Upload
hawk-indo
View
1.025
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Banyak penyakit kritis pada manusia tidak dapat diobati dan disembuhkan oleh
tekhnologi kedokteran yang paling baru sekarang ini. Penyakit ini sering merusak organ
manusia yang hasilnya menyebabkan organ manusia tersebut secara normal tidak dapat
berfungsi secara normal. Para peneliti yakin bahwa stem cell manusia adalah obat yang sangat
baik untuk menyembuhkan penyakit kritis tersebut. Stem sel adalah sumber dari semua sel di
dalam individu, dan ini merupakan sebuah sumber bagi pengobatan sel. Pengobatan sel
sekarang ini merupakan sebuah jalan revolusi untuk mengatasi penyakit dan kerusakan dengan
keuntungan medis yang luas. Pengobatan stem sel mempunyai potensi penerapan dalam
mengatasi berbagai penyakit dan kelemahan dari otak, organ dalam, tulang dan banyak
jeringan lainnya. Contoh penyakit ini meliputi stroke, alzheimer’s, Parkinson, penyakit jantung,
osteoporosis, diabetes yang tergantung insulin, leukimia, luka bakar dan kerusakan sunsum
tulang belakang. Baru-baru ini, penelitian dari stem sel dewasa beserta aplikasinya telah
diperbolehkan dilakukan di Indonesia, dan beberapa sudah dipraktekkan untuk pengobatan
penyakit infark jantung, tetapi penelitiannya masih belum dijalankan dengan intensif sehingga
masih sangat diperlukan untuk penelitian dengan seksama
Istilah Stem Cell mulai populer digunakan di Dunia Kedokteran sejak tahun 1950-an. Yaitu sejak
ditemukannya Sel penyusun sumsum tulang yang mampu membentuk seluruh jenis sel darah dalam
tubuh manusia. Selanjutnya, Jenis Stem Sel ini disebut Stem Cell Hematopoietik.
Sesuai dengan kata yang menyusunnya (Stem = Batang), Stem Cell adalah Sel yang menjadi awal-mula
dari pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubuh organisme, termasuk Manusia. Layaknya
batang pohon yang menjadi tumpuan pertumbuhan ranting dan daunnya. Dalam Bahasa Indonesia Stem
Cell disebut juga Sel Punca (Punca = awal mula). Makna yang terkandung dalam Sel Punca semakin
diteguhkan dengan penemuan keberadaan Stem Cell pada awal kehidupan manusia, yaitu saat masih
Embrio. Hal ini semakin menegaskan bahwa Stem Cell adalah, Sel yang menjadi awal mula terbentuknya
200 jenis Sel yang menyusun tubuh yang terdiri dari > 100 triliun sel.
Dewasa ini, terlihat kemajuan yang signifikan di bidang diferensiasi stem cell jaringan. Di luar
tubuh manusia dapat mendeferensiasikan stem cell yang berpotensi majemuk untuk berdiferensiasi
menjadi tulang, tulang rawan, otot, lemak, tendon, jaringan saraf, hasil ini sangat menggembirakan.
Transplantasi stem cell hematopoietik telah banyak dilakukan, melalui infus stem cell hematopoietik
untuk pemulihan hematopoietik pada pasien dengan keganasan hematologi juga telah berhasil, ini
memberikan contoh untuk keberhasilan penelitian stem cell jaringan.
Modern Hospital Guangzhou(Stem Cell Research & Treatment Center) telah berhasil menggunakan stem
cell untuk mengobati sirosis hati, cerebral palsy, diabetes (kaki), kerusakan tulang femoral, penyakit
Alzheimer, penyakit Parkinson, cedera tulang belakang, infark miokard, gagal ginjal, penyakit sistem
kekebalan tubuh, anti-penuaan dan penyakit lainnya. Dengan pendalaman penelitian, stem cell akan
memberikan harapan kemanusiaan dan kejutan akan lebih dan lebih lagi!
Guangzhou - Pemanfaatan sel punca (stem cell) untuk terapi pengobatan terus berkembang pesat.
Sejak digunakan di dunia kedokteran pada era 1950-an, sel punca kini dapat digunakan menjadi salah satu jenis terapi modern yang memberi harapan kesembuhan untuk berbagai jenis penyakit kronis.
Sel punca atau stem cell adalah jenis sel di dalam tubuh yang sangat aktif membelah dan belum memiliki fungsi khusus. Sel punca berperan sangat penting karena dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel khusus, seperti sel darah atau sel otot.
Sel punca ini dapat dikembangkan dari sel embrionik yang diambil dari embrio bayi atau dari sel dewasa, seperti sumsum tulang, darah tepi, dan tali pusat bayi baru lahir. Perlakuan dengan sel punca dibagi
menjadi dua, yaitu terapi dan transplantasi. Pada proses terapi, sel punca hanya disuntikkan ke jaringan atau organ target dengan tujuan memperbaiki bagian yang rusak.
Penggunaan sel punca untuk terapi telah dilakukan di banyak negara termasuk di antaranya China. Bahkan, di wilayah berpenduduk satu milyar lebih itu, terapi sel punca sudah menjadi salah satu layanan medis yang ditawarkan di rumah sakit.
Fenomena ini agak berbeda dengan negara lain yang belum menempatkan terapi sel punca sebagai layanan medis. Di beberapa negara termasuk di Indonesia, pengobatan menggunakan terapi sel punca
masih terbatas dalam skala penelitian. Peraturan mengenai terapi sel punca pun cukup ketat, mengingat faktor keamanan serta problem etika.
Namun di Negara Tirai Bambu, pengobatan menggunakan sel punca relatif mudah ditemukan. Walau masih kontroversial karena pertimbangan efektivitas dan keamanannya, beberapa rumah sakit besar di China menawarkan harapan kesembuhan kepada pasien dengan menggunakan sel punca.
Salah satu rumah sakit yang menyediakan terapi sel punca adalah Modern Cancer Hospital Guangzhou
(MCHG). Di rumah sakit yang terletak di distrik Tianhe ini, layanan terapi sel punca telah ditawarkan kepada pasien sekitar satu tahun terakhir.
Seperti diungkapkan wakil direktur MCHG, Chen Bing, layanan terapi sel punca di tempatnya menawarkan harapan kesembuhan bagi beberapa jenis penyakit kronis di antaranya diabetes, sirosis
(pengerasan hati), gagal ginjal, dan penyakit degeneratif seperti parkinson. Chen menuturkan, pasien yang datang ke MCHG biasanya dalam kondisi cukup parah. Tetapi tak setiap
pasien dapat dilayani terapi ini. Sebelum menjalankan terapi, dokter ahli akan melakukan pemeriksaan secara lengkap dan menyeluruh, sekaligus memberi saran kepada pasien mengenai harapan dan kemungkinan kesembuhannya. Bila kondisi tidak memungkinkan, bukan pasien tak direkomendasikan
menjalani terapi ini. "Kami menawarkan terapi ini kepada pasien untuk mengurangi tingkat kesakitan," ungkap Chen saat
ditemui di sela-sela kunjungan para ahli pengobatan yang tergabung dalam Ikatan Naturopathi Indonesia, Minggu (22/7) lalu di Guangzhou.
Salah satu dokter ahli sel punca dari MCHG Zheng Xiang Lin mengklaim, efektivitas pengobatan menggunakan sel punca di rumah sakitnya dapat mencapai hingga 70 persen.
"Artinya, dari 100 pasien yang datang, ada 70 pasien yang telah mendapatkan manfaat dari pengobatan ini," ujar dokter yang memiliki spesialisasi dalam bidang pengobatan sirosis ini.
Zheng memaparkan, proses pengobatan sel punca terdiri beberapa tahap dan tidak berlangsung dalam waktu singkat. Untuk penyembuhan penyakit hati atau sirosis misalnya, tahapan pengobatan dimulai dari pemeriksaan kondisi pasien yang dilanjutkan dengan pengambilan sel dari sumsum tulang dari tubuh
pasien. Setelah itu akan dilakukan pemisahan dan pemeliharaan dan pengembangbiakan sel induk di luar tubuh, hingga kemudian penyuntikan sel punca ke dalam tubuh pasien secara bertahap.
Untuk pengembangbiakan sel punca, MCHG telah melakukan kerja sama dengan Pusat Penelitian Sel Punca yang berada di Rumah Sakit Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) 458. Di sini, s el induk pasien dikembangkan hingga mencapai jumlah yang cukup, sebelum kemudian diseleksi dan disuntikkan
ke dalam tubuh pasien. "Sel punca dikembangbiakan selama 4 sampai 5 hari hingga jumlahnya bisa mencapai jutaan," ujarnya.
Efektivitas terapi sel punca ini, kata Zheng, sangat tergantung pada beberapa faktor seperti riwayat dan kondisi penyakit pasien, serta tingkat kepatuhan pasien selama terapi. Biasanya, seorang pasien
menjalankan terapi sel punca hingga dua atau tiga kali untuk mendapatkan hasil maksimal, dengan biaya sekali terapi penyuntikan mencapai hingga 80 ribu RMB (Yuan) atau sekitar Rp 130 juta.
Menurut Zheng, jenis penyakit yang paling banyak ditangani dengan terapi sel punca di MCHG dan hasilnya memuaskan adalah sirosis, diabetes dan ginjal. "Banyak juga pasien gagal ginjal dari Indonesia yang berobat di sini," imbuhnya.
Ia berpendapat, terapi sel punca relatif aman dan tidak menimbulkan komplikasi. Selain prosedurnya yang minim invasif, terapi ini juga tidak membutukan obat-obat tambahan. Risiko penolakan dari tubuh
juga realtif kecil karena selnya diambil dari tubuh sendiri. Di luar kontrovesi mengenai tingkat keberhasilannya, terapi sel punca nyatanya menjadi salah satu
tumpuan dan harapan pengobatan medis di masa depan. Kini semakin banyak riset sel punca yang menunjukkan hasil positif bagi penyembuhan beragam jenis penyakit.
Bahkan industri di bidang pengobatan sel punca di dunia pun terus berkembang dari tahun ke tahun. Mengutip data Transparency Market Research dari Amerika Serikat, pasar pengobatan sel punca di
dunia mencapai 26,23 miliar dollar AS pada 2011, dan diproyeksikan bakal meningkat hingga 119,51 miliar dolar AS pada 2018.
Perkembangan dan Sejarah Penelitian Stem
Sel
Share on facebook Share on twitter Share on email Share on print More Sharing Services
Stem sel adalah proyek sel yang paling aktif di bidang
penelitiannya saat ini, seiring dengan semakin
dalamnya dasar dan aplikasi penelitian, teknologi
stem sel akan menyebabkan perubahan di bidang
kedokteran, dia telah menjadi suatu point terhangat
dalam bidang ilmu kehidupan di abad 21. Hingga saat
ini pada hewan digunakan fertilisasi in vitro untuk
terapi penyakit, perkembangan dan penelitian stem sel telah melalui proses yang panjang
Perkembangan dan Prose Penelitian
Stem Sel
Pada tahun 1959, Laporan pertama kali Amerika melalui fertilisasi in vitro(IVF) pada hewan.
Pada tahun 60’an, penelitian pada beberapa kerabat dekat jenis tikus kecil teratoma testis telah menunujukkan
bahwa itu berasal dari sel germinal embrio (embryonic germ cells, sel EG), pekerjaan ini telah menetapkan sel karsinoma embrional (embryonic carcinoma cells,sel EG) adalah salah satu jenis stem sel.
Pada tahun 1968, Edwards dan Bavister memperoleh sel telur individu yang pertama secara in vitro.
Pada tahun 70’an, Sel EC disuntikkan ke dalam blastokista tikus menghasilkan tikus heterozigot.
Pada tahun 1978, Louis Brown adalah bayi tabung pertama yang lahir di inggris.
Pada tahun 1981, Evan, Kaufma dan Martin dari sekelompok sel dalam blastokista tikus dipisahkan kedalam sel ES tikus kecil, mereka telah mendirikan sebuah sel ES tikus dalam kondisi kultur in vitro.
Pada tahun 1984-1988, Anderews dan kawan-kawan dari garis sel Tera-2 teratoma testis manusia
menghasilkan banyak potensi, dan dapat diidentifikasi sel (kloning), yang disebut sel karsinoma embrio (embryonic carcinoma cells,sel EG).
Pada tahun 1989, Pera dan lainnya telah memisahkan ikatan sel EC manusia, ikatan sel ini dapat menghasilkan jaringan dengan tiga lapisan germinal.
Pada tahun 1994, melalui fertilisasi in vitro dan pasien yang menyumbangkan blastosis pada dua - tahap pronukleus.
Pada tahun 1998, Thomoson dan lainnya dari pengobatan infertilitas pasangan menyumbangkan blastosis manusia pada dua tahap pronukleus.
Pada tahun 2000, Pemimpin Pera, Trounson dan Bongso ilmuwan terkemuka dari Singapore dan Australia dari
pengobatan infertilitas pasangan menyumbangkan sekelompok sel dalam blastosis dipisahkan ke dalam sel ES manusia.
Pada tahun 2003, Terbentuknya metode perpaduan antara sel-sel kulit manusia dan sel telur induk kelinci, penelitian stem sel embrio untuk manusia telah memberikan jalan yang baru.
Pada tahun 2004, April tahun 2000, Pemenang hadiah nobel Amerika ternama ke-61 dan ilmuwan lain
bersama-sama mengajukan permintaan kepada pemerintah AS untuk memberikan dukungan penuh terhadap penelitian stem sel.
Pada tahun 2004, China mengumumkan secara resmi “Metode penanganan teknologi stem sel jaringan
manusia”
Pada tahun 2004, Perkembangan dalam penerapan klinis stem sel berkembang sangat pesat dan cepat,
Penyimpanan tempat stem sel di daerah berkembang Eropa dan Asia mencapai 400 lebih, diantaranya ada 60
lebih yang telah melalui standar AABB.
Pada 23 January 2009, Badan Makanan dan Drug Administration Amerika telah menyetujui percobaan klinis yang pertama di dunia dari stem sel embrio.
Pada tahun 2010, Dokter di sebuah rumah sakit di Amerika pertama kali menggunakan GRNOPC1 stem sel
embrionik manusia yang dihasilkan oleh perusahaan untuk melakukan pengobatan pasien dengan cedera tulang belakang akut.
Pada tahun 2012, Penelitian China Stem sel pertemuan tahunan yang ketiga dan Guangzhou International Stem Sel yang kelima serta Forum kedokteran regenerasi telah berhasil diselenggarakan di GuangZhou.
Stem sel untuk menciptakan kesempatan bagi biomedikal
1. Terapi transplantasi stem sel—Membangun kembali fungsi tubuh
Seperti penyakit parkinson, diabetes, infark miokard, kerusakan ginjal, kelumpuhan otak dan sirosis hati cocok
untuk pengobatan stem sel dari beberapa jenis penyakit lainnya. Terhadap banyak penyakit yang
memperpendek kehidupan, meskipun tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat melalui transplantasi
stem sel memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang hidup. Penggantian jaringan menggunakan
pengobatan stem sel pada gangguan neurologis juga dapat dilakukan. Cedera tulang belakang, Multiple
sclerosis dan pengobatan penyakit parkinson digunakan di dalam otak dan sumsum tulang belakang untuk
mrnggantikan sel yang rusak dan tidak berfungsi.
2. Penerapan Penelitian Dasar
Stem sel embrio adalah alat penelitian utama dalam penerapan penelitian dasar, dapat memahami proses dasar
dari perkmebangan embrio, menjelaskan penyebab dan pencegahan janin kelainan koreksi deformitas. Dalam
biologi perkembangan lain yang terkait dan penelitian utama bidang biologi stem sel adalah memahami waktu
berkembanganya gen janin dan peran faktor pertumbuhan dan nutrisi molekul, sehingga mereka dapat
digunakan di laboratorium perkembangbiakkan stem sel, mengarahkan mereka ke arah perkembangan yang tepat dan berkembang menjadi sel yang terwujud.
