Upload
adrian-hartanto-lokaria
View
255
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah Ekologi dan Lingkungan
TANTANGAN EKOLOGI, LINGKUNGAN DAN
KEPARIWISATAAN DI TAMAN NASIONAL HALUMUN
SALAK DAN TAMAN NASIONAL KAKADU
Disusun Oleh :
ADRIAN HARTANTO LOKARIA
1453010008
S1 PARIWISATA
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA TRISAKTI
JAKARTA
2016
i
PERSEMBAHAN
Belajarlah mulai dari hal kecil tiap hari, selalu rutin dilakukan setiap hari, hal tersebut akan berarti sangat banyak beberapa tahun yang akan datang.
Karena belajar dan selalu dilatih tidakkah itu sangat menyengngkan
Dan belajar mendekatkan kita kepada kebijaksanaan
Salam,
Adrian Hartanto Lokaria
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai, makalah yang dengan
judul “TANTANGAN KEPARIWISATAAN LINGKUNGAN EKOLOGI
TAMAN NASIONAL HALUMUN-SALAK DAN TAMAN NASIONAL
KAKADU” ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat oleh penulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah EKOLOGI DAN LINGKUNGAN.
Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai perbedaan
lingkungan yang ada di dua tempat wisata alam, yaitu Taman Nasional
Halimun-Salak dan Taman Nasional Kakadu. Kedua tempat ini cukup terkenal
dengan wisata alamnya, jenis wisata yang ditawarkan bisa dikatakan mirip,
namun keduanya memiliki cara dan masalah sendiri dengan lingkungan
masing – masing. Hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk menggali
informasi lebih dalam dan menuangkannya ke dalam bentuk karya tulis, yaitu
makalah.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini dan terima kasih juga
penulis ucapkan kepada orang tua,keluarga dan teman-teman yang telah
memberikan motivasi kepada penulis.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman penulis, masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
iii
Jakarta, 27 Maret 2016
Penulis
ABSTRAK
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata
di beberapa negara di dunia merupakan penopang utama perekonomian negara
tersebut. Di kawasan Eropa, negara Italia merupakan contoh negara yang
pariwisatanya merupakan penopang utama sektor perekonomian. . Beberapa
negara yang mengandalakan pariwisata sebagai penyumbang devisa contohnya
Indonesia dan Australia. Kedua negara tersebut mempunyai kekayaan alam
yang sangat berpotensi besar apabila dikembangkan secara berkelanjutan.
Makalah ini berjudul “TANTANGAN EKOLOGI, LINGKUNGAN
DAN KEPARIWISATAAN DI TAMAN NASIONAL HALUMUN-
SALAK DAN TAMAN NASIONAL KAKADU”. Tujuannya adalah untuk
mengetahui bagaimana peran pemerintah di Indonesia dan Australia dalam
mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan di daerah mereka masing –
masing.
Dalam makalah ini, penulis melakukan analisis mengenai peran
pemerintah dan dampak nyata yang ada di lapangan. Data yang didapatkan
berupa data kualitatif yang didapatkan dari kepustakaan dan internet.
Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa Pemerintah
Australia jauh lebih siap dan aktif berpartisipasi dalam menjaga dan
mengembangkan pariwisata daerahnya dibandingkan dengan Pemerintah
Indonesia. Pemerintah Australia juga lebih siap dalam mewujudkan pariwisata
berkelanjutan melalui program pariwisata ramah lingkungan yang sudah
diterapkan jauh – jauh hari. Pemerintah Indonesia justru terkesan lamban
iv
dalam mengatasi masalah kondisi lingkungan yang sudah cukup lama
mengganggu ekosistem alam dan pariwisata lokal.
DAFTAR ISI
PERSEMBAHAN.......................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. iii
ABSTRAK.................................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................................v
TANTANGAN KEPARIWISATAAN LINGKUNGAN EKOLOGI TAMAN NASIONAL HALUMUN-SALAK DAN TAMAN NASIONAL KAKADU....................................................1
BAB I............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................3
1.3. TUJUAN PENELITIAN........................................................................................................3
1.4. MANFAAT PENELITIAN...................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................................4
2.1. LANDASAN TEORI..............................................................................................................4
2.1.1. DEFINISI EKOLOGI..........................................................................................................4
2.1.2. DEFINISI EKOSISTEM......................................................................................................5
2.1.3. DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP....................................................................................9
2.1.4. DEFINISI PARIWISATA.........................................................................................………12
2.1.5. DEFINISI TAMAN WISATA ALAM..............................................................................15
2.1.6. DEFINISI PARIWISATA BERKELANJUTAN 14
2.1.7. DEFINISI TURIS. 15
v
2.2. PEMBAHASAN...................................................................................................................17
2.2.1.TAMAN NASIONAL HALIMUN-SALAK.......................................................................17
2.2.2. TAMAN NASIONAL KAKADU......................................................................................27
2.4. PERBANDINGAN WISATA...............................................................................................32
2.4.1. BAD PRACTICES TAMAN NASIONAL HALIMUN-SALAK........................................32
2.4.2. BEST PRACTICES TAMAN NASIONAL KAKADU......................................................32
BAB III........................................................................................................................................33
PENUTUP...................................................................................................................................33
3.1. KESIMPULAN.....................................................................................................................33
3.2. SARAN.................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................35
LAMPIRAN................................................................................................................................36
vi
TANTANGAN KEPARIWISATAAN LINGKUNGAN
EKOLOGI TAMAN NASIONAL HALUMUN-SALAK
DAN TAMAN NASIONAL KAKADU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan wisata
dunia, karena merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki lebih dari
17.000 pulau dan pusat keanekaragaman flora dan fauna. Beberapa pulau yang
ada di Indonesia telah berkembang menjadi daerah tujuan wisata yang ramai
dikunjungi baik wisatawan domestik maupun mancanegara, salah satunya
adalah Bogor. Perkembangan pariwisata di Bogor mampu memberikan
kontribusi yang menjanjikan bagi perekonomian masyarakat daerah yang
menjadi destinasi pariwisata.
Di Indonesia pertumbuhan jumlah taman nasional cukup cepat, sampai
tahun 2004 terdapat 50 unit taman nasional dengan total luasan 12.4 juta
hektar. Taman nasional memiliki fungsi strategis dan dapat memberikan
manfaat dari kegiatan konservasi. Kebijakan pengelolaan kawasan konservasi
selama ini terfokus pada konservasi sumberdaya alam. Meskipun kawasan
konservasi mempunyai tujuan utama pada upaya konservasi sumberdaya alam,
tetapi secara normatif perlu diupayakan untuk memenuhi tujuan yang lebih
luas untuk merekonsiliasi ketegangan antara sistem alam dengan sistem
manusia.
