8
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Asam dan Basa Disusun Oleh: Kelompok 3 Nama : Komarudin M. Zaelani : Dede Heri : Septian Bagas Sulistio : Urip Galih Prayoga Kelas : XI IPA 2 (Sebelas IPA Dua) 14 Januari 2014 SMA Negeri 1 Jonggol Jalan Sukasirna No.36 Jonggol-Bogor (16830)

Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Asam dan Basa

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Nama : Komarudin M. Zaelani : Dede Heri : Septian Bagas Sulistio : Urip Galih Prayoga

Kelas : XI IPA 2 (Sebelas IPA Dua)

14 Januari 2014

SMA Negeri 1 Jonggol

Jalan Sukasirna No.36 Jonggol-Bogor (16830)

Page 2: Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

1

1. Standar Kopetensi

Memahami Sifat-sifat Asam Basa, Metode Pengukuran dan Terapannya.

2. Tujuan

Membandingkan Kekuatan Asam Basa

Menghitung pH larutan Asam Basa

3. Dasar Teori

Svante August Arrhenius (1859-1927)

Pada tahun 1884 Svante Arrhenius menyatakan bahwa garam seperti NaCl,memisahkan diri ketika larut dalam air dan menghasilkan partikel yang

dinamakan ion Tiga tahun kemudian Arrhenius menyatakan bahwa asam adalah molekul netral yang mengionisasi ketika larut dalam air dan

memberikan ion H+ dan ion negatif. Menurut teorinya, hidrogen klorida adalah asam karena dapat mengionisasi ketika larut dalam air dan

memberikan ion hidrogen (H+) dan klorida (Cl-).

Asam Arrhenius mencakup senyawa seperti HCl, HCN dan H2SO4. Arrhenius juga berpendapat bahwa basa adalah senyawa yang mengionisasi

dalam air untuk memberikan ion OH- dan ion positif. NaOH adalah basa menurut Arrhenius karena dapat memisahkan diri dalam air untuk

memberikan ion hidroksida (OH-) dan natrium (Na+).

Teori ini menjelaskan kenapa asam memiliki sifat yang serupa. Sifat yang khas dari asam dihasilkan dari keberadaan ion H+. Ini juga menjelaskan

kenapa asam menetralkan basa dan sebaliknya. Asam memberikan ion H+, basa memberikan ion OH-, sehingga ion tersebut membentuk air.

Johannes Nicolaus Brønsted dan Thomas Lowry

Johannes Bronsted dan Thomas Lowry pada tahun 1923, menggunakan asumsi sederhana yaitu: Asam memberikan ion H+ pada ion atau

molekul lainnya, yang bertindak sebagai basa. Contoh, disosiasi air, melibatkan pemindahan ion H+ dari molekul air yang satu dengan molekul

Page 3: Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

2

air yang lainnya untuk membentuk ion H3O+ dan OH. Reaksi antara HCl dan air menjadi dasar untuk memahami definisi asam dan basa menurut

Brønsted-Lowry. Menurut teori ini, ketika sebuah ion H+ ditransfer dari HCl ke molekul air, HCl tidak berdisosiasi dalam air membentuk ion H+

dan Cl-. Tetapi, ion H+ ditransfer dari HCl ke molekul air untuk membentuk ion H3O+. Sebagai sebuah proton, ion H+ memiliki ukuran yang

lebih kecil dari atom yang terkecil, sehingga tertarik ke arah yang memiliki muatan negatif yang ada

dalam larutan. Maka, H+ yang terbentuk dalam larutan encer, terikat pada molekul air. Model Brønsted, yang menyebutkan bahwa ion H+

ditransfer dari satu ion atau

molekul ke yang lainnya, ini lebih masuk akal daripada teori Arrhenius yang menganggap bahwa ion H+ ada dalam larutan encer. Dari pandangan

model Brønsted, reaksi antara asam dan basa selalu melibatkan pemindahan ion H+ dari donor proton ke akseptor proton. Asam bisa merupakan

molekul yang netral.

