Upload
dian-firmansyah
View
1.834
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
SISTEM PEMBELAJARAN TAHFIDZ
AL -QUR’AN HUBUNGANNYA DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM ( Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten Bandung )
Oleh
Dian Firmansyah
NRMK: 48342.2010
NIM: 10.AI.2.0178
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yamisa Soreang Bandung
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI) YAMISA SOREANG
BANDUNG
2014 M / 1435 H
PENGESAHAN
Skripsi berjudul: Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an
Hubungannya Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, telah dipertanggung jawabkan
dalam Sidang Munaqosyah STAI Yamisa, tanggal 12 Juli 2014, dan telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Bandung, 12 Juli 2014
Sidang Munaqosyah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,
Drs. H. Yayan Hasuna Hudaya Drs. H. Mamat Saeful Qodir, M.Si
Anggota:
Penguji I, Penguji 2,
( ) ( )
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dian Firmansyah
NIM : 10.AI.2.0178
Jurusan : PAI
Fakultas : Tarbiyyah STAI Yamisa Soreang-Bandung
Menyatakan dengan sesungguhnya skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau
penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain kecuali pada
bagian-bagian yang dirujuk dari sumbernya.
Soreang,Juli 2013
Yang menyatakan
Dian Firmansyah
NIM: 10.AI.2.0178
ABSTRAK
DIAN FIRMANSYAH. Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an
Hubungannya Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Penelitian Di Sdit Fithrah Insani 2 Baleendah
Kabupaten Bandung)
Skripsi. Soreang: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah STAI
Yamisa Soreang, 2014.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa dalam pendidikan secara
operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan
memelihara Al-Qur‟an, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun
keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau
menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya metode
pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Oleh karena itu diperlukan metode
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan
mereka dalam menghafal Al-Qur‟an. Ada beberapa metode yang digunakan untuk
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang.
Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah metode apa yang
digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2
Manggahang, bagaimana keberhasilan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang
dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, serta faktor apa saja yang
mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang Penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan secara kritis tentang metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi
siswa-siswi kelas V di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, dan menggambarkan
prestasi yang dicapai oleh siswa-siswi serta faktor apa saja yang dapat menjadi
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan sistem pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan mengambil latar SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi),
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah
ditarik kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang diterapkan di SDIT Fithrah Insani 2
Manggahang yaitu : (1)metode yang diterapkan adalah metode talaqi, takrir, setor,
dan metode tes hafalan. (2) prestasi yang dicapai peserta didik berbeda-beda,
sebagian besar telah mencapai target. (3) pengaruh tahfidz terhadap kemampuan
belajar siswa sangatlah signifikan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendukung
pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an terdiri dari faktor usia santri,
faktor kecerdasan, faktor tujuan dan minat, faktor lingkungan. Sedangkan faktor
yang menghambat metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2
Manggahang ialah terletak dalam diri siswa secara psikis yaitu malas-malasan,
inginnya selalu bermain dan adanya tingkat kecerdasan yang kurang dari beberapa
siswa. Serta pengaruhnya pada kecerdasan sangat penting khususnya pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Diharapkan penelitian ini menjadi rujukan bagi
lembaga-lembaga pendidikan formal dalam menerapkan pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an secara permanen dan sistematis.
Kata Kunci : Sistem Pembelajaran, Tahfidzul Qur‟an, Kemampuan siswa,
Pendidikan Agama Islam.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad saw yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Penulisan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang sistem pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Manggahang, Baleendah. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang
2. Bapak Drs. H. Yayan Hasuna Hudaya, M.M.Pd. selaku Ketua STAI Yamisa
3. Ketua dan Sektretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
STAI Yamisa Soreang.
4. Bapak Drs. H.M. Fadil Syamsuddin, M.Si., selaku Pembimbing 1.
5. Ibu Dra. Hj. Aisyah Hudaya, S.Ag., M.Si, selaku Pembimbing 2
6. Bapak Drs. H. M. Aep Tata Surya, SHI. M.M. selaku Dosen wali
7. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah STAI Yamisa Soreang.
8. Bapak Kepala Sekolah beserta para Bapak dan Ibu Guru SDIT Fithrah
Insani 2 Manggahang, Baleendah.
9. Bapak dan Ibuku tercinta beserta semua keluarga terima kasih atas segala
kasih sayang, kepercayaan, dukungan dan do‟a yang tak henti-hentinya
mengalir di setiap waktu dalam sujud pada Ilahi Rabbi.
10. Istriku yang sholihah dan sabar, semoga keluarga kita tetap menjadi
keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, terima kasih atas segala
perhatian dan kasih sayangmu, serta anakku Nashifah yang selalu menjadi
inspirasiku, Abi sayang Shifa.
11. Sahabat-sahabatku sejurusan (PAI) yang telah memberikan banyak inspirasi,
sukses selalu untuk semuanya.
12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penulisan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah diberikan
dapat diterima di sisi Allah swt, dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya,
amin.
Soreang, 06 Juli 2014
Penulis
Dian Firmansyah
NIM. 10.AI.2.0178
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9
1.4 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 10
1.5 Metode Penelitian ....................................................................................... 27
BAB II LANDASAN TEORITIS ................................................................... 32
2.1 Sistem Pembelajaran ................................................................................... 32
2.2 Pengertian Menghafal Al-Qur‟an ................................................................ 41
2.3 Tujuan Menghafal Qur‟an ........................................................................... 42
2.4 Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟an ............................................................ 43
2.5 Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ............................................................... 45
2.6 Ancaman Melupakan Al-Qur‟an ................................................................. 50
2.7 Metode Menghafal Al-Qur‟an ..................................................................... 53
2.8 Definisi Kemampuan ................................................................................... 56
2.9 Bidang Studi Pendidikan Agama Islam ....................................................... 57
2.9.1 Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................ 57
2.9.2 Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................................... 58
2.9.3 Ruang Lingkup pendidikan Agama Islam ......................................... 60
2.9.4 Tolak Ukur Prestasi Belajar .............................................................. 62
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 64
3.1 Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya ........................................... 64
3.2 Letak Geografis dan Lingkungan ............................................................... 67
3.3 Dasar dan Tujuan Pendidikannya ............................................................... 68
3.4 Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan ........................................................ 73
3.5 Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................................... 76
3.6 Administrasi Sekolah ................................................................................. 79
3.7 Prestasi yang telah dicapai ......................................................................... 85
3.8 Deskripsi dan Analisis Data ....................................................................... 86
3.9 Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfidzul Qur‟an .............................. 95
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... 102
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 102
3.2 Saran-saran ............................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rekapitulasi Peserta Didik setiap tahun pelajaran ........................ 74
Tabel 3.2 Jumlah Rombel ............................................................................. 74
Tabel 3.3 Jumlah Lulusan dan Peserta didik ................................................ 75
Tabel 3.4 Hasil Tahfidz yang Dicapai Siswa-siswi ...................................... 89
Tabel 3.5 Nilai Perkembangan PAI .............................................................. 93
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Agama Islam, pendidikan di ambil dari Al-Qur‟an dan Hadits dimana Al-
Qur‟an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk
menjadi petunjuk, pelajaran serta pedoman hidup bagi umat Islam. Dan
sesungguhnya hanya orang-orang yang mau membaca, mempelajari dan
menghayati serta mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur‟an sehingga akan
menjadi petunjuk dan pedoman hidupnya. Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT
ditengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan ialah masyarakat
yang masih buta huruf. Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan
yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat kenyataan seperti itu maka disarankan suatu
cara yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur‟an.
Al-Qur‟an sumber utama ajaran Islam. Al-Qur‟an adalah kitab suci yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan pada umat
manusia sebagai rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya
terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk, pegangan dan pedoman hidup
manusia dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, baik di dunia
maupun di akhirat. Al-Qur‟an sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, di kala
senang maupun susah, di kala gembira maupun sedih. Bahkan membaca Al-Qur‟an
tidak hanya menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan penawar bagi
orang yang gelisah jiwanya.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud ketika diminta nasehat oleh
seseorang tentang kegelisahan hatinya, beliau berkata: ”kalau penyakit itu yang
menimpamu maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu:
1. Ketempat orang membaca Al-Qur‟an, engkau baca Al-Qur‟an atau engkau
dengar baik-baik orang yang membacanya.
2. Pergi ke tempat majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah.
3. Atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, disana engkau berkhalwat
menyembah Allah, umpama diwaktu tengah malam buta, disaat orang tidur
nyenyak, engkau bangun mengerjakan sholat malam meminta dan memohon
kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman jiwa dan kemurnian hati.
Dengan demikian tidak ada suatu kebahagiaan dihati seorang mukmin,
melainkan bila membaca Al-Qur‟an, tapi selain bisa membaca, mendalami arti dan
maksud yang terkandung di dalamnya yang terpenting adalah menghafalnya.
Karena menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu pekerjaan dan tugas yang mulia
disisi Allah Swt, dalam memelihara kemurnian Al-Qur‟an itu sendiri, Rasulullah
SAW bersabda:
ه عوار قان ىه عت ي ى كر خ
“sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan
mengajarkannya” (HR. Bukhari).
Hadits diatas terlihat keutamaan orang membaca Al-Qur‟an dan
mengamalkannya sangat besar. Selain dibaca, Al-Qur‟an perlu untuk dihafalkan,
karena dengan menghafal Al-Qur‟an, akan dapat menjaga keaslian dan kemurnian
Al-Qur‟an itu sendiri. Menghafal Al-Qur‟an merupakan kebutuhan umat Islam
sepanjang zaman. Sebuah masyarakat tanpa hufadz (penghafal) Al-Qur‟an akan
sepi dari suasana Al-Qur‟an yang mulia. Oleh karena itu pada zaman Rasulullah
SAW mereka yang menghafal Al-Qur‟an akan mendapat kedudukan yang khusus.
Tanpa menghafal Al-Qur‟an dan mengamalkannya, manusia tidak akan meraih
kembali Izzahnya.
Al-Qur‟an diturunkan dengan hafalan bukan dengan tulisan, maka setiap
ada wahyu yang turun, nabi menyuruh menulisnya dan menghafalkannya. Nabi
menganjurkan supaya Al-Qur‟an itu dihafalkan, selalu dibaca dan diwajibkan
membaca dalam sholat, sehingga dengan demikian Al-Qur‟an terpelihara
keasliannya dan kesuciannya. Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya
Kamilah yang benar-benar memeliharanya” (Q.S Al Hijr: 9).
Menghafal Al-Qur‟an bukanlah pekerjaan yang gampang, akan tetapi bukan
pula suatu hal yang tidak mungkin, walaupun demikian telah banyak orang yang
hafal Al-Qur‟an di luar kepala. Hal ini terbukti sudah ada sejak zaman Rasulullah
SAW sampai sekarang. Al-Qur‟an yang terdiri dari 30 juz, 6666 ayat dan 114 surat
tidak mudah dihafal begitu saja sekalipun oleh orang jenius, karena itu diperlukan
adanya metode yang efektif untuk menghafalkannya. Dalam buku pedoman
pembinaan Tahfidzul Qur‟an yang disusun salah satu penerbit, disebutkan dua
metode dalam menghafal Al-Qur‟an yaitu tahfidz dan takrir, sedang di buku lain
dikatakan juga dua metode dalam menghafal Al Quran yang satu dengan yang lain
tidak dapat dipisahkan yaitu tahfidz dan takrir. Di Indonesia telah tumbuh subur
lembaga-lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) yang mendidik para
santrinya untuk menjadi hafidz dan hafidzah yang dikelola secara khusus menghafal
Al-Qur‟an. Salah satu lembaga pendidikan di wilayah Bandung yang memberikan
kesempatan untuk belajar menghafal Al-Qur‟an yaitu Sekolah Islam Terpadu
Fithrah Insani 2.
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan unik, artinya setiap
orang mempunyai cara atau tipe yang berbeda dengan orang lain, cara dan tipe itu
mengarah pada tercapainya tujuan yang dikehendaki yaitu kemampuan akademik.
Kemampuan akademik masing-masing individu tidaklah sama, hal ini disebabkan
bahwa kemampuan akademik itu dipengaruhi banyak faktor. Baik faktor intern
maupun ekstern. Seluruh aktifitas belajar siswa adalah untuk memperoleh prestasi
yang baik. Oleh karena itu setiap siswa berlomba-lomba untuk mencapai prestasi
yang baik dengan suatu usaha yang dilakukan seoptimal mungkin. Mengenai
berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang baik ini sesuai dengan ajaran Islam
yang mengajarkan agar umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan. Hal ini
dituangkan dalam Al-Qur‟an surat Al Baqarah ayat 148:
... ......
“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan” (Q.S Al Baqarah: 148).
Pendidikan secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam
untuk selalu menjaga dan memelihara Al-Qur‟an, salah satunya ialah dengan
menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit
orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk menarik minat mereka
ialah perlu adanya sistem pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Oleh
karena itu diperlukan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk
menunjang keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an. Yang menjadi
permasalahan penelitian ini adalah bagaimana sistem yang diterapkan dalam
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, bagaimana
hubungannya dengan Pendidikan Agama Islam, bagaimana keberhasilan metode
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2
Baleendah, serta faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara kritis tentang metode
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi siswa-siswi di SDIT Fithrah Insani 2
Baleendah, dan menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa-siswi serta faktor
apa saja yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penerapan
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah.
Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam dari masa ke masa pertama kali
diturunkan sampai sekarang terjaga keaslian dan kemurniannya walaupun dalam
sejarah banyak golongan yang ingin menghancurkannya. Secara operasional
menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharanya,
salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern
sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur‟an. Untuk
menarik minat mereka ialah perlu adanya sistem pembelajaran Al-Qur‟an sejak dini
di sebuah lembaga pendidikan formal seperti halnya Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT), namun alangkah baiknya jika sistem tersebut diterapkan oleh banyak
sekolah-sekolah. Kenapa pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an ini dibutuhkan?. Dewasa
ini penulis merasa risih melihat generasi-generasi muda yang sangat jauh dari Al-
Qur‟an, jangankan menghafalnya, membacanya saja sangat jarang, bahkan tidak
bisa satu huruf-pun untuk membacanya. Maka dari itu sisitem pembelajaran
Tahfidzul Qur‟an ini bisa dipandang sebagai salah satu upaya pendidikan Al-
Qur‟an guna memberantas semua itu.
Berdasarkan uraian di atas penulis berusaha untuk mencoba meneliti sejauh
mana pelaksanaan progam menghafal Al-Qur‟an berpengaruh terhadap kemampuan
akademik siswa. Padahal asumsi yang dijadikan dasar dalam penelitian untuk
mengetahui pengaruh pelaksanaan menghafal Al-Qur‟an terhadap kemampuan
akademik siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah, khususnya pada mata pelajaran
PAI (Pendidikan Agama Islam).
Menghafal Al-Qur‟an ialah suatu amal ibadah, akan mengalami banyak
hambatan dan rintangan, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, apalagi di
zaman sekarang di mana arus modernisasi dan globalisasi tidak dapat dihindarkan.
Hal ini membawa dampak psikologis bagi manusia. Oleh karena itu diperlukan
sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang sistematis untuk menunjang
keberhasilan mereka dalam menghafal Al-Qur‟an.
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Fithrah Insani 2 merupakan lembaga
pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun
berdasarkan kurikulum nasional yang diperkaya dengan kurikulum Islami secara
terpadu. SDIT Fithrah Insani 2 hadir dengan konsep Sekolah Karakter.
Pembelajaran dilakukan sedemikian rupa agar anak belajar dengan suasana ceria
dan tidak membosankan.
Berbagai program unggulan ditawarkan di sekolah ini, seperti Tahfidzul
Qur‟an, Bilingual, Jurnalistik, program IPTEK dan komputer. Siswa juga dilatih
terampil dan berjiwa enterpreneurship melalui pelatihan life skill. Sekolah yang
menerapkan sistem Full Day School ini bercita-cita mewujudkan generasi yang
cakap, cendekia dan berakhlaq mulia. Caranya antara lain dengan menanamkan
nilai-nilai agama sejak dini, membiasakan anak berperilaku Islami dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan Happy Learning-nya, SDIT Fithrah Insani 2 diharapkan dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mengasyikkan bagi para siswanya.
SDIT Fithrah Insani 2 sangat memperhatikan dalam hal perkembangan anak
didiknya. Meskipun sekolah ini belum lama berdiri namun sekolah ini bisa
dikatakan sebagai dasar yang bagus dan baik. Kemudian peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an, di mana
Tahfidzul Qur‟an menjadi salah satu program unggulan SDIT Fithrah Insani 2
Baleendah dengan istilah TTQ (Tilawah Tahfidzul Quran), namun yang akan
penulis bahas dipenelitian ini ialah mengenai tahfidz-nya. Pembelajaran yang
dilakukan di SDIT Fithrah Insani 2 sangat menarik, tidak monoton dan hampir
semua mata pelajaran dilaksanakan dengan senyaman mungkin agar anak-anak
belajar lebih giat lagi dan menyenangkan bagi mereka. Dalam pelaksanaan
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an guru tidak hanya membawa anak-anak di dalam
kelas namun juga dilakukan di luar kelas seperti di bawah pohon, masjid, bahkan di
lapangan depan halaman sekolah. Karena belum terlalu lama berdiri di mana mata
pelajaran Tahfidzul Qur‟an merupakan program unggulan dan pelaksanaan
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an sebagai salah satu upaya untuk menjaga Al-Qur‟an,
maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di SDIT Fithrah Insani 2.
