View
128
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
sengketa agraria
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Pancasila
DISUSUN OLEH
Muhammad Sidiq Nur 11308502150046 Mutmainah 11308502150049 Rizqi Kholifasari 11308502150063 Rodi Radius 11308502150064 Venny Alvionita 11308502150081
Program Studi Pendidikan MatematikaKelas 1 A
TEMA : HUKUM
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Singkawang
P e n d i d i k a n P a n c a s i l a
Pembuka
A. Latar Belakang
Masalah sengketa lahan memang sering muncul di Indonesia. Seperti
masalah sengketa lahan yang terjadi di Singkawang, Kalimantan Barat, yaitu
konflik perebutan lahan antara masyarakat dengan TNI. Konflik ini
disebabkan perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak. Tujuan dari
pengamatan ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi
konflik perebutan lahan antara masyarakat dengan TNI, mengetahui upaya
penyelesaian konflik perebutan lahan antara masyarakat dengan TNI di
kelurahan Roban dan Bukit Batu. Hasil dari pengamatan ini menunjukan
bahwa konflik antara masyarakat kelurahan Roban dan Bukit Batu dengan
TNI terjadi sejak tahun 1980-an. Faktor penyebab konflik; (1) faktor intern;
status kepemilikan dan batas tanah yang tidak jelas, Tanaman warga
masyarakat rusak akibat latihan militer serta lahan yang digunakan untuk
pertanian semakin sempit, perbedaan tujuan dalam pemanfaatan lahan, (2)
faktor ekstern adanya rencana tata ruang lahan TNI yang akan melakukan
pembangunan sarana fasilitas militer. Upaya penyelesaian melalui dialog
dengan pihak-pihak yang terkait tetapi belum ada kesepakatan. Konflik ini
telah mengakibatkan berbagai dampak dalam kehidupan, bukan hanya
dampak positif tetapi juga dampak negatif. Dampak positif yaitu
bertambahnya solidaritas dari berbagai macam kalangan, membuat berbagai
pihak menyadari ada banyak masalah. Dampak negatif yaitu membawa
dampak psikologis itu sendiri, hubungan interaksi dan komunikasi antara
pihak masyarakat dan TNI menjadi terganggu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan bahwa faktor
dari permasalahan ini, yaitu : Ada salah satu kepala desa periode tertentu
dimana kepala desa setempat mengeluarkan Surat Kenyataan Tanah (SKT).
Pada tahun 80-an pihak TNI sudah memperingatkan masyarakat agar tidak
membangun sesuatu diatas tanak milik TNI secara permanen, namun setelah
tahun 90-an dari pihak TNI sudah tidak memperingatkan lagi kepada 1
P e n d i d i k a n P a n c a s i l a
masyarakat sehingga masyarakat lupa akan hak tanah itu milik siapa. Setelah
tanah tersebut dibangun rumah permanen, masyarakat pendatang yang tidak
mengetahui akar permasalahan itu pun membeli rumah yang berada di daerah
kelurahan Roban atau Bukit Batu itu, masyarakat yang ingin membangun
rumah meminta Surat Kenyataan Tanah (SKT) ke kepala desa setempat, salah
nya kepala desa tersebut menyetujui pengeluaran surat tersebut sehingga surat
tersebut di keluarkan oleh BPN dan pada tahun 2000-sampai sekarang pihak
TNI berencana untuk membangun fasilitas militer di lahan yang seluas 210
hektar tersebut. Dari tahun sebelumnya pihak TNI sudah memberi peringatan
bahwa rumah dan lahan-lahan perkebunan yang tidak ada surat-surat yang sah
yang berada di atas tanah milik TNI akan di ratakan, namun rencana tersebut
tertunda karena masyarakat tidak terima dengan penggusuran yang akan di
lakukan dengan pihak TNI, masyarakat yang tidak setuju dengan langkah
yang diambil oleh pihak TNI tersebut, melakukan demo di depan gedung
Wali Kota Singkawang dengan harapan mendapat keadilan atas hak milik
tanah dan rumah mereka agar tidak di ratakan. Tapi dari segi hukum,
masyarakat tidak memiliki hak yang kuat atas kepemilikan tanah tersebut,
dikarenakan masyarakat pada awal mulanya sudah diperingatkan oleh pihak
TNI agar tidak membuat rumah yang permanen di atas lahan tanah milik TNI,
tapi masyarakat lupa akan hal itu mereka malah membangun rumah yang
sangat megah dan permanen, ketika sudah di keluarkan ultimatum untuk
meratakan tanah, pada awal tahun 2015 masyarakat malah tidak terima
kepada pihak TNI dan melakukan tindakan berdemo serta menuntut keadilan
kepada mereka.
C. Pembatasan Masalah
Supaya pembahasan pada pengamatan ini tidak terlalu luas, maka
pengamatan ini lebih memfokuskan pada aspek tentang Konflik Perebutan
Lahan antara Masyarakat dengan TNI di kelurahan Roban dan Bukit Batu,
Kecamatan Singkawang Tengah, Provinsi Kalimantan Barat.
D.
P e n d i d i k a n P a n c a s i l a
Argumen
A. Pengamatan melalui Masyarakat
Kami melakukan pengamatan dengan cara mengamati dari pihak
masyarakat yang terkait setiap peristiwa yang terjadi di sengketa lahan ini.
Dapat kami simpulkan bahwa :
1. Kenyataannya masyarakat memiliki dokumen yang sah dan tidak bisa di
ganggu gugat secara hukum, karena dokumen masyarakat itu, disahkan
oleh pemerintah sendiri (ulah kepala desa pada periode tertentu yang
menyetujui pembuatan Surat Keterangan Tanah)
2. Masyarakat mempertanyakan, apakah dokumen yang sah tersebut masih
berlaku atau peta bekas peninggalan belanda masih di akui, kalau peta
yang msih di pakai, lalu untuk apa sertifikat atau dokumen yang di
jadikan dasar UUD kepemilikan tanah.
3. Apabila peta memang di anggap lebih sah, kita juga harus ingat bahwa
dulu tanah itu juga milik rakyat sebelum dijajah belanda.
4. Dan memang apabila tanah tersebut digusur dan dibuat untuk
kepentingan umum tentunya ada kesepakatan antara kedua belah pihak.
Dan dalam hal ini sebenarnya pemerintahlah yang harus menangani dan
memberi penanganan khusus karena menyangkut undang-undang dan
penegakan hukum di Republik Indonesia. Disatu sisi TNI merasa berhak atas
kepemilikan tanah tersebut dengan berdasarkan peta peninggala Belanda di
masa penjajahan, dan seperti yang di akui oleh pihak TNI yang di muat dalam
koran Pontianak Post bahwa pihak TNI mempunyai surat-surat yang lengkap
terhadap tanah seluas 210 hektar tersebut. Di lain pihak masyarakat juga
merasa berhak atas tanah tersebut di karenakan masyarakat memiliki surat
dan dokumen yang sah dan di akui oleh pemerintahan indonesia, namun di
sini lagi-lagi hukum menjadi undang-undang tertulis belaka karena tidak
adanya penerapan yang merata. Bagaimana tidak, tanpa adanya keputusan
dari pemerintah terkait, tanah tersebut telah diduduki secara paksa oleh salah
satu pihak yang bersengketa.
P e n d i d i k a n P a n c a s i l a
B. Pengamatan melalui TNI
Kami melakukan pengamatan dengan cara mengamati dari pihak TNI
yang terkait setiap peristiwa yang terjadi di sengketa lahan ini. Dapat kami
simpulkan bahwa : Menurut pendapat kami TNI melakukan penggusuran ini
sebagai peringatan kepada masyarakat bahwa tanah tersebut milik TNI dan
berhenti menggunakan atau mengelola lahan milik TNI, yang mana
masyarakat dengan lacang membangun rumah secara permanen dengan
sengaja menggeser atau memindahkan batas tanah berupa patokan kayu milik
TNI.
