View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu bentuk perusahaan yang banyak ada di Indonesia adalah
perusahaan milik keluarga. Berdasarkan data dari perusahaan audit asal Amerika
Serikat, Price Waterhouse Cooper (PWC) di tahun 2014 lebih dari 95%
perusahaan di Indonesia merupakan milik keluarga. Banyaknya usaha keluarga
yang diteruskan oleh generasi yang lebih muda tidak serta merta membuat
perusahaan-perusahaan tersebut mampu bertahan dan berkembang. Terdapat
banyak usaha milik keluarga yang harus ditutup karena kegagalan pengelolaan
usaha oleh generasi penerus. Banyak bisnis milik keluarga di Indonesia tidak
bertahan lama karena faktor generasi penerus yang tidak bisa mempertahankan
bisnis yang telah dibangun oleh pendahulunya (Susanto, 2007). Generasi penerus
merupakan faktor utama penyebab kegagalan kelanjutan bisnis keluarga. Jika
generasi penerus tidak mampu melaksanakan sistem usaha yang telah mapan atau
gagal menerapkan sistem baru dalam usaha mereka, maka usaha tersebut akan
menurun kinerjanya, bahkan berujung pada kebangkrutan.
Hasil penelitian yang dilakukan David dan Lenny (2007) menunjukkan
bahwa 3% bisnis keluarga di Indonesia yang berdiri antara tahun 1932-1943
masih bertahan sampai sekarang dan yang didirikan antara tahun 1944-1955
masih bertahan 2%. Perusahaan keluarga yang berdiri setelah perekonomian
Indonesia semakin stabil antara tahun 1968-2003 yaitu antara 10-37%.Fakta ini
menunjukkan bahwa perusahaan keluarga memiliki kesulitan tersendiri dalam
mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Kegagalan juga banyak dialami
perusahaan pecahan dari sebuah perusahaan yang didirikan oleh orang tua, lalu
dikelola oleh generasi berikutnya. Kegagalan dan kebangkrutan perusahaan
warisan ditengarai disebabkan oleh karena kesalahan dalam pengelolaan
perusahaan oleh suksesor usaha.
2
Keberhasilan sebuah usaha keluarga tidak dapat dilepaskan dari proses
pewarisan kepemimpinan perusahaan atau suksesi bisnis. Menurut White, et al
(2004) suksesi dalam perusahaan keluargamerupakan proses pembentukan dan
perencanaan penerus pada perusahaan keluarga yang dibuat sesuai
dengankebutuhan dari pemilik, keluarga dan perusahaan. Proses suksesi dalam
suatu perusahaan tidaklah mudah.Banyak perusahaan yang mengalami kegagalan
karena proses suksesi yang tidak berjalan dengan baik. Pemilihan suksesor yang
tepat akan membuat perusahaan terus bertahan dan eksis walaupun pendiri
sudahtidak ikut campur dalam bisnis yang ia bangun selama bertahun-tahun
(Leach, 2007). Berbicara mengenaisuksesi, berarti perusahaan sudah mulai
bergerak untuk mengalihkan perusahaannya kepada generasi kedua,ketiga dan
demikian juga seterusnya. Namun, banyak sekali perusahaan yang sulit bertahan
hingga generasi ke-3(Widyasmoro, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa suksesi
bisnis memiliki risiko kegagalan yang cukup tinggi, sehingga harus direncanakan
dan dilakukan dengan cermat, teliti dan terarah.perencanaan suksesi bisnis yang
matang akan mempermudah proses adaptasi suksesor dalam mengenali
lingkungan bisnis perusahaan yang akan dijalankannya di masa yang akan datang.
Suksesi bisnis pada suatu perusahaan telah banyak dijadikan sebagai objek
penelitian. Penelitian yang telah dilakukan banyak mengungkap bagaimana proses
suksesi bisnis pada suatu perusahaan terjadi. Kebanyakan penelitian tentang
suksesi bisnis, mengungkap proses suksesi dari pendiri perusahaan kepada
generasi penerus atau suksesor. Penelitian yang telah dilakukan berbeda-beda
objeknya, sehingga hasilnya pun juga berbeda-beda. Sobirin dan Basri (2013)
melakukan penelitian tentang suksesi pada perusahaan keluarga industri batik di
Pekalongan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa anak-anak generasi penerus
tidak disiapkan sebagai calon pengganti. Untuk menjadi pengganti mereka
cenderung belajar dari lingkungan yang sudah terbentuk karena secara tidak
langsung diberi kesempatan yang sama untuk terlibat di dalam manajemen
perusahaan, diberikan porsi tanggungjawab masing-masing, sementara pendiri
masih memegang peranan yang besar terutama dalam hal pengambilan keputusan.
3
Remiasa (2014) melakukan penelitian tentang proses suksesi pada
perusahaan keluarga pada PT Puterasean. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
PT Puterasean telah melakukan proses suksesi dengan memilih calon suksesor
dengan tepat sesuai dengan apa yang telah dinyatakan Susanto (2007), yang
menyatakan bahwa seorang calon suksesor harus memiliki karakter atau sifat:
acceptable, charismatic, Energetic, managing, achieving, dan networking serta
melakukan proses pengembangan dan pembelajaran untuk mempersiapkan calon
suksesor untuk bisa memimpin perusahaan dimasa datang. Pendiri perusahaan
memberikan pembelajaran melalui pendidikan formal, program pelatihan berupa
seminar, transfer pengetahuan, dan pengalaman bekerja di luar perusahaan.
Pendiri perusahaan juga melibatkan calon suksesor dalam pengambilan keputusan
dalam segala aspek bisnis dan memperkenalkan calon suksesor kepada rekanan
pendiri perusahaan. Calon suksesor dapat mengikuti proses yang dijalaninya
dengan baik dan terbukti dengan peningkatan omset perusahaan sebesar 27,78%
pada masa setelah suksesi dilakukan. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa
proses suksesi berjalan dengan sangat baik.
Penelitian tentang suksesi bisnis perusahaan keluarga juga dilakukan
Pratama & Indriyani (2016), tetapi dengan anak tunggal sebagai suksesor. Hal ini
berarti pendiri perusahaan tidak memiliki pilihan untuk menentukan suksesor dari
usaha keluarganya. Pendiri perusahaan harus mewariskan perusahaannya kepada
anak tunggalnya, sehingga pendiri perusahaan tidak memiliki pilihan untuk
memilih suksesor terbaik. Bagaimapun kualitas suksesornya, pendiri perusahaan
harus memilihnya sebagai penerus perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa perencanaan suksesi pada perusahaan keluarga Idea Funiture & Desain
Interior telah dilakukan sejak dini oleh Bapak Tjondro selaku pendiri, pemilik
perusahaan dan juga orang tua dari Bapak Eduardo. Calon suksesor telah
dipersiapkan untuk mengembangkan kompetensi dan juga pengetahuannya dalam
bidang funitur. Calon suksesor diharapkan juga memiliki tanggung jawab dan
komitmen yang tinggi dalam perencanaan suksesi sampai menjadi generasi
penerus yang siap menggantikan untuk memimpin pengoperasionalaan
perusahaan keluarga Idea Furniture & Desain Interior.
4
Penelitian-penelitian terdahulu lebih berorientasi pada internal business
proses, belum memperhitungkan kemampuan untuk menjelajah pasar.
Sebenarnya, kemampuan menjelajah pasar merupakan hal yang penting dalam
suksesi sebuah perusahaan. Hal ini disebabkan karena kemampuan menjelajah
pasar merupakan kemampuan dasar pengelola perusahaan agar produk yang
dihasilkan oleh perusahaannya dapat sampai ke pasar yang dituju. Penelitian-
penelitian sebelumnya belum terlalu jauh membahas tentang keterkaitan suksesi
bisnis dengan kemampuan menjelajah pasar. Sedangkan dalam penelitian ini,
perusahaan batik PT Unggul Jaya melakukan suksesi dengan mengembangkan
kemampuan generasi penerus untuk menjelajah pasar, namun tidak mengabaikan
kepemimpinan internal business proces. Penelitian ini akan menghasilkan
pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk memperlengkapi penelitian
terdahulu dengan menambahkan dimensi karakter sellingdalam proses suksesi
bisnis untuk meningkatkan kemampuan penjelajahan pasar. Karakter selling
merupakan karakter dasar yang mendasari kemampuan menjelajah pasar yang
tercermin dari strategi-strategi yang berhubungan dengan kebijakan produk,
harga, promosi dan distribusi.
Suksesi bisnis menjadi satu topik yang menarik untuk digunakan dalam
suatu penelitian. Selain karena hasilnya yang sangat bervariasi, latar belakang
objek yang berbeda-beda juga menjadi satu tantangan dalam mengungkap proses
suksesi bisnis yang terjadi pada suatu perusahaan keluarga. Salah satu industri
yang besar di Indonesia adalah industri batik. Industri batik di Indonesia besar dan
berkembang di beberapa kota, salah satunya adalah Kota Pekalongan. Dalam
menjalankan usahanya, banyak perusahaan batik Pekalongan yang merupakan
perusahaan keluarga.Bahkan, beberapa perusahaan yang sampai saat ini berdiri
merupakan perusahaan warisan yang didirikan oleh generasi sebelumnya dan telah
diwariskan pada keturunannya.Salah satu perusahaan batik yang ada di
Pekalongan adalah PT Unggul Jaya. Perusahaan ini telah lama berdiri di Kota
Pekalongan. PT Unggul Jaya bergerak dalam produksi dan penjualan batik.
Produk perusahaan ini antara lain baik cap dalam bentuk kain lembaran dan
berbagai macam pakaian jadi dengan bahan dan corak batik.
5
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan melalui
wawancara tidak terstruktur dengan penerus perusahaan yang merupakan anak
pertama dari pendiri perusahaan, perusahaan ini didirikan pada tahun 1989 dan
masih beroperasi hingga saat ini.PT Unggul Jaya didirikan oleh Bapak Gawat
Swalim dalam bentuk perusahaan pribadi yang fokus pada produksi batik dalam
bentuk kain saja. Pemasaran batik produksi Unggul Jaya pada awalnya dilakukan
oleh pendiri perusahaan dengan menjual kepada para tengkulak dan pengecer kain
batik di wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Pada tahun 1995 perusahaan ini
mendirikantoko yang letaknya berdekatan dengan pabrik pembuatan batik yang
digunakan sebagai galeri dan tempat penjualan hasil produksnya. Unggul Jaya
menjadi perusahaan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) mulai tahun 2005.
Saham dari perusahaan ini dimiliki oleh 5 orang yang masih dalam satu keluarga,
antara lain Bapak Gawat Swalim, istri, dan ketiga anaknya. Untuk
mengembangkan usahanya, pendiri perusahaan berinisiatif mendirikan dua toko
lagi untuk memasarkan batik Unggul Jaya untuk segmen yang sama dengan toko
pertama. Setelah pendiri perusahaan meninggal dunia, pabrik PT Unggul Jaya
dikelola oleh anak pertama namun masih menjadi milik bersama.Toko yang
didirikan pertama kali beserta pabrik diserahkan pada anak sulung, dua toko yang
didirikan kemudian diserahkan pada dua anak lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan, dengan kemampuan menjual
yang diwariskan orang tuanya, ketiga anaknya mengembangkan toko dengan
fokus pada segmen pasar yang berbeda sehingga tidak bersaing langsung satu
sama lain. Toko yang dikelola anak pertama dan ketiga menggunakan nama Toko
Batik Unggul Jaya. Sementara itu, toko yang dikelola oleh anak kedua
menggunakan nama Toko Batik Mart. Ketiga toko tersebut berada di wilayah
Kota Pekalongan. Toko yang dikelola oleh anak pertama terletak di wilayah
Degayu, Pekalongan Utara, sementara itu toko yang dikelola anak kedua berada di
wilayah Medono, Pekalongan Barat dan toko yang dikelola anak ketiga berada di
wilayah Klego, Pekalongan Timur.
6
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka layak untuk diteliti
bagaimana pengembangan karakter selling dalam proses suksesi bisnis di
perusahaan batik PT Unggul Jaya Pekalongan. Pada penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan proses suksesi bisnis dan juga proses pengembangan karakter selling
pada multi suksesor menjadi alasan untuk melakukan penelitian ini. Obyek
penelitian dipilih yang dapat memenuhi kedua tujuan tersebut. Prusahaan batik PT
Unggul Jaya Pekalongan dipilih sebagai obyek penelitian karena memenuhi kedua
tujuan tersebut.
