11
FILSAFAT ILMU | 1 I. PENDAHULUAN Ilmu merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Allah SWT menempatkan ilmu sebagai suatu hal yang tak boleh ditinggal, perintah pertama dalam Al- Qur’an yang mengajak manusia untuk belajar ilmu mulai dari membaca. Ilmu adalah motor penggerak pemikiran dan aktifitas manusia. Tinggi rendahnya martabat manusia ditentukan oleh amal ibadahnya kepada Sang Kholiq, dan beramal itu tak lepas dari penguasaan dan penggunaan ilmu secara bemar. Karena itu, ilmu memiliki perhatian penting dalam tradisi Islam. Misalnya, dapat dilihat, Nabi Muhammad SAW dan generasi gemilang setelahnya, dalam setiap episode historisnya selalu memberi titik berat kepada pengembangan tradisi keilmuan. Sebabnya, epistemologi yang menjadi kerangka ilmu adalah sentra aktifitas manusia. Kegiatan ilmu adalah aktifitas sangat tinggi nilainya di sisi Allah SWT. Melalui ilmulah manusia dapat mengenal Allah dan memahami cara beribadah kepada-Nya dengan benar. Tradisi keilmuan ini perlu dibiasakan, mengingat tantangan terbesar muslim kontemporer adalah rusaknya ilmu. Dalam penerapannya, seiring dengan berkembangnya ilmu terdapat banyak teori tentang ilmu. Munculnya teori sekularisme yang membedakan antara agama dan ilmu tidak bisa digabungkan. Padahal Agama dan ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. saling adanya keterkaitan satu dengan yang lainnya, keduanya saling mendukung berjalan bersama. Oleh karena itu, perlu adanya integrasi ilmu pengetahuan dan ilmu agama guna membuka peluang untuk berkembangnya ilmu pengetahuan yang tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Pada dasarnya Ilmu dalam pandangan Islam semua memiliki manfaat atau nilai pragmatis bagi kehidupan manusia. Integrasi atau Islamisasi ilmu bisa dilakukan dengan beberapa metode yang akan dibahas lebih lanjut nanti.

Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam perspektif Filsafat.

Citation preview

Page 1: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 1

I. PENDAHULUAN

Ilmu merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Allah SWT

menempatkan ilmu sebagai suatu hal yang tak boleh ditinggal, perintah pertama

dalam Al-Qur’an yang mengajak manusia untuk belajar ilmu mulai dari membaca.

Ilmu adalah motor penggerak pemikiran dan aktifitas manusia. Tinggi rendahnya

martabat manusia ditentukan oleh amal ibadahnya kepada Sang Kholiq, dan beramal

itu tak lepas dari penguasaan dan penggunaan ilmu secara bemar. Karena itu, ilmu

memiliki perhatian penting dalam tradisi Islam. Misalnya, dapat dilihat, Nabi

Muhammad SAW dan generasi gemilang setelahnya, dalam setiap episode

historisnya selalu memberi titik berat kepada pengembangan tradisi keilmuan.

Sebabnya, epistemologi – yang menjadi kerangka ilmu – adalah sentra aktifitas

manusia.

Kegiatan ilmu adalah aktifitas sangat tinggi nilainya di sisi Allah SWT.

Melalui ilmulah manusia dapat mengenal Allah dan memahami cara beribadah

kepada-Nya dengan benar. Tradisi keilmuan ini perlu dibiasakan, mengingat

tantangan terbesar muslim kontemporer adalah rusaknya ilmu.

Dalam penerapannya, seiring dengan berkembangnya ilmu terdapat banyak

teori tentang ilmu. Munculnya teori sekularisme yang membedakan antara agama

dan ilmu tidak bisa digabungkan. Padahal Agama dan ilmu merupakan satu

kesatuan yang tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. saling adanya keterkaitan satu

dengan yang lainnya, keduanya saling mendukung berjalan bersama.

Oleh karena itu, perlu adanya integrasi ilmu pengetahuan dan ilmu agama

guna membuka peluang untuk berkembangnya ilmu pengetahuan yang tidak

terlepas dari nilai-nilai agama. Pada dasarnya Ilmu dalam pandangan Islam semua

memiliki manfaat atau nilai pragmatis bagi kehidupan manusia. Integrasi atau

Islamisasi ilmu bisa dilakukan dengan beberapa metode yang akan dibahas lebih

lanjut nanti.

Page 2: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 2

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apakah ilmu pengetahuan dapat diintegrasikan dalam Islam?

