Upload
dwi-andriyanto
View
672
Download
11
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN RESMI MODUL III
BIOMECHANIC AND MANUAL MATERIAL HANDLING
LABORATORIUM ERGONOMI DAN PERANCANGAN
SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2014-2015
LA
PO
RA
N R
ES
MI
PR
AK
TIK
UM
ER
GO
NO
MI
PE
RIO
DE
SE
ME
ST
ER
GA
SA
L 2
014
KELOMPOK 26
NAMA : DWI ANDRIYANTO
AYU RAHMAWATI
ACHMAD AGUNG F.
NIM : 130421100011
130421100043
130421100077
SHIFT : 04
ASISTEN : DWI ATIKA MEIRINA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia industri saat ini sangat berkembang, berkembangnya dunia industri
mempunyai banyak faktor penting, salah satu faktornya adalah dunia industri
membutuhkan karyawan yang bagus dalam segala aspek, contohnya kecerdasan dan
fisik setiap karyawan. Kekuatan fisik setiap karyawan sangat penting agar para pekerja
tidak mengalami kelelahan pada saat bekerja, misalnya mengangkat beban hasil
produksi perusahaan. Dalam melakukan aktivitas pekerjaan yang sangat banyak, kita
membutuhkan kekuatan fisik pekerja dalam menunjang keselamatan dan keamanan
pekerja. Agar fisik pekerja tidak mengalami kelelahan, selamat dan aman. Dapat
didukung menggunakan perhitungan biomekanika. Biomekanika merupakan suatu
aplikasi dari mekanika teknik untuk menganalisa sistem kerangka otot manusia. Dengan
biomekanika dapat dianalisa apakah sikap atau posisi kerja seseorang dapat memberikan
resiko cidera. Sehingga diharapkan resiko cidera pada seseorang dapat dicegah
(Nurmianto, 2008).
Dalam perhitungan biomekanika terdapat berbagai macam, salah satunya
perhitungan adalah Action Limit merupakan kelanjutan tindakan untuk mengantisipasi,
mencegah dan mengkoreksi proses produksi yang tidak sesuai dan memastikan bahwa
proses tersebut tidak berulang. Dan Maximum Permissible Limit (MPL) merupakan
batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam stauan
newton yang distandarkan oleh NIOSH pada tahun 1981 (Siska, 2012)
Dalam praktikum ergonomi modul 3 tentang Biomechanic and Manual Material
Handling, kita telah memilih satu operator. Pertama kita mengukur tinggi dan berat
beban operator. Lalu melakukan percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL
dan MPL. Dan juga melakukan percobaan untuk perhitungan RWL dan LI. Kemudian
operator akan mengangkat beban seberat 10 kg. Lalu kita mengukur posisi awal beban
dan posisi akhir beban. Setelah itu kita menghitung frekuensi bimekanika atau kekuatan
fisik dari operator.
2.1 Tujuan Praktikum
Berikut merupakan tujuan umum dan tujuan khusus dari praktikum biomekanika,
yaitu:
2.1.1. Tujuan Umum
Berikut merupakan tujuan khusus dari parktikum biomekanika, yaitu:
1. Praktikan mampu memahami konsep-konsep dasar ergonomi.
2. Praktikan dapat memahami dan menerapkan antropometri dalam perancangan
produk.
3. Praktikan dapat menghitung dan mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan
aktivitas kerja.
2.1.2 Tujuan Khusus
Berikut merupakan tujuan khusus dari praktikum biomekanika, yaitu:
1. Mampu menghitung besar gaya dan momen pada setiap segmen tubuh manusia saat
mengangkat beban.
2. Mampu menghitung besarnya gaya kompresi pada disc yang terletak di antara
lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1).
3. Mampu menganalisa postur kerja dengan metode REBA dan OWAS.
4. Mampu mengukur faktor-faktor yang terkait dengan perhiutungan AL dan RWL.
5. Mampu menghitung besaran AL, MPL, RWL dan LI.
6. Mampu menentukan apakah suatu pekerjaan penanganan bahan termasuk kategori
aman, berpotensi menimbulkan cidera atau membahayakan bagi operator atau
subjek berdasarkan metode REBA, OWAS, RWL dan LI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Biomekanika
Menurut Nurmianto (2008), biomekanika merupakan suatu aplikasi dari mekanika
teknik untuk menganalisa sistem kerangka otot manusia. Dengan biomekanika dapat
dianalisa apakah sikap atau posisi kerja seseorang dapat memberikan resiko cidera.
Sehingga diharapkan resiko cidera pada seseorang dapat dicegah.
Konsep biomekanika pada dasarnya sama dengan mekanika. Karena biomekanika
merupakan aplikasi dari mekanika. Sehingga pada biomeknika dipelajari juga dua
cabang mekanika yaitu statika dan dinamika.
Statika digunakan untuk meneliti sistem yang tidak bergerak atau bergerak pada
kecepata konstan. Pada kasus ini, sistem yang statis dianggap dalam keadaan seimbang.
Pada statika juga dikenal istilah equilibrium, yaitu keadaan seimbang dimana tidak ada
percepatan.
Dalam suatu sistem kerja, konsep biomekanika dapat diterapkan pada berbagai
jenis pekerjaan. Diantaranya adalah dapat digunakan menganalisa sikap duduk pada
pekerja kantor, manual material handling. Khusus pada manual material handling
dibutuhkan suatu sikap kerja yang meminimalisir resiko pada disc yang terletak di
antara lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1) pada ruas tulang belakang.
2.2. Pemodelan Biomekanika
Menurut Santoso (2008), pemodelan biomekanika ini dikembangkan untuk
memperkirakan gaya serta momen yang digunakan tubuh saat pergerakkan, model ini
juga memperkirakan postur tubuh saat seseorang melakukan aktivitas yang beresiko
menyebabkan cedera musculoskeletal, dalam pengembangannya model biomekanika
dapat dibedakan menurut tipe analisis gerakannya yaitu statis dan dinamis, sedangkan
analisis gaya pada model tersebut dapat melalui pendekatan dua dimensi atau tiga
dimensi. Pemodelan gerakan tubuh manusia dapat digolongkan berdasarkan pendekatan
yang diambil :
1. Pendekatan teori yang menggunakan basis pengetahuan dalam bidang fisiologi,
mekanika, dan robotika untuk merancang persamaan matematika yang
memberikan simulasi gerakan tubuh manusia. Selanjutnya dapat dipelajari dengan
simulasi menggunakan model tersebut dan hasilnya dibandingkan dengan data asli
yang diukur dari tubuh manusia.
2. Pengukuran secara langsung mendapatkan model yang
representatif menggambarkan hibungan antar variabel dalam gerakan tubuh
manusia. Kedua pendekatan ini akan bertemu, utamanya bila sebuah studi gerakan
tubuh manusia diarahkan pada aplikasi tertentu, misalnya analisa patologi maupun
rehabilitasi dari suatu kelumpuhan tertentu.
2.3 Pengukuran Kerja Biomekanika
Dalam pengukuran biomekanika terdapat berbagai macam pengukuran, antara
lain:
2.3.1 Disc L5/S1 Dalam Aktivitas Pengangkatan
Menurut Mulyaningrum (2009), disc berfungsi sebagai peredam getaran pada
saat tubuh bergerak baik pada saat translasi dan rotasi. Sedangkan disc L5/S1
merupakan pengertian dari lumbar 5 dan sacrum 1, bagian ini merupakan titik rawan
dalam sistem rangka. Analisa dari berbagai macam pekerjaan yang menunjukkan rasa
nyeri (ngilu) berhubungan erat dengan beban kompresi (tekan) yang terjadi pada
(L5/S1). (Chaffin and Park, 1973)
Pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang
distandarkan oleh NIOSH (National Instiute of Occupational Safety and Health) tahun
1981. Besar gaya tekannya adalah di bawah 6500 N pada L5/S1. Sedangkan batasan
gaya angkatan normal (the Action Limit) sebesar 3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila
Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL (perlu hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya).
Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan , yang direkomendasikan NIOSH
(1991) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pd L5/S1 , namun hanya 1%
wanita dan 25% pria yang diperkirakan mampu melewati batasan angkat ini.
Perlu diperhatikan bahwa nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur
atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi.
Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan (compression load)
pada intebral disc antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1).
Telah ditemukan pula bahwa 85-95% dari penyakit hernia pada disc terjadi
dengan relatif frekuensi pada L4/L5 dan L5/S1. Kebanyakan penyakit-penyakit tulang
belakang adalah merupakan hernia pada intervertebral disk yaitu keluarnya inti
intervertebral (pulpy nucleus) yang disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus
intervertebral disk. Karena pada bagian disc L5/S1 terdapat selaput yang berisi cairan
yang dapat pecah jika beban terlalu besar. Jika disc pecah maka berpotensi mengalami
kelumpuhan.