Masalah dan Persoalan Penelitian
Penelitian ini akan menjelaskan pengembangan karakter selling dalam
proses suksesi diterapkan pada kebijakan dan strategi masing-masing toko dalam
menjual hasil produksi pabrik Batik Unggul Jaya. Sedangkan persoalan yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan karakter selling
dalam proses suksesi diterapkan pada kebijakan dan strategi masing-masing toko
dalam menjual hasil produksi pabrik Batik Unggul Jaya?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menambahkan penjelasan tentang
karakter selling dalam proses suksesi bisnis perusahaan melalui studi kasus pada
perusahaan batik PT Unggul Jaya Pekalongan. Manfaat penelitian secara teoritis
adalah menambah dimensi karakter selling dalam proses suksesi bisnis
perusahaan. Manfaat penelitian secara praktis bagi generasi penerus PT Unggul
Jaya Pekalongan untuk mengembangkan karakter selling dan menerapkannya
dalam strategi dan kebijakan pemasaran untuk mempertahankan kelangsungan
bisnisnya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Suksesi Bisnis
Menurut Handler (1994) suksesi dalam bisnis keluarga
didefinisikan sebagai berlalunya tongkat kepemimpinan dari pemilik
pendiri untuk pengganti yang lebih baik, baik dari anggota keluarga
maupun non-keluarga, yaitu manajer professional. Suksesi tidak hanya
menyerahkan tongkat estafet, tapi merupakan proses panjang dari
waktu ke waktu, bahkan dimulai sebelum ahli waris memasuki bisnis.
Suksesi bisnis keluarga adalah proses untuk kelanjutan bisnis keluarga
yang turun dari generasi tua ke generasi yang lebih muda, termasuk
didalamnya warisan properti, hak saham, operasional, reputasi dan
status (Hania, 2012). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, yang
dimaksud suksesi bisnis dalam penelitian ini adalah proses peralihan
dan kelanjutan usaha dari satu generasi ke generasi dalam suatu
keluarga, termasuk di dalamnya pewarisan seluruh atau sebagian aset
usaha. Siklus umum dalam perkembangan perusahaan keluarga
bermula dari close-circlefamily atau immediate family sang pendiri.
Suksesi usaha yang sukses memiliki beberapa karakteristik
yang melakat pada proses dan hasil suksesi usaha pada suatu
perusahaan. Karakteristik suksesi yang sukses menurut Cater III
(2006) adalah sebagai berikut:
a. Planning and letting go.
Perencanaan merupakan aktifitas kunci dalam manajemen.
Incumbent (pemilik-pendiri) harus rela menyesuaikan organisasi
agar sesuai dengan keterampilan penerus. Kadang-kadang
perusahaan dapat dibagi menjadi sekelompok perusahaan terkait,
tapi independen agar sesuai dengan kebutuhan generasi berikutnya.
8
b. Taking the reins.
Kredibilitas merupakan kunci untuk mendapatkan status legitimasi
di perusahaan untuk penggantinya. Penerus pengganti harus
memperoleh kredibilitas dalam perusahaandengan membuktikan
kemampuannya kepada manajer perusahaan dan karyawan.Untuk
mendapatkan kredibilitas, banyak pengamat percaya bahwa yang
terbaik bagianggota keluarga baru adalah bekerja untuk bisnis lain
sebelum memulai denganperusahaan keluarga. Tujuannya agar
pengganti mendapatkan pengalaman bisnis, kepercayaan diri, dan
ditambah pandangan lingkungan bisnis.
c. Servant leadership.
Prinsip dari servant leadership adalah mendahulukan pelayanan
kepada orang lain sehingga pada akhirnya jumlah pengikut terus
bertambah. Oleh karena itu, pemimpin jenis ini tidak mencari
kebesaran diri atau kekuasaan atau ketenaran. Sebaliknya,
pemimpin mencoba secara positif mempengaruhi kinerja para
pengikut, membangun organisasi lebih baik, dan mengambil
pandangan jangka panjang untuk kemajuan organisasi.
Proses suksesi perusahaan keluarga dilakukan melalui beberapa
tahapan yang diawali dengan adanya pemilihan calon suksesor,
pengembangan dan pemeliharaan calon suksesor, keterlibatan calon
suksesor, danevaluasi pasca suksesi. Proses suksesi dimulai ketika
penggantinya memasuki perusahaan dan ketika generasi tua mulai
berhenti dan diakhiri dengan pensiun. Handler (1992) merumuskan
tentang tiga tahapan dalam proses suksesi antara lain :
a. Periode pengembangan individu, dimana individu telah bekerja
setidaknya bekerja secara paruh waktu dalam bisnis perusahaan.
b. Periode keterlibatan dalam bisnis, dimana individu telah terlibat
secara penuh dengan bekerja full-time dalam bisnis perusahaan.
9
c. Tahapan suksesi kepemimpinan, dimana individu telah memiliki
tanggungjawab atau telah memiliki jabatan sebagai “presiden”.
Suksesi sebagai proses pengalihan kekuasaan dan
kepemimpinan yang dilakukan dengan berbagai langkah-langkah
untuk memastikan keberlanjutan bisnis dari generasi ke generasi
(Aronoff, 2003). Pengalihan kepemilikan dari pemilik sebelumnya
kepada generasi penerusnya akan memberikan sebuah kesempatan
besar untuk memanfaatkan peluang yang ada agar dapat menciptakan
suksesor yang dapat mewujudkan nilai dan visiyang dimiliki oleh
generasi sebelumnya. Hal ini juga dimaksudkan agar calon suksesor
dapat mengembangkan dan mempertahankan modal intelektual di
masa depan serta dapat mendukung kemajuan individu secara personal.
Pada saat proses suksesi, kemungkinan untuk terjadinya konflik
kepentingan sangat besar. Karena itu, untuk melanjutkan proses
suksesi, tidak hanya pemegang jabatan dan penerus pengganti yang
puas dalam proses, akan tetapi anggota keluarga yang lain seperti
saudara kandung (Cater III & Justis, 2009) harus merasakan hal yang
sama. Oleh karena itu jika ada beberapa anggota keluarga dengan
generasi yang sama, kebutuhan atas setiap individu juga harus
dipertimbangkan. Pimpinan keluarga dalam perusahaan multigenerasi
harus mengembangkan proses untuk mengurangi konflik tersebut.
Wijaya (2011) menjelaskan pola perencanan suksesi manajemen
puncak antara lain :
a. Planned Succesion. Perencanaan suksesi yang terfokus pada calon
yang telah dipersiapkan untuk menduduki posisi kunci.
b. Informal Planned Succession. Perencanaan suksesi yang lebih
mengarah pada pemberian pengalaman dengan cara memberikan
posisi di bawah “orang nomor satu” dan secara langsung menerima
perintah dan petunjuk dari orang tersebut.
10
c. Unplanned Succesion. Peralihan pimpinan puncak kepada
penerusnya berdasarkan keputusan pemilik dengan mengutamakan
pertimbangan-pertimbangan pribadi.
Perencanaan suksesi merupakan suatu hal yang penting.
Menurut Rothwell (2010), Succession plan adalah sebuah sarana untuk
mengidentifikasi posisi manajemen kunci, dimulai dari level manajer
proyek dan supervisor dan diperluas hingga posisi tertinggi dalam
organisasi. Succession plan juga mendeskripsikan posisi manajemen
untuk menyediakan fleksibilitas maksimal dalam pergerakan
manajemen yang bercabang dan memastikan pekerja sebagai
individual mencapai senioritas yang lebih baik, kemampuan
manajemen yang lebih luas dan menjadi lebih berbaur dalam relasi di
organsisasi secara keseluruhan daripada hanya di satu departemen saja.
Menurut Lumpkin dan Brighman (2011) succession plan merupakan
proses perencanaan yang matang dengan melibatkan sejumlah
komponen di perusahaan keluarga dan berusaha dicapai dengan tingkat
kesadaran dan ketekunan yang tinggi untuk memastikan keberlanjutan
perusahaan jangka panjang (Filser, Kraus & Mark, 2013).
Dalam melakukan pemilihan suksesor, pendiri perusahaan
dapat memperhatikan beberapa karakter yang melakat pada diri calon
suksesor. Hal ini menjadi penting agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemilihan calon suksesor, terutama pada perusahaan keluarga yang
memiliki lebih dari satu anak dan hanya akan mewariskan usaha
kepada satu anak saja. Susanto (2007) mengungkapkan beberapa
kriteria yang dibutuhkan untuk memilih calon suksesor untuk bisa
menjadi pemimpin perusahaan. Pemilihan kriteria ini dikelompokkan
menjadi ACE MAN (Acceptable, Charismatic, Energetic-Managing,
Achieving, Networking):
a. Acceptable.
Acceptable artinya seorang calon suksesor harus bisa menerima
pendapat, kritikan, dan saran dari orang lain. Namun ia harus bisa
11
menyaring semua saran, pendapat, serta kritikan dari orang lain.
Cara kerjanya yaitu dengan mendengarkan (listen), memikirkan
(think) kemudian memutuskan (decide).
b. Charismatic.
Calon suksesor harus memiliki karisma yang tinggi dibandingkan
dengan orang lain. Karisma yang tinggi contohnya, dianggap bisa
dan mampu dalam segala hal, memiliki visi untuk masa depan
(visionary), menarik (charming), dan menyenangkan (pleasing).
c. Energetic.
Sikap selanjutnya yang diperlukan oleh calon suksesor yaitu
Energetic. Energetic tidak hanya berbicara tentang kekuatan fisik
yang dimiliki oleh calon suksesor, tetapi juga seseorang yang luar
biasa (extraordinary), memiliki banyak gagasan (hunter of ideas),
pandai dalam memanfaatkan peluang yang ada (take oportunities),
dan melakukan eksekusi.
d. Managing.
Managing artinya adalah seseorang yang bisa dan mampu dalam
melakukan banyak hal. Tetapi tidak hanya selesai, tetapi dapat
bertanggung jawab atas apa yang telah dikerjakannya. Artinya,
calon suksesor mengerjakannya dengan tidak asal-asalan tetapi
dengan penuh pertanggungjawaban.
e. Achieving.
Selanjutnya, suksesor harus mempunyai track record (rekam jejak)
yang sukses. Jadi seorang calon suksesor mempunyai latar
belakang masa lalu yang sangat bagus. Hal ini betujuan agar calon
suksesor dapat dihargai oleh keluarga maupun oleh orang lain.
12
f. Networking.
Networking yaitu adanya jejaring yang luas yang harus dimiliki
oleh seorang calon suksesor agar memudahkan calon suksesor
dalam menjalani bisnisnya di masa yang akan datang. Hal ini bisa
dibangun dengan cara serangkaian pertemuan, pendekatan, dan
kerja sama dengan orang lain.
Beberapa perusahaan diwariskan kepada generasi penerus tetap
menjadi satu perusahaan saja. Akan tetapi tidak jarang pula terdapat
perusahaan yang diwariskan kepada beberapa generasi yang dengan
cara memecah perusahaan menjadi beberapa. Hubungan antar
perusahaan warisan menjadi hal yang menarik untuk ditelusuri dan
diketahui kebenarannya. Salah satu hal yang sering terjadi dalam
perusahaan-perusahaan warisan yang berasal dari perusahaan yang
sama adalah aliansi perusahaan, baik dalam hal teknis maupun dalam
hal strategis. Aliansi perusahaan identic dengan kerjasama antar
perusahaan dalam berbagai hal yang bertujuan untuk memperkuat
jaringan dan memperkuat produk di pasar Udaya, Wennadi, dan
Lembana (2013).
Hunt (2002) mendefinisikan aliansi sebagai upaya kolaborasi
antara dua atau lebih perusahaan di mana perusahaan menggabungkan
sumber daya mereka dalam upaya untuk mencapai tujuan yang saling
kompatibel yang tidak dapat dengan mudah dicapai sendiri. Sedangkan
aliansi stratejik menurut Varadarajan dan Cunningham (1995) adalah
sebagai penyatuan sumber daya dan keterampilan yang spesifik oleh
perusahaan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, serta
tujuan khusus untuk masing-masing mitra usaha secara personal atau
individu. Dalam bentuk yang paling sederhana, aliansi stratejik dapat
berupa kerjasama antar dua perusahaan yang berbagai teknologi atau
sumber daya pemasaran. Secara luas, aliansi stratejik dapat menjadi
lebih kompleks dan melibatkan beberapa perusahaan yang berlokasi
dinegara yang berbeda. Aliansi stratejik digunakan untuk memperkuat
13
posisi perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang makin
ketat. Udaya, Wennadi, dan Lembana, (2013) mendefinisikan aliansi
stratejik sebagai kerjasama (partnership) dua atau lebih perusahaan
untuk mencapai tujuan melakukan kombinasi antara sumber daya,
keuangan, manajerial, teknologikal, dan keunggulan-keunggulan
bersaing mereka dalam menghasilkan produk atau jasa.