Melihat dari latar belakang masalah di atas, maka perlu adanya penelitian
tentang sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an, serta pengaruhnya terhadap
Pendidikan Agama Islam di SDIT Fithrah Insani 2, karena sekolah tersebut
mempunyai sebuah perbedaan yang menonjol dalam kegiatan belajar-mengajar
dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang lain, terutama dalam proses
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di mana sekolah ini termasuk sekolah yang belum
lama berdiri yaitu sekitar lima tahun yang lalu. Maka dari itu, peneliti mencoba
memberikan penelitian ini dengan judul Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an
Hubungannya dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa pada Mata
Pelajaran PAI (Penelitian di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah Kabupaten
Bandung).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka
yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana sistem
pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an hubungannya dalam upaya meningkatkan
kemampuan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Agar penulisan penelitian ini tidak menyimpang dari pokok masalah
tersebut, penulis batasi masalah dalam beberapa hal yaitu:
1. Bagaimana sistem pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an yang diterapkan SDIT
Fithrah Insani 2 ?
2. Bagaimana pengaruh Tahfidzul Qur‟an terhadap kecerdasan anak ?
3. Bagaimana hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dengan kemampuan
akademik siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ?
4. Bagaimana keberhasilan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang
dicapai oleh siswa SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah ?
5. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 ?
Dengan batasan masalah ini diharapkan lebih fokus dalam melakukan
penelitian dan memperjelas kajian untuk hasil yang benar-benar
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
1.3 Tujuan Penelitian
Dari Rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah.
b. Untuk mengetahui pentingnya pengaruh Tahfidzul Qur‟an terhadap
kecerdasan anak
c. Untuk mengetahui hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dengan kemampuan
akademik siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d. Untuk mengetahui keberhasilan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di
SDIT Fithrah Insani 2 Baleendah.
e. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2
Baleendah.
1.4 Kerangka Berpikir
Al-Qur‟an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum,
karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur
kepada Nabi Muhammad SAW sesuai situasi yang menuntutnya, seperti yang
diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur‟an secara total dan secara sekaligus
itu tidak mungkin karena Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum
muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada.
Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran Islam, di dalamnya mengandung
berbagai petunjuk manusia yang disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain
melalui bentuk kisah (cerita). Semua kandungan Al-Qur‟an merupakan petunjuk
untuk dijadikan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya agar
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rosihon Anwar, 2000:25).
Sebagai sumber utama yang tidak akan pernah surut, Al-Qur‟an banyak
menawarkan gagasan dan konsep-konsep yang perlu dijabarkan ke dalam bentuk
operasional melalui bimbingan Rasul, agar dapat dirasakan kehadirannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Tidak diragukan lagi, Al-Qur‟an telah meninggalkan dampaknya terhadap
pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Aisyah istri Beliau, telah
memberikan kesaksian tentang hal itu, dikatakannya: Akhlak beliau adalah Al-
Qur‟an. Bahkan Allah SWT sendiri telah terlebih dahulu memberikan kesaksian itu
dengan firman-Nya, dalam QS. Al-Furqan ayat 32:
“Berkatalah orang-orang kafir, “Mengapa Al-Qur‟anitu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakan kelompok demi kelompok”.
Terdapat dua isyarat paedagogis, yaitu: peneguhan hati dan pengokohan
iman dan pengajaran Al-Qur‟an secara tartil (kelompok demi kelompok). Berkaitan
dengan pengajaran Al-Qur‟an ini, Allah SWT menurunkan beberapa tuntunan
paedagogis yang jelas kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman QS Al-Qiyamah:
16-19:
“Janganlah gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an, karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka
ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
menjelaskannya”.
Kehidupan Rasulullah SAW baik di waktu damai, perang, bermukim,
bepergian, maupun berada di rumahnya di tengah-tengan para sahabatnya,
memberikan kesaksian yang serupa dengan yang diberikan oleh Aisyah dan seluruh
kaum Muslimin, yaitu bahwa akhlaknya adalah Al-Qur‟an. Do‟a-do‟anya dipetik
dari Al-Qur‟an, baik dengan lafalnya langsung maupun dengan maknanya saja. Al-
Qur‟an memberikan kesan dan dampak yang besar terhadap jiwa kaum muslimin
pada masa itu. Jika dipelajari makna dari setiap ayat yang telah dibaca, maka akan
menemukan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca, misalnya, dapat
meningkatkan kesehatan mental selain membacanya yaitu apabila dihafal, maka Al-
Qur‟an dapat memperkuat daya ingat yang nantinya akan berpengaruh pada
kemampuan belajar anak baik secara akademik maupun ruhiyahnya. Manusia
dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil
maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri. “Tetapi
apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri
dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan” (Dzakia Drajat,
1974:10).
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Fath: 4).
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah
Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan
jiwa ke dalam hati orang yang beriman.
Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an diatas, maka dapat
dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur‟an (Islam) yang
berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat adalah bertujuan
dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berbahagia.
1. Tahfidzul Qur’an
Al-Qur‟an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah,
Al-Qur‟an adalah wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
melalui malaikat Jibril (Ruhul Amin). Al-Quran menggunakan bahasa Arab dan
merupakan mu‟jizat bagi rasul. Orang yang membaca dan memahami Al-Qur‟an
akan mendapatkan pahala dan hidayah dari Allah swt.
Al-Qur‟an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dalam
menetapkan segala keputusan, seorang muslim harus berpegang teguh kepada Al-
Qur‟an dan tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur‟an.
Firman Allah Swt: Q.S Annisa: 59
........
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), “
Ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada setiap orang beriman agar
taat kepada Allah swt, maksudnya dengan mengikuti segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an.
Dengan demikian maka Al-Qur‟an menjadi pedoman dalam kehidupan dan sumber
hukum Islam. Isi kandungan Al-Qur‟an antara lain:
a. Tuntunan yang berkaitan dengan akidah, yakni ketetapan tentang wajib beriman
kepada Allah swt, malaikat-malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir dan
qadha serta qadar.
b. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlak yaitu ajaran agar orang muslim memiliki
sifat-sifat mulia.
c. Tuntunan yang berkaitan dengan ibadah yakni shalat, puasa, zakat dan haji
d. Tuntunan yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia, dalam bermasyarakat.
Istilah Tahfidzul Qur‟an dapat diartikan sebagai proses mempelajari Al-Qur‟an
dengan cara menghafalnya agar selalu ingat dan dapat mengucapkannya di luar
kepala tanpa melihat mushaf. Menghafal Al-Qur‟an telah dilakukan sejak al
Qur‟an itu diturunkan. Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad yang
ummy (tidak dapat membaca dan menulis) yang diutus oleh Allah SWT di
kalangan umat yang ummy pula. Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur
dalam masa 22 tahun, 2 bulan 22 hari. Jadi menghafal Al-Qur‟an adalah proses
mempelajari Al-Qur‟an agar masuk di dalam ingatan supaya hafal, sehingga
dapat melafalkan di luar kepala tanpa melihat mushaf.
Dari pengertian di atas, secara teori dapat kita bedakan adanya 3 aspek
dalam berfungsinya ingatan, yaitu :
a. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan
b. Menyimpan kesan-kesan
c. Mereproduksi kesan-kesan
Atas dasar kenyataan inilah maka biasanya ingatan didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menerima kesan dengan sengaja dan dikehendaki, atau bisa juga
disebut dengan menghafal. Sedangkan pengertian menghafalkan Al-Qur‟an adalah
membaca dan mempelajari Al-Qur‟an tanpa melihat tulisan dalam mushaf Al-
Qur‟an. Pada perkembangan lebih lanjut, hifdzul Qur‟an (menghafal) merupakan
upaya mengakrabkan orang yang beriman dengan kitab sucinya sehingga ia tidak
buta terhadap isi yang ada di dalamnya.
Menghafal Al-Qur‟an sudah merupakan kebiasaan bagi umat Islam sejak
zaman Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw sangat besar perhatiannya
terhadap Al-Qur‟an. Ia selalu membacanya dalam setiap kesempatan bahkan malam
sekalipun. Quraish Syihab menambahkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat. Kemukjizatan Al-
Qur‟an bersifat immaterial yaitu kemukjizatan yang logis dan dapat dibuktikan
sepanjang masa, dapat dipahami oleh akal, tidak dibatasi oleh waktu dan tempat
tertentu, dapat dijangkau oleh yang menggunakan akal di mana dan kapan saja.
”sesungguhnya orang yang didalam hatinya tidak ada al-Qur‟an sedikitpun
(yang dihapal), bagaikan rumah yang akan roboh” (HR. Tirmidzi)
Hukum menghafal Al-Qur‟an menurut para ulama adalah fardu kifayah.
Fardu kifayah dimaksudkan sebagai suatu kewajiban yang ditujukan kepada
seluruh orang mukallaf tetapi apabila telah dikerjakan oleh sebagian mereka maka
kewajiban itu telah terpenuhi dan orang yang tidak mengerjakannya tidak dituntut
lagi untuk mengerjakannya. Hikmah yang dapat diambil dari adanya fardu kifayah
ini jumlah para penghafal Al-Qur‟an tidak kurang dari jumlah mutawatir sehingga
terhindar dari pemalsuan.
Menghafal Al-Qur‟an adalah suatu pekerjaan mulia, dan keberhasilan
seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an tidak lepas dari keberhasilan kinerja memori
atau ingatan dalam diri seseorang. Dan dalam hal ini ada tiga tahapan kerja dalam
memori, yaitu:
a. Encoding (memasukkan informasi dalam ingatan)
b. Storage (menyimpan informasi yang telah dimasukkan)
c. Retrieval (mengingat kembali).
Manghafal Al-Qur‟an dengan seluruh materi ayat yang meliputi bagian-
bagian waqof, washol, fonetik-nya dan lain-lain adalah sangat penting, oleh
karenanya seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya mulai
awal hingga akhir harus tepat. Keliru dalam proses memasukkan atau proses
penyimpanan akan berakibat keliru pula dalam proses pengingatan kembali dan
bahkan sulit ditemukan dalam gudang memori.
Disamping tiga tahapan dalam kerja memori, ada dua jenis memori atau ingatan:
a. Ingatan jangka pendek yaitu proses pengingatan kembali sebuah obyek yang
berlangsung cepat dan mudah, seakan obyek yang diingat bersifat aktif dan
dalam kesadaran.
b. Ingatan jangka panjang yang merupakan proses pengingatan kembali sebuah
obyek atau nama yang berlangsung lama atau proses pengingatan kembali yang
berlangsung sulit karena obyek atau nama tidak berada dalam kesadaran
(bersifat pasif).
Perbedaan antara ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang dapat
ditinjau dari tiga sisi:
a. Tahap Enconding
1) Ingatan jangka pendek lebih memilih suatu kode akustik (paling tidak untuk
situasi yang membutuhkan pengulangan) dan ingatan jangka pendek hanya
berisi apa yang dipilih.
2) Ingatan jangka panjang didasarkan pada makna.
b. Tahap Storage
1) Ingatan jangka pendek terbatas pada 7 chunk (kelompok unit)
2) Ingatan jangka tidak terbatas.
c. Tahap Retrieval
1) Ingatan jangka pendek bebas dari kesalahan
2) Ingatan jangka panjang lebih mudah lupa.
Menghafal Al-Qur‟an didahului dengan proses encoding yaitu pemasukan
informasi berupa ayat-ayat Al-Qur‟an ke dalam ingatan melalui indra penglihatan
dan pendengaran. Dua indra ini sangat penting dalam penerimaan informasi. Dalam
beberapa ayat disebutkan dua indra ini selalu beriringan, inilah sebabnya dianjurkan
kepada para penghafal Al-Qur‟an untuk memperdengarkan suaranya untuk
didengarkan sehingga dua alat sensorik ini bekerja dengan baik.
Menurut Darwis Hude, tanggapan dari pengamatan melalui dua alat indra
sensorik ini harus bersifat tanggapan identik yang bersifat foto copy seperti apa
yang dilihat dan didengarkan, oleh karenanya disarankan untuk memakai satu
mushaf Al-Qur‟an dan tidak berganti-ganti sehingga tidak mengubah struktur pada
peta mental. Peta mental adalah proses yang memungkinkan untuk mengumpulkan,
mengorganisasi, menyimpan dalam pikiran, memanggil serta menguraikan kembali
informasi tentang lokasi relatif dan tanda-tanda tentang lingkungan. Al-Qur‟an
yang sering dipakai para hafidz terkenal dengan nama Al-Qur‟an pojok atau Al-
Qur‟an sudut. Al-Qur‟an pojok sering disebut Al-Qur‟an Bahriyyah karena Al-
Qur‟an ini diterbitkan pertama kali oleh percetakan Bahriyyah Turki. Ciri dari Al-
Qur‟an sudut/Bahriyyah adalah pada setiap halaman terdiri dari 15 baris dan tiap
juz berisi 20 halaman. Setelah proses encoding/memasukkan informasi, proses
selanjutnya adalah storage/penyimpanan. Informasi yang masuk berupa ayat-ayat
Al-Qur‟an yang dihafal, menurut Darwis Hude disimpan di gudang memori yang
terletak di memori jangka panjang. Perjalanan informasi dari awal diterima indra
masuk ke memori jangka pendek dan bahkan ada yang langsung masuk ke memori
jangka panjang. Untuk bisa memasukkan memori dari ingatan jangka pendek ke
ingatan jangka panjang menurut Darwis Hude ada dua:
a. Automatic Processing yaitu proses penyimpanan yang bersifat otomatis dan
biasanya bersifat istimewa bagi seseorang seperti mendapat hadiah besar.
b. Effortful Processing yaitu penyimpanan yang diupayakan karena informasi yang
masuk dianggap biasa. Menghafal Al-Qur‟an menurut M. Darwis Hude
termasuk pada kategori yang kedua yaitu penyimpanan yang diusahakan. Salah
satu usaha penyimpanan hafalan Al-Qur‟an ke memori jangka panjang dengan
cara mengulang atau takrir.
Pengulangan untuk memasukkan informasi ke gudang memori ada dua
macam:
a. Maintenance Rehearsal yaitu pengulangan untuk memperbaharui ingatan tanpa
mengubah struktur (pengulangan tanpa berfikir).
b. Elaborative Rehearsal yaitu pengulangan yang diorganisasikan dan diproses
secara aktif serta dikembangkan hubungan-hubungannya sehingga jadi sesuatu
yang bermakna.
Takrir atau pengulangan yang dilakukan dalam menghafal Al-Qur‟an masuk
dalam kategori pertama yaitu pengulangan yang dilakukan tanpa mengubah struktur
dan yang terpenting adalah pengulangan yang selalu diusahakan hingga ayat-ayat
yang dihafalkannya menjadi lancar.
Proses selanjutnya setelah strorage adalah proses pengungkapan kembali
atau retrievel. Proses retrieval dapat terjadi dengan dua macam:
a. Serta merta yaitu informasi yang telah tersimpan di gudang memori secara aktif
keluar tanpa adanya pancingan.
b. Dengan pancingan yaitu informasi yang tersimpan akan keluar dengan adanya
pancingan yang ditimbulkan.
Di dalam pengungkapan kembali hafalan ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah
tersimpan dalam gudang memori menurut Darwis Hude termasuk proses retrieval
yang kedua di mana pengungkapan kembali terjadi dengan pancingan. Dalam
menghafal Al-Qur‟an, ayat-ayat yang telah dibaca sebelumnya menjadi pancingan
yang akan dibaca kemudian. Pengorganisasian yang baik terjadi di waktu proses
penyimpanan informasi akan memudahkan proses pengingatan kembali. Al-Qur‟an
adalah kitab suci yang sudah tersusun rapi ayat-ayatnya secara berurutan. Hal ini
memudahkan bagi para penghafal Al-Qur‟an untuk mengingat kembali ayat-ayat
yang telah dihafal karena ayat-ayat yang telah dibaca sebelumnya otomatis menjadi
pancingan ayat-ayat yang sesudahnya.
Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki
periode menghafal Al-Qur‟an ialah:
a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori atau
permasalahan-permasalahn yang sekiranya akan mengganggu.
b. Niat yang ikhlas
d. Memiliki keteguhan dan kesabaran
e. Istiqomah
f. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela
g. Izin orang tua wali atau suami
h. Mampu membaca dengan baik.
Disamping syarat-syarat menghafal Al-Qur‟an sebagaimana yang
diterangkan di atas yang dianggap penting sebagai faktor pendukung menghafal Al-
Qur‟an ialah:
a. Usia yang ideal
b. Manajemen waktu
c. Tempat menghafal.
a. Kenapa Harus Hafal Al-Quran?
Menghafal Al-Qur‟an bukanlah sebuah kerja mengukir sebuah keterampilan
membaca tanpa melihat mushaf, atau pembekalan diri sebagai guru Al-Quran.
Sesungguhnya hal itu merupakan konsekuensi logis bagi siapa saja yang mau
menghafal Al-Quran. Dan jika itu yang menjadi target menghafal Al-Quran, maka
sesungguhnya tidak cukup kuat untuk membangun motivasi yang besar untuk
bersabar dalam menghafal.
Kondisi di atas mirip sebuah konsekuensi orang yang makan pasti kenyang,
walaupun ia tidak menginginkannya. Tetapi menghafal Al-Qur‟an memiliki
dimensi jauh lebih besar dari sekedar menjadi seorang Hafizh. Karena itu, jika
dimensi itu diyakini dengan sepenuh hati, akan dapat meledakkan bom motivasi
yang besar dalam hati kita. Dimensi itu adalah:
Menghafal Al-Qur‟an adalah bentuk penghambaan diri kepada Allah. Karena
sepanjang menghafal, kita akan selalu ingat dan lebih dekat kepada Allah.
Melalui ayat-ayat Al-Qur‟an yang terulang-ulang dalam lidah kita dan berbagai
macam ibadah yang akan kita lakukan berkaitan langsung dengan Al-Quran.
Puncaknya adalah agar kita diakui oleh Allah sebagai Al „Abd, sebagaimana
Allah memberikan sebutan tersebut kepada tokoh-tokoh besar dari hamba-
hamba pilihan-Nya, seperti para anbiya, syuhada dan shalihin.
