Upload
adi-purnama
View
783
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
30th November 2011
Kata Pengantar
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, kami telah dapat menyelesaikan makalah mengenai Review
Perkembangan Aliran dalam Perencanaan.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Teori Perencanaan. Serta untuk memberikan
panduan kepada pembaca agar dapat mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan teori
perencanaan sebagai praksis, sejak abad ke-19 sampai bentuknya terkini.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Heru, yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dan kami ucapkan terima kasih pula kepada teman-teman dan pihak lain, yang telah
membantu kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami sadar bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan maka dari itu, kami mohon kritik dan saran. Dengan ini
kami harapkan hasil karya ini dapat berguna bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat dan dapat diterapkan atau
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………… i
Daftar Isi …………………………………… ii
Bab I : Pendahuluan …………………………………… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………… 1
1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………… 1
1.3 Sistematika …………………………………… 2
Bab II : Pembahasan …………………………………… 6
2.1 Gambar Diagram …………………………………… 7
2.2 Penjelasan Masing-masing Aliran/Style …………… 11
Bab III : Penutup …………………………………… 55
3.1 Kesimpulan …………………………………… 55
Daftar Pustaka …………………………………… 56
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada hakikatnya, ilmu teori perencanaan berkaitan erat dengan perencanan kota. Namun dalam perkembangannya
perencanaan tidak dikembangkan berdasarkan teori perencanaan, tetapi sebaliknya teori perencanaan berkembang
sebagai kelanjutan dari pengalaman mengenai usaha manusia mengatasi keadaan lingkungan kehidupannya. Oleh
karena itu, ilmu ini sangat diperlukan dalam merencanakan sebuah kota, karena daam teori perencanaan membahas
definisi, pemahaman konteks, praktek-praktek, dan proses-proses dalam perencanaan kota, dan bagaimana
pertumbuhannya dari asal-usul sejarah dan kebudayaan masing-masing.
Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak perubahan seiring perkembangan waktu.
Perencanaan sendiri telah mengalami banyak perkembangan sejak Patrick Geddes mencetuskannya untuk pertama
kali. Kebutuhan manusia akan teori tunggal mengenai suatu perencanaan atau biasa disebut dengan teori
perencanaan mengakibatkan pengaruh para ilmuan di bidang ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam semakin
dilibatkan dalam praktek perencanaan, riset, dan pendidikan.
Dalam mata kuliah teori perencanaan, kita perlu mengetahui perkembangan dari teori perencanaan itu sendiri agar
mudah dalam mempelajari teori perencanaan. Kita membutuhkan pengetahuan dasar dalam mempelajari teori
perencanaan. Pengetahuan dasar itu dapat kita peroleh dengan mengetahui sejarah perkembangan teori
JENIS-JENIS TEORI PERENCANAAN
perencanaan mulai pra revolusi industri sampai dengan masa Corbusier yang memunculkan banyak aliran.
Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri yang mengakibatkan adanya
kemunduran kota. Hal ini merupakan sebuah perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi industri
sendiri telah menciptakan kota-kota industri dimana kota tersebut kepentingan buruh sangat besar. Setelah itu, mulai
muncul sebuah gagasan dari Patrick Geddes tentang analisa terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi
lokal yang merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori perencanaan.
Makalah ini merupakan sebuah review tentang perkembangan teori perencanaan mulai dari masa pra revolusi industri
sampai munculnya aliran-aliran perencanaan, seperti urbanism, anti urbanism, new urbanism, neighborhood unit dan
lain sebagainya. Review ini sangat diperlukan untuk menjadi dasar dalam mempelajari teori perencanaan dengan
mengetahui awal dan keseluruhan dari sejarah perkembangaan teori perencanaan.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan teori perencanaan sebagai praksis sejak
dicetuskan oleh Patrick Geddes pada abad ke 19 sampai bentuknya terkini.
2. Mengetahui diagram alur perkembangan dan konsep teori perencanaan.
3. Mengetahui dan menjelaskan sejarah perkembangan dan konsep teori perencanaan sesuai dengan diagram.
4. Mengetahui dan menjelaskan perkembangan aliran teori perencanaan yang lebih dalam tentang teori perencanaan
dengan melihat sejarah perkembangan aliran perencanaan.
1.3. Sistematika Penulisan
Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari makalah ini
secara keseluruhan tentang perkembangan aliran perencanaan.
Bab I merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini berisikan latar belakang, maksud dan tujuan,
serta sistematika pelaporan dari Review Perkembangan Aliran Dalam Perencanaan Sejak Dicetuskan Oleh Patrick
Geddes Pada Abad Ke 19 Sampai Bentuknya Terkini sehingga akan mempermudah pembaca dalam memahami pokok
utama dari makalah ini.
Bab II berisi tentang review dari sejarah perkembangan aliran teori perencaanaan mulai awal dicetuskannya oleh
Patrick Geddes pada abad ke-19 sampai bentuknya terkini. Bab ini merupakan inti pembahasan dari makalah ini dan
berisi pemaparan dari sejarah pekembangan teori perencanaan. Semua pembahasan dan review dari perkembangan
aliran perencanaan dapat dipelajari dalam bab ini.
Bab III merupakan bab akhir dari makalah ini dan berisi tentang simpulan dari seluruh pembahasan atau review
perkembangan aliran perencanaan pada bab kedua.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Diagram Perkembangan Munculnya Aliran Perencanaan dan Konsep Teori Perencanaan
Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri sebagai akibat adanya respon
industrialisasi dan urbanisasi. Degradasi lingkungan yang terjadi membuat pakar kota menginginkan suatu reformasi
Hal ini merupakan sebuah perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi industri sendiri telah
menciptakan kota-kota industri baru yang sebelumnya tidak ada yaitu terjadi perpindahan penduduk dari daerah
pertanian ke daerah industri. Lalu kota itu sendiri menjadi kepentingan yang sangat besar bagi buruh, karena
penduduk yang pindah dari desa ke kota tidak memiliki pengetahuan tentang industri baru atau kebutuhan sosial dan
teknis untuk hidup di kota. Setelah itu, mulai muncul sebuah gagasan dari Patrick Geddes tentang analisa terperinci
dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal yang merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori
perencanaan.
2.1.1. Diagram Teori-Teori Perencanaan
[http://3.bp.blogspot.com/-
sPW4tZEaT_o/TtZCPO7KITI/AAAAAAAAAH8/HoqiwPE_iD8/s1600/hierarki%2Bteori%2Bperencanaan.jpg]
2.1.2. Diagram Teori-Teori Perencanaan dalam Reformasi Politik
[http://1.bp.blogspot.com/-
_kqO8EuA8EM/TtZADyl9QxI/AAAAAAAAAHk/rD4zN0KidxA/s1600/hierarki%2Bpolitik.jpg]
2.1.3. Diagram Teori-Teori Perencanaan dalam Reformasi Sosial
[http://2.bp.blogspot.com/-kezXuAlvRFQ/TtY-_-
EGT7I/AAAAAAAAAHM/cawppx0F5Pk/s1600/hierarki%2Bsosial.jpg]
2.1.4. Diagram Teori-Teori Perencanaan dalam Reformasi Lingkungan
[http://3.bp.blogspot.com/-
LdtuffOO9g8/TtY_JbbZwxI/AAAAAAAAAHY/lhbM_9FQYhk/s1600/hierarki%2Blingkungan.jpg]
2.2 Perkembangan dan Konsep Teori Perencanaan
Kota merupakan sebatas wilayah yang dihuni sekumpulan orang dan memiliki pemerintahan sendiri. Massa, wilayah,
dan pemerintahan harus ada untuk dapat mengenali kota. Ketiganya memiliki keterikatan yang sangat kuat sehingga
tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Hal ini terjadi disebabkan oleh terjadinya interaksi antar manusia dalam memenuhi
kebutuhan akan hak dan kewajibannya. Dewasa ini, kota telah bertransformasi menjadi lebih kompleks seiring dengan
perkembangan kehidupan manusia. Kota tidak hanya sekedar sebuah wilayah tempat berkumpulnya satu komunitas
saja, tetapi sifatnya meluas menjadi pertemuan beberapa area dalam sebuah kemajemukan yang saling berkait. Oleh
karena itu, dibutuhkan seperangkat aturan yang dapat mengatur kota agar tidak terjadi kekacauan di dalamnya.
Sebegitu pentingnya aturan tersebut sehingga mendorong tumbuhnya satu cabang pengetahuan baru yang biasa
disebut perencanaan kota (urban planning). Dalam dimensi masa, tahapan perkembangan kota baru dapat dibagi
menjadi:
2.2.1 Perencanaan Pra Revolusi Industri
Banyak kota di jaman kuno atau abad pertengahan direncanakan oleh penguasa atau kelompok pedagang; dan di
antara kelompok ini, banyak yang memiliki rencana formal dengan unsur keteraturan geometris yang kuat.
Perkembangan terbesar dari perencanaan kota formal sebelum Revolusi Industri adalah di abad 17 dan 18 yang
menghasilkan karya terbaik rancangan arsitektur seperti rekonstruksi Roma sepanjang akhir abad 16 dan awal abad
17 dan lain sebagainya. Sejarah perencanaan kota tersebut penting bagi perencana untuk memahami bagaimana
generasi sebelumnya beradaptasi dengan kesempatan dan keterbatasan wilayah yang ada.
Dalam arti yang hakiki, kota baru dikenal sejak masa Mesir, Yunani dan Romawi kuno dan kemudian pada masa abad
pertengahan dan masa peralihan (Renaissance) di Eropa. Beberapa pemukiman lama yang dapat dicontohkan
sebagai kota baru pada masa Yunani, seperti kota-kota yang terdapat di sepanjang mediterania sampai ke kota-kota
yang didirikan bangsa Romawi di Mesopotamia dan Afrika Utara. Pada abad pertengahan,misalnya kota-kota wilayah
Andalusia (Spanyol) seperti di Granada, Sevilla, dan wilayah Baghdad. Pada abad peralihan, misalnya kota-kota di
sepanjang Lembah Garonne di Perancis. Masa menjelang revolusi industri di Eropa Barat, seperti : pembangunan kota
baru di wilayah frontier Amerika, seperti Savannah, Georgia, Washington DC, Pullman, Illinois dan Philadelphia.
Peradaban Mesopotamia, Harappa, dan Mesir kuno merancang kota-kotanya dengan sangat cermat. Sisa-sisa
peninggalan kota kuno dari 3000 tahun sebelum masehi tersebut telah dipelajari oleh para ilmuwan. Penemuan
menunjukkan bahwa kota-kota tersebut telah direncanakan dengan sangat baik oleh penduduknya. Tata guna lahan
diperhatikan dengan melakukan pembagian-pembagian sesuai zona dan strata sosial di masyarakat. Jalur-jalur
penghubung antar lokasi dibuat dengan pola terkotak-kotak (grid). Kota-kota tersebut bahkan sudah mengembangkan
sistem awal sanitasi berupa selokan-selokan terstruktur sebagai drainase kota.
Kemudian bangsa Yunani dan Romawi kuno juga menerapkan rancangan kota yang serupa. Sepetak wilayah dibagi-
bagi menjadi blok-blok terukur dengan pembagian fungsi yang berbeda. Kota-kota tersebut pada umumnya berbentuk
persegi dengan pembagian grid persegi juga. Dibuat pula jalur-jalur diagonal dari keempat sisi kota agar
mempersingkat waktu tempuh dari satu sisi kota ke sisi yang lain. Sistem transportasi seperti ini sengaja dikembangkan
untuk kenyamanan publik dan kepentingan militer. Skema tersebut masih dapat disaksikan di kota Turin dan banyak
kota-kota kuno di eropa lainnya.
Karakteristik kota yang dibangun sejak masa Romawi kuno hingga akhir Renaisanse adalah digunakannya benteng
sebagai alat pertahanan kota. Secara otomatis, perkembangan kota mengikuti bentuk benteng tersebut. Pusat kota
biasanya berupa pusat pemerintahan, militer, atau sosial yang di kelilingi oleh pemukiman penduduk yang berada
dalam benteng utama. Pemukiman ini biasanya didiami oleh anggota keluarga para bangsawan ataupun penguasa
kala itu yang sangat dijaga keamanannya. Area di luar benteng utama biasanya digunakan untuk pemukiman
penduduk biasa, area perdagangan, dan lahan persawahan. Skema seperti ini banyak ditemui di kota-kota lama di
seluruh dunia termasuk juga di Indonesia.
2.2.2 Revolusi Industri
Pada abad 18 terjadi industrialisasi di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Dampak buruk industrialisasi telah
mengakibatkan warga Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk peduli dengan lingkungan binaan. Revolusi industri
selain menghasilkan penemuan teknologi baru juga memunculkan fenomena baru yaitu kota industri baru yang
sebelumnya tidak ada. Akibatnya terjadi perpindahan penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri. Penduduk
yang pindah tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang industri baru atau kebutuhan sosial dan teknis untuk hidup di
kota. Meski industri di kota-kota tersebut memberikan banyak kesempatan ekonomi bagi angkatan kerja yang tidak
terampil, namun pengaturan sosial di kota tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka akan tempat tinggal, pelayanan
publik mendasar seperti air dan pembuangan limbah, atau pelayanan kesehatan. Situasi ini tidak dapat diterima oleh
masyarakat. Namun upaya reformasi sangat sulit karena tiga hal. Pertama, keinginan untuk bertindak. Kedua,
pengetahuan untuk bertindak. Ketiga, kebutuhan akan perlengkapan administrasi yang efektif, termasuk keuangan,
untuk melembagakan kontrol yang diperlukan dan menyediakan layanan publik; dan mereformasi pemerintah lokal
yang tidak efektif.
Revolusi Industri telah mengubah paradigma dalam perencanaan kota. Pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam
terutama di kota-kota industri di dunia secara langsung telah mengubah bentuk ruang kota, tidak hanya lebih meluas
tetapi juga mengalami degradasi lingkungan. Timbulnya kesemrawutan dalam perkembangan ruang yang terjadi
merupakan implikasi besar dari pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi dunia. Ekonomi tidak lagi
digerakkan pada kegiatan pertanian dan juga industri manual yang hanya memiliki ruang lingkup kecil. Tetapi ekonomi
telah digerakkan oleh kegiatan industri massal skala besar yang kemudian menjadikan kota sebagai pusatnya. Ketika
orientasi ekonomi dunia mengarah pada industri-industri besar yang ada di kota maka kegiatan pertanian yang selama
ini masih masih menjadi mayoritas komoditas ekonomi kemudian beralih. Pekerja industri menjadi sebuah mata
pencaharian baru. Migrasi ke kota atau yang kemudian disebut sebagai urbanisasi adalah sebuah fenomena besar
yang pada akhirnya, sampai saat ini, menjadi sangat umum terjadi dalam merespon sebuah peluang ekonomi baru
yang dirasa banyak terdapat di kota. Hal tersebut turut pula didukung oleh perkembangan pemikiran-pemikiran baru
baik dalam aspek sosial maupun ekonomi. Ketika kapitalisme sangat mendukung perkembangan pesat ekonomi indutri
maka kemudian muncul sosialisme sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang terjadi. Secara normatif
kemudian banyak bermunculan konsep-konsep perencanaan yang mencoba mengakomodir dan mengantisipasi
kemajuan peradaban manusia tersebut.
Revolusi industri selain menghasilkan penemuan teknologi baru juga memunculkan fenomena baru yaitu kota industri
baru yang sebelumnya tidak ada. Akibatnya terjadi perpindahan penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri.
Penduduk yang pindah tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang industri baru atau kebutuhan sosial dan teknis
untuk hidup di kota. Meski industri di kota-kota tersebut memberikan banyak kesempatan ekonomi bagi angkatan kerja
yang tidak terampil, namun pengaturan sosial di kota tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka akan tempat tinggal,
pelayanan publik mendasar seperti air dan pembuangan limbah, atau pelayanan kesehatan.
2.2.3 Kemunduran Kota
Kemunduran kota ditandai dengan semakin meluasnya persebaran kota tanpa dsitunjang perkembangan infrastruktur
yang memadai. Penyebaran kota dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial dan teknologi terutama teknologi
transportasi. Depresi ekonomi menyebabkan upah buruh murah. Perubahan sosial yang dipicu oleh perkembangan
ekonomi menambah jumlah kalangan menengah yang dapat membeli rumah. Sedangkan perkembangan teknologi
transportasi meningkatkan jangkauan perpindahan yang efektif, yang menyebabkan kota melebar lebih luas dibanding
sebelumnya.
Reaksi terhadap penyebaran/perluasan kota
Perencana kota prihatin terhadap fakta bahwa pembangunan tidak dikontrol dengan perencanaan yang efektif yang
memberikan dua dampak buruk. Pertama, pembangunan menggunakan lahan pedesaan (yang mayoritas adalah lahan
pertanian) secara berlebihan. Kedua, pemukiman semakin jauh dari pusat kota, sedangkan pekerjaan ada di pusat
kota. Akibatnya, kemacetan lalu lintas di kota terus bertambah dan perjalanan ke tempat kerja membutuhkan waktu
yang lebih lama. Sehingga muncul gerakan untuk membatasi pertumbuhan kota melalui perencanaan yang positif.
2.2.1. Reformasi Politik
2. 1. 1 Teori Pengambilan Keputusan
Para ilmuwan politik dan para ilmuwan sosial pada umumnya telah banyak mengembangkan model, pendekatan,
konsep dan rancangan untuk menganalisis pembuatan kebijaksanaan negara dan komponennya, yaitu
pengambilan/pembuatan keputusan. Sekalipun demikian, pada umumnya ahli-ahli ilmu politik lebih sering menunjukkan
hasrat yang tebih besar dalam mengembangkan teori mengenai kebijaksanaan negara daripada mempelajari praktek
kebijaksanaan negara itu sendiri. Walaupun begitu, haruslah diakui bahwa konsep-konsep dan model-model tersebut
amat penting dan bermanfaat guna dijadikan pedoman dalam analisis kebijaksanaan, karena konsep-tonsep dan
model-model tersebut dapat memperjelas dan mengarahan pemahaman kila tcrhadap pembuatan kebijaksanaan
negara’ mempermudah arus komunikasi dan memberikan penjelasan yang memadai bagi tindakan kebijaksanaan.
Jelasnya, jika kita bermaksud mempelajari atau meneliti kebijaksanaan tertentu maka kita membutuhkan suatu
pedoman dan kriteria yang relevan dengan apa yang sedang menjadi pusat perhatian kita. Sebab, apa yang kita
temukan dalam realita sebetulnya bergantung pada apa yang kita cari, dan dalam hubungan ini konsep-konsep dan
teori-teori kebijaksanaan yang ada dapat memberikan arah pada penelitian yang sedang kita lakukan.
Pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seorang
aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah. Tindakan para aktor kebijakan dapat berupa
pengambilan keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara
mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat
diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Ada beberapa teori yang
paling sering digunakan dalam mengambil kebijakan yaitu :
1. Teori Rasional Komprehensif
Barangkali toari pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan diterima oleh banyak kalangan aadalah teori
rasional komprehensif yang mempunyai beberapa unsur
a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain
atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan
menurut prioritas masalah)
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan
prioritasnya/kepentingannya.
c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan.
Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom , 1965 (Ahli Ekonomi dan Matematika) yang menyatakan bahwa
pengambilan keputusan itu sebenarnya tidak berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit akan tetapi mereka
seringkali mengambil keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan.
Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya
adalah seorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi mengenahi berbagai alternatif sehingga mampu
meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya
manfaatnya.dan mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan
Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini
oleh masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan bahwa fakta-2 dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan
mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan antara fakta dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.
Ada beberapa masalah diperbagai negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan teori rasional
komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu
- Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan.
Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat.
- Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembang ekologi budanyanya berbeda.
- Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam pengambilan keputusan, karena
dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.
2. Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan
merupakan madel yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambail keputusan. Teori ini
memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapanya merupakan hal
yang saling terkait.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung berhubungan dengan
pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan akibatnya.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan memberikan kemungkinan untuk
mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah. Sehingga keputusan yang
baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi keputusan yang telah dibuat
sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan bagi negara-negara yang memiliki
struktur mejemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak sehingga
secara politis lebih aman. Kondisi yang realistik diberbagi negara bahwa dalam menagmbil keputusan/kebijakan para
pengambil keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang pengalaman, dan
kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk analsis secara komprehensif.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat
diterima.
Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini
- keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat
dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.
- Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai macam
kebijakan lain
- Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat karena negara
berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.
- Menutut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan
dan terpeliharanya status quo
3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang dikemukakan oleh ahli sosiologi
organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid Scaning) sebagai suatu pendektan untuk mengambil
keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan
dasar dan melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu tercapai.
Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para pembuat keputusan menggunakan teori
rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi yang berbeda-beda.
Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan
pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
2.2.1.1. Teori Pembagian Kekuasaan
Teori Pembangunan kekuasaan merupakan istilah yang digunakan secara longgar untuk menunjukkan hasil-hasil
penelitian dan segala macam pengamatan yang semuanya itu ingin menjelaskan bagaimana sebaiknya pembangunan
itu dilaksanakan. Teori Pembangunan kekuasaan ini lebih berupa kumpulan asumsi atau hasil analisis yang
merupakan sumbangan dari sejumlah disiplin yang tentu tidak tersusun secara rapi. Berasal dari penalaran induktif
maupun deduktif atas aplikasi prinsip dan aturan prosedur operasional praktek pembangunan. Indikator pembangunan
kekuasaan :
- Kemiskinan : sanitasi buruk, kesehatan dan umur rata2 ato harapan hidup buruk, kecukupan makanan dan gizi,
Implikasi politik : miskin ekonomi tak punyakekuatan politik.
- Pekerjaan : kegiatan yang menyediakan upah agar kepribadiannya berkembang. Terkait kualitas sumberdaya.
- Ketimpangan : Ini problem distribusi pendapatan. Ini sangat susah diatasi untuk dihilangkan, maksimal dikurangi
karena sejak lahir manusia itu memang berbeda. Tidak bisa kita mengingkari perbedaan itu.
Jika terjadi perbaikan terhadap 3 indikator tersebut maka pastilah pembangunan sedang berproses.
2.2.1.2. Politikal Ekonomi
2.2.1.3. Sosialisme
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana
produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu
keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-
citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –
parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi
industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan
kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia , sosialisme ilmiah yang
kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya
seperti Marxisme-Leninisme ,Febianisme , dan Sosial Demokratis.
Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi
yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana tergambar di Inggris mencakup : (a)
agama ; (b) idealisme e tis dan estetis ; (c) empiris Fabian ; dan (d) liberalisme .
Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya . Dalam sosialisme tidak ada
garis sentralitas dan tidak bersifat internasional
Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti . Sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial ;
persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum ; dan komitmen pada perencanaan.
Di negara-negara Barat ( lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara mendistribusikan kekayaan masyarakat
secara lebih merata sedangkan di Negara berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan
Negara yang belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan tingkat ekonomi
dan pendidikan masyarakat .
Sosialisme sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai
tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi,
persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari keadaan
yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan
kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah yang
kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya
seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat.
2.2.1.4. Development Machine
2.2.1.5. Teori Administrasi Pemerintahan
2.2.1.6. Historisme
2.2.1.7. Teori Political Economy
Teori Ekonomi/political economy adalah suatu pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus dilacak melalui
sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era sekarang. Aristoteles adalah yang
pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan membedakan di antaranya antara yang bersifat "natural" atau
"unnatural". Transaksi natural terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi
jumlahnya oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang
secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari
dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati transaksi ini
disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral.
Pandangannya ini kelak akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad Pertengahan.
Aristotles juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya akan dapat memberi peluang seseorang untuk
melakukan kebajikan dan memberikan derma dan cinta sesama yang merupakan bagian dari “jalan emas” dan
“kehidupan yang baik ala Aristotles.
Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan sebagai IndianMachiavelli. Dia
adalah professor ilmu politik pada Takshashila University dari India kuno dan kemudian menjadi Prime Minister dari
kerajaan Mauryan yang dipimpin oleh Chandragupta Maurya. Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra (Ilmu
mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli's The Prince. Banyak masalah yang
dibahas dalam karya itu masih relevan sampai sekarang, termasuk diskusi tentang bagaiamana konsep manajemen
yang efisien dan solid, dan juga masalah etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada isu kesejahteraan
seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika kolektif yang dapat mengikat kebersamaan masyarakat.
2.2.1.8. Liberalisme
Liberalisme menjadi teori yang paling dominan dalam hubungan internasional semenjak berakhirnya perang dingin
pada 1991. Kekalahan komunisme seakan menjadi justifikasi kemenangan paham liberal yang sarat dengan
kebebasan individu.
Secara singkat Tim Dunne (2001) mendefiniskan liberalisme sebagai suatu ideologi yang perhatiannya terpusat pada
kebebsan individual. Image paling kuat melekat dalam liberalisme adalah kedudukan negara adalah sebagai suatu
manifestasi kebutuhan untuk melindungi kebebasan tersebut. Negara menjadi pelayan dari keinginan kolektif
sekelompok orang yang menyerahkan kekuasaannya pada otoritas tertentu di luar mereka.
Fokus pemikiran liberal memberikan berbagai penjelasan bagaimana kedamaian dan korporasi antara aktor hubungan
internasional dapat dicapai. Dalam liberal tersendiri terdapat empat cabang dalam menguraikan bagaimana kedamaian
bisa dicapai (Dunne, 2001). Perspektif kedamaian dalam sudut pandang liberal dibagi menjadi empat yakni liberal
internasionalisme, idealisme, optimisme, dan liberal institutionalisme.
a. Liberal internasionalisme
Dua pemikir yang muncul dari liberal internasionalisme adalah Immanuel Kant dan Jeremy Bentham. Pemikiran liberal
mereka tentu saja tidak jauh dari kacamata mereka memandang situasi politik pada masa hidupnya yakni pada era
Enlightenment.
Kant melihat dunia internasional seolah carut marut karena tidak adanya suatu hukum dan norma yang legitimate
mengatur perilaku aktor-aktor politiknya. Menurut Kant, perdamaian bisa dicapai apabila terdapat hukum internasional
dan kontrak federal antarnegara untuk meninggalkan perang.
Bentham menambahkan pemikiran liberal Kant dengan menyebut contoh nyata yang terjadi padaGermany Diet,
American Confederation, dan Liga Swiss yang terbukti mampu memfasilitasi konflik yang terjadi akibat persaingan
individu melalui pemerintahan bersama (federasi). Inti dari pemikiran liberal internasionalisme adalah siginifikasi hukum
international. Menurut Bentham, hukum international tersebut dapat terbentuk tanpa melalui pemerintahan dunia.
Menurut liberal internasionalisme masyarakat internasional berdasar hukum bisa terjadi secara natural sebagaimana
Adam Smith menjelaskan mekanisme pasar dengan invisible hands. Ketika suatu negara mengikuti self interest
masing-masing, individu secara tidak sadar mendorong terwujudnya kebaikan bersama.
b. Idealisme
Era idealisme dimulai sejak awal 1900 hingga akhir 1930 yang dimotivasi oleh keinginan kuat untuk menghindari
perang. Salah satu pencetus idelalisme terkenal adalah Woodrow wilson yang tertuang dalam empat belas point
Wilson. Kelahiran idealisme ditandai oleh pasca perang dunia I sebagai kritikan terhadap paham liberal
internasionalisme yang menyatakan bahwa perdamaian bersifat natural dan bisa terjadi dengan sendirinya. Menurut
Wilson, perdamaian tidak terjadi secara natural tapi mesti dikontruksi. Lebih lanjut Wilson mengatakan bahwa
perdamaian itu bisa dikontruksi dengan membentuk institusi. Konsep utama dalam pemikiran idealisme adalah
keamanan bersama, collective security. Dikarenakan jika keamanan suatu negara terganggu akan berimbas pada
stabilitias keamanan di negara kawasan disebabkan interconnectedness, oleh karena itu keamanan menjadi konsep
bersama keamanan suatu negara juga menjadi tanggung jawab negara lain.
c. Liberal Institusionalisme
Pandangan liberal institusionalisme muncul sebagai jawaban atas kritik realisme merespon peristiwa terjadinya perang
dunia dua dan gagalnya Liga Bangsa-bangsa. Ini menjadikan sifat liberal institusionalisme menjadi cenderung realist
dan mengurangi normativeness (Dunne, 2001).
Liberal institusionalime menolak pandangan aktor bersifat state-centric. Meskipun negara merupakan satu-satunya
aktor tunggal hubungan internasional, mereka menilai organisasi internasiona, perusahaan multinasional merupakan
aktor subordinate dalam sistem. Kehadiran aktor subordinate menjalankan beberapa peran yang tidak dapat dilakukan
oleh negara.
Fenomena globalisasi tidak membuat paham liberal menjadi outdated, sebaliknya liberal terus melakukan penyesuaian
dengan konsep kini supaya terus relevan memberikan penjelasan terhadap kejadian dalam konteks global.
d. Neo-liberal internasionalisme
Neo-liberal internasionalisme cenderung menggunakan istilah globalisasi dalam berbagai pengertian positif. Globalisasi
memicu tumbuh kembangnya ekonomi secara lebih baik dan sepertil tradisis liberal internasionalime lama,
pertumbuhan ekonomi yang maksimal melalui perdangan (commerce) dan free trade merupakan ladang subur bagi
benih-benih perdamaian diamana akan terjaling mutual understanding. Mutual understanding inilah yan goleh neo-
liberal internasionalisme menjadi faktor kunci mencegah perang.
e. Neo-idealisme
Neo-idealisme muncul dengan ide bahwa ketergantungan sangat bermanfaat untuk mendatangkan perdamaian dan
menyebarkan semangat demokrasi. Globalisasi menjadi perangkat efektif untuk menyebarkan ide demokrasi.
Demokrasi yang mengandung nilai-nilai kebebasan dan perdamaian menjadi indikator paling valuabel untuk
menciptakan kerjasama melalui terbentuknya masyarakat global-global society.
f. Neo-liberal institusionalisme
Prinsip kunci liberal institusionalisme adalah mengakui keberadaan aktor non-negara dalam sistem (Keohane, 1989a).
Neo-liberal institutionalisme mengakui sistem cenderung anarki daripada kooperatif, sesuai dengan pandangan realis,
meskipun demikian namun kerjasama antaraktornya tetap terjalin. Mengapa demikian? Sebab aktor negara bersifat
rasional yakni selalu terdapat kecenderungan mereka menghindari perang dan seminimal mungkin melakukan
kerjasama menggunakan asas mutual gain atau absolute gain bukannya relative gain.
Relative gain mengindikasikan bahwa kerjasama bersifat zero sum game, state akan bekerjasasama jika ia mendapat
keuntungan lebih dari yang lainnya “who can get more”. Sementara itu, Absolute gain kerjasama tetap terjadi dalam
kondisi positive sum game,manakala menguntungkan kedua pihak.
2.2.1.9. Partisipasi
Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya
(Sastropoetro;1995).
Participation becomes, then, people's involvement in reflection and action, a process of empowerment and active
involvement in decision making throughout a programme, and access and control over resources and
institutions(Cristóvão,1990).
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan
pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan
memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill.
Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa patisipasi adalah the taking part in one ore more phases of the process
sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwa patisipasi “as mental and emotional involment of persons of person
in a group situation which encourages him to contribute to group goals and share responsibility in them”
Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa, partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari
interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Theodorson
dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan
atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam
pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau
responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari
manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961).
Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses ketika warga sebagai individu maupun
kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka. Conyers (1991) menyebutkan
tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partispasi masyarakat
merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakata, tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan
lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul
anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
mereka sendiri.
Tipologi Partisipasi
Penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat seringkali terhambat oleh persepsi yang kurang tepat, yang
menilai masyarakat “sulit diajak maju” oleh sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi
masyarakat juga disebabkan karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalah macam
tipologi partisipasi masyarakat
1). Partisipasi Pasif / manipulatif
2).Partisipasi Informatif
3).Partisipasi konsultatif.
4).Partisipasi intensif
5). Partisipasi Fungsional
6).Partisipasi interaktif
7).Self mobilization
2.2.2. Reformasi Sosial
2.2.2.1. Teori Komunitas
2.2.2.2. Advokasi
Perencanaan advokasi adalah perencanaan yang muncul pada konsep perencanaan plural. Perencanaan ini yang
berfungsi sebagai sarana untuk mendukung pernyataan/ pemikiran yang saling berkompetisi, dalam hal bagaimana
masyarakat harus membangun dan dibangun. Konsep advokasi ini muncul dari praktek hukum yang berimplikasi pada
sanggahan/ perlawanan yang muncul dari masing-masing pihak, yang memiliki dua pandangan yang saling bersaing.
Perencanaan advokasi banyak dilakukan bukan oleh perencana (formal), melainkan oleh pekerja sosial, organisator
kemasyarakatan (LSM) dan mahasiswa. Para perencana advokasi bekerja karena adanya suatu kelompok masyarakat
yang membutuhkan bantuan perencana pada saat proses pembangunan berlangsung. Kelompok ini umumnya berada
dalam kelompok berpenghasilan rendah dan tidak memiliki bergaining power (posisi tawar).
Perencanaan advokasi muncul akibat adanya perbedaan kepentingan dan posisi tawar berbagai kelompok di
masyarakat. Di dalam proses perencanaan pembangunan yang bersifat unitary plan (yang dilakukan oleh pemerintah),
perbedaan kepentingan dan posisi tawar antar kelompok masyarakat akan menyebabkan sulitnya melakukan
pencapaian tujuan akhir pembangunan. Untuk itu perencanaan advokasi sangatlah dibutuhkan di dalam pencapaian
tujuan akhir pembangunan.
2.2.2.3. Just The City
Model partisipasi yang didasarkan pada pendekatan advocacy oleh kelompok masyarakat yang lemah posisinya.
Termasuk salah satu pendekatan yang bersifat sosialistis.
2.2.2.4. Communicative Model
• Model partisipasi yang membutuhkan kemampuan perencana dalam berbicara, mendengarkan pendapat dan aspirasi
masyarakat, menampung keluhan masyarakat; untuk mengadakan konsensus; mendampingi dalam pencapaian tujuan.
• Disebut juga model collaborative.
• Mengedepankan kesepakatan masyarakat.
• Termasuk salah satu pendekatan yang bersifat sosialistis.
• Waktu yang dibutuhkan tergantung dari kesiapan masyarakat untuk mencapai kesepakatan.
2.2.2.5. Participan
2.2.2.6. Collaboration
2.2.2.7. Teori Kesepakatan
2.2.2.8. Konsensus
2.2.2.8.1. Collaborative
2.2.2.8.2. Bargaining
2.2.2.8.3. Persuasif
2.2.3. Reformasi Lingkungan
2.2.3.1. New Urbanism
New Urbanism mendukung perencanaan daerah untuk ruang terbuka, yang sesuai dengan konteks arsitektur dan
perencanaan, serta perkembangan yang seimbang pekerjaan dan perumahan.
Para tokoh yang membawa aliran New Urbanism percaya bahwa strategi mereka dapat mengurangi kemacetan lalu
lintas, meningkatkan pasokan perumahan yang terjangkau dan mengekang pemukiman di perkotaan.
Aliran ini menghasilkan suatu piagam yang di buat tahun 1993 di AS yang menyebutkan:
“Kami (para pendukung new urbanism) menganjurkan restrukturisasi kebijakan publik dan praktik pengembangan
untuk mendukung prinsip-prinsip berikut: beragam lingkungan harus digunakan dan jumlah penduduk; masyarakat
harus dirancang untuk pejalan kaki dan transit serta mobil; kota-kota harus dibentuk oleh didefinisikan secara fisik dan
diakses secara universal ruang publik dan institusi masyarakat; tempat-tempat perkotaan harus dibingkai oleh
arsitektur dan lanskap desain yang merayakan sejarah lokal, iklim, ekologi, dan membangun praktik”
Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang menganut aliran New Urbanism.
a. Andres Duany and Elizabeth Plater-Zyberk
Adalah pasangan suami istri yang merintis terbentuknya aliran New Urbanism, selain itu mereka juga pendiri dari CIAM
(Congress for the New Urbanism). Karir pertama mereka dimulai dari pembangunan Seaside di Florida. Pada
dasarnya, kedua orang ini menginginkan sebuah lingkungan perkotaan yang lebih bersahabat dengan pejalan kaki
dan mengurangi kemacetan lalu lintas, tidak merujuk pada modernisasi yang cenderung merusak lingkungan yang
ada, dalam artian tidak adanya kesinambungan antara perkembangan teknologi, lingkungan, dan kualitas kehidupan.
Kedua pasangan ini sudah mengaplikasikan teori mereka di berbagai tempat, termasuk luar negeri. Pada saat ini,
konsep teori New Urbanism ini banyak diminati oleh masyarakat.
b. James Howard Kunstler (The Geography of Nowhere)
James Howard Kunstler lahir di New York tahun 1948, adalah seorang penulis, pengkritik sosial, public speaker dan
juga blogger. Mendukung aliran New Urbanism dan mengkritik ide Le Corbusier. Menurut James Howard K. sebuah
kota seharusnya lebih memiliki ruang terbuka dan tidak kaku akan gedung-gedung pencakar langit. Dalam bukunya
yang terkenal “The Geography of Nowhere” , beliau mengatakan bahwa Amerika sebagai negara yang
perencanaannya sangat buruk, buruk dari berbagai macam aspek pembangunan. Ia juga mengatakan bahwa peristiwa
9/11 (pengeboman gedung WTC), merupakan akhir kejayaan dari gedung-gedung pencakar langit. Tidak akan ada
lagi “megatower” yang akan di bangun dan gedung-gedung tinggi yang masih tersisa memang seharusnya ditakdirkan
untuk dibongkar.
2.2.3.1.1. Neo Liberalism
2.2.3.1.2. Garden City
Konsep kota taman tersebut dikembangkan sebagai suatu anti-thesis dari perkembangan kota-kota pada masa
revolusi industry yang cenderung kurang tertata dan tumbuh tanpa konsep. Konsep ini kemudian menyebar ke seluruh
dunia dan berkembang pesat terutama pasca perang dunia ke-2 ketika banyak kota-kota di dunia harus dibangun
kembali untuk memperbaiki kerusakan akibat perang. Termasuk dalam hal ini adalah upaya rekonstruksi 14 kota
utama di Indonesia yaitu Banjarmasin, Padang, Batavia, Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga, Surabaya, Malang,
Cilacap, Tangerang , Bekasi, Kebayoran, dan Pasar Minggu, yang rusak akibat perang dunia II dimana ketentuan
pengaturannya dituangkan dalam staad vorming ordonantie (SVV)/staad vorming verordening (SVO) yang kemudian
juga menjadi cikal bakal UU Penataan Ruang. Penemuan Howard memiliki 4 komponen utama, yaitu:
1. Semua tanah sekitar 1000 acre akan dimiliki seluruhnya oleh suatu badan publik,
2. Penduduk dan pertumbuhan akan ditahapkan sampai jumlah maksimum sebesar 30.000 orang tercapai,
3. Jalur seluas 5.000 acre yang terdiri dari tanah pertanian akan mengelilingi kota tersebut,
4. Akan terdapat suatu percampuran penggunanaan tanah untuk menjamin
kemandirian ekonomi dan sosial.
Pada tahun 1899 dibentuklah Garden City Association. Tahun 1903 lembaga tersebut membentuk PT untuk
membangun Garden City yang pertama yaitu Letchworth. Kota ini tumbuh menjadi suatu masyarakat sebesar 15.000
orang dengan pertokoan dan industri di tanah seluas 4.500 acre. Setelah itu PT lain membangun Welwyn yang tumbuh
cepat mencapai 10.000 penduduk. Kedua kota ini berada dalam radius 33 mil dari London tapi tetap bisa mandiri dan
memenuhi kebutuhannya sendiri. Kedua kota itu malahan dapat mengembalikan deviden terbatas kepada para
pemegang saham dan menginvestasikan lagi keuntungan tambahannya ke fasilitas umum. Sebelum Howard meninggal
pada tahun 1929 ia telah dapat melihat impiannya menjadi kenyataan
2.2.3.1.3. Ground Skap
2.2.3.1.4. Teori Lingkage
Linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana, suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan
yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota.2 Linkage merupakan garis semu yang menghubungkan antara elemen
yang satu dengan yang lain, atau distrik yang satu dengan distrik yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan,
jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan lain sebagainya.
2.2.3.1.5. A City Is Not A Tree
2.2.3.1.6. Radiant City
Gagalnya rencana awal dalam membangun suatu gedung pencakar langit, Le Corbusier menggagas ide baru yang
dikenal dengan istilah La Ville radieuse atau The Radiant City. Perumahan menurut Radiant City, disusun sesuai
banyak anggota dalam keluarga tersebut, bukan berdasar pada tingkatan ekonomi keluarga tersebut. Sekali lagi,
gagasan Le Corbusier ini ditolak oleh petinggi-petinggi Perancis.
Penolakan kedua gagasan tersebut menyebabkan Le Corbusier mengundurkan diri dari kegiatan politik pada tahun
1942. Sekitar tahun 1950, Le Corbusier mendapat kesempatan emas dalam mengaplikasikan teori radiant city.
Tepatnya di Chandigarh, ibukota baru propinsi Punjab dan Haryana di India.
[http://1.bp.blogspot.com/-J06zQgBOj8M/TtZBA5-
JNII/AAAAAAAAAHw/NSrRDu4sZ9k/s1600/konsep%2Bkota%2Ble%2Bcorbusier.jpg]
Gambar 2.5 Konsep kota menurut Le Corbusier
Le Corbusier meninggal pada tanggal 27 agustus 1965. akan tetapi gagasan-gagasannya tersebut tetap hidup, dan
Amerika adalah Negara pertama yang mengadopsi gagasan gedung-gedung pencakar langit.
2.2.3.1.7. Sattelite Garden Town
2.2.3.1.8. Teori Estetika Kota
Kota memiliki arti suatu lanskap yang memiliki seluruh elemen yang dibutuhkan oleh urban yang sebagian besar
berpusat pada kebutuhan ekonomi dan hiburan. Kota sebagai pusat aktivitas harus dapat menjadi identity bagi para
penghuninya dan mampu menjadi pe-navigasi bagi setiap orang yang berada di dalam dan mendatangi kota tersebut.
Oleh karena itu, estetika kota tidak lain adalah estetika tentang perkotaan oleh keindahan arsitektural bangunan
bersejarahnya. Sementara estetika bangunan bersejarah dari sebuah kota adalah bagian dari kota yang dilestarikan
karena mewakili prestasi khusus dalam suatu gaya tertentu. Tolok ukurnya dikaitkan dengan nilai estetis dan
arsitektonis/arsitektural yang tinggi dalam bentuk antara lain struktur, tata ruang, dan ornamennya.
Kota memiliki kelengkapan dasar yang membantu menerangi dan menjadi ciri suatu kota untuk memenuhi seluruh
kebutuhan penghuni di dalamnya. Kebutuhan atau kelengkapan dasar tersebut meliputi:
1. Functional safety (keselamatanfungsional)
Setiap orang menginginkankeselamatandankenyamanan.Kota yang dibentuk sedemikan rupa diharapkan dapat
menjadi salah satu pendukung keselamatan individu dan seluruh elemen di dalamnya. Keselamatan seluruh fungsi
baik fungsi ekonomi, social dan ekologi dapat terjaga dan tidak malah terdegradasi oleh adanya pembangunan kota.
2. Security (social safety) (keselamatansosial)
Keselamatan sosial di dalam kota sangat dibutuhkan. Setiap orang menghendaki adanya kenyamanan dan keamanan
di dalam tempat yang mereka singgahi dan tinggali. Kota yang berestetik dapat menyediakan fungsi social safety
dalam setiap elemen mental map penyusunnya.
3. Orientation (orientasi)
Kota dengan estetika yang cukup baik dengan memainkan berbagai peran dan fungsi dapat menjadi orientasi bagi
penghuninya.
4. Promotion
Kota yang di desain sedemikian rupa hendaknya dapat dijadikan sebagai promosi potensi-potensi yang dimiliki oleh
kota tersebut. Selain itu, kota sebagai pusat ekonomi menyediakan elemen-elemen yang dapat dijadikan sebagai
ajang promosi dan periklanan bagi berbagai perusahaan dan instansi/ lembaga. Kondisi seperti ini di dalam kota
hendaknya dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kenyamanan dan keindahan di dalam kota.
5. Identity
Kota yang ber-estetika dapat menjadi identitas bagi kota induk di dalam suatu wilayah tertentu. Kota-kota seperti ini
dapat mencirikan kekhasan dan keistimewaan yang dimilikinya.Identitas ini ditunjukkan oleh kelengkapan elemen
mental map yang khas dan mampu menavigasi setiap pandangan dan pikiran orang yang berada di dalamnya.
6. Ambience (surroundings) (suasana)
Suasana di dalam kota mencerminkan bagaimana perilaku dan sikap di dalam kota itu. Estetika kota berperan dalam
pembentukan suasana agar tetap menarik, mampu memainkan dan menarik seluruh panca indera untuk menikmati
keberadaan kota tersebut.
7. Entertainment
Ketersediaan sarana hiburan dapat menjadi pelengkap elemen kota. Penerapan Estetika kota berperan sebagai salah
satu penunjang rekreasi dan wisata bagi para penghuninya.
2.2.3.1.9. Teori Urbanism
Aliran urbanism adalah aliran yang terfokus pada aspek-aspek geografi, ekonomi, politik dan karakterstik social yang
termasuk pada efek dan disebabkan oleh penataan lingkungan di kota-kota dan perkotaan.
Aliran ini membahas tentang perbedaan desa dan kota dilihat berdasarkan tingkat kepadatan penduduknya dan
kegiatan industrinya. Sedangkan definisi kota menurut aliran urbanism adalah wilayah yang tingkat kepadatan
penduduknya yang tinggi serta dianggap memiliki keragaman kegiatan industry sehingga manusia dianalogikan
layaknya robot. Robot yang dimaksud adalah manusia hanya bias bekerja tanpa didukung lingkungan yang dapat
menjamin kelangsungan hidupnya. Selain itu definisi desa menurut aliran urbanism adalah wilayah yang kelestarian
lingkungannya masih terjaga karena jauh dari kegiatan industry sehingga manusia yang hidup di desa bisa merasa
lebih nyaman.Tokoh – tokoh yang menganut aliran Urbanism adalah sebagai berikut :
a. Jane Jacobs
Jane Jacobs, OC, O. Ont adalah seorang Amerika. Dia terkenal karena bukunya The Death and Life of Great American
Cities (1961) dan kritiknya yang kuat akan kebijakan-kebijakan pembaruan urban tahun 1950-an di Amerika Serikat.
Bersama dengan karya terkenalnya, Jacobs dikenal mengatur upaya untuk menghalangi pembaruan proyek perkotaan
yang akan menghancurkan lingkungan setempat. Dia berperan penting dalam pembatalan Lower Manhattan
Expressway, dan setelah pindah ke Kanada pada tahun 1968, sama besar berpengaruh dalam membatalkan Spadina
Expressway dan jaringan terkait di bawah jalan raya construction.
Pada tanggal 25 Maret 1952, Jacobs menanggapi Conrad E. Snow, ketua Dewan Keamanan Kesetiaan di Amerika
Serikat Departemen Luar Negeri. Pada tahun 1962, dia adalah ketua "Komite Bersama untuk Menghentikan Lower
Manhattan Expressway", ketika rencana tol di pusat kota. Dia kembali terlibat dalam menghentikan Expressway Lower
Manhattan dan ditahan selama demonstrasi pada 10 April 1968. Karena Jacobs menentang Robert Moses.
Dia segera menjadi tokoh terkemuka di kota baru dan membantu menghentikan Spadina yang diusulkan Expressway.
Dengan kritiknya apakah kita sedang membangun kota-kota untuk orang atau untuk mobil.
Jane Jacobs menghabiskan hidupnya mempelajari kota. Buku-buku meliputi :
- The Death and Life of Great American Cities
Kematian dan Kehidupan Kota Besar Amerika adalah satu-satu-buku yang paling berpengaruh dan mungkin yang
paling berpengaruh buku tentang perencanaan perkotaan dan kota-kota. Dibaca luas oleh kedua perencanaan
profesional dan masyarakat umum, buku ini adalah kritik yang kuat dari kebijakan pembaruan urban tahun 1950-an,
yang, dia menyatakan, menghancurkan masyarakat dan menciptakan terisolasi, tidak wajar ruang perkotaan. Jacobs
menganjurkan penghapusan zonasi pemulihan hukum dan pasar bebas di tanah.
- The Economy of Cities
Tesis buku ini adalah bahwa kota-kota adalah pendorong utama pembangunan ekonomi. Argumen utama Jacobs
adalah bahwa ledakan pertumbuhan ekonomi berasal dari impor perkotaan pengganti. Impor pengganti adalah ketika
sebuah kota mulai memproduksi barang secara lokal yang sebelumnya diimpor, misalnya, Tokyo Tokyo menggantikan
pabrik-pabrik sepeda sepeda importir di tahun 1800an. Jacobs mengklaim bahwa penggantian impor membangun
infrastruktur lokal, keterampilan, dan produksi. Jacobs juga mengklaim bahwa peningkatan produksi diekspor ke kota-
kota lain, kota-kota lain memberi mereka kesempatan baru untuk terlibat dalam impor pengganti, sehingga
menghasilkan siklus pertumbuhan positif.
2.2.3.1.10. Teori Figure/ Ground
Berisi tentang lahan terbangun (urban solid) dan lahan terbuka (urban void). Pendekatan figure ground adalah suatu
bentuk usaha untuk memanipulasi atau mengolah pola existing figure ground dengan cara penambahan,
pengurangan, atau pengubahan pola geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara massa
bangunan dengan ruang terbuka.
2.2.3.1.11. Konsep Broadacre City
Pada tahun 1930an Wright merancang rumah Usonian pertama. Dirancang dengan sangat praktis, untuk masyarakat
kelas menengah, menggunakan bahan yang ramah lingkungan, atap datar, pencahayaan dari alam lewat jendela, dan
berdasarkan desain sederhana namun elegan geometri,. Wright sangat berperan dalam serangkaian konsep
pembangunan bersatu dengan istilah “kota Broadacre” (seluruh kota). Ia mengusulkan gagasan dalam bukunya The
Disappearing City pada tahun 1932. Gagasan dalam bukunya ini tentang model masyarakat masa depan, yaitu bawah
hanya orang-orang yang benar-benar menikmati “individualitas” adalah yang holistik dalam demokratis. Berisi
semacam nilai-nilai Deklarasi Kemerdekaan karena alasannya bawah semua pemimpin (politisi,filosof,seniman,…….)
telah gagal sehingga pembangunan usonian dipimpin oleh seorang arsitek. Pemerintah hanya menerima tugas.
Gagasan ini kemudian muncul dibeberapa tempat di tahun berikutnya. Desain rumah usonian, menerapkan gaya baru
untuk desainnya yaitu memakai fitur yang tidak terhingga dalam pengembangannya. Fitur-fitur itu adalah fitur modern
Amerika, misalnya perencanaan yang terbuka, konstruksi teknik yang sederhana atau pengefisiensian dalam
membangun.
2.2.3.1.12. Image Of Enviroment
2.2.3.2. Anti Urbanism
Anti-urbanisme intelektual untai saat ini dan menulis ilmu sosial yang kritis terhadap kota sebagai bentuk sosial. Sikap
negatif untuk urbanisasi dan 'pastoral mitos' dari pedesaan mendahului revolusi industri. Namun, seperti Robert Nisbet
telah diamati, 'jijik untuk kota, ketakutan itu sebagai kekuatan budaya, dan berfirasat sehubungan dengan kondisi
psikologis sekitarnya' tanggal dari abad kesembilan belas. Sementara beberapa radikal (terutama Karl Marx dan
Friedrich Engels) melihat aspek-aspek sosial urbanisasi sebagai progresif, untuk liberal dan konservatif itu masalah
berpose kontrol sosial. Sosiologi klasik tercermin keprihatinan ini. Menurut Nisbet, 'kota ... bentuk konteks proposisi
paling sosiologis yang berkaitan dengan disorganisasi, keterasingan, dan mental isolasi-semua stigmata kehilangan
komunitas dan keanggotaan'. (The Sociological Tradition, 1966).
Rincian dugaan tradisional masyarakat di masyarakat perkotaan adalah tema yang kuat dalam karya Auguste Comte,
Frederic Le Play, dan Emile Durkheim. Lebih khusus, anti-urbanisme mempengaruhi perkembangan pedesaan dan
perkotaan sosiologi: Ferdinand Tönnies menyarankan bahwa kota-kota utama lokasi untuk Gesellschaftlich
(instrumental dan asosiasi) hubungan sosial yang dikembangkan oleh Georg Simmel (The Metropolis and Mental Life,
1903), yang bekerja sangat mempengaruhi sosiolog perkotaan Chicago. Sosiologi kontemporer menolak sebagian
besar anti-urbanisme. Sekarang umumnya diakui bahwa pertumbuhan kota, dan berbagai bentuk asosiasi sosial yang
terjadi di dalam mereka, keduanya adalah konsekuensi dari munculnya masyarakat industri modern. Kota, dengan kata
lain, adalah cermin dari sejarah, struktur kelas dan budaya (R. Glass, klise Perkotaan Doom, 1989).
2.2.3.3. Perkembangan Pusat Kota
Kawasan ‘pusat kota’, bisa ditafsirkan bermacam-macam. Ada yang menyebut dengan istilah ‘urban center’ atau ‘urban
core’. Ada yang menganggap pusat kota sebagai ‘central bussines district’’. Ada pula yang menyebut pusat kota
sebagai kawasan komplek pemerintahan atau ‘civic center’.
2.2.3.4. Modernism
Charles-Édouard Jeanneret-Gris atau yang lebih dikenal Le Corbusier adalah seorang arsitek Swiss - Perancis
terkenal yang lahir pada tanggal 6 Oktober 1887 di Swiss. Selain arsitek, beliau adalah seorang penulis, pelukis,
pemahat, perancang perabotan modern dan juga perencana kota. Le Corbusier adalah pencetus awal ide modern
architecture. Hal ini bermula disaat Pemerintah Perancis kewalahan membendung penurunan kualitas hidup Kota Paris
untuk meningkatkan mutu kehidupan. Le Corbusier memiliki gagasan, yaitu:
1. Gedung Pencakar Langit (Skyscraper), 1925
Membangun sebuah gedung pencakar langit, berbentuk seperti salib, yang memiliki 60 lantai dan seluruh bagian luar
dinding terlapisi oleh kaca. Le Corbusier berangan-angan bahwa di tengah gedung terdapat halte bus dan kereta api.
Lebih dalam, Le Corbusier menginginkan agar dibangun sebuah bandara di atas gedung tersebut. Ia berencana
membangun gedung ini di tengah kota Paris. Akan tetapi, ide ini mendapat kritik dan cemohan dari petinggi-petinggi
politik dan industri di Perancis.
2.2.3.5. Neighborhood Unit
Dalam pengertian aslinya, sebuah lingkungan yang terdiri dari tetangga yang akan saling mengenal dan memiliki
hubungan yang baik. Tapi di masa kini digunakan, sebuah lingkungan dapat juga berarti distrik perumahan, yang
terletak di dalam kota yang lebih besar, kota atau pinggiran kota. Meskipun lingkungan penduduk tertentu dapat
disebut tetangga, dalam praktiknya, mereka mungkin tidak tahu satu sama lain dengan baik sama sekali.
Neighborhood Unit dapat berbentuk Block City. Block City adalah unsur sentral perencanaan perkotaan dan desain
perkotaan. Sebuah kota terkecil yang dikelilingi oleh jalan-jalan. Block City adalah ruang untuk bangunan dalam pola
jalan kota, mereka membentuk unit dasar kota. Kebanyakan kota-kota yang lebih besar atau kecil berbagai ukuran
dalam bentuk blok perkotaan. Tokoh-tokoh yang menganut aliran Neighborhood Unit adalah sebagai berikut :
a. Clarence Perry
Clarence Arthur Perry (1872-1944) adalah seorang perencana Amerika yang mengembangkan konsep Neighbourhood
Unit, yang memiliki dampak besar pada perencanaan kota di seluruh dunia.. Perry adalah pendiri Perencanaan Daerah
Association of America, dan telah menulis dalam Rencana Regional RPAA New York dan sekitarnya (1929).
Clarence Perry, seorang anggota Asosiasi Perencanaan Daerah, "The Neighbourhood Unit - Sebuah Skema
Pengaturan untuk Family-Kehidupan Masyarakat". Konsep Perry adalah bagian dari proses panjang perencanaan
daerah untuk wilayah New York dilakukan antara 1922 dan 1929 (Southworth, Eran). Tujuannya adalah untuk
menemukan unit urban fraksional yang akan mandiri belum berkaitan dengan keseluruhan yang lebih besar. Ia
mengusulkan prinsip-prinsip perencanaan tata letak yang komprehensif daerah pemukiman:
� Penduduk sekitar 3.000-10.000, menjadi ukuran yang akan mempunyai dasar sendiri (primer) sekolah sekitar 1000-
1600 anak-anak.
� Sekolah, bersama dengan fasilitas komunal lain seperti aula, perpustakaan dan gereja akan menjadi pusat berada.
� Daerah itu akan dikelilingi oleh jalan-jalan arteri; jalan arteri adalah untuk mencegah melalui lalu lintas ke lingkungan
perumahan, tetapi juga untuk memberikan batas yang jelas ke tetangga.
� Daerah perbelanjaan akan berada di pinggiran tetangga, di sepanjang jalan arteri.
� Harus ada sistem taman kecil dan daerah rekreasi untuk melayani anak-anak dan remaja. Dia menyarankan 10%
dari total area yang akan ketentuan yang cukup baik.
� Jalan-jalan di dalam lingkungan akan menjadi jalan lokal kecil di depan rumah dan jalan kolektor yang
menghubungkan jalan lokal ke jalan-jalan arteri, ukuran jalan yang cukup besar untuk lalu lintas.
Dengan mengikuti konsep ini memiliki unit lingkungan yang akan menonjol geografis sebagai entitas yang berbeda.
Clarence Perry's Neighborhood Unit konsep adalah ide yang paling penting dalam perencanaan perkotaan dan
pembangunan di abad kedua puluh. Saat itu diadopsi oleh organisasi besar, termasuk Perumahan Federal
Administrasi dan organisasi profesional utama bagi kesehatan masyarakat, perencanaan kota, arsitektur, dan
pembangunan real estate.
b. Clarence Stein
Stein, Clarence, 1882-1975, arsitek Amerika, mempelajari arsitektur di Columbia Univ. dan École des Beaux-Arts. Stein
bekerja di kantor Grosvenor Bertram Goodhue, di mana dia membantu dalam perencanaan San Diego World's Fair
(1915). Stein adalah seorang anggota pendiri Perencanaan Daerah Association of America, sebuah kelompok
instrumental dalam mengimpor Ebenezer Howard kota taman ide dari Inggris ke Amerika Serikat. Stein dan Wright
berkolaborasi pada desain Radburn, New Jersey (1928-32), sebuah taman pinggiran kota yang terkenal dengan tata
letak superblock. Menuju Kota Baru Amerika (1951).
Dimulai pada tahun 1923 Stein dan Wright bekerja sama untuk Sunnyside Gardens plans, sebuah lingkungan di New
York City Borough of Queens. 77-acre (310.000 m2) peningkatan pembangunan berorientasi pada pejalan kaki
dibangun antara 1924-1929. Hal ini didanai oleh sesama perwira RPAA Alexander Bing dan mengambil ide kota taman
Sir Ebenezer Howard sebagai model. Lingkungan ini tetap mempertahankan karakter khusus dan telah terdaftar di
National Register of Historical Places.
Konstruksi untuk Sunnyside mulai April 1, 1924, dua bulan setelah itu dibeli dari Pennsylvania Railroad Company.
Karena biaya tinggi tanah perkotaan, banyak lingkungan yang sesak dan berjalan ke bawah, sehingga tidak sehat dan
tempat tinggal yang tidak nyaman. Sunnyside ini berbeda. Stein mempunyai pekerjaan yang sangat penting dengan
Sunnyside. Dia bertanggung jawab untuk membuat lingkungan tidak hanya terjangkau untuk masyarakat umum, tetapi
juga membuatnya menjadi sehat dan tempat yang menyenangkan untuk hidup. Dia merancang lebih alami ruang hijau
dengan banyak cahaya, yang mengakibatkan banyaknya lingkungan hidup yang tenang. Di antara semua gedung-
gedung apartemen ada pusat ruang terbuka publik, seperti taman bermain atau taman mini. Taman itu kemudian
dikelilingi oleh taman-taman pribadi individu. Kebun juga ditempatkan di depan bangunan apartemen di antara jalan
dan bangunan. Hal ini juga menciptakan suasana yang menarik. Stein memerlukan ruang sebanyak mungkin untuk
memasukkan taman dan daerah terbuka. Karena ini, ia harus menempatkan garasi sendiri yang terpisah dari
bangunan apartemen. Hasil akhir Sunnyside ini sangat berhasil.
Tahun 1929 Stein dan White berkolaborasi pada rencana untuk masyarakat di Radburn Fair Lawn, New Jersey, kira-
kira dua kali lipat luas Sunnyside. Visi untuk Radburn adalah terpadunya masyarakat mandiri, dan dikelilingi oleh
greenbelts, otomotif khusus thoroughfares (jalan yang menghubungkan jalan utama, melayani jalur untuk akses
langsung ke gedung-gedung), dan memisakan antara mobil dan pejalan kaki. Thoroughfares ini disebut superblocks.
Ini karena blok sangat besar dengan jalan yang sangat besar di sekeliling rumah-rumah dengan maksud Stein tahu
bahwa masyarakat tidak dapat bertahan tanpa sistem jalan tapi ia juga tidak ingin mendominasi jalan tanah.
Sebaliknya, superblocks membuat fokus utama pada halaman dan taman yang mengelilingi bangunan.
Pada tahun 1930 Stein dan anggota lain dari RPAA melihat metode perumahan sosial mereka diadopsi oleh
pemerintah, setidaknya untuk sementara.untuk penciptaan yang disponsori pemerintah yang direncanakan untuk
masyarakat dan direncanakan pemukiman kembali green belt city di seluruh negeri. contoh: Greenbelt, Maryland,
Greendale, Wisconsin dan Greenhills, Ohio. Yang lain berhenti ketika Resettlement Administrasi dibubarkan pada
tahun 1936.
c. Henry Wright
Henry Wright (1878-1936), adalah seorang arsitek dan pendukung utama taman kota lahir di Lawrence, Kansas, Henry
Wright dikenal sebagai analis karena dia tidak pernah berakhir mempertanyakan dan mengalisa proyek, Wright dan
Clarence Stein merancang Sunnyside Gardens, di lingkungan Sunnyside. New York City borough of Queens, adalah
salah satu dari perkembangan pertama untuk menggabungkan "superblock" model di Amerika Serikat. Kompleks
dibangun 1924-1929. Kawasan perumahan memiliki deretan rumah bata, dengan taman depan dan belakang dan
sebuah pusat taman bersama. Model ini memungkinkan untuk pengembangan pemukiman padat, selain itu juga
menyediakan banyak lapangan terbuka / ruang hijau terbuka.
Wright dan Stein kemudian bekerja sama dalam Radburn Fair Lawn, New Jersey. Radburn, didirikan pada tahun 1929,
yang dimaksudkan untuk menjadi ”kota di mana orang bisa hidup damai dengan mobilitas yang tinggi”. Radburn telah
dirancang sedemikian rupa; jalan-jalan utama yang menghubungkan lalu lintas di berbagai bagian dan jalur layanan
untuk memungkinkan akses langsung ke gedung-gedung, jalan raya. juga untuk memiliki pemisahan antara mobil dan
pejalan kaki. Radburn ini juga dimaksudkan untuk menjadi sebuah taman kota yang dicirikan oleh greenbelts sekitar
perumahan, industri dan lahan pertanian. Pemukiman dirancang menghadap ke arah ke dalam taman-taman dan alam
daripada keluar ke arah lalu lintas.
2. 3. 6 Urban Consolidator
2.2.3.6. Regionalism
2.2.3.6.1. Triddle Down Effect
Trickle Down Effect. Teori ini lahir dari aliran kapitalisme yang dulu sangat diagung-agungkan oleh pemerintahan orde
baru. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana sebuah pertumbuhan akan berdampak pada kemakmuran sebuah
negara.
Dalam teori ini, kemakmuran akan dapat tercapai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tanpa perlu
memperhitungkan pemerataan ekonomi. Dalam pandangan teori ini, suatu suntikan ekspansi ekonomi akan
berdampak pada multiplier effect terhadap pelaku ekonomi di bawahnya, sehingga akan berimbas pada kemakmuran.
Sebagai contoh pembangunan sektor konstruksi akan terimbas dampak positif jasa kontraktor langsung, produsen dan
pedagang besi, produsen dan pedagang semen, pasir dan seterusnya. Bahasa lebih sederhananya lagi, teori ini
mengibaratkan bahwa kemakmuran bagaikan tetesan air yang akan merata jika diteteskan dari atas akan menetes
sampai ke bawah.
Istilah Trickle Down Effect pertama kali dikeluarkan oleh Ronald Reagen dalam suatu pidato pada Januari 1981 di
mana dia mengumumkan pemotongan pajak besar – besaran bagi orang – orang kaya, suatu keistimewaan yang dia
klaim akan “merembes” ke seluruh rakyat.Dalam ecyclopediaofmarxism.com dijelaskan bahwa “The trickle-down effect
is a now-discredited theory of distribution which holds that the concentration of wealth in a few hands benefits the poor
as the wealth necessarily “trickles down” to them, mainly through employment generated by the demand for personal
services and as a result of investments made by the wealthy.“Kebijakan Trickle Down Effect menempatkan orang
berpunya sebagai ujung tanduk pembangunan perekonomian. Kapasitas ekonomi mereka ditingkatkan, dengan
memberikan kemudahan pendanaan, membangun sarana dan infrastruktur untuk mendukung bisnis mereka,
memberikan kemudahan pajak dan perizinan, dll. Seperti yang ditulis di salah satu blog (maaf ya, lupa nyimpen urlnya,
jadi lupa penulisnya,hehe) ” Dengan dibukanya akses dan pendanaan secara menyeluruh terhadap segala aktivistas
maka investasi domestik diharapkan akan berjalan dan berlipat dengan semakin gencarnya fokus pada sektor bisnis
infrastruktur serta pasar keuangan sehingga pada gilirannya skema ini akan menciptakan sebuah struktur kapasitas
produksi yang meningkat. Produksi yang menggeliat akan menggiring harga-harga pada tingkat yang lebih rendah dan
menciptakan lapangan kerja untuk para kelas menengah dan menengah kebawah.”
2.2.3.6.2. Teori Forward Lingkage
2.2.3.6.3. Urban Lingkage
2.2.3.6.4. Economic Base
Tesis buku ini adalah bahwa kota-kota adalah pendorong utama pembangunan ekonomi. Argumen utama Jacobs
adalah bahwa ledakan pertumbuhan ekonomi berasal dari impor perkotaan pengganti. Impor pengganti adalah ketika
sebuah kota mulai memproduksi barang secara lokal yang sebelumnya diimpor, misalnya, Tokyo Tokyo menggantikan
pabrik-pabrik sepeda sepeda importir di tahun 1800an. Jacobs mengklaim bahwa penggantian impor membangun
infrastruktur lokal, keterampilan, dan produksi. Jacobs juga mengklaim bahwa peningkatan produksi diekspor ke kota-
kota lain, kota-kota lain memberi mereka kesempatan baru untuk terlibat dalam impor pengganti, sehingga
menghasilkan siklus pertumbuhan positif.
2. 3. 7. 5 Plural Lingkage
2.2.3.7. Teori Lokasi
August Losch menulis sebuah teori lokasi didalam bukunya yang berjudul Economics of Location pada tahun 1954.
Berbeda dengan teori Weber yang mengungkapkan teori lokasinya berdasarkan letak bahan baku, teori Losch
mengungkapkan teorinya berdasarkan kemampuan sebuah produksi untuk menjaring konsumen sebanyak-
banyaknya. Maksudnya, semakin jauh dari pasar maka konsumen menjadi enggan membeli karena mahalnya biaya
transportasi menuju tempat penjualan yang jauh. Sehingga produsen harus memilih lokasi industri yang mempunyai
tempat yang cukup dekat dengan konsumen agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.
Dalam teorinya, Losch lebih menyarankan agar lokasi industri terletak di pasar atau mendekati pasar. Ini mempunyai
tujuan untuk menemukan pola lokasi industri sehingga dapat ditemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Menurut
pendapat Losch, dalam lokasi industri yang tampak tidak teratur dapat ditemukan pola keberaturan. Oleh karena itu
Losch merupakan pendahulu dalam mengatur kegiatan ekonomu secara spasial dan merupakan pelopor dalam teori
ekonomi regional modern. Teori Losch berasumsi bahwa suatu daerah yang homogen yang mempunyai distribusi
sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang sama. Contoh kegiatan
tersebut merupakan pertanian yang mempunyai skala kecil yang pada dasarnya ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan masing-masing petani. Akan timbul perdagangan baru apabila terdapat kelebihan produksi.