Menurut Dadan (1996), strategi aliansi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya yaitu kontrak non tradisional. Definisi dari
aliansi kontrak non tradisional adalah perjanjian kesepakatan antara
pihak-pihak yang mengadakan dan menandatangani kontrak untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan tertentu. Aliansi kontrak non
tradisional pada umumnya dilakukan menurut proyek tunggal. Dalam
aliansi non tradisional ini dikenal 4 bentuk kontrak yaitu:
1. Kontrak kerjasama Manajemen, yaitu: kontrak yang ditawarkan
satu badan usaha kepada pihak yang lain untuk secara bersama-
sama mengelola satu usaha yang dimiliki.
2. Kontrak kerjasama Operasi, yaitu bentuk kontrak yang ditawarkan
oleh satu badan usaha kepada pihak lain untuk secara bersama-
sama menanamkan modalnya dalam salah satu usaha yang
dimilikinya, selanjutnya kedua pihak secara bersama-sama atau
bergantian mengelola manajemen dan proses operasional.
3. Penyertaan pertukaran modal, yaitu bentuk aliansi yang
memungkinkan untuk dilakukan dalam beberapa proyek.
Penyertaan pertukaran modal pada umumnya dilakukan dalam
bentuk pembelian saham milik satu badan usaha.
4. Usaha Patungan, adalah perjanjian kesepakatan antara satu badan
usaha dengan pihak lain untuk bersama-sama menanamkan
modalnya ke dalam satu atau lebih badan usaha yang menjalankan
usahanya secara mandiri.
Aliansi strategik memberikan keuntungan skala dan cakupan
yang tercipta karena kerjasama dengan mitrakerja, dan pada saat yang
14
bersamaan aliansi strategik juga memberikan kesempatan kepada
semua pihak yang terlibat untuk tetap mempertahankan perspektif
usahanya. Melalui aliansi strategik terjadi semacam pooling of
resources atau penggabungan sumber daya, sumber dana, sumber
informasi untuk mendapatkan kombinasi yang terbaik agar
memberikan nilai tambah atau apa yang disebut synergy.
Pertimbangan perusahaan melakukan aliansi adalah supaya
mempunyai kapabilitas complementary dan kesamaan status (status
similarity) pada partner potensial perusahaan. Ada tiga alasan yang
dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai kesamaan
(similar) status akan memungkinkan untuk bergabung atau beraliansi
dengan perusahaan lainnya.
Pertama, sebagai kasus individual (Camic, 1992) perusahaan
dengan kesamaan status adalah lebih memungkinkan untuk
berkolaborasi dengan perusahaan lainnya disebabkaan peran signaling
pada interaksi sosial. Ketika pengukuran kualitas pada suatu output
ambigu, maka status pada suatu perusahaan dan kualitas pada output
tersebut adalah seperti yang dipersepsikan oleh perusahaan partner,
tergantung pada status dengan siapa perusahaan tersebut berinteraksi
(Podolni, dalam Chung et al., 2000). Selanjutnya juga dijelaskan
bahwa suatu kebijakan aliansi perusahaan pada penggabungan
berdasarkan status akan berdampak pada kapabilitas dalam
menghasilkan akses terhadap capital market dan pelanggan di masa
yangakan datang. Jadi dampak signaling aliansi antar perusahaan
mendorong untuk kolaborasi dengan perusahaan lain pada status yang
sama, ketika hasil dari transaksi tidak pasti.
Kedua, proses pada isomorpisme kompetitif, memungkinkan
padaoutcome perusahaan yang mempunyai kesamaan status akan
mempunyai kesamaan atau mempunyai praktek dan sistem operasi
yang sesuai (Chung et al., 2000). Pada saat perusahaan bersaing
dengan perusahaan lain yang berbasis pada status mereka, perusahaan
15
yang mempunyai kesamaan status akan berada dalam suatu perilaku
persaingan yang sama. Selanjutnya kesamaan bentuk persaingan akan
mengarahkan perusahaan pada kesamaan status terhadap praktek dan
sitem opersai yangsesuai. Kesesuaian dalam sistem operasi adalah
sebuah katalis dalam membantu perusahaan partner untuk bekerja
sama lebih efektif (Lorangedan Ross, 1992).
Ketiga, suatu perusahaan juga cenderung untuk mencari partner
yang mempunyai kesamaan status, sebab hal tersebut akan membuat
lebih memungkinkan pada kedua kelompok untuk meningkatkan
kinerja dan komitmen dalam dalam sharing biaya dan benefit pada
suatu aliansi. Ketidaksamaan status memungkinkan untuk mengecilkan
harapan bagi anggota yang memberikan kontribusi sumberdaya yang
sama pada suatu aliansi. Pada aliansi yang tidak seimbang, baik partner
yang statusnya lebih tinggi maupun yang statusnya lebih rendah akan
memberikan kontribusi sumber daya pada kaliber (mutu/kemampuan)
yang sama. Dengan demikian komitmen partner yang berstatus lebih
tinggi, akan menjadi jauh lebih kecil dari kapabilitasnya. Partner pada
berstatus yang lebih rendah akan mengharapkan rekan kerjanya untuk
memasukkam sumber daya yang lebihbesar, sebab hal ini akan
meningkatkan level komitmen untuk aliansi daripada sumber daya
aktual yang ditanamkan atau dikeluarkan. Jika perusahaan partner yang
berstatus lebih tinggi tidak puas terhadap harapan perusahaan yang
berstatus lebih rendah, akhirnya perusahaan tidak memberikan
kontribusi yang cukup untuk usaha aliansi tersebut. Harapan yang
kontradiksi ini, akan mengarah pada konflik yang biasanya membuat
aliansi antara perusahaan yang tidak sama statusnya akan kurang
efektif dari pada perusahaan yang berstatus sama (Chung et al., 2000).
16
2. Karakter Selling
Susanto (2007) mengungkapkan beberapa kriteria yang
dibutuhkan untuk memilih calon suksesor untuk bisa menjadi
pemimpin perusahaan. Pemilihan kriteria ini dikelompokkan menjadi
ACE MAN (Acceptable, Charismatic, Energetic-Managing, Achieving,
Networking). Karakter-karakter ini merupakan perwujudan dari
bagaimana seseorang akan memimpin sebuah perusahaan bisnis.
Sementara itu, dalam praktek bisnis, kunci keberhasilan bisnis adalah
mampu menjual (Yuswohady, 2018). Komersialisasi adalah sebuah
proses di mana pemasar melakukan produksi skala penuh, menetapkan
harga, membangun jaringan distribusi, dan membuat rencana promosi
akhir untuk memperkenalkan produk di semua pasar. Orang yang
menjadi pemimpin perusahaan harus memiliki sifat komersial atau
karakter selling, sehingga bukan hanya mampu melestarikan usaha
tetapi juga akan mampu mengembangkan usahanya melalui
pengembangan produk dan pasar.
Yuswohady (2018) menjelaskan bahwa salah satu kunci
keberhasilan dalam memasarkan produk dan menjaga eksistensi
perusahaan dalam jangka panjang adalah karakter selling. Yuswohady
menjelaskan pentingnya menjual karakter dibanding dengan menjual
produk semata. Tugas terbesar dan tersulit salesman bukanlah menjual
produk, melainkan “menjual” karakter ke konsumen. Salesman sukses
melakukan closing penjualan, tak ada jaminan akan mampu
melakukannya lagi. Tetapi jika salesman sukses “menjual” karakter ke
konsumen, itu akan menjamin kesuksesan penjualan untuk seterusnya.
Aura karakter salesman di mata konsumen berkilau-kilau seperti kilau
intan, kilau karakter itu akan menjadi pengunci loyalitas konsumen
kepada seorang salesman, apapun produknya. Mereka tak akan
berpikir untuk pindah ke produk pesaing. Mereka bahkan sudah tidak
lagi rewel mempersoalkan fitur produk atau harga yang ditawarkan.
17
3. Perusahaan Keluarga
Perusahaan disebut sebagai bisnis keluarga jika dua atau lebih
anggota keluarga mengontrol kondisi keuangan perusahaan dan
organisasi dan akan diakui sebagai bisnis keluarga jika ada setidaknya
dua generasi yang terlibat dalam bisnis dan mereka dipengaruhi
kebijakan organisasi (Tambunan, 2008). Dari sudut pandang ini, bisnis
keluarga berarti bisnis yang dimiliki, dikendalikan dan dioperasikan
oleh satu atau lebih anggota keluarga. Definisi lain tentang bisnis
keluarga menurut Chua et al (2009) adalah bisnis diatur dan/atau
dikelola pada bentuk dasar, secara berkelanjutan dan berpotensi lintas
generasi, dan mungkin mengejar visi formal atau implisit bisnis yang
dipegang oleh anggota keluarga yang sama atau sejumlah kecil
keluarga.Berdasarkan beberapa definisi tersebut, yang dimaksud
dengan perusahaan keluarga adalah usaha yang dikendalikan sejumlah
anggota keluarga pada beberapa generasi yang berbeda secara
berkelanjutan.
Perusahaan keluarga sejatinya adalah pertemuan antara dua
institusi sosial, yakni institusi bisnis dan keluarga (Susanto, 1996).
Keduanya memiliki nilai-nilai dan tujuan yang bertolak belakang.
Hubungan dalam bisnis bersifat rasional, sementara dalam keluarga
bersifat emosional. Menurut Susanto (2006) ciri khas bisnis keluarga
dibandingkan bisnis lainnya terutama terletak pada kepemimpinan dan
kontrol yang akan diwariskan pada generasi berikutnya. Menurut
Susanto (2000) terdapat dua tipe perusahaan keluarga, yaitu: 1)Family
Owned Enterprise (FOE), yaitu perusahaan yang dimiliki oleh
keluarga, namun dikelola oleh profesional yang berasal dari luar
lingkaran keluarga. Peran keluarga hanya sebagai pemilik dan tidak
melibatkan diri dalam operasi secara langsung, 2)Family Business
Enterprise (FBE), yaitu perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh
keluarga pendirinya. Ciri perusahaan tipe ini adalah posisi-posisi kunci
dalam perusahaan dipegang oleh anggota keluarga.
18
Menurut Susanto (2006), siklus umum dalam perkembangan
perusahaan keluarga bermula dari close-circle family atau immediate
family sang pendiri. Pendiri perusahaan keluarga mempunyai focus
pada usaha keras agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang.
Pada perkembangan berikutnya, ketika perusahaan mulai tumbuh
menjadi lebih besar dan kuat, generasi kedua dan extended family,
termasuk saudara-saudara, keponakan dan cucu mulai masuk, bahkan
menjadi the dynasty of family. Selanjutnya perusahaan keluarga yang
bisa survive mulai mengalami professional influx. Pada saat
perusahaan mencapai kematangan (maturity) dan stabil, peran
professional diperlukan untuk membantu menangani perusahaan.
Menurut Susanto (2006) terdapat kelebihan dan kelemahan
yang dimiliki oleh perusahaan keluarga. Kelebihan perusahaan
keluarga antara lain; kemandirian dalam mengambil tindakan yang
dimiliki perusahaan keluarga lebih tinggi dari pada perusahaan lain,
kultur keluarga menunjukkan adanya stabilitas motivasi dan komitmen
yang kontinuitas dalam kepemimpinan, adanya kemauan untuk
menginvestasikan profit yang didapatkan oleh perusahaan keluarga,
kesempatan untuk memperoleh suksesor lebih besar, anggota keluarga
sudah mendapatkan beberapa pengetahuan tentang pengelolaan suatu
perusahaan, dan kejelasan dalam sistem tanggung jawab serta birokrasi
yang kecil dan fleksibel. Sedangkan kelemahan perusahaan keluarga
antara lain; adanya campur tangan dari setiap anggota keluarga akan
menyebabkan kebingungan pada perusahaan dalam pengembilan
keputusan perusahaan, adanya toleransi terhadap anak yang tidak
berkompeten, adanya kemungkinan terjadinya ketidakadilan yaitu
salah satu angggota keluarga yang sangat berpengaruh pada
perusahaan menyedot keuangan perusahaan untuk kepentingan
pribadinya, adanya keterbatasan dalam mengakses modal, dan adanya
ketidakseimbangan antara kontribusi dan kompensasi.
19
Menurut Tambunan (2009) seperti bisnis pada umumnya,
bisnis keluarga juga memilikibeberapa keuntungan dan kerugian.
Keuntungan adalah di bidang keuangan dan budaya organisasi.