Menghafal Al-Qur‟an adalah proses pembinaan diri menuju keimanan yang
lebih baik. Untuk mencapai kesuksesan dalam menghafal Al-Quran, dibutuhkan
komitmen yang kuat terhadap apa yang dinasihatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jika kita mampu mengendalikan jiwa ini untuk lebih tunduk kepada Allah, maka
kita akan mampu menundukkan jiwa ini untuk berlama-lama dengan Al-Quran.
Menghafal Al-Qur‟an adalah proses aktif dan intensif mempersiapkan kehidupan
akhirat yang lebih baik. Karena apa yang kita baca akan menghasilkan pahala
dan berbagai macam fadhilah yang besar di sisi Allah. Selain itu Al-Qur‟an
mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap kehidupan akhirat yang
menyengsarakan dan memotivasi kita untuk beramal sebaik-baiknya.
Tujuan puncak menghafal itu adalah agar kita lebih dekat dengan Allah,
yang kemudian mewarnai seluruh sendi kehidupan kita. Maka kalau saja sudah 5
tahun kita menghafal, dan tidak kunjung selesai 30 juz, tapi sepanjang hidup kita
bisa terus intensif besama Al-Qur‟an dan arahan-arahannya (taujihat), hal ini
sungguh jauh lebih baik daripada 5 tahun kita sukses menjadi penghafal Al-Quran,
bahkan sampai juara 1 MHQ (Musabaqoh Hifdzul Qur‟an) internasional, tapi
setelah itu kita berhenti dari semua aktivitas yang terkait dengan Al-Quran.
Karenanya, marilah kita bersama-sama menjadi penghafal yang berhasil
menginternalisasikan Al-Qur‟andalam diri kita, sehingga Al-Qur‟an dapat
melejitkan sisi-sisi wawasan, ibadah, akhlaq dan ruhiyah.
b. Menghafal Al-Qur’an itu Mudah
“Dan sungguh telah Kami mudahkan Al-Qur‟an untuk diingat. Adakah
orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17, 22, 32, 40).
Para ahli tafsir menjelaskan maksud ayat ini adalah bahwa Allah telah
memudahkan semua bentuk interaksi dengan Al-Qur‟an kepada setiap manusia
yang mau mempelajarinya, termasuk di dalamnya menghafal Al-Quran. Percayakah
kita dengan jaminan pasti dari Allah ini? Kalau kita percaya, berarti 50% modal
menghafal Al-Qur‟an sudah ada di tangan anak didik kita. Sisanya adalah usaha
dan kesabaran serta mujahadah (usaha keras) kita untuk memindahkan ayat-ayat
Allah ini ke dalam dada anak didik kita. Agar lebih yakin,
ا هسغ الاب تكك هعتن ز او اظق او ائؤرق تاءن
“Dan Aku (Allah) telah menurunkan kepadamu Al-Qur‟an yang tidak
tercuci dengan air dan dapat kamu baca dalam keadaan tidur dan jaga (kitab yang
bisa tersimpan dalam dada manusia)” (HR. Muslim).
Bagaimana menumbuhkan dan mempertahankan keyakinan ini?
1. Allah dan Rasul-Nya telah menjamin bahwa Al-Qur‟an bisa dihafal.
Masalah ini harus kita tempatkan sebagai aqidah atau keyakinan iman di
dalam dada kita. Tidak percaya, berarti penyimpangan keimanan.
2. Mulailah menghafal sekarang juga, hilangkan berbagai alasan penundaan.
Misalnya, “Ah, nanti kalau sudah selesai kuliah”, atau “Kalau sudah
mendapat pekerjaan”, dan lain-lain. Karena segera beramal akan
menumbuhkan keyakinan. Sebaliknya, menunda-nunda suatu niat yang
baik akan memudarkan keyakinan.
3. Bacalah selalu fadhilah-fadhilah menghafal Al-Quran, agar kita punya
banyak alasan untuk memotivasi diri.
4. Segera mencari ustadz/ustadzah yang dapat membimbing anak didik kita
untuk menghafal Al-Quran.
5. Bergaullah dengan para penghafal Al-Quran, agar tumbuh perasaan,
“Kalau beliau bisa hafal, maka saya juga pasti bisa hafal!”
6. Berdo‟alah kepada Allah agar kita dapat melaksanakan apa yang kita
yakini. Karena di balik doa ada janji yang pasti bahwa Allah akan
menolong hamba-Nya yang meminta pertolongan kepada-Nya.
c. Sekilas Tentang Teori Pikiran Manusia
Pikiran manusia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Consious (pikiran sadar)
dan Subconsious (pikiran bawah sadar). Kondisi ketika pikiran sadar aktif adalah
kondisi kita sehari-hari. Kondisi kita saat tidak sedang tidur. Pada kondisi ini,
seorang manusia akan mampu memiliki banyak fokus. Dia akan mampu berpikir
lebih dari satu. Misalkan ketika seseorang sedang memasak, dia juga bisa sambil
melakukan aktivitas lain seperti sambil menonton TV, atau bahkan sambil mencuci.
Pada kondisi sadar, otak manusia mampu melakukan 5-9 fokus sekaligus.
Diantara pikiran sadar dan bawah sadar tersebut, terdapat semacam sekat
yang bernama Recticular Activating System (RAS) atau juga sering disebut faktor
kritis (Moruzzi dan Magoun: 1949).
Gelombang otak manusia
Faktor kritis ini berfungsi sebagai filter yang akan menyaring setiap
informasi yang diterima oleh pikiran sadar untuk kemudian dimasukkan ke pikiran
bawah sadar. Faktor kritis akan menganalisa setiap informasi yang diterima, jika
informasi yang diterima itu dianggap penting, maka informasi tersebut akan
dimasukkan ke pikiran bawah sadar, jika tidak maka tidak.
Pada saat pikiran bawah sadar aktif, seorang manusia hanya akan memiliki
1 fokus saja dalam pikirannya. Ketika gelombang otak berada pada kondisi Alpha
atau Theta akan menyebabkan seseorang menjadi sugestif bahkan sangat sugestif
karena hanya memiliki 1 fokus, saat inilah kondisi pikiran manusia sedang berada
pada kondisi pikiran bawah sadar. Pada kondisi ini otak akan dengan mudah
menyerap informasi yang diterima.
Setiap informasi yang sudah masuk ke dalam pikiran bawah sadar manusia
bersifat permanen. Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu aktivitas untuk
memasukkan hafalan ke dalam pikiran bawah sadar agar menjadi permanen dalam
ingatan. Untuk mengaktifkan pikiran bawah sadar, usaha yang perlu dilakukan
adalah menembus faktor kritis.
Peneliti mengidentifikasi definisi kemampuan dalam belajar siswa yang
disebut kecerdasan sebagai: Situasi kesesuaian psikologi seseorang melalui empat
dimensi utama, yaitu dimensi religious atau spiritual, dimensi psikologis, sosial dan
dimensi fisik. Di Saudi Arabia juga pernah pernah dilakukan sejumlah penelitaian
yang menghasilkan bahwa peran hafalan Al-Qur‟an sangat besar dalam
pengembangan keterampilan siswa di sekolah dasar. Selain itu, dibuktikan juga
dampak positif dari Al-Qur‟an pada prestasi akademik yang diperoleh peserta didik
di Universitas.
Hasil studi itu menyebutkan dengan jelas antara dimensi keagamaan siswa,
utamanya hafalan Al-Qur‟an. Selain itu, disebutkan juga tentang tingkat
ketidakseimbangan mental siswa yang tidak disiplin dengan tuntunan agama, atau
hanya memiliki hafalan yang minim terhadap Al-Qur‟an. Saran yang diberikan
dalam penelitian ini adalah agar para guru dan pendidik umumnya memperhatikan
aspek hafalan Al-Qur‟an peserta didik. Ini disebabkan bukti-bukti yang dihasilkan
tentang adanya pengaruh positif yang sangat jelas bagi anak didik secara prestasi
maupun kehidupan sosial mereka. Juga dikarenakan hafalan Al-Qur‟an menjadi
sebab paling penting bagi stabilitas mental. Bahkan karena pengaruh positif yang
terjadi dalam diri siswa oleh hafalan Al-Qur‟annya, studi ini juga menghimbau para
guru dan pendidik untuk meningkatkan hafalan anak didik melebihi target
kurikulum yang ditetapkan pihak sekolah atau lembaga pendidikan. Beberapa
manfaat menghafal Al-Qur‟an yang dihasilkan, baik oleh penelitian maupun
pengalaman, yaitu:
1. Pikiran akan terang
2. Daya ingat yang semakin kuat
3. Memiliki ketenagan dan stabilitas psikologis
4. Memunculkan rasa gembira dan senang yang tak bisa dilukiskan
5. Menghilangkan rasa takut, cemas dan sedih
6. Meningkatnya kemampuan berbahasa, khususnya bahasa arab
7. Memiliki kemampuan hubungan sosial yang baik dan mudah menarik
kepercayaan orang lain
8. Terhindar dari penyakit kronis yang umum dialami orang
9. Lebih meningkatkan kemampuan memahami dan menguasai persoalan
10. Mempunyai mental yang lebih tenang dan stabil.
1.5 Metode Penelitian
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian dan menganalisa data,
maka dalam penelitian ini digunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field reseach) yang
bersifat kualitatif, yakni penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam
mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambar yang
terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi belajar dengan menggunakan aliran psikologi behavioristik. Pada
mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh
dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike disebut “connectionism”,
karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan
respon. Teori ini sering pula disebut “trial-and error learning”. Individu yang
belajar melakukan kegiatan melaui proses “trial-and-error” dalam rangka memilih
respon yang tepat bagi stimulus tertentu.
Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap
tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan
orang dewasa. Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal
dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi
itu. Dalam hal itu, objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan
keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulasinya.
Dari penelitiannya, Thorndike menemukan hukum-hukum:
a. “Law of readiness” : jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk
bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
b. “Law ot exercise” : makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan
stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan
“reward”.
c. “Law of effect” : bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan
dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu
menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang
mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.
Penulis dalam penelitian ini berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitannya dalam proses belajar, terutama perilaku belajar siswa dan guru dalam
proses pelaksanaan metode pembelajatan Tahfidzul Qur‟an serta hasil dari
pelaksanaan metode pembelajatan Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2
Baleendah.
3. Metode Penentuan Subyek
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh,
sehingga subyek penelitian dapat berarti orang atau apa saja yang menjadi sumber
penelitian. Sebagai penelitian kualitatif, sumber data utama penelitian ini adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
a. Kepala sekolah
b. Pendidik mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an
c. Peserta didik SDIT Fithrah Insani 2
4. Metode Pengumpulan Data
Mengingat penelitian ini merupakan merupakan penelitian kualitatif, maka
merujuk pada pendapat Lexy J. Moloeng, metode yang digunakan sebagai cara
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pengamatan (observasi),
wawancara, dan penelaahan dokumen (dokumentasi) dengan uraian sebagai
berikut:
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, seperti:
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian, dan lain-lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik
wawancara bebas terpimpin yaitu pertanyaan yang diajukan telah dipersiapkan
sebelumnya dengan cermat dan lengkap, namun penyampaian bebas tanpa terikat
oleh nomor urut yang telah digariskan.
Adapun yang akan diwawancarai oleh peneliti nanti yaitu kepala sekolah,
pendidik atau guru mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an serta peserta didik itu sendiri.
b. Metode Observasi
Observasi diarahkan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap
gejala yang diselidiki. Teknik observasi yang digunakan adalah jenis observasi
partisipan yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan, dia tidak hanya berperan saja
namun ikut serta dalam kegiatan. Metode ini digunakan untuk meneliti dan
mengamati metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 serta
mengamati dan mencatat tentang situasi yang ada antara lain: letak geografis serta
sarana prasarana yang dimiliki madrasah guna memperkuat data hasil wawancara
dan dokumentasi.
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai kurikulum, satuan pembelajaran, struktur organisasi,
jumlah guru dan karyawan, jumlah siswa serta lain-lain yang berhubungan dengan
penelitian.
c. Analisis Data
Data atau keterangan tentang konsep yang akan dibahas dan diteliti yang
diperoleh melalui teknik pengumpulan data pada langkah kelima, dikumpulkan
kemudian dianalisa dengan mempergunakan teknik sebagai berikut:
a. Deduksi, yaitu upaya untuk memperoleh kaidah-kaidah yang bersifat khusus
melalui penalaran dan penganalisaan (Lexy J. Moleong, 1993:190).
b. Induksi, yaitu upaya memperoleh kaidah-kaidah yang bersifat umum melalui
penalaran dan penganalisaan terhadap kaidah-kaidah yang bersifat khusus (Lexy
J. Moleong, 1993:190).
c. Komparasi, yaitu upaya membandingkan beberapa keterangan-keterangan atau
data yang diperoleh untuk mendapatkan argumentasi yang lebih kuat serta
mampu memberikan kejelasan yang layak untuk dijadikan pegangan dalam
penelitian ini (Lexy J. Moleong, 1993:190).
d. Menarik kesimpulan, yaitu langkah terakhir dalam penelitian ini adalah menarik
kesimpulan tentang fungsi menghafal Al-Qur‟an sebagai pembangun kesehatan
mental (kecerdasan/smart brain), kemampuan belajar siswa sehingga dapat
diperoleh hasil penelitian sebagai jawaban dari pada permasalahan yang
dijadikan pada penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Sistem Pembelajaran
Apa itu sistem? Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang
digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada banyak pendapat
tentang pengertian dan definisi sistem yang dijelaskan oleh beberapa ahli. Berikut
pengertian dan definisi sistem menurut beberapa ahli:
Jogianto (2005:2), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti
tempat, benda dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
Indrajit (2001:2), Sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-
komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Lani Sidharta (1995:9), Sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang
saling berhubungan, yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang
sama.
Murdick, R. G (1991:27), Sistem adalah seperangkat elemen yang
membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur atau bagan-bagan pengolahan
yang mencari suatu tujuan bagian atau tujuan bersama dengan
mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu rujukan tertentu untuk
menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang.
Davis, G. B (1991:45), Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
beroperai bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran.
Komponen atau Karakteristik sistem adalah bagian yang membentuk sebuah
sistem, diantaranya:
Objek, merupakan bagian, elemen atau variabel. Ia dapat berupa benda fisik,
abstrak atau keduanya.
Atribut, merupakan penentu kualitas atau sifat kepemilikian sistem dan
objeknya.
Hubungan internal, merupakan penghubungan diantara objek-objek yang
terdapat dalam sebuah sistem.
Lingkungan, merupakan tempat dimana sistem berada.
Tujuan, Setiap sistem memiliki tujuan dan tujuan inilah yang menjadi
motivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tidak
terkendali. Tentu tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
Masukan, adalah sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya
menjadi bahan untuk diproses. Masukan tersebut dapat berupa hal-hal yang
tampak fisik (bahan mentah) atau yang tidak tampak (jasa).
Proses, adalah bagian yang melakukan perubahan dari masukan menjadi
keluaran yang berguna dan lebih bernilai (informasi) atau yang tidak
berguna (limbah)
Keluaran, adalah hasil dari proses. Pada sistem informasi berupa informasi
atau laporan, dsb
Batas, adalah pemisah antara sistem dan daerah luar sistem. Batas disini
menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan sistem. Batas juga
dapat diubah atau dimodifikai sehingga dapat merubah perilaku sistem.
Mekanisme pengendalian dan umpan balik, digunakan untuk
mengendalikan masukan atau proses. Tujuannya untuk mengatur agar
sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana
(plan), aturan (order), keteraturan (regularity), kebiasaan (rule), susunan rencana
(scheme), jalan, cara (way), kebijakan (policy), kecerdasan (artifice), susunan
aturan (arrangement), rencana (program)
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas
yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan
yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh
umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa
elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat
yang berada dinegara tersebut.
Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam
forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan
pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian
yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki
hubungan di antara mereka.
a. Elemen sistem
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu: tujuan,
masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta
lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah
sistem:
1. Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin
banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa
tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu
sistem dengan sistem yang lain berbeda.
2. Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem
dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang
berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang
berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah
informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).
3. Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari
masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa
informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya
saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan
mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
4. Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi,
keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
5. Batas
Batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar
sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau
kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan
dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong
dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari
bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga
akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik,
sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan
menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini
digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah
untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
7. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan
bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau
menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus
ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem,
sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu
terhadap kelangsungan hidup sistem.
b. Jenis sistem
Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:
Atas dasar keterbukaan:
o sistem terbuka, dimana pihak luar dapat mempengaruhinya.
o sistem tertutup.
Atas dasar komponen:
o Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi.
o Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.
Al-Qur‟an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum,
karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur
kepada Nabi Muhammad SAW sesuai situasi yang menuntutnya, seperti yang
diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur‟an secara total dan secara sekaligus
itu tidak mungkin karena Al-Qur‟an diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum
muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada.
Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran Islam, di dalamnya mengandung
berbagai petunjuk manusia yang disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain
melalui bentuk kisah (cerita). Semua kandungan Al-Qur‟an merupakan petunjuk
untuk dijadikan pedoman manusia dalam menjalankan kehidupannya agar
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Rosihon Anwar, 2000:25).
Sebagai sumber utama yang tidak akan pernah surut, Al-Qur‟an banyak
menawarkan gagasan dan konsep-konsep yang perlu dijabarkan ke dalam bentuk
operasional melalui bimbingan Rasul, agar dapat dirasakan kehadirannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Tidak diragukan lagi, Al-Qur‟an telah meninggalkan dampaknya terhadap
pribadi Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Aisyah istri Beliau, telah
memberikan kesaksian tentang hal itu, dikatakannya: Akhlak beliau adalah Al-
Qur‟an. Bahkan Allah SWT sendiri telah terlebih dahulu memberikan kesaksian itu
dengan firman-Nya, dalam QS. Al-Furqan ayat 32:
“Berkatalah orang-orang kafir, “Mengapa Al-Qur‟an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja ?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakan kelompok demi kelompok”.
Terdapat dua isyarat paedagogis, yaitu: peneguhan hati dan pengokohan
iman dan pengajaran Al-Qur‟an secara tartil (kelompok demi kelompok). Berkaitan
dengan pengajaran Al-Qur‟an ini, Allah SWT menurunkan beberapa tuntunan
paedagogis yang jelas kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman QS Al-Qiyamah:
16-19:
“Janganlah gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an, karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, maka
ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
menjelaskannya”.
Kehidupan Rasulullah SAW baik di waktu damai, perang, bermukim,
bepergian, maupun berada di rumahnya di tengah-tengan para sahabatnya,
memberikan kesaksian yang serupa dengan yang diberikan oleh Aisyah dan seluruh
kaum Muslimin, yaitu bahwa akhlaknya adalah Al-Qur‟an. Do‟a-do‟anya dipetik
dari Al-Qur‟an, baik dengan lafalnya langsung maupun dengan maknanya saja. Al-
Qur‟an memberikan kesan dan dampak yang besar terhadap jiwa kaum muslimin
pada masa itu. Jika dipelajari makna dari setiap ayat yang telah dibaca, maka akan
menemukan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca, misalnya, dapat
meningkatkan kesehatan mental selain membacanya yaitu apabila dihafal, maka Al-
Qur‟an dapat memperkuat daya ingat yang nantinya akan berpengaruh pada
kemampuan belajar anak baik secara akademik maupun ruhiyahnya. Manusia
dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil
maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri. “Tetapi
apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri
dikatakan kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan” (Dzakia Drajat, 1974:
10).
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al-Fath: 4).
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah
Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan
jiwa ke dalam hati orang yang beriman.
Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an diatas, maka dapat
dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur‟an (Islam) yang
berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat adalah bertujuan
dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berbahagia.
2.2 Pengertian Menghafal Al-Qur’an
a. Menurut Etimologi
Kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa
Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga
dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto
berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman
secara aktif.
b. Menurut Terminologi
Istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha
meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu
aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya
dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli.
Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan
kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali ke alam sadar.
Menghafal yang dimaksud penulis, adalah menghafal Al-Quran yaitu
menghafalkan semua surat dan ayat yang terdapat di dalamnya, untuk dapat
mengucapkan dan mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan
ayat tersebut, sebagai aplikasi menghafal Al-Quran. Menghafal Al-Quran
merupakan suatu sikap dan aktivitas yang mulia, dengan menggabungkan Al-Quran
dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian Al-Quran baik dari tulisan
maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya. Sikap dan
aktifitas tersebut dilakukan dengan dasar dan tujuan sebagai berikut:
2.3 Tujuan menghafal Al-Qur’an
Kaum muslimin baik dalam wajib kifayah maupun sunnah, dalam
menghafal Al-Quran dikarenakan dengan dilatarbelakangi oleh beberapa tujuan,
yang diantaranya ialah:
1. Agar tidak terjadi penggantian atau pengubahan pada Al-Quran, baik pada
redaksionalnya (yaitu pada ayat-ayat dan suratnya) maupun pada
bacaannya. Sehingga Al-Quran tetap terjamin keasliannya seperti segala
isinya sebagaimana ketika diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulullah
saw.
2. Agar dalam pembacaan Al-Quran yang diikuti dan dibaca kaum muslimin
tetap dalam satu arahan yang jelas sesuai standar yaitu mengikuti qiraat
mutawatir, (yaitu mereka yang telah menerima periwayatannya melalui
periwayatan yang jelas dan lengkap yang termasuk dalam qiraat sab‟ah
sesudah sahabat yang terdiri dari “Nafi‟ bin Abdur Rahman di Asfahan,
Ibnu Katsir di Makkah, Abu Amr di Basrah, Abdullah bin Amir al-
Yahshaby di Damaskus, Asm bin Abi Najwad di Kufah, hamzah bin Habib
At-Taimy di Halwa dan al-Kisai. (baca; tokoh-tokoh ahli qiraat)
3. Agar kaum muslimin yang sedang menghafal Al-Quran atau yang telah
menjadi hafiz dapat mengamalkan Al-Quran, berperilaku dan berakhlak
sesuai dengan isi Al-Quran.
4. Dengan menghafal siswa-siswi SDIT Fithrah Insani 2 dapat mengasah
kemampuannya dalam pelajaran, tidak hanya kemampuan akademik saja
yang mereka dapatkan tapi kemampuan yang didasari nilai-nilai religi atau
tauhid yang kuat.
2.4 Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur’an
Amal apapun yang tidak dilandasi langkah yang jelas dan manhaj yang
terang, sulit untuk memperoleh keberhasilan yang diharapkan. Seperti
serampangan, semaunya, egoisme dan seenaknya bertolak belakang dengan dengan
pelaksanaan yang baik. Bertentangan dengan hasil yang mengiringinya, mengekang
jalan-jalan kesuksesan dan akibatnya akan mempengaruhi individu dan kelompok
yang bekerja untuk hal itu.
Agar langkah mulia ini berhasil, maka yang harus diperhatikan adalah:
a. Realistis
Langkah dalam menghafal ini haruslah realistis dengan apa yang ingin kita
hafal dan waktu yang kita luangkan dalam menggapai tujuan. Jika kita
mengatakan, “Aku ingin hafal Al-Qur‟an dalam waktu sepekan, karena aku
seorang mahasiswa dan punya banyak mata kuliah yang padat.”
Jelas ini bukan langkah yang realistis..! Karena itu kita harus membuat langkah
yang jelas.
b. Jelas
Misalnya kita ingin menghafal Al-Qur‟an seluruhnya, yaitu 30 juz.
c. Terukur
Yaitu kita harus menentukan waktu-waktu khusus untuk menghafal dan
melakukan muroja‟ah. Begitu pula kita harus menentukan kapan kira-kira kita
bisa merealisasikan target kita tersebut. Dalam arti menentukan waktunya.
Apakah setahun, dua tahun atau bahkan sampai 10 tahun misalnya.
2.5 Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur‟an selain dibaca dan direnungkan juga perlu untuk dihafal.
Dipindahkan dari tulisan kedalam dada, karena hal ini merupakan ciri khas orang-
orang yang diberi ilmu, juga sebagai tolak ukur keimanan dalm hati seseorang, juga
sebagai tangga ilmu pengetahuan dan pengokoh rasa agama dan keistiqomahannya.
Allah berfirman:
“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada
orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami
kecuali orang-orang yang zalim.
Maksudnya ayat diatas ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu terpelihara
dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin turun temurun dan
dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya.
Bahkan rasulullah sendiri mengatakan “Sesungguhnya orang yang di dalam
dadanya tidak terdapat sebagian ayat dari pada Al-Qur‟an, bagaikan rumah yang
tidak berpenghuni”.
Berikut beberapa kelebihan dan keutamaan menghafal Al-Qur‟an:
a. Menghafal Al-Qur’an adalah awal mula Rasulullah menerimanya dari
Jibril.
Allah SWT mensifatkan Al-Qur‟an ini dengan firman-Nya yaitu Qur‟an
Surat Al-Ankabut ayat 49. Sungguh betapa indahnya ayat tersebut menjelaskan
tentang keagungan posisis dada-dada yang hafal firman Allah azza wajalla. Ayat
ini mensifatkan tentang penghafal Al-Qur‟an bahwasannya merekan ini adalah
orang-orang yang diberikan ilmu. Apakah selain kitabullah ini dianggap ilmu..?.
Allah Subhanahu wata‟alla menjelaskan dari sela-sela ayat tersebut bahwa Dia
memilih di antara hamba-hamba-Nya sekelompok orang, hati mereka dijadikan
sebagai wada untuk menghimpun kalam-Nya. Inilah keutamaan yang besar.
Malah jika manusia memikirkan masalah ini, yakni masalah pengkhususan
umat ini yang dada-dada ulamanya menjadi sebab terhimpunnya Al-Qur‟an yang
terang pastilah mereka akan mengetahui nilai para penghafal kitabullah.
b. Al-Qur’an adalah Sumber dan Muara semua Undang-Undang Hidup Umat
Manusia.
Al-Qur‟an adalah pedoman umat. Ke sanalah hukum dan rujukan hukum di
antara manusia. Dari sanalah sistem dan syariat. Tidak ada hal kecil atau besar
melainkan informasinya terdapat didalam kitab yang mulia ini. Allah berfirman:
... ......
“....Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab....(Qs. Al-
An‟am: 38)
Sebagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz
dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam
Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti:
dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum,
hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan
kebahagiaan makhluk pada umumnya.
c. Menghafal Al-Qur’an hukumnya fardhu kifayah.
Sebagian ahli ilmu m,enegaskan bahwa menghafal Al-Qur‟an itu wajib atas
umat ini. Jika sebagian dari mereka telah melakukannya, maka gugur dosa atas
yang lainnya. Badrudin Zarkasyi mengatakan: “ Teman-teman kami berkata bahwa
belajar Al-Qur‟an hukumnya fardhu kifayah. Demikian pula menghafalkannya
wajib atas umat ini..”
وانعبادي انشاف ف جا ان جر ب صرح ة، ي ال عهى كفاة ض فر آ ا نقر حف ظ أ هى اع
ى ع وان : ان جو قال ا. ر موغ انت ب د إن ق ت طر فل ف انت واتر عدد قطع ل أ ف
ان كم ،وإلأثى ا نباق ذاا نعددسقطي وبهغو قاوبذنكقو ف،فإ ر .وانت ح
Al Hafizh Suyuthi mengatakan, “Ketahuilah bahwasannya menghafal al
Quran hukumnya adalah fardhu kifayah atas seluruh umat Islam sebagaimana
penegasan al Jurjani dalam as Syafi, al „Ibadil. Al Juwaini menjelaskan hal ini
dengan mengatakan bahwa maksudnya kemutawatiran [jumlah yang banyak] bagi
para penghafal al Quran tidak boleh terputus sehingga al Quran terjaga dari
penggantian dan pengubahan. Sehingga jika di tengah tengah umat telah dijumpai
penghafal al Quran dalam jumlah yang mutawatir maka hukum wajib ini telah
gugur dari yang lain. Namun jika jumlah tersebut belum terpenuhi maka semua
umat Islam dosa karenanya.
d. Meneladani Rasulullah
Allah telah menjadikan Rasulullah sebagai uswah hasanah bagi umat ini.
Dan menghafal Al-Qur‟an adalah bagian dari bentuk taasi (meneladani) beliau.
Konon beliau menghafalnkannya, merutinkan tilawahnya dan bertalaqqi bersama
Jibril alaihissalam. Begitu pula Rasulullah mengajarkannya kepada para
sahabatnya dan mereka membacanya di hadapan beliau.
e. Sebagai bentuk meneladani Salaf Sholeh.
Menghafal Al-Qur‟an di usia dini dan masa muda merupakan bentuk taasi
(meneladani) kepada salaf sholeh, meneruskan jejak keras mereka dan menempuh
bentuk hidayah mereka. Para salaf sholeh dahulu mulai menghafal Al-Qur‟an
sebelum menghafal seluruh disiplin ilmu. Maksudnya sebelum jenis-jenis ilmu
lainnya, yaitu mereka menghafal Al-Qur‟an terlebih dahulu barulah kemudian
menuntut ilmu.
f. Menghafal Al-Qur’an adalah karakteristik umat nabi Muhammad
Ibnu Jazari rahimullah berkata: “Sebenarnya asal muasal transformasi Al-
Qur‟anitu dilakukan dengan hafalan lewat hati dan dada manusia. Bukan melalui
tulisan mushaf dan buku-buku. Inilah karakteristik yang paling mulia.”
Tokoh Orientalis, Laura Faghliry mengatakan: “Hari ini kami surut, tapi
disana ada ribuan orang di antara mereka yang mampu mengulang-ulang Al-Qur‟an
secara hafalan. Di Mesir saja jumlah para huffaznya melebihi jumlah orang-orang
Kristen yang bisa hafal Injil di benua Eropa secara keseluruhan.”
Sedangkan James Michaez mengatakan: “Mungkin Al-Qur‟an inilah satu-
satunya kitab yang paling banyak dibaca di dunia. Sangat jelas bahwa ia adalah
kitab yang paling mudah dihafal.”
g. Menghafal Al-Qur’an adalah Megaproyek yang tidak mengenal Bahasa
Kegagalan.
Biasanya bahasa takut gagal menjadi hambatan dan penghalang yang
memisahkan antara banyak orang dengan obsesi-obsesi mereka. Banyak sekali
akhir dari proyek-proyek manusia yang berakhir dengan kegagalan dan tidak lagi
bisa dilanjutkan kembali. Akan tetapi proyek menghafal Al-Qur‟an ini tidak ada
lagi bagi bahasa kegagalan di atas.
h. Menghafal Al-Qur’an dapat Tingkatkan Prestasi Akademis
Orang yang terbiasa menghafal Al-Qur‟an, maka ia akan belajar keseriusan
dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Para akademisi dan spesialis
sependapat bahwa menghafal Al-Qur‟an memiliki efek yang baik dalam
pengembangan keterampilan dasar pada siswa, serta dapat meningkatkan
pendidikan dan prestasi akademis.
Dr. Abdullah Subaih, profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad
bin Su'ud al-Islamiyah di Riyadh, menyerukan kepada para pelajar agar mengikuti
halaqoh-halaqoh menghafal Al-Qur‟an. Ia juga menegaskan bahwa hafalan Al-
Qur‟an tersebut dapat membantu untuk konsentrasi dan merupakan syarat
mendapatkan ilmu. Ia juga menambahkan bahwa semua ilmu pengetahuan, baik itu
ilmu kedokteran, matematika, ilmu syari'ah, ilmu alam dan lain sebagainya,
membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam meraihnya. Dan bagi orang yang
terbiasa menghafalkan Al-Qur‟an, ia akan terlatih dengan konsentrasi yang tinggi.
Menurutnya, sel-sel otak itu seperti halnya dengan anggota tubuh yang lainnya,
yakni harus difungsikan terus. Orang yang terbiasa menghafal, maka sel-sel otak
dan badannya aktif, dan menjadi lebih kuat dari orang yang mengabaikannya. Dr.
Subaih juga menjelaskan bahwa orang yang terbiasa menghafal Al-Qur‟an, maka ia
akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar mengatur hidupnya. Selain itu,
mereka juga memiliki kemampuan dalam merencanakan tujuan hidup, serta
meraihnya.
Esensi utama dari menghafal Quran bukanlah mendapatkan hafalan Al
Quran. Itu hanyalah bonus. Esensi utama dari menghafal Quran adalah agar kita
semakin sering berinteraksi dengan Al Quran. Karena ketika kita menghafal al
Quran, kita dituntut untuk senantiasa mengulangnya. Dan dengan mengulang itulah
ingatan kita akan semakin tajam. Akan lebih baik lagi bila kita mengulangnya
bersama keluarga atau kelompok halaqoh/mentoring.
Itulah sebabnya kita bisa membaca Al Fatihah tanpa mushaf dengan
mudahnya, bahkan meski pikiran kita tidak fokus ke bacaan, kita masih bisa
menyelesaikannya. Ya, karena kita telah beratus-ratus kali mengulangnya. Jadi,
sesungguhnya tidak ada sikap permisif bagi yang merasa ingatannya kurang baik
untuk tidak menghafal al Quran.
Al-Qur‟an adalah satu-satunya kitab suci yang dihafal oleh ribuan umat
manusia dari seluruh penjuru dunia sepanjang zaman. Dalam usia muda, (usia pra
sekolah hingga SMA) kegiatan menghafal Al-Qur‟an sangat urgen ditanamkan
dalam ingatan mereka agar ingatan mereka yang masih bersih terisi dengan hal-hal
yang bermanfaat. Oleh karena itu, orang tua dan para pendidik hendaknya
memberikan perhatian dan bimbingan yang tepat agar generasi muda ini menjadi
generasi yang bermanfaat bagi agama. Manusia dikatakan belajar jika mengalami
perubahan tingkah laku yang relatif permanen, perubahan pengetahuan,
pengalaman, pemahaman, keterampilan yang terjadi dalam individu sebagai hasil
interaksinya dengan lingkungannya.
2.6 Ancaman Melupakan Al-Qur’an
Al-Qur‟an memiliki banyak keistimewaan, banyak keutamaan bagi siapa
saja yang membaca, mendengarkan dan mengamalkan ajarannya. Namun ada
fenomena ditengah masyarakat sebagian diantara mereka yang meninggalkan Al
Qur‟an seperti yang tergambar dalam firman Allah.
Nabi Muhammad mengadu kepada Allah tentang kaumnya yang sudah
meninggalkan dan acuh tak acuh kepada Al Qur‟an. Bagaimanakah kategorinya?
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa ada beberapa kategori
„hajrul Qur‟an “ ( meninggalkan Al Qur‟an ) diantaranya:
1. Meninggalkan iman kepada Al Qur‟an
2. Tidak beramal dengan Al Qur‟an
3. Tidak berhukum dengan Al Qur‟an
4. Tidak memahami dan bertadabur
5. Tidak menggunakan sebagai terapi untuk penyakit hati
Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat diatas menyebutkan Jika mereka
dibacakan Al Qur‟an, mereka menandingi dengan pembicaraan dan bahasa lain
sehingga tidak mendengar Al Qur‟an.
· Meninggalkan ilmu dan menghafalnya
· Meninggalkan iman dan membenarkannya
· Meninggalkan tadabur dan memahaminya
· Meninggalkan beramal perintah dan larangannya
· Beralih ke syair,perkataan, lagu, senda gurau dan perkataan lain.
“Barangsiapa berpaling dari Al-Qur‟an, maka sesungguhnya ia akan
memikul dosa yang besar di hari kiamat.” (QS. Thaha: 100)
Atau di ayat yang lain Allah berfirman:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)
Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan:
Berpaling dari peringatan-Ku artinya menyelisihi perintah-Ku dan yang
diturunkan kepada Rasul (berpaling dari Qur‟an dan Sunnah), serta
mengambil petunjuk lain selain Qur‟an dan Sunnah.