1
Perubahan politik yang lebih demokratis dan otonomi daerah
memberikan konsekuensi bahwa pemerintah pusat tidak lagi menjadi satu-
satunya institusi yang bertanggung jawab dalam mengelola kawasan
konservasi. Pemerintah daerah dan masyarakat lokal dapat mempunyai peran
yang lebih besar dalam mendukung efektifitas pengelolaan kawasan
konservasi. Perubahan lingkungan ini bisa berdampak positif maupun negatif
terhadap kawasan konservasi, dampak negatif yang sering dijumpai antara lain
perambahan lahan, perburuan ilegal, maupun fragmentasi habitat jika
kebijakan pengelolaannya hanya terfokus pada sistem ekologi. Perubahan-
perubahan ini tidak bisa dihindari. Untuk itu, diperlukan pendekatan kebijakan
yang dapat menyeimbangkan aspek sosial ekonomi dengan aspek ekologi.
Dengan demikian hutan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya,
seperti hutan lindung, hutan konservasi dan hutan produksi. Dimana dari setiap
jenis hutan dapat dibagi lagi seperti hutan konservasi yang terdiri dari taman
nasional,suaka margasatwa, cagar alam dan lain sebagainya.
Taman Nasional diartikan sebagai ”daerah/kawasan/areal atau tanah
yang dilindungi oleh negara”. Taman Nasional sendiri dapat diartikan sebagai
tanah yang dilindungi, biasanya oleh pemerintah pusat, dari perkembangan
manusia dan polusi.
Namun menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional
didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
2
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dari
masalah ini adalah :
1.2.1. Bagaimana peran pemerintah Australia dan Indonesia dalam mengelola wisata
alam masing – masing ?
1.2.2. Bagaimana dampak pariwisata terhadap keberadaan populasi flora dan fauna
di Taman Nasional?
1.2.3. Apakah ada solusi untuk permasalahan akibat dampak pariwisata di Taman
Nasional
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1.3.1. Mendapatkan informasi mengenai kondisi lingkungan alam serta peran
pemerintah Australia dan Indonesia dalam mengelola wisata alam masing –
masing.
1.3.2. Untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan daya tarik pariwisata
1.3.3. Untuk mengetahui dampak-dampak pariwisata terhadap lingkungan dan
populasi flora dan fauna
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1.4.1. Mengetahui peran pemerintah Australia dan Indonesia dalam mengelola wisata
alam masing – masing.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. LANDASAN TEORI
2.1.1. DEFINISI EKOLOGI
Menurut Ernst Haeckel (1866), Peneliti asal Jerman, bahwa pengertian
ekologi adalah ilmu pengetahuan komprehensif tentang hubungan organisme
terhadap lingkungan.
Ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” yang berarti rumah atau
tempat hidup, dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiyah Ekologi adalah
pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme
terhadap lingkungannya. Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang
hubungan antara organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari
pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mngatakan
bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara
tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka
hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa berada di tempat tersebut.
Ekologi merupakan salah satu cabang Biologi yang hanya mempelajari
apa yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan.
Tetapi biasanya ekologi didevinisikan sebagi pengkajian hubungan organisme-
organisme atau kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau
ilmu hubungan timbal-balik antara organisme-organisme hidup dan
lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi golongan-
golongan organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan dan air
adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk mendevinisikan
4
ekologi sebagai pengkajian struktur dan fungsi alam, telah dipahami bahwa
manusia merupakan bagian dari pada alam.
Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang
mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah
bagian dari alam. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan dari sistem
ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan,
biomas, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor
fisik dan kimia lainnya yang mencirikan sistem tersebut. Sedangkan fungsinya
menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama
ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam.
Jelaslah bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup
dalam rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan
timbal balik antara makhluk hidup sesamanya dan dengan komponen di
sekitarnya. Dengan demikian seorang ahli ekologi juga menaruh minat kepada
manusia, sebab manusia merupakan spesies lain (makhluk hidup) dalam
kehidupan di biosfer (tempat hidup) secara keseluruhan. Selanjutnya dengan
adanya gerakan kesadaran lingkungan di negara maju sejak tahun 1968
sedangkan di Indonesia sejak tahun 1972, di mana setiap orang mulai
memikirkan masalah pencemaran, daerah-daerah alami, hutan, perkembangan
penduduk, masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena
efek rumah kaca atau pemanasan global, ozon berlubang dan lainnya telah
memberikan efek yang mendalam atas teori ekologi. Ekologi merupakan
disiplin baru dari Biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi
serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial.
2.1.2. DEFINISI EKOSISTEM
Ekosistem pertama kali dipopulerkan oleh Sir Arthur George Tansley (15
Agustus 1871 – 25 November 1955). Menurutnya, ekosistem adalah suatu unit
ekologi yang didalamnya terdapat struktur dan fungsi. Struktur yang
dimaksudkan adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species
diversity). Pada ekosistem yang strukturnya kompleks, maka akan memiliki
5
keanekaragaman spesies yang tinggi. Adapun fungsi adalah berhubungan
dengan siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen ekosistem.
Berdasarkan UU Lingkungan Hidup tahun 1997
Ekosistem merupakan tatatan kesatuan cara yang utuh menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur unsur
lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup
maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam
ekosistem yang masing masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup
sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling
berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
Ekosistem terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Ekosistem Alami
Ekosistem ini adalah ekosistem yang tercipta dengan sencirinya tanpa ada
campur tangan dari manusia, oleh karena itu lah kita sebut sebagai ekosistem
Alamiah. Contohnya adalah ekosistem laut dan sungai.
b. Ekosistem Buatan
Seperti namanya, ekosistem ini merupakan yang terbentuk dengan adanya
campur tangan manusia, Dibuat kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Namun keanekaragaman hayati di sini terbatas, karena bukan itu
tujuan dari membuat ekosistem ini. Contohnya adalah sawah.
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada
komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat
dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling
mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan dengan air. Interaksi antara
makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan
keteraturan.
6
Komponen dalam ekosistem
Berdasarkan fungsi dan aspek penyusunannya, ekosistem dapat dibedakan
menjadi dua komponen, yaitu sebagai berikut :
Komponen Abiotik, yaitu komponen yang terdiri atas bahan-bahan tidak hidup
(nonhayati), yang meliputi komponen fisik dan kimia, seperti tanah, air,
matahari, udara, dan energi.
Ada dua pembagian Komponen Biotik dalam suatu ekosistem, yaitu
Organisme Autotrof dan Organisme Heterotrof.
Organisme ini terdiri atas 3 tingkatan yaitu :
Konsumen yang secara langsung memakan organisme lain.
Pengurai yang mendapatkan makanan dari penguraian bahan organik dari
bangkai.
Detritivor yang merupakan pemakan partikel organik atau jaringan yang telah
membusuk, contoh nya adalah lintah dan cacing.