B. Apakah Islam memberi ruang bagi ilmu pengetahuan?

C. Apakah Islamisasi ilmu dapat diwujudkan?

III. PEMBAHASAN

A. Integrasi Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata “Science” yang artinya “to know”

(Muhammad Adib, 2011:35). Namun bila dirujuk ke makna asal kata ilmu berasal

dari bahasa Arab (‘Alima Ya’lamu ‘Ilman) bermakna tahu, pengetahuan.1

A.Thomson dalam Sidi Gazalba menggambarkan “Ilmu adalah pelukisan

fakta-fakta pengalaman secara lengkap dan konsisten dalam istilah-istilah yang

sesederhana mungkin, . pelukisan secara lengkap dan konsisten itu melalui tahap

pembentukan definisi, melakukan analisa, melakukan pengklasifikasian dan

melakukan pengujian”.2

Pengetahuan secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi

pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).3

Integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum biasa disebut dengan

Islamisasi. Menurut Echols dan Hasan Sadily, kata Islamisasi berasal dari bahasa

inggris Islamization yang berarti pengislaman. Dalam kamus Webster, Islamisasi

bermakna to bring within Islam. Makna yang lebih luas adalah menunjuk pada

proses pengislaman di mana objeknya adalah orang atau manusia bukan ilmu

pengetahuan maupun objek lainnya.

Dalam konteks Islamisasi ilmu pengetahuan, yang harus mengkaitkan dirinya

pada prinsip tauhid adalah pencari ilmunya bukan ilmu itu sendiri. Begitu pula yang

harus mengakui bahwa manusia berada dalam suasana dominasi ketentuan Tuhan

1 Prof. Dr. H. Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),

hlm. 85 2 Drs. Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 54-55 3 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarata: Raja Grafindo Tinggi, 2012), hlm.85

Page 3: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 3

secara metafisik dan aksiologis adalah manusia selaku pencari ilmu , bukan ilmu

pengetahuan.4

Teori pengetahuan menurut Islam tidak hanya menonjolkan sudut yang

khusus dari mana kaum Muslim memandang ilmu, akan tetapi juga menekankan

keharusan yang mendesak untuk mencari ilmu. Seperti diketahui, perintah Allah

yang pertama kepada Nabi melalui wahyu pertama yang diterimanya adalah

“bacalah dengan (menyebut) nama Allah”, dari sudut pandang Islam, membaca itu

bukan hanya pintu menuju ilmu, akan tetapi juga cara untuk mengetahui dan

menyadari Allah. Al-Qur’an mewajibkan kaum Muslimin menundukkan kekuatan-

kekuatan alam untuk kebaikan umat manusia, dan itu tidak akan mungkin tanpa

kemahiran dalam ilmu-ilmu murni dan terapan.

Oleh sebab itu, ilmu mempunyai dua tujuan, yakni tujuan Ilahi dan tujuan

duniawi. Ilmu berfungsi sebagai pertanda Allah, sebab orang yang mempelajari

alam dan proses-prosesnya dengan seksama dan mendalam akan menjumpai banyak

kasus yang menunjuk kepada tangan yang tidak tampak, yang membina dan

mengawasi semua kejadian di dunia. Tangan itu adalah tangan yang MahaKuasa

dan MahaTahu. Tujuan duniawi ilmu adalah untuk memungkinkan seseorang hidup

dengan berhasil dan efektif dengan jalan memahami alam, baik yang fisis maupun

psikis dan jalan memanfaatkan ilmu itu untuk kemashlahatan para individu dan

masyarakat-masyarakat mereka.5

Filsafat = integrasi pengetahuan. Dipandang dari segi inilah Duran Drake

mengatakan: “Filsafat adalah integrasi pengetahuan, sintesa dari ilmu-ilmu”.

Dalam diferensi dan spesialisasi ilmu yang makin banyak dan makin

menjurus, terasalah makin pentingnya peranan filsafat sebagai pelengkap ilmu. Ahli

mesin menceritakan kepada kita makna tiap bagian mesin, tapi apa makna seluruh

mesin itu? Filsafat sosialisme di Jerman (1925) menjawab: “Unser Heiland ist the

Machine”; juru selamat kita adalah mesin. Apa pula jawaban Marx terhadap

4 Prof. Dr. Abudin Nata, M.A, Prof. Dr. Suwito, M.A, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, M.A,

Prof. Dr. Armai Arief, M.A, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), hlm. 141 5 C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, hlm. 16