Kehidupan yang sempit artinya hatinya tidak tenang, selalu gelisah, dadanya
sesak/sempit karena kesesatannya. Atau kehidupannya yang sempit/susah,
atau disempitkan kuburannya.
Di akherat dalam keadaan buta, karena kesesatannya itu yang
menghantarkan ke neraka Jahannam.
Menurut Imam Ibnul Qoyyim, bahwa perilaku meninggalkan Al-Qur‟an
(berpaling dari Al-Qur‟an) itu bermacam-macam bentuknya, diantaranya adalah:
1. Tidak mau (enggan) mendengarkannya dengan seksama. (atau mau
mendengarkan tetapi tidak iman)
2. Tidak mengamalkan kandungannya.
3. Tidah bertahkim atau menjadikannya sebagai landasan hukum dalam
memutuskan setiap perkara.
4. Tidak bertafakkur, memahaminya dan mengetahui apa yang dikehendaki
oleh Allah (bukan dengan kehendak kita, seperti yang dilakukan orang-
orang Islam liberal).
5. Tidak menjadikannya sebagai obat penyembuh bagi berbagai macam
penyakit hati.
2.7 Metode Menghafal Al-Qur’an
SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah memiliki suatu visi misi yang cukup
mulia dan penuh dengan harapan agar nantinya siswa-siswi yang sudah lulus dari
SDIT bisa menjadi anak yang sholeh, bertanggung jawab dan menjadi seorang
pemimpin yang bijaksana.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru wali kelas di dalam proses
belajar mengajar di kelas metode yang digunakan ialah tidak menentu, namun yang
sudah digunakan dan dipraktekkan ialah metode guru membaca dahulu satu ayat
yang diulang-ulang sebesar 3 kali atau lebih yang kemudian para siswa
menirukannya dengan sistem yang sama pula yaitu mengulang-ulang satu ayat
tersebut sebanyak 3 kali atau lebih. Selanjutnya mengecek satu persatu hafalan satu
ayat tersebut, jika ada yang belum hafal diulang kembali secara bersama-sama
kemudian dicek lagi hafalannya satu persatu sampai siswa hafal. Setiap kali
pertemuan pelajaran tahfidz materi hafalannya sebanyak dua ayat, namun jika
ayatnya pendek-pendek kadang ditambah satu ayat menjadi tiga ayat.
Awal mulanya proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an anak-anak diminta
berkumpul di lantai secara melingkar mengelilingi gurunya yaitu Pak Yahya.
Kemudian Pak Yahya memulai pelajaran tahfidz dengan meminta kepada para
siswa untuk membaca materi tahfidz yang sudah dihafalkan pada hari-hari yang
telah lalu secara bersama-sama. Setelah itu prosesnya seperti di atas yaitu guru
membaca satu ayat pendek sebanyak 3 kali atau lebih kemudian para siswa diminta
menirukan secara bersama-sama sebanyak 3 kali atau lebih lalu dicek satu persatu
hafalan satu ayat yang telah dihafal tadi. Di akhir pelajaran Pak Yahya mengulang
dari ayat pertama sampai dua atau tiga ayat yang baru saja ditambah hafalannya.
Kemudian para siswa dicek lagi satu persatu, jika sudah hafal anak tersebut boleh
duduk dikursi masing-masing namun jika ada yang belum hafal dan dari awal tidak
mengikuti pelajaran tahfidz dengan baik dan benar atau sering ramai sendiri maka
siswa tersebut diberi hukuman berdiri di depan atau di pojok kelas selama kurang
lebih 5 – 10 menit.
Dari pengamatan dan wawancara proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
yang dilaksanakan di SDIT Fithrah Insani 2 berdasarkan uraian yang penulis
kemukakan di atas maka dapat di klasifikasikan metode yang diterapkan oleh guru
tahfidz yang sekaligus manjadi wali kelas ialah :
a. Metode Talaqi
Metode Talaqi, yaitu cara menghafal dengan guru memabaca perayat kemudian
siswa meniru bacaan guru. Dalam hadits yang disebutkan bahwa Rasulullah belajar Al-
Qur‟an secara talaqi lewat malaikat Jibril dan berangsur-angsur dalam penghafalannya,
karena mengingat bahwa Al-Qur‟an terdiri atas enam ribuan ayat lebih.
b. Metode Takrir (pengulangan)
Metode takrir adalah suatu metode mengulang hafalan yang sudah
diperdengarkan kepada instruktur (guru) yang fungsinya adalah untuk menjaga agar
materi yang sudah dihafal tidak kelupaan.
Pelaksanaan metode takrir ini adalah pada saat setiap kali siswa-siswi kelas
3 mau pulang sekolah dan setiap di awal pelajaran tahfidz dilaksanakan.
Diterapkannya metode takrir ini adalah untuk menyeimbangkan antara banyaknya
hafalan secara keseluruhan dengan kemampuan menambah hafalan sehingga
dengan adanya metode takrir ini diharapkan tidak terjadi kelupaan terhadap ayat-
ayat yang telah dihafal. Dengan demikian, maka dengan kegiatan menghafal
metode takrir sangat diperlukan.
c. Metode Setor
Istilah setor dalam aktifitas menghafal Al-Qur‟an adalah memperdengarkan
hafalan-hafalan baru kepada guru. Kegiatan setor ini wajib dilakukan oleh semua
siswa yang menghafal Al-Qur‟an. Karena pada waktu setor inilah maka hafalan
siswa disimak oleh guru sehingga dengan setor hafalan santri akan terus bertambah,
di samping itu bacaan dan hafalan siswa juga dapat terpelihara kebenarannya.
Kegiatan setor hafalan Al-Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2, Baleendah
secara umum caranya tidak jauh berbeda dengan metode di pondok pesantren yang
khusus untuk program tahfidz. Adapun caranya adalah siswa secara satu persatu
memperdengarkan hafalan-hafalan baru yang telah dihafalnya kepada guru.
Sebelum sampai pada tahap setor hafalan, terlebih dahulu bacaan siswa harus
disema‟ oleh guru tahfidznya. Pada langkah ini, siswa membacanya dengan melihat
langsung (binnadzar) yang biasanya dilakukan setelah akhir pelajaran.
Kemampuan setor hafalan bagi siswa sangat beragam, sehingga banyak atau
sedikitnya setor tidak dibatasi tetapi semua itu disesuaikan dengan kemampuan
siswa sendiri-sendiri. Metode setor ini memiliki efek yang besar untuk memelihara
hafalan, sehingga pelaksanaannya sangat dibutuhkan dan sangat ditekankan oleh
pihak SDIT Fithrah Insani 2, langkah ini dimaksudkan agar siswa selalu rutin dan
rajin menghafal sehingga diharapkan santri mampu mencapai target yang
ditetapkan.
d. Metode Tes Hafalan
Metode tes hafalan adalah usaha yang dilakukan oleh pihak SDIT Fithrah
Insani 2, Baleendah untuk menilai keadaan hafalan santri dengan penekanan pada
materi ketepatan bacaan yang meliputi makhroj maupun tajwidnya. Pelaksanaan tes
ini dilakukan ketika ujian tengah semester dan akhir semester, sedangkan yang
bertindak sebagai penguji adalah guru Tahfidzul Qur‟an itu sendiri.
Tindak lanjut dari pelaksanaan metode tes hafalan ini adalah untuk
memperbaiki hafalan. Bila hafalan siswa itu dinilai kurang baik, sebelum ia
melangkah pada materi hafalan selanjutnya. Dalam proses pembelajaran yang
diterapkan oleh guru Al-Qur‟an SDIT Fithrah Insani 2 ini terkadang mempunyai
beberapa kendala atau hambatan yang timbul ketika proses pembelajaran itu
berlangsung.
2.8 Definisi Kemampuan
Kemampuan yang dimaksud peneliti disini ialah Kemampuan akademis.
Kemampuan akademis terbagi menjadi 2 bagian yaitu gifted dan talented. Istilah
gifted ditujukan untuk orang yang memiliki kemampuan akademis (secara umum)
yang tinggi. Misalnya, seorang yang mendapatkan skor IQ yang tinggi pada
pengerjaan tes kecerdasan/intelegensi (terkait: IQ Tidak Sama dengan Kecerdasan),
sedangkan talented adalah kemampuan seseorang yang unggul dalam bidang
akademis khusus (seperti matematika, bahasa) juga bidang musik, seni, dan drama.
Contoh orang yang talented adalah seseorang yang unggul dalam bidang akademik,
kususnya matematika sehingga mendapatkan penghargaan atas kemampuan
akademiknya.
Maka dari itu, sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an ini diharapkan bisa
mencapai kemampuan-kemampuan tersebut, karena dengan seringnya menghafal,
anak akan terbiasa mengingat sesuatu yang sekalipun sulit, daya ingatnya akan
semakin terasah yang di akibatkan rangsangan-rangsangan otak yang diterimanya
lewat hafalan.
2.9 Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
2.9.1 Pengertian Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah "segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan".
Menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata,
bahwa pendidikan adalah "Usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang
ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan".
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendewasakan manusia baik jasmani
maupun rohani melalui pengajaran dan pelatihan. Adapun yang dimaksud dengan
Pendidikan Agama seperti yang dijelaskan pada undang-undang Sisdiknas Nomor
20 tahun 2003 pasal 30 BAB IV menjelaskan bahwa pendidikan
keagamaan; .pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menajdi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan menjadi ahli ilmu agama.
Berdasarkan pengertian umum tersebut,dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam, Zakiyah Darajat dan kawan-kawan menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Pendidikan Agama Islam adalah:
"Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam
Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada
akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang
telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan
keselamatan dunia dan akhirat kelak".
Kemudian dalam edaran Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama RI, sebagaimana dikutip oleh Drs. H. M. Alisuf Sabri
mengartikan bahwa:
"Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalakan agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
adalah menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional".
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara sadar untuk
mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan ajaran agama Islam dan pada akhirnya dapat menjadikan ajaran agama
Islam sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan.
2.9.2 Tujuan Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Tujuan yaitu "sasaran yang akan dicapai seseorang atau sekelompok orang
yang melakukan kegiatan. Bila pendidikan kita dipandang sebagai suatu proses,
maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan.
Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan tertinggi yang hendak
dicapai. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan.pada hakekatnya adalah
suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang
diinginkan.
Suatu proses yang diinginkan dalam usaha pendidikan adalah proses yang
terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal
kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya
kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan social serta hamba
Tuhan yang mengabdikan diri kepada Nya. Dalam pendidikan agama Islam, nilai-
nilai yang hendak dibentuk adalah nilai-nilai Islam. Artinya tujuan pendidikan
agama Islam adalah tertanamnya nilai-nilai Islam ke dalam diri manusia yang
kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.
Untuk lebih jelasnya tentang tujuan pendidikan agama Islam, maka peneliti
akan mengutip beberapa pendapat ahli pendidikan sebagai
berikut:
Menurut Mahmud Yunus, tujuan pendidikan agama Islam adalah
menyiapkan anak supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan
pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercapai kebahagiaan bersama dunia
dan akhirat. M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam
adalah terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan
takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya dalam
masyarakat. Sedangkan secara garis besarnya tujuan pendidikan agama Islam
menurut Zakiyah Darajat ialah untuk membina manusia menjadi hamba Allah yang
shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaan.
Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Islam tak
terlepas dari eksistensi manusia hidup di dunia ini, yaitu dalam rangka beribadah
kepada Allah selaku khalik sekalian makhluknya. Dalam Surat Adz-Dzariyat ayat
56 Allah berfirman:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama
Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman dan bertaqwa serta
berilmu pengetahuan yang mampu mengabadikan diri kepada Allah dan selalu
mengerjakan perintah Nya dan menjauhi laranganNya.
2.9.3 Ruang Lingkup Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan agama Islam memiliki cakupan sangat luas,
karena ajaran Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia, maka pendidikan agama Islam merupakan pengajaran tata
hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani
kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupannya yang sejahtera di
akhirat nanti.
Dalam bukunya, "Ilmu Pendidikan Islam", M. Arifin Ilham mengatakan
bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup segala bidang kehidupan
manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya sebagai tempat
menanam benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka
pembentukan nilai dan sikap amaliyah islamiyah dalam pribadi manusia baru akan
tercapai dengan efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang
berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.
Dalam buku "Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam",
disebutkan mengenai ruang lingkup pendidikan agama Islam adalah mewujudkan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara Hubungan manusia dengan Allah
SWT, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam.
Bagian bahan pengajaran pendidikan agama Islam itu sendiri
meliputi:
a. Keimanan
b. Ibadah
c. Akhlak
d. Syari'ah
e. Mu'amalah
f. Tarikh.
Sedangkan luas dalamnya pembahasan tergantung pada lembaga pendidikan
yang bersangkutan, tingkat kelas, tujuan dan tingkat kemampuan anak didiknya.
Untuk sekolah-sekolah agama, pembahasannya lebih luas dan mendalam dari pada
sekolah-sekolah umum.
2.9.4 Tolak Ukur Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Prestasi belajar siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan evaluasi atau
assessment, karena dengan cara itulah dapat diketahui tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa atau baik buruk prestasi belajarnya. Disamping itu evaluasi berguna
pula untuk mengukur tingkat kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam satu kurun
waktu proses belajar tertentu, juga untuk mengukur posisi atau keberadaan siswa
dalam kelompok kelas serta mengetahui tingkat usaha belajar siswa.
Adapun ragam evaluasi yang dapat dilakukan untuk mengukur prestasi
belajar siswa dalah sebagai berikut :
a. Pre test adalah evaluasi yang dilakukan guru secara rutin pada setiap akan
memulai penyajian materi baru. Tujuannya adalah mengidentifikasi taraf
pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan.
b. Post test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir
penyajian materi. Tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas
materi yang telah disajikan.
c. Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang dilakukan setelah selesai penyajian
sebuah satuan pelajaran. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi bagian-
bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
d. Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir penyajian
satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang
sama dengan evaluasi diagnostik, yaitu untuk mengetahui kesulitan belajar siswa.
e. Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur kinerja
akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program
pengajaran.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya
Pendirian SDIT Fithrah Insani digagas oleh beberapa orang (yaitu Didik
Agus Triwiyono, Maman Sulaeman, Saepudin, Rachmat Tarman dan Aries
Fariady) di desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung yang pada
awal tahun 2002 merasa gundah terhadap anak-anak mereka yang akan memasuki
usia Sekolah Dasar. Kegundahan tersebut berawal pada kesulitan untuk
menemukan sekolah yang terjangkau dan berkualitas, baik dari sisi pembinaan
wawasan keilmuan maupun pembinaan mental, moral dan agamanya. Ada beberapa
Sekolah Islam Terpadu yang berkualitas tetapi relatif kurang terjangkau dari sisi
pertimbangan jarak dan pertimbangan ekonomi.
Berangkat dari kondisi tersebut beberapa orang tersebut bersepakat untuk
mengembangkan sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu, yang akhirnya diberi nama
Fithrah Insani. Belajar dari beberapa sekolah yang menggunakan konsep Sekolah
Islam Terpadu yang telah lebih dahulu tumbuh di Bandung dan sekitarnya, lengkap
dengan kurang dan lebihnya, beberapa orang tersebut kemudian memulai
langkahnya dengan tahapan berikut:
Mensosialisasikan gagasan pendirian SDIT, terutama kepada lingkungan
terdekat di wilayah Ngamprah;
Bersama beberapa tambahan orang lainnya membuat perencanaan pendirian
sekolah;
Membentuk Yayasan Fithrah Insani (YFI) yang akan menaungi lembaga SDIT
Fithrah Insani, (dewan pendirinya adalah Aam Salam Taufik, Didik Agus
Triwiyono
M. Mahdi Idris, Saepudin, Maman Sulaeman dan Yatno) melalui akte notaris no.
01 tanggal 20 Maret 2002 di hadapan notaris Iriawan, SH;
Membentuk sebuah badan otonom pengelola sekolah yaitu Badan Perguruan
Fithrah Insani (BP-FI) melalui Surat Keputusan Ketua Yayasan Fithrah Insani
No. KEP-001/YFI/04/2002 tangggal 11 April 2002;
Membuat nota kesepahaman kerjasama dengan Dewan Keluarga Masjid Al-
Mujahidin di Komp. Tanimulya Indah, desa Tanimulya, Ngamprah, yang isinya
adalah kesepakatan penggunaan lokal kelas yang ada di lingkungan Masjid Al-
Mujahidin tersebut untuk penyelenggaraan SDIT FI;
Bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan Terpadu (LP2T)
Insani untuk membantu pengembangan perangkat lunak sekolah;
Melaksanakan persiapan teknis penyelenggaraan sekolah, di antaranya adalah :
menginventarisasi calon siswa dan membuka pendaftaran calon siswa,
menyeleksi calon guru (bersama LP2T), mengadakan seminar pendidikan, open
house dll;
Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk pertama kalinya pada
bulan Juli 2002 dengan 24 orang siswa dan dua orang guru, yaitu Dra. Chairini
(merangkap Kepala Sekolah) dan Dra. Hartati (merangkap wali kelas), dan pada
bulan Januari 2003 ditambah dengan Dra. Dwi Handayanti.
Awal tahun 2003 BP-FI berhasil mengumpulkan dana untuk membebaskan
lahan seluas 560 m2 dan dana (sebagian di antaranya adalah hutang dari personal
dan dari Bank Syariah Mandiri Bandung) untuk membangun di atas tanah tersebut
gedung berlantai dua dengan enam ruang kelas dengan luas bangunan 255 m2.
Bangunan baru tersebut diselesaikan pada bulan Juni 2003 dan mulai dipergunakan
pada tahun pelajaran 2003-2004 yaitu mulai bulan Juni 2003.
Pada kesempatan selanjutnya pengembangan dilakukan terus baik dari sisi
kemampuan manajemen, penyediaan sarana-prasarana, peningkatan kualitas
penyelenggaraan KBM, pembinaan SDM dan siswa. Pada tahun 2004 berhasil
dibebaskan tanah tambahan seluas 350 m2 yang bersambung dengan lahan
sebelumnya, dan pada tahun 2005 dilakukan pembangunan tahap kedua sebanyak 4
lokal, di mana dua lokal dipergunakan untuk kantor dan laboratorium komputer
serta perpustakaan. Pada tahun ini jumlah siswa telah mencapai 225 siswa yang
terbagi dalam 9 rombel (rombongan belajar). Kemudian pada tahun 2006 dilakukan
pembangunan tahap ketiga dan keempat yang membangun tambahan 4 ruang kelas
pada lantai-2. Hal ini mengikuti kebutuhan ruang kelas sehubungan dengan
bertambahnya rombel yang menjadi 12 pada tahun pelajaran 2006-2007.
Selanjutnya pada tahun 2007 kembali dibangun 4 ruang kelas baru di lantai-
3 sehingga total telah tersedia 16 ruang kelas. Dan pada tahun pelajaran 2007-2008
SDIT Fithrah Insani telah menampung siswa baru sebanyak 141 siswa dalam 5
kelas paralel, sehingga total siswanya sebanyak 560 siswa. Merespon permintaan
saudara-saudara kami di wilayah Baleendah dan sekitarnya, pada tahun 2006
Yayasan Fithrah Insani mendirikan SDIT Fithrah Insani-2 dengan mengontrak
bangunan yang bertempat di Komplek Griya Prima Asri (GPA) Jl. Dadali E14 No.
13 Baleendah. Pada angkatan pertama ini terekrut sebanyak 29 siswa. Guna
pengembangan sekolah, YFI pada Februari 2007 alhamdulillah telah berhasil
membebaskan tanah seluas 2100 m2 di Jl. Laswi 177A Kel. Manggahang, Kec.
Baleendah yang kemudian dibangun lima lokal ruang kelas dan kantor. Hal itu
seiring dengan perkembangan siswa, di mana pada tahun pelajaran 2007-2008
SDIT FI-2 menerima 40 orang siswa baru yang terbagi dalam 2 rombel.
3.2 Letak Geografis dan Lingkungan
SDIT Fitrah insani 2 Baleendah Kab.Bandung, didirikan oleh yayasan
Fitrah insani yang mulai beroperasi pada tahun 2006, yayasan fitrah insani sendiri
didirikan pada tanggal 23 maret 2000, yang di pimpin oleh Hj.Chairini,S.Si. di
bawah pengawasan dewan Pembina yaitu bapak didik beserta pimpinan lainya,
berdirinya yayasan fitrah insani khususnya di wilayah baleendah (Manggahang),
merupakan usulan dari beberapa tokoh pendidikan di Baleendah serta beberapa dari
pengurus yayasan yang sebagian berdomisili di baleendah, karena yayasan fitrah
insani itu sendiri berada di wilayah bandung barat tepatnya di daerah ngamprah
padalarang, mengingat kawasan baleendah merupakan kawasan yang sangat
strategis dan masih minimnya sekolah Islam terpadu (SD IT) maka berinisiatiflah
fihak yayasan untuk mencoba membuka SD IT Fitrah insani 2 di baleendah, dan
Alhamdulillah dengan perjuangan keras dari waktu kewaktu mengalami kemajuan
yang cukup signifikan hingga sekarang.
Namun di balik hal tersebut, SD IT Fitrah insani 2 punya visi misi sendiri,
mengapa didirikanya sekolah ini, pikiran yang mendasar adalah SD IT Fitrah insani
menjadi bingkai dakwah yang bergerak di dunia pendidikan, visi SD IT Fitrah
insani adalah “menjaga fitrah membina insan kamil „Menjaga Fitrah adalah
menjaga apa yang melekat pada jati diri manusia yang terus di arahkan kearah yang
lebih baik, kemudian “Membina Insan Kamil “ yang artinya selalu menanamkan
nilai – nilai keislaman dan intelektual guna mencapai generasi Al-Qur‟an yang
syamil mutakamil dengan demikian para siswa yang menempuh pendidikan di SD
IT Fitrah insani bisa menjadi insan yang bertakwa, berakhlakul karimah dan
kemudian memiliki intelektual yang berkualitas dengan pembinaan akhlak, aqidah,
ibadah dan jasmani yang sehat kemudian di harapkan dapat melahirkan generasi
qur-ani yang cinta pada Al-Qur‟an dan dapat menjawab tantangan di masa depan.
2.Letak dan Lingkungan
SDIT Fitrah insani 2 baleendah berada di wilayah bandung selatan
kab.bandung, tepatnya di kecamatan baleendah, kelurahan manggahang RT 04, RW
18, Kp.Pasar kemis, SDIT Fitrah insani berada di wilayah strategis, mudah di
jangkau oleh sarana transfortasi dan jauh dari keramaian kota sehingga
memungkinkan belajar berlangsung dengan tenang.
3.3 Dasar dan Tujuan Pendidikannya
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Q.S Annisa: 9
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”.
Sabda Rasulullah SAW: "Semua anak dilahirkan dalam keadaan fithrah.
Maka Ibu dan Bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi."
(H.R. Bukhori). Setiap pribadi, pasti memiliki potensi yang unik yang harus dibina
dan dikembangkan agar bermanfaat untuk dirinya, keluarga sekaligus menjadi aset
bagi ummat dan bangsa. Pola pendidikan pun harus diarahkan dengan seksama agar
proses pembinaan menjadi berkualitas serta dapat menjadi berkualitas serta dapat
menjaga kemurnian fithrahnya sebagai manusia seutuhnya sehingga terbentuklah
pribadi-pribadi insan kamil.
Oleh sebab itu, SD Islam Terpadu Fithrah Insani hadir di tengah-tengah
masyarakat sebagai salah satu solusi bagi para orang tua untuk memberikan
pendidikan yang baik dan berkualitas kepada anak.
Sistem Pendidikan
Sistem Pendidikan di SDIT Fithrah Insani menggunakan metode yang
terpadu dengan melakukan islamisasi bidang studi, menyeimbangkan pembinaan
akal, ruh dan jasad dengan mengedepankan kerjasama yang baik antara sekolah,
orang tua dan masyarakat (lingkungan). Pola pembelajaran dilaksanakan dengan
sistem semi full-day school dengan menerapkan konsep dasar “Integrated-
learning”, dimana seluruh program dan aktivitas anak yang ada di sekolah mulai
dari belajar, makan, dan beribadah dikemas dalam suatu sistem pendidikan.
VISI
Menjadi sekolah yang mendidik siswa memiliki dasar aqidah, berakhlak islami,
berilmu dan mandiri
MISI
1. Mendidik dan meluluskan siswa dengan keunggulan dalam kepribadian islami,
kemandirian, keterampilan dan keilmuan;
2. Menyediakan sekolah unggul dengan SDM,sarana dan prasarana berkualitas;
3. Mengelola sekolah dengan manajemen yang kuat dan profesional;
4. Sekolah yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menggunakan multi media dan multi metode.
Kurikulum
Kurikulum yang digunakan mengacu pada pola KTSP dengan standar
kompetensi lulusan sesuai dengan Departemen Pendidikan Nasional yang
dipadukan dengan pola pembelajaran islami
Program Khusus
1. TTQ (Tilawah dan Tahfidz Qur'an)
Melalui pengajaran dengan metode 'A Ba Ta Tsa' selama 2 jam pelajaran
per hari
2. IPA Terpadu
Pembelajaran secara komprehensif didukung dengan alat peraga yang
memadai
3. Komputer
Melalui pembelajaran secara langsung dan aplikatif, sehingga siswa
memiliki kemampuan praktis yang bisa langsung dipraktekan. Didukung koneksi
internet 24 jam, lab. komputer dan IT based learning menjamin proses
pembelajaran yang terpadu dengan baik
4. Bahasa Inggris
Melalui kegiatan dalam mata pelajaran secara khusus dipadukan dengan
kegiatan ekskul
5. Bimbingan dan Konseling
Bekerjasama dengan psikolog dari lembaga independen, untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada siswa dan orangtua
6. Outdoor Learning
Pembelajaran secara langsung di alam terbuka dalam mengembangkan sikap
mandiri, pantang menyerah dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
Quality Assurance
1. Hafal Al-Quran minimal minimal 2 (dua) juz;
2. Gemar tilawah Al-Quran dengan bacaan tartil;
3. Hafal hadits dan do'a pilihan;
4. Memiliki aqidah yang benar;
5. Hormat pada guru dan orang tua;
6. Memiliki kemampuan akademis untuk melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan lanjutan yang berkualitas;
7. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik;
8. Memiliki dasar keterampilan komputer;
9. Mampu menampilkan akhlak yang terpuji, kesadaran ibadah, pola hidup
teratur, bersih dan sehat;
10. Siswa memiliki kemandirian belajar.
Fasilitas
1. SDM yang berkualitas baik dari segi kompetensi pendidikan dan keilmuan
maupun aqidah serta akhlaknya
2. Lokasi sekolah yang representative
3. Gedung 3 lantai milik sendiri, menjamin proses KBM dapat berjalan dengan
optimal
4. Masjid sebagai sarana pembinaan ibadah
5. Laboratorium komputer dengan akses internet 24 jam
6. Sarana parktikum Sains dilengkapi dengan sarana Multimedia
7. Perpustakaan sekolah sebagai penunjang belajar siswa
8. Sarana Olahraga
Ekstrakurikuler
1. Life Skill
> Menggambar dan Mewarnai
> Seni Drama dan Tari
> Seni Musik
> Catur
> Nasyid
> Handy craf
> Pramuka / Kepanduan
2. Ekskul Pilihan
> English Club
> Sains Club
> Renang
> Futsal
> Beladiri / Pencak Silat
> Beladiri/ Taekwondo
> Komputer
> Musik Gitar
3.4 Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan
a. Data Potensi Peserta Didik
1. Jumlah Peserta Didik: 519
2. Rekapitulasi Peserta Didik setiap tahun pelajaran.
Tabel 3.1
Tahun
Jumlah Peserta Didik
Per Level Kelas
Jumlah
K1s
1
Kls
2
Kls
3
Kls
4
Kls
5
Kls
.6
2006-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011-2012
2012-2013
33
41
65
85
77
120
118
32
43
66
85
77
11
8
30
50
66
87
77
30
50
68
87
30
51
67
30
52
33
73
138
231
308
433
519
3. Jumlah Rombel
Tabel 3.2
Tahun Rombel per level Kelas Jumlah
Kls
1
Kls
2
Kls
3
Kls
4
Kls
5
Kls
6
2006-2007
2007-2008
1
2
1
1
3
2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011-2012
2012-2013
3
3
3
4
4
2
3
3
3
4
1
2
3
3
3
1
2
3
3
1
2
3
1
2
6
9
12
16
19
4. Jumlah Lulusan dan Peserta didik yang melanjutkan ke jenjang sekolah
Tabel 3.3
Tahun
Pelajaran
Lulusan % Rata-rata NEM Siswa Melanjutkan
Jumlah Lulus Hasil Target Jumlah Target
2011-2012
2012-2013
30
52
100%
100%
30
52
100%
100%
b. Data Potensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Tenaga Kependidikan
a. Guru Tetap Yayasan (GTY) : 23
b. Tenaga Non Guru:
- Tim TTQ : 12
- Staf TU : 4
- Pembina Ekskul : 8
- Staf Umum : 4
Jumlah Keseluruhan : 51 Orang
3.5 Keadaan Sarana dan Prasarana
Kegiatan belajar mengajar tentunya juga membutuhkan peralatan yang dapat
menunjang jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini pihak guru sangat
mengupayakan peralatan-peralatan yang sekiranya menunjang kegiatan siswa,
walaupun bukan peralatan yang modern tetapi paling tidak siswa dapat mengerti dan
paham apa yang disampaikan oleh guru, selain itu sarana pra sarana yang terkadang
belum ada di sekolah yang maju sudah ada seperti halnya baju peralatan praktik haji.
Adapun sarana dan fasilitas pendidikan yang dimiliki SDIT Fithrah Insani 2,
Baleendah adalah sebagai berikut:
1. Ruang Belajar : 19 Ruang
2. Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang
3. Ruang Guru : 1 Ruang
4. Ruang dapur : 1 Ruang
5. Masjid : 1 Ruang
6. Ruang UKS : 1 Ruang
7. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang
8. Ruang Tamu : 1 Ruang
9. Ruang TU : 1 Ruang
10. WC : 14 Ruang
11. Halaman Bermain dan Upacara : 1 Halaman
12. Area Parkir : 1 Halaman
13. Kantin Sekolah : 1 Halaman
14. Taman Sekolah : 7 Taman
3.6 Adminstrasi Sekolah
Kegiatan sekolah meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan
pendidikan di sekolah, kegiatan – kegiatan di sekolah harus di tunjang dengan
pelayanan administrasi sekolah yang teratur, terarah dan terencana, pelayanan
administrasi sekolah yang baik akan menunjang proses belajar mengajar yang baik
pula. Penyelenggaraan proses belajar mengajar yang baik akan dapat menghasilkan
hasil belajar siswa seperti yang di harapkan oleh tujuan pendidikan nasional.
pelayanan teknis edukatif yang di tunjang oleh pelayanan administrasi yang efektif
dan efisien akan meningkatkan mutu hasil belajar siswa. administrasi sekolah yang
efektif dan efisien menggunakan beberapa pendekatan yaitu:
1. Berorientasi kepada tujuan yang berarti bahwa administrasi sekolah menunjang
tercapainya tujuan pendidikan.
2. Berorientasi kepada pendayaagunakan semua sumber (tenaga dan sarana) secara
tepat guna dan berdayaguna.
3. Mekanisme pengelolaan sekolah meliputi : perencanaan, pengorganisasian di
lakukan secara sistematis dan terpadu.
Ruang lingkup administrasi sekolah yang terdapat di SD IT Fitrah Insani 2
Baleendah,adalah:
1. Administrasi kepala sekolah
2. Administrasi guru
3. Administrasi siwa
4. Administrasi kepegawaian
5. Administrasi keuangan
6. Administrasi keuangan menyurat
7. Administrasi surat
8. Administrasi perpustakaan
9. Administrasi pembinaan kesiswaan
10. Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat
Berikut ini akan di uraiakan mengenai administrasi sekolah yang terdapat di
SD IT Fitrah Insani 2 Baleendah.
1. Administrasi Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai administrator harus mengorganisasikan semua
sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan untuk mencapai
tujuan yang telah di tentukan. dalam melakukan tugasnya sehari – hari di bantu staf
kepala sekolah yaitu guru, tata usaha dan pegawai lainya yang ada di bawah
pembinaanya. kepala sekolah berkewajiban melakukan kegiatan yang di bagi tiga
tahapan yaitu:
a. Sebelum awal tahun; penerimaan siswa baru, pendaftaran calon siswa baru,
daftar keadaan siswa menurut tingkatan.
b. Selama tahun pelajaran yang di bagi dalam kegiatan tahunan,semester, bulanan
mingguan, dan harian.
1. Penyimpanan data pribadi siswa: data induk
2. Absensi siswa
3. Penilaian siswa
4. Mutasi siswa
Untuk memperlancar kegiatan kepala sekolah dalam program pendidikan
pengajaran di pergunakan format;
a. Jadwal kegiatan sekolah ( Kalender Penidikan )
b. Jadwal pelajaran sekolah
c. Buku laporan penyerahan pendidikan
d. Buku penyerahan STTB
e. Buku rencana evaluasi belajar
2. Administrasi Guru
Sesuai dengan ruang lingkup, fungsi dan tugas guru sebagai tenaga pendidik
dan pengajar pelaksana jenis – jenis kegiatan proses belajar mengajar administrasi
yang harus di lakukan oleh guru adalah:
a. Menyususn program semester dan satuan pendidikan
b. Menyususn rencana pelaksanaan pelajaran
c. Menyusun program pelaksanaan evaluasi, target kurikulum, pencapaian
kurikulum
d. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
e. Menyususn nilai tes semester, analisa soal
f. Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran setiap akhir semester
g. Melaksanakan evaluasi belajar (semester, tahunan )
h. Mengisi buku agenda kelas,raport (khusus bagi wali kelas )
i. Menyusun bank soal.
3. Administrasi Siswa
a. Daftar calon siswa kelas satu
b. Daftar keadaan sisiwa menurut kelas
c. Buku induk siswa
d. Mutasi siswa
e. Daftar hadir harian,mingguan
f. Papan absensi siswa
g. Daftar US 1 dan US 2
h. Tanda pengenal UAN
I. Daftar kumpulan nilai (UAN,UAS,UAM)
J. Rekapitulasi naik kelas/berhasil UAN, Buku agenda kelas
4. Administrasi Kepegawaian
Administrasi kepegawaian merupakan peñata usaha pegawai dalam
lingkungan sekolah.tujuan penatausahaan pegawai adalah menggunakan tenaga
pengajar agar berdaya guna dan berhasil guna untuk menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan usaha kerja yang menyenangkan.
Administrasi kepegawaian meliputi:
a. Buku induk pegawai
b. Surat permintaan dan surat izin
c. Daftar mutasi kepangkatan
d. Uraian tugas
e. Permohonan izin belajar
f. Kenaikan Gaji
g. Surat – surat pengangkatan
h. Map kepegawaian,yang berisi :Copi Ijazah terakhir, Copi SK pengangkatan,
kenaikan gaji, kenaikan pangkat, DP 3, Usulan – usulan.