Senyawa yang mengandung hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 dapat menjadi asam. Yang termasuk asam Brønsted adalah HCl,

H2S, H2CO3, H2PtF6,NH4+, HSO4-, and HMnO4 Basa Brønsted dapat diidentifikasi dari struktur Lewis. Berdasarkan model Brønsted, sebuah basa

adalah ion atau molekul yang dapat menerima proton. Untuk memahami pengertian ini, lihat pada bagaimana suatu basa seperti ion OH menerima

proton.

Untuk membentuk ikatan kovalen dengan ion H+ yang tidak memiliki electron valensi, harus tersedia dua elektron untuk membentuk

sebuah ikatan. Maka, hanya senyawa yang memiliki pasangan elektron bebas, yang dapat bertindak sebagai akseptor ion H+ atau basa Brønsted.

Model Brønsted menambah jenis zat yang dapat bertindak sebagai basa, baik yang berbentuk ion ataupun molekul, selama senyawa tersebut

memiliki satu atau lebih pasangan elektron valensi tak berikatan dapat menjadi basa Brønsted.

Teori Brønsted menjelaskan peranan air pada reaksi asam-basa. Air terdisosiasi membentuk ion dengan mentransfer ion H+ dari salah

satu molekulnya yang bertindak sebagai asam ke molekul air lain yang bertindak sebagai basa. Model Brønsted bahkan dapat diperluas untuk

reaksi yang tidak terjadi dalam larutan. Contoh yang paling klasik adalah reaksi antara gas hidrogen klorida dengan uap amoniak membentuk

amonium klorida.Reaksi ini mencakup transfer ion H+ dari HCl ke NH3 dan kemudian reaksi asam basa terjadi melalui fasa gas. Namun teori

asam basa Brønsted-Lowry ini tidak dapat menjelaskan, bagaimana suatu reaksi asam basa dapat terjadi tanpa adanya transfer proton dari asam ke

basa.

Lewis

Pada umumnya definisi asam-basa mengikuti apa yang dinyatakan oleh Arrhenius atau Bronsted-Lowry, tapi dengan adanya struktur yang diajukan

Lewis muncul definisi asam dan basa baru. Asam Lewis didefinisikan sebagai spesi yang menerima pasangan elektron. Basa Lewis didefinisikan

Page 4: Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

3

sebagai spesi yang memberikan pasangan elektron. Sehingga H+ adalah asam Lewis, karena ia menerima pasangan elektron, sedangkan -OH dan

NH3 adalah basa Lewis, karena keduanya adalah penyumbang pasangan elektron. Yang menarik dalam definisi asam Lewis adalah, terdapat

senyawa yang tidak memiliki hidrogen dapat bertindak sebagai asam. Contoh, molekul BF3. Jika kita menentukan struktur Lewis dari BF3, tampak

B kurang dari oktet dan dapat menerima pasangan elektron., sehingga dapat bertindak sebagai asam Lewis. Akibatnya dapat bereaksi dengan

amoniak, Dalam kenyataan molekul yang tidak mencapai oktet sering merupakan asam Lewis yang kuat karena molekul tersebut dapat mencapai

konfigurasi oktet dengan menerima pasangan elektron tak berikatan. Senyawa yang termasuk dalam perioda yang lebih bawah dari perioda dua

dapat bertindak sebagai asam Lewis sangat baik, dengan memperbanyak susunan valensi terluar mereka. Akibatnya, SnCl4 bertindak sebagai asam

Lewis berdasarkan reaksi.

4. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Gelas Ukur atau Botol Plastik (150cc)

2. Pipet atau Sedotan

3. Gunting

4. Kertas Lakmus Biru

5. Kertas Lakmus Merah

6. Indikator pH Universal

7. Solatip

8. Kertas dan Pena

B. Bahan

1. Asam Cuka 6. Kapur Barus 11. Sabun Sulfur

2. Air Hujan 7. Sabun Lantai 12. Pasta Gigi

3. Garam Dapur 8. Sabun Mandi 13. Obat Maag

4. Gula Pasir 9. Facewash 14. Tawas

5. Kapur Sirih 10. Shampo 15. Sabun Cuci Piring

Page 5: Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

4

5. Cara Kerja

1. Potong Lakmus merah dan biru serta Indikator pH (potong memanjang) Universal menjadi beberapa potongngan kecil.

2. Beri label masing-masing gelas ukur dengan nama larutan yang akan di ukur tingkat pH-nya dengan menggunakan solatip sebagai

prekatnya.