Untuk memperoleh keseimbangan, maka ekonomi ruang Losch harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli;
2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata sehinggan seluruh permintaan yang
ada dapat dilayani;
3. Terdapat free entry dan tak ada petani yang memperoleh super-normal profit sehingga tak ada rangsangan bagi
petani dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama di daerah tersebut;
4. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada untuk mencapai keuntungan dengan
besar maksimum;
5. Konsumen bersifat indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan untuk membeli dengan
harga yang rendah.
Pada teori ini, wilayah pasar bisa berubah jika terjadi inflasi (perubahan) harga. Hal ini disebabkan karena produsen
tidak dapat memenuhi permintaan dikarenakan jarak yang terlalu jauh sehingga mengakibatkan biaya transportasi
naik. Ini akan mengakibatkan harga jualnya juga naik. Karena tingginya harga jual, maka pembelian juga akan
berkurang. Hal ini mendorong petani untuk melakukan proses produksi yang sama untuk memenuhi permintaan yang
belum terlayani. Dengan banyaknya petani yang menawarkan produk yang sama, maka akan terjadi keadaan seperti
berikut:
1. Permintaan dari seluruh daerah akan terpenuhi;
2. Akan terjadi persaingan antar petani penjual yang semakin tajam dan berebut pembeli.
Menurut pendapat Losch pada akhirnya luas daerah pasar masing-masing petani penjual akan menyempit dan dalam
keseimbangannya akan terbentuk segienam beraturan. Bentuk ini menggambarkan daerah penjualan terbesar yang
masih dapat dikuasai setiap penjual dan berjarak minimum dari tempat lokasi kegiatan produksi yang bersangkutan.
Keseimbangan yang dicapai dalam teori ini berasumsi bahwa harga hanya dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran, oleh karena apabila penjual menaikkan harga jualnya maka keseimbangannya akan terganggu. Ini akan
berakibat bukan hanya pada pasar yang semakin menyempit karena konsumen tidak mampu membeli tetapi sebagian
pasar akan hilanh dan direbut oleh prnjual yang berdekatan. Salah satu cara untuk memperluas jangkauan pasar
dapat dilakukan dengan menjual barang yang berbeda dari yang sudah ditawarkan.
Teori sektor yang dikemukakan olah Losch menyebutkan bahwa jaringan heksagon tidaklah sama penyebarannya.
Tetapi di sekeliling tempat sentralnya masih ada enam faktor yang memiliki wilayah luas dan ada enam sektor yang
memiliki wilayah sempit. Oleh karena itu Losch menggambarkan teori tersebut dalam bentuk roda.
Menurut Losch, munculnya daerah pasar disekeliling setiap tempat sentral juga dipengaruhi oleh adanya jaringan
daerah-daerah pasar untuk setiap kelompok barang. Jaringan-jaringan ini terletak secara sistematis di dalam wilayah-
wilayah ekonomi yang terbagi di seluruh dunia menurut hukum tertentu.
2.2.3.7.1. Teori Lokasi Pertanian
Teori ini menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas pertanian dari tempat produksi ke
pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan tanah di daerah tersebut. Teori ini juga memperhatikan jarak tempuh
antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut memasukkan variabel keawetan, berat, dan harga dari berbagai
komoditas pertanian. Pada perkembangannya teori ini tidak hanya berlaku untuk komoditas pertanian, tetapi berlaku
juga untuk komoditas lainnya.
Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era industrialisasi. Dalam teori ini terdapat 7 asumsi
yang digunakan oleh Von Thunen dalam pengujiannya:
1. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya dan merupakan
satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian – isolated stated
2. Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak
menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain – single market
3. Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali ke daerah perkotaan – single
destination
4. Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan cocok untuk tanaman dan peternakan
dalam menengah
5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk
menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan – maximum
oriented
6. Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat– one moda transportation
7. Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh. Petani mengangkut
semua hasil dalam bentuk segar – equidistant
Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan berkembang dalam bentuk lingkaran tidak
beraturan yang mengelilingi daerah pertanian.
Ilustrasi Teori Von Thunen
Gambar model von Thunen di atas dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, menampilkan “isolated area” yang
terdiri dari dataran yang “teratur”, kedua adalah, kondisi yang “telah dimodifikasi” (terdapat sungai yang dapat
dilayari). Semua penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktifitasnya masing-masing, dimana dalam kasus
ini bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota).
Model Von Thunen membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga pasar dan biaya transportasi. Kewajiban
petani adalah memaksimalkan keuntungan yang didapat dari harga pasar dikurang biaya transportasi dan biaya
produksi. Aktivitas yang paling produktif seperti berkebun dan produksi susu sapi, atau aktivitas yang memiliki biaya
transportasi tinggi seperti kayu bakar, lokasinya dekat dengan pasar.
Dalam teori von Thunen ini, terdapat beberapa asumsi yang sudah tidak relevan lagi, diantaranya adalah:
1. Jumlah Pasar
Di Indonesia pada umumnya tidak hanya terdapat satu market center, tetapi dua atau lebih pusat dimana petani dapat
menjual komoditinya.
2. Topografis
Kondisi topografi dan kesuburan tanah tidak selalu sama, pada dasarnya kondisi ini selalu berbeda untuk tiap-tiap
wilayah pertanian. Jadi untuk hasil pertanian yang akan diperoleh juga akan berbeda pula.
3. Biaya Transportasi
Keseragaman biaya transportasi ke segala arah dari pusat kota yang sudah tidak relevan lagi, karena tergantung
dengan jarak pemasaran dan bahan baku, dengan kata lain tergantung dengan biaya transportasi itu sendiri (baik
transportasi bahan baku dan distribusi barang).
4. Petani tidak semata-mata ‘profit maximization’
Petani yang berdiam dekat dengan daerah perkotaan mempunyai alternatif komoditas pertanian yang lebih banyak
untuk diusahakan. Sedangkan petani yang jauh dari perkotaan mempunyai pilihan lebih terbatas.
Teori Von Thunen ini dapat digunakan sebagai dasar pendekatan pengembangan wilayah kawasan perbatasan,
khususnya melalui pengembangan transportasi. Wilayah kawasan perbatasan di Indonesia umumnya merupakan
wilayah yang memiliki jarak paling jauh dari pusat kota dan berfungsi sebagai penyedia bahan baku. Berdasarkan teori
ini, kegiatan ekonomi/produksi yang paling cocok untuk wilayah ini adalah kegiatan ekonomi/produksi komoditas yang
paling efisien (dihitung menurut besaran biaya produksi dan biaya transportasi) jika berada di dekat penyedia bahan
baku dan jauh dari market (pusat kota). Contohnya seperti kegiatan produksi komoditas ekstraktif (barang tambang)
dan peternakan. Pengembangan transportasi untuk mendukung kegiatan ekonomi/produksi ini adalah dengan
membangun infrastruktur transportasi yang menghubungkan antara penyedia bahan baku dengan market (pusat
kota).
2. 3. 8. 2 Teori Lokasi Industri
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos
yang paling minimum, dengan asumsi sebagai berikut:
1) Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.
2) Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
3) Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR).
4) Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5) Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
6) Terdapat persaingan antarkegiatan industri.
7) Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
Teori lokasi yang dikemukakan oleh Alfred Weber berawal dari tulisannya yang berjudul Uber den Standort der
Industrien pada tahun 1909. Prinsip teori Weber adalah :
“ bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau
minimal (least cost location) “.
Asumsi Weber yang bersifat prakondisi antara lain :
1) Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.
2) Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
3) Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR).
4) Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5) Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
6) Terdapat persaingan antarkegiatan industri.
7) Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
Weber menyusun model yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle). Menurut Weber, untuk
menentukan lokasi industri ada tiga faktor penentu yaitu :
Material.
Konsumsi.
Tenaga Kerja.
M = pasar
P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
Gambar
(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.
(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.
Ketiga faktor di atas oleh Weber diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Weber juga masih mengajukan
beberapa asumsi lagi yaitu :
Hanya tersedia satu jenis alat transportasi.
Lokasi pabrik hanya ada di satu tempat.
Jika ada beberapa macam bahan mentah maka sumbernya juga berasal dari beberapa tempat.
Biaya transportasi menurut Weber tergantung dari dua hal pokok yaitu bobot barang dan jarak yang harus ditempuh
untuk mengangkutnya.
2. 3. 8. 3 Teori Lokasi Pada Simpul
2. 3. 8. 4 Teori Lokasi Pasar
2. 3. 8. 5 Teori Tempat Sentral
Christaller dengan model tempat sentral (central lace model) mengemukaka bahwa tanah yang positif adalah tanah
yang mendukung pusat kota. Pusat kota tersebut ada karena untuk berbagai jasa penting harus disediakan
tanah/lingkungan sekitar. Secara ideal maka kota merupakan pusat daerah yang produktif.
Teori tempat pusat (Central Place Theory) dari Walter Christaller (1933). Christaller pertama kali mempublikasikan
studinya yang berkaitan dengan masalah tentang bagaimana menentukan jumlah, ukuran dan pola penyebaran kota-
kota. Asumsi-asumsi yang dikemukakan antara lain :
Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam.
Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata.
Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transpor dan komunikasi yang merata.
Jumlah penduduk yang ada membutuhkan barang dan jasa.
Prinsip yang dikemukakan oleh Christaller adalah :
Range.
Adalah jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktivitas pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau
barang. Misalnya seseorang membeli baju di lokasi pasar tertentu, range adalah jarak antara tempat tinggal orang
tersebut dengan pasar lokasi tempat dia membeli baju. Apabila jarak ke pasar lebih jauh dari kemampuan jangkauan
penduduk yang bersangkutan, maka penduduk cenderung akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang lebih
dekat.
Threshold.
Adalah jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk menunjang kesinambungan pemasokan
barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperlukan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang
(spatial population distribution).
Dari komponen range dan threshold maka lahir prinsip optimalisasi pasar (market optimizing principle). Prinsip ini
antara lain menyebutkan bahwa dengan memenuhi asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat
pusat (central place). Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barng dan jasa bagi penduduk sekitarnya. Apabila sebuah
pusat dalam range dan threshold yang membentuk lingkaran, bertemu dengan pusat yang lain yang juga memiliki
range dan threshold tertentu, maka akan terjadi daerah yang bertampalan. Penduduk yang bertempat tinggal di
daerah yang bertampalan akan memiliki kesempatan yang relatif sama untuk pergi kedua pusat pasar itu.
Keterbatasan system tempat pusat dari Christaller ini meliputi beberapa kendala, antara lain :
Jumlah penduduk.
Pola aksesibilitas.
Distribusi.
Perubahan penduduk yang besar akan menjadikan pola tidak menentu terhadap pola segi enam yang seyogyanya
terjadi. Keterbatasan aksesibilitas transportasi ke suatu wilayah akan menjadi ke-bias-an pola segi enam, terutama bila
terdapat keterbatasan fisik wilayah. Dalam kenyataannya, konsumen atau masyarakat tidak selalu rasional dalam
memilih barang atau komoditi yang diinginkan. Berikut di bawah ini gambar sistem segi enam Christaller.
2. 3. 8. 6 Teori Kutub Pertumbuhan
Teori kutub pertumbuhan pertama kali diperkenalkan oleh ekonomom Perancis yaitu Perroux pada tahun 1950 dengan
teorinya pole de croisanse, yang menyatakan pertumbuhan tidak muncul di setiap tempat secara simultan dan
serentak (Arsyad, 1999: 147). Pertumbuhan itu muncul di kutub-kutub pertumbuhan diciptakan dan memiliki intensitas
yang berbeda yang disebut pusat pertumbuhan. Kutub pertumbuhan regional terdiri dari satu kumpulan industri-
industri yang mengalami kemajuan dan saling berhubungan, serta cenderung menimbulkan aglomerasi yang
disebabkan oleh adanya faktor-faktor ekonomi eksternal. Faktor-faktor eksternal itu seperti turunnya biaya produksi,
pembangunan pasar bagi pekerja urban dan akses pasar yang lebih besar (Soepono, 1999: 12).
Inti dari teori Perroux ini adalah sebagai berikut:
1. dalam proses pembangunan akan muncul industri unggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam
pembangunan suatu daerah karena keterkaitan antara industri (forward linkage dan backward linkage), maka
perkembangan industri unggulan akan mempengaruhi perkembangan industri lainnya yang berhubungan erat dengan
industri unggulan tersebut;
2. pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, karena pemusatan industri akan
menciptakan pola konsumsi yang berbeda antardaerah sehingga perkembangan industri di daerah akan
mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainnya;
3. perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (industri unggulan) dengan industri-
industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat pertumbuhan. Daerah yang
relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif. Diharapkan dari ide ini adalah munculnya
trickle down effect dan spread effect.
Growth pole merupakan potensi perkembangan bagi unsur-unsur ekonomi yang ada dan dapat menarik unsur-unsur
ekonomi yang tidak ada, sehingga dapat menimbulkan permulaan suatu proses perkembangan. Berdasarkan alasan
tersebut growth pole sering dijadikan peralatan kebijakan ekonomi terutama pada negara-negara yang sedang
berkembang.
2. 3. 8. 7 Teori Urban Land Rent
Barlow (1978:75) menggambarkan hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara berbagai
kompetisi penggunaan kegiatan sektor yang komersial dan strategis mempunyai land rent yang tinggi, sehingga sektor
tersebut berada pada kawasan strategis mempunyai land rent yang tinggi, sehingga sektor tersebut berada pada
kawasan strategis, sebaliknya sektor yang kurang mempunyai nilai komersial maka nilai rentnya semakin kecil. Land
rent diartikan sebagai locational rent.
Lahan termasuk didalamnya lahan sawah, dalam kegiatan produksi merupakan salah satu faktor produksi tetap.
Barlow mengemukakan bahwa nilai rent sumber daya lahan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Sewa kontrak (contract rent)
2. Sewa lahan (land rent)
3. Nilai rent ekonomi dari lahan (Economic rent)
4. Teori mengenai nilai lahan sudah ada sejak abad 19. Tokoh yang pertama kali
mencetuskan teori mengenai nilai lahan Perkotaan adalah David Ricardo (1821) dalam bukunya “Principle of Political
Economy and Taxation”. Teori Ricardo merujuk pada sewa lahan (land rent) yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan
tanah dan mengabaikan faktor lokasi dari pusat kota.Selanjutnya teori nilai lahan dikembangkan oleh Von Thunen
(1826). Von Thunen menyatakan
bahwa pola penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya transportasi yang dikaitkan dengan jarak dan sifat barang
dagangan khususnya hasil pertanian. Von Thunen mengkondisikan ada.empat hal yang harus dipenuhi, yaitu : (1)
isolated state; (2) uniform plain; (3) “transportation costs” berbanding lurus dengan jarak; dan (4) maximise profits
(Yunus, 2002 : 90 - 91). Dari sinilah maka muncul istilah “Location Rent”. Teori Von Thunen ini memiliki banyak
kekurangan, yang antara lain bahwa semua kota tidak memiliki kondisi fisik lingkungan yang sama (uniform plain).
Sehingga kota akan memiliki pola penggunaan lahan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik wilayahnya.
Berdasarkan kekurangan di atas, maka William Alonso (1964) mengembangkan teori
yang lain dengan mencetuskan Teori Bid Rent. Alonso juga mengemukakan empat asumsi yaitu : (1) one center; (2)
flat, features less plain; (3) biaya transportasi sebanding dengan jarak; dan (4) adanya highest bidder sehingga
dimungkinkan terjadinya free market competition. Teori ini menggunakan konsep dasar sewa ekonomi (economic rent),
yang isinya sebenarnya hampir sama dengan Teori Von Thunen, hanya saja Teori Von Thunen dititikberatkan pada
suatu kota atau daerah pertanian, sedangkan Alonso mendeskripsikan kota secara umum. Seperti teori –teori
sebelumnya, teori Alonso ini pun juga ada kekurangannya. Salah satu kekurangannya adalah bahwa suatu kota tidak
hanya memiliki satu pusat saja. Hal ini dikarenakan aktivitas kota sangatlah kompleks, dan tidak mungkin semuanya
berada di pusat kota, misalnya aktivitas industri. Yang
kedua adalah pada suatu kota pasti ada pihak atau badan yang memiliki hak monopoli atas sewa tanah sehingga
asumsi keempat Alonso tidak berlaku untuk keadaan seperti ini.
Teori ini selanjutnya dikembangkan oleh Ratcliff berdasar pada ide bahwa pusat kota
dianggap sebagai suatu tempat yang memiliki aksesibilitas terbesar dan dari pusat kota nilai lahan akan menurun
secara teratur ke arah luar sampai pada pinggiran kota. Namun setelah diterapkan di Kota Topeka Kansas, teori ini
mengalami banyak penyimpangan. Penyimpangan tersebut diantaranya adalah bahwa nilai lahan di lokasi-lokasi
tertentu yang merupakan perpotongan antara radial road dengan ring road (mini peaks) akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan lokasi lain di dekat pusat kota. Yang kedua adalah bahwa harga lahan kurang mencerminkan
fungsi jarak dari pusat kota. Harga lahan adalah penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam
satuan uang untuk satuan luas pada pasaran lahan (Drabkin, 1977 : 169). Harga lahan sulit untuk digunakan sebagai
pembanding karena transaksi jual beli lahan terjadi di tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda (Drabkin, 1977 :
48).
Penyimpangan inilah yang membuat B.J. Berry membantah teori Ratcliff dan
membuktikan penyimpangan tersebut. Ratcliff menyatakan bahwa memang benar pada kota-kota kecil, gambaran ideal
tentang “distance decay principle from the center” untuk nilai lahan masih bisa dilihat dengan jelas bahwa terdapat
degradasi yang teratur mengenai nilai lahan dari pusat kota ke daerah pheryperi. Namun untuk kota-kota besar
ternyata kondisinya sangatlah berbeda. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh jaringan transportasi. Lokasi
perpotongan jaringan
transportasi terutama radial road dan ring road, meskipun tidak berada di pusat kota, menurut Berry akan memiliki nilai
lahan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lokasi yang lebih dekat dengan pusat kota. Perpotongan ring road
dan radial road tersebut dinamakan mini peaks (puncak kecil), sedangkan grand peak tetap berada di pusat kota
dengan nilai lahan paling tinggi. Teori Berry ini terkenal dengan Circus Tend. Teori Berry secara ringkas menyatakan
bahwa pola nilai
lahan dari pusat kota akan semakin menurun ke arah pinggiran, namun pada titik-titik tertentu yang disebut mini peaks
(puncak kecil), pola tersebut akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh adanya perpotongan
antara ring road dan radial road.
2. 3. 9 Teori Pertumbuhan Pusat Kota
2. 3. 9. 1 Teori Sektor
Teori ini dikemukakan oleh Humer Hyot (1939), menyatakan bahwa perkembangan kota terjadi mengarah melalui jalur-
jalur sektor tertentu. Sebagian besar daerah kota terletak beberapa jalur-jalur sektor dengan taraf sewa tinggi,
sebagian lainnya jalur-jalur dengan tarif sewa rendah yang terletak dari dekat pusat kearah pinggiran kota. Dalam
perkembangannya daerah-daerah dengan taraf sewa tinggi bergerak keluar sepanjang sektor atau dua sektor tertentu
(Spillane dan Wan, 1993:19).
Menurut Humer Hyot kecenderungan pendudk untuk bertempat tinggal adalah pada daerah-daerah yang dianggap
nyaman dalam arti luas. Nyaman dapat diartikan dengan kemudahan-kemudahan terhada fasilitas, kondisi lingkungna
baik alami maupun non alami yang bersih dari polusibaik fiskal maupun nonfiskal, prestise yang tinggi dan lain
sebagainya.
Gambar 2.2 Teori sektor ( Hammer Hyot )
Sumber: (Yunus,2000:26)
Keterangan :
1) Daerah Pusat Bisnis
2) Daerah Industri ringan dan perdagangan
3) Daerah pemukiman kelas rendah
4) Daerah pemukiman kelas menengah
5) Daerah pemukiman kelas tinggi
2. 3. 9. 2 Teori Pusat Ganda
2. 3. 9. 3 Teori Konsentrik
Teori konsentrik yang diciptakan oleh E.W. Burgess ini didasarkan pada pengamatanya di Chicago pada tahun 1925,
E.W. Burgess menyatakan bahwa perkembangan suatu kota akan mengikuti pola lingkaran konsentrik, dimana suatu
kota akan terdiri dari zona-zona yang konsentris dan masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe
penggunaan lahan yang berbeda.
Gambar 2.1 Teori Konsentrik
Sumber: (Yunus 2000:15)0
Keterangan :
1) Daerah pusat bisnis atau The Central Bussiness District (CBD)
2) Daerah Transisi atau The Zone of Transition
3) Daerah pemukiman para pekerja atau The Zone of Workkingmen’s homes
4) Daerah tempat tinggal golongan kelas menengah atau The Zone of Middle Class Develiers
5) Daerah para penglaju atau The Commuters Zone
2.4. Utopianism
Pandangan yang mendasarkan perencanaan kota pada kondisi ideal, kondisi yang diimpikan; fantasi; khayalan yang
sulit diwujudkan.
Kota dibangun dengan berbagai bentuk sesuai peruntukannya; pertumbuhan kota ke arah vertikal.
Dibentuk oleh pemikiran para visioner yang hingga sekarang tetap berupa gagasan karena tidak mencoba mengerti
masalah kehidupan perkotaan yang nyata.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebaagai berikut :
1. Teori perencanaan berkembang akibat adanya degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh revolusi industri.
2. Perencanaan sendiri telah banyak berkembang sejak pertama kali dicetuskan oleh Patrick Geddes. Konsep Kota
Industri yang dicetuskan oleh Geddes menjadi dasar teori-teori perencanaan yang berkembang
3. Reformasi lingkungan dalam perencanaan kota melahirkan konsep-konsep teori perencanaan yang berasakan
lingkungan diantaranya konsep Garden City ( E. Howard), Boadacre City (F. Loyd) dan Kota Modern (Corbuiser).
4. Munculnya Konsep Kota Modern yang dicetuskan oleh Corbuiser menyebabkan beberapa aliran yang berkembang
diantaranya urbanism, anti urbanism, new urbanism, urban psicology dan neighborhood unit.
Daftar Pustaka
I. Emerging Concepts in Urban Space Design (Broadbent; 1990).
II. Planning and Urban Design Standarts (Frederick R. Steiner and Kent Butler)
III.
http://geografi.ums.ac.id/ebook/perenc_kota/book_konsep%20perencanaan%20Strategis/konsep_perenc_strategis.pdf
IV. http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2008/09/06/%E2%80%9C-advocacy-and-pluralism-in-
planning%E2%80%9D/
V. http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg21202.html
VI. http://utubuin.blogspot.com/2010/04/teori-perancangan-kota.html
VII. http://www.penataanruang.net/ta/Lapdul04/P5/BisnisIntiKAPET/Bab3.pdf
VIII. http://www.scribd.com/doc/58234275/13/Teori-Basis-Ekonomi-Economic-Base-Theory
IX. http://ppwunhas.irsyadi.com/berita_detail.php?recordID=8
Diposkan 30th November 2011 oleh Rizki Adriadi Ghiffari
Label: Teori Perencanaan
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Google Account
Publikasikan
Pratinjau
0 Add a comment