang dipakai ampuran yang kasar, atau kurang agregat halus inggi jatuh pengecoran beton yang terlalu tinggi ing, kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan ada beton segar yang baru saja dipadatkan. Hal ini dapat dikurangi

an cara: emberi lebih banyak semen dalam campuran enggunakan air sesedikit mungkin enggunakan pasir lebih banyak enyesuaikan intensitas dan durasi penggetaran pemadatan sesuai engan nilai slump campuran

ras ngka pendek uat tekan, dipengaruhi oleh: Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan Jenis semen dan kualitasnya Jenis dan kekasaran permukaan agregat Umur (pada keadaan normal, kekuatan bertambah sesuai dengan umurnya). Lihat Gambar 1.5 Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya suhu) Perawatan

Page 19: Buku beton

Pengetahuan umum beton I-5

o Kuat tarik

Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya masih muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan penting dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu

o Kuat geser Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat geser.

2) Sifat jangka panjang

o Rangkak, adalah peningkatan deformasi (regangan) secara bertahapterhadap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan, dipengaruhi oleh: • Kekuatan. Rangkak berkurang bila kuat tekan makin besar • Perbandingan campuran. Bila FAS berkurang maka rangkak berkurang• Agregat. Rangkak bertambah bila agregat halus dan semen bertambah

banyak • Umur. Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton

o Susut, adalah berkurangnya volume beton jika terjadi kehilangan

kandungan uap air akibat penguapan, dipengaruhi oleh: • Agregat. Berperan sebagai penahan susut pasta semen • Faktor air semen. Efek susut makin besar jika FAS makin besar • Ukuran elemen beton. Laju dan besarnya penyusutan berkurang jika

volume elemen beton makin besar

Gambar 1.5. Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton

Page 20: Buku beton

Pengetahuan umum beton I-6

Beton yang Baik 1. Bahan pengisi baik

• kekerasan butiran • gradasi • kepadatan butiran • bentuk butiran

2. Bahan perekat baik • semen sesuai • FAS sesuai

3. Lekatan / ikatan baik • kekasaran permukaan butiran baik • material alam bersih

4. Pemeliharaan baik

1.4 HIDRASI

Proses Hidrasi Adalah reaksi kimia antara partikel semen dan air menghasilkan pasta semen / bahan pengikat 2(3CaO.SiO2)+6H2O 3Ca.2SiO2.3H2O+3Ca(OH)2+panas hidrasi kalsium silikat (unsur utama semen) + air kalsium silikat hidrat (bahan pengikat) + kapur bebas (pengisi pasif) + panas hidrasi Panas Hidrasi Adalah efek samping dari proses hidrasi yaitu berupa pelepasan panas / kalori dari reaksi hidrasi Jumlah panas kalori yang dikeluarkan tergantung : • jenis / tipe semen ( kandungan FM, C3A dan C3S) • FAS • temperatur curing Efek panas hidrasi yg terlalu tinggi terhadap beton adalah timbulnya retak-retak

1.5

Suatu benda

KUAT TEKAN BETON nilai yang ditunjukkan oleh besarnya beban tekan yang dapat dipikul oleh uji/sample dari beton tersebut sampai runtuh

Page 21: Buku beton

Pengetahuan umum beton I-7

Notasi Kuat Tekan Beton

K : adalah suatu nilai statistik dari suatu kumpulan hasil kuat tekan benda uji kubus dalam jumlah tertentu pada umur 28 hari dengan nilai gagal yang diijinkan sebesar 5 %, satuan kg/cm2.

Contoh: K500, maka σbk=500 kg/cm2

C : sama dengan K, hanya disini biasanya dipakai untuk benda uji berbentuk

silinder Pada contoh diatas, bila K500 bila dikonversikan menjadi nilai C maka C=500x0.83=415 kg/cm2, maka f’c=415 kg/cm2, dengan 0.83 adalah nilai konversi dari bentuk kubus menjadi silinder.

Kuat Tekan Beton yang Disyaratkan: Adalah nilai kuat tekan dari satu atau sekumpulan benda uji yang telah ditetapkan

Mutu Beton Ao dan Bo Adalah mutu beton dengan K< 125 yang biasanya dipakai untuk elemen bangunannon-struktural

Mutu Beton yang Lebih Tinggi: K125-<K175, digunakan sebagai lantai kerja atau penimbunan kembali dengan

beton K175-<K250, umumnya digunakan sebagai struktur beton tanpa tulangan, misal:

beton siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan dan pasangan batu

K250-<K400, umumnya digunakan untuk beton bertulang, misal: pelat lantai

jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang dan bangunan bawah jembatan

K400-K800, umumnya digunakan untuk beton prategang, seperti tiang pancang

beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya

Page 22: Buku beton

Pemilihan material II-0

Page 23: Buku beton

Pemilihan material II-1

2.1 SEMEN

Berfungsi sebagai bahan pengikat HIDRAULIS dari berbagai macam agregat

a. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut: o SNI 15-2049-1994. Semen Portland. o ASTM C595. Spesifikasi semen blended hidrolis, kecuali tipe S dan SA.

yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton. o ASTM C845. Spesifikasi semen hidrolis ekspansif.

b. Tipe Semen Portland sesuai jenis pekerjaannya adalah: Tabel 2.1 Tipe Portland Semen

Tipe PC Syarat Penggunaan Pemakaian

I Kondisi biasa, tidak memerlukan persyaratan khusus

Perkerasan jalan, gedung, jembatan biasa dan konstruksi tanpa serangan sulfat

II Serangan sulfat konsentrasi sedang

Bangunan tepi laut, dam, bendungan, irigasi dan beton massa

III Kekuatan awal tinggi Jembatan dan pondasi dengan beban berat

IV Panas hidrasi rendah Pengecoran yang menuntut panas hidrasi rendah dan diperlukan setting time yang lama

V Ketahanan yang tinggi terhadap sulfat

Bangunan dalam lingkungan asam, tangki bahan kimia dan pipa bawah tanah

c

. Penyimpanan semen: o Silo harus kedap air o Lantai gudang tidak lembab o Tinggi timbunan sak semen maksimum 2 m o Suhu ruang tidak boleh lebih dari 70 oC o Kapasitas gudang mampu untuk stok 20 hari dan tergantung

kelancaran pengiriman o Stok yang telah disimpan lebih dari 3 bulan tidak boleh dipakai

d. Setting Time Semen

Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk mulaimengadakan proses pengikatan

Setting time : setting time awal (initial) setting time akhir (final)

Page 24: Buku beton

Pemilihan material II-2

Setting time awal

Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan air sampai didapat pasta semen yg mulai kaku dan mulai tidak dapat dikerjakan (kehilangan sebagian sifat plastisnya)

Setting time akhir Waktu yg dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air sampai didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh dan tidak dapat dirubah bentuknya

P r o s e s h a r d e n i n g

F i n a l s e t t i n g t i m ed i d a p a t p a s t a s e m e n

F S T y g p a d a t d a n u t u hd a n b e n t u k n y a t i d a k d a p a t d i r u b a h

I n i t i a l s e e t i n g t i m e

P a s t a s e m e n m u l a i t i d a k d a p a t d i r u b a ht a p i m a s i h a d a b a g i a n y a n g p l a s t i s

D o r m a n P e r i o d eP e r i o d e d i m a n a p a s t as e m e n m a s i h p l a s t i s d a n m a s i h b i s ad i b e n t u k

I S T

D P

T i t i k P Cm u l a i b e r e a k s i d e n g a n a i r

Gambar 2.1. Setting Time Semen

Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland

Type Tricalcium Silicate (C3S)

%

Dicalcium Silicate (C2S)

%

Tricalcium Aluminate

(C3A) %

Tetracalcium Aluminoferrite

(C4AF) %

Air permeability specific surface

m2/kg

I 42-65 10-30 0-17 6-18 300-400 II 35-60 15-35 0-8 6-18 280-380 III 45-70 10-30 0-15 6-18 450-600 IV 20-30 50-55 3-6 8-15 280-320 V 40-60 15-40 0-5 10-18 290-350

Page 25: Buku beton

Pemilihan material II-3

• memperoleh workability yang baik

2.2 AGREGAT

Butiran mineral dengan ukuran diameter & gradasi butiran tertentu yang apabila dicampur dengan semen & air akan menghasilkan beton Tujuan penggunaan agregat • sumber kekuatan dari beton • menghemat semen • memperkecil tingkat penyusutan beton • mencapai kepadatan beton yang maksimal

a. Agregat harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:

o ASTM C33. Spesifikasi agregat untuk beton o SNI 03-2461-1991. Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

b. Spesifikasi umum:

o Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal sehingga kuat tekan beton besar.

o Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material beton lainnya.

o Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton yang dihasilkan padat dan awet.

o Gradasi sesuai spesifikasi teknik yang diminta (dapat dilihat pada poin 2.2a) dan hindari gap graded aggregate karena akan membutuhkan semen lebih banyak untuk mengisi rongga dan harga satuan beton akan menjadi lebih mahal.

o Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total agregat.

o Kadar lumpur agregat tidak boleh melampaui standar pada Butir (a), karena akan berpengaruh pada kuat tekan beton. Lihat Gambar 2.2

c

. Ukuran maksimum agregat kasar harus tidak melebihi:

o 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun o 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun o ¾ jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawat-

kawat, bundel tulangan, tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.

Page 26: Buku beton

Pemilihan material II-4

Gambar 2.2. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton

( Penelitian Pengaruh Perbedaan Kadar Lumpur Pasir)

a. Agregat Kasar

Agregat dengan φ butiran >5 mm Jenis agregat kasar: 1. Alami ⇒ hasil desintegrasi alam (kerikil), dengan penggolongan:

- kerikil halus ⇒ φ 0,5 - 10 mm - kerikil sedang ⇒ φ 10 - 20 mm - kerikil kasar ⇒ φ 20 - 40 mm - kerikil kasar sekali ⇒ φ 40 - 70 mm

2. Hasil pemecahan ⇒ dengan stone crusher, dengan penggolongan:

⇒ φ 0,5 - 10 mm (screen) ⇒ φ 10 - 20 mm ⇒ φ 20 - 40 mm ⇒ φ 40 - 80 mm

b. Agregat Halus

Agregat dengan φ butiran antara 0,14 s/d 5,0 mm Jenis agregat halus :

buatan → pasir hasil pemecahan alami → pasir gunung, pasir sungai, pasir laut

Agregat halus sangat berperanan dalam menentukan :

kemudahan pengerjaan → workability kekuatan beton → strength keawetan beton → durability

Page 27: Buku beton

Pemilihan material II-5

Pemakaian Kerikil dibanding Batu Pecah Keuntungan:

harga lebih murah dengan workability yg sama pasta semen terpakai lebih sedikit ⇒ harga beton per m3 akan lebih murah

Kerugian:

kontinuitas pengadaan kurang terjamin ukuran butiran amat bervariatif permukaannya relative halus sehingga daya ikatnya kurang ⇒

sulit mencapai mutu beton tinggi kandungan lumpur relatif tinggi

2.3 AIR

Fungsi air dalam• Bahan pengh

bahan pengik• Bahan pelum

& semen sert(workability)

a. Air untuk campuran

merusak yang menbahan-bahan lainny

b. Air pencampur yan

yang didalamnya tterkandung didalamjumlah yang memb

beton: idrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai at as, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat a mempermudah pelaksanaan pengecoran beton

beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang gandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau a yang merugikan terhadap beton ataupun tulangan.

g digunakan untuk beton prategang atau pada beton ertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam

ahayakan.

Page 28: Buku beton

Pemilihan material II-6

Tabel 2.3. Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja Tulangan Terhadap Korosi

Jenis Komponen Struktur

Ion Klorida terlarut (Cλ-) pada Beton

% thd Berat Semen Beton prategang 0.06 Beton bertulang yang terpapar klorida selama masa layannya

0.15

Beton bertulang yang dalam kondisi kering atau terlindung dari air selama masa layannya

1.00

Konstruksi beton bertulang lainnya 0.30

Catatan: Untuk beton keras umur 28 hingga 42 hari Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai dengan ASTM C1218

c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi: o Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran

beton yang menggunakan air dari sumber yang sama. o Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar harus

mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukanserupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuaidengan ”Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 cm)” ASTMC109

o Bila terpaksa menggunakan air laut, disarankan hanya untuk betontanpa tulangan dengan kandungan maksimal garam terlarut 35.000ppm

o Hindari penggunaan air dengan dengan pH≤3

Alat Ukur Nilai Slump

Page 29: Buku beton

Pemilihan material II-7

Jumlah Air Optimum (JAO) Adalah jumlah air dalam suatu rancangan campuran beton yang menghasilkan tingkat kemudahan pengecoran yang sesuai dengan tuntutan (dinyatakan dengan SLUMP) • Jika jumlah air<JAO

o Dalam batas tertentu kuat tekan akan naik o Pengecoran lebih sulit o Daya pelumasan material oleh air berkurang (ditunjukkan oleh nilai slump

yang lebih kecil) o Proses pengecoran dituntut lebih singkat dan diperlukan pemadatan ekstra

agar didapat beton yang tidak keropos • Jika jumlah air>JAO

o Kuat tekan beton akan turun o Pengecoran lebih mudah o Bisa terjadi segregasi (pemisahan butiran) o Cenderung terjadi penyusutan (air kelebihan akan menguap meninggalkan

pori-pori beton)

2.4 BAHAN TAMBAHAN a. Spesifikasi umum: Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh

digunakan pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam, atau beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.

b. Jenis-jenis bahan tambahan:

Ada dua kategori bahan tambahan, yaitu admixture dan aditif. Admixture merupakan bahan tambahan kimiawi yang dapat mengubah sifat beton secara kimia sedangkan aditif merupakan bahan tambahan yang hanya berfungsi sebagai filler dan tidak mengubah sifat secara kimiawi. Macam-macam admixture: o Water Reducer/Plasticiser/Super Plasticiser Berfungsi mengurangi jumlah air dan semen dengan kekuatan beton yang

dihasilkan tetap dan meningkatkan keplastisan beton untuk pengecoran di tempat-tempat yang sulit (karena pengecoran tersebut membutuhkan nilai slump tinggi sehingga bahan tambahan ini lebih dipilih daripada menambah air).

o Viscosity Modifying Admixture (VMA)

Memodifikasi kohesi (biasanya digunakan untuk self-compacting concrete) tanpa mengubah fluiditas secara signifikan.

o Retarder Memperlambat pengikatan awal, digunakan untuk pengecoran jarak jauh dan

mass concrete yang perlu panas hidrasi rendah.

Page 30: Buku beton

Pemilihan material II-8

Ketiga bahan tambahan diatas ataupun campuran ketiganya harus memenuhi ASTM C494. Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton atau ASTM C1017. Spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan yang tinggi.

o Accelerator Mempercepat pengikatan dan pengerasan awal beton, digunakan untuk pengecoran yang berhubungan dengan air/efisiensi waktu pemakaian cetakan.

o Air Entraining Menambah gelembung udara pada beton, dapat mengurangi bleeding,

mengurangi kebutuhan air dan mengurangi segregasi. Digunakan untuk pengecoran dengan concrete pump. Harus memenuhi SNI 03-2496-1991. Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.

Macam-macam aditif: o Abu Terbang Harus memenuhi ASTM C618. Spesifikasi untuk abu terbang dan

pozzolan alami murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada beton semen portland. Meningkatkan kohesi dan mengurangi sensitivitas terhadap perubahan-perubahan kadar air, tetapi harus dijaga agar kadarnya tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan pasta menjadi terlalu kohesif sehingga dapat menghambat daya alir.

o Mineral filler

Misalnya batu kapur, dolomite, dll. Distribusi ukuran partikel, bentuk dan daya serap air mempengaruhi kebutuhan air.

o Kerak Tungku Pijar yang diperhalus Harus memenuhi ASTM C989. Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang

diperhalus untuk digunakan pada beton dan mortar. Mengurangi panas hidrasi, tetapi setting time menjadi lebih lama, pemakaian aditif jenis ini juga meningkatkan resiko segregasi.

o Silica Fume Harus sesuai dengan ASTM C1240. Spesifikasi untuk silika fume untuk

digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis. Meningkatkan kohesi dan daya tahan segregasi, serta mengurangi atau menghilangkan bleeding tetapi jika terlalu banyak dapat menimbulkan percepatan pembentukan kerak di permukaan beton, yang akan menghasilkan cold-joint atau cacat permukaan.

o Aditif lainnya

Metakaolin, pozzolan alami, dan bahan pengisi halus lainnya dapat digunakan, tetapi akibat-akibat yang ditimbulkan perlu dievaluasi secara khusus dan hati-hati terhadap akibat jangka pendek dan panjang yang timbul terhadap beton.

Page 31: Buku beton

Pemilihan material II-9

2.5 SERAT Baik serat metalik maupun polymer dapat digunakan. Serat polymer dapat digunakan untuk membantu mencegah settlement dan retak/crack akibat plastic shrinkage. Serat besi maupun serat polymer struktural berukuran panjang digunakan untuk memodifikasi daktilitas beton yang telah mengeras. Jumlah dan ukuran panjangnya dipilih berdasarkan ukuran maksimum agregat dan syarat struktural.

Page 32: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-0

00

Page 33: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-1

3.1

a. Pe

Ya ha

b. PeDi pe T

1)

Ta

F

2

TATA CARA PEMBUATAN RENCANACAMPURAN BETON NORMAL, SNI T-15-1990-03 nentuan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu itu kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itunya sebesar 5% saja.

netapan deviasi standar (sd) tetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaanncampuran betonnya.

abel 3.1 Nilai Deviasi Standar Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (Mpa)

Memuaskan 2.8 Sangat baik 3.5 Baik 4.2 Cukup 5.6 Jelek 7.0 Tanpa kendali 8.4

. Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupapada masa yang lalu. Jumlah data hasil uji minimum 30 buah (satu datahasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua silinder yangdibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atauumur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data uji kurang dari30, maka dilakukan koreksi dengan suatu faktor pengali nilai deviasistandar.

bel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar Jumlah Data 30 25 20 15 <15 aktor Pengali 1.0 1.03 1.08 1.16 Tidak boleh

). Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa

pada masa yang lalu/bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilaimargin langsung diambil sebesar 12 Mpa.

Page 34: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-2

c. Penghitungan nilai tambah (M) o Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke

Langkah d o Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar Sd, maka

dilakukan dengan rumus berikut: M = k * Sd

Dengan: M = Nilai tambah, Mpa k = 1.64

Sd = deviasi standar, MPa

d. Penetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan fcr’ = fc’ + M

Dengan: fcr’ = Kuat tekan rata-rata, MPa fc’ = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa M = Nilai tambah, Mpa

e. Penetapan jenis semen Portland Lihat macam-macam semen pada Poin 2.1.b

f. Penetapan jenis agregat Lihat poin 2.2 dan dipilih agregat alami atau batu pecah.

g. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut: o Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder

beton yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Gambar 3.1

Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-Rata Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS)

Page 35: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-3

o Berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar dan kuat tekan rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2 Langkahnya sebagai berikut: • Tabel 3.3 Dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur

beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0.5.

Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5

Umur (hari) Jenis Semen Jenis Agregat Kasar 3 7 28 91

Alami 17 23 33 40 I, II, V Batu pecah 19 27 37 45 Alami 21 28 38 44 III Batu pecah 25 33 44 48

• Gambar 3.2 Lukislah titik A pada Gambar 3.2, dengan FAS 0.5 sebagai absis dan kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 3.3 sebagai ordinat. Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.

Gambar 3.2 Grafik Mencari Faktor Air-Semen

Page 36: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-4

h. Penetapan faktor air semen maksimum Lihat Tabel 3.4 Jika FAS maksimum ini lebih rendah dari langkah g, maka FAS maksimum ini yang digunakan.

Tabel 3.4 FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan & Lingkungan

Khusus

Jenis Pembetonan FAS Maksimum Beton didalam ruang bangunan: a. Keadaan keliling non-korosif b. Keadaan keliling korosif, disebabkan

oleh kondensasi atau uap korosi

0.60 0.52

Beton diluar ruang bangunan: a. Tidak terlindung dari hujan dan terik

matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik

matahari langsung

0.55

0.60

Beton yang masuk kedalam tanah: a. Mengalami keadaan basah dan kering

berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali

dari tanah

0.55

Tabel 3.8

Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 3.9

i. Penetapkan nilai slump

Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaanpembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya.Misal: pengecoran dengan conncrete pump membutuhkan nilai slumpbesar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan nilai slumpyang agak kecil. Lihat Tabel 3.5 sebagai pertimbangan.

Pengukuran Nilai Slump

Page 37: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-5

Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump Pemakaian Beton Maks Min

Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang 12.5 5.0

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur dibawah tanah 9.0 2.5

Pelat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5 Pengerasan jalan 7.5 5.0 Pembetonan masal 7.5 2.5

Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter)

Slump (mm) Besar Ukuran

Maksimum Kerikil (mm)

Jenis Batuan 0-10 10-30 30-60 60-180

10 Alami Batu pecah

150 180

180 205

205 230

225 250

20 Alami Batu pecah

135 170

160 190

180 210

195 225

40 Alami Batu pecah

115 155

140 175

160 190

175 205

Catatan: • Koreksi suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5OC harus ditambah air 5

liter per m3 adukan beton • Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus

ditambah air ± 10 liter per m3 adukan beton

j. Penetapan besar butir agregat maksimum Penetapan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan pada poin 2.2.c

k. Penetapan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton,

berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang diinginkan. Lihat Tabel 3.6

Jika menggunakan agregat halus dan agregat kasar dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus:

A = 0.67Ah + 0.33 Ak Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3) Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

Page 38: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-6

l. Hitung berat semen yang diperlukan

Dihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah k dengan FAS yang diperoleh pada Langkah g dan h

m. Hitung kebutuhan semen minimum Ditetapkan dengan Tabel 3.7-3.9. Kebutuhan semen minimum ini

ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya: lingkungan korosif, air payau dan air laut.

Tabel 3.7 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan

Lingkungan Khusus

Jenis Pembetonan Semen

Minimum (kg/m3 beton)

Beton didalam ruang bangunan: a. Keadaan keliling non-korosif b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh

kondensasi atau uap korosif

275

325

Beton diluar ruang bangunan: a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari

langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari

langsung

325

275

Beton yang masuk kedalam tanah: a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-

ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah

325

Tabel 3.8

Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 3.9

Page 39: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-7

Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat

Konsentrasi Sulfat (SO3) Dalam Tanah

Total SO3

SO3 dalam

campuran air:tanah

= 2:1 (g/lt)

SO3 dalam air

tanah (g/lt)

Jenis Semen

Kandungan semen minimum (kg/m3) Ukuran Maks. Agregat (mm) 40 20 10

Faktor Air

Semen (FAS)

Maksimum

<0.2 <0.1 <0.3 Tipe I dengan atau tanpa Pozzolan (15-40%)

280

300

350

0.5

0.2-0.5 1.0-1.9 0.3-1.2

Tipe I tanpa Pozzolan Tipe I dengan Pozzolan (15-40%)Atau Semen Portland Pozzolan Tipe II atau V

290 270 250

330 310 290

380 360 430

0.5

0.55

0.55

0.5-1.0 1.9-3.1 1.2-2.5

Tipe I dengan Pozzolan (15-40%)Atau Semen Portland Pozzolan Tipe II atau V

340 290

380 330

430 380

0.45

0.5 1.0-2.0 3.1-5.6 2.5-5.0 Tipe II atau V 330 370 420 0.45

>2.0 >5.6 >5.0 Tipe II atau V dan lapisan pelindung

330

370

420

0.45

Page 40: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-8

n. Penyesuaian kebutuhan semen

Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari Langkah l ternyata lebih sedikit daripada Langkah m, maka kebutuhan semen harus dipakai yangminimum (yang nilainya lebih besar)

o. Penyesuaian jumlah air atau FAS Jika jumlah semen ada perubahan akibat Langkah n, maka nilai faktor airsemen berubah. Dalam hal ini dilakukan dua cara berikut: • Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi

jumlah air dengan jumlah semen minimum • Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen

minimum dengan faktor air semen Catatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua akan menaikkan jumlah air yang diperlukan

p. Penentuan daerah gradasi agregat halus Klasifikasikan daerah gradasi agregat dengan menggunakan Tabel 3.10.

q. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar

Diperlukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Padalangkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan beratagregat campuran. Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besarbutir maksimum agregat kasar, nilai slump, FAS dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan Gambar 3.3-3.5 dapat diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregatcampuran

Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton Bertulang/Prategang Kedap Air

Berhubungan dengan:

FAS Maksimum Tipe Semen

Kandungan semen minimum

Ukuran Maksimum

Agregat (mm) 40 20

Air tawar 0.50 Semua tipe I-V 280 300

Air payau

0.45

0.50

Tipe I + Pozzolan (15-40%) Atau Semen Portland Pozzolan Tipe II atau V

340 380 290 330

Air laut 0.45 Tipe II atau V 330 370

Page 41: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-9

Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan Lubang

Ayakan (mm) 1 2 3 4

10.00 100 100 100 100 4.80 90-100 90-100 90-100 95-100 2.40 60-95 75-100 85-100 95-100 1.20 30-70 55-90 75-100 90-100 0.60 15-34 35-59 60-79 80-100 0.30 5-20 8-30 12-40 15-50 0.15 0-10 0-10 0-10 0-15

Gambar 3.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 10 mm

Gambar 3.4 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 20 mm

Page 42: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-10

Gambar 3.5 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk kuran Butir Maksimum 40 mm

r. Berat jenis agregat campuran Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr

Dengan: Bj camp = Berat jenis agregat campuran Bj ag hls = Berat jenis agregat halus

Bj ag ksr = Berat jenis agregat kasar P = Persentase agregat halus terhadap agregat

campuran K = Persentase agregat kasar terhadap agregat

campuran Berat jenis agregat halus dan kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan

laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2.60 untuk agregat tak dipecah dan 2.70 untuk agregat pecahan

s. Penentuan berat jenis beton Menggunakan data berat jenis agregat campuran dari Langkah r dan kebutuhan air tiap meter kubik betonnya, maka dengan grafik pada Gambar 3.6 dapat diperkirakan berat jenis betonnya. Caranya: • Dari berat jenis agregat campuran pada langkah q dibuat garis

kurva berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan garis kurva pada Gambar 3.6.

• Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah k dimasukkan dalam Gambar 3.6 dan dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai mencapai kurva yang dibuat pada langkah pertama

• Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh nilai berat jenis beton

Page 43: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-11

t. Kebutuhan agregat campuran Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dikurangikebutuhan air dan semen

u. Hitung berat agregat halus yang dibutuhkan, berdasarkan hasil Langkah q dan r. Kebutuhan agregat halus diperoleh dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran dengan persentase berat agregat halusnya

v. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil Langkah r

dan s. Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangikebutuhan agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus.

Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalamkeadaan jenuh kering muka, sehingga di lapangan yang pada umumnyakeadaan agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan koreksiterhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu kaliper hari. Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut: Air = A-[(Ah-A1)/100]xB-[(Ak-A2)/100]xC Agregat halus = B+[Ah-A1)/100]xB Agregat kasar = C+[(Ak-A2)/100]xC Dengan: A = Jumlah kebutuhan air (liter/m3) B = Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3) C = Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3) Ah = Kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%) Ak = Kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%) A1 = Kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%) A2 = Kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)

Gambar 3.6 Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan Berat Beton

Page 44: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-12

Untuk mempermudah dapat mempergunakan formulir isian di bawah ini:

Tabel 3.11 Formulir Perancangan Adukan Beton

Page 45: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-13

3.2 Tata Cara Perancangan Proporsi Campuran beton Normal SNI 03-2847-2002 Poin 7.3

14

Gambar 3.7 Diagram Air Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan

SNI 03-2847-2002

Page 46: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-14

Tabel 3.12 Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar Jika Jumlah Pengujian Kurang Dari 30 Contoh

Jumlah Pengujian Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar

<15 contoh Gunakan Tabel 15 15 contoh 1.16 20 contoh 1.08 25 contoh 1.03 30 contoh atau lebih 1.00

Catatan: Interpolasi untuk jumlah pengujian yang berada diantara nilai-nilai diatas

Kuat tekan rata-rata perlu f’cr ditentukan sebagai dasar pemilihan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau 2 dibawah ini:

f’cr = f’c + 1.34 S......................................(1) f’cr = f’c + 2.33 S -3.5...............................(2)

Tabel 3.13 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia Untuk Menetapkan Deviasi Standar

Persyaratan Kuat Tekan, f’c MPa

Kuat Tekan Rata-Rata Perlu, f’cr MPa

Kurang dari 21 f’c + 7.0 21-35 f’c + 8.5 Lebih dari 35 f’c + 10.0

Page 47: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-15

Pasal 7.3(3(2)) SNI 03-2847-2002, menyebutkan tentang pembuatan proporsi campuran beton yang diperoleh dari campuran percobaan yang dapat digunakanjika batas-batas ini dipenuhi: o Kombinasi bahan yang digunakan harus sama dengan yang digunakan pada

pekerjaan yang akan dilakukan. o Campuran percobaan yang memiliki proporsi campuran dan konsistensi yang

diperlukan untuk pekerjaan yang akan dilakukan harus dibuat menggunakansekurang-kurangnya tiga jenis rasio air-semen yang berbeda-beda untuk menghasilkan suatu kisaran kuat tekan beton yang mencakup kuat rata-rata perlu f’cr

o Campuran uji harus direncanakan untuk menghasilkan kelecakan dengankisaran ±20 mm dari nilai maksimum yang diizinkan, dan untuk beton denganbahan tambahan penambah udara, kisaran kandungan udaranya dibatasi ±0.5% dari kandungan udara maksimum yang diizinkan

o Untuk setiap rasio air-semen, sekurang-kurangnya harus dibuat tiga buah contoh silinder uji untuk masing-masing umur uji dan dirawat sesuai dengan SNI 03-2492-1991. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium. Silinder harus diuji pada umur 28 hari atau pada umur uji yangditetapkan untuk penentuan f’c

o Dari hasil uji silinder tersebut harus diplot kurva yang memperlihatkanhubungan antara rasio air-semen atau kadar semen terhadap kuat tekan pada umur uji yang ditetapkan

o Rasio air-semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yangakan digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti yangdiperlihatkan pada kurva untuk menghasilkan kuat rata-rata yang sesuai dengan syarat-syarat diatas, kecuali bila rasio air semen yang lebih rendahatau kuat tekan yang lebih tinggi disyaratkan sesuai Pasal 6 SNI 03-2847-2002.

Pasal 6 SNI 03-2847-2002. Persyaratan Keawetan Beton 6.1 Rasio air-semen

Rasio air semen yang disyaratkan pada Tabel 3.14 dan Tabel 3.15 harus dihitung menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C150, ASTM C595 M atau ASTM C845 ditambah dengan berat abu terbang dan pozzolan lainnya sesuai dengan ASTM C618, kerak sesuai dengan ASTM C989 dan silica fume sesuai dengan ASTM C1240 bilamana digunakan.

Page 48: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-16

6.2 Pengaruh lingkungan

Tabel 3.14 Persyaratan Beton untuk Lingkungan Khusus

Kondisi Lingkungan Rasio air-semen maksimum1

f’c minimum2

MPa Beton dengan permeabilitas rendah yang terkena pengaruh lingkungan air 0.50 28

Untuk perlindungan tulangan terhadap korosi pada beton yang terpengaruh lingkungan yang mengandung klorida dari garam atau air laut

0.40 35

Catatan:

1. Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal 2. Untuk beton berat normal dan beton berat ringan

Struktur Pelabuhan,: Salah Satu Contoh Beton dalam Pengaruh Air Laut 6.3 Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat

o Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang terdapat dalam larutan atau tanah harus memenuhi pada Tabel 3.15, atau harus terbuat dari semen tahan sulfat dan mempunyai rasio air-semen maksimum dan kuat tekan minimum sesuai dengan Tabel 3.15

Page 49: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-17

Tabel 3.15 Persyaratan untuk Beton yang Dipengaruhi oleh Lingkungan Yang Mengandung Sulfat

Paparan

Lingku-ngan Sulfat

Sulfat (SO4) Dalam Tanah yang Dapat Larut

Dalam Air

Persen terhadap

berat

Sulfat (SO4)

Dalam Air

Mikron gram per

gram

Jenis Semen

Rasio Air-Semen

Maksimum dalam Berat

(Beton Berat

Normal)

f’c minimum

(Beton berat

normal dan

ringan)

MPa

Ringan 0.00-0.10 0-150 - - -

Sedang 0.10-0.20 150-1500

II,IP(MS), IS(MS),P(MS)

, I(PM)(MS), I(SM)(MS)*

0.5 28

Berat 0.20-2.00 1500-1000

V 0.45 31

Sangat berat >2.00 >10000 V+Pozzolan 0.45 31

Catatan: *Semen campuran sesuai ketentuan ASTM C595

Page 50: Buku beton

Perencanaan campuran beton III-18

6.4 Perlindungan tulangan terhadap korosi o Tulangan didalam beton harus diberikan perlindungan terhadap korosi,

maka konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam airpada beton keras umur 28-42 hari tidak boleh melebihi batasan pada Tabel 3.15. Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ionklorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai ASTM C1218

o Persyaratan nilai rasio air-semen dan kuat tekan beton pada Tabel 3.14dan persyaratan tebal selimut beton pada pasal 9.7 SNI 03-2847-2002 harus dipenuhi apabila beton akan berada pada lingkungan yangmengandung klorida yang berasal dari air garam, air laut atau cipratan dari sumber garam tersebut. Untuk tendon kabel prategang tanpalekatan dapat dilihat ketentuannya pada Pasal 20.16 SNI 03-2847-2002.

Pasal 7.4 SNI 03-2847-2002. Menyebutkan tentang perancangan campuran

tanpa berdasarkan data lapangan atau campuran percobaan. o Jika data hasil uji pekerjaan beton sebelumnya tidak tersedia, maka

proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan percobaan atau informasi lainnya, bilaman hal tersebut disetujui oleh pengawas lapangan. Kuat tekan rata-rata perlu, f’cr beton yang dihasilkan dengan bahan yang mirip dengan yang akan digunakan harus sekurang-kurangnya 8.5 Mpa lebih besar daripada f’c yang disyaratkan. Alternatif ini tidak boleh digunakan untuk beton dengan kuat tekan yang disyaratkan lebih besar dari 28 Mpa.

o Campuran beton yang dirancang menurut butir ini harus memenuhi persyaratan keawetan pada Pasal 6 (diatas) dan kriteria pengujian kuat tekan pada Pasal 7.6 SNI 03-2847-2002

Page 51: Buku beton

Pelaksanaan IV-0

0

Page 52: Buku beton

Pelaksanaan IV-1

4.1 PENCAMPURAN/MIXING a. Site-Mix

1. Standar pencampuran ini hanya untuk beton normal (dengan berat jenis

2200 kg/m3-2500 kg/m3) dan tidak menggunakan bahan tambahan.

Pencampuran dengan bahan tambahan diatur oleh petunjuk

penggunaan bahan tambahan yang digunakan.

2. Alat pencampur yang digunakan harus mempunyai alat pemutar

dengan mesin, baik mollen, winget, pan mixer atau batching plant, yang

dibagi dalam dua golongan, yaitu:

• Golongan 1: Mesin pencampur dengan blade berputar sendiri,

contoh: pan mixer dan batching plant

• Golongan 2: Mesin pencampur dan blade berputar bersamaan,

contoh: mollen dan winget

Pencampuran a. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama hingga campuran

seragam dan harus dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi kembali.

b. Outlet mixer jangan sampai menimbulkan segregasi waktu beton

dituang. c. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan

SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai atau ASTM C685. Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan pencampuran menerus.

Page 53: Buku beton

Pelaksanaan IV-2

d. Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut: 1) Urutan pemasukan material kedalam mesin pencampur harus

dimulai dengan agregat kasar, agregat halus kemudian semen. Setelah semen dimasukkan, putar mesin pengaduk selama 1/2 menit kemudian baru dimasukkan air (air dan bahan tambahan, bila tidak terdapat ketentuan lain tentang penggunaan bahan tambahan). Kemudian lakukan pengadukan sesuai waktu yang ditentukan.

2) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik pembuat. Jika tidak ada, dapat menggunakan pendekatan pada Tabel 4.1

3) Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus selama sekurang-kurangnya 1,5 menit (lihat Tabel 4.1) setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai.

4) Pengolahan, penakaran dan pencampuran bahan harus memenuhi aturan yang berlaku pada SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai.

5) Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi: o Jumlah adukan yang dihasilkan o Proporsi bahan yang digunakan o Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur o Tanggal serta waktu pencampuran dan pengecoran

Tabel 4.1 Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton Jenis Mesin Pencampur

Kapasitas Maksimum (m3)

Lama Pencampuran Minimum (menit)

<1.0 1.5 1.0-2.5 2.0 2.5-3.0 2.5 3.0-5.0 3.0

Blade berputar sendiri

5.0-7.0 3.5 Blade berputar

bersamaan dengan mesin

0.5 3.0

e. Toleransi berat pencampuran bahan beton: o Semen dan air +/-2% o Pasir +/-3% o Agregat kasar +/-5% o Air +/-2% o Aditif +/-5%

Page 54: Buku beton

Pelaksanaan IV-3

b. Ready-Mix

Penggunaan Beton pra-campur/ready-mix terutama digunakan untuk pengecoran jumlah besar yang biasanya melayani proyek-proyek pada skala besar atau melayani proyek-proyek di perkotaan. Penggunaan beton pra-campur mengeliminasi waktu mixing oleh kontraktor, karena beton tiba di lapangan dalam keadaan siap-tuang, yang perlu mendapat fokus perhatian pada beton ini adalah kualitas beton dan penanganan di lapangan. 1. Kontrol Kualitas

Dalam melakukan kontrol kualitas beton ready-mix, hal yang penting adalah melakukan kontrol volume semen pada mix-design sebab komponen semen merupakan komponen yang paling mahal dari komposisi ready-mix.

Pada pengecoran dengan volume besar, kemungkinan terjadi adanya kesalahan dalam keseragaman mutu yang disebabkan karena kurang cermatnya operator instalasi berhubung banyaknya pengiriman di berbagai tempat dengan mutu atau spesifikasi yang berbeda.

Dalam melakukan kontrol workabilitas beton sebelum dituang, maka prosedur berikut dapat dilakukan:

a. Pastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di dalam truk mixer

b. Ambilah contoh bahan uji secukupnya c. Lakukan uji slump pada contoh bahan uji tersebut d. Bilamana hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka

muatan harus diterima. Tetapi bila hasilnya diluar batas, ambilah kembali contoh bahan uji dari truk yang sama untuk dilakukan test slump lagi

e. Bila tidak memenuhi, maka beton harus ditolak

2. Penanganan Beton Pra Campur di Lapangan a. Site yang dilalui dan tempat parkir truk mixer harus kuat dan

mampu menahan muatan penuh dari truk pencampur yang beratnya sekitar 24 ton, dan jelas bahwa jalanan ini harus lebih kuat daripada yang diperlukan untuk lalu lintas biasa di lapangan. Sehingga akan lebih ekonomis untuk membuat jalan masuk yang memadai di awal pekerjaan, daripada pekerjaan ”tambal sulam” permukaan tanah yang lemah. Disarankan untuk keadaan umum, memberi perkerasan inti yang sangat padat setebal 200 mm atau yang ekuivalen

b. Truk yang berjalan dekat sisi galian harus diperhatikan. Galian perlu ditopang dengan baik untuk mencegah runtuhnya sisi galian akibat berat kendaraan.

Page 55: Buku beton

Pelaksanaan IV-4

4.2 PENGANGKUTAN a. Semua peralatan untuk pengangkutan harus bersih.

b. Tidak boleh terjadi segregasi dan hilangnya plastisitas campuran

selama proses pengangkutan. c. Diusahakan tidak timbul laitance/kelembapan tinggi diatas beton segar. d. Waktu keluar dari batching sampai penuangan selesai tidak boleh lebih

dari 1,5 jam atau waktu total sampai dengan pengecoran selesai tidak lebih dari tiga jam dan nilai slump masih memenuhi syarat

Page 56: Buku beton

Pelaksanaan IV-5

4.3 PERSIAPAN LOKASI a. P

bb

b. S

c c. C

d d. B

pk

e

f

g

h

i

ersiapkan site dengan baik, termasuk pada joint bekisting, pastikan ahwa penempatan tulangan sudah benar (jika ada), pastikan ekisting sudah rata, kuat dan tersangga dengan benar.

emua sampah, kotoran dan genangan air harus dihilangkan dari etakan yang akan diisi beton.

etakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah ibongkar.

ila ada bagian yang menggunakan batu bata, bagian dinding bata engisi yang akan bersentuhan dengan beton segar harus dalam ondisi basah.

. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.

. Sebelum beton dicor, air harus dibuang dari tempat pengecoran,kecuali bila digunakan tremie.

. Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang kualitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecoranlanjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.

. Pengecoran diatas beton lama/batuan harus dibersihkan, dikasari,dibasahi dan dilapisi dengan mortar/semen yang dibuat dengan menggunakan air dan semen yang sama dengan yang dicor dan nilaislump 15 cm terlebih dahulu, setebal 4-10 cm untuk mencegah lubang-lubang dan menciptakan ikatan yang rapat. Atau gunakan bondingagent.

. Penundaan pengecoran ketika beton sudah siap di cor menyebabkan penurunan kualitas akhir. Pastikan semua kegiatan diatas sudahterlaksana sebelum beton siap dicor.

Page 57: Buku beton

Pelaksanaan IV-6

4.4 PERALATAN PENGECORAN a. Agitator Truck

• Agitator truck biasanya dipakai untuk mengirim beton ready-mix,

dengan drum yang berputar untuk mencegah beton mengalami setting, berbeda dengan truck mixer yang mencampur beton sekaligus mengangkutnya. Spesifikasi mixer dapat dilihat pada Poin 4.1 (diatas)

• Kontraktor harus mengecek nilai slump dari tiap batch individual untuk mengetahui keseragaman konsistensi beton. Bila test ini mengindikasikan adanya variasi nilai slump melebihi 50 mm, agitator disarankan untuk tidak digunakan sampai kondisi tersebut diperbaiki

• Agitator harus terawat baik, dan tidak ada akumulasi beton keras dan mortar didalamnya, blade dan setiap bagiannya harus diganti bila telah aus sebesar 25 mm dari design pabriknya

• Beton harus sampai di site dan penuangan harus diselesaikan dalam waktu 1.5 jam setelah air dimasukkan dalam campuran semen dan agregat.

Dibawah ini diuraikan kapasitas dan spesifikasi rata-rata dari beberapa agitator truck di pasaran: Kapasitas geometris drum : 8-14 m3

Kapasitas pencampuran : 5-8 m3

Kecepatan putar drum : 0-18 rpm Tekanan water system : 2 bar Volume water tank : 400-600 liter Berat agitator truck kosong : 2800-3200 kg Kecepatan maksimum : 60 km/jam

Satuan panjang: mm

Page 58: Buku beton

Pelaksanaan IV-7

b. Concrete Pump • Concrete pump diperlengkapi dengan pipa yang panjangnya tergantung

jangkauan horisontalnya • Ukuran maksimum agregat yang dapat dipompa hingga 63 mm (tetapi

tergantung juga pada spesifikasi pabrik) • Diperlengkapi agitator pada feeding hopper-nya untuk mencegah beton

mengalami setting dan segregasi di lubang penyerapan • Biasanya diperlengkapi dengan 3-5 section untuk Z-boom Spesifikasi rata-rata alat: Temperatur pengecoran optimal : -20 s.d +40 OC Jangkauan vertikal : 16-58 m Jangkauan horizontal : 13-53 m Kedalaman jangkauan : 8-42 m Tinggi alat dalam keadaan terlipat : 4.1-15.4 m Output : 48-154 m3/jam Tekanan dalam pipa : 71-130 bar Diameter pipa : 200x1400 – 280x2100 mm Stroke : 18-34 per menit

c. Tremie • Metode pengecoran beton didalam air melalui pipa atau tabung, tremie dapat

rigid maupun fleksibel • Beton dialirkan secara gravitasional dengan mesin pengaduk beton yang

mengalirkan beton melalui bagian atas pipa atau dengan disambungkan secara langsung melalui concrete pump

• Pengecoran dengan tremie bertujuan menghasilkan penuangan menerus yang monolitik dibawah air tanpa menyebabkan turbulensi

Page 59: Buku beton

Pelaksanaan IV-8

d. •

SpesJangBeraJuml

Placing Boom

Berupa tower yang terdiri dari substruktur turbular, kolom vertikal dan boom/lengan yang dapat mengeluarkan aliran beton segar ke formwork struktur Adanya instalasi alat untuk climbing dengan sistem hidrolis yang dioperasikan dengan kabel remote control Placing boom dapat ditambah tingginya seiring dengan naiknya struktur bangunan dan dapat berdiri hingga 100 ft (30.48 m) tanpa diikat pada apapun Pergerakan angular pada boom joint-nya besar, sehingga dapat menjangkau berbagai lokasi yang relatif luas Diperlukan 40 ft container untuk pengangkutan boom

kta

Syarat pengecoran dengan tremie: • Diameter minimum 250 mm • Penetrasi tremie sekitar 3-4 inchi atau 8-10 cm • Kadar semen minimum 7 sack tiap kubik yard/0.76 m3 • Slump berkisar 6-9 in • Penuangan beton dan maneuver tremie harus dilakukan secara hati-

hati • Pengantaran/ pengangkutan beton harus tiba ditempat tujuan dalam

jumlah yang cukup dan tepat waktu

ifikasi rata-rata alat: auan horizontal : 16-50 m

alat : 4050-9650 kg h section dalam satu lengan : 4-5 buah

Page 60: Buku beton

Pelaksanaan IV-9

SDPBPBD(G Ltp

e. Internal Vibrator Pemilihan vibrator agar menghasilkan beton berkualitas adalah: • Pilihlah vibrator terbesar dari kelasnya yang sesuai untuk jenis pekerjaan • Hal penting yang perlu diperhatikan: udara terperangkap bergerak keatas

dalam campuran mulai 1-3 inch per detik (1 inch, pada nilai slump 0, 3 inch pada nilai slump 4-5 inch)

pesifikasi umum rata-rata dari beberapa vibrator, antara lain: iameter head : 38-65 mm anjang vibrator : 345-490 mm erat : 2.2-9.2 kg rotective hose : 4-5 m erat pengoperasian : 10.5-22.5 kg iameter pemadatan efektif

tergantung konsistensi beton) : 50-120 cm etaran : 11000-14000 VPM

ihat juga Bab VI Pengetahuan Beton Pracetak, Subbab Pemadatan. Pada Bab ersebut diuraikan beberapa macam peralatan pemadatan yang dipakai pada roduksi beton pracetak, seperti: meja getar dan external vibrator.

Benar Salah

½ dari radius penggetaran

Internal Vibrator dengan Generator

Page 61: Buku beton

Pelaksanaan IV-10

Vibrator tanpa Generator

4.5 PENGECORAN Cara pengecoran dan pemadatan yang baik, akan menghasilkan ikatan yang

kuat antara pasta semen dan agregat serta akan mengisi bekisting secara sempurna. Kedua faktor tersebut diatas berperan penting dalam memberikan kekuatan dan tampilan terbaik pada beton yang dihasilkan.

Beton yang Tidak Boleh Digunakan

a. Beton yang telah mengeras sebagian/terkontaminasi bahan lain. b. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang

setelah pengikatan awal, kecuali bila disetujui pengawas lapangan.

Pedoman Umum

a. Kontrol temperature-Jika memungkinkan, hindari pengecoran pada cuaca yang panas, kering dengan kelembapan rendah atau cuaca yang terlalu dingin dan berangin keras. Jika cuaca diprediksi akan panas, kering atau berangin, maka subgrade/bekisting tempat beton akan diletakkan harus dibasahi agar lembab.

Pastikan setiap langkah pekerjaan telah dipersiapkan dengan baik,

karena pada kondisi cuaca seperti diatas, tidak tersedia banyak waktu untuk pengecoran, pemadatan, finishing dan perawatan beton.

Page 62: Buku beton

Pelaksanaan IV-11

b. Segregasi-Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau akibat pengaliran.

c. Kontinu-Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut

harus dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel atau penampang sampai batasnya atau sambungan yang ditetapkan dan hindarkan terjadinya cold-joint.

d. Kontrol posisi-Kecepatan pengecoran harus sedemikian hingga agar

beton tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang diantara tulangan, seluruh celah dan masuk hingga ke sudut cetakan tetapi tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting serta embedded material.

e. Kecepatan pengecoran-Untuk menghindari tekanan yang berlebihan

pada bekisting pada proyek-proyek besar, kecepatan pengecoran tidak lebih dari 1,2 m vertikal tiap jamnya kecuali untuk kolom. Untuk mencegah retak-retak, interval antara pengecoran slab, balok, dan girder dengan pengecoran kolom dan dinding yang mendukungnya minimal 4 jam, tetapi yang terbaik adalah 24 jam.

Cold-joint f. Siar Pelaksanaan-Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan

harus dibuat sesuai Subbab 8.4 SNI 03-2847-2002 g. Pengecoran berlapis-setiap lapisnya dibatasi maksimal setebal 50 cm

dengan satu kali operasi (ketebalannya tergantung dari tipe konstruksi, ukuran bekisting dan jumlah tulangan) dan harus dipadatkan terlebih dahulu sebelum pengecoran lapisan selanjutnya untuk mencegah terjadinya lubang-lubang (sarang lebah). Lapisan selanjutnya segera harus dituang sebelum lapisan sebelumnya mengalami pengikatan awal.

Page 63: Buku beton

Pelaksanaan IV-12

Hindarkan terjadinya over vibrate saat pemadatan lapisan, karena akan

menyebabkan segregasi dan permukaan yang lemah.

h. Tinggi jatuh maksimum-Jika menggunakan concrete pump, pengecoran langsung dari mixer truck, menggunakan cerobong ataupun kereta dorong, pastikan bahwa beton segar dituang secara vertikal dengan ketinggian maksimum pengecoran adalah 1,5 m untuk mencegah terjadinya lubang-lubang pada beton yang dihasilkan.

Teknik Pengecoran (lihat Gambar 4.1)

a. Pengecoran dinding

o Pengecoran dimulai dari ujung bergerak ke tengah untuk mencegah air berkumpul pada sudut dan tepi bekisting.

o Berikan kelebihan cor setinggi sekitar 5 cm dari bekisting dan pindahkan kelebihan tersebut sebelum beton mengeras agar didapat permukaan yang rata dan bersih.

o Sebelum pengecoran selanjutnya, berikan lapisan mortar seperti pada poin 4.3.h

b. Site datar

o Pengecoran dimulai dari sudut bekisting paling jauh dan bergerak ke arah suplai beton, dimana beton dicampur atau dikirim (mixer truck).

o Jangan mengecor pada titik-titik yang berbeda dan mengeruk titik-titik tersebut secara horisontal untuk meratakan dan menggabungkan agar mengisi bekisting pada posisi akhirnya, hal ini dapat menyebabkan segregasi.

c. Site miring/dengan slope tertentu

o Pengecoran dimulai dari titik terendah, bergerak naik ke arah yang lebih tinggi sehingga berat beton cor-coran di titik yang lebih tinggi akan memadatkan beton yang telah dicor sebelumnya. Penggunaan campuran yang lebih kental lebih dianjurkan.

o Jika area pengecoran luas dan kemiringannya curam serta akses terbatas, concrete pump adalah solusi paling praktis untuk menghemat waktu, energi dan kenyamanan

Page 64: Buku beton

Pelaksanaan IV-13

Benar Salah 4. Pengecoran Beton pada Site Miring

Benar Salah 2. Pengecoran Beton pada Bagian Atas

Bekisting Dinding

Benar Salah 1. Pengecoran Beton pada Bagian Bawah

Bekisting Dinding

Benar Salah 3. Pengecoran Beton pada Site Datar

Gambar 4.1 Teknik Pengecoran

Page 65: Buku beton

Pelaksanaan IV-14

Pengecoran pada temperatur udara tinggi: Jika temperatur harian >35o Celcius , maka diusahakan pengecoran dilakukan pada malam hari, atau dilakukan upaya khusus pada proses pencampuran, seperti :

Pendinginan material dengan siraman air Melindungi semua material dan lokasi pengecoran dari sinar matahari,

misalnya dengan menggunakan tenda Mengecat tangki penyimpan air dengan warna putih (tidak menyerap

panas) Mendinginkan air pencampur beton, atau mencampur dengan es atau

air chiller Menyemprot acuan/bekisting dengan air Melindungi beton selama pengangkutan dan pengecoran terhadap sinar

matahari

Page 66: Buku beton

Pelaksanaan IV-15

4.6 PEMADATAN/COMPACTING

Pemadatan dilakukan pada semua pembetonan kecuali beton yang dicor didalam air. Pemadatan mengeliminasi lubang-lubang dan membuat agregat halus mengisi cetakan dan membentuk permukaan yang halus, sehingga beton dapat mencapai kekuatannya, durabilitasnya dan homogenitasnya.

Kapan Pemadatan Dapat Dimulai? Segera setelah beton dituangkan dan beton masih dalam kondisi plastis (workable) Pedoman Umum a. Pemadatan dapat dilakukan secara manual (menggunakan sekop,

tongkat atau tamper) maupun mekanis (menggunakan vibrator), tapi yang terbaik adalah secara mekanis. Peralatan pemadatan harus dapat mencapai dasar cetakan dan cukup kecil agar dapat masuk ke celah-celah tulangan.

b. Pemadatan tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting dan

embedded material. c. Pemadatan tidak boleh menimbulkan ruang kosong akibat gaya

gravitasi. Teknik Pemadatan a. Pemadatan manual

o Masukkan alat pemadat kedalam bekisting, pada lapisan yang baru saja dituangkan dan beberapa inchi hingga lapisan dibawahnya.

o Gerakkan alat pemadat hingga agregat kasar menghilang dan masuk kedalam beton.

Ujung pipa: sambungan dan rata

Gambar 4.2 Pemadatan Manual

Page 67: Buku beton

Pelaksanaan IV-16

Hindarkan hal-hal berikut ini untuk mencegah segregasi: o Jangan menggunakan vibrator bila adukan dapat dipadatkan dengan

mudah dengan hanya menggunakan pemadatan manual o Jangan menggunakan vibrator untuk beton dengan nilai slump lebih dari

5 inchi. o Jangan menggunakan vibrator untuk meratakan beton didalam bekisting

b. Pemadatan mekanis (Internal Vibrator)

o Masukkan alat pemadat hingga kedalaman kira-kira 45 cm. Untuk beton air entrained selama 5-10 detik dan untuk beton non-air entrained selama 10-15 detik. Lamanya pemadatan tersebut tergantung pada nilai slump-nya.

o Padatkan secara merata dengan membuat sejumlah kecil area pemadatan yang overlap dan jika memungkinkan, biarkan vibrator berdiri secara vertikal dan biarkan turun dengan sendirinya akibat gravitasi kedalam beton.

o Vibrator tidak hanya bergerak pada lapisan yang baru saja dicor, tetapi juga menembus hingga >10cm kedalam lapisan dibawahnya (yang sudah terlebih dahulu dicor) untuk menjamin terbentuknya ikatan yang baik antar lapisan.

o Pemadatan yang layak telah tercapai jika lapisan tipis mortar muncul kepermukaan disekitar diseluruh bekisting dan agregat kasar menghilang kedalam beton atau pasta semen mulai nampak disekitar tongkat vibrator dan gelembung udara beton naik ±30 detik.

o Tariklah vibrator secara vertikal dengan kecepatan yang sama saat turun kedalam adukan beton secara gravitasional.

Tabel 4.2 Getaran Minimum dengan Internal Vibrator

Diameter Getaran Minimal (RPM)

> 80mm 8.000 < 80 mm 12.000

Sebelum Pemadatan Setelah Pemadatan

Gambar 4.3 Pemadatan Mekanis

Page 68: Buku beton

Pelaksanaan IV-17

4.7 FINISHING

Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan

efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu, finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan screeding untuk memperbaiki kontur.

Macam Finishing:

a. Screeding b. Hand Tamping c. Floating d. Edging e. Trowelling f. Brooming g. Grinding h. Sack-Rubbed Finish i. Exposed Aggregate Finish

Kapan Finishing Dapat Dimulai? Saat beton (yang telah dipadatkan sebelumnya) dapat menyangga beban satu orang yang berdiri diatasnya dengan hanya meninggalkan sedikit bekas pada permukaannya.

a. SCREEDING

Dilakukan untuk memperoleh elevasi/ketinggian yang diinginkan pada pengecoran slab, trotoar atau jalan.

a. Screeding Manual Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung. Teknik sceed yang baik: o Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan

beton seperti gerakan menggergaji o Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi

disepanjang bekisting o Jika screed ‘mencongkel’ permukaan beton, (yang mungkin

terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket) kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah screed dengan logam

o Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang permukaan beton yang bergelombang akibat screeding sebelumnya

Page 69: Buku beton

Pelaksanaan IV-18

b. Screeding Mekanis Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah. Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar, finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai slump adukan, makin besar kecepatannya.Teknik screeding dengan alat ini adalah: o Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam o Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan

beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian dibawah screed beam

o Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua ujungnya

o Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali

Screeding yang optimal dilakukan oleh 3 orang (tidak termasuk operator vibrator), dua dari pekerja mengoperasikan screed sedangkan pekerja ketiga membuang kelebihan beton dari bagian depan screed. Kecepatan screeding yang dihasilkan dengan cara ini adalah 200 ft2/jam

Page 70: Buku beton

Pelaksanaan IV-19

Gambar 4.4 Alat Screed Mekanis Bila saat screeding, terjadi bleeding, jangan menggunakan

pasir/semen untuk menyerap kelebihan air akibat bleeding karena akan melemahkan permukaan yang telah mengeras, pindahkan genangan air dengan menarik pipa selang diatas permukaan beton atau saat mix desain gunakan bahan aditif air entraining.

b. HAND TAMPING Dilakukan setelah screeding. Digunakan untuk memadatkan beton

menjadi sebuah massa yang padat dan membuat agregat kasar dengan ukuran partikel besar turun kebawah permukaan, sehingga memungkinkan finishing permukaan dapat dilakukan sesuai keinginan. Alat ini hanya digunakan untuk beton dengan nilai slump rendah. Setelah hand tamping dilakukan, dapat langsung dilanjutkan dengan floating.

Dapat digunakan untuk:

Pinggiran kolam, driveways, patio, entry dan courtyard

Page 71: Buku beton

Pelaksanaan IV-20

Gambar 4.5 Alat Hand Tamping

c. FLOATING Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang

diperoleh dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan raskam (float) kayu atau aluminium magnesium. Setelah beton sebagian mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat permukaan yang lebih halus.

Kapan Floating Dapat Dilakukan? Segera setelah kilau air menghilang dari permukaan beton, untuk mencegah retak dan pengelupasan beton

Raskam Kayu & Magnesium Alat Float Bertangkai

Gambar 4.6 Floating

Page 72: Buku beton

Pelaksanaan IV-21

Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan mengelupas saat penggunaan.

d. EDGING

Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton.

Gambar 4.7 Edger

Kapan Edging Dapat Dilakukan? Dimulai saat kilau air mulai menghilang dari permukaan.

e. TROWELLING Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton

setelah proses floating dan beton telah cukup keras. Trowelling yang terlalu awal cenderung mengurangi keawetan beton, sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan permukaan terlalu keras untuk dapat dikerjakan dengan baik. Titik-titik air harus dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing tidak boleh dilanjutkan hingga air terserap lebih dulu, menguap atau dibersihkan.

Page 73: Buku beton

Pelaksanaan IV-22

a. Trowel Baja

o Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan trowel berhadapan secara datar dengan beton

o Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan beton

o Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah padat sepenuhnya

Gambar 4.8 Trowel Baja

b. Trowel Mekanis

Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya, jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh pabriknya.

Page 74: Buku beton

Pelaksanaan IV-23

f. BROOMING Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat

diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya. Dilakukan setelah floating.

Hasil Brooming Motif Geometris Hasil Brooming Motif Persegi

Untuk menciptakan pola lengkung, berombak, herringbone

bahkan lingkaran

o Jika tidak menginginkan alur yang besar, dapat menggunakan sikat halus setelah satu kali trowelling

o Jika alur yang besar/kasar diinginkan, dapat menggunakan sapu kaku yang terbuat dari kawat baja/serat kasar.

o Untuk lantai beton jalan (parkiran misalnya), arah alur yang dihasilkan harus pada sudut yang benar terhadap arah lalu lintas

Hasil Brooming motif Lengkung

Page 75: Buku beton

Pelaksanaan IV-24

g. GRINDING Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah

permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya partikel agregat.

o Selama proses grinding, lantai harus tetap basah dan dilanjutkan dengan menyikat dan membilas dengan air

o Setelah permukaan selesai dikerjakan, lubang-lubang dan cacat ditutup dengan grouting encer berupa campuran satu bagian grain-carborundum grit no. 80 dan satu bagian portland semen. Bahan ini diratakan di permukaan dan diratakan pada lubang-lubang itu dengan sendok semen. Kemudian digosok-gosokkan ke permukaan beton dengan mesin grinding. Saat beton grouting telah mengeras selama 17 hari, beton di-grinding untuk kedua kalinya agar lapisan yang tidak diinginkan hilang dan memberikan sentuhan akhir.

o Material yang tersisa diatas beton kemudian dibuang dengan penyiraman air secara keseluruhan.

h. SACK RUBBED FINISHING

(untuk Lantai Beton) Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton

yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikan-perbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak perlu dilakukan rubbing lagi.

o Rubbing yang pertama dilakukan dengan agregat kasar batu

Carborundum segera setelah beton mengeras sehingga agregat tidak akan tertarik keluar

o Beton kemudian dirawat hingga rubbing akhir dilakukan o Batu Carborundum yang lebih halus kemudian digunakan untuk rubbing

akhir o Beton harus tetap lembab saat proses rubbing dilakukan o Mortar yang digunakan dalam proses ini dan tertinggal dipermukaan

harus tetap dijaga kelembapannya hingga 1-2 hari setelah beton disiapkan untuk dirawat

o Lapisan mortar harus tetap pada ketebalan minimumnya untuk menghindari kemungkinan mengelupas dan mengotori tampilan permukaan beton.

Page 76: Buku beton

Pelaksanaan IV-25

i. EXPOSED AGGREGATE FINISHING

Finishing yang berupa agregat yang diekspos menghasilkan permukaan yang tidak licin dan biasanya digunakan untuk keperluan arsitektural

• Biarkan beton hingga cukup keras agar dapat mendukung material

finishing • Agregat diekspos dengan cara menambahkan retarder diatas

permukaan beton lalu permukaan beton tersebut disikat dan dibilas dengan air

Karena timing yang tepat sangat penting, buatlah beberapa pengujian untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspos agregat

4.7 PERAWATAN Merawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu

tertentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara perlahan-lahan namun efektif.

Gambar 4.9 Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak)
Page 77: Buku beton

Pelaksanaan IV-26

Curing Concrete Slab Menggunakan Karung Goni Basah

Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan tidak lebih dari 2000 psi (www.kuhlman-corp.com).

Keuntungan a. Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat b. Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat,

sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam. c. Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.

Lamanya waktu perawatan beton tergantung dari tipe semen yang digunakan, proporsi campuran, kekuatan yang direncanakan, ukuran dan bentuk massa beton, cuaca dan kondisi lingkungan. Slab dan dek jembatan yang terekspos terhadap cuaca dan serangan kimia biasanya membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama. Gambar 4.9 menunjukkan bagaimana perawatan mempengaruhi kuat tekan beton.

Page 78: Buku beton

Pelaksanaan IV-27

Gambar 4.10 Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi

Gambar 4.11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof

Metode Dasar Curing

a. Metode yang memberikan kelembapan tambahan Cara perawatan yang termasuk dalam metode ini adalah: o Penyiraman o Penutupan dengan penutup yang dibasahi, seperti: jerami, tanah,

karung goni, cotton mat dan bahan penahan kelembapan lainnya Kedua metode ini memberikan tambahan kelembapan selama pengerasan awal beton dan mendinginkan melalui melalui penguapan yang sangat penting untuk pengecoran saat cuaca panas. Perawatan beton yang paling baik adalah dengan menyiram beton secara kontinu sedangkan membungkus permukaan dengan penutup yang basah adalah yang paling banyak digunakan. Caranya: o Bungkuslah beton dengan penutup yang dibasahi sesegera mungkin

setelah beton cukup keras untuk mencegah rusaknya permukaan o Biarkan dan jagalah kelembapannya selama masa perawatan o Jika memungkinkan untuk membanjirinya dengan air dapat dilakukan

dengan membuat tanggul dari tanah disekeliling beton atau merendam beton secara keseluruhan didalam air.

Cara ini dapat dilihat pada Gambar 4.10

Page 79: Buku beton

Pelaksanaan IV-28

b. Metode yang mencegah hilangnya kelembapan/surface sealing

Metode ini terdiri dari beberapa cara: o Melapisi dengan lapisan waterproof/plastik film, dapat digunakan

untuk merawat beton struktural dan permukaan horisontal yang memiliki bentuk relatif sederhana. Lapisan yang digunakan harus cukup besar untuk menutup permukaan dan tepi-tepi beton. Caranya: • Basahi permukaan sebelum ditutup dengan semprotan air yang

halus • Bebanilah tepi-tepi bagian bawah lapisan untuk menutup secara

keseluruhan • Biarkan di tempat selama masa perawatan Bagaimanapun juga, beberapa jenis lapisan tipis ini dapat menghitamkan beton yang telah mengeras, terutama jika permukaan di-finishing menggunakan trowel baja.

o Melapisi dengan bahan cair pembentuk membran (liquid membran forming compounds) Sesuai tidak hanya untuk perawatan beton segar tetapi juga untuk perawatan beton setelah pelepasan cetakan. Cara pemberian lapisan ini adalah dengan menggunakan sprayer, atau menggunakan kuas pada beton yang telah mengeras tetapi jangan menggunakan kuas pada beton yang belum mengeras karena akan merusakkan permukaan, membuat beton rentan terhadap penetrasi bahan pelapis tersebut dan membuat lapisan tidak menyelubungi beton secara menyeluruh. Jika selama 3 jam awal pemberian lapisan ini terjadi hujan deras di lapangan, permukaan harus disemprot kembali. Perawatan dengan cara ini dapat melindungi beton untuk jangka waktu yang lama bahkan saat beton sudah digunakan. Karena curing compound ini dapat mencegah terbentuknya ikatan antara beton keras dan beton segar, maka jangan digunakan jika ingin ikatan tersebut terbentuk.

Page 80: Buku beton

Pelaksanaan IV-29

Tabel 4.3 Metode Curing Metode Keuntungan Kerugian

Penyiraman air atau penutupan dengan goni basah

Hasil yang sempurna jika dapat menjaga pengairan secara konstan

Memungkinkan mengering saat jeda penyiraman, kesulitan penerapan pada dinding vertikal, volume air yang dibutuhkan besar

Penutupan dengan jerami

Berperan sebagai insulator saat musim dingin

Dapat mengering, terbang tertiup angin atau terbakar

Moist earth/ditutup dengan tanah basah

Murah tapi berantakan dan kotor

Meninggalkan noda pada beton, dapat mengering dan kesulitan pembersihan

Dibiarkan saja pada permukaan yang datar

Hasil yang sempurna, menjaga suhu yang seragam

Tidak bisa dilakukan pada cuaca yang dingin atau terlalu panas

Curing compound

Mudah dan murah Penutupan yang tidak sempuna menyebabkan pengeringan, film dapat sobek maupun meninggalkan noda sebelum proses perawatan selesai dan dapat menyebabkan suhu didalam beton menjadi terlalu panas

Lapisan Waterproof

Perlindungan sempurna dan mencegah pengeringan

Mahal, harus tetap dalam bentuk gulungan dan permasalahan penyimpanan serta pemakaian

Plastik film Kedap air absolut, perlindungan sempurna, ringan dan mudah dipakai baik pada struktur dengan bentuk sederhana maupun rumit

Harus diberi warna untuk perlindungan panas, memerlukan perawatan khusus, jika sobek harus ditambal dan harus dibebani untuk mencegah agar tidak tertiup angin

Page 81: Buku beton

Pelaksanaan IV-30

Bahkan dalam kasus-kasus tertentu (misal: keadaan lingkungan yang tidak

menguntungkan, tuntutan waktu, dll), beberapa metode diatas dapat digabungkan menjadi satu untuk memperoleh efektifitas yang lebih tinggi. Sebagai contoh: Proyek WIKA di PLTU Cilacap, beton dirawat menggunakan tiga lapisan. Lapisan pertama adalah plastik, kemudian dilapisi styrofoam dan terakhir ditutup dengan pasir basah. (lihat gambar dibawah ini)

Pedoman Umum Curing Beton a. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10

oC dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran kecuali jika dirawat sesuai Poin c.

b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10 oC dan dalam

kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali jika dirawat sesuai Poin c.

c. Perawatan dipercepat

o Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.

o Proses perawatan harus sedemikian hingga agar beton yang dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan dengan metode perawatan pada Poin a dan b.

o Bila diperlukan pengawas lapangan, dapat dilakukan penambahan uji kuat tekan beton dengan merawat benda uji di lapangan sesuai dengan Subbab 7.6(4) SK SNI 03-2847-2002 untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan

Page 82: Buku beton

Pelaksanaan IV-31

4.8 EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU

BETON

Tujuan: mengontrol tingkat kekuatan & variabilitas mutu beton yg dihasilkan dari suatu produksi beton dalam periode tertentu secara rutin

Gambar 4.12 Diagram Proses Pengendalian

Pelaksanaan

PENGUJIAN Selama proses

MembandingkanDengan rencana

Modifikasi atasperencanaan

Rencana

Melaksanakantindakan perbaikan

Variabilitas: suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton dari sejumlah benda uji (data test) dibandingkan dengan rata-rata mutu beton yang bisa dicapai dan dinyatakan sebagai DEVIASI (lihat Gambar 4.13) Hal-hal yang menyebabkan deviasi adalah perbedaan-perbedaan pada:

Karakteristik masing-masing bahan dasar Praktek penimbangan, proporsi campuran, pembuatan benda uji,

peralatan pengadukan, pengadukan, pengangkutan, penuangan, dan perawatan

Pembuatan, pengujian, dan perlakuan terhadap benda uji

Deviasi tinggi menunjukkan kurangnya tingkat pengendalian kualitas material, pelaksanaan pekerjaan dan pengujian

Page 83: Buku beton

Pelaksanaan IV-32

Gambar 4.13 Variabilitas `

a. PENGUJIAN KUALITAS BETON Pengujian beton segar:

1. Konsistensi 2. Kadar udara

Pengujian beton keras: 1. Destruktif

a. uji kuat tekan b. uji lentur c. uji tarik

2. Non-destruktif a. hammer test b. uji beban langsung c. pulse velocity crack recorder (UPV = Ultrasonic Pulse

Velocity)

Page 84: Buku beton

Pelaksanaan IV-33

Benda uji yang dipakai untuk penentuan kuat tekan beton menurut PBI 1971 adalah benda uji kubus bersisi 15 cm ( ± 0.06 ) cm pada umur 28 hari. Sedangkan pemakaian benda uji kubus bersisi 20 MENURUT PB ’89 : Menurut PB’89 benda uji yang disyaratkan untuk pengujian mutu beton adalah benda uji silinder dengan ukuran 15 x 30 cm, sedangkan pemakaian benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm masih diperkenankan dengan korelasi tegangan yang dihasilkan adalah : fc’ = { 0,76 + 0,2 log ( fck/15) } fck dimana : fc’ = kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa fck = kuat tekan beton, MPa didapat dari benda uji kubus dengan sisi 150 mm = 15 cm contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama

dengan mutu 432 kg/cm2 ( benda uji silinder )

BENTUK DAN UKURAN BENDA UJI

cm atau dengan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm,diperkenankan dengan korelasi tegangan yang dihasilkan adalah : Tabel 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton Uji Benda uji Perbandingan kekuatan tekan Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00 Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95 Silinder 15 x 30 cm 0,83

contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama

dengan mutu 415 kg/cm2 ( benda uji silinder )

Page 85: Buku beton

Pelaksanaan IV-34

MENURUT PBI 1971 : SAMPLING BENDA UJI

No. Volume Beton

Jumlah Benda Uji Catatan

1 Lebih dari atau sama dengan 60 m3

Untuk masing-masing mutu beton harus dibuat 1 buah benda uji setiap 5 m3 beton ( 1 buah / 5 m3 / mutu beton )

Pada saat permulaan proyek Untuk waktu selanjutnya maka masing-masing mutu beton harus dibuat 1 buah benda uji setiap 5 m3 beton dengan minimum 1 benda uji tiap hari ( 1 buah / 5 m3 / mutu beton / hari )

2 Kurang dari 60 m3

Minimal harus terkumpul 20 buah benda uji per mutu beton s/d proyek selesai Bila benda uji kurang dari 20 buah, maka sesuaikan nilai k

Unutk keperluan evaluasi mutu beton Evaluasi sesuai pasal sub bab 1.d.

Disarankan untuk mempunyai cadangan benda uji yang dapat dimanfaatkan untuk pengujian pada umur 56 hari, apabila ditemui kejadian pada pengujian umur 28 hari tidak memenuhi syarat

Untuk mendapatkan hasil pengujian kuat tekan beton maka ditentukanjumlah benda uji ( sampling ) yang bisa mewakili. Jumlah benda uji ( sesuai PBI 1971 ) yang dianggap bisa mewakili untukmemberikan hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.5 Sampling Benda Uji

Jumlah benda uji untuk setiap sampling disesuaikan dengan spesifikasi ataupersyaratan dalam kontrak atau kebutuhan tertentu terkait untuk tahapan waktupengujian (7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari atau 56 hari)

Page 86: Buku beton

Pelaksanaan IV-35

TESTING / PENGUJIAN – ASTM C-39

- P

ya ka

- K ha

- K M

- B te

- N

- C

engujian kuat tekan beton harus dilakukan dengan menggunakan mesinng mempunyai kapasitas beban cukup serta mempunyai rangka yangku. Disamping itu mesin uji tekan juga harus dalam kondisi terkalibrasi.

edua sisi permukaan benda uji harus dalam kondisi rata. Bila tidak rata,rus dilakukan chipping dengan material mortar semen atau belerang.

ecepatan penekanan diatur pada posisi 20 – 50 psi/s ( 0.14 to 0.34Pa/detik ). enda uji harus ditekan sampai pecah ( failure ) bukan sampai kualitasrtentu. ilai kuat tekan benda uji adalah :

fc’ ( σb ) = P / A dimana : fc’ ( σb ) = nilai kuat tekan benda uji P = beban yang dapat dipikul hingga runtuh A = luas penampang yang menerima beban

atat bentuk keruntuhan benda uji :

cone cone & split cone & shear shear columnar catatan : hasil pelaksanaan yang benar adalah bentuk cone. Bentuk selainitu mengindikasikan ada penyimpangan pada benda uji atau mesin tekannya

EVALUASI HASIL UJI TEKAN 1. BERDASARKAN PBI 1971 : a. Jumlah benda uji kubus minimal 20 buah b. σbk ≥ σbm – k.SD, dimana nilai k = 1,68 untuk jumlah benda uji kubus 20

buah dengan prosentase kegagalan 5%

dimana : σbk = kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan σbm = kuat tekan beton rata-rata yang dicapai k = faktor pengali deviasi, sangat tergantung kepada jumah benda uji

dan tingkat kepercayaan SD = standar deviasi yang terjadi dari sekumpulan hasil tes benda uji

pada umur dan periode tertentu.

Page 87: Buku beton

Pelaksanaan IV-36

n

Σ (σ’bm - σb ) SD = 1

n - 1

Dimana :

n = jumlah benda uji σb = nilai kuat tekan masing-masing benda uji

c. Jumlah benda uji dengan nilai kuat tekan ( σ’b ) < σ’bk maksimum 1 buah d. Nilai rata-rata dari 4 buah benda uji berurutan ≥ σ’bk + 0,82.SD e. σbmax - σbmin dari 4 buah benda uji berturut-turut kurang dari 4.3 SD

BERDASARKAN PB 1989 / ACI 318 / ASTM C-39 : - Benda uji direkomendasikan berbentuk silinder 15 x 30 cm - Satu data terdiri dari nilai rata-rata 2 buah benda uji silinder - Nilai rata-rata dari 3 buah data yang berurutan tidak boleh lebih kecil dari f’c - fc ≥ fc’ - 500 Psi

b. LANGKAH PEMERIKSAAN MUTU BETON DI LAPANGAN

MUTU BETON < σbk

CHECK MUTU PRODUK

DENGAN HAMMER

σb > 80% σbk

Ditentukan bersama dengan konsultan, misal:

- Uji Beban Langsung

Check mutu produk dengan core drill

(bila memungkinkan)

OKYes

Yes

DITERIMA

No

Gambar 4.14 Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan

Page 88: Buku beton

Pelaksanaan IV-37

System quality control dan program quality assurance dapat pula dilakukan dengan bantuan perangkat lunak terpadu, seperti: CONAD system yang dikembangkan oleh Ken W. Day, seorang ahli teknologi beton dari Australia. Perangkat lunak ini dapat mempercepat deteksi problem dan cara mengatasinya. CONAD system terdiri dari enam buah paket program dan fungsinya masing-masing adalah: a. QUSUM QC

o Dapat mendeteksi problem dengan lebih cepat berdasarkan hasil tes kuat tekan beton pada umur muda

o Memberikan peringatan dan informasi sebanyak mungkin mengenai sifat perubahan yang terjadi sehingga dapat segera dicari penyelesaiannya dan proses produksi dapat berlanjut

b. BATCH ANAL

Dapat menampilkan grafik yang komprehensif setiap error dari setiap material dari setiap truk mixer dalam 1 hari

c. MIXTUNE MIX CONTROL Dapat menunjukkan dengan tepat sifat material apa yang menyebabkan perubahan performance beton dan sistem akan melakukan penyesuaian proporsi campuran sedemikian hingga agar performance beton kembali ke keadaan semula. Jika material yang sama hendak dipakai untuk performance yang berbeda, sistem akan melakukan perubahan proporsi campuran sesuai permintaan (baik kekuatan, slump, kohesi dan lain-lain)

d. NEW QC Mengintegrasi data-data yang disimpan dan dianalisis dengan ketiga program diatas

e. MIXEVAL

Dapat menyeleksi campuran-campuran mana yang paling efisien untuk dibuat

f. ERLIEST

Berdasarkan temperatur yang terekam dapat menampilkan “equivalent age” specimen yang dites untuk memprediksi kuat tekan pada umur yang dikehendaki

Page 89: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-0

Page 90: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-1

5.1 RETAK/CRACK S

s

uatu kondisi dimana keadaan monolit dari suatutruktur/penampang beton tidak monolit lagi

Mekanisme Terjadinya Retak: • Berdasarkan kapasitas kekuatan tarik • Berdasarkan kapasitas regangan tarik

Tiga tipe utama retak intrinsik: a. Retak akibat early thermal contraction b. Retak akibat long term drying shrinkage c. Retak plastic

Tabel 5.1 Jenis dan Tipe Retak

Struktural Kelebihan beban secara tiba-tiba Rangkak Beban rencana

Plastis Kerusakan akibat pembekuan Susut plastis Penurunan plastis

Sebelum Pengerasan

Pergerakan Selama Masa

Konstruksi

Pergerakan formwork Pergerakan lapisan tanah dibawahnya

Fisik Aggragate yang dapat menyusut Drying shrinkage Crazing

Plastis Berkaratnya tulangan Reaksi Alkali-Agregate Cement carbonation Sesudah

Pengerasan Siklus beku-cair

Suhu

Pengaruh eksternal dari musim Variasi suhu Early thermal contraction: • External restraint • Perbedaan suhu internal

Page 91: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-2

a. Retak Akibat Early Thermal Contraction

b

Timbul karena adanya perbedaan temperatur yang cukup besar antaradua sisi penampang beton. Terjadi 1 hari s/d 2-3 minggu setelah selesaipengecoran dan pemadatan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan temperature beton: • Temperatur awal material • Temperatur udara sekitar • Dimensi potongan (penampang) • Curing / perawatan • Waktu pelepasan bekisting • Bahan / jenis bekisting • Admixture • Kadar semen • Tipe semen

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Early Thermal Contraction Crack: • Type agregat • Penulangan • Terdapatnya konsentrasi tegangan yang tinggi • Tinggi pada penampang • Ada tidaknya movement joint untuk mengakomodasi external

restraints • Perbedaan temperatur antara penampang luar beton dengan bagian

dalamnya

. Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage

Timbul karena penyusutan volume penampang akibat hilangnya air campuran, baik secara kimia maupun fisika pada proses pengerasan beton. Terjadi setelah beberapa minggu s/d beberapa bulan setelah pengecoran

Page 92: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-3

Cara Mengurangi efek drying shrinkage:

• Mengurangi kadar air campuran • Menerapkan curing • Menghilangkan external restraints sedapat mungkin dengan menyediakan

movement joint

Tabel

K

UdarmemKelelembBahameluAir ladengkeke

Struk

Struktur Beton Yang Retak Dapat Dikategorikan Gagal Bila : • Secara estetika tidak dapat diterima • Struktur menjadi tidak kedap air • Berpengaruh terhadap keawetan struktur • Berpengaruh terhadap kekuatan struktur

Tabel 21. Batasan Lebar Retak (ACI 224R-19) 5.2 Batasan Lebar retak (ACI 224R-19)

ondisi Terekspos Lebar Retak yang Ditoleransi (mm)

a kering atau bran pelindung 0.41

mbapan, udara yang ab, tanah 0.30

n kimia yang dapat nturkan permukaan 0.18

ut, penyemprotan an air laut dan ringan

0.15

tur penahan air

0.10
Page 93: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-4

Batasan Retak: Sesuai CP 110, lebar retak maksimum 0,3 mm (segi estetika) Sesuai BS 537, lebar retak dibatasi (segi kekedapan air):• 0,1 mm untuk lokasi basah dan kering silih berganti • 0,2 mm untuk lokasi lain

Kontribusi retak terhadap durability beton Memungkinkan bahan/unsur berbahaya memasuki bagian dalam beton sehingga terjadi reaksi yang merugikan

Lebar retak < 0,2 mm akan menjadi kedap air, kecuali : • Tekanan air yang tinggi • pH airnya terlalu rendah • Retaknya terlalu dalam dan tembus • Bila retakannya masih bertambah besar

Kontribusi retak terhadap kekuatan struktur: • Berkurangnya penampang beton yang masih mampu

menahan beban • Berkurangnya daya lekat / lekatan antara beton dan tulangan

(dalam kasus plastic settlement crack) • Berkurangnya kemampuan struktur beton secara keseluruhan

akibat reaksi berantai dari perlemahan beton dan tulangan

Page 94: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-5

c. Retak Plastis

Adalah retak yang terjadi pada beton saat beton itu masih dalam proses pengikatan (plastis) dan terjadi karena fenomena bleeding yang berbeda. Terjadi setelah 1-8 jam setelah selesai pengecoran dan pemadatan.

JENIS RETAK PLASTIS:

1. Plastic settlement crack terjadi pada potongan yg tebal & dalam

2. Plastic shrinkage crack.

terjadi pada permukaan slab/lantai

BLEEDING

Naiknya air campuran beton ke permukaan saat dan segera setelah selesai pemadatan.

FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP BLEEDING: • Kadar udara campuran • Kandungan material halus • Rate of evaporation • Kadar air campuran • Penggunaan retarder • Temperatur • Ketebalan potongan

Aci manual (part 1)

Page 95: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-6

c.1 Plastic Settlement Crack

Terjadi karena adanya perbedaan tahanan penurunan material beton antara posisi yang bebas (unrestraint) dengan posisi yang tertahan (restraint) yang didukung oleh tingkat bleeding dan settlement yang relatif tinggi.