Macam-macam Ekosistem
Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa
daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat
dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut :
Bioma Gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis
balik) yang berbatasan dengan padang rumput.Ciri-ciri bioma gurun adalah
gersang dan curah hujan rendah. Suhu slang hari tinggi sehingga penguapan
juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah. Perbedaan suhu antara
siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun
berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun
7
berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar
panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup
di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
Bioma Padang Rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke
subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun
dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase
(aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan
rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain:
bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga,
tikusdanular.
Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan
relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung
letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon
tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).
Bioma Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya
adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang
mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur).
Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti pinus, dan sejenisnya.
Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose,
beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
Bioa Tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam
lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi.
Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang
dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu
8
yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi
dengan keadaan yang dingin.
2.1.3. DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP
Otto Soemarwoto berpendapat bahwa lingkungan hidup merupakan
semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang kita tempati dan
mempengaruhi kehidupan kita. Menurut batasan tersebut secara teoritis ruang
yang dimaksud tidka terbatas jumlahnya. Adapun secara praktis ruang yang
dimaksud selalu dibatasi menurut kebutuhan yang dapat ditentukan.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Di dalam undang-undang ini, lingkungan hidup diartikan
sebagai kesatuan, dan mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tersirat bahwa lingkungan
hiduplah yang mempengaruhi mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia.
Manusia hendaknya menyadari kalau alamlah yang memberi kehidupan dan
penghidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur Abiotik
Abiotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang
tidak hidup (benda-benda mati). Komponen abiotik merupakan komponen
penyusun ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup.
2. Unsur Biotik
Biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup. Pada
pokoknya makhluk hidup dapat digolngkan berdasarkan jenis-jenis tertentu,
misalnya golongan manusia, hewan dan tumbuhan.
9
3. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya adalah lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia
dan merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam berperilaku
sebagai makhluk sosial.
2.1.4. DEFINISI PARIWISATA
Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau
liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.
Dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Menurut James J. Spillane (1982), pariwisata adalah kegiatan melakukan
perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,
mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau
istirahat, menunaikan tugas, berziarah, dan lain-lain.
Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata
merupakan suatu perjalanan dengan tujuan berlibur, mencari kepuasan,
mengetahui sesuatu, dan lain – lain yang didukung oleh berbagai fasilitas yang
disediakan masyarakat hingga pemerintah.
Beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain (dalam Pendit,
1994 : 41) :
1. Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan
10
ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan
adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka.
2. Wisata Kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal
demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.
3. Wisata Olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan
dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil
bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.
4. Wisata Komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-
pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,
pameran dagang dan sebagainya.
5. Wisata Industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar
atau mahasiswa, atau orang=orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindsutrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau
penelitian.
6. Wisata Maritim atau Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan
olahraga air, seperti danau pantai atau laut.
7. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya banyak
diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-
usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman
lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya
dilindungi oleh undang-undang.
8. Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-
pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan
fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.
Seorang wisatawan yang datang kesuatu DTW dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat (benefit) dan kepuasan (satisfactions). Manfaat dan
kepuasan tersebut dapat diperoleh apabila suatu DTW mempunyai daya tarik.
Prof.Marrioti menyebut daya tarik suatu DTW dengan istilah attractive
spontanee, yaitu segala sesuatu yang terdapat didaerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ketempat
tersebut.
11
Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu DTW antara
lain dapat dirinci sebagai berikut ;
a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta
1. Iklim
Cuaca cerah, kering, banyak cahaya matahari, panas, sejuk, hujan, dan
sebagainya.
2. Bentuk tanah dan pemandangan
Tanah yang datar, gunung berap, lembah pegunungan, danau, pantai,
sungai,air terjun, pemandangan yang menarik.
3. Hutan Belukar,
Misalnya hutan yang luas, banyak pepohonan.
4. Fauna dan Flora
Seperti tanaman-tanaman yang aneh, burung-burung, ikan, binatang buas,
cagar alam, daerah perburuan, dan sebagainya.
5. Pusat-pusat kesehatan
Sumber air minera, mandi lumpur, dan sumber air panas.
2.1.5. DEFINISI TAMAN WISATA ALAM
Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan
konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, peng-
awetan keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Ini menurut UU No. 5 tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
Pasal 31 dari Undang-undang No. 5 tahun 1990 menyebutkan bahwa dalam
taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan wisata alam.
12
Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh
kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan
pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan cinta
terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam Saragih, 1993).
Pariwisata berbasis alam menjadi trend yang sedang berkembang, karena
semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya alam bagi kelangsungan
hidup manusia. Dengan pariwisata berbasis alam diharapkan dapat membantu
upaya pelestarian alam, sehingga kegiatan pariwisata yang berbasis alam saat
ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dalam industri
pariwisata. Menurut Valentine dalam Faulkner (1992:35) pariwisata berbasis
alam merupakan kegiatan pariwisata yang di dalamnya terjadi interaksi dan
keterkaitan antara aktivitas manusia dengan lingkungan alam baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dapat disimpulkan bahwa pariwisata
berbasis alam dapat diwujudkan dalam tiga cara, yaitu; 1. Beberapa aktivitas
yang bergantung pada alam untuk atraksinya, 2. Aktivitas yang memiliki
kaitan dengan alam, 3. Lingkungan alami atau alam yang mempengaruhi
aktivitas wisatawan.
Beberapa jenis atraksi wisata berbasis alam yang dapat dikembangkan :
Health tourism
Dengan memanfaatkan kondisi aktual alami, pariwisata kesehatan dapat
dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata berbasis alam.
Adventure tourism
Jenis wisata ini menawarkan aktivitas wisata yang mengandung resiko dan
aktivitas fisik yang tinggi, tetapi tidak membahayakan pengunjung. Aktivitas
yang terkait dengan pariwisata petualangan diantaranya adalah rafting, terjun
bebas, kayak, hiking di alam bebas, mendaki gunung, dan lain-lain.
13
Ecotourism
Aktivitas utama yang ditawarkan oleh kegiatan ekowisata adalah aktivitas
yang berkaitan dengan alam dengan mempertimbangkan kelestarian alam dan
lingkungan.
Konsep pengembangan pariwisata di wilayah konservasi memerlukan
suatu pendekatan khusus yang membedakannya dengan pengembangan
pariwisata di wilayah lain. Taman Nasional merupakan kawasan dengan tujuan
pengelolaan sebagai daerah konservasi, oleh karena itu dalam pembentukan
konsep rencana pengembangan pariwisatanya, aspek konservasi haruslah
menjadi paradigma utama.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2010 tentang pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam; pariwisata alam
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam serta usaha-usaha yang terkait
di bidang tersebut. Sementara dalam undang-undang RI No. 5 tahun 1990
tentang konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya, dinyatakan bahwa
taman nasional merupakan salah satu bentuk kawasan pelestarian alam.
2.1.6. DEFINISI PARIWISATA BERKELANJUTAN
Pariwisata berkelanjutan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pariwisata yang memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat. Praktek manajemen dan
pedoman pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan ke semua
bentuk aktifitas pariwisata di semua jenis destinasi wisata, termasuk pariwisata
massal dan berbagai jenis kegiatan pariwisata lainnya.
14
Prinsip-prinsip keberlanjutan mengacu pada aspek lingkungan,
ekonomi, dan sosial-budaya dari suatu destinasi wisata. Untuk menjamin
keberlanjutan jangka panjang, maka keseimbangan antar 3 dimensi tersebut
harus dibangun dengan baik.
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui
prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal,
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan
masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi,
akuntabilitas, pelatihan serta promosi.
2.1.7. DEFINISI TURIS
Menurut WTO, turis atau wisatawan adalah seseorang yang melakukan
perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan
rekreasi.
Dalam Undang – Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
turis adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata.
Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan
sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu
24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di
mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi:
1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang- senang,
untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan kesehatan.
2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bisnis, pertemuan,
konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi.
3. Pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di
negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan
perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan.
15
Wisatawan dapat dibedakan menjadi:
1. Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang melakukan
perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan didalam negerinya.
2. Wisatawan Nasional (Domestik) adalah penduduk Indonesia yang melakukan
perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam jangka
waktu sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan yang
mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi.
Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO),
pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal
lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan
yang menerima upah. Pengunjung digolongkan dalam dua kategori, yaitu:
1. Wisatawan (tourist)
Pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama 24 jam di
negara yang kunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan
kedalam klasifikasi sebagai berikut:
a. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan dan olahraga.
b. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi, dan lain
sebagainya.
2. Pelancong (exursionist)
Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam
waktu kurang dari 24 jam.
16
2.2. PEMBAHASAN
2.2.1.TAMAN NASIONAL HALIMUN-SALAK
Sejarah Kawasan
Kawasan TNGH ditetapkan sebagai salah satu taman nasional di
Indonesia, berawal dari proses penunjukkan taman nasional dengan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan nomor 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Pebruari
1992 dengan luas 40.000 hektar sebagai Taman Nasional Gunung Halimun
(TNGH) dan resmi ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1997 sebagai salah satu
Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan (UPT BTNGH).
Selanjutnya, atas dasar kondisi sumber daya alam hutan yang semakin
terancam rusak dan adanya desakan para pihak yang peduli akan konservasi
alam, pada tahun 2003 kawasan Halimun ditambah area dengan memasukkan
kawasan hutan Gunung Salak, Gunung Endut yang status sebelumnya
merupakan hutan produksi terbatas dan hutan lindung yang dikelola Perum
Perhutani diubah fungsinya menjadi hutan konservasi, dimasukkan ke dalam
satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(TNGHS) melalui SK Menteri Kehutanan nomor 175/Kpts-II/2003 dengan
luas total ± 113.357 ha pada tanggal 10 Juni 2003.
Berikut sejarah perubahan status kawasan TNGHS :
Tahu
nPerubahan Status Kawasan
1935 –
1961
Cagar Alam di bawah pengelolaan Pemerintah Belanda
dan Republik Indonesia/Djawatan Kehutanan Jawa
Barat
1961 –
1978
Cagar Alam di bawah pengelolaan Perum Perhutani
Jawa Barat
1979 –
1990
Cagar Alam di bawah pengelolaan Balai konservasi
Sumberdaya alam III, yaitu Sub Balai Konservasi
17
Tahu
nPerubahan Status Kawasan
Sumberdaya Alam Jawa Barat I
1990 –
1992
Cagar Alam dikelola oleh Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango;
1992 –
1997
Taman Nasional dibawah pengelolaan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango
1997 –
2003
Taman Nasional dibawah pengelolaan Balai Taman
Nasional Gunung Halimun setingkat Eselon III dengan
luas 40.000 Ha
Keanekaragaman Hayati
Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di hutan alam di dalam
TNGHS, yang meliputi 391 marga dari 119 suku. Tipe hutan alam di kawasan
TNGHS dibagi menjadi hutan hujan dataran rendah (100-1000 m dpal) yang
didominasi oleh Zona Collin (500-1000 m dpal.), hutan hujan pegunungan
bawah atau sub montana (ketinggian 1000–1.500 dpal.) dan hutan hujan
pegunungan tengah atau hutan montana (ketinggian 1.500 – 1.929).
Pada ketinggian 500-1.000 m dpl ditemukan beberapa spesies dari
anggota Suku Dipterocarpaceae yang merupakan ciri hujan hujan dataran
rendah dapat ditemukan di kawasan Gunung Halimun, yaitu: Dipterocarpus
trinervis, D. Gracilis dan D. Hasseltii. Selain itu pada ketinggian tersebut
dapat dijumpai spesies-spesies: rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima
wallichii), saninten (Castanopsis javanica), kiriung anak (C. acuminatissima),
pasang (Quercus gemelliflora).
18
Pada ketinggian 1,000 – 1,500 m dpal dapat dijumpai spesies-spesies
seperti Acer Iaurinum, ganitri (Elaeocarpus ganitrus), Eurya acuminatissima,
Antidesma bunius, Ficus spp, kayu putih (Cinnamomum sp.), kileho (Saurauia
pendula), dan kimerak (Weinmannia blumei). Pada ketinggian ini dapat
dijumpai pohon-pohon yang memiliki tinggi hingga 40 m dengan diameter 120
cm, sedangkan pada ketinggian yang lebih rendah, akan dijumpai pohon-
pohon yang lebih tinggi lagi. Pada ketinggian di atas 1,500 m dpal didominasi
oleh jamuju (Dacrycarpus imbricartus), kibima (Podocarpus blumei), dan
kiputri (Podocarpus neriifolius). Spesies menarik lainnya adalah hamirung
(Vernonia arborea) yang merupakan satu-satunya anggota suku Asteraceae
yang berbentuk pohon. Kilemo (Litsea cubeba), yang lebih banyak dijumpai di
Gunung Botol; Jenis Schefflera rigida dan kiramo giling (Trevesia sundaica)
lebih banyak dijumpai pada tempat yang agak terbuka, maupun tepi jalan.
Sedangkan khusus di area sekitar Kawah Ratu, puncak Gunung Salak (2.211
m.dpal) juga terdapat jenis-jenis tumbuhan kawah dan hutan lumut.