3. Penetapan model filterasi obat dan sistem evaluasi yang ditetapkan
Penelitian sel induk secara signifikan meningkatkan pengembangan obat dan melakukan metode eksperimental
yang bersifat aman. Stem sel berpotensi majemuk dapat membuat sel percobaan menjadi lebih banyak jenis
menjadi suatu kemungkinan. Terapi obat baru dapat menggunakan jaringan sel manusia dalam menjalankan
eksperimen, seperti stem sel embrionik telah memberikan farmakologi obat baru, efektivitas obat, toksikologi
serta metabolisme obat dalam cara penelitian pada tingkat sel, sangat mengurangi biaya eksperimen obat. Stem
sel embrionik juga bisa digunakan untuk mempelajari mekanisme penyakit manusia dan proses pembangunan guna untuk mendapatkan pengobatan yang efektif secara berangsur lama.
Prospek dan masa depan stem sel
Stem sel hematopoietik adalah keutuhan stem sel yang paling awal ditemukan, penelitian terbanyak dan paling
pertama yang digunakan dalam pengobatan penyakit. Dalam jangka waktu panjang ini, masyarakat selalu
menganggap stem sel hanya termasuk dalam sistem hematopoietik, dan seiring dengan penelitian stem sel yang
mendalam, beberapa tahun terakhir, hampir di semua jaringan telah ditemukan stem sel, dalam segi biologis
stem sel dan proyek biologi stem sel telah menjadi jaringan gen manusia yang setelah urutan skala besar dalam bidang ilmu kehidupan menjadi yang paling dinamis, paling berpengaruh dan paling menjanjikan.
Pemerintah China sangat mementingkan dan penuh semangat bekerja dalam mempromosikan penelitian stem
sel dan mendirikan penelitian khusus dasar stem sel, mantan Perdana Menteri Wen Jia Bao juga telah
mendatangi penelitian dasar stem sel. Pemerintah Amerika menginvestasi besar untuk mendukung penelitian
dalam stem sel embrionik tubuh manusia. Pada tahun 2000 Jepang meluncurkan “Proyek abad ribuan tahun”,
didalamnya memasukkan proyek stem sel sebagai salah satu empat point terbesar. Pada tahun 2000, di Inggris
melalui pengijinan kloning embrio manusia tahap awal oleh mayoritas dan yang disebutkan pengambilan stem sel untuk penelitian medis dan sebagainya.
DEFINISI STEM CELL Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi yang mempunyai 2 sifat:
1. Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel
otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain. 2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-regenerate/self-renew). Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya
melalui pembelahan sel.
JENIS STEM CELL Berdasarkan Potensi atau Kemampuan Berdiferensiasi (1,2,3) Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi, stem cell dibagi menjadi:
1. Totipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam stem cell totipotent adalah
zigot (telur yang telah dibuahi). 2. Pluripotent. Dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal: ektoderm, mesoderm, dan endoderm, tapi
tidak dapat menjadi jaringan ekstraembryonik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk stem cell pluripotent adalah embryonic stem cells.
3. Multipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic stem cells. 4. Unipotent.
Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan non-stem cell, stem cell unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-renew)
Berdasarkan Sumbernya (1,3,4) Stem cell ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan sumbernya, stem cell dibagi
menjadi: 1) Zygote.
Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur 2) Embryonic stem cell. Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50 – 150 sel, kira-kira
hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah dikembangkan teknik
pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
3) Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
4) Stem cell darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem cell dari darah tali pusat merupakan jenis hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis stem cell ini ke
dalam adult stem cell. 5) Adult stem cell.
Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari: • Sumsum tulang. Ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang:
− hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat dan dari sumsum tulang, hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari darah tepi.
− stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem cell. • Jaringan lain pada dewasa seperti pada:
− susunan saraf pusat − adiposit (jaringan lemak) − otot rangka
− pankreas
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Misalnya: neural stem cell dapat berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari sumsum
tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya.
PERAN STEM CELL DALAM RISET (1,8) 1. Terapi gen. Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa transgen ke
dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self-
renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari
nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker. 3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan
4. Terapi sel berupa replacement therapy. Oleh karena stem cell dapat hidup di luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri, maka
dapat dilakukan manipulasi terhadap stem cell itu tanpa mengganggu organ tubuh manusia. Stem cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat ditransplantasi kembali masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu.
Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell: a. Penyakit autoimun.
Misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi
agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur yang tidak mengenal self antigent (dianggap sebagai foreign antigen). Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan
kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula. b. Penyakit degeneratif.
Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis sebagai suatu
penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang
menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif. c. Penyakit keganasan.
Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun. Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah lama dipakai dalam terapi
leukemia dan penyakit darah lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-based
therapy:
1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda
dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match), transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai. 2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam jumlah
besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di atas. 4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan dan berinteraksi
dengan jaringan sekitarnya.
Therapeutic Cloning (2,6) Therapeutic cloning atau yang lebih panjangnya disebut SCNT (Somatic Cell Nuclear Transfer) adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menghindari risiko penolakan/rejeksi. Pada therapeutic
cloning, inti sel telur donor dikeluarkan dan diganti dengan inti sel resipien misalnya diambil dari sel mukosa pipi. Lalu sel ini akan membelah diri dan setelah menjadi blastocyst, maka inner
cell massnya akan diambil sebagai embryonic stem cell dan setelah dimasukkan kembali ke dalam tubuh resipien maka stem cell tersebut akan berdiferensiasi menjadi sel organ yang diinginkan (misalnya sel beta pankreas, sel otot jantung, dan lain lain), tanpa reaksi penolakan
karena sel tersebut mengandung materi genetik resipien.
Keuntungan dan Kerugian Memakai Jenis Stem Cell Tertentu dalam Cell-based Therapy
(1,2,3,5,7) Keuntungan embryonic stem cell: 1. Mudah didapat dari klinik fertilitas.
2. Bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh. 3. Immortal. Berumur panjang, dapat berproliferasi beratus-ratus kali lipat pada kultur.
4. Reaksi penolakan rendah. Kerugian embryonic stem cell:
1. Dapat bersifat tumorigenik. Artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tak berdiferensiasi dapat menimbulkan kanker.
2. Selalu bersifat allogenik sehingga berpotensi menimbulkan penolakan. 3. Secara etis sangat kontroversial.
Keuntungan umbilical cord blood stem cell (stem cell dari darah tali pusat): 1. Mudah didapat (tersedia banyak bank darah tali pusat).
2. Siap pakai, karena telah melalui tahap prescreening, testing dan pembekuan.
3. Kontaminasi virus minimal dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang. 4. Cara pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti donor.
5. Risiko GVHD (graft-versus-host disease) lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan stem cell dari sumsum tulang, dan transplantasi tetap dapat dilakukan walaupun HLA matching
tidak sempurna atau dengan kata lain toleransi terhadap ketidaksesuaian HLA matching lebih besar dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.
Kerugian umbilical cord blood stem cell: 1. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik yang tidak terdeteksi
saat lahir sehingga diperlukan follow up setelah donor beranjak dewasa. 2. Jumlah stem cell relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah stem cell yang diperlukan resipien dengan yang tersedia dari donor, karena jumlah sel yang dibutuhkan
berbanding lurus dengan usia, berat badan dan status penyakit.
Keuntungan adult stem cell: 1. Dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan imun. 2. Sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih sederhana.
3. Secara etis tidak ada masalah.
Kerugian adult stem cell: 1. Jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur sehingga sulit mendapatkan adult stem cell dalam jumlah banyak.
2. Masa hidupnya tidak selama embryonic stem cell. 3. Bersifat multipoten, sehingga diferensiasi tidak seluas embryonic stem cell yang bersifat
pluripoten.
TERAPI BERDASARKAN SEL (CELL-BASED THERAPY) Dalam tulisan ini, pembahasan bersifat singkat dan hanya membahas potensi stem cell pada
sebagian kecil penyakit Stem Cell untuk Diabetes (1)
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8% transplantasi sel pulau Langerhans yang
berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik
pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya.
Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap normal setahun setelah
transplantasi. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin,
sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
Stem Cell untuk Skin Replacement (4) Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah dapat membuat
epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga menghindari masalah penolakan.
Pemakaian skin replacement ini bermanfaat dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
Stem Cell untuk Penyakit Parkinson (1,9) Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal, yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter yang berperan dalam gerakan tubuh
yang halus. Dengan berkurangnya dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin diharapkan dapat
memperbaiki gejala penyakit Parkinson. Tahun 2001, dilakukan penelitian dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio manusia yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke dalam otak
penderita Parkinson berat dan dipantau dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit
Parkinson, peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan bermakna ini tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan.
Stem Cell untuk Stroke (10,11,12)
Dahulu dianggap bahwa sekali terjadi kematian sel pada stroke, maka akan menimbulkan kecacatan tetap karena sel otak tidak mempunyai kemampuan regenerasi. Tapi anggapan berubah setelah para pakar mengetahui adanya plastisitas pada sel-sel otak dan pengetahuan mengenai
stem cell yang berkembang pesat belakangan ini Beberapa penelitian dengan menggunakan stem cell dari darah tali pusat manusia yang diberikan intravena kepada tikus yang arteri serebri
medianya dioklusi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ada pengurangan volume lesi sebanyak 40% dan adanya kemampuan kembali ke 70% fungsi normal. Terdapat pemulihan fungsional pada kelompok yang ditransplantasi stem cell dari darah tali pusat dibandingkan
dengan kelompok kontrol dan tampak stem cell dari darah tali pusat bermigrasi masuk ke otak. Penelitian dengan menggunakan mesenchymal stem cell (MSC) dari sumsum tulang autolog
yang diberikan intravena pada 30 penderita stroke juga memperbaiki outcome yang dinilai dari parameter Barthel Index dan modified Rankin Scale.
Stem Cell untuk Penyakit Jantung (13) Penelitian terkini memberikan bukti awal bahwa adult stem cells dan embryonic stem cell dapat
menggantikan sel otot jantung yang rusak dan memberikan pembuluh darah baru. Strauer dkk. mencangkok mononuclear bone marrow cell autolog ke dalam arteri yang menimbulkan infark pada saat PTCA 6 hari setelah infark miokard akut. Sepuluh pasien yang diberi stem cell area
infarknya menjadi lebih kecil dan indeks volume stroke, left ventricular end-systolic volume, kontraktilitas area infark, dan perfusi miokard menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Perin dkk. memberikan transplantasi bone marrow mononuclear cells autolog yang diinjeksikan pada miokard yang lemah dengan panduan electromechanical mapping pada 14 pasien gagal jantung iskemik kronik berat. Single-photon emission computed
tomography myocardial perfusion scintigraphy menunjukkan penurunan defek yang signifikan dan perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien yang diterapi.
KEPUSTAKAAN 1. The Stem Cells – Stem cell information – The Official National Institute of Health Resource for Stem cell
Research 2. Anatomy 101: Stem cells – Reeve Irvine Research Center http://www.reeve.uci.edu/anatomy/stemcells.php 3. Stem Cell – Wikipedia - http://en.wikipedia.org/wiki/Stem_cell 4. Stem Cells for Cell-Based Therapies, Lauren Pecorino – American Institute of Biological Science. 5. Stem Cell Therapy – Research in focus - MRC (Medical Research Council) 6. Therapeutic Use of Cell Nuclear Replacement: Therapeutic Cloning – Research in focus - MRC (Medical
Research Council) 7. F2-S-Cord Blood Stem Cell Transplantation – Leukemia & Lymphoma Society. http://www.leukemia-
lymphoma.org/all_mat_toc.adp?item_id=9622 8. What Are Stem Cells? – CSA Guide to Discovery - http://www.csa.com/discoveryguides/stemcell/overview.php 9. Transplantation of Embryonic Dopamine Neurons for Severe for Severe Parkinson’s Disease . NEJM
2001;344:710 – 719 10. Intravenous Administration of Human Umbilical Cord Blood Reduces Behavioral Deficits After Stroke in Rats.
Stroke 2001;32:2682 11. Umbilical cord blood-derived stem cells given intravenously reduce stroke damage.
www.medicalnewstoday.com 12. Autologous mesenchymal stem cell transplantation in stroke patients – Ann. Neurol. 2005 Jun;57(6):874-82 13.
Stem-Cell Transplantation in Myocardial Infarction: A Status Report – Ann. Intern. Med. 2004 May;140(9):729 –
737
Sumber
Virgi Saputra. Dasar-dasar Stem Cell dan Potensi Aplikasinya dalam Ilmu Kedokteran. Cermin Dunia
Kedokteran No. 153, 2006. Tersedia di http://www.sci-indonesia.org/wp-
content/themes/kalbe/pic/153_12Dasarstemcelldanpotensiaplikasinya.pdf.
STEM CELL
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latarbelakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentang kesehatan, penelitian dalam bidang
stem cell mengalami kemajuan. Hal ini tidak terlepas dari upaya manusia untuk mengobati penyakit -
penyakit yang sudah tidak mungkin untuk diobati lagi baik secara konservatif maupun operatif.
Para ahli saat ini telah mulai meneliti kemungkinan penggunaan stem cell untuk mengobati
penyakit atau kelainan yang belum bisa untuk diobati dengan obat-obatan atau tindakan operatif,
khususnya penyakit degeneratif maupun kelainan lainnya seperti penyakit ganas. Selain itu s tem cell
juga digunakan dalam penelitian untuk mencari obat-obat baru pada tingkat laboratorium maupun
untuk mempelajari patogenesis penyakit.
1.1 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan stem cell ?
Apakah pengobatan stem cell itu ?
Bagaimana stem cell menurut prinsip keperawatan?
Bagaimana stem cell menurut agama islam ?
Bagaimana stem cell menurut undang –undang ?
1.2Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui fungsi stem cell
Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan stem cell pada tubuh manusia
1.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian stem cell
Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan stem cell pada pengobatan
Mahasiswa dapat mengetahui pandangan stem cell dari prinsip keperawatan
Mahasiswa dapat mengetahui pandangan stem cell dari agama islam
Mahasiswa dapat mengetahui pandangan stem cell dari undang-undang
1.3 Manfaat
Mengetahui pengobatan menggunakan stem cell
Mengetahui pandangan masyarakat terhadap pengobatan stem cell
Mengetahui kegunaan dari pengobatan stem cell
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN STEM CELL
Stem cell(sel punca) adalah sel induk yang dapat berdeferensial atau dapat merubah diri
menjadi berbagai sel sesuai dengan lingkungan, bisa berubah-ubah menjadi sel otot, sel endokrin,
ephitel, dan lain-lain kemudian berkembang lagi menjadi stemcell. Stemcell dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti plasenta, tali pusat janin, darah, dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
menurut sumber lain stemcell yaitu suatu sel yang belum matang atau belum berdeferensiasi (berubah)
menjadi sel atau jaringan tertentu. Dalam bahasa indonesia, stemcell disebut sebagai sel punca atau sel
induk. Sedangkan dalam bahasa kedokteran, stemcell dapat berupa sel unipoten (hanya dapat berubah
menjadi satu jenis sel), multipoten (dapat berubah menjadi beberapa jenis sel), atau totipoten (dapat
berubah menjadi jaringan apapun)
Stem cell mempunyai 2 sifat yang khas yaitu
1. Differensiasi yaitu kemampuan untuk berkembang menjadi sel lain. Stem cell mampu
berkembang menjadi berbagai jenis sel yang spesifik misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot
rangka, sel pankreas dan lain-lain
2. Regenerasi yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri. Stem
cell mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
Berdasarkan kemampuannya untuk berdifferensiasi stem cell dibagi menjadi :
1. Totipotent adalah sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel yatu zigot. Sel
ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai
jenis sel termasuk membentuk satu individu yang utuh dan berbagai sel pada embrio yang dapat
menyusun plasenta.
2. Pluripotent yaitu stem cells yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal (ektoderm,
mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembrionik seperti plasenta
dan tali pusat. Yang termasuk stem cells pluripotent adalah embrionik .
3. Multipotent yaitu stem cell yang dapat berdifferensiasi menjadi banyak jenis sel misalnya
hemopoetic stem cells yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk
berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat dalam darah seperti eritrosit, lekosit
dan trombosit
4. Unipotent yaitu stem cells yang hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Stem cells mempunyai
sifat masih dapat mempebaharui atau meregenerasi diri Contohnya erythroid progenitor cells
hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.
Berdasarkan sumbernya stem cell dibagi menjadi:
1. Zigot yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu ovum (fertilisasi)
2. Embrionic stem cells yaitu sel-sel stem yang diperoleh dari inner cell mass dari suatu blastocyst
(embrio yang terdiri atas 50-150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cells
biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai dari IVF (in vitro fertilization). Sel stem
ini mempunyai sifat dapat berkembang biak secara terus menerus dalam media kultur optimal
pada kondisi tertentu dan dapat diarahkan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai sel yang
terdifferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya.
3. Fetus yang dapat diperoleh dari klinik aborsi
4. Stem cell darah tali pusat yaitu stem cell yang diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera
setelah bayi lahir. Stem cells dari darah tali pusat merupakan jenis hematopoetic stem cel ls. Ada
2 tipe stem cells dalam darah tali pusat yaitu hematopoetic stem cells dan mesenchymal stem
cells.
5. Adult stem cells yaitu stem cells yang diambil dari jaringan dewasa yaitu :
a. Sumsum tulang
Ada 2 jenis stem cells pada sumsum tulang yaitu
1) hematopoetic stem cells yaitustem cells yang akan berkembang menjadi berbagai jenis sel darah
2) stromal stem cells atau disebut juga mesenchymal stem cell
b. Jaringan lain pada dewasa seperti pada susunan saraf pusat, adiposa (jaringan lemak),
otot rangka, pankreas
Adult stem cell mempunyai sifat plastis artinya selain berdifferensiasi menjadi sel yang sesuai
dengan jaringan asalnya adult stem cells juga dapat berdifferensiasi menjadi sel jaringan lain, misalnya
neural stem cells dapat berubah menjadi sel darah, stromal stem cell dari sumsum tulang dapat berubah
menjadi sel otot jantung dan sebagainya.
2.2 Pengobatan stem cell
Para ahli sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan stem cell dalam
mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cells untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell
Based Therapy. Prinsip terapi adalah dengan melakukan transplantasi stem cells pada organ yang rusak.
Tujuan dari transplantasi stem cells ini adalah
1. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan atau organ tubuh
pasien
2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel -sel baru yang
ditranspalantasikan.
Sel stem embryonic sangat plastik dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan menjadi
berbagai macam jaringan sel seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel -sel darah dan
sebagainya, sehingga dapat dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel stem dewasa juga
dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya
sudah berkurang. Keuntungan dari penggunaan sel stem dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan
masalah dan kontroversi etika. Darah tali pusat (umbilical cord blood) saat ini sedang gencar diteliti
manfaatnya untuk mengatasi berbagai penyakit degeneratif karena lebih mudah didapat, banyak
mengandung stem cells, immunogenecity rendah, plastisitasnya cukup baik dan tidak membutuhkan
100% kecocokan HLA.
Dengan memberikan nutrisi yang cocok stem cell dapat memperbanyak diri di laboratorium
tanpa mengalami proses differensiasi, sehingga menghasilkan turunan stem cells dengan materi genetik
yang sama yang berguna untuk riset.
Ada beberapa alasan penggunaan stem cell dalam cell based therapy:
1. stem cell dapat diperoleh dari pasien sendiri, artinya transplantasi dapat bersifat autolog
sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan
organ donor yang harus match, transplantasi stem cells dapat dilakukan tanpa organ donor yang
sesuai.
2. mempunyai kemampuan untuk berproliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam
jumlah besar dari sumber yang terbatas. Pada luka baker yang luas jaringan kulit yang tersisa
tidak cukup untuk menutupi lesi luka baker tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan
terapi stem cell.
3. mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metoda
transfer gen.
4. mempunyai kemampuan untuk bermigrasi kejaringan target misalnya ke otak
5. mempunyai kemampuan untuk berintegrasi dengan jaringan host dan berinteraksi dengan
jaringan sekitarnya
Keuntungan penggunaan transplantasi stem cells untuk mengobati penyakit adalah
1. tidak perlu adanya kecocokan donor
2. transplantasi autologous lebih baik untuk digunakan
3. untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan jaringan dapat digunakan metoda somatic cell
nuclear transfer) atau terapi kloning. Therapeutic cloning atau disebut Somatic Cell Nuclear
Transfer (SCNT) adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menghindari resiko penolakan atau
rejeksi. Pada teknik ini inti sel telur donor dikeluarkan dan diganti dengan inti sel resipien. Sel
yang telah dimanipulasi ini kemudian akan membelah diri dan setelah menjadi blastokista maka
inner cell massnya akan diambil sebagai embryonic stem cells. Stem cells ini kemudian akan
dimasukkan kembali kedalam tubuh resipien dan stem cells ini kemudian akan berdifferensiasi
menjadi sel organ (sel beta pankreas, sel otot jantung dan lain-lain). Tanpa reaksi penolakan
karena sel tersebut mengandung materi genetik resipien.
Pengobatan stem cell terhadap penyakit stroke . Pada penyakit stroke dahulu dianggap bahwa
kematian sel yang terjadi akan menyebabkan terjadinya kecacatan permanen akibat sel otak tak
mempunyai kemampuan regenerasi. Anggapan ini berubah setelah para ahli mengetahui adanya
plastisitas pada sel-sel otak dan pengetahuan tentang stem cells. Pada penelitian penyakit stroke dengan
menggunakan stem cells dari darah tali pusat menusia yang diberikan intra vena kepada tikus yang arteri
serebri medianya dioklusi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada penelitian ini didapatkan
pemulihan kembali fungsi normal otak sebesar 70% pada kelompok yang mendapatkan transplantasi
stem cells dari darah tali pusat manusia.
Penelitian dengan menggunakan mesenchymal stem cells (MSC) dari sumsum tulang autolog yang
diberikan intra vena pada 30 penderita stroke juga memperbaiki outcome yang dinilai dari parameter
Barthel Index dan Modified Rankin Scale.
2.3 Stem cell menurut prinsip keperawatan
2.3.1 Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan nomos berarti aturan.
Sedangkan otonomi sendiri berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri.
Perawat harus menanyakan pada pasien apakah ingin mengguanakan pengobatan stem cell untuk
mengobati penyakitnya.
2.3.2 Beneficience
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain.
Perawat harus mengikuti keinginan pasien dan tidak menentang keyakinan pasien untuk menggunakan
pengobatan stem cell.
2.3.3 Justice
Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan yang sama
namun tidak harus identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif
sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Perawat harus berlaku adil terhadap pasien maksud dari
berlaku adil adalah mengobati dan merawat sesuai dengan penyakit yang di derita pasien.
2.3.4 Nonmaleficience
Nonmaleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya atau cedera bagi orang
lain. Perawat harus mengobati dan merawat pasien sesuai prosedur yang ada. Jika stem cell merugikan
pasien maka pengobatan stem cell tidak perlu dilakukan.
2.3.5 Moral Right
Stem cell ini bertentangan dengan paham masyarakat karena berasal dari embrio dan tali pusat
bayi yang di dapat dari korban aborsi.
2.3.6 Nilai dan Norma Masyarakat
Stem cell berguna bagi pengobatan namun sumber dari sel punca tersebut melanggar norma
masyarakat karena dari korban aborsi, sedangkan aborsi dilarang oleh agama karena membunuh cabang
bayi yang tidak berdosa.
2.4 Stem cell menurut agama
Penggunaan embryonic stem cells lebih dekat dengan hukum menggugurkan kandungan yang
“diharamkan” menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Musyawarah Ulama tahun 1972 dan
Musyawarah Nasional (Munas) MUI tahun 1983. Namun Fatwa MUI tersebut ada pengecualiannya yaitu
memperbolehkan menggugurkan kandungan apabila kandungan tersebut membahayakan si ibu atau
membawa penyakit menular yang berbahaya. Karena pengguguran kandungan untuk tujuan riset
(stemcell research) sangatlah berbeda dengan pengguguran kandungan dengan alasan kesehatan, maka
diperlukan hukum atau dalil tersendiri untuk memutuskan boleh tidaknya stemcell research dengan
menggunakan embryonic stemcell dari hasil menggugurkan kandungan. Tidak disangsikan lagi, hukum
tersebut akan menimbulkan perdebatan yang cukup alot antara kubu yang pro dan kontra stemcell
research. Apapun keputusannya, stemcell research dengan menggunakan embryonic stemcell
kemungkinan besar akan terus berlanjut.
Pemanfaatan janin yang mengalami keguguran atau janin “sisa” hasil pembuahan bayi tabung
untuk kepentingan stemcell research mungkin tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Janin tersebut
lebih berguna daripada dibuang secara sia-sia. Pemanfaatan tersebut dapat juga menjadi ibadah bagi
pelakunya karena digunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Khusus mengenai bayi tabung, fatwa
MUI memperbolehkan asal sel telur dan sperma untuk membuat bayi tersebut adalah dari kedua orang
tua yang sah menurut hukum Islam, sehingga janin sisa tersebut dapat digunakan untuk kepentin gan
stemcell research.
Pembuatan stemcells melalui SCNT (kloning) mempunyai tendensi untuk menimbulkan
perdebatan. Selama ini belum ada fatwa ataupun hukum fiqih yang mengatur mengenai kloning
tersebut. Walaupun demikian, sebagian besar ulama “mengharamkan” kloning dengan alasan proses
tersebut tidak melalui hukum Islam (misalnya perkawinan) dan ikut campurnya fihak ketiga dalam
proses reproduksi tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwa kloning untuk keperluan stemcell
research mungkin berbeda dengan kloning untuk mendapatkan keturunan yang dalam hukum Islam
harus melalui ikatan perkawinan. Jika dirunut secara teliti, proses kloning sebenarnya merupakan
pembuktian kebenaran AlQur’an dalam proses pembuahan Nabi Isa A.S., yang tiada berayah.
Islam adalah agama yang sederhana dan mudah dimengerti dan diamalkan oleh umat manusia.
Dalam Islam, niat merupakan sesuatu yang sangat fundamental. Dengan demikian, niat dalam
melaksanakan stemcell research tersebut sangat menentukan baik buruknya stemcell research. Apabila
stemcell research digunakan untuk membantu umat manusia, misalnya menyembuhkan manusia dari
berbagai penyakit, maka kegiatan tersebut adalah sangat baik. Sebaliknya, apabila digunakan untuk
kejahatan (misalnya menciptakan monster yang mengganggu umat manusia), maka kegiatan tersebut
sangat berlawanan dengan ajaran Islam dan wajib untuk ditentang. Selanjutnya, cara pengambilan dan
penggunaan embryonic stemcell untuk stemcell research tersebut perlu diperhitungkan pula dalam
pembuatan fatwa tersebut.
2.5 Stem cell menurut Undang-Undang
UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 23/1992
Tentang Kesehatan
PP NO. 39/1995
Tentang Penelitian & Pengembangan Kesehatan
KEPMENKES NO. 1333/2002
Tentang Penelitian Kesehatan Pada Manusia
KEPMENKES NO. 1334/2002
Tentang Pembentukan PNEPK(Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan)
Standar bagi semua lembaga yang melakukan penelitian kesehatan Pasal 69:
LITBANGKES dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna yang diperlukan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. LITBANG pada manusia
dilaksanakan dengan memperhatikan etika penelitian dan norma hukum, agama, kesusilaan dan
kesopanan dalam masyarakat serta dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan pasien.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stem cell adalah pengobatan penemuan terbaru oleh para ahli untuk mengobati penyakit ganas.
Namun banyak yang menentang karena tidak sesuai dengan norma masyaratkat. Cara mendapatkan
stem cell yaitu dari embrio dan tali pusat bayi dari korban aborsi.Sedangkan aborsi dilarang oleh agama
karena membunuh cabang bayi yang tidak berdosa. Setiap penyakit pasti ada obatnya namun masih
banyak cara lain yang benar untuk mengobati penyakit ganas.
DAFTAR PUSTAKA
Emi Suhaeni,mimin. 2004.Etika Keperawatan.jakarta.EGC
http://www.stemcells.nih.gov/info, diunduh pada tanggal 29 november 2011 pukul 18.00
http://www.usccb.org/prolife/issues/bioethics, diunduh pada tanggal 29 november 2011 pukul 18.00
http://www.vatican.va/roman_curia/secretariat_state/2004/documents/rc_seg-
st_20040927_cloning_en.html, diunduh tanggal29 November2011 pukul 18.35
http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_academies/acdlife/documents/rc_pa_acdlife_doc_2000
0824_cellule-staminali_en.html, diunduh pada tanggal 29 November 2011 pukul 18.55
MAKALAH BIOETIKA
BIOETIK DALAM STEM SEL
KAIDAH BIOETIKA STEM SEL UNTUK TERAPI PENYAKIT
PENGGUNAAN DARAH MENSTRUASI SEBAGAI STEM SEL UNTUK MENGOBATI STROKE DAN
GANGGUAN SYARAF LAINNYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stem cell adalah sel tubuh yang belum terdiferensiasi, sehingga dapat berkembang menjadi
macam-macam sel manusiawi. Penggunaan teknologi dalam penggunaan stem cell ini dapat membuka
perspektif baru dalam dunia kedokteran. Penggunaan teknologi stem cell dapat menjadi bentuk
pengobatan dengan menggantikan sel-sel yang sudah rusak dengan sel-sel induk yang berpotensi
tumbuh sebagai sel-sel baru yang sehat. Metode ini membuka jalan baru untuk menyelamatkan
penderita kanker dan berbagai penyakit lain yang belum ada obatnya.
Penelitian teknologi stem cell menimbulkan kontroversi saat banyak peneliti ingin
mengembangkan teknologi stem cell dari embrio manusia yang dapat mendatangkan banyak manfaat.
Permasalahan etis ini terjadi karena menggunakan embrio sebagai bahan penelitian akan menutup
kemungkinan bagi embrio itu memperoleh kehidupan sebagai manusia. Banyak peneliti setuju dengan
penggunaan teknologi ini karena dapat memperoleh manfaat yang sangat besar walaupun harus
mengorbankan embrio.
Pada tanggal 15 Juli 2005, parlemen Uni Eropa menyetujui anggaran 2007-2013 untuk penelitian
biomedis yang melibatkan sel induk, termasuk sel induk embrionik. Di lain sisi, pada tanggal 19 Juli 2005,
Presiden George W. Bush memveto undang-undang yang bermaksud menyetujui pendanaan penelitian
biomedis ini di Amerika Serikat dan pada bulan Juni 2007, Presiden Bush kembali mengeluarkan veto
untuk menghalangi rancangan Undang-Undang yang mau menyediakan dana bagi penelitian biomedis
ini.
Kembali kepada sejarah penggunaan manusia sebagai objek penelitian yang banyak membunuh
manusia oleh dokter-dokter pada era kejayaan Nazi, beberapa badan mengatur dan membatasi
penelitian kedokteran dengan mengembangkan etika penelitian biomedis. Misalnya , deklarasi Helsinki
yang dirumuskan oleh World Medical Association pada tahun 1964, menetapkan bahwa keprihatinan
untuk kepentingan-kepentingan subjek penelitian harus selalu melebihi kepentingan-kepentingan ilmu
pengetahuan dan masyarakat. Bioetik yang dkembangkan bermaksud mengutamakan kepentingan
subjek penelitian dan mengutamakan hak subjek di atas penelitian.
Dalam mengembangkan penelitian biomedis yang melibatkan stem cell, sebuah penelitian di
Amerika menemukan bahwa sel punca yang terdapat pada darah menstruasi dapat mendatangkan
banyak manfaat. Diantaranya dapat menjadi salah satu terapi untuk mengobati pasien dengan stroke,
osteoporosis, Alzheimer, dan parkninson. Untuk sementara ini, penelitian ini belum menimbulkan
kontroversi, berbeda dengan penelitian sel punca yang melibatkan ombrio manusia. Dalam makalah ini,
penulis mengkaji penerapan kaidah bioetik dalam penelitian dan teknologi yang melibatkan sel punca
pada darah menstruasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah melakukan pengkajian dan studi bioetik terhadap
penelitian biomedis yang melibatkan stem cell pada darah menstruasi untuk terapi pengobatan
berbagai penyakit.
BAB II
ISI
2.1 Kaidah Bioetik
2.1.1 Definisi dan Sejarah Bioetika
Perkembangan yang begitu pesat di bidang biologi dan ilmu kedokteran membuat etika
kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan permasalahan yang berkitan dengan kehidupan.
Etika kedokteran berbicara tentang bidang medis dan kedokteran saja, terutama hubungan dokter
dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat. Oleh karena itu, sejak tiga dekade terakhir ini
telah dikembangkan bioetika atau disebut juga etika biomedis.
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau
nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu keokteran baik secara mikromaupun makro,
masa kini dan masa mendatang ( Bartens, 2001).
Bioetika mencakup isu-isu sosial,agama, ekonomi dan hukum bahkan politik. Bioetik selain
membicarakan bidang medis, seperti abortus, eutanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi
buatan dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesahatan, faktor budaya yang berperan dalam
lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas, penyembuhan tradisional, lingkungan kerja,
demografi dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.
Masalah bioetika mulai diteliti pertama kali oleh institute for the study of society, ethics and the
life sciences, New York ( Amerika Serikat ) pada tahun 1969. Kini terdapat banyak lembaga di dunia yang
menekuni penelitian dan diskusi mengenai berbagai isu etika biomedik.
Di indonesia bioetika baru berkembang sekitar satu dekade terakir yang dipelopori oleh pusat
pengembangan etika universitas atma jaya jakarta. Perkembangan ini sangat menonjol setelah
universitas Gajahmada Yogyakarta yang melaksanakan pertemuan bioethics 2000., An International
Exchange dan pertemuan nasional 1 bioetika dan humaniora pada bulan agustus 2000. Pada waktu itu
universitas Gajahmada juga mendirikan Center for Bioethics and Medical Humanities. Dengan
terselengaranya pertemuan nasional 2 bioetika dan humaniora pada tahun 2002 di bandung, pertemuan
3 pada tahun 2004 di Jakarta dan pertemuan 4 pada tahun 2006 di Surabaya serta telah terbentuknya
Jaringan Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia ( JBHKI ) pada tahun 2002, diharapkan studi
bioetika akan lebih berkembang dan tersebar luas di seluruh indonesia pada masa datang.
Humaniora atau humanities merupakan pemikiran yang berkaitan dengan martabat dan kodrat
manusia seperti yang terdapat dalam sejarah, filsafat, etika, bahasa dan satra.
Etika kedokteran, etik( ethics) berasal dari kata yunani ethos yang berarti akhlak, adat
kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut kamus umum bahasa indonesia
(Purwadarminta, 1993), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas, akhlak. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika adalah:
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang kewajiban moral
2. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
Menurut kamus kedokteran (Ramali dan Pamuncak,1987), etika adalah pengetahuan tentang
perilaku yang benar dalam suatu profesi.
Istilah etika dan etik sering di pertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas perbedaan diantara
keduanya. Dalam buku ini, yang dimaksud dengan etika adalah ilmu yang mempelajari asas, akhlak,
sedangkan etik adalah seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam kode
etik. Istilah etis biasanyaa digunakan untuk menyatakan sesuatu sikap atau pandangan yang secara etis
dapat diterima (ethically acceptable) atau tidak dapat diterima (ethically unacceptable) tidak etis.
2.1.2 Kaidah Bioetika dalam Bidang Kedokteran
Fondasi etika kedokteran dibangun oleh 3 hal pokok yaitu: moralitas eksternal, etika internal
dan moralitas internal. Moralitas eksternal merupakan teori -teori etika yang diterapkan dalam dunia
kedokteran. Sedangkan etika internal adalah kode etik profesi yang dibuat dan ditetapkan oleh dokter
dan untuk dokter sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi pada masyarakat. Yang membuat dinamis
adalah moralitas internal. Moralitas internal adalah merupakan fenomena umum yang terjadi dalam
hubungan dokter pasien. Dalam konteks ini amat tergantung dengan fakta empirik yang ada pada pasien
secara individual.
Menurut Pellegrino, meskipun ketiga aspek tersebut tumbuh dan berkembang secara bebas
satu sama lain, empat principle based of bioethics atau kini populer dengan kaidah dasar bioetika dari
Beuchamps and Childress merupakan salah satu contoh teori yang dapat menyatukan antara moralitas
eksternal dan fakta empirik klinik (moralitas internal). Etika kedokteran sebagai profesi luhur, bersama
dengan etika lingkungan hidup dan ilmu pengetahuan telah memberi andil terhadap kaidah dasar ini
dengan menyumbangkan 4 kaidah dasar bioetika yakni: sikap berbuat baik (beneficence), tidak
merugikan orang lain (non maleficence), berlaku adil (justice) dan menghormati otonomi pasien
(autonomy).
1. Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, dokter tersebut
harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan terbaik kepada pasien
merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence menegaskan peran dokter untuk
menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk
memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini
adalah;
a) Mengutamakan Alturisme.
b) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.
c) Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang dokter.
d) Tidak ada pembatasan “goal based”.
e) Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya.
f) Paternalisme bertanggung jawab/kasih saying.
g) Menjamin kehidupan baik-minimal manusia.
h) Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan.
i) Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkan.
j) Memberi suatu resep berkhasiat namun murah.
k) Mengembangkan profesi secara terus menerus.
l) Minimalisasi akibat buruk.
2. Non – Malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang
memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau
diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non -malficence
mempunyai ciri-ciri:
a) Menolong pasien emergensi
b) Mengobati pasien yang luka
c) Tidak membunuh pasien
d) Tidak memandang pasien sebagai objek
e) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
f) Melindungi pasien dari serangan
g) Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
h) Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
i) Menghindari misrepresentasi
j) Memberikan semangat hidup
k) Tidak melakukan white collar crime
3. Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap individu
harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini
pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud
menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.
Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut:
a) Menghargai hak menentukan nasib sendiri
b) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
c) Berterus terang menghargai privasi
d) Menjaga rahasia pasien
e) Menghargai rasionalitas pasien
f) Melaksanakan Informed Consent
g) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
h) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
i) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien
sendiri
j) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
k) Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien
l) Mejaga hubungan atau kontrak
4. Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakuan
sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi,
pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan
kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Justice
mempunyai ciri-ciri :
a) Memberlakukan segala sesuatu secara universal
b) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
c) Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
d) Menghargai hak sehat pasien
e) Menghargai hak hukum pasien
f) Menghargai hak orang lain
g) Menjaga kelompok rentan
h) Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan sebagainya
i) Tidak melakukan penyalahgunaan
j) Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
k) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
l) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil
m) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
n) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat
o) Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan
p) Bijak dalam makroalokasi
2.2 Stem Sel
2.2.1 Definisi dan Sejarah Stem Sel
Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi yang mempunyai 2 sifat:
1. Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini stem cell mampu
berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel
pankreas, dan lain-lain.
2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-regenerate/self-renew).
Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan
sel.
Pada 1800-an, profesional medis datang untuk mengetahui bahwa beberapa sel dapat
menghasilkan sel-sel lain dan di tahun 1900-an, itu bisa membuktikan bahwa sel induk dapat
menghasilkan bahkan sel darah. Para ahli sumsum tulang ditransplantasikan ke pasien yang memiliki
leukemia. Padahal, hal itu tidak berhasil tetapi termotivasi para ahli untuk membuat transplantasi
sumsum tulang berhasil pada manusia. Ini dilakukan di Perancis pada 1950-an.
Jean Dausset mengatakan bahwa protein pada permukaan sel leukosit atau antigen HLA.
Dengan bantuan dari antigen HLA, sistem kekebalan tubuh menentukan negara yang sehat sel dan harta
benda mereka. Pada tahun 1960, transplantasi sel dilakukan antara saudara kandung. Setelah ini,
Undang-Undang Transplantasi Organ Nasional pada tahun 1984 dan National Marrow Donor Program
itu dilakukan. Lebih dari 16.000 transplantasi dilakukan selama periode ini, dan itu menemukannya
menyembuhkan penyakit seperti immunodeficiencies, hemofilia dan kanker darah atau leukemia.
2.2.2 Jenis-jenis Stem Sel
Berdasarkan Potensi atau Kemampuan Berdiferensiasi
Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi, stem cell dibagi menjadi:
1. Totipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam stem cell totipotent
adalah zigot (telur yang telah dibuahi).
2. Pluripotent. Dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal: ektoderm, mesoderm, dan endoderm,
tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembryonik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk stem
cell pluripotent adalah embryonic stem cells.
3. Multipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic stem cells.
4. Unipotent. Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan non-stem cell, stem cell
unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self -regenerate/self-renew).
Berdasarkan Sumbernya
Stem cell ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan sumbernya, stem cell dibagi
menjadi:
1) Zygote. Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur .
2) Embryonic stem cell. Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50 –
150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa
embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah dikembangkan teknik
pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus
hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap
embryonic stem cell.
3) Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
4) Stem cell darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem cell
dari darah tali pusat merupakan jenis hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis
stem cell ini ke dalam adult stem cell.
5) Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari:
a. Sumsum tulang.
Ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang:
− hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat dan dari sumsum tulang, hematopoietic stem cell
dapat diperoleh juga dari darah tepi.
− stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem cell.
b. Jaringan lain pada dewasa seperti pada:
− susunan saraf pusat
− adiposit (jaringan lemak)
− otot rangka
− pankreas
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan
jaringan asalnya, adult stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Misalnya: neural
stem cell dapat berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari sumsum tulang dapat berubah
menjadi sel otot jantung, dan sebagainya.
2.2.3 Mekanisme Stem Sel
Stem cell dapat diperoleh melalui teknik transplantasi. Transplantasi stem cell dapat
berupa transplantasi autologus, transplantasi alogenik, dan transplantasi singenik.
1. Transplantasi autologus, yaitu transplantasi menggunakan sel induk pasien sendiri, yang dikumpulkan
sebelum pemberian kemoterapi dosis tinggi.
2. Transplantasi alogenik, yaitu transplantasi menggunakan sel induk dari donor yang cocok, baik dengan
hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.
3. Transplantasi singenik, yaitu transplantasi menggunakan sel induk dari saudara kembar identik.
Berdasarkan sumbernya, transplantasi stem cell dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
a) Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang,
tulang dada, tulang punggung, dan tulang rusuk. Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel
induk hematopoietik. Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum
tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik.
Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum
tulang sekarang ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana,
yaitu biasanya dalam keadaan teranestesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang
panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu disuntikkan
ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di dalam tulang resipien dan sel -
selnya mulai berproliferasi. Pada akhirnya jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien
akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang
memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan
kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan
sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi
sumsum tulang memerlukan kecocokan HLA 6/6 atau paling tidak 5/6. Risiko lainnya adalah timbulnya
penyakit GvHD, di mana sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologi
menyerang sel-sel resipien. Selain itu, risiko kontaminasi virus lebih tinggi dan prosedur pencarian donor
yang memakan waktu lama.
b) Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel
induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang
jumlahnya mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony
stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke
peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien
membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil dari donor dan sebuah
mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sel induk
dan mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali berhasil
dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi adalah lebih mudah didapat.
Selain itu, pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan hanya perlu sekitar 100
cc. Keuntungan lain, sel induk darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentan,
tidak setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel induk juga ada
jaringan penunjang untuk pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu
dicampur dengan sumsum tulang.
c) Transplantasi sel induk darah tali pusat
Pada tahun 1970-an, para peneliti menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk
yang sama dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang.Karena sel induk dari sumsum tulang
telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa
seperti leukemia dan gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya bahwa
mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan jiwa pasien
mereka. Darah tali pusat mengandung sejumlah sel induk yang bermakna dan memiliki keunggulan di
atas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.
Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi
sebuah sumber yang dapat menyelamatkan jiwa. Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali
dilakukan di Perancis pada penderita anemia Fanconi tahun 1988. Pada tahun 1991, darah tali pusat
ditransplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous Leukemia. Kedua transplantasi inii berhasil
dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-kira 3.000 transplantasi darah tali pusat.
2.2.4 Keuntungan dan Kerugian Stem Sel
Keuntungan embryonic stem cell:
1. Mudah didapat dari klinik fertilitas.
2. Bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh.
3. Immortal. Berumur panjang, dapat berproliferasi beratus-ratus kali lipat pada kultur.
4. Reaksi penolakan rendah.
Kerugian embryonic stem cell:
1. Dapat bersifat tumorigenik. Artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tak berdiferensiasi dapat
menimbulkan kanker.
2. Selalu bersifat allogenik sehingga berpotensi menimbulkan penolakan.
3. Secara etis sangat kontroversial.
Keuntungan umbilical cord blood stem cell (stem cell dari darah tali pusat):
1. Mudah didapat (tersedia banyak bank darah tali pusat).
2. Siap pakai, karena telah melalui tahap prescreening, testing dan pembekuan.
3. Kontaminasi virus minimal dibandingkan dengan stem cell dari sumsum tulang.
4. Cara pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti donor.
5. Risiko GVHD (graft-versus-host disease) lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan stem cell dari
sumsum tulang, dan transplantasi tetap dapat dilakukan walaupun HLA matching tidak sempurna atau
dengan kata lain toleransi terhadap ketidaksesuaian HLA matching lebih besar dibandingkan dengan
stem cell dari sumsum tulang.
Kerugian umbilical cord blood stem cell:
1. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik yang tidak terdeteksi saat lahir
sehingga diperlukan follow up setelah donor beranjak dewasa.
2. Jumlah stem cell relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah stem cell yang
diperlukan resipien dengan yang tersedia dari donor, karena jumlah sel yang dibutuhkan berbanding
lurus dengan usia, berat badan dan status penyakit.
Keuntungan adult stem cell:
1. Dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari penolakan imun.
2. Sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih sederhana.
3. Secara etis tidak ada masalah.
Kerugian adult stem cell:
1. Jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur sehingga sulit mendapatkan adult
stem cell dalam jumlah banyak.
2. Masa hidupnya tidak selama embryonic stem cell.
3. Bersifat multipoten, sehingga diferensiasi tidak seluas embryonic stem cell yang bersifat pluripoten.
2.2.5 Peran Stem Sel dalam Riset
1. Terapi gen, stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa transgen
ke dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem cell ini berhasil gen
tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self -renewing, maka pemberian
pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga dapat
berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai
macam sel.
2. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker. Melalui stem
cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai
jaringan .
4. Terapi sel berupa replacement therapy. Oleh karena stem cell dapat hidup di luar organ tubuh
manusia misalnya di cawan petri, maka dapat dilakukan manipulasi terhadap stem cell itu tanpa
mengganggu organ tubuh manusia. Stem cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat ditransplantasi
kembali masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu.
Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell:
a) Penyakit autoimun. Misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh
growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi,
hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu
tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel -sel imun matur yang tidak
mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen). Setelah itu hematopoietic stem cell
dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi
menjadi sel imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula.
b) Penyakit degeneratif. Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis
sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam
tubuh pasien agar stem cell tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel -sel organ tertentu yang
menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c) Penyakit keganasan. Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun.
Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah lama
dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya.
2.3 Penggunaan Darah Menstruasi sebagai Stem Sel untuk Mengobati Stroke dan Gangguan Syaraf Lainnya
2.3.1 Artikel
Stem Sel Darah Menstruasi Berpotensi Mengobati Stroke dan Gangguan Sistem Syaraf Pusat
8 January 2012 — Prima Almazini
Cryo-Cell International, Inc mengumumkan hasil dari sebuah penelitian yang dipublikasi kan
bulan ini dalam ‘Stem Cell and Development’. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa stem sel yang
ditemukan di darah menstruasi suatu saat akan menjadi sumber potensial untuk terapi stroke dan
gangguan sistem syaraf pusat yang lain. Stem sel darah menstruasi, yang diberi sebutan MenSCs, mudah
diperoleh, tidak kontroversial dan dapat diperbaharui berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya
mempunyai potensi untuk dapat mengobati pasien dengan stroke, osteoporosis, alzheimer, dan
parkinson. Penelitian yang diberi judul, “Menstrual Blood Cells Display Stem Cell -Like Phenotypic
Markers and Exert Neuroprotection Following Transplantation in Experimental Stroke,” ini dilakukan
oleh para peneliti di Cryo-Cell International, The University of South Florida, Saneron-CCEL Therapeutics
and the Medical College of Georgia.
Karena kerusakan sel setelah episode awal stroke terjadi dalam waktu yang singkat, strategi
terapi stroke ditujukan untuk menyelamatkan secara cepat sel -sel syaraf itu sehingga dapat
memperlambat progresivitas penyakit dan memperbesar kemungkinan mengembalikan fungsi syaraf.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa transplantasi MenSCs, baik langsung ke
otak ataupun melalui perifer, secara signifikan mengurangi kelainan perilaku maupun histologis. Hal ini
menunjukkan bahwa MenScs mempunyai efek perlindungan pada sel otak, menghambat apoptosis lebih
lanjut dan kematian sel, dan berpotensi mengembalikan kerusakan syaraf yang dialami selama stroke.
“Data memperlihatkan bahwa terjadi pemulihan perilaku yang cepat pada awal periode setelah
transplantasi meskipun bagaimana mekanisme sebenarnya dari manfaat MenSCs pada syaraf dari masih
belum diketahui,” ujar kepala para peneliti Cesar V. Borlongan, Ph.D., Profesor dan Vice -Chair
Neuroseurgery and Brain repair, University of South Florida Health. “Hal yang penting adalah bahwa
tidak ada komplikasi atau efek negatif seperti terbentuknya tumor atau reaksi autoimun pada hewan
yang ditransplantasi.”
Selama penelitian, para peneliti menganalisis sediaan darah menstruasi dan jaringan untuk
mengidentifikasi MenSCs. Sampel diperoleh menggunakan mangkuk menstruasi dan ditransfer ke
laboratorium pemrosesan dan cryopreservasi. Setelah menginduksi sebuah simulasi stroke pada tikus
dewasa, para peneliti menginjeksi tikus dengan stem sel dari darah menstruasi dan mendapatkan bahwa
tikus yang diberikan MenSCs memperlihatkan penurunan tingkat kematian secara signifikan. Penilaian
perilaku koordinasi motorik dan fungsi neurologis kemudian dilakukan pada tikus 14 hari setelah
transplantasi stroke dan memperlihatkan peningkatan keluaran pada baik gangguan motorik maupun
neurologis.
Sumber: News-Medical. Net. Menstrual stem cells may help in treatment of stroke and central
nervous system disorders [disitasi 7 Januari 2012]. Available from: http://www.news-
medical.net/news/20100405/Menstrual-stem-cells-may-help-in-treatment-of-stroke-and-central-
nervous-system-disorders.aspx
2.3.2 Pembahasan
2.3.2.1 Penerapan Kaidah Beneficence
Ditinjau dari kaidah bioetik beneficence, penggunaan teknologi yang melibatkan sel punca dari darah
menstruasi sudah tepat karena sel-sel punca menstruasi (MeSC) memiliki potensi besar untuk terapi
regenerative. Studi-studi menunjukkan bahwa MeSC adalah populasi sel unik yang dapat diisolasikan
dengan aman dan dapat memberikan sumber sel punca dari perempuan sampai mencapai
menopause.Dengan ini penggunaan sel punca dari darah menstruasi mengutamakan keuntungan
pasien, contohnya dapat dilihat di artikel tersebut bahwa penggunaan teknologi ini dapat
menyembuhkan penyakit stroke. Selain itu, penggunaan MeSC ini juga untuk penyembuhan parkinson
dan alzheimer. Namun di sisi lain penggunaan teknologi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
2.3.2.2 Penerapan Kaidah Respect for Autonomy
Ditinjau dari kaidah respect for autonomy penggunaan teknologi sel punca dari darah menstruasi ini
kembali pada praktik pelaksanaan pengumpulan darah menstruasi dan persetujuan pasien yang akan
menggunakan teknologi ini (informed consent). Pada pelaksanaan pengumpulan darah menstruasi
tentunya diperlukan persetujuan dari pihak pendonor untuk memberikan darah menstruasinya dalam
penggunaan teknologi ini. Ahli medis tidak boleh untuk memaksakan pengambilan darah menstruasi.
Informed consent untuk pasien berisi kesediaan pasien untuk menerima atau menolak penggunaan sel
punca darah menstruasi untuk terapi pengobatannya.
2.3.2.3 Penerapan Kaidah Justice
Penerapan kaidah justice, teknologi ini terbuka untuk semua orang tidak membeda-bedakan bila pasien
benar-benar membutuhkan pengobatan ini. Memerlukan antrian sehingga setiap orang mendapatkan
hak yang sama dalam memperoleh pengobatan ini.
2.3.2.4 Penerapan Kaidah Non-maleficence
Penerapan kaidah non-maleficence dengan tidak merugikan pendonor maupun pasien. Penggunaan sel
puncadari darah menstruasi ini tidak seperti sel punca embrional yang menimbulkan kontroversi dalam
pemakaiaannya karena penggunaan sel punca embrional membunuh embrio yang masih memiliki
kesempatan hidup sedangkan pada teknologi sel punca dari darah menstruasi menggunakan zat sisa
yang tidak merugikan pendonornya. Selain itu, pengobatan ini sebaiknya dijadikan opsi terakhir karena
belum diketahui secara pasti efek samping dari penggunaan teknologi sel punca dari darah menstruasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi stem sel dari pengunaan darah menstruasi telah sesuai dengan kaidah dasar bioetik
kedokteran. Namun, hal ini masih menimbulkan kontroversi di berbagai kalangan masyarakat umum
yang dikarenakan oleh pertentengan pada nilai agama, sosial, dan budaya masyarakat.
3.2 Saran
Pengunaan teknologi ini perlu dikaji kembali dalam perspektif agama, sosial, budaya, dan nilai -
nilai yang tumbuh berlaku di masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut dari peneliti
untuk meningkatkan keefektifan dari teknologi stem sel dalam terapi penyakit tertentu.
Kontroversi Stem Cell
Meskipun stem sel unyu-unyu berguna bagi kesehatan manusia, banyak perdebatan mengenai etika stem sel terutama Embrionik stem cell. Why? Yak arena Embrionik stem cell berasal dari
embrio fase blastosit, yang artinya akan menghancurkan embrio tersebut. Istilahnya kita ngambil sel-selnya si embrio tersebut.
Embrionik stem cell dapat diperoleh dari embrio yang diciptakan dari fertilisasi buatan yang tujuan aslinya untuk membantu masalah kesuburan manusia (mandul) tapi embrio tersebut sudah
nggak dipakai lagi, embrio ini disebut embrio cadangan. Pihak pertama berpikir bahwa menciptakan embrio untuk penelitian itu tidak benar, tapi secara moral boleh menggunakan (atau
menghancurkan) embrio yang nantinya akan dibuang. Pihak kedua berpikir bahwa tindakan membuat atau menggunakan embrio cadangan adalah tindakan yang tidak benar. Pihak ketiga berpikir boleh menggunakan embrio terlepas dari tujuan semula. Nah loh, pilih pihak mana ni? 1,
2, apa 3?
Bagaimana pendapat orang tentang Embrionik stem cell tergantung pada pandangan mereka tentang status moral embrio manusia. Ada tiga pandangan berbeda yang implikasinya
mempengaruhi penelitian:
1. Embrio adalah manusia, jadi emrio berhak mendapat perlindungan selayaknya manusia. Pandangan ini melarang penelitian yang merugikan atau membunuh embrio manusia.
2. Embrio secara biologis manusia, tetapi dalam arti moral bukan orang. Apa yang membuat manusia adalah orang dalam arti moral adalah pemilik hak, anggota dari komunitas
moral. Singkatnya manusia tidak diartikan berdasarkan jumlah kromosomnya tapi lebih ke arah karakteristik moral yang biasa dimiliki manusia, yaitu kemampuan merasa,
kesadaran diri, berpikir rasional, dsb. Karena embrio tidak punya karakteristik seperti ini maka penelitian tentang embrio (secara moral) dibolehkan.
3. Embrio, meskipun bukan orang, tapi pantas mendapatkan perhatian khusus dan pertimbangan moral sebagai bentuk perkembangan manusia. Pandangan ini berkompromi dengan pandangan pertama dan kedua. Pandangan ini memperbolehkan penelitian embrio
dengan kondisi yang terkendali.
(sumber: Life, The Science of Biology 7th edition, 2005)
Tiap negara punya pandangan yang berbeda-beda mengenai masalah stem cell ini. Di USA, Austria, Prancis, Jerman, dan Irlandia tidak mendukung penelitian embrionik stem cell. Tapi
kalau di Inggris, Belanda, Italia, Finlandia, Yunani, Swedia, China, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan mendukung pengembangan teknologi embrionik stem cell, bahkan mereka punya
Stem Cell Bank. Gimana dengan Indonesia? Kalau Indonesia memiliki pandangan seperti pandangan ke-3, Indonesia hanya mengizinkan RSCM dan FKUI untuk melakukan pengembangan stem cell dengan syarat dan pengawasan yang ketat. (sumber: Kompasiana )
Sebenernya ada alternatif bagi embrionik stem cell, yaitu sel induk yang diambil dari cairan
ketuban. Nah, kalo diambil dari cairan ketuban kan berarti nggak membunuh embrio tuh, berarti nggak menimbulkan masalah etika moral tuh. Masalahnya beres kan? (sumber: Kabar24 )
FYI, aplikasi stem cell di Indonesia masih butuh 3 tahun lagi, selengkapnya bisa dibaca di
detikHealth.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, D dkk. 2008. Analisis Butir Uji, Reliabilitas, dan Validitas Tes Kaidah Dasar Bioetika . Jurnal Maj.
Kedokteran Indonesia. Juni 2008. Volume 56. No 6.
Ahmad. 2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Bertens K. 2009. Perspektif Etika Baru. Yogyakarta : Kanisius.
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika, Humaiora dan Profesoinalisme
dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.
Saputra, Virgi. 2006. Dasar-dasar Stem Sel dan Potensi Aplikasinya dalam Ilmu Kedokteran. Jakarta: PT. Kalbe
Farme Tbk.
Profil Averroes Community » Averroes »
Gallery Pemikiran »
Browse: Home / Kehidupan / Kontroversi Soal Penelitian Sel Punca
Kontroversi Soal Penelitian Sel Punca
By ave on 24/03/2009
BEBERAPA abad yang lalu, ilmu biologi masih dilecehkan sebagai ilmu kuno dan dianggap tak
laku. Pamornya kalah jika dibandingkan dengan fisika dan ilmu-ilmu terapan lainnya, seperti elektro, telekomunikasi, hingga komputer, dewasa ini. Namun, saat ini, dengan perkembangan
biologi molekuler dan bioteknologi, perkembangan biologi eksperimental sungguh luar biasa. Ilmu biologi menjadi ilmu masa kini dan masa depan yang dapat mengubah wajah peradaban manusia.
Salah satu maskot perkembangan biologi adalah riset di bidang sel, yakni; sel punca (stem cells). Baru-baru ini, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mencabut larangan dana untuk proses penelitian sel punca.
Banyak warga kita yang mungkin belum memahami apa itu sel punca? Apa saja manfaat sel ini
untuk kehidupan manusia? Dan mengapa masalah sel punca menarik perhatian masyarakat dunia terutama kalangan gereja.
Tepat seabad lalu, pada 1908, istilah stem cells untuk pertama kalinya diusulkan oleh histologi
Rusia bernama, Alexander Maksinov, pada kongres hematologi di Berlin. Alexander memperkenalkan temuannya mengenai adanya sel induk yang membentuk sel-sel darah (haematopoietic stem cell). Pada 1978, terbukti teori ini teruji kebenarannya dengan
ditemukannya sel-sel punca di daerah sumsum tulang belakang manusia. Sesungguhnya, di dalam tubuh manusia dan hewan terdapat dua jenis sel yakni; sel somatic (tubuh) dan sel seksual
(sperma dan sel telur). Setiap jenis sel dapat dirunut baik dari sel telur yang difertilisasi oleh sperma yang membentuk morula dan dalam lima hari menjadi blastokista, yang kemudian membentuk sekumpulan sel sperma.
Jadi, definisi sel punca adalah sebuah sel tunggal yang dapat beraplikasi sendiri menjadi sel
serupa atau berdiferensiasi menjadi aneka jenis sel yang sama sekali berbeda (pliripoten). Karena itu, sel punca dapat dipakai untuk menggenerasikan sel-sel rusak di tubuh manusia.
Banyak ilmuwan, peneliti dan dokter memperjuangkan untuk dapat meneliti lebih dalam sel
punca embrio manusia. Pada November 2007, dua ilmuwan Jepang, Shinya Yamanaka dan Kazutoshi Takahashi, serta James Thomson, berhasil meneliti dan menciptakan aneka jenis sel
somatic dari sel punca yang berasal dari sel-sel kulit manusia.
Penelitian ini membuka kesempatan untuk terapi regeneratif tanpa dibebani problem etik karena menggunakan sel punca dari embrio manusia. Selain itu, beberapa ilmuwan mengatakan,
penelitian sel punca dapat membuka jalan bagi berbagai terobosan medis. Misalnya, bagi mereka yang menderita stroke, kebutaan, diabetes, parkinson, cedera tulang belakang, dan masih banyak
penyakit yang dapat disembuhkan.
Ditentang
Sel punca dapat diambil dari janin manusia yang gagal lahir atau yang digugurkan dan akan diinjeksi ke otak pasien. Sel punca diharapkan meregenerasi ke wilayah otak yang rusak karena
stroke dan sel ini dapat meningkatkan kemampuan gerak serta mental pasien stroke tersebut. Namun, pemakaian janin yang digugurkan untuk menciptakan sel punca ditentang banyak pihak terutama kalangan gereja.
Gereja menolak penelitian sel punca dengan embrio manusia, karena penelitian sel punca ini
sama dengan kanibalisme terhadap anak yang gagal dilahirkan karena aborsi. Dengan cara apa pun, hal itu tidak etis dan melanggar nilai etika kehidupan, karena membunuh manusia untuk
membantu yang lain. Embrio muda juga memiliki status moral yang istimewa. Oleh karena itu, embrio muda harus dihormati sebagai persona yang sangat potensial. Artinya, potensialitas jiwa manusiawi sudah ada di dalam dirinya dan tidak hanya terbatas 15 sesudah pembuahan saja.
Pandangan ini diperkuat oleh teolog dan filsuf St Thomas Aquinas (1225-1274) yang
menyatakan jiwa manusiawi bersifat rohani dan baka, serta dicurahkan langsung oleh Tuhan ke dalam embrio muda tersebut. Oleh sebab itu, kalangan gereja menolak keras pemanfaatan sel
punca. Penelitian sel punca ini secara tidak langsung mau menggambarkan peradaban manusia zaman modern, yakni manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus), meskipun penelitian sel punca juga punya manfaat untuk membantu orang lain.
Kini, apa yang dikhawatirkan oleh kalangan gereja dan gerakkan pro-life mengenai fenomena
kanibalisme akan benar-benar terjadi, karena Presiden Barack Obama telah menyetujui dan mencabut larangan yang dibuat oleh Presiden Bush. Obama setuju dengan diadakannya
penelitian sel punca. Itu memperbolehkan perubahan yang telah diperjuangkan selama delapan tahun oleh banyak ilmuwan. Dengan penelitian sel punca itu akan dapat membantu manusia menyembuhkan sebagian penyakit. Keputusan Presiden Obama ini juga berdampak pada akan
dicabutnya larangan aborsi di Amerika Serikat.
Penelitian sel punca ini telah terjadi di negara kita, terutama untuk penderita jantung. Jadi, inilah gambaran dilema peradaban kehidupan manusia pada era globalisasi, saat ini, di mana antara
manfaat sel punca yang didukung oleh sebagian masyarakat Amerika dan kontroversi dari kalangan gereja. Pada dasarnya sebagai orang beriman dan hidup di negara yang sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kita wajib menghormati kehidupan, biarpun tujuannya barangkali baik (menyembuhkan pasien yang lain dan memajukan ilmu pengetahuan).
Kita tetap harus berpegang teguh pada prinsip bahwa kehidupan manusiawi tidak pernah boleh dipermainkan atau dimanfaatkan untuk mencapai suatu tujuan lain. Kewajiban untuk
menghormati kehidupan tidak boleh ditawar-tawar lagi, seperti barang dagangan.
Yohanes Antonius Lelaona
Penulis adalah mahasiswa STFT Widya Sasana Malang
Sumber: http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=6218
Posted in Kehidupan, Opini | Tagged bioteknologi, James Thomson, Kazutoshi Takahashi,
Penelitian Sel Punca, perkembangan biologi eksperimental, Sel Punca, Shinya Yamanaka, STFT Widya Sasana Malang, Yohanes Antonius Lelaona | 4 Responses
ABSTRAK
Dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan manusia terutama penanganan terhadap penyakit menurun yang hampir bisa disebut permanen seperti diabetes melitus, telah banyak dilakukan
penelitian. Salah satu kemajuan dari penelitian yang cukup membantu adalah dikembangkannya teknik dengan memanfaatkan Embryonic Stem Cell. Teknik ini cukup membantu penanganan
masalah tersebut selain dengan cara lama yaitu transplantasi.
Teknik transplantasi telah banyak dilakukan dan tidaklah terlalu rumit, seperti halnya transfusi darah, dan trasnplantasi ginjal. Namun demikian penggunaan Embryonic Stem Cell masih sedikit
dilakukan. Prinsip dasar dari penggunaan Embryonic Stem Cell adalah dengan cara melakukan pembuahan ovum dengan sel sperma secra in vitro untuk kemudian pada hari ke lima atau pada fase blastula dilakukan isolasi terhadap inner cell dan ditumbuhkan pada medium dengan faktor
tumbuh tertentu. Diharapkan dari sel sel yang telah diisolasi tersebut dapat dihasilkan jaringan atau organ seperti yang dikehendaki.
Baik teknik transplantasi maupun dengan Embryonic Stem Cell sama-sama mempunyai
konsekuensi yang juga harus dipertimbangkan, mengingat objek yang digunakan adalah organ hidup dan untuk diberikan pada manusia. Pertimbangan tersebut meliputi : kecocokan organ, biaya, jarak, serta status moral. Disamping itu juga harus dihadapkan kendala teknis di
laboratorium seperti pada waktu isolasi inner cell pada blastosis.
Dalam kenyataannya permintaan akan organ ataupun jaringan tertentu terus meningkat, dan mau tidak mau penggunaan Embryonic Stem Cell ataupun transplantasi terus dilakukan, hanya saja
yang perlu diperhatikan adalah perlunya adanya pengaturan ataupun pembatasan terhadap penggunaan jaringan ataupun organ hidup dari manusia serta perlunya dilihat kembali tujuan dari pengguaan barang-barang tersebut. Selain dari pada itu motif pelayanan terhadap masyarakat
lebih dapat diterima daripada motif komersialisasi jaringan ataupun organ tubuh manusia.
Kata Kunci : Sel Induk, Bioetik, Toko Organ
I. Pendahuluan
Dewasa ini perhatian masyarakat dunia begitu serius terhadap permasalahan kesehatan manusia. Berbagai penelitian gencar dilakukan dalam rangka meningkatkan tingkat kesehatan manusia
terutama dalam penanganan penyakit yang berkaitan dengan kelainan fungsi organ. Sebagai contoh seperti dikutip dari internet[1] bahwa kebutuhan akan organ donor di Amerika Serikat
pada tahun 2002 mencapai 81.000, sedangkan organ transplan yang terpenuhi sekitar 23.000 organ dengan perkiraan 68 orang menerima organ dalam satu hari dan 17 orang meninggal selama dalam penantianya. Terdapat perbedaan yang sangat jauh antara permintaan organ
dengan jumlah organ yang tersedia. Berbagai upayapun telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan penyediaan organ tersebut, namun belumlah mencukupi mengingat jumlah
permintaan yang meningkat tiap tahunnya.
Dalam perkembangannya semenjak tahun 1959 tentang keberhasilan pembuahan in vitro[2] pada kelinci sampai saat ini telah mengalami banyak perkembangan yaitu keberhasilan dalam
membiakkan jaringan manusia seperti sel islet pankreas, neuron, sel otot cardiac yang kesemuanya itu berasal dari Embryonic Stem Cell (ESC) [3]. Jaringan yang telah berhasil
ditumbuhkan tersebut kemudian dapat ditransplantasikan pada manusia sebagai suatu solusi atas berbagai permasalahan kesehatan, terutama penyakit turunan secara genetis. Terapi ESC cukup
memberikan harapan bagi para penderita penyakit turunan secara genetis yang relatif permanen seperti alzheimer, diabetes melitus, kerusakan permanen pada jaringan atau organ vital.
Keberhasilan dari teknologi tersebut tidak lepas dari pengembangan prinsip kultur sel. Terutama sel induk embrionik (ESC). Stem cell atau sel induk adalah sel yang mempunyai kemampuan
untuk membelah diri menjadi organisme utuh, dalam kondisi in vivo[4] dikarenakan sel tersebut masih memiliki kemampuan totipotensi[5]. Dalam medium pertumbuhan secara in vitro
memerlukan kondisi yang tepat, atau diberikan perlakuan yang benar, yang kemudian dapat berdiferensiasi menjadi berbagai bentuk tipe sel yang menyusun suatu organisme. Stem cell mampu tumbuh menjadi sel yang matang dengan bentuk dan fungsi yang khas seperti sel hati, sel
kulit, atau sel syaraf dan menjadi organisme normal (in vivo) atau dengan kata lain sel tersebut berkembang secrara pluripotensi[6]. Berdasarkan asalnya stem cell dapat berasal dari embrio
yaitu dengan membuahkan sel sperma dan sel telur secara in vitro yang kemudian ditumbuhkan dalam medium. Pada hari yang ke lima atau pada fase blastosis[7] dilakukan isolasi bagian inner cell[8] dan ditumbuhkan pada medium yang diperkaya dengan faktor tumbuh. Stem Cel yang
diperoleh dengan cara demikian disebu sebagai embryonic stem cell. Stem sel juga dapat diperoleh dari sel tubuh pada organisme dewasa atau disebut sebgai adult stem cell.
Pada makalah ini, pembahasan dibatasi pada penjelasan teknik transplantasi baik jaringan
maupun organ yang diperoleh dari pendonor maupun disintesis secara in vitro. Pembahasan selanjutnya merupakan kajian terhadap beberapa permasalahan sebagai konsekuensi dari penggunaan teknik tersebut dan berbagai pertimbangan etis.
Perkembangan Stem Cell di Indonesia
Dibuat : 26/06/09 (08:54 WIB)
Revisi terakhir : 26/06/09 (08:54 WIB) URL pendek : http://u.lipi.go.id/1245981297
Sel punca (Stem sel) adalah sumber dari semua sel di dalam individu, dan ini merupakan sebuah sumber
bagi pengobatan sel yang sekarang ini merupakan sebuah jalan revolus i untuk mengatasi berbagai
penyakit dan kerusakan dengan keuntungan medis yang luas. Pengobatan dengan menggunakan sel punca mempunyai potensi penerapan dalam mengatasi berbagai penyakit dan kelemahan dari otak, organ dalam, tulang dan banyak jaringan lainnya. Contoh penyakit ini meliputi stroke, alzheimer's,
Parkinson, penyakit jantung, osteoporosis, diabetes yang tergantung insulin, leukimia, luka bakar dan kerusakan sunsum tulang belakang. Sel punca dapat dikategorikan menjadi 2 macam kategori besar berdasarkan sumbernya yaitu sel punca dewasa yang berasal dari organisme dewasa dan sel punca
embrio, sel punca yang berasal dari inner sel mass embrio stadium blastula. Kedua macam sel punca ini dapat digunakan untuk pengobatan sel punca.
Di Indonesia telah dimulai penelitian dan pengobatan stem stem dengan menggunakan sel punca dewasa, hal ini dipilih karena sel punca dewasa tidak menemui hambatan dalam bidang etika, sedangkan
sel punca embrio masih banyak ketidakjelasan tentang etika dan banyak perdebatan yang timbul karenanya, walaupun sudah banyak negara yang membolehkannya termasuk amerika baru–baru ini setelah terpilihnya presiden Barak Obama. Demikian dikatakan Drh. Yuda Heru Fibrianto, MP, PhD dari
Universitas Gajah Mada Yogyakarta dalam acara seminar sehari tentang "Penelitian Multisenter Sel Punca di Indonesia" yang diselenggarakan oleh Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) yang diselenggarakan belum lama ini (30 Mei 2009) di Jakarta.
Yuda dalam kesempatannya pelaporkan tentang Pusat Stem Sel di UGM mengatakan, bahwa
pembuatan tim kerja stem sel universitas gadjah mada dengan pusat studi tersendiri dengan beranggotakan dari seluruh komponen sumber daya manusia yang ada di universitas dari berbagai bidang ilmu. Program utama adalah mengadakan diskusi dan sharing ide serta telaah texbook dan
analisis jurnal sehingga didapatkan prioritas dalam penelitian dalam mengidentifikasi, isolasi, multiplikasi dan penerapan stem sel baik sel punca dewasa maupun iPS sehingga alur penelitian yang ada bisa dilaksanakan secara konphrehensif dan tepat guna dalam melakukan kegiatan penelitian dan
penerapannya tanpa mengindahkan kaidah bioetika.Yuda menambahkan, bahwa program yang akan dilakukan di stem cell center universitas gadjah mada adalah: pertama, isolasi dan plurifikasi stem sel dewasa yang berasal dari hematopoietik maupun dari plasenta. Kedua, mengembangkan iPS dan
differensiasi serta aplikasi preklinik maupun klinis. Ketiga, membuat universal iPS sehingga didapatkan pluripotensi stem sel yang siap pakai bagi siapa saja yang membutuhkan. Keempat, membuat hubungan dan korelasi dari berbagai pusat studi stem sel dari rumah sakit, pusat studi maupun universitas dalam sharing ilmu dan hasil pengembangan yang sudah didapatkan.
Stem sel pada penyakit degeneratifSementara itu Prof. Dr. Moch.Ari Widodo, MS, PhD, SpFK dari Universitas Brawijaya (UNIBRAW) Malang yang menjelaskan tentang "Modulasi jumlah & fungsi EPC untuk pencegahan Penyakit Degeneratif Kardiovaskuler" mengatakan, bahwa kesehatan banyak
ditemukan oleh berfungsinya dengan baik komponen yang menyusun pembuluh darah seperti ototpolos pembuluh darah, endothel pembuluh darah, sel darah dan kemampuan sel progenitor/stem sel yang akan mengganti otot polos dan sel endothel. Perubahan pada struktur dan fungsi komponen darah tersebut
dapat menyebabkan berbagai kelainan pembuluh darah seperti konstriksi pembuluh darah aterosklerosis yang akhirnya akan menyebabkan penurunan fungsi organ seperti jantung dan ginjal.
Salah satu komponen pembuluh darah yang berasal dari sumsum tulang yaitu Endothelial progenitor cell (EPC) suatu stem cell dewasa dalam kondisi tertentu akan dimobilisasi dan homing pada daerah
pembuluh darah yang mengalami disfungsi dan apoptosis sehingga akan terjadi angiogenesis atau postnatal vasculogenesis.Komponen darah akan selalu terpapar dengan bahan endogen yang dihasilkan oleh tubuh sendiri seperti mediator inflamasi, hormone, neurotransmitter dan bahan eksogen seperti obat,
xenobiotik, polutan seperti asap rokok, insectisida, bahan pengawet pewarna dan banyak lagi. Bahan
endogen atau eksogen tersebut diatas juga mempengaruhi EPC yang masih ada dalam sungsuk tulang ataupun yang sudah beredar dalam sirkulasi sehingga akan mempengaruhi jumlah dan fungsi EPC
dalam upaya untuk melakukan regenerasi ednothel pembuluh darah yang menjadi disfungsi bahkan apoptosis. "Sehingga dengan mengetahui bahan endogen atau bahan eksogen yang mempengaruhi jumlah dan fungsi dapat menghambat proses penuaan EPC kita dapat meningkatkan peran EPC dalam
menghambat penyakit degeneratif dengan meningkatkan regenerasi sel endotel yang rusak dan selanjutnya mencegah atau menghambat penyakit degeneratif, " ujar Prof. Aris.
Aplikasi Stem Cells pada Luka BakarDr. Yefta Moenadjat, SpBP dari Uni Luka Bakar FKUI dalam kesempatanya pada tempat yang terpisah mengatakan, bahwa sel punca (stem cells) yang umum dan
banyak diteliti serta digunakan di klinik merupakan adult stem cells dari tali pusat baik yang berasal dari cord blood maupun dari tali pusatnya sendiri (sel–sel mononucleated) dan mesenchymal stem cells. Penggunaan embryonic stem cells yang berasal dari inner cell mass embryo (fase blastocyst) untuk saat
ini terbatas hanya untuk tujuan penelitian dan belum diperoleh kesepakatan untuk dapat digunakan untuk aplikasi klinik; dikaitkan dengan masalah etik.Dengan potensi yang dimilikinya, sel punca memiliki kemampuan berdiferensiasi menjadi berbagai sel tubuh seperti miosit, hepatosit, sel–sel saraf, dsb;
termasuk epitel. Kapasitasnya yang menakjubkan ini membawa era baru dalam dunia kedokteran, dan untuk saat ini dapat dikatakan bahwa penerapan sel punca merupakan masa depan dunia kedokteran.
Dr. Yefta menambahkan, dalam proses penyembuhan luka, aplikasi sel–sel mononucleated dalam jangka pendek tampak 1) mempersingkat fase inflamasi, 2) memperbaiki fase fibroplasia dan memfasilitasi
proses epithelialisasi. Memang belum ada penelitian jangka panjang yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan fase maturasi jaringan dan untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut."Kami melakukan penelitian di UPK Luka Bakar RSCM dan RS Mitra Keluarga Kelapa Gading
untuk memperoleh informasi mengenai efektifitas dan keamanan aplikasi stem cells pada luka bakar derajat dua dalam. Dari desain penelitian observasional analitik pada 30 kasus, kami menarik suatu kesimpulan awal dari 12 kasus saja," ujar Yefta.
Yefta mengatakan, Stem cells yang digunakan diisolasi dan diproses oleh Stem Cell and Cancer Institute
(SCI) berdasarkan cara yang dilakukan oleh Cord Life Indonesia; disimpan, telah dilakukan karakteristik human leukocyte antigen (HLA) typing secara serologi dan polymerase chain reaction (PCR). Sel–sel ini tersimpan dalam bentuk suspensi dalam larutan PBS."Meskipun penelitian ini baru mencakup duabelas
dari tigapuluh sampel yang direncanakan pada penelitian yang kami lakukan, diperoleh gambaran sementara, bahwa secara keseluruhan aplikasi sel punca menunjukan keunggulan dibandingkan aplikasi silver sulfadiazine (SSD) pada luka bakar derajat dua dalam; meskipun tidak diperoleh perbedaan bermakna secara statistik."
Ada beberapa hal menarik perhatian yang dapat diamati dalam penelitian ini dan diuraikan sebagai berikut. Proses epithelialisasi yang selama ini dianggap sulit terjadi pada beberapa kondisi luka; dapat berlangsung pada aplikasi stem cells, antara lain: Jaringan granulasi yang menimbul (granuloma). Kedua,
proses epithelialisasi pada daerah sendi dan atau daerah yang selalu berada dalam kondisi dengan mobilitas tinggi. Ketiga, epitel yang lebih tahan pada proses eksudatif. Umumnya epitel yang terendam eksudat akan mengalami lisis; namun pada luka–luka yang di terapi (menggunakan mononucleated stem
cells) MNC, meskipun terjadi proses eksudasi berlebih yang merendam epitel yang sudah tumbuh, lisis tetap tidak terjadi. Keempat, luka–luka yang memperoleh perawatan inadekuat khususnya dalam pembersihan sisa/produk epitel dan krusta. Epitel pada kelompok MNC lebih tahan dibandingkan dengan
kelompok SSD.Fakta ini menunjukan bukan hanya kecepatan proses epithelialisasi saja yang diperoleh dalam waktu yang hampir mencapai kondisi normal, namun lebih jauh diperoleh kondisi yang menyerupai (mendekati) konfigurasi kulit normal.
Meskipun banyak keunggulan yang diperoleh pada aplikasi stem cells pada luka bakar ini, disadari masih
dijumpai kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Pertama, dalam jangka pendek disadari bahwa meski konfigurasi epitel hampir menyerupai epitel normal, pada seri penelitian lain yang dilakukan diperoleh informasi bahwa pada epitel ini tidak dijumpai integumen (apendises kulit). Pada luka yang
sudah sembuh (mengalami maturasi) tidak dijumpai rambut, kulit yang selalu kering (karena tidak
mengandung kelenjar sebasea dan kelenjar minyak). Hal ini dijelaskan karena penggunaan MNC (adult stem cells).Para peneliti kemudian terfokus pada mesenchymal stem cells dan melakukan penggabungan
dengan menambahkan benih apendises kulit pada suspensi (enriched stem cells); namun belum dilaporkan hasilnya. Kedua; bagaimana dengan jaringan parut yang timbul belum banyak diperoleh informasi, meskipun pada berbagai literatur disampaikan informasi bahwa parut yang diperoleh pada
aplikasi stem cells jauh lebih baik (lihat penjelasan pada proposal). Bagaimana dengan parut pada penyembuhan luka bakar yang kurang baik sebagaimana hukum alam menyatakan tidak ada luka sembuh tanpa bekas. Pertanyaan ini belum dapat dijawab dan membutuhkan penelitian jangka panjang lebih lanjut.
"Cara penggunaannya pada luka bakar dengan stem cell dari darah tali pusat dengan cara diteteskan. Hasilnya baik sekali dgn epitelisasi yg lebih cepat dan mengurangi sakit yang juga lebih cepat," ujar Yefta.Yefta menyimpulkan bahwa, aplikasi stem cells pada luka bakar derajat dua dalam menunjukan
hasil lebih baik dibadingkan metode perawatan luka standar menggunakan krim SSD dan krim ambifilik; meski tidak dijumpai perbedaan signifikan bermakna (karena jumlah sampel belum terpenuhi) beberapa hal dapat diamati di klinik: 1) fase fibroplasia berjalan sesuai waktu prediksi, 2) epithelialisasi berlangsung
pada daerah yang umumnya sulit berlangsung, 3) epithel yang terjadi lebih mendekati konfigurasi epithel normal sehingga lebih tahan terhadap berbagai bentuk iritasi dari luar.
Bahwa dijumpai keunggulan, tidak berarti stem cells menjanjikan suatu bentuk penyembuhan yang sempurna karena masih ada bahkan banyak hal yang belum terungkap dan diperlukan penelitian yang
lebih mendalam. Paling tidak saat ini diperoleh informasi mengenai potensi stem cells dalam proses penyembuhan luka khususnya luka bakar; namun aplikasi embryonal stem cells yang mengagumkan membatasi para klinisi karena dihadapkan pada masalah etika yang – saat ini – mengharuskannya untuk
digunakan hanya untuk tujuan penelitian.Sementara itu Dr. Boenyamin Setiawan, PhD dalam penjelasan tentang "Perkembangan Industri Sel Punca di Dunia" mengatakan, bahwa perkembangan stem cell di Asia yang sangat berkembang saat ini yaitu di Cina, India, Malaysia, Thailand, Jepang Korea dan
Singapura. "Sedangkan di Indonesia perkembangan stem cell baru mau berkembang, kalo dibandingkan dengan negara Asia saja masih jauh," ujar Dr. Boen.Dr. Boen mengatakan,terpenti ng adalah masih beruntung Indonesia, karena meski belum semaju negara negara di Asia, namun banyak pakar dan
peneliti stem cell Indonesia yang menimba ilmu dari negara–negara Asia yang sudah maju dalam bidang stem cell. Kesempatan seperti inilah yang membuat Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu pemain tingkat dunia.
Prof. DR. Dr. Fachry Ambia Tandjung, SpB, SpOT (K) dari UNPAD Bandung dalam penjelasannya
tentang "Peranan Stem Cell pada Bedah Tulang Othopedi." Dia melaporkan dalam diskusi ini yang berhungan dengan penyakit osteoatritis. Penyakit osteoatritis tersebut kemudian diterapi dengan menggunakan stem cell melalui sumsum tulang. Proses penyembuhan dibutuhkan cukup lama sampai
yaitu kurang lebih tiga bulan.Prof. Dr. Drh Fedik Rantam, M Kes dari Unair Surabaya, dalam laporan penggunaan stem cell pada Orthopedi di Unair Surabaya sudah berjalan, di UNAIR RS Dr. Soetomo sudah berjalan sejak tahun 1998 yaitu dengan menggunakan Tissue engineering. Menggunakan Tissue
engineering ini permintaannya banyak. "Akhirnya kita sedikit memodifikasi, dengan stem sell, itu lebih cepat lagi penyembuhannya. Proses penyembuhannya kalau dengan menggunakan pengobatan biasa bisa 3 bulan, tetapi dengan menggunakan stem cell hanya 1 bulan, ujar Prof. Fedik."Yang sudah
dilakukan dengan menggunakan stem cell di Surabaya adalah orthopedic, Repair human bone fracture, Hematopoietic repair, Tendon repair and epithelial repair, Heart strock repair."
Kedua masalah Bedah Plastik, sudah disiapkan produksinya, tinggal mengaplikasikan seperti apa, untuk repair. Ketiga, Liver repair, pancreas repair kelompok ini sudah banyak berkembang, Untuk
perkembangan selanjutnya dioptimalisasikan, karena pusat stem sel itu di Surabaya.Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) Drg. Ferry Sandra mengatakan, harapannya besar sekali, karena sekarang ini yang sudah dikerjakan baru sedikit sekali, karena di luar negeri saja diketahui sudah
banyak yang mengerjakan berbagai terapi. Seperti yang belum di Indonesia: Autoimun, Diabetes untuk produksi insulinnya, spinal cord injury, retinal pigmentosa, leukemia, dan masih banyak lagi. "Harapannya di kemudian hari kita bisa juga berkembang seperti di luar negeri. Bahkan kalau memungkinkan dengan
sistem allogenik. Peran dari akademik untuk mempelajari ilmu perkembangan (human development) juga dapat bergerak dan maju. Karena yg diketahui untuk human development memang belum banyak, akan
lebih jelas jika nanti sampai perkembangan ke arah gen pun diketahui. Selain itu untuk pengetesan obat baru. Screening untuk obat baru juga penting sekali. Indonesia sekarang sedang menggalakkan penelitian dari herbal, nah ini bisa dicobakan dengan cepat menggunakan stem cell. Karena stem cell
dapat membentuk organ kecil yang nanti dapat me–mimick organ kita, jadi seperti organ kecil. Organ kecil ini dapat dibuat di laboratorium dan digunakan untuk test obat, harapannya banyak obat baru nantinya yang efektif," ujar Ferry.(sumber: http://idionline. org/artikel/ 335#main- Content)
TEKNOLOGI di dunia kedokteran berhasil mengembangkan metode penyembuhan terbaru bertajuk stem cell. Dengan terapi ini, berbagai penyakit kronis dapat disembuhkan. Seperti apa
mekanismenya?
Dalam bahasa Indonesia, stem cell disebut juga sel puncak atau sel induk. Ringkasnya, stem cell adalah sel yang masih belum matang dan belum berdiferensiasi (berubah) menjadi sel atau jaringan tertentu. Nantinya, sel ini dapat bereplikasi menjadi sel yang serupa atau menjadi sel
lain yang sama sekali berbeda.
Adapun di dunia kedokteran, stem cell dapat berupa sel unipoten (hanya dapat berubah menjadi satu jenis sel), multipoten (dapat berubah menjadi beberapa jenis sel), atau totipoten (dapat berubah menjadi jaringan apapun). Dengan kemampuan inilah stem cell diyakini dapat
menyembuhkan sel-sel tubuh yang rusak atau hilang karena penyakit yang berat, dengan cara beregenerasi menjadi organ atau jaringan yang rusak tersebut.
Pengembangan terapi dengan stem cell membawa harapan baru bahwa penyakit-penyakit degeneratif dapat diobati, dengan sel-sel yang diperoleh dari tubuh pasien sendiri dan tidak perlu
lagi mengandalkan dari donor. Kini, riset tentang stem cell tengah menjadi bintang di bidang biomolekuler. Para ilmuwan makin memperdalam ilmu tentang sel ini dengan memperbanyak
riset sehingga terapi stem cell dapat diterapkan tanpa ada lagi keraguan. Istilah stem cell sendiri pertama kali diusulkan oleh histolog Rusia, Alexander Maksimov, pada
tahun 1908. Dia menyebutkan bahwa ada satu macam sel induk yang akan berkembang menjadi berbagai jenis sel darah, seperti menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan lain-lain. Teori ini
baru terbukti sekitar 70 tahun kemudian ketika stem cell tersebut ditemukan dalam sumsum tulang belakang manusia.
Sel ini ternyata dapat berdiferensiasi (berubah) menjadi tulang, tulang rawan, dan sel lemak bila sel tersebut ditransplantasikan. Sejak saat itu, riset mengenai stem cell mulai ramai dijalankan.
Namun hingga saat ini stem cell yang didapat dari embrio masih menuai kontroversi karena dianggap melanggar etika. Berbagai pemuka agama yang fanatik menentang penggunaan terapi stem cell yang diambil dari embrio, karena dianggap tidak etis untuk menggunakan embrio bagi
kepentingan perawatan dan eksperimental.
Kini telah dikembangkan stem cell yang diambil dari sumber-sumber lain selain embrio, yang disebut adult stem cell, seperti dari tali pusat, cairan amniotik, sum-sum tulang belakang, jaringan lemak, otak, dan gigi. Untuk tali pusat, peneliti menggunakan embrio dari bayi tabung
yang gagal atau bayi yang sudah lahir. Keampuhan stem cell tali pusat bayi ini membuat bank tali pusat bayi berkembang dengan cepat.
"Stem cell saat ini memang dapat diperoleh melalui tali pusat pada bayi yang baru lahir," ujar dr Med Hardi Susanto SpOG, dokter spesialis ginekolog dari Siloam Hospitals, Kebon Jeruk dalam
acara "One Day Scientific Symposium on: Advances in Stem Cell and Monoclonal Antibody" di Hotel Borobudur, Jakarta, baru-baru ini. Menurut dia, tali pusat bayi bisa dimiliki secara pribadi,
di mana pemilik dapat menyimpan darah tali pusatnya dan menggunakan "tabungan" tali pusat tersebut untuk kepentingan sang pemilik sendiri. Hal ini tentu saja mengurangi sejumlah
perdebatan akibat penggunaan embrio dalam pengembangan stem cell.
"Atau bahkan bisa saja bank tali pusat dapat dibuat untuk publik, sehingga lebih mudah lagi bagi publik untuk mendapatkan tali pusat yang akan digunakan sebagai obat," tandas Hardi. Darah tali
pusat, lanjut dia, dapat digunakan 100 persen oleh pemiliknya, 60 persen untuk saudara kandung, 50 persen untuk ibu kandung, 10 persen untuk ayah kandung, dan orang lain bisa menggunakannya bila HLA (Human Leukocyte Antigen) cocok dengan stem cell tersebut. Saat
ini hanya sekitar 1 : 1.000 hingga 1 : 200.000 orang yang mau menyimpan darah tali pusatnya untuk kebutuhan pribadi.
Hardi menjelaskan penggunaan darah tali pusat dimungkinkan karena mengandung banyak stem cell yang disebut hematopoietic stem cells (HSCs). Hematopoietic stem cell adalah sel induk
multipotent yang menimbulkan semua jenis sel darah termasuk myeloid (monosit, basofil dan makrofag, neutrofil, eosinofil, micronucleated, megakaryocytes/platelet, sel dendritik) dan garis
keturunan limfoid (T-, B-sel, sel NK). Selain dari darah tali pusat bayi, sumber lain yang biasanya dijadikan stem cell adalah sumsum
tulang sumsum. Di Indonesia penggunaan stem cell yang diambil dari sumsum tulang belakang ini berhasil mengobati 15 pasien penyakit jantung di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan RS
Kanker Dharmais beberapa waktu lalu. "Sampai saat ini kondisi pasien semuanya dalam kondisi yang baik, tidak ada komplikasi sama
sekali," kata pakar kardiologi intervensi dari FKUI/RSCM Prof Dr dr Teguh Santoso SpPD, KKV, SpJP, FIHA, FACC, FESC di tempat yang sama. Cara pemberian stem cell ke jantung,
terang dia, dapat melalui beberapa mekanisme seperti penyuntikan stem cell langsung dengan teknik kateterisasi jantung ke dalam pembuluh darah koroner.