C. Pengamatan melalui Pihak Netral
Dalam hal ini ada 3 pihak yang bersalah, yaitu : pihak pemerintaah, TNI,
dan masyarakat itu sendiri.
1. Dari pihak pemerintah harus lebih tegas dan sigap dalam menyelesaikan
masalah sengketa tanah antara pihak TNI-AD dan masyarakat.
2. Dari pihak TNI-AD tidak sepenuhnya salah mereka karena mereka hanya
melaksanakan tugas dari pemerintah, hanya saja cara penyampaiannya
terhadap masyarakat terlalu menggunakan emosi, sehingga kelihatan
masyarakatnya yang menjadi tertekan.
3. Dari pihak masyarakat, mereka salah dikarenakan kurangnya kesadaran
dari masyarakat akan tanah yang ditempatinya. Kenapa mereka tetap
membangun rumah di atas tanah yang bukan miliknya tersebut dan malah
dengan seenaknya ada yang menggeser batas-batas tanah milik TNI.
D. Upaya Penyelesaian
Upaya penyelesaian masalah dalam konflik perebutan lahan antara
masyarakat dengan TNI selalu dilakukan oleh pihak-pihak yang berkaitan
yaitu oleh Pemerintah Daerah, pemerintah desa, pihak-pihak lainnya. Upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah hanya berupa dialog saja dengan
pihak-pihak yang terkait tetapi belum ada titik temu yang pas untuk
menyelesaikan masalah ini. Masing-masing pihak mempertahankan aspirasi
atau pendapatnya bahwa tanah itu milik TNI maupun milik masyarakat.
P e n d i d i k a n P a n c a s i l a
Pemerintah tidak ada yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah
tersebut.
Kesimpulan
A. Kesimpulan
Konflik agraria yang terjadi di Indonesia merupakan konflik yang sering
terjadi di tengah masyarakat. Adanya konflik tersebut merupakan implikasi
dari tidak adanya UU yang mengatur secara jelas mengenai pertanahan.
Sengketa lahan antara masyarakat kelurahan Roban dan Bukit Batu dengan
TNI AD terjadi karena masing-masing saling mengklaim lahan yang ada di
sana. Masing-masing pihak merasa mereka memiliki hak atas tanah tersebut.
Tidak hanya itu saja, masalah ini timbul juga karena adanya Rencana Tata
Ruang Lahan oleh pihak TNI, yang menjadikan kawasan tersebut sebagai
kawasan Pertahanan dan sebagai kawasan untuk latihan militer.
Sampai sekarang masalah ini belum selesai, belum ada titik temu yang
tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Upaya dari pemerintah, maupun
dari masyarakat sendiri sudah dilakukan. Tetapi belum ada kesepakatan
diantara kedua belah pihak.
B. Solusi
Solusi atau upaya penyelesaian dalam menangani konflik perebutan
lahan antara masyarakat dengan TNI ini harus tepat. Kedua belah pihak harus
duduk bersama untuk membahas masalah ini dan mencari kata sepakat dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Pihak ketiga dalam mengatasi masalah ini
juga harus netral, tegas, bijaksana dan adil dalam mengambil keputusan. Dan
dalam musyawarah tersebut sebaiknya tidak mempertahankan ego masing-
masing pihak yang terkait, serahkan semua permasalahan kepada undang-
undang dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Pemerintah, TNI dan Masyarakat yang bersengketa sama-sama saling
membantu dan sadar akan kesalahan dari masing-masing pihak, karena
Pemerintah sebagai pemimpin yang memilki tugas untuk menjaga keutuhan
Negara dan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam
P e n d i d i k a n P a n c a s i l a
menyelesaikan masalah ini, Pemerintah seharusnya melaksanakan hukum
dengan melakukannya secara seadil-adilnya agar tidak ada salah satu pihak
yang merasa ter-diskriminasi antara TNI maupun masyarakat itu sendiri, dan
dilakukan secara tegas. Untuk masyarakat yang bersengketa, disarankan
untuk sadar diri dan berfikir sebelum bertindak.