Page 4: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 4

pertanyaan itu? Produksi, katanya, ditentukan oleh alat-alat (mesin). Alat-alat itu

adalah materi. Yang dihasilkannya pun materi. Perkembangan masyarakat

ditentukan oleh materi. Maka makna yang diberikan Marx kepada mesin, bahwa

mesin menentukan perkembangan masyarakat.6

Islamisasi ilmu pengetahuan, menurut Faruqi menghendaki adanya hubungan

timbal balik antara realitas dan aspek kewahyuan. Dalam konteks ini, untuk

memahami nilai-nilai kewahyuan, umat Islam harus memanfaatkan ilmu

pengetahuan. Tanpa memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memahami

wahyu, umat islam akan terus tertinggal oleh umat lainnya. Karena realitasnya, saat

ini ilmu pengetahuan yang amat berperan dalam menentukan tingkat kemajuan umat

manusia.

Sejak abad kemunduran Islam (abad ke-12 M), karena para penguasa Muslim

kurang memberikan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan hingga akhir abad ke-

16, di mana mulai terpurus hubungan antara dunia Islam dengan aliran utama dalam

sains dan teknologi, umat Islam sangat tertinggal jauh disbanding masyarakat Barat

dalam ilmu pengetahuan.

Selain masalah ketertinggalan dalam penguasaan ilmu pengetahuan, hal

terbesar yang dihadapi umat Islam dewasa ini adalah berkaitan paradigm berpikir.

Umat Islam masih berpikir secara absurd. Misalnya, dalam memahami al-Qur’an,

masih mencari sisi mistik dari surt-surat tertentu seperti: Al-Ikhlas, An-Nas, Ayat

Kursi, Yasin dan sebagainya. Bukan justru mengembangakan wacana-wacana

keimanan, kemanusiaan, dan pengetahuan. Ini jelas menunjukkan sebuah pola

berpikir partikularistik dan ritualostik (Hidayat, 2000: 10). Memang tidak salah cara

berpikir demikian. Namun bila hal itu terlalu dikedepankan, Al-Qur’an sebagaimana

diyakini Fazlur Rahman sebagai sumber ilmu pengetahuan hanya akan menjadi

6 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 48

Page 5: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 5

saksi sejarah kemunduran Islam. Padahal Al-Qur’an syarat dengan nilai-nilai

keimanan, kemanusiaan, peradaban, dan ilmu pengetahuan.7

B. Ilmu Pengetahuan Perspektif Islam

Mengenai permulaan ilmu-ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam, David

Pingree menulis, “banyak pertanyaan yang tidak masuk akal telah dikemukakan

mengenai awal ilmu pengetahuan dalam Islam oleh para ahli sejarah, yang tidak

punya waktu atau ambisi untuk membaca sumber-sumber asli tpi sudah puas dengan

meneruskan tradisi historigrafik yang telah dimulai di spanyol dalam abad ke-12”

bahkan al-Nadim , yang telah mengklasifisikan pengetahuan Arab, memasukkan

ilmu pengetahuan ke dalam kategori Ulum a-awail (ilmu-ilmu bangsa purba), dan

dengan demikian mengaburkan asal-usul ilmu pengetahuan Islam dan member

kesan seolah-olah ilmu pengetahuan Islam itu lahirsetelah bangsa Arab dapat

membaca karya para pemikir dari zaman purba. Ini jelas tidak benar dan

bertentangan dengan fakta-faktanya. Seperti telah dikatakan di atas, umat Islam

pertama-tama diilhami oleh sekian banyaknya ayat dalam al-Qur’an yang

mempersilahkan orang-orang yang beriman untuk mengamati islam dan

merenungkannya.8

Jauh sebelumnya, dalam sejarah kependidikan Islam telah terpola

pengembangan keilmuan yang bercorak integralistik-ensiklopedik. Disatu sisi, yang

dipelopori oleh para ilmuwan Muslim seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun

berhadapan dengan pola pengembangan keilmuan agama yang spesifik-parsialistik

di sisi lain, yang dikembangan oleh para ahli hadits dan ahli fiqih. Keterpisahan

secara diametral antara keduanya dan sebab-sebab lain yang bersifat politis-

ekonomis, berakibat pada rendahnya mutu pendidikan dan kemunduran dunia Islam

pada umumnya. Dalam ketiga revolusi peradaban manusia, yaitu revolusi hijau,

7 Prof. Dr. Abudin Nata, M.A, Prof. Dr. Suwito, M.A, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, M.A,

Prof. Dr. Armai Arief, M.A, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), hlm. 142 8 C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, hlm. 26

Page 6: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 6

revolusi industri dan revolusi informasi tidak satupun ilmuwan Muslim yang

tercatat namanya dalam lembaran tinta emas pengembangan ilmu pengetahuan.9

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. kepada manusia untuk menjadi

petunjuk dan menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil sesuai dengan firman-

Nya QS. Al-Baqarah ayat 185.