2.3.2 Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL)
Menurut Purwaningsih (2007), Action Limit merupakan kelanjutan tindakan
untuk mengantisipasi, mencegah dan mengkoreksi proses produksi yang tidak sesuai
dan memastikan bahwa proses tersebut tidak berulang. Untuk menghitung AL dan
MPL hanya diperlukan untuk mengetahui berat obyek yang diangkat, lokasi beban
yang berhubungan dengan pekerja, jarak dan frekuensi angkat, dan durasi dari
kegiatan mengangkat.
Menurut Purwaningsih (2007), Maximum Permissible Limit (MPL) merupakan
batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1 dari kegiatan pengangkatan dalam
satuan newton yang distandarkan oleh NIOSH pada tahun 1981. Besar gaya
maksimum tekannya (MPL) adalah dibawah 6500 N pada L5/S1. Sedangkan batasan
gaya angkatan normal (Action Limit) sebesar 3500 N pada L5/S1. Sehingga:
1. Fc<AL dikategorikan aman
2. AL<Fc<MPL dikategorikan perlu hati-hati, dan
3. FC<MPL dikategorikan berbahaya
Evan dan Lisner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan penelitian dengan uji
tekan pada spine (tulang belakang). Mereka menemukan bahwa tulang belakang yang
sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan
oleh beban yang ditanggung oleh segmen tulang belakang (spinal) dan yang terjadi
dengan diawali oleh rusaknya bagian atas/bawah segmen tulang belakang (the
castingend-plates in the vertebrae).
Dalam biomekanika perhitungan guna mencari momen dan gaya dapat dilakukan
dengan cara menghitung gaya dan momen secara parsial atau menghitung tiap segmen
yang menyusun tubuh manusia. Besaran AL dapat dihitung dengan rumus :
AL = k x HF x VF x DF x FF (1)
Keterangan :
k = load constant, konstanta beban yang besarnya : 40 kg
HF = horizontal factor, faktor horizontal yang besarnya : 15/H
VF = vertical factor, faktor vertikal yang besarnya : 0,004 V-75
DF = distance factor, faktor jarak yang besarnya : 0,7+7,5 D
FF = frequency factor, faktor frekuensi yang besarnya : 1-F/Fmax
H = jarak antara titik berat beban dan titik tengah antara kedua mata kaki pada titik
awal pengangkatan
V = jarak beban dari lantai pada titik awal pengangkatan
D = jarak perpindahan vertikal beban
F = frekuensi rata-rata aktivitas pengangkatan
2.3.3 Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI)
Menurut Siska (2012), perhitungan nilai Recommended Weight Limit (RWL)
apabila telah diperoleh batas-batas pengangkatan yang dianjurkan sesuai dengan nilai
berat beban diangkat, RWL orgin dan RWL destination. Pada jenis pekerjaan
keempat, apabila terdapat nilai RWL destination yang melebihi batas dari nilai RWL
destination yang dianjurkan, maka perlu adanya perubahan dari konstanta beban dan
faktor-faktor pengali yaitu pengali horizontal faktor pengali vertikal, faktor pengali
jarak, faktor pengali frekuensi, faktor pengali asimetri, faktor pengali kopling.
Sedangkan untuk jenis pekerjan lainnya telah sesuai dengan batas yang dianjurkan
nilai RWL. Dapat diketahui rumus fungsi dari RWL adalah sebagai berikut:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM (2)
Keterangan :
LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan
HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horisontal
VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal
DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan
AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik
FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
Menurut Siska (2012), perhitungan nilai Lifting Index (LI) merupakan
perbandingan antara berat beban dengan nilai RWL, dimana persamaannya sebagai
berikut:
LI = RWL/L (3)
Dimana L = Berat
Apabila LI < 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang. Jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang
belakang. Dalam tubuh manusia terdapat tiga jenis gaya, yaitu:
1. Gaya Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen tubuh
manusia dengan arah ke bawah. Besar gayanya adalah massa dikali percepatan
gravitasi ( F = m.g )
2. Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat
segmen tubuh itu sendiri.
3. Gaya otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan
besarnya momen otot.eban yang akan dipindahkan.
2.3.4 REBA
Menurut Budiman (2006), metode Rapid Entery Body Assesment (REBA)
merupakan metode yang dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur seorang
pekerja. Adapun input yang digunakan dalam aplikasi metode REBA merupakan
pengambilan data postur pekerja menggunakan handicam, penentuan sudut pada
batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan.
Metode ini telah diaplikasikan pada aktivitas dan metode REBA juga tepat untuk
menganalisa aktivitas MMH (Material Manual Handling) yang dominan
menggunakan tubuh bagian atas karena tubuh bagian atas dianalisa secara detail.
Untuk menghitung level resiko posisi kerja usulan berdasarkan REBA adalah
menghitung posisi kerja usulan berdasarkan metode REBA. Lalu dapat kita ketahui
apakah posisi kerja usulan berada pada level yang lebih baik dari pada level
sebelumnya.
2.3.5 OWAS
Menurut Budiman (2006), metode OWAS telah diaplikasikan pada tahun tujuh
puluhan di perusahaan besi baja di Finlandia. Institute of Occupational Health
menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi duduk dan berdiri. Metode ini
juga telah digunakan untuk menganalisis postur di Indonesia, dengan menggunakan
OWASCA (OWAS Computer-Aided), yakni metode OWAS yang diintegrasikan
dengan komputer. Analisis dilakukan pada seluruh bagian tubuh pada posisi duduk
dan berdiri. Input metode OWAS adalah sebagai berikut :
1.Data postur punggung
2.Data postur lengan.
3.Data postur kaki
4.Data berat beban yang diangkat.
Metode OWAS telah diaplikasikan di Malaysia untuk merancang stasiun kerja.
Hasil dari perancangan stasiun kerja dengan metode OWAS dapat mengurangi posisi
kerja yang berbahaya dari 80% menjadi 66%.
OWAS menganalisis postur seluruh tubuh namun tidak secara detail, faktor sudut
yang dibentuk oleh postur pada aktivitas MMH (Material Manual Handling) tidak
diperhatikan, pemakaian tenaga otot statik atau repetitif juga belum dianalisis. Hal
tersebut merupakan kekurangan metode OWAS.
2.4 Manual Material Handling (MMH)
Menurut Wignjosoebroto (1996), pengertian Material Manual Handling (MMH)
merupakan seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving),
pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari
material dengan segala bentuknya.
Selama ini pengertian Manual Material Handling (MMH) hanya sebatas pada
kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal. Padahal kegiatan
MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada kegiatan pushing dan
pulling di dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di
dalam industri antara lain:
1. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask)
2. Kegiatan pengantaran benda (Carying Task)
3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task)
4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task)
Metode yang dipakai dalam MMH antara lain RWL dan LI. RWL merupakan
persamaan pembebasan yang direkomendasikan oleh NIOSH (National Institude
Ochupational Safety and Health) pada tahun 1991 di Amerika Serikat. RWL adalah
batas beban yang dapat dipindahkan oleh pekerja industri dalam jangka waktu tertentu
(tidak lebih dari 8 jam) tanpa menimbulkan resiko terjadinya cedera tulang belakang.
Persamaan NIOSH berlaku pada keadaan:
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan, ataupun
pengurangan beban di tengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
3. Pengangkatan atau penurunan beban dilakukan dalam jangka waktu maximal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan beban tidak boleh dilakukan saat duduk/berlutut.
5. Tempat kerja tidak sempit.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Peralatan Praktikum
Berikut merupakan peralatan yang digunakan dalam praktikum biomekanika,
yaitu:
1. Beban
2. Timbangan badan
3. Penggaris
4. Kamera
5. Stopwatch
6. Meja kerja
7. Conveyor
8. Lembar pengamatan (Checksheet)
3.2 Subjek Percobaan
Berikut merupakan data normal dari subjek percobaan praktikum biomekanika,
yaitu:
1. Nama Operator : Ayu Rahmawati
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tinggi Badan : 156 cm / 1,56 m
4. Berat badan : 40 kg / 400 N
5. Berat beban : 10 kg
6. Uraian posisi yang didapatkan :
Posisi 1 : 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh
di depan dada)
Posisi 2 : 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan
dada)
3.3 Prosedur Kerja
Berikut merupakan prosedur kerja dalam praktikum biomekanika, yaitu:
Percobaan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu: pekerjaan pengangkatan untuk
analisis gaya dan momen yang bekerja pada setiap segmen tubuh dan pekerjaan
pengangkatan untuk perhitungan indeks pengangkatan (lifting index).
a. Percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL dan MPL
Berikut merupakan prosedur percobaan untuk analisis gaya dan momen serta AL
dan MPL, yaitu:
1. Siapkan beban dengan berat 10 kg dan 15 kg.
2. Lakukan percobaan mengangkat beban dengan 3 postur tubuh berbeda di antara
postur-postur berikut ini:
Posisi 1 : 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh
di depan dada)
Posisi 2 : 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan
dada)
3. Ambil gambar operator pada setiap postur saat sedang mengangkat beban.
4. Lakukan pencatatan atau perhitungan data-data yang diperlukan untuk analisis gaya
dan momen serta Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL), seperti:
a. Berat beban
b. Jarak sumbu pikul ke pusat massa beban
c. Sudut inklinasi badan terhadap relatif terhadap horisontal
d. Sudut inklinasi kaki terhadap horisontal
e. Berat badan yang ditanggung (di atas) disc L5/S1
f. Luas diafragma perut
g. Jarak dari gaya perut ke L5/S1
i. Jarak dari otot spinal erector ke L5/S1, dll.
b. Percobaan untuk perhitungan RWL dan LI
Berikut merupakan prosedur percobaan untuk perhitungan RWL dan LI, yaitu:
1. Siapkan 2 beban dengan berat 10 kg dan 15 kg, dengan kemudahan handling baik dan
tidak baik.