5. Administrasi Keuangan
Untuk penyelenggaraan usaha – usaha keuangan di perlukan kelengkapan
administrasi sebagai berikut:
a. APBS Dan APBS
b. Buku Kas Umum
c. Buku kas pembantu
d. Kartu iuran sekolah
e. Buku iuran penerimaan sekolah
f. Daftar penerimaan gaji/honorarium
g. Buku setoran bank
h. Arsip bukti pengeluarani
i. Laporan keuangan
6. Administrasi Perlengkapan
Perlengkapan mencakup semua barang yang di perlukan, baik yang maupun
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, barang yang habis pakai maupun
barang yang habis pakai.administrasi yang di perlukan adalah:
a. Pengadaan
b. Penyimpanan dan penyaluran
c. Pemeliharaan
d. Penginventarisan dan penghapusan
e. Tata perlengkapan sekolah.
7. Administrasi Surat Menyurat
a. Pengolahan surat menyurat
b. Pengolahan arsip
c. Buku ekspedisi
8. Administrasi perpustakaan
a. Pengelolaan koleksi buku
b. Klasifikasi
c. Katalog
d. Buku induk.
e. Kartu anggota
f. Kartu peminjaman
9. Administrasi Pembinaan Kesiswaan
a. Pembinaan sikap,Pengtahuan Dan Keterampilan
b. Struktur Organisasi
c. Program Kegiatan dan pembiayaan
10. Administrasi Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menunjang pengembangan
masyarakat, oleh karena itu kegiatan sekoah dalam semua bidang harus relevan
dengan kegiatan masyarakat.
Melalui kurikuler dan ekstrakurikuler, sekolah meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa agar dapat membangun dirinya serta ikut
bertanggung jawab atas pembangunan masyarakat dan bangsa secara perorangan
maupun berkelompok,sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
masyarakat.kegiatan sekolah hendaknya sinergis dengan kegiatan masyarakat.
3.7 Prestasi yang telah dicapai
1. Prestasi Akademik dan Non Akademik
Tahun 2007
Juara 1 Lomba Tahfidz Juz „Amma tingkat Kecamatan Baleendah
Juara 1 Lomba Busana Muslim Tingkat Kecamatan Baleendah
Tahun 2009
Juara 2 Lomba Membaca Pemahaman tingkat Gugus IV
Juara 3 Lomba Membaca Tingkat Gugus IV
Juara Harapan II Lomba Berhitung Tingkat Gugus IV
Juara Harapan III Lomba Dikte Tingkat Gugus IV
Tahun 2010
Juara 3 Lomba Baca Cerita Tingkat Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Futsal Tingkat Kabupaten Bandung
Tahun 2012
Juara 3 Lomba Futsal Milad Fithrah Insani tingkat Bandung Raya
Juara 2 Lomba Smart IPS Tingkat Kecamatan Baleendah
Juara 1, 2, dan 3 Lomba Smart IPA Tingkat Kecamatan Baleendah
Juara 1 O2SN Karate Tingkat Kecamatan Baleendah dan Tingkat
Kabupaten Bandung
Juara 3 O2SN Karate Tingkat Provinsi Jawa Barat
Juara Umum Lomba Smart Competition Tingkat Bandung Raya.
3.8 Deskripsi dan Analisis Data
Untuk mengetahui hasil dari proses belajar mengajar perlu adanya suatu
evaluasi dari seorang guru. Yang dimaksud evaluasi di sini adalah suatu tindakan
untuk mengecek hafalan Al-Qur‟an pada siswa sehingga dapat diketahui tingkat
penguasaan dan kemampuan hafalannya setelah menyelesaikan kegiatan belajar
dalam waktu yang telah ditentukan. Tidak hanya hasil hafalannya yang penulis
deskripsikan, namun juga hasil perkembangan pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam-nya pun akan penulis paparkan. Dengan begitu akan diketahui
hubungan antara Tahfidzul Qur‟an dan kemampuan belajar pada bidang Pendidikan
Agama Islam.
Penilaian Tahfidzul Qur‟an dilaksanakan setiap akhir semester yang bersifat
ujian lisan . Untuk menentukan nilai Tahfidzul Qur‟an berupa hafalan takrir yang
dilakukan oleh guru tahfidz yang didasarkan pada seluruh kemampuan siswa dalam
menyetorkan hafalan yang meliputi dari segi tahfidz dan juga tartil.
Penilaian terhadap proses pembelajaran Tahfidzul Qur‟an dilakukan oleh
pembimbing, guru sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya
penilaian harus tidak terpisah dari materi dan metode pengajarannya. Dengan
demikian penilaian hasil belajar tersebut bertujuan melihat kemajuan belajar peserta
didik dalam hal penguasaan materi yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan, yaitu meliputi tes hafalan Al-Quran pada tingkat hafalan yang
telah ditentukan, sehingga dapat diperoleh gambaran hasil belajar yang obyektif.
Untuk mengetahui tentang hasil pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul
Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 didapatkan hasil bahwa mengenai penilaiannya
dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 menggunakan
standar nilai tersendiri, adapun penilaiannya untuk sehari-hari dan kenaikannya
ditentukan oleh guru yang membimbing.
Adapun standar nilai yang digunakan di SDIT Fithrah Insani 2 untuk
pelajaran Tahfidzul Qur‟an yaitu:
1. Nilai 75 dengan tingkatan sangat kurang, dengan ketentuan siswa tidak dapat
membaca Al-Qur‟an masih banyak mengalami kesalahan bacaan, tajwid, mad
serta makhrojul huruf kurang benar dan membacanya masih kurang lancar serta
masih sering dibantu guru.
2. Nilai 80 – 85 dengan tingkatan kurang, dengan ketentuan siswa dapat membaca
Al-Qur‟an tetapi masih banyak mengalami kesalahan bacaan, tajwid, mad serta
makhrojul huruf kurang benar dan membacanya masih kurang lancar serta
terkadang masih dengan bantuan dari guru.
3. Nilai 90 dengan tingkatan cukup, dengan ketentuan siswa dapat menghafal Al-
Qur‟an tetapi masih banyak mengalami kesalahan bacaan, tajwid, mad serta
makhrojul huruf kurang benar dan membacanya masih kurang lancar.
4. Nilai 95 dengan tingkatan sangat baik, dengan ketentuan siswa dapat menghafal
Al-Qur‟an dengan terang dan teratur, tidak terburu-buru, menghafalnya sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, mad dan makhrojul huruf.
Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan. Kehadiran prestasi
belajar sangat penting dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu
yang berada di bangku sekolah. Prestasi juga mencerminkan sejauh mana siswa
telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi.gambaran
prestasi siswa bisa dinyatakan dengan angka.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang menghasilkan sebuah prestasi
yang memuaskan memerlukan metode yang baik dan tepat yaitu metode yang ada
kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran. Yang dimaksud metode di sini adalah
cara-cara yang ditempuh dalam menyampaikan atau memberikan materi ayat-ayat
Al-Qur‟an berupa melafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an tersebut tanpa melihat mushaf
Al-Qur‟an.
Setiap kali pertemuan dengan guru dalam pelajaran Tahfidzul Qur‟an siswa
tidak selalu menyetorkan hafalannya artinya ketika siswa itu sudah mampu untuk
menyetorkan hafalannya maka siswa akan menyetorkan hafalannya. Jika siswa
belum mampu untuk menyetorkan hafalannya maka ditunda pada pertemuan
berikutnya dan hafalan yang disetorkan juga semampunya.
Untuk mengatasi ayat-ayat yang sudah dihafal agar tidak lupa lagi atau
melekatkan hafalan yang sudah disetorkan biasanya siswa mengulang-ulang
hafalannya di waktu-waktu kosong. Seperti ketika di SDIT ada jam kosong atau
waktu luang di kelas, di mushola, di rumah dan lain-lain.
Pelajaran Tahfidzul Qur‟an bagi para siswa SDIT Fithrah Insani 2
dimaksudkan bukan untuk menghafalkan Al-Qur‟an secara keseluruhan (30 juz),
karena memang di SDIT Fithrah Insani 2 orientasi mendasar adalah para siswa
mampu membaca Al-Qur‟an. Akan tetapi, meskipun demikian menghafal Al-
Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2ini merupakan langkah awal penanaman hafalan
sejak dini yang diarahkan pada kebutuhan dalam melaksanakan ibadah sholat dan
kebutuhan di lingkungan masyarakat.
Dengan demikian sesuai dengan kurikulum yang dipakai di SDIT Fithrah
Insani 2, maka hasil-hasil yang dicapai oleh para siswa yang dijadikan sampling
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.4
Hasil Tahfidz yang Dicapai Siswa-siswi Kelas 5 Salman
SDIT Fithrah Insani 2
Target Tahfizh : Al-Jinn Tahfizh
No Nama
1 Ahmad Fauzan Al-Rasyid Al-Mursalat
2 Ahmad Fauzi M'Noor Al-Mursalat
3 Ahmad Jahfal Taqiyuddin Nuh
4 Alwan Dzaki Huwaidi Al-Ma'arij
5 Arkan Firdaus Pathoni Al-Ma'arij
6 Ayasha Kuntum Amaranti Al-Buruj
7 Azmi Ajniha Qudsy Al-Qiyamah
8 Dhiyaul Husna Al-Qiyamah
9 Dimas Aulia Nugroho Al-Ma'arij
10 Fadzya Az Zhifa Riswandi Al-Qiyamah
11 Fatima Marjan Keshia Satriani Al-Insan
12 Fida Rahima Azzahra Al-Insan
13 Ismail Abdurrahim A-Lmursalat
14 Jaziear Fasya Agni Saffanah Al-Muddatsir
15 Marizka Shafira Nurul Aini Al-Muddatsir
16 Muhamad Ruhan Tazkyah Al-Mursalat
17 Muhammad Ariq Fauzi Al-Jinn
18 Muhammad Arsyi Chumaidy Murojaah
19 Muthia Raka Yasyfa Al-Muzammil
20 Nabila Nazwa Alawiah Murojaah
21 Novia Fitri Ramdayanti Al-Mursalat
22 Renita Putri Maharani Al-Mursalat
23 Ririn Shakila Az-Zahra Al-Jinn
24 Saffanah El-Nida Az-Zahra Al-Ma'arij
25 Salma Tsuraya Salsabila Murojaah
26 Shafa Lailatuzzahra Al-Insan
27 Syauqi Ash Shiddiq Al-Insan
28 Yusuf Abdullah Al-Mulk
29 Zaidan Rizqullah Dirgantara
Pratama Al-Muzamil
30 Yahya Ayyash Dermawan Al-Mulk
Mencapai Target 22 73,3%
Dibawah Target 8 26,7%
JUMLAH SISWA 30
Melihat tabel di atas banyak siswa yang sudah hafal surat sesuai yang di
targetkan. Di mana ada 22 anak yang mencapai target dan 8 anak yang belum
mencapai target, sementara yang di targetkan ialah surat Al-Jinn. Kedelapan anak
yang belum mencapai target tersebut yaitu Ahmad Jahfal Taqiyuddin, Alwan Dzaki
Huwaidi, Arkan Firdaus Pathoni, Ayasha Kuntum Amaranti, Dimas Aulia Nugroho,
Saffanah El-Nida Az-Zahra, Yusuf Abdullah, dan Yahya Ayyash Dermawan.
Sementara ke 22 anak yang lainnya, mereka berhasil mendapat nilai memuaskan
karena menghafal surat Al-Qur‟an sesuai yang telah ditentukan yaitu sudah
mencapai surat Al-Jinn bahkan ada yang melebihi.
Metode yang digunakan di SDIT Fithrah Insani ini sudah bisa dikatakan
cukup bagus, terlihat pada beberapa siswa yang sudah bisa menghafal surat-surat
yang wajib dihafalkan. Namun masih ada siswa yang sulit untuk menghafal karena
beberapa faktor diantaranya latar belakang keluarga yang tidak mendukung dan
kesadaran untuk belajar dengan sungguh-sungguh sangat kurang. Para siswa dalam
menghafalkan Al-Qur‟an menggunakan beberapa metode yang dilaksanakan di
SDIT Fithrah Insani 2 yaitu metode talaqqi, takrir, setor, dan metode tes hafalan.
Berdasarkan angket hasil penelitian, dari jumlah semua peserta didik kelas 5
Salman yang berjumlah 30 murid di dapati hasil jawaban yang berbeda-beda
mengenai pembelajaran Tahfidzul Qur‟an ini, yaitu:
1. 17 murid yang menjawab orang tua sebagai faktor pendorong mereka untuk
menghafal Al-Qur‟an sisanya atas kesadaran sendiri. Artinya orang tua lah
yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, karena masih
sedikitnya minat anak-anak untuk menghafal Al-Qur‟an.
2. 26 murid yang menjawab kadang-kadang untuk membaca bahkan
menghafal Al-Qur‟an dirumah sendiri. Artinya tingkat kerajinan peserta
didik masih kurang dan hanya mengandalkan sekolah tempat mereka belajar,
makanya sekolah-sekolah diharapkan menjadi sekolah unggulan yang
berkualitas tidak hanya pendidikan umum saja namun nilai-nilai keagamaan
sangat di utamakan.
3. Dari segi metode yang di ajarkan, 28 peserta didik yang menjawab efektif.
Artinya metode yang di ajarkan SDIT Fithrah Insani 2 sudah lumayan bagus.
Metode yang digunakan ialah lebih banyak menggunakan metode talaqqi
yaitu guru mencontohkan dan murid meniru bacaan yang disampaikan oleh
guru dan hasilnya disetorkan.
4. Dalam tingkat kesulitan, terdapat 28 peserta didik yang menjawab masih
kadang mengalami kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut yaitu terdapatnya
ayat-ayat yang sama kalimatnya hampir dari tiap surat khususnya juz-juz
terakhir seperti juz 30, 29 sebagai contohnya. Tidak hanya kalimat yang
sama, tapi juga disebabkan oleh pikiran yang kacau atau tidak konsentrasi
baik pengaruh lingkungan sekitar ataupun banyaknya pelajaran-pelajaran
lain yang mereka hadapi.
5. Dalam menghadapi ujian Tahfidz, agar mendapatkan nilai yang maksimal
sebagian besar peserta didik menjawab tilawah yang rajin merka tidak
hanya bertilawah tapi juga melakukan muroja‟ah (mengulang-ulang
hafalan)
Tabel 3.5
Nilai Perkembangan PAI
NO Nama Kognitif Psikomotorik Apektif
1 Ahmad Fauzan A 95 93 89
2 Ahmad Fauzi M'Noor 88 93 85
3 Ahmad Jahfal T 83 90 80
4 Alwan Dzaki H 87 93 85
5 Arkan Firdaus P 86 90 79
6 Ayasha Kuntum A 88 89 77
7 Azmi Ajniha Qudsy 94 94 83
8 Dhiyaul Husna 97 94 92
9 Dimas Aulia Nugroho 77 91 80
10 Fadzya Az Zhifa R 93 94 87
11 Fatima Marjan K S 87 92 86
12 Fida Rahima Azzahra 94 93 86
13 Ismail Abdurrahim 89 92 86
14 Jazier Fasya A S 79 93 86
15 Marizka Shafira N A 87 92 84
16 Muhamad Ruhan T 84 91 86
17 Muhammad Ariq F 87 93 89
18 Muhammad Arsy Ch 88 93 83
19 Muthia Raka Yasyfa 95 92 90
20 Nabila Nazwa A 96 94 88
21 Novia Fitri R 95 94 91
22 Renita Putri Maharani 89 92 89
23 Ririn Shakila A 81 90 85
24 Saffanah El-Nida A 94 92 85
25 Salma Tsuraya S 90 93 84
26 Shafa Lailatuzzahra 96 93 87
27 Syauqi Ash Shiddiq 86 90 80
28 Yusuf Abdullah 75 92 83
29 Zaidan Rizqullah D P 79 92 83
30 Yahya Ayyash D 87 92 83
Skor penilaian: min 70, max 100
Dilihat dari tabel diatas, baik dari kognitif, psikomotorik maupun apektif,
bahwa nilai Pendidikan Agama Islam para peserta didik ialah diatas rata-rata nilai
minimal yang berarti perkembangan kemampuan belajar mereka cukup baik.
Dengan dimunculkannya nilai aspek Pendidikan Agama Islam tersebut,
peneliti bisa mengetahui betapa pentingya pengaruh hafalan Al-Qur‟an terhadap
kemampuan belajar siswa, selain pemikirannya yang terasah karena sering
menghafal peserta didik juga akan memiliki nilai-nilai Islami yang akan selalu
melekat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
3.9 Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfidzul Qur’an
Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
proses belajar mengajar Tahfidzul Qur‟an, diantaranya menurut wawancara dengan
guru pengajar Tahfidzul Qur‟an sekaligus sebagai wali kelas III dan dari hasil
observasi yaitu :
1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Menghafal Al-Qur‟an
Faktor pendukung yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah faktor-
faktor yang keberadaannya turut membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran
baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Faktor Usia Santri
Ada pepatah mengatakan, bahwa “belajar di waktu kecil, ibarat mengukir di
atas batu, dan belajar di waktu dewasa ibarat mengukir di atas air”. Makna pepatah
ini adalah faktor usia mempunyai pengaruh dalam pembelajaran. Pada masa anak-
anak secara kajian psikologis mempunyai daya ingat yang sangat tinggi sehingga
sangat tepat menanamkan pendidikan Al-Qur‟an termasuk di dalamnya hafalan
pada anak-anak. Pembelajaran pada masa anak-anak lebih mengena karena belum
begitu banyak pengaruh dari lingkungan luar sehingga sangat efektif untuk
menanamkan sifat disiplin yang bersifat rutinitas.
Siswa-siswi di SDIT Fithrah Insani 2 khususnya kelas 3 rata-rata berumur 9
tahun namun ada juga yang berumur 8 tahun. Di usia mereka yang masih muda
tersebut lingkungan di sekitarnya yang bersinggungan langsung dengannya sangat
mempengaruhi dalam kehidupan mereka. SDIT Fithrah Insani 2 mencoba untuk
menghiasi anak-anak tersebut dengan pendidikan yang berakhlakul karimah sesuai
dengan tuntunan dalam ajaran Islam yang tertuang di dalam Hadits dan Al-Qur‟an.
Siswa-siswi diajarkan untuk menghafal surat-surat di dalam Al-Qur‟an. Ketika guru
menerangkan dan mencontohkan dalam membaca surat yang menjadi materi
Tahfidzul Qur‟an setiap pertemuan anak-anak sangat mudah untuk menirukannya.
b. Faktor Kecerdasan Santri Tingkat Tinggi
Pada intinya, aktivitas menghafal adalah dominasi kerja otak untuk mampu
menangkap dan menyimpan stimulus dengan kuat sehingga kecerdasan otak
mempunyai peran yang besar untuk mengantarkan cepat atau lambatnya seorang
siswa dalam menghafal Al-Qur‟an. Peserta didik yang mempunyai kecerdasan
rendah akan lamban dalam mengikuti proses hafalan. Mereka memerlukan waktu
yang lebih banyak untuk belajar dan ikut berperan serta secara aktif dalam setiap
kegiatan belajar. Dan peserta didik yang memiliki IQ yang tinggi akan mempunyai
tingkat perhatian yang baik, belajarnya cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dalam
waktu yang singkat, melibatkan diri secara aktif pada setiap kegiatan belajar tanpa
paksaan dari pihak luar. Perbedaan tingkat kecerdasan ini adalah salah satu faktor
yang paling berpengaruh dalam proses pembelajaran dan akan menentukan
kesuksesannya.
Selain itu faktor kecerdasan ini dapat dikontrol dengan penggunaan waktu
untuk menghafal. Siswa yang mempunyai tingkat kecerdasannya tinggi hanya
membutuhkan waktu sedikit, siswa-siswi tersebut yaitu yang telah mencapai target
hafalannya dan sebaliknya jika tingkat kecerdasannya kurang siswa akan
membutuhkan waktu yang lebih luang yaitu anak yang mendapat nilai rendah.
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa kondisi tingkat kecerdasan
siswa SDIT Fithrah Insani 2 berada pada tingkat cukup dan selanjutnya faktor
kecerdasan ini pula akan mempengaruhi tingkat hasil para siswa untuk menghafal
Al-Qur‟an.
c. Faktor tujuan dan minat
Tujuan adalah arah yang hendak dicapai oleh suatu proses dan untuk
mencapai tujuan tersebut segala usaha dan upaya akan ditempuh. Tujuan ini adalah
tujuan yang terdapat dalam kurikulum yang kemudian didukung oleh tujuan
personal siswa sebagaimana yang dinyatakan dalam hasil angket sebagai berikut:
Dari pertanyaan “Apa tujuan saudara menghafal Al-Qur‟an?” yang penulis berikan
di angket yang menjawab semata-mata beribadah kepada Allah Swt 7 anak.
Kemudian yang menjawab ingin menjadi penghafal Al-Qur‟an 23 anak. Dengan
demikian tujuan ini akan mendukung pada tujuan umum yaitu membentuk generasi
Qur‟ani yang mencintai Al-Qur‟an, komitmen dengan Al-Qur‟an dan menjadikan
Al-Qur‟an sebagi bacaan dan pandangan hidup sehari-hari, karena dengan adanya
tujuan semata-mata untuk beribadah kepada Allah akan menimbulkan kesungguhan
dan keikhlasan para siswa dalam menghafal.
Selain tujuan hal yang dapat mendukung proses penerapan metode
menghafal Al-Qur‟an adalah minat. Minat ini merupakan dorongan dari dalam diri
para siswa tentang bagaimana perasaan ketika menghafal Al-Qur‟an.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung suatu
pembelajaran termasuk di dalamnya menghafal Al-Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2
dapat dilihat dari lingkungan tempat belajar yang terdiri dari sarana dan prasarana,
guru-guru serta lingkungan keluarga.
Selain itu pula lingkungan yang diciptakan oleh para guru seperti suasana
yang menyenangkan, keakraban pergaulan dan sebagainya juga sangat berpengaruh
bagi pshikis para siswa. Bila guru mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan dan dapat menciptakan keakraban dengan para siswa, maka siswa
SDIT Fithrah Insani 2 akan lebih mudah diarahkan dan dapat menumbuhkan
keseriusan para siswa dalam belajar.
Ketika guru tahfidz melaksanakan pembelajaran di SDIT Fithrah Insani 2
ini, guru tidak hanya memberikan materi di kelas saja namun di luar kelas juga
seperti di halaman sekolah, di gubuk dekat kolam milik SDIT, di bawah pohon dan
di masjid juga. Dengan begitu siswa bisa belajar dengan senang dan bisa menarik
siswa untuk belajar dengan giat lagi.
Faktor lingkungan lain adalah lingkungan keluarga para siswa. Lingkungan
keluarga ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam mendukung tercapainya
pembelajaran di SDIT Fithrah Insani 2. Hal ini lebih dikarenakan bahwa
lingkungan keluarga mempunyai ruang waktu yang lebih banyak untuk belajar para
siswa. Perhatian keluarga terhadap anaknya akan mempengaruhi hasil yang dicapai
di SDIT Fithrah Insani 2. Dari petanyaan “Bagaimana keadaan lingkungan Saudara
untuk menghafal Al-Qur‟an?” yang penulis berikan di angket yang menjawab
sangat mendukung ada 3 anak, yang menjawab cukup mendukung ada 19 anak dan
sisanya 8 anak menjawab kurang mendukung. Artinya bahwa lingkungan keluarga
mereka cukup mendukung dalam menghafalkan Al-Qur‟an.
Bentuk dukungan ini dilakukan orang tua para siswa dalam bentuk
pemberian motivasi, arahan dan bimbingan, serta membantu siswa dalam
melancarkan hafalan. Selain itu pula kegiatan lain misalnya ketika masa liburan
para orang tua siswa tetap mengontrol hafalan anaknya, seperti meminta dibacakan
salah satu surat dan orang tua menyimaknya.
2. Faktor Penghambat
Berdasarkan hasil penelitian, selain faktor pendukung di atas, ada beberapa
hal yang menjadi hambatan tercapainya pelaksanaan metode menghafal Al-Qur‟an
di SDIT Fithrah Insani 2 yaitu terletak pada pshikis para siswa yang memang secara
pshikologis anak usia SD (5-12) merupakan masa perkembangan yang sulit
diarahkan. Diantaranya yaitu:
a. Tingginya Kemalasan Siswa
Ketika siswa-siswi sedang tidak sehat, capek dan jenuh serta kemungkinan
sedang ada permasalahan di rumah maupun di sekolah dengan temannya para siswa
terlihat malas untuk belajar menghafal Al- Qur‟an. Terbukti ketika guru meminta
para siswa membaca ayat yang dihafalkan ada yang protes dan mengeluh kecapean
serta mengucapkan males Pak.
b. Siswa lebih Senang Bermain-main
Ada beberapa siswa yang sering membawa mainan dan bermain dengan
teman sebangkunya atau teman yang lain. Walaupun sudah diperingatkan berulang
kali tetapi ada juga yang membawa mainan seperti kapal-kapalan. Hal itu sangat
menghambat dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an karena siswa tidak
memperhatikan guru secara sepenuhnya.
c. Faktor Kecerdasan Siswa Tingkat Rendah
Perbedaan kecerdasan pada setiap siswa dapat mempengaruhi proses
hafalan Al-Qur‟an. Artinya bagi siswa yang mempunyai tingkat kecerdasannya
kurang atau rendah akan membutuhkan waktu yang lebih luang dan sering
tertinggal dengan teman-teman yang lain yang mempunyai tingkat kecerdasan
tinggi.
d. Keterbatasan Metode yang dikuasai oleh Guru Tahfidzul Qur‟an
Dalam pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an guru
menerapkan metode yang ada namun terkadang monoton sehingga membuat anak
agak jenuh dan malas untuk mengikuti pelajaran tersebut.
e. Pengelolaan waktu yang kurang maksimal
Waktu yang disediakan untuk mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an sangat
sedikit yang dilaksanakan hanya beberapa kali pertemuan dalam seminggu. Namun
dalam menggunakan waktu tersebut Pak Wahid sebagai guru tahfidz kurang begitu
memaksimalkannya. Hal tersebut terbukti ketika pelaksanaan pelajaran tahfidz
hanya digunakan untuk menghafal beberapa ayat saja dan sering main-main dengan
siswa-siswi. Dengan adanya kendala-kendala atau hambatan yang mempengaruhi
pengajaran tahfidzul Qur‟an, maka kegiatan pengajaran tidak dapat berjalan dengan
lancar dan upaya pencapaian tujuan mengalami kesulitan.
Adapun upaya-upaya yang ditempuh diantaranya adalah perlu adanya
bimbingan secara rutin di luar jam pelajaran Tahfidzul Qur‟an, berupa mengulang-
ngulang dalam bacaan shalat kerena faktor psikis yaitu daya mengingat dan
menghafal yang kurang maupun yang masih perlu bimbingan dalam membaca Al-
Qur‟an, dan juga perlu adanya motivasi dari guru untuk menggiatkan siswanya
dalam belajar Tahfidzul Qur‟an. Seharusnya ada kerjasama antara SDIT Fithrah
Insani 2 maupun orang tua siswa dalam mendukung program Tahfidzul Qur‟an ini,
sebab pendidikan adalah keterkaitan antara beberapa aspek. Kalau antara beberapa
aspek tersebut kurang mendukung maka hasilnya kurang maksimal.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yang digunakan di SDIT Fithrah Insani
2 ini sudah baik dan efektif. Dan dikatakan baik dilihat dari proses yang
dilaksanakan oleh guru pengampu mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an yang selalu
berusaha membimbing dan mengajarkan kepada para siswasiswi dengan metode
yang menjadi ciri khas SDIT saat ini yaitu dengan metode talaqqi, takrir, setor,
dan metode tes hafalan.
2. Sistem Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an sangat berpengaruh pada tingkat
kemampuan belajar siswa dilihat dari hasil penelitian yaitu banyaknya siswa
yang telah mencapai targetannya, serta sebagaimana menurut Dr. Abdullah
Subaih, profesor psikologi di Universitas Imam Muhammad bin Su'ud al-
Islamiyah di Riyadh, menyerukan kepada para pelajar agar mengikuti halaqoh-
halaqoh menghafal Al-Qur‟an. Ia juga menegaskan bahwa hafalan Al-Qur‟an
tersebut dapat membantu untuk konsentrasi dan merupakan syarat mendapatkan
ilmu. Ia juga menambahkan bahwa semua ilmu pengetahuan, baik itu ilmu
kedokteran, matematika, ilmu syari'ah, ilmu alam dan lain sebagainya,
membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam meraihnya. Dan bagi orang yang
terbiasa menghafalkan Al-Qur‟an, ia akan terlatih dengan konsentrasi yang
tinggi. Menurutnya, sel-sel otak itu seperti halnya dengan anggota tubuh yang
lainnya, yakni harus difungsikan terus. Orang yang terbiasa menghafal, maka
sel-sel otak dan badannya aktif, dan menjadi lebih kuat dari orang yang
mengabaikannya. Dr. Subaih juga menjelaskan bahwa orang yang terbiasa
menghafal Al-Qur‟an, maka ia akan belajar keseriusan dalam hidup, serta belajar
mengatur hidupnya. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan dalam
merencanakan tujuan hidup, serta meraihnya.
3. Dilihat dari hubungan Tahfidzul Qur‟an dengan Pendidikan agama Islam maka
sesuai tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri yaitu; menyiapkan anak
supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan
amalan akhirat, sehingga tercapai kebahagiaan bersama dunia dan akhirat
(Mahmud Yunus). M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan pendidikan agama
Islam adalah terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana
iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya
dalam masyarakat. Sedangkan secara garis besarnya tujuan pendidikan agama
Islam.
Menurut Zakiyah Darajat ialah untuk membina manusia menjadi hamba
Allah yang shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan
perasaan. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran Tahfidzul Qur‟an
yang diterapkan di SDIT Fithrah Insani 2 juga sebagai upaya untuk menuju
proses tersebut yaitu menjadikan anak-anak didik kita menjadi generasi yang
sholeh, cerdas, dan berakhlak mulia.
4. Prestasi yang dicapai oleh tiap siswa berbeda, dari 30 siswa 22 anak memenuhi
target dan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum bahkan sebagian anak
melebihi terget, dan 8 anak belum memenuhi target dan tujuan yang ditetapkan
dalam kurikulum karena belum mencapai hafalan surat yang telah ditentukan
yaitu surat Al-Jinn. Mengingat bahwa menghafal Al-Qur‟an di SDIT Fithrah
Insani 2 bukan dimaksudkan untuk menghafal Al-Qur‟an secara keseluruhan (30
Juz), melainkan sebagai dasar hafalan Al-Qur‟an yang dibutuhkan secara
langsung untuk bacaan sholat dan do‟a. Sehingga hafalan dilakukan terhadap
surat-surat pendek (Juz 30 atau Juz‟ama) dan ayat-ayat pilihan.
5. Faktor yang menjadi pendukung pelaksanaan metode Tahfidzul Qur‟an adalah
sebagai berikut:
a. Faktor usia santri
Semakin dini anak belajar, akan semakin mudah menangkap materi hafalan
b. Faktor kecerdasan tingkat tinggi
Kecerdasan santri mendukung terhadap kemampuan menghafal Al-Qur‟an
c. Faktor tujuan dan minat
Tujuan yang ditetapkan didukung dengan minat para santri, sehingga
pelaksanaan metode lebih mudah dilakukan
d. Faktor lingkungan
Proses belajar para siswa SDIT Fithrah Insani 2 didukung oleh sarana yang
baik, peran guru mampu menciptakan lingkungan yang menyenangkan serta
peran aktif orang tua melalui arahan dan bimbingan di rumah untuk menghafal
Al-Qur‟an.
6. Sedangkan faktor yang menghambat metode pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di
SDIT Fithrah Insani 2 ialah terletak dalam diri siswa secara psikis yaitu malas-
malasan, inginnya selalu bermain dan adanya tingkat kecerdasan yang kurang
dari beberapa siswa. Namun faktor yang menghambat juga disebabkan oleh guru
itu sendiri dan metode yang digunakan kurang variatif dan menarik serta
pengaturan waktu yang belum maksimal.
B. Saran-saran
Pada bagian akhir skripsi ini izinkan peneliti memberikan sedikit saran atau
usulan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu metode pembelajaran
Tahfizdul Qur‟an di SDIT Fithrah Insani 2 ini:
1. Hendaknya siswa-siswi selalu istiqomah dalam menghafal dan menjaga Al-
Qur‟an agar tercapai tujuan yang diinginkan.
2. Hendaknya kepala sekolah bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas para siswa-
siswi Tahfidzul Qur‟an dengan cara memberikan pembekalan atau pelatihan
dalam mengajarkan materi Tahfidzul Qur‟an kepada setiap guru terutama yang
mengampu mata pelajaran Tahfidzul Qur‟an.
3. Hendaknya guru Tahfidzul Qur‟an belajar dari kesalahan dan kekurangan yang
telah lalu dalam mengajarkan materi hafalan Al-Qur‟an dan memperbaiki
dengan baik agar yang akan datang menjadi lebih baik di mana ada anak yang
belum tuntas dalam menghafal yang mendapat nilai rendah.
4. Perlunya mengembangkan metode dalam pembelajaran Tahfidzul Qur‟an yaitu
dengan menerapkan metode yang belum ada yang mudah dan bervariasi untuk
Tahfidzul Qur‟an agar anak didik tidak jenuh dan cepat dalam menghafal.
5. Menjadi masukan bagi sekolah-sekolah lain yang belum menerapkan sistem
Pembelajaran Tahfidz Al-Quran agar menjadi pelajaran tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal, Seluk Beluk Al-Qur‟an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual: ESQ (Emotional Spiritual Quetiont), Jakarta: Arga, 2005.
Al-Mulham, Abdullah, Dr, Menjadi Hafizh Al-Qur‟an dengan Otak Kanan:
Panduan Sistematis, dan Aplikatif, Jakarta: Pustaka Ikadi, 2013
A.R, Abdul Aziz, Pedoman Dauroh Al-Qur‟an, Jakarta: Markaz Al-Qur‟an, 2011.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet ke-12
Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Anwar, Syaifudin, Metode Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2005.
Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Fikri, 1967.
Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci
Al-Qur‟an, 1982.
DEPDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Hadi, Amirul dan Haryanto, Metodologi Penelitian Pendidikan untu IAIN dan
PTAIN Semua Jurusan Komponen MKK, Bandung: Pustaka Setia, 1998.
H,Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah
dan Keluarga Sebagai Pola Pengembanagn Metodologi, Jakarta: Bulan
Bintang,1976.
Khodijah, Ai, Skripsi Program Pembelajaran Tahfidz Al-Qur‟an: Studi Deskriptif
pada SMA IT Asy-Syifa Boarding School Tambakmekar Jalan Gagak
Subang, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2012.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Suryo Widagda, Ahmad Rony, Skripsi Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Dian Firmansyah
NIM : 10.AI.2.0178
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 11 Maret 1982
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat asal : Kp. Langonsari RT 02 RW 03 Ds. Langonsari,
Kec. Pameungpeuk, Kab. Bandung
Status Marital : Menikah
Nama Istri : Nina Rakhmawati, A. Ma
Nama Anak : Nashifah Khoirish Shohibatur Rohmah
Nama Ayah : Didin Suhendra
Nama Ibu : Ihat Sholihat
Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri Bojong Malaka Baleendah
2. SLTP YPW (Yayasan Pendidikan Wiraswasta) Baleendah
3. Paket C (Kesetaraan) PKBM Karya Mandiri Dayeuh Kolot 2010
4. Masuk STAI Yamisa Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah tahun 2010
Soreang, 06 Juli 2014
Penulis
Dian Firmansyah
NIM. 10.AI.2.0178