Keuntungan keuangan adalah: kemerdekaan tingkat tinggi berarti tidak
ada tekanan pasar saham, tidak ada yang mengambil keuntungan milik
keluarga (tidak ada pihak lain untuk berbagi keuntungan) dan tidak ada
yang mengambil alih resiko. Oleh karena itu keputusan keuangan bisa
dilakukan lebih cepat. Manfaat lainnya adalah kemungkinan
keuntungan tersebut untuk digunakan dalam ekspansi bisnis atau re-
investasi bisnis. Keuntungan budaya organisasi adalah budaya akan
menyerap lebih cepat. Hal ini disebabkanada cara intensif dalam
mengkomunikasikan nilai dan budaya di antara anggota keluarga,
seperti di rumah dan di kantor juga. Secara umum, anggota keluarga
yang terlibat dalam bisnis keluarga memiliki kebanggaan terhadap
generasi pendahulu mereka sehingga budaya organisasi akan lebih
solid. Keuntungan lain dari bisnis keluarga adalah pemahaman awal
tentang bisnis dari anggota keluarga dan yang terakhir adalah birokrasi
kecil dan fleksibel.
Poza (2004) menyatakan bahwa perusahaan keluarga memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Keterlibatan anggota keluarga. Perusahaan keluarga adalah
perusahaan yang anggota keluarganya secara langsung terlibat di
dalam kepemilikan dan/atau jabatan/fungsi pada perusahaan.
b. Tujuan perusahaan diwariskan dari generasi ke generasi.
Perusahaan keluarga memiliki tujuan, karakter, budaya yang
berbedabe daantara perusahaan keluarga yang satu dengan yang
lain. Generasi penerus akan menjaga kekhasan perusahaan
keluarga dengan mewarisi tujuan, karakter dan budaya perusahaan.
c. Tumpang tindih antara keluarga, manajemen perusahaan dan
kepemilikan. Keterlibatan tiap anggota keluarga dalam perusahaan
keluarga memiliki kepentingan dan pandangan yang berbeda.
20
d. Sumber daya yang unik dan menguntungkan dari interaksi antara
keluarga, manajemen perusahaan dan kepemilikan. Keterlibatan
anggota keluarga pada perusahaan keluarga tidaklah sama dengan
keterlibatan karyawan pada perusahaan umum. Keterlibatan
anggota keluarga memberikan berbagai keuntungan bagi
perusahaan. Ikatan keluarga yang kuat dapat memperkuat
komitmen mereka terhadap perusahaan, baik dalam kondisi susah
atau senang. Anggota keluarga akan tetap bertahan di perusahaan
keluarga daripada keluardan mencari pekerjaan lain meskipun
kondisi keuntungan perusahaan keluarga menurun. Anggota
keluarga juga dapat mengorbankan penghasilannya untuk
kelangsungan perusahaan.
4. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar
atausegmen pasar yang di jadikan target oleh perusahaan. Definisi
strategi pemasaran adalah sebagai logikapemasaran yang digunakan
oleh perusahaan dengan harapan agar unit bisnis dapat mencapai
tujuan perusahaan (Kotler, 2001: 76). Merancang strategi pemasaran
yang kompetitif dimulai dengan melakukan analisis terhadap pesaing.
Perusahaan membandingkan nilai dan kepuasan pelanggan dengan
nilai yang diberikan oleh produk, harga, promosi dan distribusi
(marketing mix) terhadap pesaing dekatnya. Menurut Radiosunu
(2001: 27), strategi pemasaran didasarkan atas lima konsep strategi
berikut:
a. Segmentasi pasar. Tiap pasar terdiri dari bermacam-macam
pembeli yang mempunyai kebutuhan, kebiasaan membeli dan
reaksi yang berbeda-beda. Perusahaan tak mungkin dapat
memenuhi kebutuhan semua pembeli. Karena itu perusahaan harus
mengkelompok-kelompokkan pasar yang bersifat heterogen ke
dalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen.
21
b. Market positioning. Perusahaan tak mungkin dapat menguasai
pasar keseluruhan. Maka prinsip strategi pemasaran kedua adalah
memilih pola spesifik pemusatan pasar yang akan memberikan
kesempatan maksimum kepada perusahaan untuk mendapatkan
kedudukan yang kuat. Perusahaan harus memilih segmen pasar
yang dapat menghasilkan penjualan dan laba yang paling besar.
c. Targeting adalah strategi memasuki segmen pasar yang dijadikan
sasaran penjualan.
d. Marketing mix strategy. Kumpulan variabel-variabel yang dapat
digunakan perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen.
Variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pembeli adalah
variabel-variabel yang berhubungan dengan product, place,
promotion dan price (4P).
e. Timing strategy. Penentuan saat yang tepat dalam memasarkan
produk merupakan hal yang peru diperhatikan. Meskipun
perusahaan melihat adanya kesempatan baik. Terlebih dulu harus
dilakukan persiapan baik produksi.
Strategi pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2008:12),
logika pemasaran yang dibuat oleh unit usaha yang berharap untuk
mencapai tujuan pemasaran. Strategi pemasaran adalah pengambilan
keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran,
alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang
diharapkan dan kondisi persaingan. Menurut Guiltinan dan Paul
(1992), definisi strategi pemasaran adalah pernyataan pokok mengenai
dampak yang diharapkan akan dicapai dalam hal permintaan pada
target pasar yang ditentukan. Strategi pemasaran erat hubungannya
dengan variabel-variabel yang mempengaruhi konsumen memberikan
respon terhadap keberadaan suatu produk antara lain variabel-variabel
yang berhubungan dengan product, place, promotion dan price (4P).
keempat variabel ini masuk dalam bauran pemasaran.
22
Basu Swastha (2002:42) menjelaskan bahwa Marketing Mix
atau bauran pemasaran adalah “kombinasi dari empat variabel atas
kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu
produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi”.
Menurut Fandy Tjiptono (2004), bauran pemasaran merupakan
seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk
karakteristik barang/jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Jerome
Mc-Carthy dalam Fandy Tjiptono (2004) merumuskan bauran
pemasaran menjadi 4 P (Product, Price, Promotion dan Place). Bauran
pemasaran menurut Philip Kotler (2002:18), adalah sekumpulan alat
pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai
tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.
Ada empat komponen bauran pemasaran barang yang meliputi
produk, harga, saluran distribusi, promosi dimana penggunaan
kombinasi dari keempat variabel tersebut bergantung pada pimpinan
perusahaan ataupun seorang manajer, bagaimana mereka dapat
menggunakan bauran pemasaran tersebut. Berikut dijelaskan keempat
bauran pemasaran :
a. Produk (Product)
Definisi menurut Kotler (2002:52) bahwa produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi
kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik,
jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan. Produk merupakan
segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, orang
atau pribadi, tampat, organisasi, dan ide. Jadi produk bisa berupa
manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan
pelanggan (Tjiptono, 2002).
23
b. Harga (Price)
Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya tariff,
sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji, dan sebagainya. Dari
sudut pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau
jasa (Tjiptono, 2002). Harga merupakan sejumlah uang yang harus
dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan
sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, tempat, promosi)
menyebabkan timbulnya biaya. Berbeda halnya dengan
karakteristik produk terhadap saluran distribusi, kedua hal itu tidak
dapat diubah atau disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena
biasanya menyangkut keputusan jangka panjang.
c. Tempat (Place)
Tempat merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran.
Dalam hal ini, tempat bukan hanya menyangkut kedudukan, tetapi
juga kegiatan distribusi. Definisi menurut Kotler (2006:63) Tempat
adalah kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi
sasaran. Tempat merupakan saluran distribusi yaitu serangkaian
organisasi yang saling tergantung yang saling terlihat dalam proses
untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau
dikonsumsi. Saluran distribusi sangat diperlukan, bahwa tidak
mungkin bagi produsen untuk mengalokasikan secara langsung
kepada konsumen, saluran distribusi dapat didefinisikan sebagai
berikut: Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang
saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan
suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi
(Kotler dan Armstrong, 1998). Lokasi berarti berhubungan dengan
di mana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi.
24
d. Promosi (Promotion)
Sebaik apapun mutu sebuah produk, semenarik apapun bentuk
rupanya atau sebesar apapun manfaatnya, jika tidak ada orang yang
mengetahui tentang keberadaannya, maka mustahil produk tersebut
dibeli. Produk yang sudah bagus dengan harga yang sudah bagus
itu tidak dapat dikenal oleh konsumen maka produk tersebut tidak
akan berhasil di pasar. Upaya untuk mengenalkan produk itu
kepada konsumen merupakan awal dari kegiatan promosi. Promosi
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Promosi pada hakikatnya adalah semua kegiatan yang
dimaksudkan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan
suatu produk kepada pasar sasaran, untuk memberi informasi
tentang keistimewaan, kegunaan, dan yang paling penting adalah
tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun untuk
mendorong orang untuk bertindak (Tjiptono, 2002). Tujuan utama
dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang
perusahaan dan bauran pemasarannya.
B. Penelitian Relevan
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap proses suksesi bisnis
pada perusahaan keluarga, yang dalam hal ini adalah perusahaan batik PT
Unggul Jaya. Selain itu, penelitian ini juga akan mengungkap bagaimana
strategi pemasaran yang diterapkan dalam praktek pengelolaan ketiga toko
warisan pendiri perusahaan, yaitu Toko Batik Unggul Jaya 1 yang dikelola
oleh anak pertama, Toko Batik Mart yang dikelola oleh anak kedua dan
Toko Batik Unggul Jaya 2 yang dikelola oleh anak ketiga. Pada periode
sebelumnya, telah ada penelitian-penelitian yang secara khusus membahas
suksesi bisnis pada perusahaan keluarga dan strategi pemasaran pada
perusahaan batik. Penelitian-penelitian sebelumnya digunakan sebagai
acuan dalam memposisikan penelitian ini dalam ranah ilmiah.
25
Sobirin dan Basri (2013) melakukan penelitian tentang suksesi
pada perusahaan keluarga industri batik di Pekalongan. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa anak-anak generasi penerus tidak disiapkan sebagai
calon pengganti. Untuk menjadi pengganti mereka cenderung belajar dari
lingkungan yang sudah terbentuk karena secara tidak langsung diberi
kesempatan yang sama untuk terlibat di dalam manajemen perusahaan,
diberikan porsi tanggungjawab masing-masing, sementara pendiri masih
memegang peranan yang besar terutama dalam hal pengambilan keputusan
dan kebijakan bisnis.
Penelitian lain tentang suksesi bisnis dilaksanakan oleh Remiasa
(2014) yang juga mengangkat proses suksesi pada perusahaan keluarga
pada PT Puterasean. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT
Puterasean telah melakukan proses suksesi dengan memilih calon suksesor
dengan tepat sesuai dengan apa yang telah dinyatakan Susanto (2007),
yang menyatakan bahwa seorang calon suksesor harus memiliki karakter
atau sifat: acceptable, charismatic, Energetic, managing, achieving, dan
networking dan melakukan proses pengembangan dan pembelajaran untuk
mempersiapkan calon suksesor untuk bisa memimpin perusahaan dimasa
yang akan datang. Pendiri perusahaan memberikan pembelajaran melalui
pendidikan formal, program pelatihan berupa seminar, transfer
pengetahuan, dan pengalaman bekerja di luar perusahaan meskipun tidak
secara khusus memberikan pelatihan terkait perusahaan. Pendiri
melibatkan calon suksesor dalam perusahaan dengan memberi keleluasaan
untuk melakukan pengambilan keputusan dalam segala aspek bisnis.
Selain itu calon suksesor juga diperkenalkan kepada rekan kerja yang
dimiliki oleh pemimpin sebelumnya. Calon suksesor dapat mengikuti
proses yang dijalaninya dengan baik dan terbukti dengan diluncurkannya
berbagai program yang memberi dampak positif bagi perusahaan dan
menghasilkan peningkatan omset perusahaan sebesar 27,78%. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa proses suksesi berjalan dengan sangat baik.
26
Penelitian tentang suksesi bisnis perusahaan keluarga pernah
dilakukan Pratama & Indriyani (2016), tetapi dengan anak tunggal sebagai
suksesor. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perencanaan suksesi
pada perusahaan keluarga Idea Funiture & Desain Interior telah dilakukan
sejak dini oleh Bapak Tjondro selaku pendiri, pemilik perusahaan dan juga
orang tua dari Bapak Eduardo. Calon suksesor telah dipersiapkan untuk
mengembangkan kompetensi dan juga pengetahuannya dalam bidang
funitur. Calon suksesor diharapkan juga memiliki tanggung jawab dan
komitmen yang tinggi dalam perencanaan suksesi sampai menjadi generasi
penerus yang siap menggantikan untuk memimpin pengoperasionalan
perusahaan keluarga Idea funitur & Desain Interior.
Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah pola suksesi dan keluasan pembahasan yang dilakukan
terhadap objek penelitian. Pada penelitian-penelitian sebelumnya,
perusahaan diwariskan kepada generasi yang dirasa menjadi suksesor
terbaik jika memiliki lebih dari satu orang anak. Namun, pada penelitian
ini, perusahaan dibagi menjadi 3 bagian untuk diwariskan kepada semua
keturunan dari pendiri perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga akan
membahas bagaimana kebijakan pemasaran produk yang dilakukan oleh
masing-masing toko warisan setelah proses suksesi bisnis ini terjadi.
Penelitian sebelumnya tentang strategi pemasaran dilakukan oleh
Ratnawati & Susena (2017) tentang analisis manajemen pemasaran batik
di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pemasaran yang dilakukan oleh para pengrajin batik Kampoeng
LaweyanSurakarta masih menggunakan cara tradisional sebnayak 17%,
sedangkan manajemen pemasaranyang dilakukan oleh para pengrajin batik
dengan mengunakan TIK (website) sebanyak 83%, dan metode pemasaran
manajemen pemasaranyang menggunakan teknologi internet (website)
dapat diterapkan oleh para pengrajin batik diKampoeng Batik Laweyan
Surakarta.
27
Penelitian lain tentang strategi pemasaran juga dilakukan oleh
yulianti, Mudikdjo dan Sarma (2008) yang melakukan penelitian tentang
Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus :
Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut, Jawa Barat). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa PBT Garutan RM melakukan bauran pemasaran
sebagai berikut : (1)Strategi produk yangdidasarkan pada (a)produk
bermutu (bahan baku, motif, warna dan model) dan (b)kuantitas produk;
(2)Penetapan harga jual berdasarkan pada HPP ditambah dengan margin
keuntungan; (3)Strategi distribusi untuk mempermudah konsumen
mendapatkan produk dengan caramemberikan layanan via telepon dan
pesanan melalui jasa pengiriman dan (4)Promosi dengansurat kabar,
majalah, radio dan televisi (TVRI Bandung), di samping ikut serta dalam
pameran didalam negeri maupun di luar negeri (Malaysia, Singapura dan
Australia).
Tamamudin (2015) juga melakukan penelitian tentang promosi
industri batik pekalongan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indutri
batik di Pekalongan dalam pelaksanaan strategi promosinya menggunakan
strategi/bauran promosi atau promotional mix (bauran promosi) yaitu
memperhatikan dan menjaga perpaduan antara Personal selling dengan
membuka gerai atau toko dan layanan email untuk e-commerce,
advertising dengan mengiklankan dibeberapa media elektronik maupun
surat kabar, promosi penjualan dengan beberapa pameran yang diadakan
di Pekalongan maupun diluar Kota Pekalongan, dan publisitas dengan cara
memanfaatkan internet. Kemudahan yang dihadapi dari penerapan strategi
promosi diantaranya sudah adanya teknologi informasi berupa internet
sangat memudahkan para pemilik industri untuk menjualbelikan secara
terbuka produksi batik di dunia maya. Selain itu peranan pemerintah
daerah dalam memperkenalkan batik pekalongan sangatlah membantu
dengan mengadakan berbagai event yang digelar setiap tahunnya mulai
dari pameran batik, pagelaran busana, gala diner dan lainnya. Peranan
pasar grosir juga membantu meningkatkan penjualan batik Pekalongan.
28
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian ini disajikan dalam gambar berikut ini :
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan batik PT
Unggul Jaya. Penelitian akan dimulai dengan merekonstruksi bagaimana proses
suksesi bisnis dari pendiri perusahaan dilakukan sampai perusahaan diwariskan
kepada multisuksesor. Dalam merekonstruksi suksesi bisnis tersebut, tahapan
suksesi dilihat dari tahanpan pengembangan calon suksesor, pelibatan calon
suksesor sebelum suksesi dan tahap suksesi kepemimpinan. Selanjutnya, dalam
upaya mempertahankan produk batik Unggul Jaya, maka perlu ditelusuri
bagaimana karakter suksesor perusahaan dan bagaimana suksesor mengelola
usahanya hingga kini.
Perusahaan Pemula
Tahapan Suksesi Bisnis :
1. Pengembangan individu
2. Keterlibatan dalam perusahaan
3. Suksesi kepemimpinan
Perusahaan
Suksesor 1 –
Unggul Jaya 1
(Anak Pertama)
Acceptable
Charismatic
Energetic
Managing
Achieving
Networking
Perusahaan
Suksesor2 – Batik
Mart
(Anak Kedua)
Acceptable
Charismatic
Energetic
Managing
Achieving
Networking
Perusahaan
Suksesor3 –
Unggul Jaya 2
(Anak Ketiga)
Acceptable
Charismatic
Energetic
Managing
Achieving
Networking
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai tradisi tertentu dari ilmu pengetahuan sosial secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya
sendiri dan berhubungan dan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya (Moleong, 2010:3). Berkaitan dengan jenis penelitian
tersebut, penelitian ini juga menggunakan metode penelitian kualitatif.
Definisi tentang metode kualitatif dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor
yang menyatakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2010:5).
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri-ciri khusus. Ciri-ciri
penelitian kualitatif dibagi dalam sebelas karakteristik yaitu mempunyai
latar yang bersifat alamiah, manusia sebagai alat atau instrumen,
menggunakan metode kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif,
menggunakan teori-teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih
mementingkan proses daripada hasil, adanya batas-batas pengamatan yang
ditentukan oleh fokus penelitian, adanya kriteria khusus untuk keabsahan
data, mempunyai desain yang bersifat sementara dan hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama.
Model penelitian ini adalah studi kasus. Afifuddin dan Saebani
(2012:87) menjelaskan bahwa yang digali dalam studi kasus adalah entitas
tunggal atau fenomena dari suatu masa tertentu dan aktivitas yang dapat
berupa program, kejadian, proses, institusi, atau kelompok sosial.
Penelitian menggunakan metode kualitatif karena akan menggali makna
dibalik fenomena dalam lingkungan usaha Perusahaan Batik Unggul Jaya
Pekalongan.
30
B. Objek Penelitian
Satuan pengamatan dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang
terlibat dalam kegiatan manajerial dan operasional Perusahaan Batik
Unggul Jaya Pekalongan. Satuan analisis sebagai sumber data yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ditentukan dengan
teknik snowball sampling. Teknik ini memungkinkan menambah
narasumber ketika data yang akan digunakan dalam menjawab pertanyaan
dirasa kurang. Awal penggalian data dimulai dengan memilih 4 orang
narasumber kunci, yang terdiri dari 3 orang pemilik usaha warisan dan 1
orang istri pendiri perusahaan. Penentuan narasumber didasarkan pada
pandangan peneliti tentang kapasitas dan kapabilitas narasumber dalam
menyediakan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sifat
data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang
membantu. Wirartha (2006:101) menjelaskan data primer merupakan data
yang diperoleh langsung dari sumber data penelitian. Moleong (2010:112)
yang menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Sumber daya penelitian ini adalah pihak pendiri,
pemilik dan pengelola Perusahaan Batik Unggul Jaya Pekalongan. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 3 orang pemilik usaha
warisan, dan 1 orang istri pendiri perusahaan. Selain itu, digunakan pula
data tambahan yang bersumber dari survey yang dilakukan terhadap
konsumen ketiga toko warisan. Penentuan narasumber didasarkan pada
pandangan peneliti tentang kapasitas dan kapabilitas narasumber dalam
menyediakan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
31
D. Teknik Pengumpulan Data
Data primer akan diperoleh melalui observasi non partisipatif dan
wawancara semi terstruktur. Melalui observasi non partisipatif, peneliti
tidak akan terlibat dalam kegiatan sumber data. Wawancara digunakan
oleh peneliti dalam menggali lebih dalam tentang fenomena-fenomena
yang ada di objek penelitian yang tidak dapat dilakukan jika hanya
menggunakan teknik observasi saja. Affifudin & Saebani (2012:131)
menyatakan bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau
responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Wawancara yang digunakan dalam penggalian data pada penelitian ini
adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur
digunakan dalam penelitian ini karena dalam melaksanakan pengumpulan
data, peneliti akan menggunakan pedoman wawancara dan dapat
mengembangkan pertanyaan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan
lengkap serta memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal
ini juga mendukung pernyataan Nasution (Sugiyono, 2010:60-61) yang
menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain
daripada menjadikan manusia sebagai instrumen utama. Alasannya ialah
adanya ketidakpastian. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak
jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat
satu-satunya yang dapat mencapainya.Untuk memperoleh data, peneliti
juga akan menggunakan beberapa alat bantu, salah satunya adalah
pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini digunakan untuk
mengarahkan pewawancara dalam memperoleh data yang dibutuhkan
melalui wawancara semi terstruktur. Bentuk pedoman wawancara berupa
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya berupa pendapat, argumen atau
penjelasan tentang suatu fenomena.
32
F. Prosedur Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan model
interaktif yang dikemukakan oleh Miles & Hubberman (Sugiyono,
2010:92). Analisis ini melalui beberapa langkah, diantaranya adalah
koleksi data, reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan.
Komponen dalam Analisis Data Model Interaktif
Sumber : Sugiyono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta,
Bandung, hal. 92.
Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya. Data yang telah terkumpul ini disajikan dalam bentuk
transkrip data seperti transkripsi wawancara dan hasil observasi berupa
catatan lapangan. Reduksi data berarti merangkum data, memilih data
yang pokok, memfokuskan kepada data yang dibutuhkan sesuai tujuan
penelitian, mencari pola dan tema data serta membuang data yang tidak
perlu untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data
selanjutnya. Hasil reduksi data ini adalah berupa data yang telah dipilih
dan digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penyajian
data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membuat uraian singkat
dan hubungan antar kategori. Hal terakhir yang dilakuakan dalam analisis
data adalah penarikan simpulan. Penarikan simpulan bertujuan untuk
menjawab masalah penelitian. Simpulan yang ditarik dapat menjawab
masalah penelitian.
33
G. Metode Verifikasi Data
Verifikasi data adalah pemeriksaan kembali terhadap kebenaran data-data
yang sudah terkumpul. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam
melaksanakan verifikasi data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan ketekunan dalam mengumpulkan data. Ketekunan ini
penting karena semakin banyak dan berkualitas data yang diperoleh,
maka jawaban dari masalah penelitian akan semakin baik pula.
2. Mengidentifikasi data dan mengelompokkan data yang telah diperoleh.
3. Menyusun data secara sistematis dan membentuk pola hubungan antar
data dengan pemikiran induktif dan deduktif. Pola adalah pernyataan
yang merupakan perluasan dari definisi. Pola dalam penelitian ini juga
merupakan hasil analisis data yang telah dikumpulkan.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan disajikan data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan studi dokumentasi yang mengungkap proses suksesi bisnis pada
perusahaan batik PT Batik Unggul Jaya beserta aspek pemasaran pada perusahaan
tersebut pada masa kini. Selain itu, bagian ini juga menyajikan perbandingan dan
pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan teori dan hasil penelitian sejenis yang
telah dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Remiasa
(2014) yang mengangkat proses suksesi pada perusahaan keluarga PT Puterasean
dan Pratama & Indriyani (2016) yang melakukan penelitian suksesi bisnis pada
perusahaan yang hanya memiliki suksesor tunggal. Dengan membandingkan
berbagai hasil penelitian, maka akan dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap
tentang bagaimana proses suksesi pada perusahaan dengan latar belakang tertentu.