Retakplastis

PenampangStruktur

RetakplastisRetakplastis

Gambar 5.1 Contoh Plastic Settlement Crack1

Crack surface concrete

steel void

Gambar 5.2 Contoh Plastic Settlement Crack2

Page 96: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-7

Mengurangi tingkat bleeding dan settlement:

• mengurangi kadar air campuran/memperkecil slump • menambah additive :

o AEA o Plasticizer

Mengurangi efek restraint: • Mempertebal cover • Memperkecil ukuran tulangan

retak

retak Penampangstruktur betonPenampang

struktur betonPenampangstruktur beton

Gambar 5.3 Contoh Plastic Settlement Crack3

Pencegahan terjadinya Plastic Settlement Crack: • mengurangi tingkat bleeding dan settlement • mengurangi efek restraint • menerapkan teknik “ re-vibration”

Re-vibration: Melaksanakan pemadatan ulang dengan cara vibrasi/penggetaran segera setelah beton membentuk dan masih dalam tahap setting time awal

Page 97: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-8

c.2 Plastic Shrinkage Crack

400

Tensile 300strain 200capacity 100x 10E-6 0

2 4 6 8 10 1 3 7Time : hours days

Shrinkage 3000 Bleed Bleedingstrain 2000 (mm)x 10E-6 1000

0 SHswelling - 1000

Gambar 5.4 Tensile Strain Capacity and Shrinkage Strain

Shrinkage crackShrinkage crack

Timbul karena adanya penyusutan volume pada permukaan beton yang masih plastis akibat tingginya tingkat penguapan yang melebihiporsi bleeding, terjadi beberapa jam s/d 1 hari setelah selesaipengecoran dan pemadatan

Permukaan beton Permukaan beton

Gambar 5.5 Contoh Plastic Shrinkage Crack

Page 98: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-9

5.2 Perbaikan Cacat Beton

Dibawah ini diuraikan cara perbaikan cacat beton untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi, karena proses pembetonan yang dilakukan bergantung pada banyak faktor, seperti: kecakapan pekerja dan hal-hal yang belum diperhitungkan sebelumnya. Pada Bagian 6 Pengenalan Self-compacting Concrete Subbab 6.6 Memperbaiki Kualitas Akhir SCC juga diuraikan tentang beberapa cara perbaikan yang dapat dilakukan pada SCC, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan juga pada beton normal.

Jenis cacat dan penanganannya:

a. Plinth antar sambungan b. Bunting akibat bekisting berubah bentuk c. Keropos d. Pecah kecil e. Pecah besar f. Udara terperangkap besar g. Tali air/Udara terperangkap kecil h. Retak rambut i. Retak besar dan dalam

a. Plinth Antar Sambungan

o Gerinda bagian yang mengalami plint sampai rata o Bagian yang digerinda dibersihkan dengan sikat kawat dan kuas o Buat mortar dengan campuran semen biasa dan semen putih

sesuai dengan perbandingan tertentu. Lihat Poin 5.3. Aplikasi Acian Pewarnaan

o Dilakukan acian pada bagian yang akan di-repair sampai rata o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Page 99: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-10

b. Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk

o Permukaan yang bunting dihilangkan dengan gerinda dan agak cekung kedalam, kurang lebih 0.30 cm

o Dibersihkan sampai kering lalu dipoles dengan Sikadur 741 o Dikeringkan dan digerinda akhir sampai rata o Dilakukan polesan dengan acian pewarnaan untuk mendapatkan warna

yang seragam. o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

c. Keropos

o Dibobok bagian yang keropos sampai bersih (sampai ketemu beton

yang keras) o Dibersihkan dengan sikat dan disiram o Pasang bekisting dengan bentuk yang dikehendaki, lalu dicor dengan

Sikagrout 215 o Dikeringkan dan digerinda supaya rata o Dipoles dengan acian pewarnaan o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Gambar 5.6 Perbaikan Keropos Pada Beton

Page 100: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-11

d. Pecah Kecil (< 5cm dalamnya)

o Dibersihkan dengan sikat dan disiram o Dipoles dengan Sikadur 741 o Dilakukan acian dengan mortar sesuai komposisi o Dikeringkan dan digerinda akhir agar rata o Dipoles dengan acian pewarnaan. o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

e

. Pecah Besar (> 5cm dalamnya)

o Dibersihkan dengan sikat dan disiram o Dipasang stek kecil dengan dibor atau di-dynabolt o Dipasang bekisting sesuai bentuknya dan dicor dengan Sikagrout

215 o Dikeringkan dan digerinda akhir supaya rata o Dipoles dengan acian pewarnaan o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Page 101: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-12

f. Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap o Dilakukan penyikatan supaya permukaan kasar

o Dibersihkan menggunakan kuas dan disiram lalu dikeringkan o Diolesi dengan Lem Cebond o Dipoles dengan Sikadur 741 o Dikeringkan lalu dipoles dengan acian pewarnaan o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa/kertas semen

g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap

o Permukaan yang cacat disikat dan dibersihkan o Disiram air untuk menghilangkan debunya o Buat acian pewarnaan o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Page 102: Buku beton

Retak dan perbaikan cacat beton V-13

h. Retak Rambut (lebar <0.5mm)

o Permukaan yang retak dibersihkan o Disiram dengan air untuk menghilangkan debunya o Buat acian pewarnaan o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

i. Retak Besar dan Dalam (lebar >0.5mm dan dalam >1cm)

o Bagian yang retak digerinda sedalam 5-10 mm dengan lebar 5 cm o Bersihkan bagian tersebut hingga betul-betul bersih o Pasang plat dan pipa aluminium pada ujung retak dan direkatkan

dengan Sikadur 731 o Patching bagian yang retak dan sudah digerinda dengan Sikadur 741 o Tunggu sampai Sikadur 731 dan Sikadur 741 kering/kuat o Buat campuran Sikadur 752AB sesuai dengan spesifikasi/dosis o Masukkan kedalam injection pump dan dilakukan injeksi pada bagian

yang retak o Setelah kering digerinda dan di-finishing dengan acian pewarnaan o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam o Setelah agak kering, dipoles dengan busa

Page 103: Buku beton

V-16

Tabel 5.3 Aplikasi Acian an Untuk Tutup Lubang Bekas TieRod Parapet

No. Jenis Cacat/Kerusaka aterial Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan

1. Tutup lubang betie-rod parapet dpewarnaannya

ikadur 741 Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa

Sikadur 741: 1kg Sika warna abu-abu 2kg Sika warna putih 3kg Sika pasir perbandingan 1:2:3

Aplikasi 82 lubang (struktur parapet)

5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan

Pewarna

n M

kas an

S

Page 104: Buku beton

V-17

Tabel 5.4 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Udara Terperangkap Besar dan Tali Air/Lubang Akibat Udara Terperangkap Kecil

No. Jenis Cacat/Kerusakan Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan

1. Udara terperangkapdan pewarnaannya

Semen putih

(alternatif 1) Semen biasa (Tipe 1) Air

Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa

400g semen putih (tiga roda) 200g semen biasa(tiga roda) 400g air bersih perbandingan 2:1:2

Aplikasi 2.40m’ (struktur parapet)

2. Udara terperangkapdan pewarnaannya

Semen putih

(alternatif 2) Semen biasa (Tipe 1) Air

Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa

1800g semen putih (tiga roda) 600g semen biasa (gresik) 1500g air bersih perbandingan 3:1:2.5

Aplikasi 2.40m’ (struktur parapet)

3.. Udara terperangkap dan pewarnaannya (alternatif 3)

Semen putih Semen biasa (Tipe 1) Air

Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa

1800g semen putih (tiga roda) 600g semen biasa (gresik) 1500g air bersih perbandingan 3:1:2.5

Aplikasi 10.00m’ (struktur parapet)

Page 105: Buku beton

V-18

Tabel 5.5 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Plinth dan Keropos-Kolom

No. Jenis Cacat/Kerusakan Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan

1. Plinth dan keropos kolom dan pewarnaannya

Semen putih Semen biasa (tipe 1) Air Sikadur 741 Lem beton(Cebond)

Kain lap

Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat

Ember Kain/busa Palu Pahat Gerinda potong

Tahap 1: Sikadur 741: 0.5kg Sika warna abu-abu 1kg Sika warna putih 1.5kg Sika pasir perbandingan 1:2:3 Tahap 2 (altr. 1): 400g semen putih (tiga roda) 200g semen biasa (tiga roda) 400ml air bersih perbandingan 2:1:2 Tahap 2 (altr.2): 400g semen putih (tiga roda) 200g semen biasa (gresik) 400g air bersih perbandingan 2:1:2

Aplikasi panjang 100cm dan lebar 30cm

Page 106: Buku beton

Pengenalan SCC VI-0

Page 107: Buku beton

Pengenalan SCC VI-1

6.1 PENDAHULUAN Self-compacting concrete (SCC) adalah sebuah beton yang inovatif yang tidak memerlukan penggetaran saat penuangan dan pemadatan. SCC mampu mengalir dibawah pengaruh berat sendirinya (hanya dengan mengandalkan gravitasi), mengisi formwork secara menyeluruh dan mencapai pemadatan penuh, bahkan dalam keadaan tulangan yang sangat rapat. Beton yang telah mengeras memiliki struktur yang rapat, homogen dan memiliki sifat-sifat serta daya tahan seperti beton yang dipadatkan secara konvensional. Keuntungan penggunaan SCC dibandingkan beton yang dipadatkan secara konvensional: 1. Mempercepat masa konstruksi, karena waktu penuangan yang lebih cepat dan

dapat langsung mengisi celah antar tulangan yang rapat 2. Homogenitas yang tinggi, jumlah rongga yang minimal dan kekuatan beton yang

seragam (sehingga memberikan hasil akhir dan daya tahan yang tinggi), karena memiliki fluiditas dan ketahanan segregasi yang lebih baik dibandingkan beton normal

3. Kuat awal yang lebih tinggi, waktu pelepasan cetakan yang lebih cepat, karena memiliki rasio air-semen yang lebih rendah dari beton normal

4. Dapat dipompa hingga jarak yang lebih jauh, karena memiliki daya alir tinggi dan daya penahan segregasi yang lebih baik dari beton normal

5. Permukaan yang dihasilkan lebih halus, karena mengalir dengan baik dan mempunyai permukaan nyaris horisontal setelah dialirkan

6. Mengurangi paparan terhadap kebisingan dan penggetaran yang dialami oleh pekerja dan lingkungan

7. Lebih tahan terhadap resiko thermal cracking akibat panas dibandingkan beton normal

Kombinasi antara pelaksanaan yang mudah dan performance yang baik serta keuntungan dalam kesehatan dan keselamatan kerja, membuat SCC menjadi solusi yang sangat menarik bagi industri beton pracetak maupun konstruksi teknik sipil umumnya. SCC sering digunakan sebagai salah satu alternatif pemakaian beton normal pada: 1. Pembetonan struktur dengan tulangan rapat, terutama pada struktur-struktur

penahan beban dinamis 2. Pembetonan dengan banyak lokasi maupun titik-titik yang sulit dijangkau,

misalnya: cetakan dengan bentuk yang rumit dan pile 3. Kepentingan arsitektural, untuk menghasilkan permukaan yang sempurna tanpa

lubang dan retak-retak 4. Struktur yang terekspos kondisi cuaca buruk sehingga memerlukan durabilitas

yang lebih tinggi

Page 108: Buku beton

Pengenalan SCC VI-2

Pemanfaatan Self-Compacting Concrete pada Industri Beton Pracetak

6.2 SIFAT-SIFAT BETON KERAS 1. Kuat tekan

Untuk SCC biasanya memiliki kuat tekan yang sedikit lebih tinggi dari beton normal dengan FAS yang sama. Hal ini diakibatkan ikatan yang lebih baik antara agregate dan pasta yang telah mengeras, karena tidak adanya penggetaran.

2. Kuat tarik Besarnya kuat tarik pada SCC dapat diasumsikan sama dengan beton normal, karena volume pasta (semen+agregat halus+air) tidak memiliki efek yang signifikan terhadap kuat tarik

3. Modulus elastisitas

SCC memiliki modulus elastisitas yang sedikit lebih rendah dari beton biasa karena memiliki pasta semen yang lebih banyak dari beton biasa • Karena bagian terbesar dari beton adalah agregatnya, maka jenis dan jumlah

agregat sebagaimana juga nilai modulus elastisitasnya (E) memiliki pengaruh terbesar. Memilih agregat dengan nilai E yang makin tinggi akan membuat E beton juga makin tinggi

• Semakin tinggi volume pasta semen, semakin rendah nilai E 4. Rangkak

SCC memiliki koefisien rangkak yang lebih besar akibat volume pasta semen yang lebih banyak dibandingkan beton biasa dengan kekuatan yang sama • Semakin tinggi kekuatan beton, rangkak semakin berkurang • Jika menggunakan semen dengan kemampuan hidrasi yang lebih cepat akan

memiliki kekuatan yang lebih tinggi saat pembebanan, memiliki rasio stress/strength yang lebih rendah dan rangkak yang makin berkurang pula

Page 109: Buku beton

Pengenalan SCC VI-3

• Makin tinggi volume agregat kasar, rangkak makin berkurang • Makin tinggi nilai modulus elastisitas (E) agregat, rangkak makin berkurang

5. Susut

Susut pada SCC lebih kecil dibandingkan beton normal karena FAS-nya lebih rendah • Semakin tinggi volume agregat, susut semakin berkurang • Semakin tinggi nilai modulus elastisitas agregat (E), susut semakin berkurang • Semakin kecil ukuran agregat maksimum (yang berarti volume pasta semen

semakin besar), semakin besar susutnya 6. Koefisien ekspansi thermal

Menggunakan agregat dengan koefisien ekspansi thermal yang rendah, akan mengurangi koefisien ekspansi thermal dari beton yang dihasilkannya juga

7. Lekatan terhadap tulangan

Dibandingkan beton biasa dengan kuat tekan yang sama, SCC memiliki fluiditas dan kohesi yang lebih baik, sehingga memiliki ikatan dengan tulangan yang lebih kuat. Sedangkan beton biasa sering mengalami kegagalan untuk meyelimuti tulangan secara menyeluruh akibat segregasi dan bleeding saat penuangan maupun sebelum mengeras

8. Kapasitas gaya geser pada bidang pengecoran

Permukaan SSC yang telah mengalami pengerasan agak lebih halus dan impermeabel/tidak tembus air, oleh karena itu kapasitas gaya geser antara lapis pertama dan kedua lebih rendah dari beton yang dipadatkan dengan penggetaran konvensional dan tidak mampu menahan gaya geser. Oleh karena itu perlu diberikan perawatan untuk permukaannya, misalnya retarder permukaan, penyikatan atau dengan membuat permukaan menjadi kasar

9. Ketahan terhadap api

Ketahanan terhadap api yang dimiliki SCC hampir sama dengan beton normal. Tetapi jika menginginkan ketahanan api yang lebih tinggi dapat menggunakan serat polypropylene. Serat ini akan meleleh dan akan diserap matrix semen saat terbakar. Rongga bekas serat yang telah meleleh akan menjadi ruang pemuaian untuk uap yang terjadi, sehingga mengurangi resiko pengelupasan.

Durabilitas/Daya Tahan Pemadatan dengan penggetaran seringkali merupakan proses yang tidak kontinu, misalnya pada penggetaran eksternal dan hand tamping. Penggetaran internal yang meskipun dilaksanakan dengan benar juga seringkali masih menimbulkan ketidakseragaman hasil pemadatan, karena volume beton yang berada dalam daerah pengaruh vibrator tidak menerima energi pemadatan yang sama. Konsekuensi dari pemadatan yang tidak benar adalah, seperti: lubang-lubang sarang lebah/keropos, segregasi, bleeding dll, memiliki pengaruh negatif yang besar pada permeabilitas sekaligus mempengaruhi durabilitas beton.

Page 110: Buku beton

Pengenalan SCC VI-4

SCC bila dikerjakan dengan benar akan bebas dari kerugian-kerugian pemadatan tersebut dan menghasilkan suatu material beton yang memiliki permeabilitas yang seragam dan rendah, sehingga hanya memiliki sedikit kelemahan terhadap lingkungan yang merugikan dan karenanya memberikan durabilitas yang lebih baik.

Detail Permukaan pada Elemen Pracetak yang Menggunakan SCC

6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA PENGUJIANNYA

Tabel 6.1 Metode Pengujian Beton Segar

Sifat-sifat Beton Segar Metode Pengujian Daya alir Slump-flow test Kekentalan (kecepatan alir) T500 Slump-flow/V-funnel test Passing ability L-Box test Segregasi Segregation resistance (sieve) test

Beberapa catatan untuk memilih pengujian yang perlu dilakukan: 1. Jika struktur tidak menggunakan/hanya memerlukan sedikit tulangan, pengujian

passing ability dapat ditiadakan 2. Pengujian kekentalan hanya diperlukan bila menginginkan hasil permukaan yang

bagus, atau bila penulangan sangat rapat 3. Pengujian segregasi menjadi pengujian yang penting bila diinginkan SCC yang

memiliki fluiditas yang lebih tinggi dan kekentalan yang lebih rendah

Page 111: Buku beton

Pengenalan SCC VI-5

a. Daya Alir Daya alir akan makin tinggi jika penggunaan superplasticiser juga makin tinggi. Daya alir seringkali dinyatakan dengan slump-flow. Slump-flow yang terlalu tinggi akan menyebabkan segregasi. Dibawah ini adalah acuan pembagian nilai slump-flow berdasarkan tujuan penggunaan (The European Guidelines for SCC, May 2005) Tabel 6.2 Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya

Kategori Nilai Slump-flow (mm) Rentang Aplikasi di Lapangan

SF1 550-650

• Struktur beton tanpa tulangan/sedikit tulangan, misal: slab lantai

• Pengecoran dengan sistem injeksi pompa, misal: lapis terowongan

• Bagian yang cukup kecil untuk mencegah aliran horisontal yang terlalu panjang, misal: pile dan beberapa jenis pondasi dalam

SF2 660-750 Cocok untuk hampir semua penggunaan dengan kondisi normal, misal: tembok, kolom

SF3 760-850

Biasanya dibuat dengan ukuran agregat maksimum yang kecil (kurang dari 16 mm) dan digunakan pada: • Pengecoran vertikal dengan struktur tulangan

yang rapat • Struktur dengan bentuk yang rumit • Pengisian formwork dengan posisi yang sulit SCC dengan nilai slump ini memberikan hasil akhir yang lebih baik daripada kriteria kedua untuk pengecoran vertikal secara normal tapi daya tahan segregasinya lebih sulit di kontrol

Untuk kasus-kasus khusus yang memerlukan slump lebih tinggi daripada 850 mm, pengawasan harus diberikan untuk mencegah segregasi dan ukuran maksimum agregat sebaiknya kurang dari 12 mm.

Slump-flow Test

Page 112: Buku beton

Pengenalan SCC VI-6

dimensi dalam mm

Gambar 6.1 Ukuran Base Plate untuk Pengujian Slump-flow

b. Kekentalan Nilai hasil pengujian tidak secara langsung mengukur kekentalan SCC, tapi masih berhubungan dengan kekentalan tersebut, yaitu dengan mendeskripsikan kecepatan alir. Pengukuran T500 ketika mengadakan pengujian slump-flow dapat menjadi sebuah cara untuk memastikan keseragaman SCC dari batch satu ke batch lainnya. T500 adalah waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow untuk menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi.

dimnsi dalam mm

Gambar 6.2 Dimensi V-Funnel (Pengujian Kekentalan)

Page 113: Buku beton

Pengenalan SCC VI-7

Tabel 6.3 Klasifikasi Kekentalan dan Aplikasinya Kategori T500 (dtk) V-funnel

(dtk) Keuntungan Kerugian

VS1/VF1 ≤ 2 ≤ 8

• Kemampuan mengisi cetakan dengan baik, termasuk dengan tulangan yang rapat

• Mampu menciptakan permukaan yang rata dengan sendirinya

• Memiliki hasil akhir permukaan yang terbaik

• Rentan terhadap bleeding

• Rentan terhadap segregasi

VS2/VF2 > 2 9-25

• Mengurangi tekanan terhadap formwork

• Meningkatkan daya tahan terhadap segregasi

• Hasil akhir permukaan tidak begitu bagus (lubang-lubang udara)

• Sangat sensitif terhadap penundaan dua lapisan pengecoran yang berturut-turut

c. Passing Ability Passing ability adalah kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui ruang yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah tulangan yang rapat tanpa segregasi, kehilangan keseragaman atau blocking Tabel 6.4 Klasifikasi Passing Ability dan Aplikasinya

Kategori Passing Ability Aplikasi di Lapangan PA1 ≥ 0.80 dengan 2

rebar Struktur dengan gap 80-100 mm (bangunan rumah, struktur vertikal)

PA2 ≥ 0.80 dengan 3 rebar

Struktur dengan gap 60-80 mm (bangunan infrastruktur/sipil)

Bagian yang paling menentukan adalah gap terkecil yang melaluinya SCC harus mengalir secara kontinu untuk mengisi cetakan. Untuk slab tipis dimana gap lebih besar dari 80 mm dan struktur lainnya dimana gap lebih besar dari 100 mm, passing ability tidak perlu ditentukan. Untuk struktur kompleks dengan gap lebih kecil dari 60 mm, trial dengan membuat mock-up sangatlah penting.

Page 114: Buku beton

Pengenalan SCC VI-8

Gambar 6.3 Pengujian Passing Ability dengan L-box

dimensi dalam mm

Gambar 6.4 Ukuran dan Desain L-box yang Umum

d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance Daya tahan segregasi sangat fundamental bagi SCC yang dicor ditempat yang memerlukan homogenitas dan kualitas. Pengujian daya tahan segregasi tidak selalu harus dilakukan, kecuali: jika menggunakan SCC dengan kategori slump-flow lebih tinggi dan/atau dengan kategori kekentalan yang lebih rendah. Penting diketahui bahwa penggunaan superplasticiser yang makin tinggi akan mengurangi daya tahan segregasi.

Page 115: Buku beton

Pengenalan SCC VI-9

Tabel 6.5 Klasifikasi Daya Tahan Segregasi dan Aplikasinya

Kategori Daya Tahan Segregasi (%) Aplikasi di Lapangan

SR1 ≤ 20 • Slab tipis • Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran

kurang dari 5 m dan gap lebih besar dari 80 mm SR2 ≤ 15 • Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran lebih

dari 5 m dengan gap lebih besar dari 80 mm • Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran

kurang dari 5 m dengan gap kurang dari 80 mm

Segregation Resistance (Sieve) Test Contoh Penggunaan Spesifikasi Tabel 6.6 Sifat-sifat SCC untuk Berbagai Penggunaan Berdasarkan Penelitian

Walraven, 2003 Kekentalan Daya tahan

segregasi/passing ablility

VS2 VF2

Passing ability perlu diuji untuk SF1 dan SF2

VS1 atau 2 VF1 atau 2 /nilai yg ditargetkan

SR perlu diuji untuk SF3

VS1 VF1

SR perlu diuji untuk SF2 dan 3

SF1 SF2 SF3 Slump-flow

lantai dan slab

struktur tinggi dan slender

tembok dan piles

ramp

Tabel diatas hanya mengemukakan parameter dasar dan kategori hasil pengujian yang dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penerapan. Pembagian diatas belum memperhitungkan kondisi batas, bentuk geometri elemen, metode pengecoran dan karaktristik material yang digunakan dalam campuran beton. Diskusi dapat diadakan dengan pengada beton sebelum pengambilan keputusan tentang spesifikasi akhir.

Page 116: Buku beton

Pengenalan SCC VI-10

Contoh Pengecoran Slab dengan SCC Syarat-syarat Material Penyusun SCC: 1. Semen

Hampir semua jenis semen dapat dipakai, tetapi pilihan yang terbaik biasanya ditentukan oleh syarat-syarat tertentu dari pengecoran tertentu atau tergantung pada apa yang biasanya dipakai oleh pembuat beton.

2. Agregat Kasar Persyaratan agregat kasar hampir sama dengan beton normal, hanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: • Agregat ringan dapat digunakan dalam SCC, tetapi perlu dicatat bahwa

agregat dapat mengapung di permukaan jika kekentalan pasta rendah dan hal ini mungkin tidak terdeteksi oleh pengujian daya tahan segregasi

• Ukuran maksimum agregat ditentukan oleh jarak antar tulangan , agar tidak terjadi blocking agregat saat SCC mengalir melewati tulangan, untuk mengetahuinya dapat diadakan pengujian passing ability.

• Ukuran maksimum agregat dibatasi antara 12-20 mm • Semakin bulat bentuk permukaan agregat semakin baik adukan yang terjadi,

karena semakin kecil kemungkinan terjadi blocking dan berkurangnya gesekan internal sehingga aliran dapat semakin cepat

3. Agregat Halus

Persyaratan agregat halus juga hampir sama dengan beton normal, perbedaan terletak pada lebih banyaknya kandungan agregat halus dan lebih kecil/lebih halus ukuran agregat halusnya dibanding beton normal. Ukuran partikel yang lebih kecil dari 0.125 mm harus dianggap sebagai agregat halus dan dihitung dalam rasio air-powder. Agregat yang baik adalah agregat yang memiliki gradasi optimum (tak seragam/memiliki semua ukuran)

4. Admixture/Bahan Tambahan Kimiawi

• Komponen yang paling penting untuk SCC adalah superplasticiser atau high range water reducing admixtures.

• Bahan campuran untuk memodifikasi kekentalan (VMA:Viscosity Modifying Admixtures) dapat pula digunakan untuk membantu mengurangi segregasi dan sensitivitas campuran akibat variasi dalam bahan penyusunnya, terutama kandungan airnya.

Page 117: Buku beton

Pengenalan SCC VI-11

• Bahan tambahan lainnya (air entraining, accelerating, retarding, etc) dapat digunakan dengan cara yang sama seperti pada beton yang digetarkan secara konvensional, tetapi tetap berpedoman pada aturan pakai yang dikeluarkan oleh produsen bahan campuran tersebut.

5. Aditif/Bahan Tambahan Non-kimia

Digunakan untuk: • Meningkatkan dan menjaga tingkat kohesi daya tahan terhadap segregasi • Mengatur kadar semen dengan tujuan untuk mengurangi panas hidrasi dan

thermal shrinkage crack Aditif diklasifikasikan berdasarkan kekuatan reaksinya terhadap air: Tabel 6.7 Klasifikasi Aditif

TIPE I Inert/semi-inert • Bahan pengisi mineral (batu kapur, dolomite, etc)• Pigment

Pozzolanic • Fly ash • Silica fume TIPE II

Hydraulic • Terak tanur tinggi 6. Serat/Fibre

Serat metalik dan polymer dapat digunakan dalam pembuatan SCC, tetapi mengurangi daya alir dan passing ability. Harus dicatat bahwa menggunakan SCC dengan serat pada struktur dengan penulangan normal dapat secara signifikan meningkatkan resiko blokade terhadap aliran SCC.

6.4 Mix-design Prinsip Mix-design Agar dapat dicapai sifat-sifat adukan segar SCC yang diinginkan, prinsip-prinsip mendasar ini harus dimengerti: • Fluiditas dan kekentalan pasta disesuaikan dan diseimbangkan melalui pemilihan

dan perbandingan yang akurat, dengan membatasi rasio air-agregat halus dan dengan menambah superplasticiser dan (fakultatif) viscosity modifying admixtures/VMA. Komponen SCC tersebut harus dikontrol dengan benar, ukuran yang sesuai dan interaksinya adalah kunci pencapaian filling ability, passing ability dan daya tahan terhadap segregasi.

• Untuk mengontrol kenaikan temperatur, thermal shrinkage crack dan kekuatan, kandungan agregat termasuk agregat halus diperbolehkan untuk mengandung aditif tipe I dan II dengan komposisi yang signifikan agar kandungan semen tetap berada dalam level yang dapat diterima.

• Pasta adalah sarana bagi pergerakan agregat, oleh karena itu volume pasta harus lebih besar dari volume rongga pada agregat sehingga semua partikel agregat individual dilapisi oleh lapisan pasta secara menyeluruh, pasta juga berfungsi sebagai pelumas. Hal ini meningkatkan fluiditas dan mengurangi gesekan antar agregat.

Page 118: Buku beton

Pengenalan SCC VI-12

• Rasio agregat kasar terhadap agregat halus dikurangi, sehingga partikel agregat kasar individual dilapisi lapisan mortar secara menyeluruh. Hal ini mengurangi ikatan/interlock antar agregat kasar saat beton melewati celah sempit atau celah antar tulangan serta meningkatkan passing ability yang dimiliki SCC.

Prinsip-prinsip tersebut menghasilkan beton yang jika dibandingkan dengan beton biasa akan memiliki perbedaan dalam hal: • Kandungan agregat kasar yang lebih rendah • Kandungan pasta semen yang lebih tinggi • Rasio air-powder yang rendah • Penggunaan superplasticiser yang lebih banyak • Dapat pula menggunakan viscosity modifying admixture Mix-design Dasar Mix-design biasanya menggunakan volume sebagai parameter kunci, karena sangatlah penting untuk mengisi rongga-rongga diantara partikel agregat. Tidak ada standar khusus untuk mix desain SCC dan beberapa institusi akademik, produsen admixture, ready-mix, beton pracetak dan kontraktor biasanya mengembangkan perbandingan komposisi mereka sendiri. Beberapa pustaka tentang mix-design dapat ditemukan dalam beberapa pustaka berikut: • www.efnarc.org • Okamura H and Ozawa K. Self-compactable high performance concrete.