3. Sediakan 1 potongan lakmus merah, 1 potongan lakmus biru dan 1 potongan indicator pH Universal pada setiap larutan.

4. Masukan bahan larutan kedalam gelas ukur sesuai label maing-masing larutan, kemudian setelah semua masuk gelas ukur, tambahkan air

100cc dan aduk hingga semua tercampur merata.

5. Setelah semua larutan tercampur merata, berikan 1 buah sedotan atau pipet pada tiap gelas ukur, untuk mencegah kontaminasi dari larutan

satu ke larutan lainnya.

6. Kemudian, teteskan larutan pada kertas lakmus merah dan biru.

7. Celupkan Indikator pH Universal pada larutan, lalu angkat kira-kira 30 detik.

8. Lalu amati apa yang terjadi, buatlah data pengamatan sementara.

9. Untuk ketepatan hasil yang akurat Indikator pH Universal menyediakan tingkat keasaman dan kebasaan suatu zat.

10. Buatlah Kesimpulan dari hasil percobaan.

Page 6: Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

5

6. Tabel Pengamatan

NO Larutan Perubahan Warna Lakmus

Sifat Larutan Lakmus Merah Lakmus Biru

1 Air Hujan Merah Merah Asam

2 Asam Cuka Merah Merah Asam

3 Facewash Biru Biru Basa

4 Garam Dapur (NaCl) Merah Biru Netral

5 Gula (C6H12O6) Merah Biru Netral

6 Kapur Barus Merah Biru Netral

7 Kapur Sirih Biru Biru Basa

8 Obat Maag Biru Biru Basa

9 Pasta Gigi Biru Biru Basa

10 Sabun Cuci Piring Biru Biru Basa

11 Sabun Lantai Biru Biru Basa

12 Sabun Mandi Biru Biru Basa

13 Sabun Sulfur Biru Biru Basa

14 Shampo Merah Merah Asam

15 Tawas Merah Merah Asam

Page 7: Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

6

7. Analisa Data

Setalah melakukan percobaan, kami mendapatkan sebuah data bahwa Kertas Lakmus adalah media yang termudah untuk mengetahui apakah suatu

zat atau larutan bersifat Asam atau Basa dan mungkin bukan Keduanya, Namun kekuatan asam atau basa tidak dapat ditunjukkan oleh lakmus.

Maka digunakan beberapa indikator lain yang memiliki perubahan warna berbeda jika pH atau kekuatan asamnya berbeda, misalnya methyl orange

(metil jingga) yang akan berwarna kuning jika pH lebih besar dari 4,4 sehingga dapat mendeteksi asam lemah dan asam kuat dan fenolftalein yang

berwarna merah jika ada basa kuat.

Penggunaan beberapa buah indikator untuk mengetahui pH satu jenis larutan dinilai kurang efektif, karena banyaknya zat, memerlukan biaya

cukup mahal untuk diidentifikasi keasamannya. Untuk itu dibuatlah indikator universal, yang secara praktis menunjukkan warna tertentu untuk

nilai pH tertentu. Indikator ini pun dapat dibuat dalam bentuk lembaran kertas yang efisien.

8. Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan, kami dapat menyimpulkan bahwa :

Larutan Asam memerahkan Kertas Lakmus Biru

Larutan Basa Membirukan Kertas Lakmus Merah

Larutan Netral tidak mengubah warna Kertas Lakmus

Indikator pH Universal mampu menentukan tingkat keasaman suatu larutan

Dengan demikian, untuk menetralkan suatu zat yang terlalu asam bisa ditambahkan subtansi yang bersifat basa sedangkan untuk menetralkan

suatu zat yang bersifat terlalu basa bisa menambahkan subtansi yang bersifat asam. Seperti pada meningkatnya asam lambung, si penderita

meminum obat maag yang bersifat basa untuk menurunkan asam lambung pada keadaan normal.

Page 8: Laporan Praktikum Kimia (Asam-Basa)

7

DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, Nenden. 2009. Kimia 2 SMA dan MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional