9
RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN Sumber : Majalah COMMANDO, Edisi No.3 TH.XII 2016 Hal.34-39 Bicara militer tak elok rasanya tanpa mengenal entitas yang turut andil sebagai komponen kompartemen pendukung fungsi militer untuk pertahanan negara. Resimen Mahasiswa, Jenderal Abdul Haris Nasution menginisiasi satuan sipil yagng terdiri dari akademisi ini bukan tanpa perhitungan dan konsep visioner yang matang. Keberadaan Resimen Mahasiswa memiliki nilai urgensi yang amat strategis. Mungkin masih banyak yang belum mengetahui entitas pasukan kompnnen cadangan pertahanan negara yang semenjak 1975 dikenal dengan nama Resimen Mahasiswa (Menwa). Secara historis, Menwa terlahir dari embrio Batalion Tentara Pelajar/Tentara Republik lndonesia Pelajar (TP/TRIP) pada masa penegakkan kedaulatan Bangsa Indonesia. Rintisan silsilah Menwa berlanjut pada Tentara Genie Pelajar (TGP) yang merupakan satuan khusus teknik dari Tentara Pelajar. “Resimen Mahasiswa itu mulanya dari Tentara Pelajar, Tentara Republik lndonesia Pelajar dan Tentara Genie Pelajar. Dari situ cikal bakal Resimen Mahasiswa,” ungkap Komandan Resimen Mahasiswa jayakarta. Raden Umar saat ditemui di Markas Komando Resimen Mahasiswa Jayakarta (Skomen Jaya). Dalam perjalanannya, pada tahun 1946, TP, TRIP, TOP dan para pemuda pelajar lainnya yang turut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia disatukan dalam wadah Brigade 17 atau TNI-Tentara Pelajar oleh Presiden Soekarno. Saat lndonesia secara de facto dan de jure diakui dunia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949 di Den Haag Belanda, berakhir pula perjuangan para pemuda pelajar. Pemerintah memandang para pemuda pelajar yang telah turut andil dalam pertempuran ini harus dapat menentukan masa depannya sesuai tugas pokoknya, yakni belajar. Pada 31 Januari 1952 dilakukan likuidasi dan demobilisasi terhadap Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar oleh pemerintah. Mereka diberi dua pilihan, lanjutkan pengabdian menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai prajurit TNI, atau kembali melanjutkan jenjang pendidikan formal. Sebetulnya selama dekade 1950, merupakan masa-masa penuh ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) terhadap NKRI. Stabilitas keamanan digoncang dengan pemberontakan seperti DI/TII dan Kartosuwiryo. “Salah satu yang masuk dalam profesi pendidikan yaitu Prof. Dr. Sri Soemantri

Profile RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Profile RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN

RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITANSumber : Majalah COMMANDO, Edisi No.3 TH.XII 2016 Hal.34-39

Bicara militer tak elok rasanya tanpa mengenal entitas yang turut andil sebagai komponen kompartemen pendukung fungsi militer untuk pertahanan negara. Resimen Mahasiswa, Jenderal Abdul Haris Nasution menginisiasi satuan sipil yagng terdiri dari akademisi ini bukan tanpa perhitungan dan konsep visioner yang matang. Keberadaan Resimen Mahasiswa memiliki nilai urgensi yang amat strategis.

Mungkin masih banyak yang belum mengetahui entitas pasukan kompnnen cadangan pertahanan negara yang semenjak 1975 dikenal dengan nama Resimen Mahasiswa (Menwa). Secara historis, Menwa terlahir dari embrio Batalion Tentara Pelajar/Tentara Republik lndonesia Pelajar (TP/TRIP) pada masa penegakkan kedaulatan Bangsa Indonesia. Rintisan silsilah Menwa berlanjut pada Tentara Genie Pelajar (TGP) yang merupakan satuan khusus teknik dari Tentara Pelajar.

“Resimen Mahasiswa itu mulanya dari Tentara Pelajar, Tentara Republik lndonesia Pelajar dan Tentara Genie Pelajar. Dari situ cikal bakal Resimen Mahasiswa,” ungkap Komandan Resimen Mahasiswa jayakarta. Raden Umar saat ditemui di Markas Komando Resimen Mahasiswa Jayakarta (Skomen Jaya).