International Workshop on High Performance Concrete. American Concrete Institute; Detroit. 1994, pp31-44.

• Ouchi M, Hibino M, Ozawa K, and Okamura H. A rational mix-design method for mortar in self-compacting concrete. Proceedings of Sixth South-East Asia Pacific Conference of Structural Engineering and Construction. Taipei, Taiwan, 1998, pp1307-1312.

• SCC 028 20 “The European Guidelines for Self Compacting Concrete” • Nawa T, Izumi T, and Edamatsu Y. State-of -the-art report on materials and design

of self-compacting concrete. Proceedings of International Workshop on Self-compacting Concrete. August 1998; Kochi University of Technology, Japan. pp160-190.

• Domone P, Chai H and Jin J. Optimum mix proportioning of self-compacting concrete. Proceedings of International Conference on Innovation in Concrete Structures: Design and Construction, Dundee, September 1999. Thomas Telford; London. pp277-285.

• Billberg, P. Self-compacting concrete for civil engineering structures - the Swedish Experience. Report no 2:99. Swedish Cement and Concrete Research Institute. Stockholm, 1999

• Su N, Hsu K-C and Chai H-W A simple mix design method for self-compacting concrete Cement and Concrete Research, 31, (2001) pp 1799-1807

• Gomes P.C.C, Gettu R, Agullo L, Bernard C, Mixture proportioning of high strength, Self-Compacting Concrete: Performance and Quality of concrete structures. Third CANMET/ACI Intnl Conf. (Recefi, Brazil) Supplementary CD, 2002, 12p.

Page 119: Buku beton

Pengenalan SCC VI-13

• Bennenk, H. W. & J.Van Schiindel: The mix design of SCC, suitable for the precast concrete industry. Proceedings of the BIBM Congress, 2002 Istanbul, Turkey.

• Billberg, P. Mix design model for SCC (the blocking criteria). Proceedings of the first North American conference on the design and use of SCC, Chicago 2002.

Tabel 5.8 memberikan rentang umum kandungan unsur-unsur pokok SCC berdasarkan berat dan volume. Perbandingan ini tidak bernilai mutlak dan dalam kasus-kasus tertentu, salah satu unsur pembentuk SCC dapat berada di luar rentang ini. Tabel 6.8 Rentang Umum Komposisi Campuran SCC

Rentang Umum Komponen Berdasarkan Massa

(kg/m3) Berdasarkan Volume

(liter/m3) Powder 380-600 Pasta 300-380 Air 150-210 150-210 Agregat Kasar 750-1000 270-360

Agregat Halus (Pasir) Tergantung pada volume bahan penyusun lainnya, biasanya 48-55% total berat agregat

Rasio air-powder (berdasarkan volume) 0.85-1.10

Page 120: Buku beton

Pengenalan SCC VI-14

Jika performance yang diharapkan tidak terjadi atau hasil tidak memuaskan, campuran dapat didesain ulang. Tergantung pada permasalahan yang muncul, satu dari beberapa tindakan dibawah ini mungkin dapat diambil:

Memilih material penyusun SCC (Lebih baik secara borongan jika

memungkinkan)

Membuat komposisi mix-design

Mengecek dan menyesuaikan performance melalui pengujian

laboratorium

Mengecek dan menyesuaikan performance melalui trial di

lapangan atau di tempat pengadukan

Mengevaluasi material alternatif

Memuaskan

Tidak memuaskan

Menentukan performance beton berdasarkan spesifikasi klien

Gambar 6.5 Prosedur Mix-design

• Sesuaikan rasio semen-powder dan rasio air-powder, kemudian ujilah daya alir dan sifat-sifat pasta yang lainnya

• Cobalah berbagai macam aditif (jika memungkinkan) • Sesuaikan komposisi agregat halus dan dosis superplasticiser • Pertimbangkanlah kemungkinan penggunaan viscosity modifying agent untuk

mengurangi sensitivitas adukan • Sesuaikan komposisi dan gradasi agregat kasar

Page 121: Buku beton

Pengenalan SCC VI-15

6.5 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT PELAKSANAAN

Ada beberapa hal yang membutuhkan perlakuan berbeda dengan beton biasa. Vibrasi atau Penggetaran Penggetaran untuk SCC biasanya tidak diperlukan, selain itu penggetaran akan menyebabkan settlement yang signifikan dari agregat kasar. Jika kepadatan yang diinginkan tidak tercapai, beton harus dicek kesesuaiannya terhadap spesifikasinya terlebih dahulu. Jika ternyata telah sesuai tetapi kepadatan penuh tetap belum tercapai, pertimbangan untuk merubah spesifikasi dapat dipakai. Tetapi ada beberapa jenis pekerjaan dimana kontrol yang akurat dan penggetaran ringan mungkin diperlukan: • Pada beberapa struktur tertentu , dimana bentuk formwork dapat menyebabkan

udara terperangkap pada lokasi tertentu. Hal ini dapat ditangani dengan pemadatan manual lokal pada area tersebut

• Slab, terutama yang menggunakan SCC dengan kelas slump-flow yang rendah, mungkin memerlukan tamping ringan atau screed bar yang bergetar dengan sangat lembut untuk meratakan permukaan, agar bebas dari tonjolan agregat kasar

• Pengecoran yang tertunda, jika permukaan SCC yang telah di cor sebelumnya telah timbul kerak atau kaku sehingga nantinya cold-joint atau cacat permukaan dapat terbentuk.

Meratakan SCC dengan Alat Float Bertangkai

Curing Permukaan atas SCC dapat mengering dengan cepat karena jumlah pasta semen yang lebih banyak, rasio air-agregat halus yang lebih rendah dan kurangnya air akibat bleeding di permukaan beton. Perawatan beton awal harus dimulai sesegera mungkin setelah pengecoran dan finishing awal yang bertujuan untuk meminimalisasi resiko timbulnya kerak di permukaan dan retak akibat susut pada umur awalnya.

Page 122: Buku beton

Pengenalan SCC VI-16

6.6 MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC Pada tabel-tabel dibawah ini akan diuraikan cacat-cacat yang mungkin timbul setelah pengecoran SCC. Perbaikan cacat untuk SCC ini dapat pula dipakai untuk beton biasa dengan pemadatan konvensional, tetapi cacat-cacat tertentu lebih mudah dihindari jika menggunakan SCC karena sifat dasar yang dimilikinya. Penting untuk dicatat bahwa cacat permukaan seperti burik dan cacat permukaan lainnya akan mempengaruhi tampilan permukaan beton, cacat lain seperti keropos, lapis antar penuangan yang tidak kontinu, pengelupasan dan retak akan mempengaruhi integritas beton. Tabel 6.9 Cacat Keropos seperti Sarang Lebah

Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis Pencegahan atau Perbaikan

• kandungan pasta/agregat halus yang rendah

• meningkatkan kandungan agregat halus, gunakan minimal 450 kg powder/m3

• tambahkan air entraining • gradasi yang tidak sesuai • gradasi yang kontinu • ukuran agregate terlalu

besar dibandingkan dengan ruang yang tersedia

• ukuran agregat maksimum dibuat lebih kecil

Honeycombing/Keroposseperti sarang lebah

pasta atau agregat halus yang kurang beton mengalami segregasi akibat kekentalan plastis yang terlalu rendah beton tidak mampu mengisi cetakan secara menyeluruh

• kebocoran cetakan • periksa integritas cetakan,

terutama di bagian joint/sambungan

Sebab Fisik: filling ability yang kurang passing ability yang kurang stabilitas beton yang kurang slump-flow yang terlalu rendah/waktu T500 yang lama segregasi agregat kasar/pasta

Tabel 6.10 Cacat Pengelupasan

Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis Pencegahan atau Perbaikan

• tanpa atau dengan perawatan/curing yang terbatas

• berikan perawatan beton yang layak sesuai dengan kondisi yang terjadi Scaling/

Gumpil/ Mengelupas

Lapis permukaan hanya mengandung agregat halus dan telah mengeras terlalu cepat

• segregasi dan/bleeding yang disebabkan oleh jumlah agregat halus yang terlalu sedikit

• meningkatkan kandungan powder

• penggunaan VMA • tambahkan air

entraining admixture

Sebab Fisik: stabilitas beton yang kurang segregasi dan atau bleeding pengeringan yang terlalu cepat

Page 123: Buku beton

Pengenalan SCC VI-17

Tabel 6.11 Perbaikan Cacat Burik Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis Pencegahan atau

Perbaikan • agregat halus yang

berlebihan • mengurangi agregat

halus • pemberian pelumasan

cetakan yang berlebihan atau tidak rata

• tingkat penggunaan yang minimal dan rata

• permukaan cetakan yang kasar

• pastikan permukaan cetakan telah bersih

• penggunaan geo-textile form liner akan membantu menyerap udara

• kecepatan pengecoran yang terlalu cepat

• pastikan debit pengecoran yang tetap

• panjang pengaliran yang terlalu panjang

• batasi jarak pengaliran hingga sejauh 5 m

• panjang pengaliran yang terlalu pendek

• tambahkan panjang jarak pengaliran hingga 1 m

• tinggi jatuh yang besar

• perkecil tinggi jatuh hingga <1 m

• gunakan soft-wall tremie saat pengecoran di tempat yang dalam

• memompa dari dasar kearah atas akan membantu memaksa udara keluar

• suhu beton terlalu tinggi • kurangi suhu beton hingga dibawah 25oC

• pengecoran terlalu lambat

• rencanakan kecepatan pengantaran beton dan sumber daya lapangan untuk memastikan kontinuitas pengecoran

• pengendapan unsur pokok superplasticiser, terutama defoamer

• produsen beton: perbaikan cara penyimpanan, gunakan sesuai tanggal produksi dan rotasi stok/persediaan

• kekentalan yang terlalu besar

• mengurangi dosis VMA • me-review proporsi

adukan • gradasi agregat yang tidak

sesuai • gunakan VMA atau air

entraining • waktu pengadukan yang

terlalu lama sehingga terjadi induksi dengan udara

• me-review waktu pengadukan

Blow Holes/Burik

udara terperangkap air terperangkap pelumas cetakan yang terperangkap

• interaksi antara admixture dan semen

• menilai kesesuaian admixture& semen jauh sebelum masa produksi

Sebab Fisik: filling ability yang buruk passing ability yang buruk kekentalan yang tinggi/tegangan leleh yang tinggi slump-flow yang rendah/waktu T500 yang lama reduksi slump-flow yang cepat

Page 124: Buku beton

Pengenalan SCC VI-18

Table 6.12 Cacat Cold-joint Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis Pencegahan atau

Perbaikan • pengantaran beton

dengan rentang waktu yang terlalu dekat

• pengecoran menerus: tanpa berhenti

• benton mengeras dengan cepat

• pengujian awal: pengerasan yang lebih cepat tidak boleh terjadi

• suhu udara yang tinggi • suhu beton yang

diijinkan adalah lebih rendah dari 25oC

• segregasi agregat kasar • review perbandingan

campuran • kurangi jarak pengaliran

Cold-joint/ Bidang sambungan yang tampak diantara penuangan adukan yang berbeda/

Pembentukan kerak di permukaan menghalangi penggabungan monolit antar lapisan beton yang dicor secara berturutan

• jumlah agregat halus terlalu banyak

• kurangi kandungan agregat halus/powder

Sebab Fisik: filling ability yang kurang thixotropy kehilangan slump-flow yang terlalu cepat kekentalan yang terlalu besar interaksi admixture-semen

Tabel 6.13 Cacat Permukaan yang Tidak Rata

Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis Pencegahan atau Perbaikan

• kecepatan pengecoran yang tinggi atau desain cetakan yang lemah

• mengurangi kecepatan pengecoran untuk mengurangi tekanan hidrostatis

• menggunakan VMA untuk meningkatkan kekentalan

• desain ulang formwork • permukaan cetakan telah

usang • sisa-sisa beton yang

menempel

• perbaharui cetakan • bersihkan permukaan

cetakan sebelum pengecoran

• jenis pelumas cetakan atau cara pemakaian yang kurang sesuai

• percobaan untuk menentukan bahan pelumas/pelepas cetakan yang paling tetap

• mengaplikasikan dengan kecepatan yang benar, dengan peralatan yang tepat

Permukaan hasil pengecoran yang sangat jelek dan tidak rata

deformasi cetakan “finger-prints” dari permukaan cetakan ke permukaan beton

• rasio air-powder yang terlalu tinggi

• tambahkan jumlah superplasticiser atau gunakan VMA

Sebab Fisik: tekanan yang tinggi pada formwork kekentalan plastis yang terlalu rendah

Page 125: Buku beton

Pengenalan SCC VI-19

Tabel 6.14 Variasi Warna Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis Pencegahan atau

Perbaikan

• suhu yang terlalu rendah • menjaga suhu beton dan

bagian dalam cetakan selama musim dingin

• slump-flow yang terlalu besar, kekentalan yang terlalu rendah

• meningkatkan kekentalan dengan menambah agregat halus atau pertimbangkan penggunaan VMA

• efek perlambatan pengikatan awal dari admixture atau pelumas/pelepas cetakan

• pemilihan admixture dengan hati-hati untuk memperpanjang masa layan

• mengurangi kandungan air atau plasticiser

• pertimbangkan kemungkinan pemakaian accelerator ringan

• perubahan kecepatan penuangan • pengecoran menerus

• plastic curing membrane tidak semuanya melapisi beton secara menyeluruh

• pastikan kontak yang konsisten

Variasi warna

dimensi permukaan yang terlalu panjang perbedaan adukan

• cetakan kayu memiliki permukaan yang kering

• basahi cetakan sebelum penuangan

• disarankan menggunakan permukaan cetakan yang telah dilapisi

Sebab Fisik: efek perlambatan pengerasan maupun noda yang tertinggal disebabkan oleh pelumas, admixture, dll tegangan leleh atau kekentalan plastis yang terlalu tinggi

Tabel 6.15 Cacat Tali Air

Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis Pencegahan atau

Perbaikan

Tali air bleeding dari air dan agregat halus

• rasio air-powder yang terlalu tinggi

• kekentalan yang terlalu rendah

• pertimbangkan untuk menggunakan VMA

• meningkatkan kekentalan dengan menambahkan agregat halus

• gunakan bahan tambahan air entraining untuk mengatasi distribusi ukuran partikel yang jelek

Sebab Fisik: stabilitas adukan beton yang rendah

Page 126: Buku beton

Pengenalan SCC VI-20

Tabel 6.16 Cacat akibat Retak Plastis Jenis Cacat Sebab Utama Sebab Praktis Pencegahan atau

Perbaikan

• perawatan beton umur awal yang buruk

• mulailah perawatan sesegera mungkin setelah pengecoran/finishing awal

• perawatan beton yang sesuai dengan kondisi

• segregasi dan bleeding

• menambal retak plastis tersebut sebelum beton mengeras

• meningkatkan kandungan powder

• menggunakan VMA • menggunakan bahan

tambahan air entraining • perbedaan kondisi yang

ekstrim (suhu, kelembaban, angin, dll)

• perawatan beton disesuaikan kondisi yang berlaku

Retak plastis

pengeringan yang terlalu cepat sedimentasi perubahan posisi tulangan

• pengecoran dimensi tinggi dengan posisi tulangan dekat permukaan

• redesain ukuran selimut beton

Sebab Fisik: susut akibat pengeringan stabilitas beton yang buruk

Page 127: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-0

Page 128: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-1

7.1 PENDAHULUAN Beton pracetak/precast concrete adalah produk beton yang dicor dan dirawat di tempat lain yang berbeda dengan posisi akhir pemasangannya.

7.2 JENIS-JENIS HASIL PRODUKSI a. Berdasarkan cara pemadatan, ada dua kategori hasil produksi, yaitu: 1. Pemadatan dengan putar (centrifugal spinning)

Produk beton yang proses pemadatannya melalui proses pemutaran cetakan, misalnya: • Tiang pancang bulat berongga/ PC Piles • Tiang pancang kotak berongga • Tiang beton bulat berongga

2. Pemadatan non-putar Produk beton yang proses pemadatannya melalui penggetaran, misalnya: • Girder/gelagar • Voided slab/slab berongga • Sheet pile • Pelat double tee • Pelat masif • Half slab • komponen pracetak yang lain

b. Berdasarkan mutu beton, ada dua kategori hasil produksi, yaitu: 1. Mutu biasa, meliputi: K350 dan K500, merupakan pracetak non-putar dan

dipadatkan dengan cara konvensional 2. Mutu tinggi, meliputi: K600, K700 dan K800 (termasuk K1000), dipadatkan

dengan cara putar maupun non-putar Untuk mutu-mutu beton dan penggunaannya dapat dilihat pada Bagian 1 Pengetahuan Umum Beton, Subbab 1.5 Jenis, spesifikasi dan dimensi dari beberapa beton pracetak produksi PT Wijaya Karya Beton dapat dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan pemilihan produk sesuai kebutuhan proyek, dapat dilihat pada Lampiran 1 Spesifikasi Produk Beton Pracetak PT Wijaya Karya Beton.

Page 129: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-2

PC Voided Slabs

PC Piles

Page 130: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-3

PC I-Girders

Flat Sheet Piles

Page 131: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-4

Corrugated Sheet Piles

Triangular PC Piles

Page 132: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-5

PC Sleepers

PC Pipes

Page 133: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-6

7.3 MATERIAL DAN SPESIFIKASI Tabel 7.1 Spesifikasi Material dan Spesifikasi Umum Beton Pracetak

Item Referensi Deskripsi Spesifikasi Keterangan

ASTM C33-1985

Standard Specification for Concrete Aggregates

- Umum 1 Agregat

NI 2 PBI-1971 Indonesian Concrete Codes - Umum

SII 0013-1981

Mutu dan Cara uji Semen Portland (Quality and Test Method of Portland Cements)

• Standard Product: tipe I

• Special Order: tipe II atau V

Umum

2 Semen

SII 0013-1984

Mutu dan Cara uji Semen Portland (Quality and Test Method of Portland Cements)

• Standard Product: tipe I

• Special Order: tipe II atau V

Reinforced Concrete Pipes

Tipe A: Water reducing admixture Umum

ASTM C494-1985

Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete

Tipe F: Water Reducing Admixture

Reinforced Concrete Pipes

3 Admixture

ASTM C494-1990

Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete

- Railway Concrete Products dan Bridge Girders

Standard Product: NI 2 PBI-1975

Indonesian Concrete Codes

Concrete Cube Compressive Strength at 28 days: 500 kgf/cm2

Untuk Electrical PC Poles

Special Order: JIS A 5309-1981

Prestressed Spun Concrete Poles

Concrete Cylinder Compressive Strength at 28 days: 500 kgf/cm2

Untuk Electrical PC Poles

Concrete Cylinder Compressive strength at 28 days: 600 kgf/cm2

Untuk PC Piles, Triangular PC Piles & PC Pipes

Concrete Cylinder Compressive Strength at 28 days (Railway Concrete Products)

• 500 kgf/cm2: PC Sleepers dan CPC Poles

• 400 kgf/cm2: RWB Slabs, RBP Walls dan Emplacements

Bridge Girders • A-Class: 800 kgf/cm2 • B-Class: 500 kgf/cm2

4 Concrete Compressive Strength

NI 2 PBI-1971 Indonesian Concrete Codes

Sheet Piles

• CPC Sheet Piles: 700 kgf/cm2

• FPC Sheet Piles: 500 kgf/cm2

• FRC Sheet Piles: 500 dan 350 kgf/cm2

Page 134: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-7

Item Referensi Deskripsi Spesifikasi Keterangan

JIS A 1132-1985

Method of Making and Curing Concrete Specimens

- Umum

JIS A1108-1985

Method of Test Compressive Strength of Concrete

- Umum 5 Concrete

Test

NI 2 PBI-1975 Indonesian Concrete Codes - Umum

PC Wire SWPD1 Umum JIS G 3536-1985

Uncoated Stress Relieved Steel Wire and Strand for Prestressed Concrete

PC Strand SWPR 7B Triangular PC Piles

JIS G 3536-1984

Uncoated Stress-Relieved Steel Wire and Strand for Prestressed Concrete

• PC Wire SWPD1

• PC Strand: SWPR 7B

Sheet Piles

JIS G 3536-1988

Uncoated Stress-Relieved Steel Wire and Strand for Prestressed Concrete

• PC Wire SWPD1

• PC Strand: SWPR 7B (Bridge girders only)

Railway Concrete Products, Bridge Girders

6 PC Wire/PC Strand

ASTM A416-1980

Standard Specification For Uncoated Sevent-Wire Stress-Relieved Steel Strand for Prestressed Concrete

Grade 270 Bridge Girders

SD 40 Umum

JIS G 3112-1985 Steel Bar for Concrete Reinforcement SR 24

Untuk PC Pipes dan Reinforced Concrete Pipes 7 Reinforced

Bar

JIS G 3112-1987

Steel Bar for Concrete Reinforcement

SD 40 Triangular PC Piles

JIS A 3532-1985 Low Carbon Steel Wire SWMA Umum

8 Reinforced/ Spiral Wire JIS G 3538-1977

Hard Drawn Steel Wire for Prestressed Concrete

SWCR A Untuk bagian ujung Core Pipes Spiral

JIS G 3191-1976 Rolled Steel for General Structure SS 41 Untuk Electrical PC

Poles

JIS G 3101-1987 Rolled Steel for General Structure SS 41 Untuk PC Piles 9 Joint Plate

JIS G 3101-1976 Rolled Steel for General Structure SS 41 Triangular PC Piles

10 Welding ANSI/AWS D1.1-1990

Structural Welding Code-Steel

AWS A 5.1/E6013 Nikko Steel RB 26 /RD260,LION26/eq.

Umum

Page 135: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-8

Item Referensi Deskripsi Spesifikasi Keterangan JIS K 6353 Elastomeric

Material for Joints - Untuk PC Pipes 11 Sealing

Rings ISO 4633-1983 LE - - Untuk PC Pipes

ISO 4633-1996

Rubber seal-joint ring for water supply, drainage and sewerage pipelines

-

AS 1646-1992 Elastomeric seals for waterworks purposes

-

BS 2494-1990

Elastomeric seals for joints in pipework and pipelines

-

12 Rubber Gasket

JIS K 6353-1995 Rubber goods for water works -

Reinforced Concrete Pipes

Pencucian Material

Page 136: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-9

7.4 PROSES PRODUKSI Dari beberapa jenis produk precast dan proses produksinya yang berbeda, dibawah ini diberikan satu contoh proses produksi untuk PC Piles (Prestressed Concrete Piles), yang dipadatkan dengan cara centrifugal spinning.

Gambar 7.1 Proses Produksi PC Piles

Persiapan cetakan

Penulangan

Pengecoran

Penutupan cetakan

Tensioning PC Wire

Pemutaran/Spinning

Steam curing

Detensioning

Pembukaan cetakan

produk

Persiapan PC Wire dan Spiral Wire

cetakan

Penakaran dan pengadukan beton

Pengangkutan ke Klien

Penumpukan dan water curing

Page 137: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-10

Persiapan cetakan

Penulangan

Pengecoran

Page 138: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-11

Penutupan cetakan

Tensioning

Pemutaran/centrifugal spinning

Page 139: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-12

Steam curing

Penumpukan dan water curing

7.5 MIX-DESIGN Hal-hal yang menjadi pertimbangan saat membuat mix-design adalah 1. Persyaratan material 2. Komposisi 3. Slump 4. Target strength 5. Karakteristik 6. Standar deviasi Mix desain tergantung pada produsen dan seringkali sesuai dengan kesepakatan atau spesifikasi yang dipakai. Cara perhitungan mix-design dapat dilihat pada Bagian 3 Perencanaan Campuran Beton.

Page 140: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-13

7.6 CETAKAN (MOULD) Macam-macam cetakan: 1. Cetakan baja 2. Cetakan kayu 3. Cetakan fiberglass (serat kaca)

Cetakan baja PC Pipes Cetakan baja triangular PC piles

Cetakan yang dipakai dalam produksi beton pracetak juga didasarkan atas kebutuhan dan rencana permintaan produksi.

7.7 PENGADUKAN BETON & PENGECORAN Diaduk di batching-plant dan concrete mixer. Dengan cara-cara dan teknik seperti pada pada pengadukan dan pengecoran beton biasa (kecuali atas permintaan yang disyaratkan), dapat dilihat pada Bagian 4 Pelaksanaan .

Batching plant

Page 141: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-14

7.8 PEMADATAN Macam-macam cara pemadatan: 1. Pemadatan putar/spinning

Metode produksi dimana adukan beton dimasukkan kedalam cetakan baja yang berputar secara horisontal dengan kecepatan tinggi pada alas pemutaran, pemadatan beton terjadi akibat getaran dan gaya sentrifugal.

Centrifugal spinning

2. Pemadatan non-putar: • Internal vibrator, penggetaran adukan beton dari dalam cetakan. (Lihat

Bagian 4 Subbab 4.6 Pemadatan) • External vibrator, penggetaran cetakan yang telah terisi adukan beton dari

luar. Bentuk daerah pengaruh pemadatan adalah hemisphere berpusat pada lokasi vibrator. Beberapa prinsip penggunaan external vibrator: o Jika memerlukan dua external vibrator (pada elemen beton yang lebih

tebal dari radius pengaruh vibrator), jangan diletakkan pada posisi yang lagsung berlawanan satu sama lain, tetapi pada titik pertengahan diukur dari vibrator pertama.

o Penggetaran dilakukan sejak adukan beton mulai dituang ke dalam cetakan hingga cetakan penuh

o Penggetaran tidak boleh melebihi 2 inch per detik o Vibrator harus digerakkan sebentar-sebentar agar vibrator dapat

memadatkan beton dan membantu migrasi udara yang terjebak

External vibrator

Page 142: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-15

Spesifikasi umum yang sering dijumpai: Output 50 Watt Kuat arus 2.5 Ampere Voltase 48 Volt Getaran 6.000-7.200 VPM

200-240 Hz Gaya sentrifugal 106-152 kgf Weight 6.5-7.0 kg

• Meja getar

Meja getar

Bagian atas meja berupa bagian-bagian kuat yang di las dan dibuat dari pelat baja, balok I atau pipa. Bagian atasnya bertenaga mesin dengan dua vibrator putar yang berlawanan. Bagian dasar yang tidak rata bentuknya mendukung dan mengisolasi bagian atas dengan pegas maupun isolasi udara.

Saat ini, telah banyak digunakan meja getar listrik yang memungkinkan untuk memilih frekuensi operasi terbaik dengan tingkat ketelitian digital.

7.9 PEKERJAAN STRESSING Berdasarkan cara pemadatannya, pekerjaan stressing dibagi atas: 1. Pemadatan putar (spinning)

• Single stressing • Simultan stressing

2. Pemadatan non-putar • Single stressing

o Short-line system o Long-line system

• Multiple stressing

Page 143: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-16

7.10 PERAWATAN BETON 1. Normal curing, Lihat Bagian 4 Pelaksanaan Subbab 4.7.

Curing dengan penyiraman air pada produksi tiang pancang

2. Steam curing, perawatan beton dengan mengalirkan uap air dengan tekanan

atmosfer (atau dengan tekanan yang lebih besar) dan pada suhu antara 40-215 oC.

Metode ini dapat mempercepat beton mencapai kuat tekan awal, sehingga menghemat waktu pemakaian cetakan dan menghemat pemakaian tempat yang terbatas untuk curing.

Steam curing pada produksi tiang pancang

7.11 PENGANGKATAN Hal-hal yang harus menjadi pertimbangan saat pengangkatan beton yang telah mengalami pengerasan adalah: 1. Kuat beton pada saat pengangkatan apakah sudah mencukupi dan sesuai

dengan rencana. 2. Metode pengangkatan

Page 144: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-17

Pengangkatan dan penyimpanan di stockyard

Melapisi bahan anti korosi pada joint-plate setelah pengangkatan

7.12 PENGANGKUTAN Pengangkutan ke konsumen dapat menggunakan truk, tronton, trailer, kapal atau ponton, tergantung dari dimensi dan berat produk, kondisi site, faktor ekonomi, kesepakatan, dll.