Jika ditinjau dari sebaran jenis vegetasi TNGHS memiliki beberapa
tipe ekosistem, yaitu: tipe homogen yang terdiri dari tanaman teh terdapat di
dalam enclave di dalam kawasan. Enclave terbesar yaitu Perkebunan Teh
Nirmala dan Cianten. Tipe heterogen terdiri dari perwakilan hutan hujan tropis
sekitar 80% relatif masih utuh. Dua puluh persen (20%) lainnya sudah terbuka
oleh perambahan. Dari tipe heterogen tersebut kemudian dapat dilihat menurut
strata tumbuhan, terdiri dari pohon, perdu, herba, liana, efipit, palem, pandan
19
dan pisang-pisangan. Selain teh, dapat dijumpai pula jenis-jenis tumbuhan lain
yang cukup dominan, misalnya; pinus (Pinus merkusii), kidamar (Agathis
damara), kaliandra (Calliandra callothyrsus dan C. tetragoma). Semula jenis-
jenis tersebut sengaja ditanam oleh Perum Perhutani untuk penghijauan lahan,
namun kini sudah menjadi tumbuhan introduksi bagi perkebunan teh. Selain
itu dengan mudah dijumpai semak-semak ketinggian 2 m yang didominasi
oleh harendong (Melastoma malabathrycum), kirinyuh (Eupatorium
inulifolium), cente (Lantana camara), jotang (Bidens pilosa), pegagan
(Centela asiatica) dan kejibeling (Strobilantes crispus).
Di dalam TNGHS tercatat 13 spesies rotan dan 12 spesies bambu,
antara lain: bambu cangkore (Dinochloa scandens) dan bambu tamiang
(Schyzostachyum sp.) yang merupakan tumbuhan asli Jawa Barat. Di daerah
perluasan ditemukan hutan tanaman, terutama di areal yang dulunya berstatus
sebagai hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani,
antara lain: hutan tanaman rasamala (Altingia excelsa), pinus (Pinus merkusii),
damar (Agathis sp.) dan puspa (Schima wallichii).
Hasil inventarisasi dan koleksi anggrek di TNGHS, sampai saat ini
tercatat sebanyak 258 spesies yang teregolong dalam 74 marga. Empat puluh
tujuh spesies di antaranya tercatat sebagai spesies endemik Pulau Jawa dan 5
jenis merupakan catatan baru untuk Pulau Jawa. Jumlah tersebut merupakan
satu per tiga bagian dari anggrek-anggrekan di Pulau Jawa yang tercatat
sebanyak 731 speises (Mahyar dan Sadili, 2003).
Di TNGHS juga dapat dijumpai berbagai jenis jamur yang menarik.
Dalam kelembaban hutan TNGHS, umumnya jamur dapat dilihat setiap waktu
sepanjang tahun khususnya selama musim hujan antara bulan September
hingga Mei. Terdapat beberapa tipe jamur yang tidak umum, salah satunya
adalah fenomena jamur bercahaya yang terdapat di sekitar Cikaniki dan hanya
pada waktu-waktu tertentu.
20
Di dalam kawasan TNGHS terdapat berbagai tipe ekosistem yang
terdapat di dalamnya merupakan habitat dari berbagai jenis fauna langka dan
dilindungi. Berdasarkan sejarahnya, kawasan ini pernah merupakan habitat
badak jawa (Rhinoceros sondaicus), harimau jawa (Panthera tigris
sondaicus). Untuk mamalia terdapat 61 spesies, beberapa spesies yang
endemik Pulau Jawa dan spesies terancam punah (endangered). Spesies-
spesies terancam punah yang masih dapat dijumpai di antaranya macan tutul
jawa (Panthera pardus melas), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), owa
jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), lutung (Trachypithecus
auratus), ajag atau anjing hutan (Cuon alpinus javanicus), sigung (Mydaus
javanensis) dan kukang (Nycticebus coucang).
Ada sebanyak 244 spesies burung atau setara dengan 50 % dari jumlah
jenis burung yang hidup di Jawa dan Bali. Sekitar 32 jenis diantaranya adalah
endemik di Jawa dengan sebaran terbatas/langka dan terdapat 23 spesies
burung migran (Prawiradilaga, dkk, 2002). Kawasan ini juga telah ditetapkan
oleh BirdLife, organisasi internasional pelestari burung, sebagai daerah burung
penting (IBA, Important Bird Areas) dengan nomor ID075 (Gunung Salak)
dan ID076 (Gunung Halimun). Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk
menyelamatkan jenis-jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi), luntur jawa
(Apalharpactes reinwardtii), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk
jawa (Otus angelinae), dan gelatik jawa (Padda oryzivora) (BirdLife
International, 2009).
21
Kawasan TNGHS dapat ditemukan keberadaan sekitar 27 spesies
amfibi, 50 spesies reptilia, 26 spesies capung (Sidik, I. 1998, Kurniati, 2003).
Tercatat pula 31 spesies ikan yang sebagian besar (37,5%) tergolong ikan-ikan
gobiid dan eleotriad, seperti spesies-spesies ikan komplementer air tawar,
jenis-jenis tersebut antara lain paray (Rasbora aprotaenia), beunter (Puntius
binotus), bogo (Channa gachua), belut (Monopterus album), kehkel
(Glyptothorax platypogon), bungkreng (Poeciba reticulata) dan Sicyopterus cf
microcephalus.
Terdapat tiga spesies Penciri (Flagship Species) TNGHS yaitu Owa
Jawa (Hylobates moloch), Macan Tutul (Panthera pardus melas) dan Elang
Jawa (Nisaetus barthelsi).
Sosial Budaya
unik masyarakat tradisionial di kawasan TNGHS dapat dijumpai pada
masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar. Anda dapat mengenal keseharian
mereka di sini. Upacara adat dapat dijumpai dalam kegiatan Seren Taun yang
dilaksanakan satu tahun sekali . Seren Taun merupakan suatu kegiatan upacara
adat yang dilakukan untuk mensyukuri hasil panen tahun lalu dan menyambut
tahun yang akan datang. Selain itu Anda dapat mengenal lebih dekat dengan
seni tradisional yang mereka miliki seperti seni debus dengan kekuatan mejik,
dog-dog lojor, wayang golek, tari topeng jaipong dan lain-lain.
Selain Ciptagelar, lokasi yang dapat dijadikan sebagai lokasi kegiatan
adalah Kampung Sukagalih. Kampung Sukagalih merupakan masyarakat
kampung non adat yang memegang teguh budaya menjaga hutan. Kampung
ini pula merupakan salah satu kampung yang menjadi model bagi pengelolaan
TNGHS bersama masyarakat.
22
Kegiatan Pengelolaan
Untuk mencapai visi, misi dan tujuan pengelolaan TNGHS, dilakukan
kegiatan pengelolaan kawasan yang meliputi:
1. Pemantapan dan Penataan Kawasan termasuk di dalamnya tata batas kawasan,
penataan zonasi.
2. Perlindungan Hutan dan Pengendalian Kebakaran termasuk di dalamnya
penyuluhan kebakaran, operasi dan patroli pengamanan.
3. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya termasuk di dalamnya
monitoring satwa kunci dan monitoring plot permanen
4. Pemanfaatan Jasa Lingkungan termasuk di dalamnya pemanfaatan jasa
lingkungan air dan wisata alam
5. Kerjasama Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat
Model Kampung Konservasi
Model Kampung Konservasi merupakan terjemahan Model Desa
Konservasi (sebuah pendekatan pengelolaan kawasan konservasi yang
dilakukan Direktorat Jenderal PHKA) yang diimplementasikan oleh Taman
Nasional Gunung Halimun Salak. Muncul sebagai model manajemen untuk
menjawab perubahan paradigma pengelolaan kawasan konservasi dengan
menggandeng masyarakat sekitar dan di dalam kawasan untuk mengelola dan
menjaga kawasan TNGHS. Model Kampung Konservasi merupakan model
kampung yang di dalamnya bisa melakukan aktivitas perlindungan secara
mandiri, menjaga ekosistem yang baik dan secara ekonomi bisa memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Visi yang diusung adalah Masyarakat hidup
bersama Taman Nasional.
Implementasi MKK memperhatikan pilar kesepakatan ruang dan
peningkatan kesadaran masyarakat dengan menggunakan tiga alat berupa:
23
Melakukan restorasi atau rehabilitasi kawasan TNGHS yang terdegradasi
dengan melibatkan masyarakat lokal.
Melakukan observasi partisipatif dengan melibatkan masyarakat lokal.
Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal di TNGHS.
Kemitraan
Kawasan seluas 113.357 Ha dengan keterbatasan personel
perlindungan dan pengamanan hutan harus menghadapi tantangan berupa
illegal activities serta semakin berkembangnya jumlah penduduk di dalam dan
sekitar kawasan yang bergantung terhadap kawasan TNGHS. Untuk itu
dibutuhkan strategi dalam menjawab tantangan pengelolaan tersebut dengan
pelibatan peran pihak lain yang berkepentingan terhadap kawasan yang
diakomodasikan dalam kemitraan atau kolaborasi.
Kemitraan di kawasan konservasi merujuk pada aturan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 390/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Kerjasama di
Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam
pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sendiri melibatkan
pihak-pihak antara lain masyarakat, lembaga pemerintah, pemerintah daerah,
pihak swasta, akademisi dan lembaga non pemerintah.
Parapihak yang tercatat sebagai mitra TNGHS dalam pengelolaannya
adalah parapihak yang memiliki kepedulian terhadap keberadaan kawasan
TNGHS. Kemitraan ini dituangkan dalam nota kesepahaman dan perjanjian
kerjasama yang meliputi pelaksanaan kegiatan restorasi kawasan,
perlindungan dan pengamanan kawasan, pemberdayaan masyarakat serta
pemanfaatan jasa lingkungan air.
Saat ini tercatat sebanyak 22 mitra yang bekerja bersama TNGHS, di
antaranya adalah Chevron Geothermal, Yayasan Kehati, PT. Antam,
Perkumpulan Gedepahala, dan Perkumpulan Suaka Elang.
24
Perluasan cakupan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(TNGHS) menimbulkan conflict of interest yang bersifat trade off antara
kepentingan TNGHS yang memiliki fungsi utama sebagai area konservasi
(kepentingan ekologi) dan kepentingan masyarakat sekitar yang
memanfaatkan hutan untuk kebutuhan ekonomi. Salah satu jasa lingkungan
intangible yang dimiliki TNGHS adalah wisata alam di zona pemanfaatan
yang diharapkan dapat sebagai salah satu alternatif win-win solution terhadap
trade off kepentingan konservasi dan kepentingan ekonomi kawasan
konservasi. Pengembangan wisata alam di taman nasional merupakan skema
pembayaran jasa lingkungan yang akan memberikan nilai tambah bagi
kawasan konservasi, baik sebagai fungsi konservasi maupun manfaat ekonomi
yang tidak bersifat eksploitasi sehingga tidak membahayakan kelestarian
taman nasional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji sejauh mana
kegiatan wisata alam di TNGHS dapat mendukung kegiatan konservasi dan
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Tingginya nilai
ekonomi wisata serta dampak ekonomi berupa penyerapan tenaga kerja dan
dampak multiplier menunjukkan bahwa TNGHS memiliki jasa lingkungan
berupa wisata alam yang sangat penting bagi perekonomian masyarakat.
Kelestarian dan keindahan sumber daya alam TNGHS mutlak harus dijaga
guna keberlangsungan wisata alam, karena tanpa keindahan dan kelestarian
alam TNGHS tidak akan ada kegiatan wisata alam, yang berarti tidak akan ada
manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Banyak para petani tradisional maupun pendatang sudah tinggal di
wilayah ini sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai areal konservasi.
Sehingga menjadi tantangan pengelola, para pihak dan masyarakat lokal dalam
mengembangkan model pengelolaan kawasan TNGHS yang lebih kolaboratif
dan berkelanjutan.
Analisis SWOT kawasan dilakukan untuk menemukenali faktor-faktor
kekuatan, kelemahan, dan peluang serta tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan kawasan.
25
Analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang analisis kondisi
situasi yang dihadapi sehingga bisa didapatkan strategi yang tepat dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu :
1. Strength
Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah
Indonesia yang terkait dengan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya serta lingkungan hidup
Memiliki daya tarik wisata alam yang lengkap, seperti: air terjun, kawah,
hutan.
Aksesibilitas yang mudah dari kota Jakarta
2. Weakness
Lemahnya peran serta dan kelembagaan masyrakat, terutama masyarakat
sekitar kawasan
Masih lemahnya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kekurangan sumberdaya manusia, dalam menerapkan konservasi dan
perlindungan terhadap kawasan
3. Opportunities
Tingginya minat wisatawan terhadap kegiatan wisata outbound
Pertumbuhan ekonomi nasional
Komitmen para penentu kebijakan di tingkat nasional dan regional terhadap
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
4. Threats
Masih tingginya tingkat kerawanan kawasan, baik dari aktifitas penebangan
liar dan perdagangan kayu illegal, perambahan kawasan, kebakaran hutan dan
kegiatan pertambangan tanpa izin
Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan
Daya dukung lingkungan yang terbatas untuk akumulasi kegiatan wisata yang
lebih besar, yang akan berdampak pada penurunan kualitas fisik lingkungan
alam dan daya tarik obyek wisata itu sendiri.
26
2.2.2. TAMAN NASIONAL KAKADU
Di taman nasional terbesar di Australia ini, Anda akan melihat tebing-
tebing curam bergerugut, hutan hujan lebat dan galeri seni cadas berusia
50.000 tahun. Pelajari kebudayaan masyarakat Aborigin dari pemilik
tradisional suku Bininj/Mungguy. Saksikan jutaan burung yang bermigrasi di
antara lahan basah. Lihat bunga teratai yang indah dan buaya prasejarah, air
terjun yang gemuruh dan kolam yang berkilauan. Rasakan keajaiban Kakadu
di enam musim yang sangat berbeda. Dari bunga teratai yang indah sampai
buaya prasejarah, Kakadu penuh dengan harta karun yang dapat dijelajahi.
Mt Borradaile, NT Menyaksikan seni Aborigin
Kakadu adalah lokasi salah satu koleksi seni cadas Aborigin terbesar di
dunia. Lihat celah-celah batu yang dipahat oleh leluhur Dreamtime di
Nourlangie Rock. Atau lihat lukisan Manusia Petir, leluhur Dreamtime yang
masih mengatur badai petir dahsyat pada musim hujan, di Anbangang Gallery
tidak jauh dari sini. Lihat lukisan Rainbow Serpent dan beberapa contoh seni
sinar-X terindah di dunia di Ubirr Rock. Kakadu adalah lokasi salah satu
koleksi seni cadas Aborigin terbesar di dunia. Anda akan melihat jejak tangan
hewan, pemburu dan gambar-gambar Dreamtime, serta rumah, perkakas batu,
27
batu asahan, seni cadas dan oker yang digunakan sebagai bahan pewarna
dalam upacara adat.
Pelajari bagaimana seni tersebut menggambarkan sejarah sosial,
budaya dan alam Kakadu dalam tur bersama pemandu atau melalui lambang-
lambang penuh makna.
Ikuti perjalanan wisata Gubarra Pools Walk melintasi tebing-tebing
batu pasir menuju hutan monsun yang rindang atau perjalanan wisata Bubba
Walk melalui lahan basah yang dikelilingi pohon paperbark, pandan, cycad
dan teratai. Lihat air terjun Jim Jim Falls yang menakjubkan setinggi lebih dari
250 meter. Jelajahi Sungai East Alligator dan Yellow Water melintasi buaya,
ikan barramundi, dan burung-burung seperti magpie geese, brolga, jabiru dan
elang laut berperut putih. Lihat burung jacana dan jesus yang terbang di antara
daun-daun bunga teratai. Seperempat dari semua spesies ikan air tawar
Australia, dan lebih dari sepertiga spesies burung Australia dapat ditemukan di
Kakadu.
Yellow Water Billabong
Naik kendaraan gardan ganda ke Koolpin Gorge atau kaki tebing
curam Arnhem Land dan berkemah semalam. Atau ikuti tur naik kendaraan
gardan ganda ke lokasi-lokasi menarik seperti air terjun Jim Jim Falls dan
ngarai Barramundi Gorge. Saksikan keagungan dan keindahan Kakadu dalam
penerbangan penuh pemandangan indah atau tangkap ikan barramundi
bersama pemandu memancing yang berpengalaman. Susuri Sungai East
Alligator dalam perjalanan wisata budaya Aborigin atau dayung kano menuju
28
air terjun Twin Falls yang mengagumkan. Berjalan melintasi hutan semak
melalui hutan hujan, melintasi air terjun dan kolam rendam yang jernih.
Anda harus mengunjungi Kakadu lebih dari sekali untuk menikmati
musimnya yang sangat berbeda. Masyarakat Bininj setempat membagi musim
menjadi enam, dimulai dengan air terjun yang gemuruh dan kilat yang
menyilaukan pada musim monsun Gudjewg dari bulan Januari sampai Maret
sampai cuaca panas dan kering pada musim Gurrung pada bulan Agustus dan
September. Lihat bunga paperbark yang sedang mekar dekat danau billabong
yang penuh dengan burung air pada musim Banggerreng pada bulan April.
Nikmati cuaca nyaman dan langit cerah pada musim dingin Wurrgeng dari
bulan Juni sampai Agustus. Nikmati pemandangan yang selalu berubah ini
dalam penerbangan menyusuri bentang alam atau nikmati pemandangan dari
dekat dalam perjalanan wisata hutan semak, danau billabong atau pesiar
sungai.
Gunlom Falls
Mulai dari Darwin dan berjalan melintasi hutan belantara lahan basah
yang kaya akan kebudayaan dan sejarah perintisan masyarakat Aborigin dalam
perjalanan wisata Nature's Way. Perjalanan wisata ini membawa Anda dari
Taman Nasional Kakadu yang terdaftar sebagai Warisan Dunia menuju Taman
Nasional Litchfield dan Taman Nasional Nitmuluk. Berkano menyusuri
Sungai Katherine, berenang di air terjun Litchfield dan lihat koleksi seni cadas
Aborigin terbesar di dunia di Kakadu. Di sini Anda dapat berjalan ke puncak
air terjun Gunlom Falls, yang terkenal dalam film Crocodile Dundee sebagai
29
Echo Pool, jelajahi kolam-kolam karang dan masak makanan dengan api
unggun di kaki tebing curam Arnhem Land.
Bagi orang yang gemar fotografi dan melihat hewan liar dan burung,
ini merupakan perjalanan wisata impian, semuanya dilakukan di jalan beraspal
mulus yang cocok untuk kendaraan bergardan tunggal. Hamparan padang
rumput, tebing berwarna marun, dan sungai musim hujan yang terlindung ini
menawarkan pendakian, berlayar dengan perahu, dan kesempatan berkemah
terbaik di Australia. Rasakan salah satu cagar alam terbaik Australia di Taman
Nasional Kakadu. Berjalan kaki sepanjang ngarai bebatuan merah yang terjal,
berkemah di tengah kehidupan liar setempat, atau saksikan badai kuat yang
menggulung di angkasa selama musim hujan.
Sebelum memulai perjalanan Anda, singgahlah di Pusat Pengunjung
Bowali. Rencanakan petualangan Anda dengan peta pusat wisata sembari
menyesap minuman dingin. Wilayah Jabiru dan Buaya Selatan menawarkan
pemandangan Australia yang menawan. Nikmati pemandangan bilabong dan
lahan hutan sepanjang jalan setapak Gungarre, sebuah sirkuit berjalan kaki
sepanjang 3,6 kilometer yang memerlukan waktu 2 jam untuk mengitarinya.
Anda dapat memandangi burung bersama pemandu di sekitar Lahan Basah
Mamukala atau Hutan Hujan Manngarre.
Lakukan perjalanan sehari ke Ngarai Jim Jim di awal musim panas,
dan abadikan gambar air terjunnya yang dramatis. Di dekatnya, Air Terjun
Kembar dan jalur setapak Barrk Malam menawarkan bentangan pemandangan
pedesaan tahan merah. Berjalan kaki ke Nourlangie atau Nagluwurr, dan
lihatlah seni batu Aborigin kuno. Pelajari arti prasasti ini dan teknik berburu
Aborigin tradisional di Pusat Budaya Warradjan. Menginap di lokasi
perkemahan di sekitarnya dengan fasilitas kamar mandi dan sumber air
minum.
