Komunitas dan kondisi_foss_di_indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1. Kondisi FOSS di Indonesia 2011Hak Cipta [email protected] ini dilisensikan sebagai FDL (Free Documentation License) dari GNUatau CC BY-SA dari Creative Commons LicenseBebas dibaca, diedit, dan disebarluaskan

2. Garis Besar Review: Open Source - Free Software - FOSS Model dan Contoh Bisnis FOSS Industri dan Komunitas FOSS di Indonesia Status Implementasi dan Tantangannya Summary: Trend Pengguna - Hambatan - Saran 3. Sedikit Perbedaan OSI dan FSFOSIlebihmemfokuskanpadanilainilaiteknis dalampembuatanperangkatlunakyang berdayagunadandapatdihandalkan. SedangkanFSFlebihkepadakebebasan penggunaan,pengubahan,danpenyebarannya.PendekatanOSIinilebihmudahdifahami pelakubisnisdaripadaFSF.OSItidakterlalu fokuspadaisumoralsepertiyangditegaskan FSF,danOSIfokuspadamanfaatpraktis metodapengembanganOSSyangterdistribusi. 4. Persamaan OSI dan FSFMeskipunfilosofidasarkeduagerakaniniberbeda,FSFdanOSIberbagiareayangsamadanbekerjasamadalamhalhalpraktis,sepertipengembanganperangkatlunak,usahamelawanperangkatlunakproprietary,antipatenperangkatlunak,dsb.RichardStallmanmengatakanbahwagerakanFreeSoftwaredangerakanOpenSourcemerupakanduapartaipolitikdalamkomunitasyangsama(satuvisi,sedikitbedamisi). 5. Yang Bukan FOSS adalah ... PCSS: Proprietary / Closed Source Software. Tersedia source code tapi pemilik lisensi-nyamelarang orang lain mengubah, ataumenyebarluaskan, atau menggunakan untuk hal-hal tertentu seperti bisnis, instalasi nuklir, dsb. Shareware dan Freeware: software gratis yangtidak menyediakan source code, ataumenyediakan source tapi tidak boleh diubah. Turunan FOSS (dikembangkan dari FOSS) yangtelah diubah jadi tidak FOSS. 6. Kapan FOSS Mulai Ada? Software pada awalnya semua Open Source. Akhir 1970-an terjadi desakan pebisnis softwareagar software ditutup dan hanya menjadi milikpengembang (UU Hak Cipta Software, 1980). Awal 1983 muncul gerakan untuk kembali ke awalbahwa software harusnya Open Source (RichardStallman dkk. dengan GNU dan FSF). 1991: Lahir Linux yang membuat FOSS popular. Akhir 1990-an muncul gerakan Open Sourcesebagai alternatif gerakan Free Software, karenaFree sering disalahartikan sebagai gratis. 7. Model Bisnis Berbasis FOSS Biaya pengembangan FOSS seperti Linuxdan OpenOffice ditanggung oleh banyakperusahaan, pemerintah, NGO, & personal. Dukungan resmi (development, support,training) dapat diberikan oleh banyak pihak(tidak hanya pemilik lisensi atau vendor). Bisnis FOSS tidak tumbuh dari penjualanizin (lisensi), tapi dari jasa pengembangan,support, training, konsultan, packaging,sistem embedded, asesoris (buku, majalah,CD/DVD), dan implementasi/integrasi. 8. Contoh Bisnis di atas FOSS1. Jasa berbasis kompetensi FOSS tanpa punya produk. Contoh: Linuxcare, dll. (Umumnya perusahaan ICT di Indonesia).2. Jasa berbasis produk dan branding: Pengembang distro, support, training, sertifikasi, dll. Contoh: RedHat, SUSE, Mandriva, Ubuntu, dll.3. Witget Frosting: Jual hardware dg FOSS. Contoh: Dell, HP, IBM, Nokia, Android, dll.4. Accessorizing: buku, CD, boneka, dll. Contoh: OReilly, InfoLINUX, GudangLinux, dll. 9. Contoh Bisnis Kombinasi1. Loss Leader: Melepas versi FOSS untuk mendapatkan pemasukan dari produk proprietary yang sejenis. Contoh: Mozilla2. Memberikan software, menjual merek. Contoh: OpenOffice.org (Oracle), Android (Google), dll.3. Dual Licensing. Contoh: MySQL, PJSIP, OpenOffice-StarOffice, dll.4. Dual Mission. Contoh: Sendmail, Alfresco, dll.5. Proprietary di atas FOSS: Oracle (Linux dan Enterprise Applications), dll. 10. Industri dan Komunitas FOSS Pengembang: perusahaan, pemerintah,organisasi non perusahaan/pemerintah, lembagapendidikan, dan perorangan), misal Jatis, LIPI,BPPT, YPLI, Linuxindo, Intercitra, VoipRakyat, dll. Pengguna: perusahaan, pemerintah, ngo/lsm,lembaga pendidikan, dan perorangan), misalTelkom, Samudera Indonesia, Garuda, dll. Pendukung: pembuat hardware (misal IBM, Intel,AMD, Samsung, Nokia, dll.), pengembangproprietary untuk sistem FOSS (misal Oracle),penyedia dukungan teknis, pelatihan, buku, dll. 11. Bentuk