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di

dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan

yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah

baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran

bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Alquran juga menuntun manusia untuk menjalani segala aspek kehidupan,

termasuk di dalamnya menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Alquran

menempatkan ilmu dan ilmuan dalam kedudukan yang tinggi sejajar dengan orang-

orang yang beriman QS. Al-Mujaadilah ayat 11.

9 M. Amin Abdullah dkk, Menyatukan Kembali Ilmu-Ilmu Agama dan Umum, (Yogyakarta:

Sunan Kalijaga Press, 2003), hlm. 5

Page 7: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 7

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Banyak nash-nash Al-Qur’an dan juga hadits-hadits Nabi yang menganjurkan

manusia untuk menuntut ilmu, bahkan wahyu yang pertama kali turun yaitu QS. Al-

Alaq ayat 1-5, adalah ayat yang berkenaan dengan ilmu, yaitu perintah untuk

membaca. Iqro’ sebagai wahyu yang pertama ini menunjukkan betapa pentingnya

menuntut ilmu dimulai dari membaca. Karena dengan membaca manusia akan

menegetahui hal yang baik lagi buruk.

Senada dengan petikan hadits Nabi yang artinya “menuntut ilmu wajib

hukumnya bagi semua muslim dan juga tuntutlah ilmu walaupun sampai ke Negeri

Cina ”. Jadi tidak diragukan lagi, Ilmu memiliki tempat yang mulia dalam Islam.

Kenapa demikian? Karena ilmu pengetahuan merupakan bagian dari ajaran Islam,

kalau ditelisik lebih lanjut semua yang diajarkan dalam ilmu umum terdapat dalam

kitab suci Allah SWT yang berupa Al-Qur’an. Segala hal yang ada di dunia ini bisa

diraih dengan ilmu begitu pula untuk mendapat kebahagiaan akhirat juga

menggunakan ilmu.

Ajaran Islam bersifat universal, Islam tidak membedakan antara warna kulit,

ras dan bangsa, kedudukan sosial dan sifat-sifat lain yang melekat pada manusia.

Islam merupakan rahmat bagi alam semesta. Bukan sekedar mengajarkan aqidah

atau keyakinan melainkan peradaban yang mencakup setiap segi-segi kehidupan

Page 8: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 8

moral, material, pemikiran dan perasaan. Ajaran Islam memuat semua sistem ilmu

pengetahuan, maka mustahil untuk mempertentangkan Ilmu pengetahuan dengan

Islam.10 Proses memahami Islam sebagai objek pendidikan merupakan salah satu

bentuk sudut pandang Islam sebagai suatu sistem “ilmu pengetahuan”.

C. Implementasi Islamisasi Ilmu

Dalam upaya mengintegrasikan ilmu pengetahuan, ada beberapa model

Islamisasi pengetahuan yang bias dikembangkan dalam menatap era globalisasi,

antara lain: model purifikasi, model modernisasi Islam, dan model neo-modernisme.

1. Model Purifikasi

Purifikasi bermakna pembersihan atau penyucian. Dalam arti, Islamisasi

pengetahuan berusaha menyelenggarakab pengudusan ilmu pengetahuan agar sesuai

dengan nilai dan norma Islam. Model ini berasumsi bahwa dilihat dari dimensi

normatif-teologis, doktrin Islam pada dasarnya mengajarkan kepada pemeluknya

untuk memasuki Islam secara kaffah atau menyeluruh (comprehensive) sebagai

lawan dari berislam yang parsial. Sebagaimana dalam salah satu firman Allah SWT.

yang diyakini mampu mencakup dan mewadahi berbagai dimensi kehidupan

Muslim QS. Al-Baqarah ayat 208.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya

syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Dengan melihat berbagai pendekatan yang digunakan Al-Faruqi dan Al-Attas

dalam gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan, seperti: 1). Penguasaan khasanah ilmu

pengetahuan Muslim; 2). Penguasaan khasanah ilmu masa kin; 3). Identifikasi

10 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

Cet. I, hlm. 12

Page 9: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 9

kekurangan-kekuarangan ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengakedn ideal

Islam; dan 4). Rekontruksi ilmu-ilmu sehingga menjadi paduan yang selaras dan

dengan warisan yang idealitas Islam, maka gagasan Islamisasi keduanya dapat

dikategorikan dalam model purifikasi (Muhaimin, 2002 234).