Page 145: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-18

Pengangkutan electrical PC Poles

Pengangkutan PC Piles

Page 146: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-19

7.13 QUALITY CONTROL • Memeriksa material

Pemeriksaan kadar lumpur agregat • Memeriksa proses produksi

Pemeriksaan pemasangan tulangan • Memeriksa produk jadi

Pengujian Hammer Test

Page 147: Buku beton

Pengetahuan beton pracetak VII-20

• Memeriksa mutu benda uji

Benda uji kubus

Selain itu, pengujian juga dilakukan pada benda uji sebagai sampel adukan yang berbentuk kubus. Perincian metode pengujian beton seperti pada beton normal, antara lain dapat dilihat pada Bagian 4 Pelaksanaan Subbab 4.8 Evaluasi dan Pengendalian Mutu Beton. Dibawah ini adalah beberapa gambar alat pengujian benda uji.

Alat pengujian kuat lentur

Alat pengujian kuat tekan

Page 148: Buku beton

VIII-1Inspeksi peralatan

Page 149: Buku beton

VIII-1Inspeksi peralatan

8.1 PENDAHULUAN Proses pembuatan beton merupakan suatu pekerjaan yang kompleks, melibatkan banyak tahapan termasuk didalamnya penggunaan peralatan. Pengecoran beton yang berhasil sesuai dengan rencana membutuhkan kesiapan baik dalam sumber daya manusia, bahan dan peralatan. Pada bagian ini, akan diuraikan beberapa poin pemeriksaan yang dapat digunakan untuk pengecekan pra-pemakaian maupun perawatan berkala beberapa peralatan besar yang sering digunakan dalam pekerjaan pembetonan.

8.2 MACAM-MACAM FORMULIR INSPEKSI a. Form Pemeriksaan Peralatan

1. Batching Plant 2. Concrete Pump 3. Truck mixer

b. Laporan Harian Operasi Alat (termasuk form pemeriksaan alat sebelum

beroperasi) 1. Batching Plant 2. Concrete Pump 3. Truck mixer

c. Form Pemeliharaan alat

1. Batching Plant 2. Concrete Pump 3. Truck mixer

Macam-macam formulir tersebut dan detail isiannya dapat dilihat pada Lampiran 2 Formulir Inspeksi Peralatan.

Page 150: Buku beton

LAMPIRAN 1

Spesifikasi Produk Beton Pracetak PT WIKA Beton

Page 151: Buku beton

A. PRESTESSED SPUN CONCRETE PILES (PC PILES)

Page 152: Buku beton
Page 153: Buku beton
Page 154: Buku beton
Page 155: Buku beton

B. PRESTESSED CONCRETE SLEEPERS (PC SLEEPERS)

Page 156: Buku beton
Page 157: Buku beton

C. CATENARY PRESTESSED CONCRETE POLES (CPC POLES)

Page 158: Buku beton

D. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR RAILWAY BRIDGES (RWB SLABS)

dimension: mm

Page 159: Buku beton

E. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR EMPLACEMENT (EMPLACEMENT)

dimension: mm

Page 160: Buku beton

F. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR BALLAST PROTECTION (RBP WALLS)

dimension: mm

Page 161: Buku beton

G. CORRUGATED TYPE PRESTRESSED CONCRETE SHEET PILES (CPC SHEET PILES)

Page 162: Buku beton
Page 163: Buku beton
Page 164: Buku beton

H. FLAT TYPE PRESTRESSED CONCRETE SHEET PILES (FPC SHEET PILES)

Page 165: Buku beton

I. FLAT TYPE REINFORCED CONCRETE SHEET PILES (FRC SHEET PILES)

Page 166: Buku beton

J. PRESTRESSED CONCRETE I-GIRDER (PC I-GIRDER)

Page 167: Buku beton

K. REINFORCED CONCRETE SLAB FOR I-GIRDER (PC I-GIRDER) AND REINFORCED CONCRETE DIAPHRAGM FOR I-GIRDER (RC-DIAPHRAGM)

Page 168: Buku beton

L. PRESTRESSED CONCRETE VOIDED SLAB (PC V-GIRDER)

Page 169: Buku beton
Page 170: Buku beton

BEAM SPACING PC I-GIRDER BM70

Page 171: Buku beton

BEAM SPACING PC I-GIRDER BM100

Page 172: Buku beton

PC V-SLAB SPACING TYPE I

PC V-SLAB SPACING TYPE II

Page 173: Buku beton

M. TRIANGULAR PRESTRESSED CONCRETE

PILES (TPC PILES)

Page 174: Buku beton
Page 175: Buku beton

N. PRESTRESSED SPUN CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL DISTRIBUTION LINE (DPC POLES)

Page 176: Buku beton

O. SEGMENTAL PRESTRESSED SPUN CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL POWER DISTRIBUTION LINE (SDPC POLES)

Page 177: Buku beton

P. SEGMENTAL PRESTRESSED SPUN CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL POWER TRANSMISSION LINE

(STPC POLES)

Page 178: Buku beton

Q. CORE TYPE PRESTRESSED CONCRETE PIPES (CPC PIPES)

Page 179: Buku beton
Page 180: Buku beton
Page 181: Buku beton
Page 182: Buku beton
Page 183: Buku beton
Page 184: Buku beton

R. REINFORCED CONCRETE PIPES

Page 185: Buku beton

LAMPIRAN 2

Formulir Inspeksi Peralatan

Page 186: Buku beton

PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi

Jenis Alat : BATCHING PLANT Tanggal Pemeriksaan : ……………………………………………………………………

Merk / Type : ………………………………………………………………………… Hour Meter ( HM ) : ……………………………………………………………………

No.Invet. / Polisi : …………………………………………………………………………

Nomor Seri : …………………………………………………………………………

B R TAA. SILO SILO1 Screw Pump Pompa ulir2 Motor Penggerak3 Gear Box Kotak transmisi4 Gate Pintu pembuka5 Bolt & Nut Silo Mur & baut siloB. GATE MATERIAL PINTU MASUKAN MATRIAL1 Air Cylinder Silinder udara2 Solenoid Valve Katup selenoid3 Limit Switch Saklar pembatas4 Air Hose Hose udaraC. SCAP HOPPER SCAP HOPPER1 Roll Bearing Bantalan roll2 Bushing Bantalan 3 Treck Rel4 Limit Switch Saklar pembatas5 Motor Penggerak6 Gear Box Kotak transmisi7 Wire Rope Kabel kawat baja/slingD. MIXER PENGADUK1 Motor Penggerak2 Gear Box Kotak transmisi3 V-Belt Sabuk/tali kipas4 Liner & Tiles Liner & tile5 Bearing Shaft Bantalan poros6 Blade Daun pengaduk7 Gate mixer Pintu masukan pengadukE. PNEUMATIC SYSTEM SISTIM TEKANAN ANGIN1 Air Compressor Kompressor udara2 Motor Penggerak3 V-Belt Sabuk/tali kipas4 Guard Pelindung5 Oil Oli6 Air Hose Hose udara7 Air Cylinder Silinder udara8 Solenoid Valve Katup selenoidF. WATER PUMP POMPA AIR1 Hose Hose 2 Flow Meter Pengukur aliran3 Valve Katup 4 Piping Pipa5 Tank BakG. SCRAPPER BAJA PENGIKIS/PENGUMPUL1 Boom Lengan2 Wire Rope Kabel kawat baja3 Roller Penggulung4 Bearing Bantalan5 Bucket Bucket6 Motor Swing Penggerak putaran7 Gear Swing Roda gigi putaran8 Disc Clutch Plat kopling9 Master Clutch Master kopling

10 Handle - handle Handle/tuas11 Brake Shoe Sepatu rem/kampasH. OPERATOR CABIN RUANG OPERATOR1 Panel Control Panel kontrol2 Wiring Kabel3 Gauge Pengukur4 Weigher Timbangan5 Arm Timbangan Lengan timbangan6 Agrigat Scale Gauge Box Box pengukur matrial7 Glass Cabin Kaca Kabin8 Door Cabin Pintu kabin

WIKA-K5-10-IK-006Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.6

FORM PEMERIKSAAN PERALATAN

NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KONDISI KETERANGAN

Page 187: Buku beton

KETERANGAN :Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksiBeri tanda "X" untuk item yang tidak ada pada unit alat B : Baik R : Rusak Jakarta,…………………………. TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh

QC / QA QC Workshop

KESIMPULAN/SARAN

Page 188: Buku beton

PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi

Jenis Alat : CONCRETE PUMP Tanggal Pemeriksaan : ……………………………………………………………………

Merk / Type : ………………………………………………………………………… Hour Meter ( HM ) : ……………………………………………………………………

No.Invet. / Polisi : …………………………………………………………………………

Nomor Seri : …………………………………………………………………………

B R TAA BASIC ENGINE STANDAR MESIN1 Engine leakage Kebocoran pada bagian-bagian engine2 Engine mounting system Sistim dudukan mesin3 Fan drife system Sistim penggerak kipas4 Valve mechanis cover system Sistim penutup katupB LUBRICTION SYSTEM SISTIM PELUMASAN1 Breather kondisi Sistim breather 2 Oil filter system Sistim saringan oli3 Oil lines system Sistim saluran oli4 Oil pump system Sistim pompa oli5 Oil pressure system Sistim tekanan oliC COOLING SYSTEM SISTIM PENDINGIN1 Blower fan system Sistim kipas blower2 Engine cooler system Sistim pendingin mesin3 Housing and regulator system Sistim selang-selang dan regulator4 Protection cover radiator cap system Sistim pengaman tutup radiator5 Radiator system Sistim radiator6 Transmission oil cooler system Sistim oli pendingin transmisi7 Water lines system Sistim saluran air8 Water pump system Sistim pompa airD INTAKE AND EXHAUST SYSTEM SISTIM SALURAN MASUK & BUANG1 Air cleaner system Sistim filter udara2 Exhaust extention system Sistim bagian-bagian saluran gas buang3 Exhaust manifold system Sistim saluran gas buang4 Muffler system Sistim knalpot5 Turbocharger system Sistim turboE FUEL SYSTEM AND GOVERNOR SISTIM GOVERNOR & BAHAN BAKAR1 Fuel filter system Sistim saringan bahan bakar2 Fuel injection lines system Sistim saluran injeksi bahan bakar3 Fuel lines system Sistim saluran bahan bakar4 Fuel priming pump system Sistim pompa pemancing bahan bakar5 Fuel ratio control system Sistim kontrol perbandingan bahan bakar6 Fuel tank system Sistim tangki bahan bakar7 Fuel transfer pump system Sistim pompa pemindah bahan bakar8 Governor and fuel injection pump system Sistim governor & pompa injeksi bahan bakar9 Primary fuel filter system Sistim sringan bahan bakar primer10 Fuel tank cover system Sistim penutup tangki bahan bakar11 Secondary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar sekunder12 Service meter system Sistim pengukur pemakaian13 Fuel drain valve system Sistim katup pengurasan bahan bakar14 Water sparator system Sistim sparator airF ELECTRICAL SYSTEM SISTIM KELISTRIKAN1 Alternator system Sistim alternator2 Battrey and wiring system Sistim aki dan kabel penghubungnya3 Electric starting motor system Sistim kelistrikan motor starter4 Glow plug system Sistim pengapian busi5 Lighting system Sistim peneranganG SLIDING VALVE GREASE PIPING SYST SISTIM PIPA GEMUK KATUP GELINCIR1 Piping assy grease system Sistim pipa perangkat gemuk 2 Pipe copper system Sistim pipa copper3 Elbow system Sistim sambungan siku4 Connector system Sistim penghubung5 Coupler system Sistim coupler6 Piece system Sistim perpotongan7 Support main sylinder system Sistim penopang tengah silinder8 Band "U"system Sistim band "U"9 Bracket water tank system Sistim bracket tangki air10 Bracket transportasi pipe system Sistim bracket pipa transportasi11 Guard side system Sistim pengaman samping 12 Rubber cushion system Sistim bushing karet

WIKA-K5-10-IK-006Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.8

FORM PEMERIKSAAN PERALATAN

NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KONDISI KETERANGAN

Page 189: Buku beton

B R TAH SWING AND OUTTRIGGER SYSTEM SISTIM ALAT KELUARAN & SWING1 Swing device assy system Sistim perangkat alat swing2 Outtrigger assy front LH-RH system Sistim alat keluaran depan kiri & kanan3 Outtrigger assy rear LH-RH system Sistim alat keluaran belakang kiri & kanan4 Hydraulic piping boom system Sistim pipa hidrolik boom5 Tube synflex/grease system Sistim pipa gemuk6 Box outtrigger inner system Sistim box masukan outrigger7 Box outtrigger outer system Sistim box keluaran outrigger8 Valve assy chek for outrigger front system Sist katup pengecek u/ saluran keluar bag depan9 Cylinder assy outtrigger front assy Perangkat silinder saluran keluar bag depan10 Cylinder assy outtrigger rear assy Perangkat silinder alat keluaran belakang11 Nipple greace system Sistim niple gemuk12 Arm RH-LH system Sistim lengan kanan/kiri13 Block join system Rumah nepel gemuk14 Reduction assy swing system Sistim ayun perangkat reduksi15 Motor assy system Sistim perangkat penggerak16 Joint assy rotari system Sistim perangkat sambungan rotari17 Bolt-bolt system Sistim baut-baut18 Stoper system Sistim penghenti19 Base assy system Sistim rumah gear box20 Pin-pin system Sistim pin-pinI BOOM AND POST ASSY PERANGKAT BOOM & POST1 Shaft boom assy system Sistim perangkat poros boom2 Pin link system Sistim batang pin3 Link tension system Sistim ketegangan batang penghubung4 Cyilinder assy boom (middle) system Sistim perangkat silinder boom (tengah)5 Cyilinder assy boom (upper) system Sistim perangkat silinder boom (atas)6 Cyilinder assy boom (lower) system Sistim perangkat silinder boom (bawah)7 Valve assy pilot chek system Sistim perangkat katu pengecekan awal8 Pin-pin system Sistim pin-pin9 Bushing-bushing link system Sistim bantalan-bantalan penghubung10 Boom upper system Sistim boom atas11 Boom midle system Sistim boom tengah12 Boom lower system Sistim boom bawahJ CHASIS CONCRETE PIPING GROUP KELOMPOK PANGKA PIPA BETON1 Band / klem system Sistim klem 2 Joint pipe-pipe system Sistim sambungan pipa-pipa3 Pipe bending system Sistim bengkoan pipa4 Pipe-pipe system Sistim pipa-pipa5 Bracket pipe system Sistim knie pipa6 Support system Sistim penopang7 Pipe taper system Sistim pipa tirus/peralihan8 Pipe "Y" system Sistim pipa "Y"9 Flexible hose system Sistim hose fleksibelK HYDRAULIC AND PIPING SYSTEM SISTIM HIDROLIK DAN PIPA1 Piping assy pump hydraulic system Sistim perangkat pipa pompa hidrolik2 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik3 Clamp pipe hydraulic system Sistim klam pipa hidrolik4 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring5 Pipe suction system Sistim bagian-bagian pipa6 Valve assy control stop system Sistim prangkat katup kontrol penghentianL SLIDING AND PIPING SYSTEM SISTIM PIPA DAN PIPA GESER1 Piping assy sliding hydraulic system Sistim perangkat pipa geser hidrolik2 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose-hose hidrolik3 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik4 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring5 Pipe suction system Sistim bagian-bagian pipa6 Valve assy control stop system Sistim prangkat katup kontrol penghentian7 Lever system LH-RH Sistim tuas kiri - kananM CONTROL PIPING ASSY SYSTEM SISTIM PERANGKAT PIPA KONTROL1 Piping assy control hydraulic system Sistim perangkat pipa pengontrol hidrolik2 Band accumulator system Sistim pengikat aki3 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik4 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik5 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring6 Valve assy control stop system Sistim perangkat katup penghentian7 Valve check system Sistim katup pengecekanN AGITATOR PIPING SYSTEM SISTIM PIPA YANG BERGERAK1 Piping assy agitator system Sistim perangkat pipa yang bergerak2 Ball joint system Sistim ball join3 Hose-hose hydraulic assy system Sistim perangkat hose hidrolik4 Clamp pipe hydraulic system Sistim klem pipa hidrolik5 O ring-O ring system Sistim O ring-O ring6 Lever link system Sistim tuas penghubung7 Pin Link system Sistim pin penghubung

KONDISI KETERANGANNO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA

Page 190: Buku beton

B R TAO TANK PIPING ASSY GROUP KELOMPOK PIPA-PIPA TANGKI1 Piping assy tank system Sistim perangkat pipa pada tangki2 Element suction strainer system Sistim elemen brongsong isap3 Filter assy reurn system Sistim perangkat filter4 Reduser system Sistim reduser5 Magnet system Sistim magnet 6 Gauge level system Sistim panel ukur7 Elbow system Sistim elbow (bengkeoan pipa)8 Conector system Sistim penghubung9 Flange system Sistim flange(lekuan)10 Seal-seal system Sistim seal-seal11 Bolt-bolt system Sistim baut-bautP OUTTRIGGER PIPING GROUP KELOMPOK PIPA ALAT KELUARAN1 Piping assy outtrigger system Sistim perangkat pipa alat keluaran2 Valve assy stop system Sistim perangkat katup penghenti3 Valve assy shutle system Sistim perangkat katup pengunci4 Hose-hose hydraulic assy system Sistim hose-hose perangkat hidrolik5 Reduser system Sistim pengalih6 Elbow system Sistim sambungan siku7 Connector system Sistim penghubung8 Flange system Sistim lekuan-lekuan9 Seal-seal system Sistim seal-seal10 Bolt-bolt system Sistim baut-baut

KETERANGAN :Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi B : Baik R : Rusak Jakarta,…………………………. TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh

QC / QA QC Workshop

KESIMPULAN/SARAN

NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KONDISI KETERANGAN

Page 191: Buku beton

PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi

Jenis Alat : TRUCK MIXER Tanggal Pemeriksaan : …………………………………………………………………

Merk / Type : ………………………………………………………………………… Hour Meter ( HM ) : …………………………………………………………………

No.Invet. / Polisi : …………………………………………………………………………

Nomor Seri : …………………………………………………………………………

B R TAA BASIC ENGINE STANDAR MESIN1 Engine leakage Kebocoran pada bagian-bagian mesin2 Engine mounting system Sistim dudukan mesin3 Fan drife system Sistim penggerak kipas4 Valve mechanis cover system Sistim penutup katupB LUBRICTION SYSTEM SISTIM PELUMASAN1 Breather system Sistim breather2 Oil filter system Sistim saringan oli3 Oil lines system Sistim saluran oli4 Oil pump system Sistim pompa oli5 Oil pressure system Sistim tekanan oliC COOLING SYSTEM SISTIM PENDINGIN1 Blower fan system Sistim kipas blower2 Engine cooler system Sistim pendingin mesin3 Housing and regulator system Sistim pipa-pipa & regulator4 Protection cover radiator cap system Sistim pengaman tutup radiator5 Radiator system Sistim radiator6 Transmission oil cooler system Sistim oli pendingin transmisi7 Water lines system Sistim saluran air8 Water pump system Sistim pompa airD INTAKE AND EXHAUST SYSTEM SISTIM SALURAN MASUK & BUANG1 Air cleaner system Sistim filter udara2 Exhaust extention system Sistim bagian-bagian saluran buang3 Exhaust manifold system Sistim saluran buang4 Muffler system Sistim knalpot5 Turbocharger system Sistim turboE FUEL SYSTEM AND GOVERNOR SISTIM GOVERNOR & BAHAN BAKAR1 Fuel filter system Sistim saringan bahan bakar2 Fuel injection lines system Sistim saluran injeksi bahan bakar3 Fuel lines system Sistim saluran bahan bakar4 Fuel priming pump system Sistim pompa pemancing bahan bakar 5 Fuel ratio control system Sistim kontrol perbandingan bahan bakar6 Fuel tank system Sistim tangki bahan bakar7 Fuel transfer pump system Sistim pompa pemindah bahan bakar8 Governor and fuel injection pump stm Sistim governor & pompa injeksi bahan bakar9 Primary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar primer

10 Fuel tank cover system Sistim penutup tangki bahan bakar11 Secondary fuel filter system Sistim saringan bahan bakar sekunder12 Service meter system Sistim pengukur penggunaan13 Fuel drain valve system Sistim katup pengurasan bahan bakar14 Water sparator system Sistim sparator airF ELECTRICAL SYSTEM SISTIM KELISTRIKAN1 Alternator system Sistim alternator2 Battrey and wiring system Sistim aki dan kabel penghubungnya3 Electric starting motor system Sistim kelistrikan motor starter4 Glow plug system Sistim pengapian busi5 Lighting system Sistim peneranganG TRANSMISSION SYSTEM SISTIM TRANSMISI1 Transmission control linkage system Sistim kontrol penghubung transmisi2 Transmission control linkage play Ruang gerak kontrol sambungan transmisi3 Transmission gear system Sistim roda gigi transmisi4 Oil seal transmission system Sistim seal oli transmisiH PROPELLER SHAFT SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK1 Propeller shaft center bearing support Bantalan penopang tengah poros penggerak2 Propeller shaft universal joint play Ruang main universal joint poros penggerak3 Propeller shaft mounting bolt system Sistim baut dudukan poros penggerak4 Universal joint system Sistim universal joint5 Center bearing system Sistim bantalan tengah6 Rubber center bearing system Sistim bantalan karet tengahI CLUTCH SYSTEM SISTIM KOPLING1 Master cylinder system Sistim master silinder2 Clutch piping oil system Sistim pipa oli kopling3 Clutch hose system Sistim hose kopling4 Clutch bearing system Sistim bantalan koplingJ REAR AXLE SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK BELAKANG1 Differential gear system Sistim roda gigi diferensial2 Axle shaft mounting nuts system Sistim mur dudukan poros penggerak3 Oil seal kondisi system Sistim kondisi seal oli4 Oil leakage Kebocoran-kebocoran oli

WIKA-K5-10-IK-006Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.21

FORM PEMERIKSAAN PERALATAN

NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KONDISI KETERANGAN

Page 192: Buku beton

B R TAK FRONT AXLE SYSTEM SISTIM POROS PENGGERAK DEPAN1 King pin system Sistim king pin2 Axle beam kondisi system Sistim kondisi poros pengimbang gerak3 Tie rod ball joint system Sistim boll joint tie rodL STEERING SYSTEM SISTIM KEMUDI1 Cleareance steering system Sistim clereance kemudi2 Oil seal kondisi system Sistim kondisi seal oli3 Worm steering system Sistim worm kemudiM WHEEL PARKING BRAKE SYSTEM SISTIM REM PARKIR RODA1 Parking brake system Sistim rem parkir 2 Lining brake system Sistim saluran remN WHEEL AND TIRE SYSTEM SISTIM RODA1 Wheel bearing torque syst (front&rear) Sistim bantalan pada roda depan/belakang2 Tire wear kondisi Kondisi banO SUSPENSION SYST & BRAKE SYST SISTIM SUSPENSI & REM1 Suspension kondisi Kondisi suspensi2 Shock absorber system Sistim peredam kejut3 Bracket spring system Sistim bracket pegas4 Brake system Sistim remP CAB SYSTEM SISTIM KABIN1 Cab rear mounting system Sistim dudukan belakang kabin 2 Cab kondisi Kondisi kabinQ HYDRAULIC CONTROL DUMP SYST SISTIM KONTROL DUMP HIDROLIK1 Hydraulic pump system Sistim pompa hidrolik2 Hydraulic control system Sistim kontrol hidrolik3 Transfer gear pump system Sistim gigi transfer pompa4 Propeller shaft system Sistim poros penggerak 5 Linkage control drum system Sistim penghubung kontrol drumR DRUM SYSTEM SISTIM DRUM1 Blade mixer kondisi / sudut-sudut Kondisi pisau-pisau pengaduk/ sudut-sudut2 Cut / talang system Sistim pemotong3 Hooper system Sistim corong isi

KETERANGAN :Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi B : Baik R : Rusak Jakarta,…………………………. TA : Tidak Ada Diinspeksi oleh

QC / QA QC Workshop

KETERANGAN

KESIMPULAN/SARAN

NO ITEM CHECKING BAGIAN YANG DIPERIKSA KONDISI

Page 193: Buku beton

PT WIJAYA KARYA No.Dokumen : WIKA-K5-09-IK-052 Divisi Peralatan Konstruksi Lampiran : 9.2.p

No.Revisi : 02 (amand 01)

Nama Alat : Merk / Type : No.Inventaris :Hari :Tanggal :Lokasi :

WaktuUraian

Pemeriksaan alat (***)sebelum Operasi

Jenis Material Box Girder Balok Girder Cerah Gerimis Hujan Berkabut

1. Screw pump : 4. Scrapper : - check motor - Grease roll scrapper - grease / lumasi bearing - Check fungsi auto remote2. Pneumatic system - Check wire rope - check air cylinder 5. Timbangan : - check air hose & pipe - Bersihkan weight bin - check solenoid - Bersihkan agregat scale3. Mixer unit : 6. Check pengoperasian - grease bearing shaft chute - Bersihin ruang mixer 7. Check safety belt - Check gate mixer 8. Check APAR - check liner / tile 9. Check P3K Standard

Keterangan :Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala(****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan" B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain

Tanda Tangan

Nama

T L Catatan

Pengesahan Pelaksana Operasi Operator

L Uraian B KUraian B K T

Cuaca

PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI

3 Tunggu Operasi / Idle Jam Menit

4 Down TimeSetup & Start Up Jam Menit

Rusak (**) Jam Menit

1 Jam Menit

2 Operasi Efektif Jam Menit

02 03 04 0522 23 24 0118 19 20 2116 17 18 Total Waktu

0612 13 14 1508 09 10 11

1

2

06 07

LAPORAN HARIAN OPERASI ALATBATCHING PLANT

Nama Operator Paraf Hour MeterMulai Selesai Jumlah

Page 194: Buku beton

PT WIJAYA KARYA No.Dokumen : WIKA-K5-09-IK-052 Divisi Peralatan Konstruksi Lampiran :

No.Revisi : 00

Nama Alat : Merk / Type : No.Inventaris :Hari :Tanggal :Lokasi :

WaktuUraian

Pemeriksaan alat (***)sebelum Operasi

Jenis Material Box Girder Balok Girder Cerah Gerimis Hujan Berkabut

1. Check air radiator 21. Check grease tank & tank2. Check level oil engine & oil 22. Check grease pump3. Check level BBM & BBM 23. Check turn table4. Check level oil Hyd. & Oil 24. Check bearing turn table5. Check level oil transmission 25. Check presure system6. Check level air battery & battery 26. Check remote control7. Check tegangan V-belt 27. Check Hyd. System8. Check instrument panel 28. Check Level Control9. Check lampu-lampu kerja 29. Check steering system10. Bersihin filter udara 30. Check P.T.O11. Bersihin filter solar 31. Check electrical fan12. Bersihin ruang operator 32. Check spion13. Grease bagian peralatan kerja 33. Check safety belt14. Check oil rem 34. Check APAR15. Check tekanan ban 35. Check P3K standard16. Check kelainan suara (*) 36. Check segitiga pengaman17. Bersihin hopper 37. Check dongkrak18. Check hopper screw 38. Check kursi roda

19. Check sliding valve 39. Check roda cadangan20. Check sliding pump

Keterangan :Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala(****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan" B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain

Tanda Tangan

Nama

T L Catatan

Pengesahan Pelaksana Operasi Operator

L Uraian B KUraian B K T

Cuaca

PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI

3 Tunggu Operasi / Idle Jam Menit

4 Down TimeSetup & Start Up Jam Menit

Rusak (**) Jam Menit

1 Jam Menit

2 Operasi Efektif Jam Menit

02 03 04 0522 23 24 0118 19 20 2116 17 18 Total Waktu

0612 13 14 1508 09 10 11

1

2

06 07

LAPORAN HARIAN OPERASI ALATCONCRETE PUMP

Nama Operator Paraf Hour MeterMulai Selesai Jumlah

Page 195: Buku beton

PT WIJAYA KARYA No.Dokumen : WIKA-K5-09-IK-052 Divisi Peralatan Konstruksi Lampiran :

No.Revisi : 00

Nama Alat : Merk / Type : No.Inventaris :Hari :Tanggal :Lokasi :

