Upload
universitas-negeri-makassar
View
168
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS INDIVIDU
KASUS TEORI ORGANISASI MENGENAI KONFLIK DALAM ORGANISASI
OLEH:
DESPIAN NATALIS TAMELAB
NIM:1366047030
JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGRI MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini sehingga selesai tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun dari teori-teori yang berkaitan dengan konflik
dalam organisasi. Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk
membahas hal-hal yang dapat mempengaruhi pergerakan atau proses
berjalannya suatu organisasi, menjelaskan konflik dan menyebutkan jenis-jenis
konflik, menyebutkan sebab-sebab timbulnya konflik organisasional, contoh
bidang structural dalam organisasi dimana sering terjadi konflik.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Makassar, 29 Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………….………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………….……….…………1
A. Latar Belakang…………………………………………………..………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………..…………….2
C. Tujuan……………………………………………………….………………2
D. Manfaat…………………………………………………….………………..3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………….…….………….4
A. Pengertian Konflik………………………………………..…………………4
B. Contoh-Contoh Konflik Dalam Organisasi…………………………………7
C.Penyelesaian Konflik………………………………….…………………….9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………...11
Kesimpulan……………………………………………….……..……………11
Saran.........................................................................................…………...11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial
tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa
perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan
kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.Teori ini
didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok
pemisahan kelas dalam masyarakat. Teori konflik muncul sebagai reaksi dari
munculnya teori struktural fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh
atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx. Pada
tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik
menyediakan alternatif terhadap teori struktural fungsional.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik
merupakan anonim dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural
fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori
konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik
melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada
keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami
konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga
melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori
konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas
yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi.
Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik
karena adanya perbedaan kepentingan. Teori konflik juga mengatakan
bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural
fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu
terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial
disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu
titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di
dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga
terciptalah suatu konsensus.
Menurutteorikonflik,masyarakat disatukan dengan“paksaan”.
Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena
adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya
dengan dominasi, koersi, dan power. Terdapat dua tokoh sosiologi modern
yang berorientasi serta menjadi dasar pemikiran pada teori konflik, yaitu
Lewis A. Coser dan Ralf Dahrendorf.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa itu pengertian konflik
2. Contoh-contoh konflik dalam organisasi
3. Bagaimana penyelesaian konflik itu di laksanakan
C. TUJUAN
Secara ringkas tujuan pembuatan makalah ini dapat drumuskan
sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan efektivi dalam
organisasi.
2. Mengetahui dan memahami bagaimana model-model mengenai
efektivitas dalam organisasi.
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor apa saja yang ada dalam
efektivitas dalam organisasi.
4. Mengetahui dan memahami bagaimana kriteria pengukuran efektivitas
dalam organisasi.
D. MANFAAT
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini sebagai
media untuk merangsang pengetahuan mengenai konflik dalam
berorganisasi. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pembelajaran
konsep ilmu teori organisasi konflik dalam berorganisasi.
2. Pembaca, sebagai media informasi dalam mengenal dan memahami
efektivitas dalam organisasi secara mendalam
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya
adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi
berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol
akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna
dapat menciptakan konflik.
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima
jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik
antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar
organisasi
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya
sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki
dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana
diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal
sebagai berikut:
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang
bersaing.
Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-
peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara
dorongan dan tujuan.
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang
menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
Konflik pendekatan-pendekatan(Approach-approach Conflict),
contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-
sama menarik.
Konflikpendekatan–penghindaran(Approach-avoidance
Conflict),contohnya orang yang dihadapka pada dua pilihan yang
sama menyulitkan.
Konflikpenghindaran-penghindaran(Avoidance-
avoidanceConflict), contohnya orang yang dihadapkan pada satu
hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan
orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering
terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan
lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat
penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan
melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak
bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi
tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada
mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan
bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena
ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia
berada.
4. Konflik interorganisasi
Konflik intergrup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi
organisasi manapun, dan konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan
integrasi dari kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan pekerjaan.
Dalam setiap kasus, hubungan integrup harus dimanage sebaik mungkin
untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari semua konsekuensi
disfungsional dari setiap konflik yang mungkin timbul.
B. CONTOH KONFLIK DALAM ORGANISASI
1. Konflik Intrapersonal
1) Approach-approach Conflict.
Di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima
promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas
ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar.
2) Avoidance-avoidance Conflict.