2. Model Modernisasi

Modernisasi berarti proses perubahan menurut fitrah atau sunnatullah.

Sunnatullah mengejawantahkan dirinya dalam hukum alam. Sehingga untuk

menjadi modern, umat Islam harus memahami lebih dahulu hukum yang berlaku

dalam alam, yang pada gilirannya akan melahirkan ilmu pengetahuan melalui

proses secara bertahap, menggunakan pemahaman yang bersifat ilmiah dan rasional.

Islamisasi ilmu pengetahuan model ini menawarkan beberapa hal meliputi:

membangun semangat umat Islam untuk selalu modern, maju, progresif dan terus

melakukan perbaikan bagi diri supaya masyarakatnya dapat terhindar dari

keterbelakangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi.

3. Model Neo-Modernisme

Model Neo-Modernisme ini berusaha memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai

mendasar yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan

mempertimbangan khasanah intelektual Muslim klasik serta mencermati kesulitan-

kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh dunia Iptek. Model

Islamisasi pengetahuan ini muncul pada abad ke-19 dan 20 M. adapun jargon yang

sering dikumandangkan adalah “Al-Muhafadzah bi al-Qadim al-shalih wa al-

akhdzu bi al-jadid al-ashlah” (memelihara kebaikan masa lalu dan mengambil

kebaikan yang baru).

Menurut Saiful Muzani (1993) landasan metodologis Islamisasi model ini

adalah: Pertama, persoalan-persoalan kontemporer umat Islam harus dicari

penjelasannya dari tradisi dan hasil ijtihad para ulama yang merupakan hasil

interpretasi terhadap Al-Qur’an. Kedua, bilamana dalam tradisi tidak ditemukan

jawaban yang sesuai dengan kondisi kontemporer, harus menelaah konteks sosio-

historis dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan ijtihad para ulama tersebut.

Ketiga, melalui telaah historis akan terungkap pesan moral Al-Qur’an yang

Page 10: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 10

sebenarnya, yang merupakan etika sosial Al-Qur’an. Keempat, setelah itu baru

menelaahnya dalam konteks umat Islam dewasa ini dengan bantuan hasil-hasil studi

yang cermatdari ilmu pengetahuan atas persoalan yang bersifat uvaluatif dan

legitimatif sehingga memberikan pendasaran dan arahan moral terhadap persoalan

yang ditanggulangi.

Islamisasi dilakukan dalam upaya membangun kembali semangat umat Islam

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kebebasan penalaran intelektual

dan kajian-kajian rasional-empirik dan filosofis dengan tetap merujuk pada

kandungan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, sehingga umat Islam akan bangkit dan

maju menyusul ketertinggalannya dari umat lainnya.11

IV. KESIMPULAN

Integrasi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum biasa disebut dengan

Islamisasi. Menurut Echols dan Hasan Sadily, kata Islamisasi berasal dari bahasa

inggris Islamization yang berarti pengislaman. Ilmu pengetahuan dapat

diintegrasikan dalam Islam, dengan memandang semua ilmu itu asalnya dari Allah

SWT. Ilmu dan Islam saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Melalui ilmu

pengetahuan yang diintegrasikan dengan Islam, maka manusia akan memiliki

pemahaman ilmu dan agama secara konprehensif.

Ilmu pengetahuan mendapat tempat yang tinggi dalam pandangan Islam. Hal

tersebut selaras dengan firman Allah yang pertama kali turun QS. Al-Alaq ayat 1-5

yang di dalamnya memerintahkan manusia untuk membaca. Diperkuat lagi dengan

kandungan hadits Nabi menjelaskan jika hendak meraih kebahagian dunia dan

akhirat maka tuntunlah ilmu.

Integrasi ilmu pengetahuan atau Islamisasi ilmu bisa diterapkan dengan

beberapa model yang sudah dipaparkan sebelumnya, yaitu:

a. Model Purifikasi

b. Model Modernisasi

11 Prof. Dr. Abudin Nata, M.A, Prof. Dr. Suwito, M.A, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, M.A,

Prof. Dr. Armai Arief, M.A, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), hlm. 143-146

Page 11: Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam Perspektif Filsafat

FILSAFAT ILMU | 11

c. Model Neo-Modernisme

V. PENUTUP

Demikan makalah ini ditulis oleh penulis guna memenuhi tugas akhir

semester. Semoga makalah yang ditulis ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis

khususnya. Terima kasih.