WaktuUraian

Pemeriksaan alat (***)sebelum Operasi

Jenis Material Box Girder Balok Girder Cerah Gerimis Hujan Berkabut

1. Check air radiator 20. Bersihin drump2. Check level oil engine & oil 21. Check manhole3. Check level BBM & BBM 22. Bersihin swivel chute4. Check level oil Hyd. & Oil 23. Grease bearing swivel chute5. Check level oil transmission 24. Bersihin chute drum6. Check level air battery & battery 25. Check Hyd. Silinder7. Check tegangan V-belt 26. Check Hand Speed / P.T.O8. Check instrument panel 27. Check Hyd. Hose9. Check lampu-lampu kerja 28. Check electrical fan10. Bersihin filter udara 29. Check safety belt11. Bersihin filter solar 30. Check APAR12. Bersihin ruang operator 31. Check P3K standard13. Bersihin ruang mesin 32. Check segitiga pengaman14. Grease bagian peralatan kerja 33. Check dongkrak15. Check oil rem 34. Check kursi roda16. Check tekanan ban 35. Check roda cadangan17. Check kelainan suara18. Check brake system

19. Check bearing pump20. Grease roll pump

Keterangan :Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala(****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan" B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain

Tanda Tangan

Nama

T L Catatan

Pengesahan Pelaksana Operasi Operator

L Uraian B KUraian B K T

Cuaca

PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI

3 Tunggu Operasi / Idle Jam Menit

4 Down TimeSetup & Start Up Jam Menit

Rusak (**) Jam Menit

1 Jam Menit

2 Operasi Efektif Jam Menit

02 03 04 0522 23 24 0118 19 20 2116 17 18 Total Waktu

0612 13 14 1508 09 10 11

1

2

06 07

LAPORAN HARIAN OPERASI ALATTRUCK MIXER

Nama Operator Paraf Hour MeterMulai Selesai Jumlah

Page 196: Buku beton

PT WIJAYA KARYA Lampiran : Divisi Peralatan Konstruksi No.Dokumen :

Revisi :

Nama Alat Batching Plant ELBA Lokasi : …………………………………………………………

Merk / Type : Gomaco / Commander III Tanggal : …………………………………………………………

No.Inventaris : ……………………………………………………………………… HM : ………………………………………………………

Reverence : Service Manual

Cek Bersih kan

Ganti Stel Grea se

Kali brasi

1 Bersihkan Mixer 102 Cek & Bersihkan Weight Bin 103 Cek & Bersihkan Agregate Scale 104 Cek & Bersihkan Connection Bellows 105 Cek Cement Screw Conveyor 106 Cek & Bersihkan Water Scale 107 Cek & Bersihkan Additive Equipment 108 Cek & Bersihkan Chute 109 Bersihkan Storage Silo 10

1 Cek Hoise Rope 502 Cek Rope Fastening 503 Cek General Indiction Rope 504 Cek Sambungan Radial Scraper 505 Cek & Adjust Chain Tension 50

1 Cek % grease Rail Is2 Bersihkan Nylon Trapulin Is3 Cek & Bersihkan Wipe Rope Is4 Cek & Rotasi Roller Is5 Cek Limit Switch Is

Catatan :

Nama

Pengesahan Pelaksana Mekanik

Tanda tangan

FORM PEMELIHARAAN PERALATAN

No. UraianSetip HM

Rev. Hal

Kata gori

AktivitasKeterangan

Page 197: Buku beton

PT WIJAYA KARYA Lampiran : Divisi Peralatan Konstruksi No.Dokumen :

Revisi :

Nama Alat : Concrete Pump Lokasi : …………………………………………………………

Merk / Type : Tanggal : …………………………………………………………

No.Inventaris : ……………………………………………………………………… HM : ………………………………………………………

Reverence : Service Manual

CekBersih

kanGanti Stel

Grea se

Kali brasi

1 Ganti oli mesin 250 2.42 Ganti filter oli mesin 250 2.43 Ganti filter bahan bakar 250 2.34 Bersihkan filter udara 250 2.55 Bersihkan chute mixer 250 176 Bersihkan filter udara 250 2.57 Bersihkan screen FIP 250 2.38 Check / Stel V Belt Tension 250 -9 Check Minyak Rem / Copling 250 1.1210 Cek kebocoran water pump 250 -11 Grease Cross Joint 250 -12 Grease Propeller Shaft 250 -13 Check Instrumen Panel 250 -14 Grease tie rod 250 -15 Check kelengakapan kendaraan 250 -16 Grease Pully V Belt 250 -17 Check Pressure Sequence Valve 250 9.718 Check main pump pressure 250 9.719 Check karet pd Control Box 250 9.720 Check Noise Oil Leakage M Pump 250 9.721 Check Noise M Pump to Boom 250 9.722 Check Noise M Pump to Agitating 250 9.723 Check Abnormal sliding rod 250 9.724 Check Packing piston sliding rod 250 9.71 Kencangkan baut turn table 500 9.92 Kencangkan baut fitting Bolt 500 9.93 Kencangkan baut sliding valve 500 9.94 Kencangkan baut sliding Rod 500 9.95 Check Upper, middle, lower boom 500 9.96 Check Front Trigger 500 9.97 Check Rear out Trigger 500 9.98 Bersihkan filter dalam grace tank 500 9.99 Bersihkan filter water sliding rod 500 9.910 Bersihkan oil cooler (exterior) 500 9.1011 Grease accelerasi control sys 500 9.1112 Grease delivery control system 500 9.1213 Grease agiator oil pump 500 9.1314 Grease Regulator oil Pump 500 9.1415 Grease bearing tun tabel boom 500 9.1516 Grease Reduction gear turn table 500 9.1617 Grease swivel joint 500 9.1718 Grease boom joint housing 500 9.1819 Grease swing joint bushing hyd cyl 500 9.1920 Check / Stel Rem 500 -21 Check baut-baut roda 500 -22 Check Lampu penerangan 500 -

FORM PEMELIHARAAN PERALATAN

No. UraianSetip HM

Rev. Hal

Kata gori

AktivitasKeterangan

Page 198: Buku beton

PT WIJAYA KARYA Lampiran : Divisi Peralatan Konstruksi No.Dokumen :

Revisi :

Nama Alat : Truck Mixer Hino / Wira Lokasi : …………………………………………………………

Merk / Type : Tanggal : …………………………………………………………

No.Inventaris : ……………………………………………………………………… HM : ………………………………………………………

Reverence : Service Manual

CekBersih

kanGanti Stel

Grea se

Kali brasi

1 Ganti oli mesin 250 2.4 M12 Ganti filter oli mesin 250 2.4 M13 Ganti filter bahan bakar 250 2.3 M14 Bersihkan hopper mixer 250 17 M15 Bersihkan chute mixer 250 17 M16 Bersihkan filter udara 250 2.5 M17 Bersihkan screen FIP 250 2.3 M18 Bersihkan Drum Mixer 250 17 M19 Check / Stel V belt Tension 250 - M110 Check Kondisi Air Radiator 250 2.4 M111 Check Minyak Rem / Copling 250 2.12 M112 Check Air Battery 250 2.17 M113 Check Kelengkapan kendaraan 250 - M114 Grease Pully V Belt 250 - M115 Grease Ball Joint 250 - M116 Grease Tire Road 250 - M117 Grease Cross Joint 250 - M118 Grease Giude Roller Mixer 250 16 M119 Grease Handle-2 Mixer 250 - M120 Stel Guide Ring / Set Belt Mixer 250 17 M121 Bersihkan alat 250 9.7 M1

1 Check Instrumen Panel 500 - M22 Check oli transmissi 500 2.7 M23 Check oli gardan 500 2.8 M24 Check baut-baut roda 500 - M25 Check oli hidrolik 500 - M26 Check lampu-2 penerangan 500 - M27 Check / Stel Rem 500 2.12 M28 Check Handle / Cable Pump 500 - M29 Check kebocoran oli 500 - M21 Ganti oli gardan 1000 2.8 M32 Ganti oli transmissi 1000 2.7 M33 Ganti filter udara 1000 2.5 M34 Check / Stel Kerenggangan Klep 1000 2.2 M35 Check / Stel Injection Timing 1000 2.2 M36 Check Keausan ban 1000 - M37 Check drive shaft (mixer) 1000 16 M38 Check oli hydrolik 1000 - M39 Check engine mounting 1000 - M3

FORM PEMELIHARAAN PERALATAN

No. UraianSetip HM

Rev. Hal

Kata gori

AktivitasKeterangan

Page 199: Buku beton

PT WIJAYA KARYA

Divisi Peralatan Konstruksi Jenis Alat : _____________________________

No. Inventaris : _____________________________

Proyek :____________________ Bulan : _____________________________

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 1 Bahan Bakar

2 2 Olie Mesin

3 3 Olie Transmisi

4 4 Olie Gardan

5 5 Olie Final Drive

6 6 Olie Gear Swing

7 7 Olie Hydrolik

8 8 Olie Lain-lain

9 9 Grease

10

11

12 11 Lain-lain

13

14 Catatan-catatan lain

15 *) : Apabila Hour Meter rusak, pencatatan jam

16 operasi alat dapat mengacu pada jam waktu.

17 **) : Jam yang digunakan adalah jam waktu

18 ***) : Pemeriksaan, termasuk pemeliharaan alat

19 sebelum operasi dan pemeliharaan berkala

20 Lembar 1: Arsip Proyek

21 Lembar 2: Laporan Ke Unit/SPL

22

23

24

25 Disetujui, Pelut/Pelaks Dibuat oleh,

26 Nama : Nama :

27 Tanggal : Tanggal :

28

29

30 Tanda tangan : Tanda tangan :

31

CATATAN OPERASI ALAT

Suku Cadang10

Jumlah Biaya Operasi (Rp)

Pemeliharaan

Perbaikan

Bagian Jumlah Harga Stn/Ltr

Jumlah (Rp)Grease

Catatan Mengenai Pemeliharaan/Perbaikan

Pemakaian Olie (liter)

No

Jumlah Biaya Bulanan

Final Drive gear Swing Hydrolik Lain-lainBahan Bakar Mesin Transmisi Gardan

Pengunaan Jam **)

Pemeriksaan ***) Perbaikan Tunggu

OperasiTgl

Awal Akhir Jumlah

Pembacaan Hour Meter *)

Page 200: Buku beton

PT WIJAYA KARYADivisi Peralatan Konstruksi

Proyek : __________________________Periode : __________________________

Lama Baru

Keterangan :*) Sesuai IK belum di Revisi *) Sesuia IK Revisi

M1* : 200 Jam M1* : 200 JamM2* : 250 Jam M2* : 500 JamM3* : 400 Jam M3* : 1000 JamM4* : 500 Jam M4* : 2000 JamM5* : 800 JamM6* : 1000 JamM7* : 1600 JamM8* : 2000 Jam

Mengetahui, Dibuat oleh,

Nama : Nama :

Tanggal : Tanggal :

Tanda tangan : Tanda tangan :

Keterangan

LAPORAN REALISASI PEMELIHARAAN ALAT

Katagori *) Ra/Ri HM TanggalNo. No. Inventaris Nama Alat Merk/Type

Page 201: Buku beton

GLOSSARY

Page 202: Buku beton

glossary g-1

Glossary Accelerator Suatu bahan yang bila ditambahkan kedalam adukan

beton, mortar maupun adukan untuk grouting akan meningkatkan kecepatan hidrasi semen hidrolis, memperpendek waktu pengikatan, atau meningkatkan kecepatan pengerasan, perkembangan kekuatan atau kedua-duanya (lihat grouting)

Accidental Overload Kelebihan beban secara signifikan yang tidak diinginkan dan terjadi secara tiba-tiba

Aditif Bahan tambahan yang tidak merubah sifat kimia beton melainkan hanya berfungsi sebagai filler/pengisi rongga

Admixture Bahan tambahan kimiawi yang berfungsi merubah sifat-sifat beton secara kimia

Agitasi Proses penggerakan adukan beton secara ringan yang cukup untuk mencegah segregasi atau kehilangan plastisitas

Agitator Sebuah peralatan adukan beton yang bisa berputar atau berotasi untuk menjaga plastisitas dan mencegah segregasi dari adukan beton dengan agitasi (Lihat agitasi)

Agitator truck Kendaraan pengangkut yang didalamnya adukan beton segar diangkut dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan di-agitasi, badan truk dapat berupa badan yang tak dapat bergerak/stasioner dengan agitator, atau berupa drum yang berotasi secara terus menerus untuk meng-agitasi isi didalamnya (Lihat juga truk mixer)

Agregat / aggregate Material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah, beton semen hidrolis yang dipecah, atau terak tanur tinggi, yang digunakan bersama bahan semen hidrolis untuk membuat beton maupun mortar (Lihat juga agregat ringan, aggregate normal dan agregat berat)

Agregat berat / heavyweight aggregate

Agregat dengan kepadatan besar, seperti barite, magnetite, hematite, limonite, ilmenite, besi atau baja, digunakan pada beton berat/heavyweight concrete (Lihat beton berat)

Agregat normal / normal weight aggregate

Agregate yang tidak termasuk dalam agregat berat maupun agregat ringan

Agregat ringan / lightweight aggregate

Agregat dengan kepadatan rendah, seperti agregat yang dibuat dari (1) tanah liat, lempung, batu tulis/slate, diatomaceous shale, perlite, vermiculite, atau terak, (2) batu apung alami, scoria, batu arang vulkanik, tuff, diatomite, (3) abu terbang, sisa arang/terak industrial, yang digunakan pada beton ringan

Air chiller Alat pendingin air, yang biasa dipakai untuk pendingin air adukan beton, agar hasil beton adukan memiliki suhu yang tidak terlalu panas

Page 203: Buku beton

glossary g-2

Air entrained concrete Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung

udara kecil (biasanya lebih kecil dari 1 mm) yang sengaja dibuat terperangkap oleh aditif tertentu

Air entraining agent Aditif adukan beton atau mortar yang berfungsi untuk menambah gelembung udara pada beton, mengurangi bleeding, kebutuhan air dan segregasi, biasanya akan meningkatkan workabilitas dan ketahanan terhadap beku

Alkali Garam-garaman dari logam alkali, terutama sodium dan potassium, khususnya sodium dan potassium yang terdapat dalam unsur pokok beton dan mortar, biasanya dinyatakan dalam analisis kimia sebagai oksida Na2O dan K2O

Bahan tambahan Material selain air, agregat, semen hidrolis dan tulangan, yang digunakan sebagai bahan penyusun beton atau mortar, dan segera ditambahkan kedalam adukan sebelum atau selama pengadukan

Baja tulangan Baja berbentuk langsing yang sedemikian rupa ditanam dalam beton sehingga baik baja tulangan dan beton berperan menahan gaya-gaya yang bekerja padanya secara bersama-sama

Batch Sejumlah tertentu campuran pembentuk beton maupun mortar, yang dicampur pada saat yang bersamaan

Batching plant Sebuah instalasi untuk pencampuran maupun untuk pencampuran dan pengadukan (misalnya: beton) secara otomatis

Beam Balok; bagian struktur yang dikenai beban axial dan lentur, tapi lebih dominan terhadap lentur; atau batang horisontal berskala dari sebuah timbangan yang padanya diletakkan pemberat

Bekisting / form Struktur sementara/temporer atau cetakan yang berfungsi sebagai dukungan beton ketika sedang mengalami pengikatan dan memperoleh kekuatan yang cukup agar dapat mendukung bebannya sendiri (Lihat juga formwork)

Benda uji Sebagian dari adukan beton yang kemudian dicetak dalam berbagai bentuk dan ukuran tertentu (silinder atau kubus) yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari adukan beton

Berat jenis Perbandingan antara massa suatu material tiap satuan volume (Lihat juga bulk density dan specific gravity)

Beton Material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada umumnya campuran semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya pasir) dan agregat kasar (pada umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/additives

Page 204: Buku beton

glossary g-3

Beton berat / heavyweight concrete

Beton dengan kepadatan yang lebih besar dibandingkan dengan beton yang dibuat dari agregat dengan berat normal, biasanya diperoleh dengan menggunakan agregat berat dan terutama digunakan untuk perisai radiasi

Beton bertulang Beton yang mengandung penulangan yang cukup (prategang maupun bukan) dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material (beton dan baja tulangan) bekerja bersama-sama dalam menahan gaya-gaya yang bekerja padanya (Lihat juga baja tulangan)

Beton ekspose Beton yang permukaannya dibentuk sedemikian rupa dengan finishing dan tekstur yang dapat diterima untuk diekspos/dipaparkan secara permanen (Lihat juga finishing)

Beton hampa Beton yang air sisa reaksi hidrasinya dan udara yang terperangkap disedot dengan cara vakum sebelum proses pengerasan terjadi

Beton massa Beton dengan volume yang cukup besar sehingga memerlukan pengukuran panas agar dapat mengantisipasi panas hidrasi dan perubahan volume yang menyertainya sehingga meminimalisasi retak

Beton normal Beton tanpa bahan tambahan/aditif dengan berat jenis berkisar 2200-2500 kg/m3 dan dibuat dari agregat normal/normal weight aggregate (Lihat juga agregat ringan)

Beton prategang Beton yang tegangan-tegangan internal dengan besaran dan distribusi tertentunya ikut diperhitungkan, sehingga tegangan tarik yang dihasilkan dari beban layannya dinetralkan hingga derajat yang diinginkan; pada beton bertulang, prategang dibuat dengan memberi tegangan awal pada tendon (Lihat juga tendon)

Beton segar Beton yang belum mengeras yang dapat dipadatkan dengan metode-metode yang diinginkan

Beton siklop Beton massa yang didalamnya batuan besar (dapat mencapai 50 kg atau lebih) diletakkan dan dibenamkan kedalam beton saat penuangan

Bleeding Kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan

Bonding agent Suatu bahan yang diaplikasikan pada lapisan yang diinginkan untuk menciptakan ikatan antara lapisan tersebut dengan lapisan selanjutnya sebagaimana antara lapisan bawah dan lapisan terazzo diatasnya atau aplikasi plesteran yang berlapis-lapis

Bracing Bagian struktur yang berfungsi sebagai penopang lateral bagi bagian struktur yang lain, biasanya bertujuan untuk menjamin stabilitas dan menyangga beban-beban lateral

Page 205: Buku beton

glossary g-4

Brooming Finishing beton untuk membuat permukaan beton agar tidak licin dengan memberikan pola /alur tertentu dengan memukul-mukulkan sapu lidi atau alat pemberi tekstur lainnya pada permukaan beton segar

Bulk density Massa suatu material (termasuk partikel padat dan air yang terkandung) tiap satuan volume termasuk pori-porinya (Lihat juga specific gravity)

Carbonation Reaksi antara karbondioksida dan hidroksida atau oksida tertentu untuk membentuk karbonat, terutama dalam pasta semen, mortar atau beton; reaksi dengan komponen kalsium yang menghasilkan kalsium karbonat

Carborundum Batuan dengan kandungan karbon yang tinggi digunakan dalam proses finishing beton untuk menghasilkan permukaan yang halus

Chipping Perlakuan pada permukaan beton yang telah mengeras dengan memahat

Clinker Sebagian hasil pembakaran tungku, sebagai bahan dasar pembuatan semen; juga sebagai sebutan untuk material hasil pembakaran lainnya

Cold-joint Titik sambung atau keadaan terputus yang dihasilkan oleh penundaan waktu penuangan (misalnya: beton segar) yang cukup untuk menghalangi penggabungan dua material yang dituang secara berturut-turut

Compactibility (beton) Ukuran seberapa mudahnya adukan beton dipadatkan

Compacting / Pemadatan Proses untuk mengatur agar partikel-partikel padat saling berdekatan dalam adukan beton segar atau mortar selama proses penuangan dengan mengurangi pori-pori atau rongga-rongga yang terjebak; biasanya dengan penggetaran, pemutaran, menusuk-nusuk dengan balok, tamping, atau gabungan dari beberapa cara tersebut; dapat diterapkan pula pada campuran-campuran yang mempunyai sifat semen, tanah, agregat, atau yang sejenis

Concrete pump Jenis peralatan distribusi yang dapat difungsikan untuk memompakan adukan beton dari truck mixer ke lokasi pengecoran

Construction joint Movement joint; permukaan dimana hasil penuangan beton yang berturut-turut bertemu, pada bagian ini seringkali diinginkan agar dapat tercipta suatu ikatan sehingga melalui bagian ini penulangan tidak harus menerus

Core drill Sebuah alat bor untuk mendapatkan benda uji silinder dari beton yang telah mengeras atau batuan

Cotton mat Katun yang difabrikasi dengan quilts (diisi kapas dan dijahit beralur kotak-kotak) digunakan sebagai penutup sekaligus penahan air untuk perawatan permukaan beton

Page 206: Buku beton

glossary g-5

Courtyard Halaman gedung yang dikelilingi oleh tembok

Crazing Peristiwa munculnya retak halus yang muncul secara acak pada permukaan plesteran, pasta semen, mortar atau beton; pola retakan halus yang muncul secara acak pada sebuah permukan

Creep Rangkak; Deformasi yang tergantung waktu akibat beban yang bekerja secara terus-menerus

Crusher Alat yang digunakan dalam proses memecah/memperkecil ukuran batu, terak atau yang sejenisnya

Curing Perawatan beton; pemeliharaan kandungan kelembaban dan suhu yang memuaskan didalam beton selama umur awal agar sifat-sifat yang diinginkan dapat dicapai secara perlahan-lahan namun efektif

Curing Compound Cairan yang dapat diaplikasikan sebagai pelapis permukaan beton yang baru dicor untuk memperlambat kehilangan air, atau jika digunakan pigmental compound (lapisan sejenis tetapi memiliki pigmen warna) lapisan ini dapat digunakan untuk memantulkan cahaya sedemikian hingga memberi kesempatan pada beton untuk mengembangkan sifat-sifatnya dengan suhu dan kelembaban lingkungan yang menguntungkan

Design load Istilah untuk menyatakan beban yang telah dikalikan faktor tertentu

Destruktif Cara uji struktur atau benda uji dimana pada lokasi uji atau benda uji tersebut mengalami kerusakan

Deviasi Penyimpangan kekuatan yang terjadi pada benda uji ke-n dibandingkan dengan kekuatan beton rata-rata yang dapat dicapai oleh sejumlah m benda uji

Deviasi standar Akar dari rata-rata kuadrat penyimpangan nilai individual dari rata-rata keseluruhan

Diafragma Pengaku antara gelagar jembatan

Diatomaceous shale Tanah lempung yang terdiri dari silika terhidrasi (yang hampir murni) yang tak berbentuk (opal) dan terutama terdiri dari tumbuhan mikroskopis bernama diatom

Diatomite Batuan yang terbentuk dari diatom

Dorman period Periode dimana pasta semen masih plastis dan masih bisa dibentuk

Double tee Produk beton pracetak terdiri dari dua batang/tangkai dan

flens yang menyambung di bagian atasnya

Driveway Jalan untuk mobil (biasanya di halaman)

Drying Shrinkage Susut beton yang diakibatkan hilangnya kelembaban dalam beton

Page 207: Buku beton

glossary g-6

Durability Keawetan, kemampuan struktur beton untuk menahan

keadaan lingkungan yang agresif selama umur rencananya tanpa mengurangi performance-nya

Dynabolt Alat pengikat yang ditanam pada suatu media yang berfungsi untuk menahan tarikan

Early frost damage Retak yang terjadi ketika air di dalam beton mengalami pemuaian saat pertama kali membeku

Early thermal contraction Retak pada beton yang timbul akibat adanya perbedaan temperatur yang cukup besar antara dua sisi penampang beton

Edger Alat finishing beton dari logam yang berfungsi untuk menghaluskan bagian tepi beton yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya

Edging Proses menghaluskan bagian tepi beton yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya, menggunakan edger (Lihat juga edger)

Elemen non-struktural Elemen yang diasumsikan tidak memikul beban struktur

Embedded material Bahan yang ditanam secara permanen kedalam beton, misalnya baja tulangan (Lihat juga baja tulangan)

Entry Jalan masuk

Equivalent age Umur beton hasil perhitungan dari umur sebenarnya dikalikan dengan faktor tertentu

Exposed aggregate finish Finishing beton dengan menampilkan/mengekspos bentuk agregatnya, biasanya untuk tujuan yang berhubungan dengan arsitektural

External restraint Restraint yang disebabkan oleh faktor di luar beton itu sendiri (Lihat juga restraint)

Falsework Struktur sementara/temporer yang didirikan untuk mendukung pekerjaan selama proses konstruksi; terdiri dari shoring atau tonggak vertikal, cetakan untuk balok dan slab, serta pengaku/bracing lateral

FAS Faktor Air Semen, perbandingan antara berat air dan berat semen yang digunakan dalam adukan, FAS menentukan slump dan workability

Feeding hopper Wadah atau tampungan beton saat pengecoran

Ferrocement / ferosemen Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja

Fibre concrete / beton serat

Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa serat plastik atau baja

Filling ability Kapasitas adukan beton segar untuk mengisi setiap celah dan sudut dari cetakan dengan baik akibat berat sendirinya

Page 208: Buku beton

glossary g-7

Final setting time Waktu yang dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air

sampai didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh dan tidak dapat dirubah bentuknya

Finishing Meratakan, menghaluskan, mengkonsolidasi/memadatkan, dan perlakuan-perlakuan lainnya terhadap permukaan beton segar atau beton yang baru dituang ataupun mortar untuk menghasilkan bentuk tampilan permukaan dan kemampuan layan yang diinginkan

Float Alat finishing beton dari kayu atau aluminium magnesium, sering disebut sebagai raskam. Berguna untuk menghaluskan permukaan beton yang telah dicor

Float Blade Bagian dari trowel mekanis, berfungsi untuk melakukan floating/menghaluskan permukaan beton yang telah selesai dicor

Floating Pekerjaan finishing permukaan beton segar atau mortar dengan alat yang disebut float, finishing ini dilakukan sebelum trowelling jika trowelling diinginkan sebagai jenis finishing terakhir (Lihat float dan trowelling)

Fly ash Residu bertekstur halus (dari pembakaran tanah atau batu bara bubuk) yang diangkut dari tungku melalui ketel oleh pipa gas

Formwork Sistem pendukung total untuk beton tuang segar, termasuk cetakannya/bekisting yang langsung bersentuhan dengan betonnya, maupun bagian-bagian pendukungnya, perangkat keras dan pengaku/bracing yang diperlukan (Lihat juga falsework)

Gap graded aggregate Agregat dengan gradasi sedemikian rupa sehingga ukuran medium tertentu ditiadakan

Girder Balok yang berukuran besar, biasanya horisontal, berfungsi sebagai bagian struktur yang utama

Gradasi Distribusi ukuran partikel dari material butiran; biasanya dinyatakan dalam persentase kumulatif lebih besar atau lebih kecil dari rangkaian ukuran-ukuran tertentu (lubang ayakan) atau persentase diantara rentang ukuran lubang ayakan tertentu

Grinding Pekerjaan finishing berupa pemangkasan tonjolan dari sebuah perkerasan maupun penghilangan sirip-sirip dari struktur beton

Grout Campuran material yang bersifat seperti semen dan air, dengan atau tanpa agregat, yang dirancang untuk menghasilkan kelecakan penuangan tanpa segregasi dari unsur-unsur pokoknya; atau campuran dari bahan-bahan lainnya tapi memiliki kelecakan yang sama

Grouting Proses mengisi rongga atau pori dengan bahan grout (Lihat juga grout)

Page 209: Buku beton

glossary g-8

Gunite machine Peralatan pengecoran yang berfungsi untuk melakukan

pekerjaan shotcrete

Hammer test Metode pengujian beton berdasarkan korelasi kekakuan pegas

Hand Tamping Pekerjaan finishing beton dengan menggunakan alat tamper manual (Lihat juga tamper)

Hemisphere Bentuk geometris setengah bola yang dibatasi oleh sebuah lingkaran besar

Herringbone Pola atau corak seperti pucuk rebung atau kerangka Haring

Hidrasi Reaksi kimia antara partikel semen dan air yang menghasilkan pasta semen/bahan pengikat

Initial setting time / waktu pengikatan awal

Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan air sampai didapat pasta semen yang mulai kaku dan mulai tidak dapat dikerjakan (kehilangan sebagian sifat plastisnya)

Injection pump Pompa injeksi

Internal vibrator Alat pemadat beton/vibrator yang dapat dimasukkan kedalam beton segar pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan

Iron blast-furnace slag Terak besi tanur tinggi

Jenuh kering muka Kondisi suatu partikel agregat atau partikel padat berpori lainnya saat pori-pori permeabelnya dipenuhi air tetapi tidak ada air pada permukaannya yang terekspos

Kaison Struktur (biasanya pondasi) dibuat dengan pemancangan, kemudian menggalinya dan mengisi rongga-rongganya dengan beton

Kelecakan Pergerakan relatif atau kemampuan adukan beton segar atau mortar untuk mengalir; biasanya diukur dengan nilai slump untuk beton, flow untuk mortar atau grout, penetration reistance untuk pasta semen plastis

Kerb Kanstin; struktur pada jalan yang berfungsi sebagai pelindung, misalnya pada trotoar

Koefisien ekspansi thermal Regangan yang terjadi di dalam beton setelah mengalami perubahan suhu tertentu dimana betonnya tidak terkekang (restraint) baik secara internal (oleh baja tulangan) maupun secara eksternal (Lihat juga restraint)

Kuat geser Gaya geser maksimum yang dapat didukung oleh bagian struktur yang mengalami lentur pada lokasi tertentu yang dibatasi oleh efek kombinasi antara gaya geser dan momen lentur

Page 210: Buku beton

glossary g-9

Kuat lentur Sifat dari material atau bagian struktur yang menunjukkan kemampuannya untuk mencegah keruntuhan akibat lentur; pada bagian struktur beton yang menahan lentur, kuat lentur adalah momen lentur pada suatu bagian dimana kapasitas lentur ijin maksimum dicapai; untuk bagian struktur yang menahan lentur pada under-reinforced concrete, kuat lentur adalah momen lentur dimana regangan tekan didalam beton mencapai 0.003; untuk over-reinforced, kuat lentur adalah momen lentur dimana tegangan tekan mencapai 85% dari kekuatan silinder beton; untuk beton tak bertulang, kuat lentur adalah momen lentur dimana kuat tarik beton mencapai nilai modulus keruntuhan/modulus of rupture (Lihat juga modulus of rupture)

Kuat tarik Tegangan persatuan luas maksimum yang dapat ditahan oleh suatu material dibawah beban tarik aksial; didasarkan atas luasan penampang dari benda uji sebelum pembebanan

Kuat tekan Beban tekan yang dapat dipikul oleh benda uji /sample beton sampai runtuh

Laitance Kelembaban tinggi diatas permukaan beton segar

Lantai kerja Lapisan dasar berupa mortar untuk pekerjaan levelling

Liquid-membran-forming-compound

Bahan perawatan beton berupa cairan yang disemprotkan atau dioleskan dengan menggunakan kuas pada permukaan beton yang telah mengeras. Bahan ini akan membentuk semacam membran yang melapisi beton setelah mengering

Long therm drying shrinkage

Retak beton yang timbul karena penyusutan volume penampang akibat hilangnya air campuran, baik secara kimia maupun fisika selama proses pengerasan

Mixing Proses pencampuran berbagai material untuk membuat mortar atau beton

Mobilitas (beton) Keterikatan antara sifa-sifat beton seperti kekentalan, kohesi dan tahanan geser internal

Modulus of rupture Sebuah ukuran daya dukung ultimit dari sebuah balok, kadangkala disebut sebagai rupture modulus atau rupture strength.