Komunitas FOSS (1)Komunitasberbasiswilayah:KPLI(Kelompok PenggunaLinuxIndonesia),yangadadihampir semuaprovinsidankotabesardenganstruktur datar,KSL(KomunitasStudiLinuxdisekolahdan kampus),Komunitasdiinstitusi,dll.Komunitasberbasisdistro:Ubuntu(ubuntu id.org),openSUSE(opensuse.or.id),Fedora (fedora.or.id),BlankOn(blankonlinux.or.id), Mandriva,Slackware,IgosNusantara,dll. 12. Bentuk Komunitas FOSS (2)Komunitasberbasisaplikasi:OpenOffice (http://groups.yahoo.com/group/oooindo/), Java,PHP,Inkscape,Gimp,Blender (www.blenderindonesia.org),dll.Komunitasberbasisusaha/institusi:AOSI (AsosiasiOpenSourceIndonesia)dan AWALI(AsosiasiWarnetLinuxdanOpen SourceIndonesia).Komunitasberbasispendidikan:ICTCenter, SMK,Jardiknas,KlubGuru,dll. 13. AOSI & AWALIAOSItelahmenghimpunsekitar40institusi, mulaidarivendorbesar(IBM,Sun),operator telematika(Telkom,Indosat),perusahaan regionaldanlokal(Jatis,Mugen,Linuxindo, dll.),lembagapendidikan(POSSUI,NF,dll.) hinggaorganisasinonprofit(YPLI,ODC,dll.) AdapebisnisFOSSbelumbergabungAOSI.AWALImenghimpunratusanwarnetdan internetcafeyangmenggunakansistem operasiLinuxdanFOSSlainnya.Belum termasukanggotaAWARInonAWALI. 14. Survey 1: Mengapa Bergabung dalam Komunitas FOSS? Untuk belajar atau meningkatkan kompetensi dibidang ICT, misal sebagai programmer, tester,maitainer, document writer, dll. termasuk belajarberkolaborasi. Untuk mendapatkan penghasilan (pekerjaannyamembuat software, memberi support, mengajar,termasuk software open source yangdikembangkan perusahaan atau pemesan). Untuk membantu dan mendapatkan bantuanorang lain agar software yang digunakannyacepat berkembang dan matang. 15. Survey 2: Alasan Memilih FOSS Kebutuhan untuk menggunakan software legal(awam: berlisensi) sehingga aman dan tenang. Menghemat biaya TI, terutama biaya lisensi,sehingga laba meningkat atau kerugian kecil. Standar terbuka, interoperabilitas, dan security. Fleksibilitas untuk memilih vendor TI. Memenuhi kebutuhan lokal (misalnya kapasitashardware yang sangat minimum). 16. Survey 3: TantanganImplementasi FOSS Tim TI ragu-ragu untuk berubah dan belajar lagi. Penolakan dari pengguna, terutama yang lebihtua umurnya atau yang tidak suka perubahan. Pengguna sudah terlanjur biasa menggunakanproduk lain sehingga OSS terasa asing dan sulit,dalam pengertian karena berbeda/berubah. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung,misalnya ada software pemerintah yang harusdijalankan dengan sistem operasi proprietary. 17. Trend Penggunaan FOSS Semakin banyak perusahaan migrasi ke FOSSkarena 5 alasan (hasil survey 2), PLUSteknologinya dapat dikuasai secara internal, lebihaman terhadap virus, dan sesuai Open Standard. Pemerintah telah menyatakan migrasi ke softwarelegal dengan prioritas FOSS mulai 2009 hinggapaling lambat 31 Desember 2011. Prosesor makin murah, internet makin merata,bekerja dapat menggunakan perangkat mobiledan cloud, biaya lisensi jadi sensitif, konsepFOSS jadi pilihan. Hasilnya: Android di atas 52%. 18. Hambatan Sosialisasi FOSS Masih ada ketergantungan terhadap softwareproprietary dengan berbagai alasan, misal adasoftware/hardware yang tidak dapat dijalankandengan sistem operasi FOSS (RKAKL, Pajak,Bea-Cukai, dll.) Kurang promosi pendukung FOSS karena kurangkoordinasi antar pihak, termasuk pemerintah.Sebaliknya, banyak promosi negatif terhadapFOSS, seperti FOSS tidak disupport, dll. Salah faham terhadap FOSS: menganggapFOSS pasti gratis dan tidak pro bisnis. 19. Saran-saran Memperbanyak pengenalan FOSS dengan caramenginstal Linux di semua komputer yangditemui di pemerintah, bisnis, dan pendidikan. Pastikan tidak ada software proprietary kecualisangat terpaksa, misal karena menunggusoftware FOSS pengganti selesai dibuat ataumenunggu hardware ditukar-tambah/diganti. Mengeluarkan peraturan yang mewajibkan FOSSkarena FOSS bersifat netral terhadap vendor danFOSS menghemat devisa negara (uang tidak keluar negeri) meskipun tetap ada pengeluaran. 20. Info Lebih LanjutWeb: aosi.or.id linux.or.id nurulfikri.comblankonlinux.or.idruslinux.blogspot.comfacebook.com/rusmanto.maryantoEmail: [email protected] [email protected] [email protected]