2. Pilih 2 kombinasi dari faktor-faktor yang terdapat pada tabel 3.3.1
3. Lakukan percobaan, seorang operator memindahkan beban dari posisi awal ke posisi
akhir sebanyak 10 kali angkatan!
4. Ambil gambar operator pada setiap postur saat mengangkat beban, yaitu:
a. Saat mulai mengangkat beban di posisi awal beban,
b. Sedang mengangkat beban,
c. Saat meletakkan beban di posisi akhir beban.
5. Lakukan pencatatan data-data yang diperlukan untuk menghitung RWL dan LI,
seperti:
a. Berat beban
b. Jarak horisontal beban dari operator pada posisi awal
c. Jarak horisontal beban dari operator pada posisi akhir
d. Jarak vertikal beban dari lantai pada posisi awal
e. Jarak vertikal beban dari lantai pada posisi akhir
f. Sudut asimetri yang terbentuk selama memindahkan beban
g. Kategori pegangan
h. Waktu yang diperlukan, dll.
Tabel 3.3.1 Tingkat faktor-faktor pengali dalam percobaan
Vo1 Ho1 Vd1 Hd1 α1 C1
Vo2 Ho2 Vd2 Hd2 α2 C2
Sudut Asimetri Tubuh (α) Kategori pegangan
Titik Awal Titik Akhir
Ketinggian Jarak Ketinggian Jarak
Keterangan :
V0 = Jarak vertikal benda dari lantai pada titik awal pengangkatan
Vd = Jarak vertikal benda dari lantai pada titik akhir pengangkatan
H0 = Jarak horisontal benda dari subjek pada titik awal pengangkatan
Hd = Jarak horisontal benda dari subjek pada titik akhir pengangkatan
Mulai
Persiapan Alat
Praktikum
Identifikasi Masalah
Menentukan Tujuan
Praktikum
Melakukan Pengumpulan Data :
1. Mengukur tinggi badan dan berat badan
2. Melakukan pengukuran RWL / LI
3. Melakukan pengukuran AL / MPL
Pengolahan Data :
1. Melakukan perhitungan gaya dan momen
2. Metode RWL / LI
3. Metode AL / MPL
4. Metode REBA
5. Metode OWAS
Analisa dan Interprestasi Data
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Tahap Persiapan
Tahap Identifikasi
Tahap Pengumpulan
Data
Tahap Pengolahan
Data
Tahap Analisa dan
Interpretasi Data
Tahap Kesimpulan
dan Saran
3.4 Flowchart Prosedur Praktikum
Berikut merupakan flowchart prosedur praktikum biomekanika, yaitu:
Gambar 3.3.1 Flowchart prosedur praktikum biomekanika
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Pada praktikum tentang Biomechanics and Manual Material Handling didapatkan
data berupa tinggi dan berat badan operator.
4.1.1 Data Tinggi dan Berat Badan
Berikut merupakan tabel tentang nama, tinggi badan dan berat badan operator.
Tabel 3.4.2 Data Tinggi dan Berat Kelompok
4.1.2 Data Segmen Panjang Dan Segmen Berat
Untuk menentukan nilai panjang dan berat segmen tubuh dapat menggunakan
tabel berikut yang berisi tentang macam segmentasi tubuh dan nilai segmen panjang
dan segmen berat.
Tabel 3.4.3 Panjang Segmen Tubuh
(Sumber: Chaffin. D. B. dan Anderson, G.B.J., 1991 Occupational Biomechanics, Edition)
No Nama Operator Tinggi Badan (m) Berat Badan (kg)
1 Ayu Rahmawati 1.56 40
Tabel 3.4.4 Berat Segmen Tubuh
Dimana: *W = total berat badan (Kg)
(Sumber: Tayyaari F, dan Smith, J. L., 1997 Occupational Ergonomics: Prinsiples and
Applications)
Tabel 3.4.5 Pusat Massa Tubuh
Segmentasi Tubuh Pusat
Massa
Atas
Pusat
Massa
Bawah
(digunakan dalam contoh kerja)
Telapak Tangan 50,6% 49,4%
Lengan Bawah 43,0% 57,0%
Lengan Atas 43,6% 56,4%
Upper Limb 60,4% 39,6%
Paha 43,3% 56,7%
Betis 43,3% 56,7%
Kaki 42,9% 57,1%
(Sumber: Tayyari F, dan Smith, J. L., 1997 Occupational Ergonomics: Prinsiples and
Applications)
4.1.3 Data Pengali Frekuensi Dan Kopling
Pada data pengali frekuensi dan kopling untuk data RWL/LI dapat
menggunakan tabel berikut.
Tabel 3.4.6 Tabel Pengali Frekuensi
Frekuensi Durasi Kerja
Angkutan/mnt ≤ 1 jam 1 jam ≤ t ≤ 2 jam 2 jam ≤ t ≤ 8 jam
(F) V < 30 V ≥ 30 V < 30 V ≥ 30 V < 30 V ≥ 30
≤ 0,2 1,00 1,00 0,95 0,92 0,85 0,85
0,5 0,97 0,97 0,92 0,88 0,81 0,81
1 0,94 0,94 0,88 0,84 0,75 0,75
2 0,91 0,91 0,84 0,79 0,65 0,65
3 0,88 0,88 0,79 0,70 0,55 0,55
4 0,84 0,84 0,70 0,60 0,45 0,45
5 0,80 0,80 0,60 0,50 0,35 0,35
6 0,75 0,75 0,50 0,42 0,27 0,27
7 0,70 0,70 0,42 0,35 0,22 0,22
8 0,60 0,60 0,35 0,30 0,18 0,18
9 0,52 0,52 0,30 0,26 0,00 0,15
10 0,45 0,45 0,26 0,23 0,00 0,13
11 0,41 0,41 0,00 0,21 0,00 0,00
12 0.37 0.37 0,00 0,00 0,00 0,00
13 0 0,34 0,00 0,00 0,00 0,00
14 0,00 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00
15 0,00 0,28 0,00 0,00 0,00 0,00
> 15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
≥ 15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Keterangan:
Untuk frekuensi pengangkatan kurang atau hanya 1 kali dalam 5 menit
ditetapkan F = 2 Lift/mnt
Tabel 3.4.7 Tabel Pengali Kopling
Coupling V < 30 (inches) V > 30 (iches)
Type (75 Cm) (75 Cm)
Good 1,00 1,00
Fair 0,95 1,00
Poor 0,90 0,95
4.1.4 Data Faktor Level AL Dan RWL
Pada data faktor level AL dan RWL hanya menggunakan data dari kelompok
masing-masing.
Tabel 3.4.8 Tabel Data Faktor AL
Jarak (m) Ketinggian (m) Jarak (m) Ketinggian (m)
26 3 0.4 0.76 0.43 0.87 13
Kelompok PosisiPosisi awal beban Posisi akhir beban
Frekuensi
Tabel 3.4.9 Tabel Data Faktor RWL
4.2 Pengolahan data
Setelah mendapatkan data yang iperlukan berlanjut dengan pengolahan data dari
data tersebut.