Laboratorium Sistem Informasi disediakan opsi untuk pindah ke
gedung yang angker atau tetap di gedung yang lama dan sumpek.
3) Approach-avoidance Conflict
Orang itu akan memperoleh gaji yang sangat besar, tapi harus
pindah ke tempat terpencil yang sangat tidak disukai.
2. Konflik Interpersonal
Tawuran antar pelajar, bila dilihat sekilas terlihat sebagai konflik antar
kelompok, namun bila ditelisik lebih dalam, kebanyakan dari kasus ini
bermula dari masalah antara individu yang melibatkan kelompok. Motifnya
beragam mulai dari diperolok oleh teman dari sekolah lain hingga masalah
percintaan.
3. Konflik antara Individu dengan Kelompok
Pada tahun 2011 terjadi konflik di tubuh partai demokrat, dimana
Nazaruddin menjadi tersangka setelah kasus korupsi yang dilakukannya
bersama dengan oknum lainnya. Hal ini menjadi konflik internal di dalam
partai demokrat. Terlihat bahwa pada awalnya para anggota dari partai ini
sangat mendukung, mensupport, dan membela Nazaruddin saat kasus ini
belum terkuak ke depan publik dan belum ada ketetapan sah dari hukum
yang menjadikannya tersangka. Namun pada saat Nazaruddin ditetapkan
sebagai tersangka dan kemudian membeberkan beberapa fakta yang menjadi
aib bagi demokrat para rekan yang dulu membelanya berbalik menghina,
mencaci, dan memusuhinya.
4. Konflik Interorganisasi
Pada pertengahan 2009 lalu, isu ketegangan antara negara Indonesia
dengan Malaysia terjadi dikarenakan tari pendet yang asli dari pulau dewata
bali dijadikan salah satu ikon Malaysia dalam iklan resmi pariwisata nasional
Bangsa tersebut. Lagi-lagi Malaysia memancing kemarahan warga Indonesia
yang pada waktu itu beberapa seniman di bali hingga salah satu pelestari tari
pendet menyatakan menolak klaim Malaysia tersebut.
Ketegangan sejak akhir 2006 hingga awal 2010, terkait dengan seni
dan budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia. Menurut catatan penulis
ada beberapa bahkan terkait dengan kesejarahan nasional Indonesia. Naskah
Kuno dari Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara yang
diklaim bahkan sudah berada di museum-museum Malaysia.
Lalu beberapa lagu daerah asli dari Indonesia seperti Lagu Rasa
Sayang-sayange dari Maluku, Lagu Soleram dari Riau, Lagu Injit-injit
Semut, Lagu Kakak Tua dari Maluku, Lagu anak kambing saya dari Nusa
Tenggara Barat yang diklaim menjadi Lagu Daerah dari Malaysia. Dan
masih banyak jenis seni dan budaya yang diklaim oleh Malaysia.
C. PENYELESAIAN KONFLIK
1) Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang
memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya
tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran
merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi
untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik
dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal
untuk melakukan diskusi”.
2) Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi
pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang
lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang
menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain
dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3) Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih
banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau
ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini
mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang
penting untuk alasan-alasan keamanan.
4) Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu
yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5) Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat
mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari
semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Konflik dapat diartikan sebagai ketidak setujuan antara dua atau lebih
anggota organisasi atau kelompok dalam organisasi yang timbul karena
mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Dampak yang
timbul akibat konflik dapat menjadi konflik fungsional dan konflik
infungsional. Konflik dikatakan fungsional apabila dampaknya dapat memberi
manfaat atau keuntungan bagi organisasi, sebaliknya disebut infungsional
apabila dampaknya justru merugikan organisasi. Konflik dapat menjadi
fungsional apabila dikelola dan dikendalikan dengan baik.
Penyeselaian dari konflik adalah dengan cara timbulkan dalam diri masing rasa
saling menghormati, menghargai dan rasa toleransi yang bisa menghindarkan
kita dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya suatu konflik.
SARAN
Dalam proses pembelajaran mahasiswa tentunya dituntut untuk mandiri
dalam mempelajari materi di perkuliahan. Namun, tentunya hal tersebut tidak
lepas dari bimbingan para dosen. Maka dari itu diperlukan adanya pemahaman
lebih yang diberikan oleh dosen kepada para mahasiswa di dalam proses
perkuliahan agar kedepannya mahasiswa bisa dapat menerapkan materi
pembelajaran yang telah diajarkan.