Upload
drriccafauziyah
View
3.126
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
PENGELOLAAN PERBAIKAN PROGRAM
GIZI PUSKESMAS WANASARI
Mira Dyani Dewi, dr
Latar BelakangGambaran pembangunan kesehatan di Kabupaten dapat dilihat dari 3 komponen yang berhubungan
Pelayanan kesehatan
PUSKESMAS
Puskesmas : unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
Upaya kesehatan wajib
tingkat keberhasilan pelaksanaan program ini, sangat tergantung dari pengelolaan dan penyelenggaraannya program tersebut
Pelaksanaan Program Puskesmas Wanasari tidak terlepas dari kendala yang menyebabkan adanya hambatan dalam menjalankan fungsinya
Program perbaikan gizi terdapat kesenjangan antara target dan cakupan
Terutama gizi buruk dimana cakupannya belum mencapai 100%
RUMUSAN
MASALAH
•Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program perbaikan gizi khususnya gizi buruk?•Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program perbaikan gizi khususnya gizi buruk?
Tujuan Penelitian
• Mengetahui berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program perbaikan gizi khususnya gizi buruk.
• Mengetahui cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program perbaikan gizi kususnya gizi buruk.
Manfaat Penelitian
untuk membantu meningkatkan kinerja
Puskesmas pada program perbaikan gizi khususnya mengenai gizi buruk, agar hasil yang dicapai dapat
sesuai dengan target program tersebut yaitu
dapat mencapai cakupan kasus gizi
buruk sebanyak 100%.
Metodologi Penelitian
Deskriptif
Dilakukan melalui wawancara dengan pemegang program gizi terkait,
pengumpulan dan pengkajian data terkait, yang kemudian disesuaikan dengan teori yang diperoleh dari literatur kepustakaan
Tinjauan Pustaka
4 Masalah Gizi Utama
Di Indonesia
PENANGGULANGAN MASALAH GIZI
Tujuan
• menurunkan angka penyakit akibat kurang gizi yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah terutama pada anak balita dan wanita
Sasaran
• Penurunan prevalensi KEP pada balita
• Penurunan prevalensi kurang vitamin A di daerah rawan
• Penurunan prevalensi penyakit yang disebabkan kurangnya yodium
• Penurunan prevalensi anemia gizi pada Ibu hamil
• Adanya perubahan pola konsumsi pangan keluarga yang makin beraneka ragam, seimbang dan bergizi.
Kebijakan yang ditempuh
•meningkatkan penanggulangan 4 masalah gizi utama yaitu kurang energi protein (KEP), kurang vitamin A, gangguan akibat kurang iodium (GAKI) dan anemia gizi baik secara langsung maupun tidak langsung
Upaya Penanggulangan
Gizi Buruk
• Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dalam bentuk pelayanan gizi untuk Ibu dan anak di Posyandu dan pelayanan lain di masyarakat di luar Posyandu
UPGK (USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA) Adalah kegiatan
lintas sektoral antara kesehatan,
pertanian, KB, agama,
penerangan, pendidikan,
industri, koprasi dan pemerintah
daerah yang bertujuan untuk meningkatkan
keanekaragaman pola konsumsi pangan dan
perbaikan gizi masyarakat
Tujuan Umum : meningkatnya dan terbinanya keadaan
gizi seluruh anggota
masyarakat
Tujuan Khusus :• Timbulnya
partisipasi dan pemerataan kegiatan terhadap semua elemen masyarakat
• Terwujudnya perilaku mendukung perbaikan gizi
• Terwujudnya perbaikan gizi balita
Pelaksanaan UPGK
Pelaksanaan Dalam Posyandu