Dalam perjalanannya, pada tahun 1946, TP, TRIP, TOP dan para pemuda pelajar lainnya yang turut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia disatukan dalam wadah Brigade 17 atau TNI-Tentara Pelajar oleh Presiden Soekarno. Saat lndonesia secara de facto dan de jure diakui dunia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949 di Den Haag Belanda, berakhir pula perjuangan para pemuda pelajar. Pemerintah memandang para pemuda pelajar yang telah turut andil dalam pertempuran ini harus dapat menentukan masa depannya sesuai tugas pokoknya, yakni belajar. Pada 31 Januari 1952 dilakukan likuidasi dan demobilisasi terhadap Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar oleh pemerintah. Mereka diberi dua pilihan, lanjutkan pengabdian menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai prajurit TNI, atau kembali melanjutkan jenjang pendidikan formal. Sebetulnya selama dekade 1950, merupakan masa-masa penuh ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) terhadap NKRI. Stabilitas keamanan digoncang dengan pemberontakan seperti DI/TII dan Kartosuwiryo. “Salah satu yang masuk dalam profesi pendidikan yaitu Prof. Dr. Sri Soemantri Martosuwignyo, SH. Yang masuk perguruan tinggi dari Brigade 17 itu, mereka membentuk yang namanya Corps Mahasiswa (CM),” papar pria kelahiran Wayheling, 26 Mei 1976 ini.

Pada 1954, pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 29 tentang Pertahanan Negara. Para pemuda pelajar yang notabene mahasiswa pun kembali terjun membela keutuhan NKRI bersama TNI. Sebagai pengejawantahan Undang-undang No. 29 tahun 1954, maka para mahasiswa dimobilisasi melalui program Wajib Latih pada 13 juni 1959 yang dipatroni oleh mahasiswa di Bandung.

Wajib Latih (kemudian dikenal dengan nama WALA ’59) merupakan batalion inti mahasiswa, cikal bakal lahirnya Menwa yang terdiri dari kampus - kampus negeri seperti UI, ITB dan Universitas Suryanata di Kalimantan Selatan.

“Pada tahun 1959 datang instruksi dari Bung Karno melalui Menhankam/ Pangab Jenderal Nasution, namanya Wajib Latih tahun 1959. Sebetulnya diperuntukkan saat konfrontasi dengan

Page 2: Profile RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN

Malaysia, sehingga perlu memobilisasi pemuda dalam rangka memperkuat kekuatan TNI waktu itu,” ujar sang Komandan Menwa Jayakarta. Memasuki era Demokrasi Terpimpin terjadi hubungan kurang harmonis dengan negara serumpun, Malaysia. Politik luar negeri Indonesia pun mengarah pada level konfrontasi dengan Malaysia. Dengan semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi untuk membela negara, para mahasiswa bersiap mengabdikan diri kembali di garis depan pertempuran. Untuk mempersiapkan potensi pertahanan dan keamanan negara yang kian memanas dengan Malaysia, diselenggarakan Pendidikan dan Latihan Kemiliteran melalui wadah Resimen Induk Mahasiswa (Rinwa). Selanjutnya, Rinwa berganti nama menjadi Menwa yang dikukuhkan Menhankam Pangab masa itu, Jenderal Nasution. “Setelah 1959, akhirnya dibentuk nama secara resmi beberapa wilayah khususnya Jakarta pada tahun 1962 dengan nama Resimen Mahadjaya dan Resimen Mahatirta bagi kampus-kampus kedinasan dan kemaritiman di Jakarta dan Resimen Mahawarman di Jawa Barat. Selanjutnya dikukuhkan langsung oleh Jenderal Nasution dengan memberikan penyerahan Pataka pertamanya,” ungkap mahasiswa lulusan Magister Ilmu Pengetahuan Sosial ini. Saat itu Nasution bisa dikata telah memprediksi bahwa ke depannya akan terjadi perang bersifat proxy war. Pada saat itu memang tidak semua anggota TNI dan Polisi lulusan Sarjana, sehingga perlu masyarakat sipil terdidik dan terlatih serta diberi penanaman nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme yang kuat. Sehingga ketika mereka lulus, akan berbicara hal-hal mengenai kepentingan bangsa dan negara bukan hanya kepentingan profesinya semata. Menwa yang dulu belum terkoordinir secara nasional memiliki bentuk atribut bermacam -macam. “Jadi waktu itu ada pertemuan alumni se-Indonesia. Baret pun diseragamkan, mulai 1978 berubah menjadi warna ungu seperti saat ini, yang memiliki makna keilmuan atau garba ilmiah. Penggagasnya berbagai alumni menwa dari berbagai kampus,” tambah Rasminto, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia.

TOKOH-TOKOH

Mengenal Menwa tak lengkap jika belum mengetahui tokoh penting dibelakangnya. Di era 1940-an menjelang 1950, saat muncul gerakan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) hadir tokoh-tokoh perintis Menwa seperti Lafran Pane, Achmad Tirtosudiro dan Prof. Dr. Satrio.

Embrio Tentara Pelajar pun berkembang menjadi Corps Mahasiswa (CM) pada saat itu komandan pertama Corps Mahasiswa adalah Achmad Tirtosudiro, yang saat itu menjabat Wakil Ketua Umum PB HMI tahun 1948-1949. Lalu 1959, ketika CM berevolusi menjadi WALA ’59 tokoh-tokohnya antara lain Haidar RS, PA Rangkuti dan Tjipto Sukardono.

Tokoh-tokoh perintis Menwa yang masih hidup antara lain Ir. Tjipto Sukardhono, Haidar RS, PA Rangkuti, Budiono Kartohadiprodjo, Arifin Panigoro, Nugraha Basoes, Prof. Armai Arief dan Prof. Syaiful Bahri. Mereka adalah saksi sejarah keberadaan entitas Menwa.

Kebanyakan para senior ataupun alumni Menwa banyak mengisi jabatan cukup strategis. Sebut saja Ginandjar Kartasasmita mantal Wakil Ketua MPR, mantan menteri Perhubungan Haryanto Dhanutirto (alm), mantan Menteri Kehutanan MS Ka’ban yang sekarang masih jadi Ketua Umum Ikatan Alumni Menwa Indonesia.

Page 3: Profile RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN

Mantan Menteri Pertahanan Professor Juwono Sudarsono juga alumni Menwa yang berasal dari generasi WALA ’59, pun mantan Menteri Pertahanan sekaligus mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, juga alumni Menwa

Sementara alumni Menwa yang sukses pada jalur militer antara lain Letjen Achmad Tirtosudiro (alm), Wakil Pimpinan KPK Irjenpol Basariah Pandjaitan, Laksamana TNI Sony Santoso yang baru pensiun per April lalu, mantan Direktur Bela Negara Laksda Prof. Dr. dr. Setyo Hernowo dan Kaprodi Manajemen Bencana Universitas Pertahanan Kolonel Laut Christine Sri Marnani. Tak ketinggalan AKBP Untung Sangaji yang namanya mendadak terkenal pada pertengahan Januari lalu saat membekuk teroris di Sarinah, ternyata alumni Menwa dari Resimen Mahamaku, Maluku.

“Sebetulnya banyak, rata-rata perwira dari Wamil (wajib Militer) kini menjadi jarul Sepa PK (Sekolah Prajurit karir) itu Menwa, Kader Menwa di tentara ataupun di dunia profesi punta kualitas lebih. Karena tadi, terbentuk militansi dan disiplin kuat, kalua ada tanggung jawab ya itu menjadi sebuah tugas yang harus dijalankan dan bagi dirinya sebuah kehormatan,” papar Rasminto.

DARI MASA KE MASA

Secara esensial, Menwa dibentuk dengan fungsi sebagai komponen cadangan pertahanan negara dalam rangka mendidik generasi muda untuk memiliki rasa nasionalisme dan kedisplinan yang baik. Pada masa Orde Lama, Menwa ikut terlibat dalam rangka penumpasan G30S PKI. Pada masa itu, PKI mempunyai sayap gerakan di kalangan pemuda, khususnya kemahasiswaan bernama CGMI (Concentrasi Gerakana Mahasiswa Indonesi) yang tersebar di berbagai kampus di Indonesia.

Menwa turut ambil andil bagian sebagai stabilisator dan dinamisator kampus dalam rangka pembetengan terhadap kelompok lain yang masuk delama kampus dari ancaman paham komunis dan paham sosialis yang dilakukan CGMI.

Dalam perjalanan memasuki Orde Baru, Menwa lebih ditingkatkan pola pembinaannya melalui program Puscadnas (Pusat Cadangan Nasional). Pada masa Orde Baru bisa dibilang Menwa di anggap anak emas, hal tersebut disandang lantaran Menwa diberikan fasilitas yang cukup saat itu.

“Mungkin pada waktu itu Pak Harto yang paham betul bahwa ini adalah potensi generasi muda yang sebetulnya memiliki kemampuan dan kapasitas lebih, Kita kan Menwa, Menwa ini sudah pasti mahasiswa, dia pasti memiliki kemampuan lebih dan lebih cepat mengerti. Mungkin karena nilaitrategis tu akhirnya diberdayakanoleh Pak Harto untuk membantupemerintah dalam segalakepentingan bangsa dan negara,”ungkap Umar.

Pada era reformasi, programpelatihan dan pendidikan di Menwa lebih difokuskan pada bagaimana membantu pemerintah daerah setempat. Karena hampir semua provinsi, kabupaten hingga kota di Indonesia rawan bencana. Menwa juga melakukan kegiatan edukasi terhadap masyarakat maupun pelajar tentang penanaman nasionalisme dan sikap kedisiplinan.

Page 4: Profile RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN

Pasca reformasi, kegiatan Menwa lebih condong kepada kajian akademis, baik dalam bentuk seminar ataupun dialog berkenaan sistem pertahanan negara, ketahanan ideologi, politik dan sebagainya. Namun begitu, kegiatanrutin dalam rangka pembinaan fisik atau menjaga kebugaran dan menjaga keterampilan bela negara masih terlaksana.

Dengan kondisi komtemporer negara yang penuh ATHG, lalu melihat perang yang nyata itu bukan sekedar perang konvensional, namun juga perang asimetrik (tanpa bentuk), “Disinilah kita melihat seperti terorisme itu ternyata bukan ada kader atupun anggota teroris yang langsung ke masyarakat tetapi ternyata peran media yang membentuk sebuah opini sehingga terlihat teroris itu besar, padahal nggak. Kita melihat bahaya latennya terdapat pada dunia cyber, sehingga pentingya untuk dikawa,” ungkap Rasminto, mahasiswa program Doktoral Pascasarjana UNK konsentrasi Ilmu Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Menwa dididik dengan doktrin “Widya Castrena Dharma Siddha” yang mengandung makna “penyempurnaan ilmu pengetahuan dan ilmu olah keprajuritan”. Oleh karena itu, Menwa memiliki dua dimensi, yaitu sebagai dimensi Resimendan dimensi Mahasiswa. Sebagai dimensi Resimen, kader Menwa harus senantiasa mengolah fisik dan keterampilan keprajuritan sehingga kelak nanti dapat menjadi pemuda yang tangguh, trengginas dan memiliki keterampilan serta sikap kedisiplinan yang tinggi.

Sebagai Mahasiswa, kaderMenwa merupakan kelompokyang sangat dinamis, perlumengisi hari-harinya dengan kegiatan intelektualitas sepertirajin belajar, berdiskusi danmelaksanakan penelitian ilmiahuntuk membekali diri denganpengetahuan yang luas. Sehinggaketika kedua dimensi tersebutdigabungkan, memiliki pengertian sebagai kader bela negara yangmemiliki intelektualitas dan rasanasionalisme tinggi yang diimbangijiwa dan raga yang sudah terolah

Menwa memiliki dua model pendidikan, yakni pendidikanberjenjang dan pendidikankekhususan. Pendidikanberjenjang dimaksud adalahDiksar (Pendidikan Dasar). Padamasa-masa awal, kurikulumDiksar Menwa ditempuh selamaenam bulan, namun seiring perkembangan zaman berubah menjadi tiga bulan, lalu menjadi satu bulan dan hingga saat ini hanya dua minggu pada jenjang masa pendidikan dasar atau 120 jam pelajaran.