4.2.1 Gaya dan Momen pada Setiap Segmen Tubuh
Berikut merupakan pengolahan data yang terdiri dari gaya dan momen pada
setiap segmen tubuh yaitu:
4.2.1.1 Posisi 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas
meja/beban lebih jauh di depan dada)
Gambar 3.4.2 Posisi 7 berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas meja/beban lebih jauh
di depan dada
H (m) V (m) H (m) V (m)
Baik 0.64 0.57 0.54 0.87 1.14 90
Buruk 0.66 0.56 0.5 1.08 1.13 0
A (o)
26
Kelompok PeganganPosisi awal Posisi akhir beban
Time (t)
173.6°
147.4°
98.2°
86.2°
3.8°
176.2°
113.3°
Tabel 3.4.10 Tabel Segmentasi dan Sudut Tubuh pada posisi 7
Segmen Tubuh Berat (N) Panjang (m) Pusat Massa (λ) Sudut (⁰)
Telapak Tangan 2.4 0.16848 49,4% 65.1
Lengan Bawah 6.8 0.22776 57,0% 58.5
Lengan Atas 11.2 0.29016 56,4% 65.2
Punggung 200 0.44928 39,6% 81.1
Paha 40 0.3822 56,7% 85.8
Betis 17.2 0.38376 56,7% 90
Kaki 5.6 0.23712 57,1% 21.2 a. Telapak tangan
∑Fy = 0
∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL1 = 0,16848 m
WH = 0,6% 𝑥 Wbadan
WH = 0,6% 𝑥 400 N
= 2,4 N
Fyw =W0
2+ WH
=100
2+ 2,4 N
= 50 + 2,4 N
= 52,4 N
Mw = Fyw 𝑥 SL1 𝑥 cos θ1
= 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 cos 65,1⁰
= 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 0,421
= 3,716736192 Nm
Dimana : W0 = gaya berat benda (N)
WH = gaya berat yang diterima tangan (N)
Fyw = resultan gaya (y)pada tangan (N)
Mw = resultan momen pada tangan (Nm)
SL1 = panjang tangan (m)
θ = sudut inklinasi tangan relatif terhadap horizontal (N)
Fxw
WH
SL1
Mw65.1°
b. Lengan bawah
∑Fy = 0
∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL2 = 0,22776 m
WLA = 1,7% 𝑥 Wbadan
= 1,7% 𝑥 400 N
= 6,8 N
Fye = Fyw + WLA
= 52,4 N + 6,8 N
= 59,2 N
Me = Mw + (WLA 𝑥 λ2 x SL2 𝑥 cosθ2) + (Fyw 𝑥 SL2 𝑥 cosθ2)
= 3,716736192 + (6,8𝑥57,0%𝑥0,22776𝑥cos58,50) +
(52,4 𝑥0,22776𝑥cos58,50)
= 3,716736192 + 0,46082043 + 6,229873728
= 10,40749035 Nm
c. Lengan atas
Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL3 = 0,29016 m
WUA = 2,8% 𝑥 Wbadan
= 2,8% 𝑥 400 N
= 11,2 N
Fys = Fye + WUA
SL2
Fye
Fxe
WLA
-Fxw
-Fyw
λ2
Me
-Mw
58.5°
Fys
Fxs
WUA
-Fxe
-Fye
SL3
λ3
Ms
-Me
65.2°
= 59,2 N + 11,2 N
= 70,4 N
Ms = Me + (WUA 𝑥 λ3 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3) + (Fye 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3)
= 10,40749035 + (11,2 𝑥 56,4% 𝑥 0,29016 𝑥 cos65,20) +
(59,2 𝑥 0,29016 𝑥 cos65,20)
= 10,40749035 + 0,743467915005 + 7.197360768
= 18,348319033005 Nm
d. Punggung
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL4 = 0,44928 m
WT = 50% 𝑥 Wbadan
= 50% 𝑥 400 N
= 200 N
Fyt = 2Fys + WT
= 2(70,4 N) + 200N
= 340,8 N
Mt = 2Ms + (WT 𝑥 λ4 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4) + (2Fys 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4)
= 2(18,348319033005 ) + (200 𝑥 39,6% 𝑥 0,44928 𝑥 cos81,10) +
(2(70,4) 𝑥 0,44928 𝑥 cos81,10)
= 36,69663806601 + 5,479778304 + 9,741828096
= 51,91824446601 Nm
-Fxs
-Fys
Fxt
SL4
λ4
-Ms
Mt
Fyt81.1°
WT
e. Paha
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL5 = 0,3822 m
Wth = 10% 𝑥 Wbadan
= 10% 𝑥 400 N
= 40 N
FyTh = Fyt + Wth
= 340,8 N + 40 N
= 380,8 N
Mth = 1/2Mt + (WT 𝑥 λ5 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5) + (1/2Fyt 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5)
=1
2(51,91824446601) + (200 𝑥 56,7% 𝑥 0,3822 𝑥 cos85,80) +
(1
2(340,8) 𝑥 0,3822 𝑥 cos85,80)
= 25,95912223 + 3,16392804 + 4,75426224
= 33,87731251 Nm
FyTh
FxTh
Wth
-Fxt
-Fyt
SL5
λ5SL5
Mth
-Mt
85.8°
f. Betis
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL6 = 0,38376 m
Wc = 4,3% 𝑥 Wbadan
= 4,3% 𝑥 400 N
= 17,2 N
Fyc = FyTh + Wc
= 380,8 N + 17,2 N
= 398 N
Mc = MTh + (Wc 𝑥 λ6 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6) + (FyTh 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6)
= 33,87731251 + (17,2 𝑥 56,7% 𝑥 0,38376 𝑥 cos900) +
(380,8 𝑥 0,38376 𝑥 cos900)
= 33,87731251 + 0 + 0
= 33,87731251 Nm
g. Kaki
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL7 = 0,23712 m
Wf = 1,4% 𝑥 400 N
= 5,6 N
Fyf = Fyc + Wf
= 398 N + 5,6 N
= 403,6 N
Mf = Mc + (Wf 𝑥 λ7 𝑥 SL7) + (Fyf 𝑥 SL7)
= 33,87731251 + (5,6 𝑥 57,1% 𝑥 0,23712) + (403,6 𝑥 0,23712)
= 33,87731251 + 0,758214912 + 95,701632
= 130,337159422 Nm
-FyTh
-FxTh
W0
FxC
FyZ
SL6
λ6SL6
-MTh
Mc
90.0°
Fxf
Fyf
-FyC
-FxC
Wf
Mf
-Mc
SL7
λ7SL7 21.2°
4.2.1.2 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di
depan dada)
Gambar 3.4.3 Posisi berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di depan dada
Tabel 3.4.11 Tabel Segmentasi dan Sudut Tubuh pada posisi 3
Segmen Tubuh Berat (N) Panjang (m) Pusat Massa (λ) Sudut (⁰)
Telapak Tangan 2.4 0.16848 49,4% 50.4
Lengan Bawah 6.8 0.22776 57,0% 0
Lengan Atas 11.2 0.29016 56,4% 90
Punggung 200 0.44928 39,6% 77.8
Paha 40 0.3822 56,7% 60.4
Betis 17.2 0.38376 56,7% 76.1
Kaki 5.6 0.23712 57,1% 33.3
137.1°
135.8°
15.4°
74.6°
61.4°
28.6°
139.3°
99.7°
a. Telapak tangan
∑Fy = 0
∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL1 = 0,16848 m
WH = 0,6% 𝑥 Wbadan
WH = 0,6% 𝑥 400 N
= 2,4 N
Fyw =W0
2+ WH
=100
2+ 2,4 N
= 50 + 2,4 N
= 52,4 N
Mw = Fyw 𝑥 SL1 𝑥 cos θ1
= 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 cos 50,4⁰
= 52,4 N 𝑥 0,16848 m 𝑥 0,395
= 5,623660224 Nm
b. Lengan bawah
SL2
λ2Fxe
Fye
WLA
-Fxw
-Fyw
Me
-Mw
∑Fy = 0
∑Fx = 0 → tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL2 = 0,22776 m
Fyw
Fxw
W0
WH
SL1Mw
50.4°
WLA = 1,7% 𝑥 Wbadan
= 1,7% 𝑥 400 N
= 6,8 N
Fye = Fyw + WLA
= 52,4 N + 6,8 N
= 59,2 N
Me = Mw + (WLA 𝑥 λ2 x SL2 𝑥 cosθ2) + (Fyw 𝑥 SL2 𝑥 cosθ2)
= 5,623660224 + (6,8𝑥57,0% 𝑥 0,22776 𝑥 cos00) + (52,4 𝑥 0,22776 𝑥 cos00)
= 5,623660224 + 0,88279776 + 11,934624
= 18,44108198 Nm
c. Lengan atas
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL3 = 0,29016 m
WUA = 2,8% 𝑥 Wbadan
= 2,8% 𝑥 400 N
= 11,2 N
Fys = Fye + WUA
= 59,2 N + 11,2 N
= 70,4 N
Ms = Me + (WUA 𝑥 λ3 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3) + (Fye 𝑥 SL3 𝑥 cosθ3)
= 18,44108198 + (11,2 𝑥 56,4% 𝑥 0,29016 𝑥 cos900) +
(59,2 𝑥 0,29016 𝑥 cos900)
90.0°
WUASL3
λ3
FYs
FXS
-Fye
-Fxe
Ms
-Me
= 18,44108198 + 0 + 0
= 18,44108198 Nm
d. Punggung
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0
SL4 = 0,44928 m
WT = 50% 𝑥 Wbadan
= 50% 𝑥 400 N
= 200 N
Fyt = 2Fys + WT
= 2(70,4 N) + 200N
= 340,8 N
Mt = 2Ms + (WT 𝑥 λ4 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4) + (2Fys 𝑥 SL4 𝑥 cosθ4)