• Penimbangan balita• Penyuluhan gizi• Pemberian makanan tambahan• Pemberian paket pertolongan
gizi
Pelaksanaan Luar Posyandu
• Pemanfaatan tanaman pekarangan
• Kebun percontohan• Motivasi kegiatan UPGK melalui
jalur lembaga agama• Peningkatan konsumsi makanan
keluarga di desa• Pengaturan pemberian ASI dan
makanan pendamping ASI
PERANAN FUNGSI DAN TUGAS TENAGA GIZI di PUSKESMAS
Peranan
Melaksanakan upaya pelayanan gizi di
wilayah Puskesmas
Membantu kepala Puskesmas dalam
upaya perbaikan gizi
FungsiMelakukan identifikasi
masalah gizi
Menentukan prioritas masalah gizi
Menyusun dan memilih alternatif pemecahan
masalahMelaksanakan pelayanan
gizi di wilayah kerja Puskesmas
Monitoring dan evaluasi
TugasMenentukan masalah
giziMembantu perencanaan
intervensi giziMelaksanakan pelayanan
gizi individualMelaksanakan pelayanan
gizi masyarakat
Menilai status gizi
Melatih kader
PEMBAHASAN
LIMA LANGKAH PENGELOLAAN PROGRAM PERBAIKAN GIZI
Controling andLangkah I
IDENTIFIKASI PlaningEvaluation
MASALAH
Langkah V Langkah IIPEMANTAUAN ANALISISDAN EVALUASI MASALAH
Langkah IVLangkah III
MELAKSANAKAN MENENTUKANPROGRAM KEGIATAN
PERBAIKAN GIZI PERBAIKAN GZI
Actuating
Controling andLangkah I
IDENTIFIKASIPlaning
Evaluation
MASALAH
Langkah V Langkah II
PEMANTAUAN ANALISISDAN EVALUASI MASALAH
Organizing
Langkah IV
Langkah III
MELAKSANAKAN MENENTUKAN
PROGRAM KEGIATANPERBAIKAN GIZI PERBAIKAN GZI
Actuating
Pelaksanaan Program Gizi di Puskesmas Wanasari
Pelaksanaan program gizi di Puskesmas Wanasari secara umum sudah mencakup 4 (empat) program gizi utama, yaitu kekurangan energi protein, kekurangan vitamin A, gondok endemik (kekurangan yodium) dan anemia gizi
TARGET INDIKATOR KERJA GIZI
No IndikatorTARGET
2010 2011 2012 2013 2014
1 Persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan
100 100 100 100 100
2 Cakupan RT yang mengkonsumsi garam beryodium
75 77 80 85 90
3 Persentase balita 6-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A
75 78 80 83 85
4 Persentase Ibu hamil mendapat Fe 90 tablet
71 74 78 81 85
Cakupan Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil
No
Desa Ibu Hamil(tahu
n)
Februari
Maret
April
1 Wanasari 2.569 200 197 168
2 Wanajaya 977 88 88 80
3 Cibuntu 695 63 53 50
Total 4.241 351 338 298
Cakupan Pemberian Vitamin A
No Desa Jumlah Balita 6-59 bulan
Februari
Maret
April
1 Wanasari
8.45498,87%
- -
2 Wanajaya
3.87688,63%
- -
3 Cibuntu 3.47290,44%
- -
Total 15.802 92,6%
Cakupan Pemberian Vitamin A
pemberian vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas Wanasari pada bulan Februari
dengan rata-rata cakupan dari ketiga
desa sebanyak 92,6% sudah melebihi
indikator kinerja yaitu sebanyak 78%.
Cakupan Pemberian Besi Pada Ibu Hamil
cakupan pemberian Fe terhadap Ibu hamil
bulan Februari adalah sebanyak 99%, Maret sebanyak 95,7%, dan April sebanyak 84,4%
yang berarti sudah melebihi indikator kinerja 2011 yaitu
77%.
Pemberian Garam Beryodium
Menurut hasil wawancara dengan petugas gizi, belum ditemukan kasus yang berhubungan dengan kekurangan yodium dan juga bukan merupakan kawasan endemis. Oleh karena itu, pelaksanaan program selama ini hanya bersifat preventif yang biasanya dilakukan bersama-sama dengan kegiatan Posyandu berupa promosi garam beryoudium dan pemeriksaan kandungan garam beryodium. Untuk pelaporan data masih dalam proses.
Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk
No
Desa Februari
Maret
April
1 Wanasari 2 4 7
2 Wanajaya 0 2 2
3 Cibuntu 0 0 0
Total 2 6 9
Yang mendapat perawatan
2 2 2
Gizi Buruk
•Dari data diatas dapat terlihat bahwa cakupan Balita yang mendapat perawatan gizi buruk hanya berjumlah 2 orang dari total 9 orang. Atau sekitar 22,22%. Hal ini menunjukan bahwa cakupan penanganan Balita dengan gizi buruk belum mencapai target indikator kerja yaitu 100%
Kendala Yang Dihadapi Dalam Penanganan Gizi Buruk
Dana • Pengadaan PMT
Kurangnya pemberdaya
an Masyarakat
• Penanganan• Pengontrolan
Kurangnya kerjasama
lintas sektor
• Memfasilitasi sarana dan prasarana penanganan gizi buruk
USULAN SOLUSI
USULAN SOLUSI
• Model Pemberdayaan Masyarakat dengan Kegiatan Praktek Periklaku dan Pemulihan gizi (KP3G)
• Kegiatan Kelas Gizi• Penaggulangan Balita
Gizi Buruk Dengan Menggunakan Modifikasi Formula WHO (MODISCO)
• Penggalangan Dana Dengan Organisasi Masyarakat atau Swasta
• Program Ibu Asuh
Bahan Modisco ½
Fase Stabilisa
si(10 hari)
Modisco I
Fase Transisi
(10 hari)
Modisco II
Fase Transisi(10 hari)
Modisco III
Fase Rehabili
tasi(10
hari)
Susu Skim 100 gr 100 gr 100 gr -
Full Cream - - - 120 gr
Gula Pasir 50 gr 50 gr 50 gr 75 gr
Minyak
Sayur
25 gr 50 gr - -
Margarine - - 50 gr 50 gr
Air 1000 ml 1000
ml
1000 ml 1000 ml
KESIMPULAN
• Kendala yang dihadapi oleh program gizi Puskesmas Wanasari khususnya dalam penanganan gizi buruk• tidak terlepas dari
keterbatasan dana operasional yang secara langsung dapat menghambat proses penanganan kasus gizi buruk.
• partisipasi masyarakat dalam hal ini kader masih sangat kurang, sehingga proses penjaringan, penanganan dan pemantauan pun masih sangat kurang
• belum terbinanya kerjasama lintas sektoral karena hingga saat ini semua proses penanganan kasus gizi buruk masih terpusat pada program gizi Puskesmas
KESIMPULAN
• Berdasarkan permasalahan tersebut, maka cara mengatasi kendala yang dihadapi adalah dengan • meminimalisir biaya
operasional dan memaksimalkan kinerja dengan fasilitas yang tersedia
• dilakukan penggalangan dana baik secara swadaya maupun kerjasama dengan organisasi masyarakat atau swasta.
• pelatihan kader dan pembuatan program baru yang innovatif untuk memaksimalkan kinerja.
• meningkatkan sosialisasi guna mempermudah kerjasama lintas sektor.
• Dengan demikian diharapkan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada dapat diatasi atau diminimalisir untuk mencapai hasil yang optimal.
SARANBaiknya setiap pihak
menyadari pentingnya penanganan
kasus gizi buruk sehingga
setidaknya dapat
membantu menginformasi
kan, menangani
atau memantau
kejadian kasus gizi buruk.
Penyuluhan dan sosialisasi tentang gizi buruk lebih ditingkatkan
untuk membangun kewaspadaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
terhadap kasus gizi buruk
Setiap balita yang berobat ke Puskesmas
sebaiknya diperhatikan gizinya dan tidak lupa
untuk diarahkan ke konseling gizi jika ditemukan adanya kasus
gizi buruk ataupun gizi
kurang
TERIMAKASIH