Setelah Diksar lanjut pada level pendidikan berikutnya yakni Suskalak (Kursus Kader Pelaksana). Suskalak lebih banyak difokuskan pada materi kemampuan manajerial, keorganisasian dan keterampilan pendukungan dalam proses penanggulangan bencana untuk membantu pemerintah daerah seperti penanganan banjir dan kebakaran serta bencana alam.Jenjang pendidikan berikutnya adalah Suskapin atau Kursus Kader Pimpinan. “Pada tahap ini, Menwayang ikut Kursus Kader Pimpinan akan diarahkan menduduki jabatan strategis di organisasi Menwa, misalnya komandan ditingkat perguruan tinggi dan staf dilingkungan Skomenwa (organisasi Menwa tingkat provinsi),” paparRasminto.

Untuk pendidikan di tingkat kampus, mereka dilatih oleh senior-senior dan para dosen kampusmereka, namun terkait pembicara (pemateri dalam kelas) tak tertutup kemungkinan berasal dari institusiluar seperti kepolisian maupun militer. Sementara materi lapangan, lebih fokus ditangani oleh senior-senior Menwa yang aktif di kampus masing-masing.

Page 5: Profile RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN

Menwa juga melakukan Diksarmil yang dikoordinir oleh pengurus tingkat Provinsi dan diperuntukan bagi Menwa yang berada di provinsi tersebut. Untuk proses pembinaan diserahkan ke lembaga TNI yang memiliki domain melatih Diksarmil baik matra darat, laut maupun udara, termasuk kepolisian. Tergantung Lemdik di daerah tersebut.

Di organisasi Menwa pun ada jenjang pendidikan yang bersifat kekhususan. Yakni Kursus Dinas Staf (KSD), Kursus Pembinaan Mental (Susbintal), Kursus Pelatih (Suspelat) serta Pendidikan Provoost (Dikprov),dan Pendidikan Polisi Menwa (Dikpolmen). Menwa pun diajarkan Permildas (PeraturanMiliter Dasar), teknik tempur dasar (Nikpursar), HTF (How to Fight), terjun payung, scuba diving, mountaineering, survival, navigasi darat, SAR, bongkar pasang senjatadan diajarkan juga menembak.

“Karena kita difungsikan sebagaikomponen negara yang selalu siapuntuk kepentingan pertahanannegara, sehingga kita harus mampumemiliki kemampuan dasaritu. Pada saat kita dimobilisasi,misalnya negara dalam kondisi darurat kita sudah siap. Kita memang ada aturan yang mengatur tentang lembaga penyelenggara pendidikan Menwa, terakhir ST (Surat Telegram) nomor 503 tahun 2013 dari Panglima TNI bahwa semua lembaga pendidikan militer wajib memfasilitasi pendidikan Menwa,” tegas Rasminto.

Untuk pemeliharaan jasmanibiasanya di setiap kampus dikenaldengan nama Gladi Sehat. Setiapenam bulan atau satu tahun sekalidiadakan praktik membuat bivak,melakukan simulasi tempur dansetahun sekali mengadakan lombamenembak baik Menwa maupunalumni.

“Sementara yang digunakan adalah laras pendek dan laraspanjang, laras panjang biasanya SSl V2, tapi sebetulnya tergantung darilembaga yang memiliki senjata itu.Kalau pistol biasanya jenis P2 atauSig Sauer,” ujar Umar.

Dulu Menwa tidak seperti saat ini yang hanya mengenal senjata M16. Pada era keemasannya pengenalan senjata sampai dengan Minimi, senapan mesin ringan bahkan meramu bahan peledak. Karena perubahan dan ada kekhawatiran disalahgunakan, pengenalan senjata yang lebih khusus tidak diadakan lagi.

MEDAN TEMPUR DAN KEBENCANAAN

Bukan sekadar konsep belakabahwa Menwa dilahirkan sebagaikomponen cadangan. WalauMenwa di kampus-kampusberfungsi sebagai stabilisator dandinamisator, mereka turut terlibatdalam medan pertempuran hinggake operasi perdamaian PBB di luarnegeri sebagai paramiliter.

Setelah dilakukan pembinaanoleh pemerintah kepada Menwadi seluruh Indonesia melaluiprogram Puscadnas, tahun 1978-1979, Ridwan Aziz dan Edy Sunarto pernah dilibatkan dalam misi perdamaian PBB melalui Kontingen Garuda VIII A ke Sinai,Mesir.

“Di Sinai ada dua gelombang, dua orang kalau tidak salah meninggal di sana. Pada saat diberangkatkan, mereka diberipangkat tituler seperti militer dengan pangkat sersan dua, setelah pulang pangkat mereka dicopot,” ungkap Umar yang sebelumnya menjabat Asisten Operasi Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia.