Moist earth Metode perawatan beton dengan cara menutupi seluruh permukaan beton dengan tanah basah

Monolitik Beton tanpa tulangan maupun beton bertulang yang dicor maupun dipasang sebagai suatu massa atau struktur tunggal yang integral

Page 211: Buku beton

glossary g-10

Mortar Campuran dari pasta semen dan agregat halus; pada beton segar, material ini mengisi celah diantara partikel-partikel agregat kasar; untuk pasangan batu, mortar menggunakan semen khusus untuk pasangan batu, atau menggunakan semen hidrolis yang mengandung kapur (dan mungkin juga campuran yang lain) untuk menghasilkan plastisitas dan workabilitas yang lebih besar daripada yang dapat dicapai mortar dengan semen hidrolis standar

Movement joint Lihat construction joint

Over vibrate Penggunaan vibrator yang berlebihan selama penuangan adukan beton segar, yang menyebabkan segregasi, stratifikasi dan bleeding yang berlebihan (Lihat juga bleeding)

Pan mixer Sebuah mesin yang digunakan untuk mencampur unsur-unsur pokok pembentuk beton, grout, mortar, pasta semen atau campuran lainnya (Lihat juga grout, mortar dan pasta semen)

Panas hidrasi Panas/kalor yang dilepaskan adukan beton saat terjadi proses hidrasi (Lihat juga hidrasi)

Pass Menggerakkan alat dengan satu lintasan tertentu dalam satu gerakan pada suatu area operasi tertentu

Passing ability Kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui ruang yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah tulangan yang rapat tanpa segregasi, kehilangan keseragaman atau blocking

Pasta semen Campuran antara semen hidrolis dan air yang membentuk suatu adukan yang kental

Patching Proses menambal penampang beton yang berlubang dengan pasta semen menggunakan bantuan trowel. Bila lubng cukup besar, sebelum ditambal, lubang diisi dengan campuran kerikil

Patio Emperan terbuka dibelakang rumah

PC (1) Portland Cement, semen hidrolis yang dihasilkan dengan menghaluskan clinker semen portland dan biasanya mengandung kalsium sulfat (Lihat juga clinker) (2) Prestressed Concrete (Lihat beton prategang)

Pelat (1) Istilah yang berhubungan dengan cetakan beton: bagian yang rata, horisontal, baik di bagian atas maupun bawah atau kedua-duanya atau sering disebut papan, dan bisa juga diletakkan diatas tanah (2) Istilah yang berhubungan dengan desain struktur; bagian struktur yang tingginya jauh lebih kecil bila dibandingkan panjang dan lebarnya

Page 212: Buku beton

glossary g-11

Perlite Batuan vulkanik yang memiliki struktur seperti kaca alam, biasanya memiliki kandungan air yang lebih tinggi daripada batu obsidian; bila dibuat memuai oleh panas, dapat digunakan sebagai bahan insulator dan agregat ringan pada beton, mortar dan plesteran

Permeabilitas (terhadap air)

Debit (air) dengan kondisi aliran laminer yang melalui satu satuan luas penampang dari suatu bahan berpori dibawah satu satuan gradien hidrolis dan kondisi suhu dasar, biasanya 20oC

Plastic settlement crack Retak pada beton yang timbul karena adanya perbedaan tahanan penurunan material beton antara posisi yang bebas (unrestraint) dengan posisi yang terkekang (restraint)

Plastic shrinkage crack Retak pada beton yang timbul karena adanya penyusutan volume pada permukaan beton yang masih plastis akibat tingginya tingkat penguapan yang melebihi porsi bleeding

Plasticiser Aditif adukan beton yang berfungsi meningkatkan keplastisan beton, digunakan untuk pengecoran yang membutuhkan nilai slump yang tinggi

Plastisitas Sifat yang kompleks dari suatu material yang melibatkan suatu kombinasi dari sifat pergerakan dan besarnya nilai leleh; Sifat dari adukan pasta semen segar, beton atau mortar yang menentukan ketahanannya terhadap deformasi/perubahan bentuk atau kemudahan dibentuk

Polyfilm Multiplek yang satu atau kedua sisinya dilapisi film

Post tensioning Metode memberi tegangan awal pada beton bertulang dimana tendon diberi tegangan setelah beton mengeras

Pozzolan Material yang mengandung silika atau silika dan aluminum, yang didalamnya sendiri hanya sedikit bahkan cenderung tidak memiliki sifat seperti semen, tapi akan memiliki sifat tersebut setelah berbentuk serbuk dan bersentuhan dengan kelembaban, bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu normal untuk membentuk suatu bahan yang memiliki sifat-sifat semen/pengikat

Protective hose Selang pada vibrator

Pulse velocity crack recorder

Alat untuk mengukur kedalaman retak beton berdasarkan prinsip ultrasonik

Quality assurance Kegiatan yang dilakukan oleh owner atau perwakilannya untuk menjamin bahwa apa yang sedang dikerjakan dan apa yang sedang disediakan telah sesuai dengan standar kerja yang berlaku

Quality control Kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau kontraktor untuk memeriksa apa yang sedang dikerjakan dan apa yang sedang disediakan, sehingga standar kerja yang berlaku diikuti dengan baik

Page 213: Buku beton

glossary g-12

Rangkak Lihat creep

Rangkak Peningkatan deformasi (regangan) secara bertahap

terhadap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan

Rate of evaporation Kecepatan penguapan kandungan air

RC Reinforced Concrete (Lihat beton bertulang)

Ready-mix Sering disebut sebagai beton pra-campur; beton yang diproduksi untuk diantarkan kepada pembeli dalam kondisi plastis dan belum mengeras

Regangan / strain Perubahan panjang tiap satuan panjang, dari ukuran linier suatu bagian; Jumlah tak berdimensi/tak bersatuan yang dapat dinyatakan dalam persen, inch per inch, milimeter per milimeter, tapi lebih sering dinyatakan tiap satuan juta atau 106

Restraint Pembatasan bebasnya gerakan dari beton segar atau yang

telah mengeras yang mengikuti selesainya proses pengecoran kedalam formwork, cetakan, atau ruang terbatas lainnya; kekangan dapat bersifat internal atau eksternal dan dapat bekerja ke satu arah atau lebih (Lihat juga formwork)

Retak intrinsik Retak pada fase plastis maupun pada proses pengikatan dikarenakan oleh tegangan-tegangan yang terjadi dari dalam yang diakibatkan oleh unsur material penyusun beton itu sendiri

Retak plastis Retak yang timbul di permukaan beton segar segera

setelah beton dituang dan ketika kondisinya masih plastis

Retarder Aditif yang berfungsi untuk memperlambat pengikatan awal pasta semen dan campuran sejenis lainnya seperti mortar dan beton yang mengandung semen; digunakan untuk pengecoran jarak jauh dan pengecoran yang memerlukan panas hidrasi rendah

Re-vibration Pelaksanaan vibrasi/penggetaran beton segar sebanyak satu kali atau lebih setelah selesainya pengecoran dan pemadatan awal, tapi sebelum waktu pengikatan awal beton/ initial setting time(Lihat juga initial setting time)

Rheology Ilmu tentang deformasi dan aliran material

RPM Rotation Per Minute, satuan yang menyatakan banyaknya perputaran alat dalam satu menit

Rubbing Proses finishing beton dengan menggunakan butiran penggosok untuk menghilangkan ketidakteraturan dari permukaan beton

Page 214: Buku beton

glossary g-13

Sack-rubbed finishing Finishing untuk permukaan beton yang telah mengeras untuk menciptakan tekstur yang rata dan mengisi semua lubang dan celah udara; setelah membasahi permukaan beton hingga menjadi lembab, mortar digosokkan keseluruh permukaan, kemudian sebelum mengering, campuran semen kering dan pasir digosokkan kembali ke permukaan dengan segumpal goni atau spons-karet untuk memindahkan kelebihan mortar sekaligus mengisi pori-pori

Sampling Satu grup maupun satu bagian material, diambil secara berturut-turut dari kumpulan yang lebih besar dari unit tersebut atau dari jumlah material yang lebih besar, untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan tindakan terhadap kumpulan darimana dia diambil atau pada proses produksi; istilah tersebut juga digunakan dalam hal yang berhubungan dengan pengujian sample/contoh

Scoria Gelembung-gelembung semburan vulkanik berukuran besar, dengan komposisi dasar dan ditandai oleh warna-warna gelap; material relatif berat dan sebagian berbentuk kaca, sebagian berbentuk kristal; gelembung-gelembung tersebut biasanya tidak saling menggumpal (Lihat juga agregat ringan)

Screed (1) Meratakan beton yang terletak diatas bidang atau bentuk yang tidak diinginkan. (2) Alat untuk meratakan permukaan beton yang terbuat dari kayu atau logam dengan lempengan lurus, digerakkan dengan gerakan seperti menggergaji kearah depan; ada pula alat yang dilengkapi dengan penggerak mesin

Screeding Operasi membentuk suatu permukaan menggunakan alat

screed (Lihat juga screed)

Screen Ayakan; peralatan untuk memisahkan material berbutir menurut ukuran butirnya, menggunakan anyaman atau alat sejenis dengan celah berukuran seragam dengan jarak tetap

Segregasi Kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari campuran adukan beton

Self-compacting concrete (SCC)

Beton yang dapat mengalir dan memadat dengan hanya menggunakan beratnya sendiri, mengisi cetakan secara penuh, meskipun konfigurasi tulangannya sangat rapat, dengan tetap menjaga homogenitasnya dan tidak memerlukan pemadatan tambahan.

Semen blended hidrolis Semen hidrolis yang unsur pokoknya terdiri dari paduan sempurna antara butiran terak tanur tinggi dan batu kapur terhidrasi; atau paduan sempurna antara semen portland dan butiran terak tanur tinggi, semen portland dan pozzolan, atau semen portland terak tanur tinggi dan pozzoland, dihasilkan dengan menggiling clinker semen portland bersama material lainnya atau dengan mencampur semen portland bersama material lainnya, atau kombinasi antara menggiling sambil mencampur

Page 215: Buku beton

glossary g-14

Semen hidrolis Semen yang mengeras oleh interaksi kimia dengan air dan

dapat pula mengeras didalam air

Semen hidrolis ekspansif Semen hidrolis yang bila bercampur dengan air, menghasilkan pasta yang, setelah mengeras, volumenya cenderung meningkat secara signifikan hingga tingkat yang lebih besar daripada yang terjadi pada pasta semen portland; digunakan untuk mengimbangi berkurangnya volume akibat penyusutan atau akibat tegangan tarik induksi tulangan (pada beton prategang-post tensioning) 1. semen ekspansif, tipe K-campuran antara semen portland, tetrakalsium trialumina sulfat tak terhidrasi (C4A3S), kalsium sulfat (CaSO4) dan kapur (CaO); C4A3S adalah unsur pokok dari clinker yang dibakar secara terpisah yang hampir sama dengan semen portland atau dapat juga terbentuk secara simultan bersama dengan bahan clinker portland semen selama proses pembakaran. 2. semen ekspansif, tipe M-campuran antara semen portland, semen kalsium-aluminat dan kalsium sulfat dengan proporsi yang sesuai. 3. semen ekspansif, tipe S-semen portland yang mengandung trikalsium aluminat (C3A) yang dihitung dengan teliti dan sejumlah kalsium sulfat diatas kadar yang biasanya dikandung semen portland

Semen portland (Lihat PC)

Setting time Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk mulai mengadakan proses pengikatan/menjadi keras

Settlement Tenggelamnya partikel padat kedalam grout, mortar, atau beton segar setelah penuangan dan sebelum pengikatan awal

Sheet pile Tiang berbentuk papan ditanam kedalam tanah dengan jarak yang dekat dan saling mengikat dengan yang lainnya sehingga membentuk dinding yang rapat untuk menahan tekanan lateral dari air, tanah yang berdekatan, atau material lainnya; dapat pula memiliki ’alur dan lidah’ jika dibuat dari kayu atau beton dan memiliki sistem saling mengikat/interlocking jika dibuat dari logam

Shoring Penyangga atau tonggak dari kayu atau material (dengan kemampuan tekan) lainnya digunakan sebagai dukungan sementara untuk penggalian, formwork, atau struktur dalam kondisi yang rawan; dapat juga diartikan sebagai proses mendirikan penopang (Lihat juga falsework)

Shotcrete Pekerjaan menyemprotkan cairan semen yang dicampur dengan pasir halus

Shrinkage Pengurangan baik dalam panjang maupun volume. Catatan: mungkin juga dibatasi sebagai akibat dari perubahan kandungan kelembaban atau kandungan kimia

Page 216: Buku beton

glossary g-15

Silica fume Silika halus noncrystal dihasilkan dari tungku busur listrik sebagai hasil sampingan produksi barang-barang berbahan silikon atau paduan yang mengandung silikon; juga dikenal sebagai silica fume terkondensasi atau microsilica

Site-mix Beton yang material-material pembentuknya dicampur di lapangan atau dekat dengan tempat pengecoran

Slab Lapisan tercetak dari beton dengan atau tanpa tulangan, memiliki permukaan datar, horisontal atau setidaknya hampir horisontal, dengan ketebalan yang biasanya seragam, tapi dapat pula bervariasi, baik terletak diatas tanah atau didukung oleh balok, kolom, tembok, atau rangka struktur yang lainnya

Slump Ukuran kecairan atau kepadatan adukan beton. untuk beton normal berkisar antara 5-12.5 cm

Slump-flow Deskripsi dari daya alir adukan self-compacting concrete

dalam kondisi tanpa pembatasan, diukur dari diameter rata-rata dari penyebaran beton segar yang diuji menggunakan alat slump-cone konvensional. Diameter diukur dalam dua arah yang saling tegak lurus.

Specific gravity Perbandingan antara massa satu satuan volume suatu material terhadap massa dengan volume yang sama dari air suling pada suhu tertentu. (1) apparent specific gravity-perbandingan massa satu unit volume material kedap air pada suhu tertentu terhadap massa air suling pada volume yang sama. (2) bulk specific gravity- perbandingan massa satu unit volume material (termasuk pori kedap dan tidak kedap air, tetapi tidak termasuk rongga yang berada diantara partikel-partikel material tersebut) pada suhu tertentu terhadap massa air suling pada volume yang sama. (3) bulk specific gravity (jenuh kering permukaan)-perbandingan massa satu unit volume material, termasuk massa air diantara pori-porinya (tapi tidak termasuk rongga diantara partikel-partikel) pada suhu tertentu terhadap massa air suling pada volume yang sama

Spesimen kubus Sebuah sample berbentuk kubus biasanya digunakan untuk pengujian (Lihat juga sampling)

Stability (beton) Kemampuan beton segar untuk menahan segregasi ketika mengalir kedalam cetakan

Steam curing Perawatan beton dengan mengalirkan uap air dengan tekanan atmosfer (atau dengan tekanan yang lebih besar) dan pada suhu antara 40-215 oC.

Strength Kekuatan; Istilah umum untuk menyatakan kemampuan material untuk menahan regangan atau keruntuhan yang disebabkan gaya-gaya dari luar (Lihat juga kuat geser, kuat lentur, kuat tarik dan kuat tekan)

Stroke Hentakan/pukulan secara periodik

Page 217: Buku beton

glossary g-16

Super plasticiser Aditif adukan beton yang berfungsi untuk mengurangi kebutuhan air atau menghasilkan keplastisan beton yang tinggi, tanpa menyebabkan perlambatan pengerasan yang tidak perlu atau pemerangkapan udara dalam mortar atau beton. Digunakan untuk pengecoran yang membutuhkan nilai slump yang tinggi

Surface sealing Metode perawatan beton dengan melapisi permukaan beton keras, baik dengan lapisan waterproof/plastik film maupun bahan cair khusus yang dapat membentuk membran, baik untuk mencegah atau mengurangi penetrasi bahan cair atau gas, misalnya: air, larutan agresif dan karbondioksida selama pemaparan/tereksposnya permukaan saat masa layannya

Susut Lihat shrinkage

T500 Waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow untuk menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi

Tamper (1) Sebuah alat yang digunakan untuk mengkonsolidasi beton atau mortar didalam cetakan atau bekisting (2) Peralatan yang dioperasikan dengan tangan untuk mengkonsolidasi permukaan lantai atau beton yang belum dibentuk permukaannya dengan memanfaatkan pukulan dari alat yang dijatuhkan sebagai persiapan finishing. Bagian yang berhubungan dengan beton seringkali berupa semacam ayakan atau kisi-kisi untuk memaksa agregat kasar turun hingga kebawah permukaan agar tidak mengganggu proses finishing selanjutnya, misalnya floating atau trowelling

Tamping Pekerjaan konsolidasi beton segar yang dituang dengan pukulan-pukulan berulang atau penetrasi dengan sebuah tamper (Lihat juga tamper)

Tegangan Intensitas gaya-gaya dalam (gaya tiap satuan luas) dihasilkan oleh kedua bagian yang berdekatan yang saling melintang terhadap bidang pemisah imajiner; jika gaya-gaya bekerja searah bidang, tegangan yang dihasilkan disebut tegangan geser; jika gaya-gaya bekerja tegak lurus bidang, tegangannya disebut tegangan normal; jika tegangan normal mengarah ke bagian dimana ia bekerja, tegangan disebut tegangan tekan; jika tegangan normal mengarah menjauhi bagian dimana ia bekerja, tegangan akan disebut tegangan tarik

Tendon Sebuah elemen baja, seperti kawat, kabel, batang, atau

untaian, atau berkas dari elemen sejenisnya, terutama digunakan untuk menegangkan sehingga menyebabkan tegangan tekan pada beton

Thermal shrinkage crack Retak susut yang dialami beton akibat perubahan suhu

Page 218: Buku beton

glossary g-17

Thixotropy Kecenderungan material (misalnya SCC) untuk mengalami kehilanagn daya alir/fluiditasnya secara progresif jika dibiarkan saja tetapi dapat memperoleh daya alirnya jika diberikan energi

Tie-rod Batang yang diikatkan ke angkur pada struktur, pondasi kaku, batu atau angkur didalam tanah untuk mencegah perpindahan lateral dari formwork (akibat tekanan zat cair dari beton segar yang belum mengeras), dinding sheet pile, dinding penahan/retaining wall, sekat, dll (Lihat juga sheet pile, formwork)

Tremie Pipa atau tabung yang melaluinya beton dicor kedalam air, dibagian ujung atasnya terdapat semacam corong untuk pengisian dan sebuah timba untuk memindahkan rangkaian alat

Trowel Sebilah baja dengan permukaan yang luas, rata, dioperasikan dengan tangan, digunakan dalam operasi finishing tahap terakhir untuk menghasilkan permukaan lantai beton dan permukaan lain, yang relatif halus; dapat juga diartikan sebagai sebilah alat berbentuk segitiga dengan permukaan rata digunakan untuk mengaplikasikan mortar pada penyusunan pasangan batu

Trowelling Menghaluskan dan memadatkan permukaan beton segar yang belum berbentuk dengan tekanan-tekanan yang dihasilkan oleh alat trowel (Lihat juga trowel)

Truk mixer Sebuah alat pencampur beton yang dipasang diatas rangka truk dan mampu untuk mencampur beton selama dalam pengangkutan (Lihat juga agitator truck)

Unrestraint Keadaan dimana suatu bagian struktur bebas bergerak pada arah tertentu, beberapa arah dan dapat juga kesemua arah (Lihat juga restraint)

Variabilitas Suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton dari sejumlah benda uji (data test) dibandingkan dengan rata-rata mutu beton yang bisa dicapai

Water reducer Aditif adukan beton yang tidak hanya dapat meningkatkan nilai slump adukan mortar atau beton segar tanpa menambah jumlah air, tetapi dapat pula mempertahankan nilai slump dengan jumlah air yang lebih sedikit, efek ini timbul bukan akibat udara yang terperangkap

Waterproof Kedap air, baik dalam bentuk cair maupun uap (Karena tidak ada sesuatupun yang dapat sepenuhnya tidak dapat ’ditembus’ air dibawah tekanan yang tak terhingga selama waktu yang tak terhingga, istilah ini sebaiknya tidak digunakan)

Vermiculite Sebuah nama untuk sekelompok mineral yang berlapis-lapis, hidrasi silika dari aluminum, magnesium dan besi; ditandai dengan pengelupasan yang dapat dilihat saat dipanasi; juga diartikan sebagai unsur utama tanah liat

Page 219: Buku beton

glossary g-18

Vibrator Mesin yang dapat berosilasi, digunakan untuk

menggetarkan beton segar sedemikian hingga dapat mengeliminasi rongga, termasuk udara terperangkap (Tapi bukan udara terperangkap yang sengaja dibuat untuk air entrained concrete) dan untuk menghasilkan kontak yang erat, tanpa celah, dengan permukaan cetakan dan material tertanam

Viscosity modifying admixture (VMA)

Bahan tambahan yang memodifikasi tingkat kohesi (biasanya self-compacting concrete) tanpa mengubah fluiditas secara signifikan

Workability Sifat adukan beton segar atau mortar yang menentukan kemudahan dan homogenitas, yang dengannya beton atau mortar tersebut dapat dicampur, dituang, dipadatkan dan di-finishing

VPM Vibrations Per Minute, satuan untuk menyatakan banyaknya getaran dalam satu menit yang dapat dilakukan oleh internal vibrator

Page 220: Buku beton

American Concrete InsMaterials and

American Society for T

Standards. VoPhiladelphia,U

Anonim. 2004. Guidel

from:www.kuh Anonim. 2004. Placing

from: www.m22, 2004

Anonim. Glossary of T

www. hepwor07-27

Anonim.2004. Concre

www.InfodotinNovember 24

Biro Enjiniring II. 2004 Bouzoubaa N. dan La

IncorporatingAccessed frohvfacprojectinmpacting_con

EFNARC. 2002. Spec

Accessed from2005

El-Ariss, Bilal. 2004. M

from: http://sra.uaeg-11.pdf on M

European Project grou

compacting Cfrom: http://efJune 22, 2005

Ford, Jerome H. 2003

will produce awww.findarticon July 16, 20

DAFTAR PUSTAKA

titute. 1998. ACI Manual of Concrete Practice Part 1: General Properties of Concrete. Michigan: ACI

esting and Materials. 1995. Annual Book of ASTM lume 04.01: Cement; Lime; Gypsum. SA.

ines For Curing and Sealing Concrete. Accessed lman-corp.com/curing.html on November 22, 2004

, Compacting and Finishing Copncrete. Accessed inimix.com.au/handy_hints/indeks.html on November

erms and FAQs. Accessed from: thconcrete.co.uk/html/prod11_1.htm on July 16, 2005-

te. Accessed from: c.com/content/construction/14042_(193-204).htm on , 2004

. Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta: PT Wijaya Karya

chemi N. 2001. Self Compacting Concrete High-Volumes of Class F Fly Ash: Preliminary Results. m: dia.com/researchdoes/preliminary_results_of_self_cocrete_with_hvfly.pdf

ification and Guidelines for Self-compacting Concrete. : www.efnarc.org/pdf/SandGforSCC.pdf on June 22,

ix Design of Self-Compacting Concrete. Accessed

.ac.ae/conference_6/proceedings/PDF/Engineering/Enay 31, 2005

p. 2005. The European Guidelines for Self-oncrete: Specification, Production and Use. Accessed ca.info/pdf/SCC%20guidelines%20May%202005 on

. Internal or external vibration? Done correctly, either high-quality finish of concrete. Accessed from: les.com/p/articles/mi_mONSX/i5_1_48/ai_97298268 05

Page 221: Buku beton

Kardiyono. 1992. Teknologi Beton. Yogjakarta: UGM Press Kosmatka and Panarese. 1988. Design and Control of Concrete Mixtures.

Illinois: Portland Cement Association Madupu, LNK Sai. Self-Compacting Concrete. Accessed from:

http://igsguntur.tripod.com/index_files3/finpap.htm on June 21, 2005 Murdock and Brook. 1979. Concrete Materials and Practice/Bahan dan

Praktek Beton. Diterjemahkan oleh Ir. Hendarko. Jakarta: Erlangga Rachman Suhanda, Suryadi. 2004. Teknologi Beton (Material Penyusun

Beton). Dipresentasikan dalam Forum Enjiniring WIKA 2004 tanggal 8-9 Maret 2004. Jakarta

Suardi Bahar. 2004. Peningkatan Kualitas dan Tampilan Produksi Beton PT

Wijaya Karya. Dipresentasikan dalam Forum Enjiniring WIKA 2004 tanggal 8-9 Maret 2004. Jakarta

Walraven, J. 2003. Structural Applications of Self Compacting Concrete.

Proceedings of 3rd RILEM International Symposium on Self Compacting Concrete, Reykjavik, Iceland. RILEM Publications PRO 33, Bagneux, France, August 2003 PP 15-22

Page 222: Buku beton

SUMBER GAMBAR

• ACI Manual Part 1 (Material and General Properties of Concrete) • Company Profile PT Wijaya Karya • http://efca.info/ • http://my.ecplaza.net/vibromaste/ • http://stlvibrator.com/vibratingtables.htm • Proyek-proyek PT Wijaya Karya:

o Proyek CCPP Cilegon o Proyek Jalan dan Jembatan Tiga Raksa Tangerang o Proyek Pembangunan Fly Over Tanjung Barat o Proyek Pembangunan Gedung Tarida Jakarta o Proyek Pembangunan Jalan Layang Pancoran Jakarta o Proyek Pembangunan Jalan Layang Pasupati Bandung o Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mitra Sunter Jakarta o Proyek PLTGU Palembang o Proyek PLTU Cilacap

• www.centrumpaele.dk/uk/beton1.htm • www.concretenetwork.com • www.conrete-grinding.com • www.dareconcrete.com • www.ifgworld.org • www.unesco.com

Page 223: Buku beton