= 2(18,44108198 ) + (200 𝑥 39,6% 𝑥 0,44928 𝑥 cos77,80) +
(2(70,4) 𝑥 0,44928 𝑥 cos77,80)
= 36,88216396 + 7,508007936 + 13,347569664
= 57,73774156 Nm
SL4
λ4
-Fxs
-Fys
WT
Fyx
Fxt
-Ms
Mt
77.8°
e. Paha
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL5 = 0,3822 m
Wth = 10% 𝑥 Wbadan
= 10% 𝑥 400 N
= 40 N
FyTh = Fyt + Wth
= 340,8 N + 40 N
= 380,8 N
Mth = 1/2Mt + (WT 𝑥 λ5 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5) + (1/2Fyt 𝑥 SL5 𝑥 cosθ5)
=1
2(57,73774156) + (200 𝑥 56,7% 𝑥 0,3822 𝑥 cos60,40) +
(1
2(340,8) 𝑥 0,3822 𝑥 cos60,40)
= 28,86887078 + 21,36734964 + 32,10755184
= 82,34377226 Nm
-Fyt
-Fxt
Wth
FyTh
FxTh
SL5
λ5SL5
Mth
-Mt
60.4°
f. Betis
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL6 = 0,38376 m
Wc = 4,3% 𝑥 Wbadan
= 4,3% 𝑥 400 N
= 17,2 N
Fyc = FyTh + Wc
= 380,8 N + 17,2 N
= 398 N
Mc = MTh + (Wc 𝑥 λ6 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6) + (FyTh 𝑥 SL6 𝑥 cosθ6)
= 82,34377226 + (17,2 𝑥 56,7% 𝑥 0,38376 𝑥 cos76,10) +
(380,8 𝑥 0,38376 𝑥 cos76,10)
= 82,34377226 + 0,89821944576 + 35,07259392
= 118,31458562576 Nm
g. Kaki
∑Fy = 0
∑Fx = 0 →tidak ada gaya
horizontal
∑M = 0 →tidak berputar
SL7 = 0,23712 m
Wf = 1,4% 𝑥 400 N
= 5,6 N
Fyf = Fyc + Wf
= 398 N + 5,6 N
= 403,6 N
-FyTh
-FxTh
W0
FxC
FyZ
SL6
λ6SL6
-MTh
Mc
76.1°
Fxf
Fyf
-FyC
-FxC
Wf
Mf
-Mc
SL7
λ7SL7 21.8°
Mf = Mc + (Wf 𝑥 λ7 𝑥 SL7) + (Fyf 𝑥 SL7)
= 118,31458562576 + (5,6 𝑥 57,1% 𝑥 0,23712) + (403,6 𝑥 0,23712)
= 118,31458562576 + 0,758214912 + 95,701632
= 214,77443253776 Nm
4.2.1.3 Analisa Gaya dan Momen Pada Setiap Segmen Tubuh
Setelah dilakukan perhitungan pada setiap segmen tubuh, selanjutnya akan
dianalisa data-data tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.4.12 Rekapitulasi Nilai Momen Segmen Tubuh Tiap Posisi
Posisi 7 Posisi 3
1 Telapak Tangan 3.716736192 5.623660224
2 Lengan Bawah 10.40749035 18.44108198
3 Lengan Atas 18.34831903 18.44108198
4 Punggung 51.91824447 57.73774156
5 Paha 33.87731251 82.34377226
6 Betis 33.87731251 118.3145856
7 Kaki 130.3371594 214.7744325
8 Inklinasi Perut
9 Inklinasi Paha
No Segmen TubuhMomen (Nm)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada posisi 7 dengan segmen kaki
mempunyai nilai momen sebesar 130,3371594Nm yang lebih besar dari posisi 3 dengan
segmen kaki mempunyai nilai momen sebesar 214,7744325.
4.2.2 Perhitungan MPL (Berdasarkan Analisa Momen)
Berikut adalah perhitungan dari data yang didapatkan dengan menggunakan
metode MPL (Maximum Permissible Limit) dari kedua posisi
4.2.2.1 Posisi 7 (berdiri tegak lurus siap meletakkan beban di atas
meja/beban lebih jauh di depan dada)
Berikut perhitungan MPL yang dilakukan pada posisi 7
Tabel 3.4.13 Tabel segmen dan sudut tubuh posisi 7
Segmen Tubuh Panjang (m) Sudut (˚) Momen (Nm)
Telapak Tangan 0.16848 65.1 3.716736192
Lengan Bawah 0.22776 58.5 10.40749035
Lengan Atas 0.29016 65.2 18.34831903
Punggung 0.44928 81.1 51.91824447
Paha 0.3822 85.8 33.87731251
Betis 0.38376 90 33.87731251
Kaki 0.23712 21.2 130.3371594
Sudut Inklinasi Perut ⨀H = 98.2
Sudut Inklinasi Paha ⨀T = 86.2
a. Gaya perut (FA) dan tekanan perut (PA) untuk posisi 7
PA = 10−4 [43−0,36 (⨀H+⨀T)][𝑀𝐿5/𝑠1]1,8
0,0075 (N/m2)
= 10−4
[43−0,36 (98,2+86,2)][51,91824447]1,8
0,0075 (N/m2)
= 381,4464148 N/m2
FA = PA x AA (Newton)
= 381,4464148 x 0,0465 m2
= 17,73725829 (Newton)
Wtot = W0 + 2WH + 2WLA + 2WUA + Wt
= 100 + 2(2,4) + 2(6,8) + 2(11,2) + 200
= 340,8 N
Keterangan :
PA = Tekanan Perut
FA = Gaya Perut (N)
AA = Luas Diafragma (0,0465 m2)
⨀H = Sudut inklinasi perut
⨀T = Sudut inklinasi paha
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
M(L5/S1) = Mt = Momen resultan pada L5/S1
b. Gaya Otot Pada Spinal Elector
FM = M(L5/S1) −FA .D
𝐸
= 51,91824447 −(17,73725829 x 0,11)
0,05
= 51,91824447−1,9510984119
0,05
= 999,342921162 N
Keterangan :
FM = Gaya otot pada spinal erector (Newton)
E = Panjang lengan momen otot spinal erector dari L5/S1 (0,05 m)
D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1 (0,11 m)
c. Gaya Kompresi Pada L5/S1
FC = Wtot x cos θ – (FA + FM)
= 340,8 N x cos 98,2ᵒ - (17,73725829 N +999,342921162 N)
= 48,3936 N – 1017,080179452 N
= 968,686579452 N
d. Gaya Kompresi Pada Kaki
Wtot = 2WTH + 2Wc + 2Wf
= 2(40) + 2(17,2) + 2(5,6)
= 80 + 34,4 + 11,2
= 125,6 N
Fcf = Fc L5/S1 + Wtot x cos θ
= 968,686579452 N + 340,8 N x cos 86,2ᵒ
= 968,686579452 N + 22,4928 N
= 991,179379452 N
4.2.2.2 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di
depan dada)
Berikut perhitungan MPL yang dilakukan pada posisi 3
Tabel 3.4.14 Tabel segmen dan sudut tubuh posisi 3
Segmen Tubuh Panjang (m) Sudut (˚) Momen (Nm)
Telapak Tangan 0.16848 50.4 5.623660224
Lengan Bawah 0.22776 0 18.44108198
Lengan Atas 0.29016 90 18.44108198
Punggung 0.44928 77.8 57.73774156
Paha 0.3822 29.3 82.34377226
Betis 0.38376 76.1 118.3145856
Kaki 0.23712 33.3 214.7744325
Sudut Inklinasi Perut ⨀H = 74.6
Sudut Inklinasi Paha ⨀T = 61.4
a. Gaya perut (FA) dan tekanan perut (PA) untuk posisi 3
PA = 10−4 [43−0,36 (⨀H+⨀T)][𝑀𝐿5/𝑠1]1,8
0,0075 (N/m2)
= 10−4
[43−0,36 (74,6+61,4)][57,73774156]1,8
0,0075 (N/m2)
= 117,7098002 N/m2
FA = PA x AA (Newton)
= 117,7098002 x 0,0465 m2
= 5,4735057093 (Newton)
Wtot = W0 + 2WH + 2WLA + 2WUA + Wt
= 100 + 2(2,4) + 2(6,8) + 2(11,2) + 200
= 340,8 N b. Gaya Otot Pada Spinal Elector
FM = M(L5/S1) −FA .D
𝐸
= 57,73774156 −(5,4735057093 x 0,11)
0,05
= 57,73774156− 0.602085628023
0,05
= 1142,71311863954 N
c. Gaya Kompresi Pada L5/S1
FC = Wtot x cos θ – (FA + FM)
= 340,8 N x cos 74,6ᵒ - (5,4735057093 N + 1142,71311863954 N)
= 90,312 N – 1148,18662434884 N
= 1057,87462434884 N
d. Gaya Kompresi Pada Kaki
Wtot = 2WTH + 2Wc + 2Wf
= 2(40) + 2(17,2) + 2(5,6)
= 80 + 34,4 + 11,2
= 125,6 N
Fcf = Fc L5/S1 + Wtot x cos θ
= 1057,87462434884 N + 340,8 N x cos 61,4ᵒ
= 1057,87462434884 N + 162,9024 N
= 1220,77702434884 N
4.2.2.3 Hasil Analisis Gaya Kompresi dan Momen Pada L5/S1
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh pada posisi 7 menghasilkan gaya
kompresi L5/S1 sebesar 968,686579452 N. Nilai tersebut kurang dari 3400 N
sehingga pekerjaan tersebut tidak membahayakan bagi pekerja. Sedangkan pada
posisi 3 diperoleh gaya kompresi L5/S1 adalah 1057,87462434884 N. Nilai
tersebut kurang dari 3400 N sehingga pekerjaan tersebut juga tidak
membahayakan bagi pekerja.