Page 6: Profile RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN

Sebelumnya 1976, Menwa juga pernah dilibatkan dalam Dharma Bhakti ke Timor Timur dari 1976 sampai 1996. Dalam kurun waktu 20 tahun, ada sekitar 20 rotasi mobilisasi Menwa untuk menjalankan fungsi sosial-kemasyarakatan di Timtim. “Pada 1994, dua anggota Menwa gugur tertembak, waktu itu dianggap tentara, akhirnya kena tembak. Dua orang tertembak, meninggal dan dimakamkan di Dili,” katanya.

Dalam bidang kebencanaan, Menwa pun ikut terlibat. Dalam bencana kolosal Tsunami di Aceh 2004, lebih 700 kader Menwa ikut diperbantukan dalam 17 rotasi pengiriman. Menwa juga pernah terlibat pada bencana gempa danbencana merapi di Yogyakarta, di Mentawai, termasuk di Pangandaran

STRUKTUR ORGANISASI

Menwa memiliki garis organisasidari tingkat kampus sampai nasional Untuk tingkat kampus, organisasi Menwa dikenal dengan sebutan Satuan. Pada tingkat Provinsi, dikenal Skomen (Staf Komando Resimen). Sedangkan pada tingkat nasional, strukturnyabernama Komando NasionalResimen Mahasiswa Indonesia atau dikenal dengan akronim Konas Menwa Indonesia.

Menwa pun memiliki pimpinanatau komandan di setiap tingkatstrukturalnya. Dahulu Komandan Menwa untuk setiap Provinsi dijabat Asisten Kodam atau Kasrem secara Ec Officio. Namun pasca Reformasi,keluar ST (Surat Telegram) nomor 96 tahun 2002 yang berisi bahwa Komandan Menwa di tingkat provinsi dijabat oleh Menwa Senior atau alumni.

Oleh sebab itu, komandan Menwa saat ini di tiap provinsi beragam. Ada yang pejabat pemerintah, walikota, dosen, bahkan dari aktivis. “Kalau dulusama, tentara semua. Sekarangkarena tuntutan Reformasi, Tentara tidak boleh membina sipil, akhirnya komandan Menwa tidak lagi dari tentara,” cetus Umar.

Untuk menjadi komandan di perguruan tinggi, paling tidak iaharus sudah Suskalak dan untukkomandan di tingkat provinsi harus sudah melalui Suskapin dan pernah berpengalaman menjabat di unsur pimpinan di Satuannya. Untuk menjadi komandan Menwa yang pasti harus memenuhi persyaratan kependidikan di Menwanya. Kedua, harus memenuhi syarat pendidikan akademis, yakni mengantongi IPK minimal 2,75.

Rasminto menjelaskan bahwa komandan Menwa dari tingkat nasional sampai tingkat provinsi rata-rata merupakan aktivis gerakan seperti dari HMI, PMII,GMNI, PMKRI, dan GMKI. “Ada semua, lengkap. Semua unsur organisasi gerakan itu ada, sebut saja komandan nasionalnya Ahmad Riza Patria yang berlatar HMI, Wadankonasnya Bang Erwin Jakartaty berlatar GMNI, Wadanmenwa Jayakarta Bang Emanuel Manche Kota berlatar PMKRI dan mantan Wadanmen Ugracena Bali Bang Petrus berlatar GMKI dan banyak lagi,” ujar Rasminto

Secara legal formal Menwa memiliki payung hukum yang menaungi organisasinya. Namun payung hukumnya selalu berubah seiring zaman. Pada 2014 ada sebuah rekonstruksi ulang yang merevitalisasi Menwa sehingga memiliki payung hukumnya diempat Kementerian.

Pada 19 Desember 2014 bertepatan dengan Hari Bela Negara, disepakati bersama empatmenteri untuk pemberdayaan dan pembinaan Menwa yang diinisiasioleh Menteri

Page 7: Profile RESIMEN MAHASISWA PADUAN AKADEMISI DAN KEPRAJURITAN

Pertahanan RI.Tiga Kementerian lainnya adalahMenteri Dalam Negeri, MenteriRistek Dikti dan Menteri Pemudadan Olahraga.