A. HASIL PENELITIAN
1. Sejarah Perusahaan Pemula: Batik PT Unggul Jaya Pekalongan
Perusahaan Batik Unggul Jaya didirikan oleh Bapak Gawat Swalim
pada tahun 1989 dalam bentuk perusahaan pribadi yang fokus pada
produksi kain batik saja. Perusahaan ini berdiri atas dasar keinginan sang
pendiri perusahaan untuk mendirikan sebuah usaha mandiri dan disertai
dengan dukungan dari orangtua pendiri perusahaan dalam bentuk modal
usaha. Berdasarkan hasil wawancara dengan istri pendiri perusahaan,
perusahaan ini dibuat atas dasar tren yang sedang berkembang di wilayah
Pekalongan, yaitu perkembangan perusahaan dan industri batik. Berikut
beberapa petikan wawancara yang menjelaskan hal tersebut:
”Dulu, batik Unggul Jaya itu hanya pabrik. Kan samping-
samping sini, daerah sini itu banyak yang bikin batik, nah
almarhum bapak itu dulu ikut-ikutan saja bikin batik, dulu
dimodali sama orang tua. Kan daripada kerja ikut orang
terus kan tidak enak Mas, jadi ya mending buka usaha
sendiri, biar mandiri.”(Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
35
“Kalau tanggalnya saya lupa, tapi kalau tahunnya ya itu
Mas, tahun 89.”(Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Bapak saya dulu mendirikan usaha ini waktu saya masih
kecil, ya sekitar 89-90 an lah.”(Hasil wawancara VSS,
3/3/2018)
“Ya kalau itu dulu sekitar awal 90-an atau akhir 80-an itu
bapak kan membangun pabrik batik, lalu bikin toko yang
pertama. Lama-lama kan usahanya maju, lalu membangun
lagi dua toko untuk saya dan kakak saya. Kalau Pak Vincent
itu meneruskan toko dan pabriknya bapak.”(Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
“Usaha batik Unggul Jaya ini dulu yang memulai bapak dan
ibu sekitar tahun 90-an awal-awal. Pada 90-an awal itu baru
mulai bangun pabrik batik di tanah belakang sampai
samping rumah. Ya setelah ada pabrik, karena dulu awalnya
pabrik saja, bapak kan buka toko, tokonya yang sekarang
dikelola kakak saya yang paling tua. Lalu sebelum jadi PT
di tahun 2005 an itu, bapak bangun 2 kios lagi, disini sama
yang di Unggul Jaya II, sekarang yang ngelola adik saya.”
(Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Pemasaran batik produksi Unggul Jaya pada awalnya dilakukan
oleh pendiri perusahaan dengan menjual kepada para tengkulak dan
pengecer kain batik di wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Pada tahun
1995 perusahaan ini mendirikan sebuah toko yang letaknya berdekatan
dengan pabrik pembuatan batik yang digunakan sebagai galeri dan tempat
penjualan hasil produksi. Unggul Jaya menjadi perusahaan dalam bentuk
Perseroan Terbatas (PT) mulai tahun 2005. Saham dari perusahaan ini
dimiliki oleh 5 orang yang sebenarnya masih dalam satu keluarga, antara
lain Bapak Gawat Swalim, istri, dan ketiga anaknya. Untuk
mengembangkan usahanya, pendiri perusahaan berinisiatif mendirikan dua
toko lagi untuk dijadikan sebagai tempat pemasaran barang hasil produksi
pabrik batik Unggul Jaya. Hal ini diakui oleh istri dari pendiri perusahaan
ini dalam wawancara ketikan membahas secara umum bagaimana
perkembangan perusahaan. Berikut petikan wawancanya:
36
“Sekitar 93-94 mulai rame, bapak buat toko didepan
pabrik.Dulu halaman pabrik, sama bapaknya dibangun toko,
dibuat jualan barang-barang yang udah jadi, utamanya buat
pakaian. Karena itu dulu kan banyak yang mulai bikin toko,
akhirnya bapak juga mengikuti supaya tidak ketinggalan
dengan yang lain. Kalau toko yang pertama itu tahun 95-an
dibangun. Lalu buat lagi dua toko sekitar tahun 2000-an,
niatnya buat dikasih ke anak-anak.” (Hasil Wawancara
ESW, 1/3/2018)
“Kalau itu 2004 apa 2005 gitu Mas. Eh ya 2005 itu. Itu
tidak lama kan bapak terus meninggal. Meninggalnya kan
2008 pertengahan itu. Ya kalau saham sebenarnya ya punya
bapak semua, tapi sama bapak dibagi jadi 5. Saya sama
bapak, lalu anak-anak itu dapat semua, diatasnamakan anak-
anak sama saya dan bapak.” (Hasil Wawancara ESW,
1/3/2018)
Setelah pendiri perusahaan meninggal dunia pada tahun 2008, PT
Unggul Jaya tetap beroperasi hingga saat ini. Hak milik dari perusahaan
ini dibagi kepada ketiga anak pendiri perusahaan. Masing-masing anak
mendapatkan aset satu unit toko dan pabrik diserahkan kepada anak
pertama dari pendiri perusahaan. Pabrik batik yang dikelola oleh anak
pertama dari pendiri, masih memproduksi batik untuk dijual melalui tiga
toko yang dikelola masing-masing oleh anak pertama, kedua dan ketiga
dari pendiri perusahaan.Toko yang dikelola oleh anak pertama terletak di
wilayah Degayu, Pekalongan Utara, yang menggunakan nama Toko Batik
Unggul Jaya 1. Sementara itu, toko yang dikelola anak kedua berada di
wilayah Medono, Pekalongan Barat, menggunakan nama Batik Mart
sebagai mnama tokonya. Toko yang dikelola anak ketiga berada di
wilayah Klego, Pekalongan Timur, menggunakan nama Toko Batik
Unggul Jaya 2. Hingga kini ketiga toko warisan dari pendiri perusahaan
batik Unggul Jaya masih beroperasi. Terdapat beberapa pertimbangan
yang membuat ketiga anak mendapatkan warisan masing-masing satu toko
dan anak pertama juga mendapat tanggungjawab untuk mengelola pabrik
yang memproduksi barang untuk ketiga toko tersebut.
37
Pendiri perusahaan memiliki mimpi agar perusahaan yang
didirikan ini dapat terus berjalan dan menjadi sarana bagi anak-anaknya
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pendiri perusahaan menginginkan
agar setiap anak memiliki masing-masing satu unit toko sebagai mata
pencaharian. Keinginan ini tidak lepas dari nilai kemandirian hidup yang
sangat dijunjung tinggi oleh pendiri perusahaan, sehingga pendiri
perusahaan juga menginginkan hal yang sama untuk anak-anaknya. Hal ini
dapat diketahui melalui hasil wawancara berikut ini :
“Ya kalau itu dulu sekitar awal 90-an atau akhir 80-an itu
bapak kan membangun pabrik batik, lalu bikin toko yang
pertama. Lama-lama kan usahanya maju, lalu membangun
lagi dua toko untuk saya dan kakak saya. Kalau Pak Vincent
itu meneruskan toko dan pabriknya bapak.” (Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
“Ya namanya juga orang tua Mas, dan punya usaha yang
bisa dibilang sudah lumayan mapan, kalau bapak dan saya
pengennya ya supaya anak-anak jaga toko saja,
ngembangkan usaha sendiri. Karena prinsipnya bapak kan
lebih baik kecil tapi mandiri daripada besar tapi ikut orang
terus.” (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Kalau bapak inginnya dulu satu anak satu toko, lalu
pabriknya yang urus bapak sendiri, jadi kan semua punya
penghasilan. Tapi karena bapak dulu mulai sering sakit,
akhirnya yang pabrik saya sama anak yang besar itu yang
urus. Kalau toko ya, anak-anak udah dibuatkan semua sama
bapak, jadi ya sampai sekarang anak-anak yang jualan di
toko.” (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Ya itu tadi, mereka ingin supaya saya sama adik-adik itu
meneruskan usaha, masing-masing punya pabrik, masing-
masing punya toko, bisa berkembang, bisa jadi lahan untuk
cari makan.” (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
“Ini kan juga bagian dari usahanya bapak ibu dulu. Mereka
buat toko sesuai jumlah anaknya, lalu masing-masing
dikasih satu.” (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
“Ya kalau itu sebenarnya yang lebih tau kan bapak sama ibu
saya. Tapi kalau dipikir, sebenarnya itu kan memang cita-
cita bapak dan ibu supaya kami bertiga itu hidup mandiri.
Dulu kan rencananya mau bikin pabrik di masing-masing
toko mas, tapi tidak jadi karena ibu saya bilang selama
pabrik yang disana masih mampu ya itu dulu saja yang
dioperasionalkan. (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)”
38
Pada perkembangannya, masing-masing toko memiliki produk
unggulannya masing-masing. Toko batik Unggul Jaya 1mengedepankan
kelengkapan persediaan barang, baik barang jadi maupun kain batik
lembaran atau bahan. Jadi, pada toko ini tidak spesifik mengedepankan
produk apa yang menjadi unggulan, tetapi lebih mengedepankan pada
kelengkapan semua jenis produk yang disediakan. Berbeda dengan toko
batik Unggul Jaya 2 yang mengedepankan kain batik atau bahan sebagai
produk unggulannya. Hal ini dibarengi dengan banyaknya jaringan usaha
yang dimiliki anak ketiga sebagai pemilik. Sementara itu, Batik Mart lebih
mengedepankan produk-produk batik untuk pembeli usia muda. Perbedaan
yang terjadi ini sekaligus menegaskan adanya segmen pasar dari masing-
masing toko warisan.
Secara umum, segmen pasar dari toko batik Unggul Jaya 1 lebih
banyak memiliki pelanggan dan pembeli dari kalangan dewasa dan para
tengkulak dari luar kota. Hal ini disebabkan karena Unggul Jaya 1
merupakan toko yang pertama kali didirikan, sehingga langganan lama
yang diperoleh oleh pendiri perusahaan secara otomatis menjadi
pelanggan. Sedangkan toko batik Unggul Jaya 2 lebih banyak memiliki
pelanggan dari organisasi pemerintahan. Hal ini disebabkan karena
jaringan yang telah dimiliki oleh suami pemilik yang bekerja di lembaga
pemerintahan. Batik Mart memiliki segmen pasar usia muda karena
produk-produk yang dijual pada toko ini lebih mengedepankan produk-
produk dengan model dan motif untuk pembeli usia muda.
Perbedaan segmentasi pasar dari ketiga toko warisan ini
sebenarnya dilakukan dengan tidak sengaja atau terjadi secara alamiah.
Segmen pasar Unggul Jaya 1 muncul karena jaringan lama yang terbentuk
sejak toko dikelola pendiri perusahaan. Sementara itu, segmentasi Unggul
Jaya 2 lebih disebabkan karena jaringan yang telah terbentuk lebih dahulu
yang dimiliki oleh suami pemilik perusahaan. Toko Batik Mart
membentuk segmen pasar melalui ide-ide dari pemiliknya sendiri yang
diimplementasikan melalui presentasi dan promosi toko.
39
Perbedaan segmentasi pasar dari masing-masing toko ini tidak
membuat pabrik mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan dari
masing-masing toko. Hal ini disebabkan karena, pada dasarnya semua
jenis barang yang dijual di semua toko adalah barang dengan jenis yang
sama. Yang menjadi perbedaan adalah bagaimana masing-masing pemilik
toko menjadikan barang tertentu sebagai produk unggulannya. Hal ini
dapat diketahui dari hasil wawancara dengan ketiga anak pendiri
perusahaan yang merupakan pemilik sekaligus pengelola toko batik
Unggul Jaya 1, Unggul Jaya 2 dan Batik Mart. Berikut ini adalah petikan
wawancara ketiganya :
“Tapi sebenarnya yang disini ada, pasti ada juga di dua toko
lain, hanya jumlah persediaannya yang beda. Kalau disini
yang jarang kehabisan, kan dekat sama pabrik. Kalaupun
ada pesanan baik disini atau di toko adek, ngerjakannya
juga disini kok mas. Intinya ya produknya sama gitu saja.”
(Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
“Kalau disini ada, pasti di dua toko lainnya juga ada.
Kalaupun tidak ada, pasti itu waktu stoknya kosong.
Mungkin yang beda hanya jumlah stoknya. Kalau disini
sama di tempat Mbak Ninok kan lebih kecil dari tempatnya
ibu, jadi stok kami mungkin lebih sedikit. Kalau saya kan
banyak juga display kain belum jadi, kalau di tempat Mbak
Ninok itu majang bahan hanya sedikit sekali, nah kalau
yang kelihatan komplit kan di tempat ibu. Tapi secara
prinsip sebenarnya yang ada di satu toko, ada pula di dua
toko yang lain.” (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
“Ya contohnya kalau saya andalannya itu kan batik
sarimbit, dress sama kemeja lengan pendek. Kalau ditempat
adek itu bahan yang dipajang banyak, disana pasarnya kan
lebih untuk yang pesan-pesan begitu. Kalau ditempat Kang
Mase saya itu kan tempatnya rapi, nuansanya dibuat formil
begitu, jadi mungkin kalau disana yang disasar orang-orang
tua.” (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
40
Perbedaan segmentasi pasar tidak serta merta membuat pabrik
mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan dari ketiga toko. Hal ini
disebabkan karena dalam proses perencanaan produksi, anak pertama
sebagai pengelola pabrik, senantiasa melibatkan partisipasi dari kedua
adiknya. Proses pelibatan ini dilakukan dengan cara mengkomunikasikan
produk-produk yang akan diproduksi oleh pabrik, sehingga permintaan
dari ketiga toko dapat dipenuhi. Selain itu, pabrik juga dapat mengerjakan
pesanan-pesanan khusus yang diperoleh oleh setiap toko. Hal ini biasanya
terjadi jika ada pesanan pembuatan seragam atau pakaian dengan model
dan motif yang sama dalam jumlah besar. Pabrik telah memiliki tenaga
kerja yang khusus untuk mengerjakan berbagai pesanan yang muncul dari
ketiga toko pesanan. Jika tenaga kerja yang ada di pabrik tidak mampu
mengerjakan pesanan secara jumlah, pemilik pabrik telah memiliki
rekanan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pesanan.
Pengelolaan pabrik sendiri dilakukan dengan koordinasi dari anak
pertama. Hal ini tidak lepas dari jatuhnya hak pengelolaan pabrik kepada
anak pertama. Jatuhnya hak waris kepada anak pertama ini disebabkan
karena anak pertama merupakan satu-satunya anak laki-laki dan
merupakan anak yang tertua. Berkaitan dengan hal tersebut, nilai budaya
jawa masih melekat pada proses penyerahan pabrik kepada anak pertama.
Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara berikut:
“Ya tidak lah Mas, kan dulu memang dari awal anak yang
besar yang sudah ngelola pabrik sama saya sama bapak.
Namanya juga anak pertama, bukan mau membeda-bedakan
anak, tapi kalau anak pertama biasanya lebih banyak
jatahnya, kan nanti orang tua ikut sama anak pertama kalau
udah tua kayak saya ini.” (Hasil Wawancara ESW,
1/3/2018)
Pengakuan dari istri pendiri perusahaan tersebut menguatkan bahwa
suksesi pabrik kepada anak pertama disebabakan karena alasan kebiasaan
mengelola pabrik, budaya jawa dan beban anak pertama yang harus
merawat orang tua yang sudah tidak aktif lagi dalam bekerja.
41
Ketiga toko yang dikelola masing-masing anak pendiri perusahaan
batik Unggul Jaya masih terus dikembangkan oleh masing-masing pemilik
toko. Sejak awal pendirian, ketiga toko mengalami kemajuan dan
perkembangan. Perkembangan masing-masing toko dapat dilihat dari
semakin besarnya tempat usaha, jumlah barang yang dijual, jumlah
karyawan, dan omset dari setiap toko yang diakui oleh para pemilik
mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Hal ini diketahui dari hasil
wawancara dengan para pemilik toko, berikut petikan wawancaranya :
“Dulu pabriknya hanya yang belakang sampai tengah itu
mas, lalu tokonya juga hanya yang samping ini. Lalu pelan-
pelan saya perbesar karena pekerjaannya juga nambah.
Nambah karyawan, nambah mesin juga, nambah jenis
produk juga, juga termasuk nambah wilayah pemasarannya.
Kalau adik saya kan focus ke tokonya masing-masing, kalau
saya lebih senang jual ke luar kota karena untungnya
lumayan, juga buat jaga relasinya teman-temannya bapak.”
(Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Berdasarkan hasil wawancaran dengan anak pertama,
pengembangan perusahaan dilakukan dengan berbagai cara. Dari segi
fisik, bangunan tempat melakukan kegiatan operasional usaha diperbaiki
dan diperbesar kapasitasnya. Hal ini berdampak pada penambahan jumlah
pekerjaan dan jumlah pekerjanya. Selain itu, pengembangan usaha juga
dilakukan melalui perluasan jejaring pemasaran sampai luar kota.
Perkembangan toko pertama ini terus dilakukan sejak pendiri hingga
pewarisnya. Pengembangan usaha juga dilakukan di toko yang dikelola
oleh anak ketiga dari pendiri perusahaan. Toko yang dikelola anak ketiga
ini didirikan pada tahun 2002 yang diberi nama Toko Batik Unggul Jaya 2.
Perkembangan Toko Batik unggul Jaya 2 ini disampaikan oleh
pemiliknya.Perkembangan toko yang dikelola oleh anak ketiga tampak
pada penembahan jumlah karyawan, peningkatan omset dan varian barang
yang dijual pada toko tersebut. Berikut petikan wawancara dengan pemilik
toko ketiga tentang perkembangan usahanya:
42
“Ya kalau sejarahnya, toko batik Unggul Jaya ini didirikan
tahun 2002-an. Toko ini adalah cabang dari toko batik
Unggul Jaya I yang sekarang dikelola kakak saya, Mas
Vincent. Lalu ada satu cabang lagi yang dikelola Mbak
Ninok, tapi namanya bukan toko batik Unggul Jaya juga,
tapi dikasih nama Batik Mart.” (Hasil wawancara NHS,
5/3/2018)
“Karyawan sekarang ada kalau 10 orang, dulu awal kan
hanya saya dibantu 3 orang. Omset juga dari tahun ke tahun
pasti ada kenaikan walaupun hanya sedikit. Kalau tentang
barang dan warna batik itu saya ikut dari kakak saya saja.
Kalau saya kan fokus jualan di toko sama ngerjakan
pesanan-pesanan yang datang ke saya.” (Hasil wawancara
NHS, 5/3/2018)
Berdasarkan petikan wawancara tersebut, juga dapat diketahui
adanya satu hubungan baik antara satu toko dengan yang lain. Hubungan
antar toko ini memperlihatkan adanya banyak kesamaan, baik dari sisi
nama toko, maupun produk-produk yang dijual pada toko-toko tersebut.
Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan satu toko tidak dapat
dilepaskan dari keberadaan toko lainnya, terutama keberadaan pabrik yang
menjadi sumber produk dagangan ketiga toko warisan.
Perkembangan usaha juga dirasakan oleh anak kedua dari pendiri
perusahaan yang juga mendapat satu toko dari pendiri perusahaan. Toko
dari anak kedua ini tidak menggunakan nama Batik Unggul Jaya pada
usahanya, tetapi menggunakan nama Batik Mart. Alasan penggunaan
nama ini adalah karena berhubungan dengan masa pembukaan toko dan
ciri khas yang diusung oleh pemilik perusahaan dalam usahanya.
Perkembangan usaha dirasakan oleh pemilik perusahaan dan keluarganya
dan tampak dari beberapa hal seperti perluasan tempat usaha, penambahan
karyawan, peningkatan omset dan keuntungan serta peningkatan cara
pengelolaan dan perkembangan starategi pemasaran yang terjadi pada toko
dari anak kedua ini. Berikut petikan wawancara dengan pemilik Batik
Mart, yang menjelaskan perkembangan usahanya:
43
“Ya disini kan saya mulai itu mulai Maret 2003, makanya
kan saya kasih nama saya Batik Mart gitu. Nama itu saya
ambil selain dari bulan mulainya usaha, juga dari inspirasi
toko-toko yang pakai nama mart-mart itu kan identic
dengan ambil sendiri, dan disini juga gitu, ambil sendiri
barangnya, jadi namanya itu saja.” (Hasil wawancara NGS,
8/3/2018)
“Ya saya mulai tahun 2003 dulu toko hanya yang depan ini
saja. Lalu diperluas supaya bisa display barang makin
banyak. Lalu karyawan sekarang juga nambah, sudah makin
banyak. Omset juga naik turun tetapi tetap stabil. Desain
bangunan dan toko juga sengaja kami desain untuk
membuat nyaman orang yang datang kesini. Ya kalau
dibilang berkembang pasti, hanya saja memang belum
sempat untuk buat pabrik baru. Pertimbangan keluarga
besar kan masih ada pabrik di tempat ibu, jadi buat apa
bikin pabrik sendiri. Disana kan juga masih sanggup untuk
memenuhi kebutuhan di tiga toko. Jadi pengembangannya
diwujudkan dalam hal lain seperti online, layanan pesan
antar, kemudian sering ikut pameran-pameran batik,
sekalian promosi.” (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Toko yang dikelola anak kedua ini memiliki ciri khas dibanding
dua toko yang lainnya. Pada toko ketiga yang diberi nama Batik Mart ini,
pemilik perusahaan membawa konsep self service dalam usahanya.
Pembeli bebas memilih, menyeleksi dan membeli barang yang mereka
inginkan. Sasaran Batik Mart sendiri menurut pemiliknya lebih menyasar
pada segmen pasar usia muda. Hal ini selanjutnya disesuaikan dengan
manajemen pengelolaannya. Perkembangan Batik Mart sendiri ditandai
dengan adanya perluasan lokasi usaha, penambahan karyawan untuk
pelayanan, penambahan jalur distribusi melalui pasar online dan tentu
kenaikan omset dan keuntungan dari hasil usahanya. Pemilik perusahaan
juga mengutarakan bahwa ada keinginan dari pemilik untuk membuat
pabrik sendiri, akan tetapi belum terealisasi akibat adanya pertimbangan
lain dari keluarga besar. Hal ini juga menunjukkan bahwa perusahaan ini
masih kuat sebagai sebuah perusahaan keluarga.
44
Ketiga anak pendiri Batik Unggul Jaya masih memegang nilai-nilai
yang diwariskan oleh pendiri perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan, terdapat beberapa nilai yang hingga kini dipegang
teguh oleh generasi penerus Batik Unggul Jaya. Nilai-nilai tersebut antara
lain nilai kedisiplinan, ketelitian, bekerja hingga tuntas, keuletan dalam
bekerja, kejujuran, profesional, dan taat pada peraturan. Nilai-nilai yang
diwariskan pendiri perusahaan kepada anak-anaknya ini masih digunakan
oleh para pewaris perusahaan dalam menjalankan usahanya masing-
masing. Setiap pewaris meyakini nilai tersebut menjadi kunci sukses
dalam menjalankan usahanya. Berikut petikan wawancara yang
menunjukkan adanya nilai-nilai yang diwariskan pendiri Batik Unggul
Jaya :
“Saya dan adik-adik saya tidak mungkin jadi sama seperti
sekarang ini tanpa orang tua kami. Bapak itu ngajari kami
disiplin, telaten dan kalau mau kerjakan apapun harus niat
dari awal sampai akhir. Kalau sudah memulai, jangan
tanggung, harus dikerjakan serius dan diselesaikan sampai
jadi dan hasilnya ada. Nah, kalau ibu itu orangnya telaten
dan teliti, itu nurun ke adik saya yang besar. Nah, anak-
anaknya ini kombinasi keduanya.” (Hasil wawancara VSS,
3/3/2018)
“Ya banyak, disiplinnya bapak tentang waktu, uletnya
bapak kalau sudah pergi itu pulang harus bawa hasil
walaupun sedikit, lalu kalau usaha itu harus jujur, usaha
juga harus tertib soal uang, misah uang toko dengan uang di
dompet. Banyak lah mas pokoknya, sama kalau ibu itu
orangnya telaten. Ya semoga kami benar-benar mewarisi
sikap-sikapnya beliau berdua supaya cita-cita bapak dan ibu
lihat anaknya sukses itu kesampaian.” (Hasil wawancara
NHS, 5/3/2018)
“Ya kalau itu ada, bapak itu selalu bilang ke kami anak-
anaknya kalau yang namanya usaha itu harus dilakukan
dengan disiplin. Kalau orang sudah disiplin, usaha akan
teratur dengan sendirinya. Lalu jangan malu melakukan
apapun asal tidak melanggar hukum, kreaitf gitu mas.”
(Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
45
Anak pertama dari pendiri perusahaan menyebutkan bahwa nilai-
nilai yang masih dia pegang teguh hingga kini dalam menjalankan usaha
antara lain nilai kedisiplinan dalam bekerja, ketelatenan dalam
menjalankan usaha dan mencari peluang berkembang serta totalitas dalam
bekerja. Nilai nilai ini menjadi dasar bagi pewaris perusahaan yang
pertama dalam melakukan semua aktivitas perusahaan yang kini dipegang.
Totalitas dalam bekerja ditunjukkan dengan adanya semangat untuk
menyelesaikan semua pekerjaan yang telah dimulai. Hal ini memang
menjadi sangat penting dalam menjalankan sebuah usaha. Setiap upaya
yang dilakukan dalam menjalankan usaha harus dapat menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagi perusahaan.
Sementara itu, anak kedua dari pendiri perusahaan menuturkan
bahwa nilai-nilai yang masih dipegang hingga kini antara lain nilai
kedisiplinan dan nilai taat hukum. Pewaris kedua ini menilai bahwa
dengan adanya kedisiplinan ini, maka keseluruhan aspek dalam usaha akan
menjadi teratur. Nilai taat hukum juga menjadi pijakan dalam melakukan
usaha. Hal ini dinilai pewaris perusahaan menjadi modal agar usaha dapat
berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Anak ketiga dari pendiri
perusahaan juga mengutarakan beberapa nilai yang ditanamkan oleh
pendiri perusahaan. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri pewaris ketiga
antara lain nilai kedisiplinan, profesionalitas dalam bekerja, ketelatenan
dan totalitas dalam melakukan segala sesuatu agar mendapat hasil yang
baik. Menurut pewaris ketiga, nilai profesionalitas sangat penting dalam
mengelola usaha, terutama dalam hal mengelola keuangan perusahaan.