4.2.2.4 Hasil Analisa Gaya Kompresi dan Momen Pada Telapak Kaki
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada posisi 7 menghasilkan gaya
kompresi pada kaki sebesar 991,179379452 N. Nilai tersebut kurang dari 3400 N
sehingga pekerjaan tersebut tidak membahayakan bagi pekerja. Sedangkan pada
posisi 3 menghasilkan gaya kompresi pada kaki sebesar 1220,77702434884 N.
Nilai tersebut kurang dari 3400 N sehingga pekerjaan tersebut juga tidak
membahayakan bagi pekerja.
4.2.3 Perhitungan AL dan MPL
Untuk menghitung AL dan MPL hanya diperlukan untuk mengetahui berat
obyek yang diangkat, lokasi beban yang berhubungan dengan pekerja, jarak dan
frekuensi angkat, dan durasi dari kegiatan mengangkat.
AL = k x HF x VF x DF x FF
Keterangan :
k = load constant, konstanta beban yang besarnya : 40 kg
HF = horizontal factor, faktor horizontal yang besarnya : 15/H
VF = vertical factor, faktor vertical yang besarnya : 0,004 IV-75I
DF = distance factor, faktor jarak yang besarnya : 0,7 + 7,5 D
FF = frequency factor, faktor frekuensi yang besarnya : 1 – F/Fmax
H = jarak antara titik berat beban dan titik tengah antara kedua mata kaki pada titik
awal pengangkatan
V = jarak beban dari lantai pada titik awal pengangkatan
D = jarak perpindahan vertiksl beban
F = frekuensi rata-rata aktivitas pengangkatan
Besaran Fmax dapat dilihat pada tabel:
Tabel 3.4.15 Fmax untuk perhitungan AL
Berdiri, V>75 cm Membungkuk, V ≤75cm
1 jam 18 15
8 jam 15 12
Lokasi vertikal rata-rataPeriode
(Waters dalam Marras dan Karwoski, 2006)
Tabel 3.4.16 Faktor level pengangkatan MPL
Jarak (cm) Ketinggian (cm) Jarak (cm) Ketinggian (cm)
26 3 40 76 43 87 13
Posisi Awal Beban Posisi Akhir BebanFrekuensiPosisiKelompok
4.2.3.1 Posisi 3 (berdiri – kaki menekuk – punggung tegak dengan beban di
depan dada)
Diketahui:
k = 40kg
HF = 15/40
VF = 0,004|(76-75)|
DF = 0,7+(7,5x(87-76))
FF = 1-(13/18)
Maka, AL= k x HF x VF x DF x FF
= 40kg x (15/40) x (0,004|(76-75)|) x (0,7+(7,5x(87-76))) x 1-
(13/18)
= 40 x 0,375 x 0,004 x 83,2 x 0,28
= 1,39776 Kg
=13,9776 N
4.2.3.2 Hasil Analisa AL dan MPL
Berikut merupakan analisa hasil AL dan MPL yang telah diperoleh pada
subbab sebelumnya.
Kesimpulan:
Fc < AL (Aman)
AL < Fc < MPL (Perlu hati-hati)
Fc > MPL (Berbahaya)
Tabel 3.4.17 Analisa AL dan MPL
No Posisi AL(N) Gaya kompresi pada L5/S1 (Fc) MPL
1 3 13.9776 15797.12299 6400 N
(Sumber: Maras and Korwasoki, 2006)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai AL sebesar 13,9776 N
lebih kecil dari pada nilai Fc dengan ketetapan 3400 N dan nilai Fc lebih besar
dari MPL dengan ketetapan 6400 N. Sehingga didapatkan Fc>MPL, jadi pada
posisi 3 yang diperagakan oleh operator kelompok 26 adalah berbahaya dalam
posisi tersebut.
4.2.4 Perhitungan RWL dan LI
RWL merupakan salah satu rekomendasi pada batas beban yang dapat diangkat
oleh manusia tanpa menimbulkan cidera sedikitpun. Berikut rumus untuk menghitung
nilai RWL:
RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan:
LC = konstanta beban: 23 Kg
HM = faktor pengali horizontal: 25/H
FM = faktor pengali frekuensi
CM = faktor pengali kopling (handle)
VM = faktor pengali vertikal
DM = faktor pengali perpindahan
AM = faktor pengali asimetrik: 1- 00326|V-69|
H = jarak beban terhadap titik pusat tubuh (awal)
V = jarak beban terhadap lantai (awal)
D = jarak perpindahan beban (jarak vertikal akhir - jarak vertikal awal)
A = sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh
VM (Indonesia) = 1 - 0,00326|V-69|
DM = 0,82 + 4,5
𝐷
AM = 1 - 0,0032 x A
Setelah perhitungan RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Liftng Index, untuk
mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang, dengan persamaan:
LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
Keterangan:
Jika LI < 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.
Jika LI ≥ 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.
Tabel 3.4.18 Faktor level pengangkatan RWL
H (m) V (m) H (m) V (m)
Baik 0.64 0.57 0.54 0.87 1.14 90
Buruk 0.66 0.56 0.5 1.08 1.13 026
A (o)Kelompok PeganganPosisi awal Posisi akhir beban
Time (t)
4.2.4.1 RWL 1 (pegangan baik)
a. Posisi awal
Berikut perhitungan RWL 1 (pegangan baik):
Diketahui:
LC = 23 Kg
HM = 25/64
FM = 0,45
CM = 1
VM = 1 - 0,00326|57-69|
DM = 0,82 + 4,5
87−57
AM = 1 – 0,0032 x 90
RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x (25/64) x (1 - 0,00326|57-69|) x (0,82+4,5
87−57) x (1 – 0,0032 x
90) x 0,45 x 1
= 23 x 0,390625 x 0,96088 x 0,97 x 0,712 x 0,45 x 1
= 2,683003668
LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
= 10/2,683003668
= 3,727165982
b. Posisi akhir
Diketahui:
LC = 23 Kg
HM = 25/54
FM = 0,45
CM = 1
VM = 1 - 0,00326|87-69|
DM = 0,82 + 4,5
87−57
AM = 1 – 0,0032 x 90
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x (25/54) x (1 - 0,00326|87-69|) x (0,82+4,5
87−57) x (1 – 0,0032 x 90)
x 0,45 x 1
= 23 x 0,462962963 x 0,94132 x 0,97 x 0,712 x 0,45 x 1
= 3,115125965
LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
= 10/3,115125965
= 3,210143061
4.2.4.1 RWL 2 (pegangan buruk)
a. Posisi awal
Berikut perhitungan RWL 2 (pegangan buruk):
Diketahui:
LC = 23 Kg
HM = 25/66
FM = 0,45
CM = 0,90
VM = 1- 0,00326|56-69|
DM = 0,82+4,5
108−56
AM = 1 - 0,0032 x 0
RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x (25/66) x (1- 0,00326|56-69|) x (0,82+4,5
108−56) x (1 - 0,0032 x 0) x
0,45 x 0,90
= 23 x 0,37878 x 0,95762 x 0,9065 x 1 x 0,45 x 0,90
= 3,062886581
LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
= 10/3,062886581
= 3,264893993
b. Posisi akhir
Diketahui:
LC = 23 Kg
HM = 25/50
FM = 0,45
CM = 0,95
VM = 1 - 0,00326|108-69|
DM = 0,82+4,5
108−56
AM = 1 - 0,0032 x 0
RWL= LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
= 23 x (25/50) x (1 - 0,00326|108-69|) x (0,82+4,5
108−56) x (1 – 0,0032 x 0) x
0,45 x 0,95
= 23 x 0,5 x 0,87286 x 0,95762 x 1 x 0,45 x 0,95
= 4,1093370048195
LI = 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧
𝑅𝑊𝐿
= 10/3,89305611
= 2,568676052
4.2.4.3 Hasil analisa RWL dan LI
Setelah dilakukan perhitungan nilai pada RWL dan LI pegangan baik dan
buruk, didapatkan masing-masing nilai RWL. Posisi 7 dengan menggunakan
pegangan baik pada posisi awal yang disarankan adalah 2,683003668 dan nilai
LI = 3,727165982 atau LI > 1, jadi pada posisi ini mengandung resiko cidera
pada tulang belakang. Sedangkan pada posisi akhir nilai RWL yang disarankan
adalah 3,115125965 dan nilai LI = 3,210143061 atau LI > 1, maka pada posisi
ini juga mengandung resiko cidera pada tulang belakang. Posisi 3 dengan
menggunakan pegangan buruk pada posisi awal yang disarankan adalah
3,062886581 dan nilai LI = 3,264893993 atau LI > 1, maka pada posisi ini
mengandung resiko cidera pada tulang belakang. Sedangkan pada posisi akhir
yang disarankan adalah 3,89305611 dan nilai LI = 2,568676052 atau LI > 1,
maka pada posisi ini juga mengandung resiko cidera pada tulang belakang.