Di musim hujan, limpahan air hujan mengisi ngarai Kakadu hingga
penuh. Walaupun hal ini membuat banyak jalur setapak tidak dapat diakses,
30
hujan membuka Buaya Selatan Kakadu Aurora sebagai lokasi berenang yang
menyenangkan. Berjalan kaki di sekitar Kolam Gubara, dan temukan ikan
yang melesat di antara gelagah. Naik ke kapal pesiar Sungai Guluyambi atau
Perairan Kuning, dan lihat kehidupan liar di antara genangan air tepi sungai.
Ikuti tur dengan pesawat dari Wilayah Kakadu dan tangkap
pemandangan seluruh aliran air terjun dari ketinggian.Saat sore hari mulai
turun, berjalan kaki ke Tempat Observasi dan saksikan awan badai yang
bergulung di atas kepala. Lokasi berkemah selama musim hujan terbatas,
namun tetap tersedia.
Berkendara ke Kakadu dari Darwin menghabiskan waktu sekitar seharian.
Harga tiket masuk ke Taman Nasional Kakadu cukup wajar. Makanan,
penyewaan mobil berpenggerak empat roda, dan penyedia tur dapat dijumpai
di kota Jabiru, di Jalan Raya Arnhem. Musim panas berlangsung dari Mei
hingga Oktober, sementara musim hujan mencapai puncaknya di bulan
Desember.
Dari pemaparan data di atas, dapat ditarik sebuah analisis SWOT Taman
Nasional Kakadu, yaitu :
a. Strength
Perangkat kebijakan internasional yang terkait dengan konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistem serta lingkungan hidup.
Memiliki daya tarik wisata budaya lokal, kerajinan dan makanan lokal
Memiliki daya tarik wisata alam yang lengkap, seperti: aneka ragam
flora & fauna, air terjun, sungai, goa, pemandangan pegunungan dan
hutan alam.
b. Weakness
Masih banyak potensi pariwisata didalam kawasan yang belum
dieksplorasi
c. Opportunities
Komitmen dan dukungan masyarakat internasional terhadap
lingkungan dan pelestarian sumber daya alam
31
Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang unik, langka,
dan bernilai ekonomi tinggi serta tingginya minat masyarakat lokal dan
manca negara.
Tingginya minat wisatawan untuk melihat satwa yang terdapat
dikawasan ini
Perkembangan pasar wisata keluarga yang memerlukan wadah dan
kegiatan wisata yang akan terus menunjukkan peningkatan
d. Weakness
Kondisi perekonomian masyarakat yang masih sangat bergantung pada
ketersediaan sumber daya alam di dalam kawasan.
Keberadaan habitat satwa dari ancaman kepunahan
Komersialisasi yang progresif dan degradasi lingkungan.
2.4. PERBANDINGAN WISATA
2.4.1. BAD PRACTICES TAMAN NASIONAL HALIMUN-SALAK
Pemerintah kurang sigap dan cepat dalam menanggapi masalah yang
mengganggu lingkungan dan pariwisata.
Masyarakat masih belum sadar bahwa perilaku yang dilakukan mengganggu
ekosistem alam.
Pemerintah tidak tegas memberlakukan peraturan yang jelas dan tegas
mengenai pelanggaran yang dilakukan masyarakat.
Perlindungan bagi flora dan fauna yang kurang diawasi sehingga masih
terjadi penebangan atau pemburuan liar
2.4.2. BEST PRACTICES TAMAN NASIONAL KAKADU Pemerintah secara serius merenacakan dan melaksanakan pembangunan
pariwisata berkelanjutan ( sustainability tourism ).
32
Pemerintah cepat dan sigap dalam mengatasi masalah yang mengganggu
pariwisata ( sampah, limbah, dll. ).
Selain memiliki kekayaan alam, kawasan Taman Nasional Kakadu tetap
menjaga kearifan lokal suku aborigin.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Taman Nasional Halimun-Salak dan Kakadu mempunyai peran yang
sama sebagai paru paru dunia, namun Pemerintah Australia lebih berperan
aktif dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang mengganggu
pariwisata di daerahnya. Pemerintah Indonesia masih perlu melakukan
berbagai persiapan dalam menyediakan pariwisata ramah lingkungan di
kawasan Jawa Barat, khususnya di Taman Nasional Halimun-Salak.
Dalam pengembangan destinasi pariwisata Taman Nasional Halimun-
Salak dan Taman Nasional Kakadu memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan selanjutnya menjadi destinasi utama pariwisata di kawasan
Indonesia. Dengan meningkatnya minat pada destinasi wisata special interest
maka objek destinasi ini bisa menjadi pilihan bagi para wisatawan yang
mencari something different. Diperlukan kerjasama dengan oleh seluruh
stakeholders yang terlibat dalam merencanakan, mempromosikan, mengelola
dan menjaga Taman Nasional.
33
3.2. SARANBerdasarkan masalah di atas, maka saran yang penulis sampaikan bagi
pemerintah antara lain :
Pemerintah Bogor dapat menerapkan pariwisata ramah lingkungan
Pemerintah Australia tetap menjaga keaslian flora, fauna dan kearifan lokal
Selain itu, saran yang penulis sampaikan bagi masyarakat antara lain :
Masyarakat lokal kawasan Taman Nasional Halimun-Salak mulai menjaga
alam sekitar, khususnya daerah kawasan wisata agar tidak semakin rusak.
Masyarakat kawasan Taman Nasional Halimun-Salak dapat mewujudkan
kebijakan pemerintah untuk menciptakan pariwisata ramah lingkungan.
Saran bagi penulis :
Penulis sebaiknya dapat lebih banyak mempelajari dalam mencari informasi
mengenai Taman Nasional sebagai tempat wisata
Penulis bisa membantu dalam kontribusi pembangunan pariwisata khususnya
di Taman-Nasional Halimun-Salak
34
DAFTAR PUSTAKA
www.conservation.org/global/indonesia/berita
www.bogorheritage.net
www.dephut.go.id/INFORMASI/TN
http://halimun salak.org/
http://www.australia.com/id- id/places/kakadu/highlights.html
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/menyusuri-keindahan-taman-
nasional-di-australia
http://travel.kompas.com/read/2015/05/12/102629827/
Berani.Menjelalahi.Alam.Liar.di.Taman.Nasional.Australia.
http://ekowisata.org/berwisata-alam-di-taman-nasional-pengetahuan-dan-
promosi-taman-nasional/
http://www.australia.com/id- id/places/kakadu/highlights.html
35
LAMPIRAN
Peta Kawasan Taman Nasional Halimun-Salak
Peta Kawasan Taman Nasional Kakadu
36
Peraturan Terkait Bidang Kehutanan Taman Nasional
UU 41/ 1999 tentang Kehutanan
UU 5/ 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological
Diversity
UU 5/ 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
UU 32/ 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU 7/ 2004 tentang Sumber Daya Air
UU 10/ 2009 tentang Kepariwisataan
Penjelasan UU 41/ 1999 tentang Kehutanan
Penjelasan UU 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya
Kerusakan Hutan di Kawasan Taman Nasional Halimun-Salak
37