Cara lain adalah dengan penyuntikan melalui kateter secara langsung ke otot jantung. "Pasien yang menggunakan stem cell kita pilih yang jantungnya sudah rusak dan terkena serangan," ujar
Teguh. Teguh mengatakan, setelah dilakukannya operasi, stem cell dibiarkan tumbuh dan beregenerasi
menjadi organ atau jaringan jantung yang rusak. "Tidak ada obat untuk menumbuhkan stem cell. Hanya saja pasien tetap diberikan obat seumur hidup untuk menjaga pembuluh darahnya agar
tidak timbul frak baru. Kalau kolestorel dikasih obat agar kolesterol turun. Begitu juga kencing manis," tuturnya.
Menurut Prof Thomas Muller MD PhD dari Insttitute for Transfusion Medicine, Medizinische Hochschule Hannover (MHH), Jerman yang juga merupakan narasumber seminar, berbagai
penyakit yang dapat disembuhkan dengan stem cell antara lain berbagai jenis kanker seperti kanker payudara dan hati, penyakit jantung, kelainan darah seperti leukemia dan limphoma, penyakit gangguan autoimun, kebutaan, luka bakar, diabetes, osteoporosis, alzheimer, parkinson
dan penyakit pankreas. (tty)
Stem Cell Therapy
STEM CELL THERAPY adalah suatu Terapi yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan di dunia
kedokteran Barat maupun Timur. Selain hasilnya yang sangat menakjubkan, prosentase keberhasilannya juga cukup tinggi.Sudah ribuan orang yang telah merasakan kedahsyatan Terapi
ini.Ada pasien yang sudah belasan tahunlumpuh kini sudah bisa berjalan lagi.Ada pula yang sudah puluhan tahun menderita diabetes, sembuh. Ada juga penderita Cancer stadium 4 yang sembuh setelah menjalani STEM CELL THERAPY.
Apa itu STEM CELL? Stem Cell adalah sel indukyang berfungsi untuk membentuk sel baru.Ada beberapa jenis Stem Cell, diantaranya adalahAdult Stem Cell dan Embryonic Stem Cell. Adult Stem Cell adalah sel induk yang sudah
dewasa, artinya sudah memiliki fumgsi spesifik dan hanya mampu membentuk beberapa jenis sel yang segolongan (multipotent), misalnya Stem Cell Jantung hanya dapat membentuk sel otot
jantung, sel otot polos dan endotel. Therapy menggunakan Adult Stem Cell sudah digunakan selama puluhan tahun, namun Karena biayanya yang sangat mahal dan prosedur yang sangat rumit, tidak banyak pasien yang berkesempatan menjalani Terapi ini.
Embryonic Stem Cell adalah
sel induk (sel punca) yang merupakan cikal bakal atau sel mula-mula yang berkembang
biakmembentukseluruh organ tubuh makhluk hidup (pluripotent). Stem Cell inilahyang terus menerus membelah diri sehingga terbentuk janin yangkemudian lahir sebagai bayi. Pada
Placenta / Ari-Aripada bayiyang baru lahir terdapatStem Cell. Sebagian Pakar menggolongkanStem Cell dalam placenta sebagai Adult Stem Cell, namun ada Pakaryang
menggolongkannya sebagai Embryonic Stem Cell karenapotensinya yang bersifat Pluripotent. Kini sudah banyak pasanganmuda yang menyimpan Placenta bayi yang baru dilahirkan di bankPlacenta di Singapore maupun di Jakarta.
Walaupun biaya penyimpanan dan penggunaannya sangat mahal, banyak pasangan muda yang
memanfaatkan fasilitas ini karena saat bayi beranjak dewasa dan terkena penyakit yang mematikan, maka Placenta bayi tersebut dapat digunakan untuk Terapi penyembuhan, dan
hingga kini tingkat keberhasilannya masih 100%.
Melalui berbagai metode penelitian yang dilakukan oleh para pakar Stem Cell.kini mulai dilakukan penelitian mengenai penggunaan Placenta hewan, yaitu Placenta tikus, kelinci, kuda,
anjing, kucing, domba dan lain-lain sebagai bahan Stem Cell Therapy.Bahkan sudah ada beberapa Placenta hewan yang telah dipergunakan dan diproduksi besar-besaran sebagai bahan Stem Cell Therapy, diantaranya Placenta Kelinci, Domba dan Rusa.Tak dapat dipungkiri bahwa
Stem Cell Therapy menggunakan Placenta hewan telah terbukti mampu mengatasi berbagai macam penyakit yang mematikanterutama penyakitdegeneratif(berhubungan dengan penurunan
fungsi organ tubuh).Namun dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, para peneliti masih terus melakukan penelitian lebih lanjut apakah ada efek samping yang berbahaya dalam penggunaan Placenta hewani ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama ber tahun-tahun BCRO (Bio-
Cellular Research Organisation) mengeluarkan pernyataan: “Stem Cell Therapy as a Treatment for Incurable and Untreatable Diseases Now Available Worldwide” (Terapi Stem Cell untuk menangani Penyakit yang tak tersembuhkan dan tak terobati telah tersedia di seluruh dunia)
Walaupun Stem Cell Therapy sudah mulai dirintis sejak tahun 1931 oleh seorang pakar berkebangsaan Swiss yaitu Dr. Paul Niehans, sebagai anggota Papal Academy of Science,
namun Stem Cell Therapy baru dikenal dan ramai dibicarakan di Seluruh Dunia beberapa tahun terakhir ini karena biaya terapi yang tergolong mahal, yaitu mulai dari Rp 300 Juta sekali terapi hingga Rp 20 Milliar untuk paket terapi penyakit tertentu.
Dalam penelitian terbukti bahwa Deer Placenta merupakan bahanStem Cell terbaik karena:
(1) Tahukah Anda bahwa Rusa merupakan hewan mamalia satu-satunya yang tidak memiliki empedu?(Perlu kita ketahui bahwa empedu berfungsi untuk menetralisir racun yamg masuk kedalam tubuh). Jadi rusa memiliki cara yang unik agar tidak ada racun yang masuk kedalam
tubuhnya. Dalam hal ini ekor rusalah yang berfungsi untuk mendeteksi apakah makanan yang akan dimakan mengandung racun atau tidak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh
tubuh rusa bebas dari racun. Inilah alasan mengapa hampir seluruh bagian tubuh rusa terbukti sangat berkhasiat dan digunakan sebagai bahan obat/ nutrisi yaitu: Ekor, Darah, Tanduk, Otot, Kelamin, Jantung dan Placenta.
(2) Rusa juga merupakan satu-satunya mamalia yang dapat meregenerasi organ yang hilang. Terbuktibahwa tanduk rusa yang dipotong akantumbuh kembali, sementara tanduk kambing
yang terpotong tidak akan tumbuh kembali.
Pada awalnya metode yang digunakan dalam Stem Cell Therapy ini adalah metode Transplantasi dan Suntik, namun Karena penggunaan metode ini membutuhkan biaya yang tinggi (mahal) dan prosedur yang rumit maka kini dikembangkan metode Oral menggunakan kapsul yang jauh lebih
murah dan aman bagi pasien. Walaupun metode Oral mampu mencapai hasil yang setara dengan metode suntik / transplantasi, namundiperlukan waktu kurang lebih 6 bulanuntuk proses
penyembuhan secara tuntas.Metode suntikdanmetode transplantasi memerlukan waktu lebih singkat, namun lebih berresiko dibandingkan dengan MetodeOral.
Melalui Stem Cell Therapy, organ tubuh yang telah rusak diakibatkan oleh polusi, pola makan yang salah dan pola hidup yang tidak sehat serta efek samping dari obat-obatan kimiawi yang
terus menerus dikonsumsi dipulihkan kembali dengan dimasukkannya stem cell -stem cell baru yang sehat yang akan membentuk sel-sel baru secara terus-menerus dan menggantikan fungsi
dari sel-sel organ tubuh yang telah rusak.
PENYAKIT DEGENERATIF dan AUTO IMMUNE:
Stem Cell Therapy merupakan terapi yang sangat ampuh untuk mengatasi penyakit degeneratif seperti, Alzheimer, Parkinson, Stroke, Diabetes Melitus, khususnya Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM), Aterosklerosis, Infark Miokard dan banyak penyakit degeneratif lainnya serta penyakit Auto Immune seperti Lupus dan lain-lain. Para ahli menyatakan bahwa Stem Cell
Therapy merupakan Terapi terbaik untuk mengatasi penyakit Degeneratifdan Auto Immune.Bahkan kemampuannya menyembuhkan penyakit yang diakibatkan karena kerusakan syaraf dan kerusakan jaringan sel sangat mengejutkan dunia medis, seperti Spinal Cord Injury,
kelumpuhan, kebutaan karena putusnya syaraf mata, dan kebutaan karena bola mata rusak akibat tersiram asam sulfat
KECANTIKAN DAN KEBUGARAN:
Stem Cell Therapy bukan hanya bermanfaat untuk mengatasi berbagai penyakit yang selama ini tak bisa sembuh dan tak terobati, namun juga sangat bermanfaat untuk Reverse Aging (kembali muda), Cantik, Menarik, Bergairah, Bugar dan Energik.Kemampuannya untuk menggantikan sel
mati dengan sel baru yang muda dan sehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja yang ingin tetap cantik dan sehat, jauh dari sakit yang diakibatkan karena menurunnyafungsi atau kerusakan
organ tubuh.
METODE THERAPY
Mula-mula Stem Cell Therapy dikenal menggunakan Metode Transplantasi dan Injeksi, namun penggunaan metode ini membutuhkan biaya yang cukup besar, yaitu mulai dari Rp 300 juta
untuk sekali Terapi hingga Rp 20 milliar untuk 1 paket Terapi. Setelah melalui penelitian selama 15 tahun, Metode Oralberhasil diterapkan.Beberapa tahun terakhir ini sudah ribuan orang yang mengalami berbagai macam penyakit yang menurut ilmu kedokteran sudah tak mungkin bisa
disembuhkan, berhasil tertolong dan sembuh dari penyakit yang dideritanya.Biaya yang dibutuhkan untuk menjalani Terapi Metode Oral ini juga relatif jauh lebih murah dibandingkan
dengan Metode Transplantasi maupunMetode Injeksi. STEM CELL THERAPY METODE ORAL Bagi sebagian besar praktisi dibidang kedokteran dan medis Stem Cell TherapyMetode Oral
tidak mungkin dilakukan karena banyak kendala yang harus dilalui yang menurut disiplin ilmu mereka tidak mungkin bisa diatasi.(1) Kendala Pertama yang harus dihadapi para Pakar Stem
Cell untuk mewujudkan impian mereka menciptakan Stem Cell Therapy yang murah, yaitu Metode Oral,adalah; bagaimana memasukkan sel hidup kedalam kapsul dan tetap hidup dalam jangka waktu yang lama. Kendala ini bisa teratasi dengan keberhasilan para Teknolog
menciptakan alat pendingin yang mampu membeku keringkan Stem Cell hingga minus 1960 Celsius dan teknologi pengisian kapsul dengan Nitrogen sehingga Stem Cell bisa bertahan hidup
dalam kapsul 3 s/d 4 tahun. (2) Kendala kedua adalah;kasul akan masuk melalui lambung dan Stem Cellakan rusak terkenaAsam Lambung. Teknolog sekali lagi berhasil menciptakan Teknologi Lapisan Enterik
yang menyebabkan Kapsul tidak larut terkena Asam Lambung yang bersifat Asam, melainkan akan Larut dalam Usus kecil yang bersuasana Basasehingga seluruh isi dari kapsul bisa diproses
di Usus Kecil. (3)Kendala ketiga adalah Molekul Stem Cell terlalubesar untuk bisa diserap dengan baik oleh Dinding Usus Kecil. Teknolog kembali berhasil menciptakan Teknologi Emulsifikasi yang mampu mengecilkan Molekul Stem Cell hingga 1:20 (satu berbanding dua
puluh) namun Stem Cell tetap dalam keadaan hidup, sehingga Stem Cell dapat terserap dengan
baik dan masuk ke aliran darah. Apabila Stem Cell berhasil masuk ke aliran darah dalam jumlah yang cukup banyak, maka efektifitas dan potensi Stem Cell untuk mengatasi berbagai macam
penyakit maupun melakukan Reverse Agingtak perlu diragukan lagi.Untuk mengatasi berbagai kendala tadi, para Teknolog dan para Dokter yang terlibat memerlukan waktu lebih dari 15 tahun
dengan perjuangan yang extra keras serta biaya yang sangat besar sehingga karyanya patut kita hargai dan kita berikan apresiasi yang sangat tinggi karena karya mereka telah menolong jutaan orang.Namun masih ada sebagian lembaga kedokteran yang masih belum mau mengakui Stem
Cell Therapy Metode Oral ini.
PURTIER.
PURTIER adalah suatu produk Stem Cell menggunakan bahan dasar Deer Placenta, dilengkapi dengan 8 nutrisi berkhasiat lainnya (Aloe Vera, Xanthones, Squalene, Borage Oil, Marine Collagen, Evening Primrose Oil, Avocado Oil, Lycopene) yang merupakan hasil dari penelitian
lebih dari 15 tahun di Klinik dan Laboratorium Top di New Zealand, diproduksi menggunakanteknologi pengkapsulan canggih (Teknologi Enterik), dilindungi dengan Nitrogen
sehingga Deer Placenta tetap hidup dalam kapsul dan mampu bertahan hingga 4 tahun. Saat diminum, kapsul tidak mencair di lambung yang bersifat asam melainkan akanmencairdi usus kecil yang bersifat basa. Dengan demikian hampir 100% Deer Live Cell dapat terserap dan
menyebar keseluruh tubuh melalui darah.(Makanan kesehatan pada umumnya menggunakan kapsul yang pecah di lambung sehingga manfaat yang dihasilkanpun maksimal hanya 10% dari
khasiat yang seharusnya). Organ-organ tubuh yang bermasalah akan memberikan signal kepada sel pintar ini, sehingga sel pintar yang belum memiliki identitas ini akan meresponse signal tersebut dan mulai bekerja menggantikan fungsi sel yang telah rusak tersebut. Di Jantung sel ini
membentuk sel Jantung, di Otak sel inimembentuk sel Otak,di Ginjal sel ini membentuk sel Ginjal, di Pancreas sel ini membentuk sel Pancreas, di Otot sel ini membentuk sel Otot, di
Tulang sel ini membentuk sel Tulang dst.Inilah penjelasan mengapa PURTIER mampu mengatasi berbagai macam penyakit mematikan, diantaranya adalah penyakit Jantung, Cancer, Diabetes, Ginjal, Paru-paru, Liver, Stroke, Spinal Cord Injury,Parkinson, Alzheimer, Leukemia,
Cerebral Palsy, Multiple Sclerosis, Down Syndrome, Ankylosing Spondylitis, Epilepsy, Autism, Osteoporosis,kebutaan dan kelumpuhandll.
KESIMPULAN:
STEM CELL THERAPY merupakan Terapi yang langsung memperbaiki sumber masalah dari
suatu penyakit, sementara Terapilain pada umumnya hanya mampu mencegah agar penyakit tersebut tidak berkembang lebih jauh dan mengurangi penderitaan si Pasien. Metode terapilain pada umumnya memiliki efek samping yang tidak kalah bahayanya dengan penyakit yang
diterapi tadi dan merugikan kesehatan secara umum si Pasien, sementara STEM CELL THERAPY terbukti mampu meminimalisir resiko efek samping hingga 0%.Tingkat kesembuhan
yang dihasilkanpun bersifat lebih permanen.Menggunakan “PURTIER PLACENTA” merupakan pilihan yang bijak karena hasilnya tidak kalah dengan metode injeksi maupun transplantasi,
namun dengan biaya yang jauh lebih murah dan terjangkau.Pada akhirnya, manusia hanya bisa berupaya, namun Tuhanlah yang menentukan semuanya.