4.2.5 Pengolahan dan analisis data menggunakan metode REBA dan OWAS
Berikut merupakan pengolahan dan analisis posisi 3 dan posisi 7 dengan
menggunkan metode REBA dan OWAS.
4.2.5.1 Pengolahan mengggunakan metode REBA
Berikut merupakan gambar dari operator sedang melakukan aktivitas
mengangkat beban pada posisi 7 yang digunakan sebagai penentuan uji metode
REBA.
173.6°
147.4°
98.2°
86.2°
3.8°
176.2°
113.3°
Gambar 3.4.4 Bentuk Posisi 7
Gambar 3.4.5 REBA employee assesment worksheet pada posisi 7
Di atas merupakan hasil aktivitas pengangkatan beban kerja pada posisi 7
sesuai dengan tabel REBA. Untuk nilai neck (leher) sebesar 1 dengan
memperhatikan sudut yang dibentuk antara 0-200. Untuk locate trunk position
(posisi bentuk tubuh) sebesar 2 yang bersudut di antara 0-200. Untuk legs (kaki)
sebesar 1 yang berdiri tegak lurus. Dan posture score A adalah 2 ditambah 1 sesuai
dengan berat beban yang diangkat sebesar 10kg. Sehingga score A bernilai 3.
Untuk nilai locate upper arm position (posisi lengan atas) sebesar 2 dengan
memperhatikan sudut yang dibentuk antara 20-450. Untuk nilai locate lower arm
position (posisi lengan bawah) sebesar 1 yang bersudut antara 60-1000. Untuk nilai
locate wirst position posisi telapak tangan) sebesar 2 yang bersudut antara 150. Dan
posture score B adalah 2 ditambah 2 dengan memperhatikan pegangan yang
digunakan yaitu pegangan buruk. Segingga score B bernilai 3. Dengan
memperhatikan score A dan B didapatkan score C sebesar 3 ditambah 1 sesuai
dengan lama aktivitas yang dikerjakan yaitu > 1 menit. Jadi final REBA score
adalah 4.
Berikut merupakan gambar dari operator sedang melakukan aktivitas
mengangkat beban pada posisi 3 yang digunakan sebagai penentuan uji metode REBA.
137.1°
135.8°
15.4°
74.6°
61.4°
28.6°
139.3°
99.7°
Gambar 3.4.6 Bentuk Posisi 3
Gambar 3.4.7 REBA employee assesment worksheet pada posisi 3
Di atas merupakan hasil aktivitas pengangkatan beban kerja pada posisi 3
sesuai dengan tabel REBA. Untuk nilai neck (leher) sebesar 1 dengan
memperhatikan sudut yang dibentuk antara 0-200. Untuk locate trunk position
(posisi bentuk tubuh) sebesar 3 yang bersudut di antara 20-600. Untuk legs (kaki)
sebesar 2 yang bersudut >600. Dan posture score A adalah 4 ditambah 1 sesuai
dengan berat beban yang diangkat sebesar 10kg. Sehingga score A bernilai 5.
Untuk nilai locate upper arm position (posisi lengan atas) sebesar 3 dengan
memperhatikan sudut yang dibentuk antara 45-900. Untuk nilai locate lower arm
position (posisi lengan bawah) sebesar 2 yang bersudut >1000. Untuk nilai locate
wirst position (posisi telapak tangan) sebesar 2 yang bersudut antara 150. Dan
posture score B adalah 5 ditambah 2 dengan memperhatikan pegangan yang
digunakan yaitu pegangan buruk. Segingga score B bernilai 7. Dengan
memperhatikan score A dan B didapatkan score C sebesar 8 ditambah 1 sesuai
9
dengan lama aktivitas yang dikerjakan yaitu > 1 menit. Jadi final REBA score
adalah 9.
4.2.5.2 Hasil Analisis REBA
Berikut ini merupakan kesimpulan dari uji REBA yang telah dilakukan.
Tabel 3.4.19 REBA Decision
Setelah melakukan uji REBA pada posisi 7 dan posisi 3 termasuk dalam
Action Level (kategori tindakan) nomor 2 dan 3. Pada posisi 7 didapat Score Reba
antara 4-7 dengan Risk Level (tingkat resiko)nya adalah Medium (sedang) dan
pada Actionnya (tindakan) adalah Necessary (butuh perbaikan). Sedangkan pada
posisi 3 didapat Score Reba antara 8-10 dengan Risk Level (tingkat resiko)nya
adalah High (tinggi) dan pada Actionnya (tindakan) adalah Necessary soon (butuh
perbaikan segera).
4.2.5.3 Pengolahan Data Menggunakan Metode OWAS
Metode OWAS memberikan informasi penilaian postur tubuh pada saat
bekerja sehingga dapat melakukan evaluasi dini atas resiko kecelakaan tubuh
manusia yang terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu:
1. Punggung (back)
2. Lengan (arm)
3. Kaki (leg)
4. Beban kerja
5. Fase kerja
Penilaian tersebut digabungkan untuk melakukan perbaikan kondisi bagian
postur tubuh yang beresiko terhadap kecelakaan. Secara jelas penilaian postur
tubuh pada saat bekerja dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1. Penilaian pada punggung (back) diberikan kriteria nilai 1 s.d
2. Penilaian pada lengan (arms) diberikan kriteria nilai 1 s.d 3:
3. Penilaian pada kaki (legs) diberikan kriteria nilai 1 s.d 7:
4. Penilaian pada beban (load/use factor) diberikan kriteria nilai 1 s.d 3:
Berikut merupakan gambar dari operator pada posisi 7
.Gambar 3.4.8 Bentuk Posisi 7
Tabel 3.4.20 Penilaian Postur Kerja Metode OWAS pada posisi 7
Bedasarkan tabel di atas nilai OWAS yang didapatkan dari pengujian
tersebut adalah back sebesar 1 yaitu punggung tegap, pada arms 1 yaitu kedua
tangan berada di bawah level ketinggian bahu, pada legs sebesar 2 yaitu berdiri
dengan kedua kaki lurus dan pada use of force sebesar 2 sesuai dengan beban
yaitu 10-20 kg. Sehingga mendapatkan hasil koordinat pada angka 1.
Berikut merupakan gambar dari operator pada posisi 3
Gambar 3.4.9 Bentuk Posisi 3
Tabel 3.4.21 Penilaian Postur Kerja Metode OWAS pada posisi 3
Bedasarkan tabel di atas nilai OWAS yang didapatkan dari pengujian
tersebut adalah back sebesar 2 yaitu punggung memebungkuk ke depan, pada
arms 1 yaitu kedua lengan berada di bawah level ketinggian bahu, pada legs
sebesar 4 yaitu berdiri dengan kedua kaki lutut sedikit tertekuk dan pada use of
force sebesar 2 sesuai dengan beban yaitu 10-20 kg. Sehingga mendapatkan
hasil koordinat pada angka 2.
4.2.5.4 Hasil Analisis OWAS
Berikut merupakan hasil dari pengujian OWAS yang sudah dilakukan.
Tabel 3.4.22 Kategori Tindakan kerja OWAS posisi 7
Berdasarkan tabel di atas tingkat kategori tindakan kerja OWAS terdapat
pada kategori 1 yaitu pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem
musculoskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada perbaikan.
Tabel 3.4.23 Kategori Tindakan kerja OWAS posisi 3
Berdasarkan tabel di atas tingkat kategori tindakan kerja OWAS terdapat
pada kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal. Jadi
perlu perbaikan dimasa yang akan datang.
4.2.6 Perbandingan Hasil Analisis RWL & LI, REBA dan OWAS
Setelah melakukan semua pengujian dari beberapa metode didapatkan
kesimpulan pada setiap metode.
Tabel 3.4.24 Hasil Perbandingan Metode
AL/MPL RWL/LI REBA OWAS
1 7 - Beresiko Cidera Tulang Belakang Butuh Perbaikan Tidak Perlu Perbaikan
2 3 Perlu Hati-Hati Beresiko Cidera Tulang Belakang Butuh Perbaikan Segera Perlu Perbaikan
Kesimpulan MetodeNo Posisi
Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai antar metode yang dilakukan pada
posisi 7 dan posisi 3. Dimana pada posisi 3 metode AL/MPL mendapatkan hasil
analisa bahwa posisi yang diperagakan oleh operator tersebut adalah perlu hati-hati
dalam posisi tersebut. Untuk posisi 7 tidak mendapatkan hasil karena tidak dilakukan
perhitungan. Pada RWL/LI untuk posisi 7 dan 3 mendapatkan hasil analisa bahwa
aktivitas yang dilakukan mengandung resiko cidera tulang belakang. Pada metode
REBA untuk posisi 7 kategori risk level adalah medium dan untuk kategori action
yaitu necessary. Untuk posisi 3 kategori risk level adalah high dan untuk kategori
action yaitu necessary soon. Pada metode OWAS untuk posisi 7 termasuk ke dalam
kategori 1 yaitu tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal (tidak berbahaya).
Sehingga tidak perlu ada perbaikan. Sedangkan untuk posisi 3 termasuk ke dalam
kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya.Sehingga perlu perbaikan dimasa yang
akan datang.
4.3 Rancangan Metode Kerja Berdasarkan Prinsip Biomekanika
Setelah melakukan pengujian dan perhitungan dengan semua metode yang
ditentukan pada posisi 3 dan posisi 7 ditinjau dari beberapa segi kenyamanan adalah
kurang. Sehingga untuk memberikan hasil kenyamanan yang lebih baik pada posisi 3
harus diubah menjadi posisi tubuh yang lebih baik dalam mengangkat suatu beban,
karena apabila mengangkat beban dengan posisi tubuh seperti pada posisi 3 gaya yang
terjadi pada kaki besar dan membuat kaki cepat lelah. Sedangkan pada posisi 7 dalam
meletakan beban posisi tangan lebih baik didekatkan dengan dada agar gaya yang
terjadi pada telapak tangan tidak terlalu besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari praktikum ergonomi modul 3 tentang
biomekanika, yaitu:
1. Besarnya gaya dan momen pada setiap segmen tubuh operator pada posisi 7 saat
mengangkat beban adalah pada telapak tangan yaitu 3,716736192, pada lengan
bawah yaitu 10,40749035, pada lengan atas yaitu 18,348319033005, pada
punggung yaitu 51,91824446601, pada paha yaitu 33,87731251, pada betis yaitu
33,87731251 dan pada kaki yaitu 130,3371594. Sedangkan pada posisi 3 saat
mengangkat beban adalah telapak tangan yaitu 5,623660224, pada lengan bawah
yaitu 18,44108198, pada lengan atas yaitu 18,44108198, pada punggung yaitu
57,73774156, pada paha yaitu 82,34377226, pada betis yaitu 118,31458562576
dan pada kaki yaitu 214,77443253776.
2. Besarnya gaya kompresi pada disc yang terletak di antara lumbar ke-5 (L5) dan
sacrum ke-1 (S1) pada operator saat posisi 7 adalah 968,686579452 N. Sedangkan
lumbar ke-5 (L5) dan sacrum ke-1 (S1) pada operator saat posisi 3 adalah
1057,87462434884 N.
3. Dalam menganalisa postur kerja dengan metode REBA dan OWAS hal yang harus
diperhatikan adalah kesesuaian kondisi pada setiap posisi yang dilakukan operator
dengan tabel ketentuan pada kedua metode. Pada posisi 7 mendapatkan final REBA
score sebesar 4 dan kategori risk level (tingkat resiko)nya adalah medium (sedang)
dan action (tindakan)nya adalah necessary (butuh perbaikan). Untuk posisi 3
mendapatkan final REBA score sebesar 9 dan kategori risk level (tingkat resiko)
nya high (tinggi) dan action (tinakan)nya adalah necessary soon (butuh perbaikan
segera). Sedangkan pada metode OWAS pada posisi 7 mendapatkan hasil akhir 1
dan untuk kategori tindakan kerja termasuk kedalam kategori 1 yaitu pada sikap ini
tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada
perbaikan. Untuk posisi 3 mendapatkan hasil akhir 2 dan untuk kategori tindakan
kerja termasuk kedalam kategori 2 yaitu pada sikap ini berbahaya pada sistem
musculoskeletal. Jadi perlu perbaikan dimasa yang akan datang.
4. Faktor yang terkait dengan perhitungan AL dan MPL adalah untuk mengetahui
berat obyek yang diangkat, lokasi beban yang berhubungan dengan pekerja, jarak
dan frekuensi angkat, dan durasi dari kegiatan mengangkat. Serta untuk mengetahui
indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.
5. Perhitungan AL pada posisi 3 mendapatkan hasil 13,9776 N dan hasil MPL adalah
berbahaya karena Fc > MPL. Perhitungan RWL pada posisi 7 dengan pegangan
baik mendapatkan hasil 2,683003668 untuk posisi awal dan mendapatkan hasil
3,115125965 untuk posisi akhir. Pada posisi 3 dengan pegangan buruk
mendapatkan hasil 3,062886581 untuk posisi awal dan mendapatkan hasil
4,1093370048195 untuk posisi akhir. Perhitungan LI pada posisi 7 dengan
pegangan baik mendapatkan hasil 3,727165982 untuk posisi awal dan mendapatkan
hasil 3,210143061 untuk posisi akhir. Pada posisi 3 dengan pegangan buruk
mendapatkan hasil 3,264893993 pada posisi awal dan mendapatkan hasil
2,568676052 pada posisi akhir.
6. Berdasarkan metode REBA, OWAS, RWL dan LI dapat disimpulkan bebrapa
kondisi. Untuk metode REBA pada posisi 7 kategori risk level (tingkat resiko)
adalah medium (sedang) dan kategori action (tindakan) yaitu necessary artinya
butuh perbaikan. Pada posisi 3 kategori risk level (tingkat resiko) adalah high
(tinggi) dan kategori action (tindakan) yaitu necessary soon artinya membutuhkan
perbaikan untuk waktu yang akan datang. Untuk metode OWAS pada posisi 7
adalah kategori 1 yang artinya tidak ada masalah (tidak berbahaya). Pada posisi 3
adalah kategori 2 yang artinya pada sikap ini berbahaya. Sedangkan untuk metode
RWL dan LI pada posisi 7 dan 3 mendapatkan hasil posisi tersebut beresiko cidera
tulang belakang.
b. Saran
Berikut merupakan saran dari praktikum ergonomi modul 3 tentang biomekanika,
yaitu:
1. Praktikan seharusnya dapat mencontohkan posisi pengangkatan beban dengan tepat
dan benar agar tidak terjadi kesalahan pada perhitungan biomekanikanya.
2. Pada saat praktimum sebaiknya asisten mendampingi setiap kelompok agar tidak
terjadi kekeliruan pada pengambilan data praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Edi. 2006. Perbandingan Metode-metode Biomekanika Untuk Menganalisisis
Postur Pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH). Purwokerto :
Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Wiworotomo Purwokerto
Mulyaningrum, Rina. 2009. Analisis Aktivitas Angkat Beban Ditinjau Dari
Biomekanika Dan Fisiologi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Penerbit
Guna Widya.
Purwaningsih, Ratna. 2007. Ergonomi Industri. Semarang : Program Studi Teknik
Industri Universitas Diponegoro.
Santoso, Muhammad. 2008. Pemodelan Biomekanika, Analisis Manual Material
Handling
di PT IGLAS Gresik. Madura : Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Trunojoyo Madura.
Siska, Merry. 2012. Analisa Posisi Kerja Pada Proses Pencetakan Batu Bata
Menggunakan Metode NIOSH. Pekanbaru Riau : Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Suska Riau.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Penerbit
Guna Widya.