Pengelolaan keuangan perusahaan harus dilakukan dengan profesional,
membedakan keuangan perusahaan dengan keuangan secara pribadi.
Selain itu, nilai ketelatenan yang terus digunakan pewaris perusahaan
dalam menjalankan usaha membuat usaha yang dilakukan menjadi lebih
efektif dan efisien, baik dari sisi ekonomis maupun non ekonomis.
46
2. Proses Suksesi Bisnis di Perusahaan Batik PT Unggul Jaya
Proses suksesi bisnis dapat dibagi menjadi tiga tahapan, ketiga
tahapan tersebut antara lain tahap pengembangan individu calon suksesor,
tahap pelibatan calon suksesor dalam bisnis, dan tahap suksesi
kepemimpinan. Setiap tahapan terdiri dari beberapa proses. Pada tahap
pengembangan individu calon suksesor, terdapat proses pemilihan calon
suksesor, proses pengenalan lingkungan usaha, proses pelatihan
melakukan aktivitas, dan proses pelibatan dalam proses usaha. Pada tahap
pelibatan calon suksesor dalam bisnis pun terdiri dari beberapa proses,
diantaranya proses awal mula pelibatan dalam usaha, proses pemberian
hak dan wewenang secara tidak penuh, dan proses pelibatan calon
suksesor secara penuh dalam usaha. Sementara itu, tahap suksesi
kepemimpinan juga terdiri dari beberapa proses, antara lain proses
evaluasi hasil penyiapan calon suksesor dan proses penyerahan
kepemimpinan perusahaan kepada suksesor.
Perusahaan Batik Unggul Jaya dalam proses suksesi bisnisnya juga
mengalami tahapan-tahapan dan proses-proses mulai dari pemilihan calon
suksesor hingga suksesi kepemimpinan. Setiap tahapan yang dilalui
Perusahaan Batik Unggul Jaya dalam suksesi kepemimpinannya dapat
diungkap melalui wawancara langsung dengan istri dari pendiri
perusahaan dan anak-anak pendiri perusahaan yang merupakan suksesor
Perusahaan Batik Unggul Jaya dari pendirinya. Proses-proses yang terjadi
dari awal mula pendirian dan suksesi kepemimpinan perusahaan
diutarakan oleh istri dari pendiri perusahaan dan generasi penerusnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, ditemukan berbagai
fakta yang berhubungan dengan proses dan tahapan dalam suksesi
kepemimpinan Perusahaan Batik Unggul Jaya. Berikut akan diuraikan
setiap tahapan yang dilalui Perusahaan Batik Unggul Jaya dalam proses
suksesi kepemimpinan yang terjadi dari pendiri perusahaan ke generasi
penerus yang sampai saat ini mengelola dan menjalankan perusahaan.
47
a. Tahapan Pengembangan Individu Calon Suksesor
Pada tahap pengembangan individu calon suksesor,
terdapat proses pemilihan calon suksesor, proses pengenalan
lingkungan usaha, proses pelatihan melakukan aktivitas, dan proses
pelibatan dalam proses usaha. Proses pemilihan suksesor pada
Perusahaan Batik PT Unggul Jaya dilakukan oleh pendiri
perusahaan secara langsung. Dalam proses ini, pendiri perusahaan
memiliki tiga orang anak yang memiliki kemungkinan untuk dapat
dijadikan sebagai suksesor. Pendiri perusahaan tidak memilih salah
satu saja anaknya sebagai pendiri perusahaan, tetapi memilih untuk
membagi perusahaannya dan membagikan kepada semua anaknya.
Untuk menghindari perpecahan perusahaan, maka perusahaan yang
didirikan pendiri perusahaan dibuat menjadi bentuk perseroan
terbatas (PT). Melalui bentuk perusahaan ini, pendiri Perusahaan
Batik PT Unggul Jaya mewariskan perusahaanya kepada semua
anaknya. Berikut beberapa petikan waawancara yang menunjukkan
bahwa pendiri perusahaan sudah sejak awal menetapkan untuk
mewariskan perusahaanya kepada ketiga anaknya :
“Ya namanya juga orang tua Mas, dan punya usaha
yang bisa dibilang sudah lumayan mapan, kalau bapak
dan saya pengennya ya supaya anak-anak jaga toko
saja, ngembangkan usaha sendiri. Karena prinsipnya
bapak kan lebih baik kecil tapi mandiri daripada besar
tapi ikut orang terus.” (Hasil Wawancara ESW,
1/3/2018)
“Kalau bapak inginnya dulu satu anak satu toko, lalu
pabriknya yang urus bapak sendiri, jadi kan semua
punya penghasilan. Tapi karena bapak dulu mulai
sering sakit, akhirnya yang pabrik saya sama anak yang
besar itu yang urus. Kalau toko ya, anak-anak udah
dibuatkan semua sama bapak, jadi ya sampai sekarang
anak-anak yang jualan di toko.” (Hasil Wawancara
ESW, 1/3/2018)
48
“Namanya juga anak pertama, bukan mau membeda-
bedakan anak, tapi kalau anak pertama biasanya lebih
banyak jatahnya, kan nanti orang tua ikut sama anak
pertama kalau udah tua kayak saya ini.” (Hasil
Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Kami bertiga memang telah diberikan masing-masing
toko oleh bapak dan ibu. Saya ini mengelola toko yang
paling tua, toko yang pertama dibangun. Lalu adik saya
dua-duanya dibangunkan toko juga. Adik saya yang
bontot tokonya namanya juga batik Unggul Jaya, kalau
adik saya yang kedua itu yang paling kreatif, tokonya
tidak pakai nama Unggul Jaya, tapi dikasih nama Batik
Mart.” (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
“Ya kalau dilihat sih ya, sebenarnya bapak dan ibu itu
pengen kami meneruskan usahanya. Makanya kami kan
dikasih toko satu-satu. Dulu bapak pernah cerita juga
katanya mau bangun pabrik lagi buat adik-adik saya,
tapi sudah keburu dipanggil sama Tuhan. Ya akhirnya
ibu kan yang bilang, tokonya 3 harus jalan semua, tapi
kalau pabrik kan bisa jadi satu.” (Hasil wawancara
VSS, 3/3/2018)
“Ya itu tadi, mereka ingin supaya saya sama adik-adik
itu meneruskan usaha, masing-masing punya pabrik,
masing-masing punya toko, bisa berkembang, bisa jadi
lahan untuk cari makan.” (Hasil wawancara VSS,
3/3/2018)
“Ini kan juga bagian dari usahanya bapak ibu dulu.
Mereka buat toko sesuai jumlah anaknya, lalu masing-
masing dikasih satu.” (Hasil wawancara NHS,
5/3/2018)
“Ya kalau itu sebenarnya yang lebih tau kan bapak
sama ibu saya. Tapi kalau dipikir, sebenarnya itu kan
memang cita-cita bapak dan ibu supaya kami bertiga itu
hidup mandiri. Dulu kan rencananya mau bikin pabrik
di masing-masing toko mas, tapi tidak jadi karena ibu
saya bilang selama pabrik yang disana masih mampu ya
itu dulu saja yang dioperasionalkan. (Hasil wawancara
NHS, 5/3/2018)”
49
“Kalau yang disampaikan sama bapak saya dulu
sebelum meninggal kan ya pasti ngomong apa gitu lah,
intinya ya supaya anak-anak jaga ibu, perusahaan juga
dikelola dengan baik, tidak boleh rebutan pabrik, yang
penting masing-masing sudah punya toko, jadi sudah
punya usaha sendiri, tidak perlu repot cari kerja. Usaha
saja di Pekalongan supaya ibu juga ada temannya.”
(Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Pendiri PT Unggul Jaya telah memiliki tujuan untuk
menyiapkan perusahaan yang dapat diwariskan kepada ketiga
anaknya. Hal ini dilatarbelakangi oleh sikap dan prinsip
kemandirian yang selama ini dipegang teguh. Pendiri PT Unggul
Jaya menginginkan hal yang sama untuk anak-anaknya kelak, yaitu
memiliki usaha sehingga anak-anaknya dapat hidup dengan
mandiri. Kemandirian yang diharapkan oleh pendiri perusahaan
untuk anak-anaknya adalah tentang kepemilikan perusahaan.
Pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya mengharapkan setiap
anaknya memiliki perusahaan sendiri, sehingga tidak perlu mencari
pekerjaan sampai luar kota. Hal ini ditujukan agar anak-anak dari
pendiri perusahaan dapat tetap tinggal dekat dengan orang tua.
Pendiri perusahaan pada akhirnya membuat toko sejumlah
anaknya, yaitu tiga toko. Sebelum meninggal dunia, pendiri
perusahaan sebenarnya menginginkan agar setiap anak memiliki
satu toko dan satu pabrik tersendiri. Akan tetapi, keinginan tersebut
tidak dapat diwujudkan hingga akhirnya pendiri perusahaan
meninggal dunia dan hingga kini keberlangsungan tiga toko yang
dikuasai oleh ketiga anak pendiri perusahaan masih mengandalkan
satu pabrik, yaitu pabrik yang didirikan oleh pendiri perusahaan.
Secara hukum, setelah pendiri perusahaan meninggal, pabrik
menjadi hak anak pertama. Pabrik tersebut hingga kini masih
menjadi suplayer barang dari ketiga toko warisan.
50
Para pewaris atau generasi penerus perusahaan batik PT
Unggul Jaya telah mulai dikenalkan dengan lingkungan usaha
sejak usia dini. Pendiri perusahaan telah memperkenalkan
lingkungan usahanya dengan cara membawa anak-anaknya sejak
kecil ke pabrik dan toko. Pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya
mulai mengenalkan setiap aktivitas yang ada di perusahaan mulai
dari proses produksi yang dilakukan di pabrik, proses penjualan
yang dilakukan di toko hingga proses penjalinan jejaring
pemasaran hingga luar kota. Pendiri perusahaan memberikan
pengetahuan tentang apa saja yang harus dilakukan dalam
menjalankan sebuah perusahaan batik. Aktivitas ini dilakukan
secara rutin setiap hari sambil menjalankan semua aktivitas
perusahaan. Setiap anak diperkenalkan dengan semua aktivitas
secara menyeluruh, tidak jarang pendiri perusahaan juga
melibatkan anak dalam aktivitas yang dilakukan. Hal ini dapat
dikatahui dari petikan hasil wawancara berikut :
“Sejak kecil-kecil, saya sama bapak suka bawa ke
tempat kerja, agak gede diajari kerja biar nanti
pabriknya ada yang nerusin Mas. Sekarang bener kan,
toko-tokonya bapak akhirnya dikasih ke anak-anak
semua.” (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Dulu kan anak-anak masih kecil-kecil Mas, jadi ya
mau tidak mau ada di pabrik sama di toko, ikut bapak
ibunya kerja. Dari situ ya mereka kan banyak tanya,
atau kadang malah kami yang minta tolong dibantu. Ya
intinya karena mereka ada di lingkungan usaha ya
otomatis saja gitu mereka belajar. Ya belajar sendiri, ya
kadang juga diajari sama saya sama bapaknya dulu.”
(Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Kan semua anak itu sebenarnya diajari semua hal
tentang usahanya bapak, mulai dari produksi di pabrik
sampai mengelola toko, termasuk datang ke kota lain
untuk menjalin kerjasama dengan orang dari kota lain
itu diajari semua kok. (Hasil wawancara NHS,
5/3/2018)”
51
Pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya yang sebenarnya
memiliki cita-cita untuk dapat mewariskan usahanya kepada anak-
anaknya memberikan pengetahuan tentang teknik-teknik produksi,
manajemen pengelolaan toko dan pemasaran barang hasil produksi.
Pengenalan lingkungan yang dilakukan oleh pendiri perusahaan
batik PT Unggul Jaya ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa
memiliki pada diri anak-anaknya. Hal ini diharapkan oleh pendiri
perusahaan agar kelak anak-anaknya dapat meneruskan usahanya.
Selain itu, faktor kedekatan rumah tinggal dengan lokasi usaha
juga membuat anak-anak pendiri perusahaan secara alamiah juga
berdekatan dan berinteraksi dengan lingkungan perusahaan. Hal ini
semakin memudahkan proses pengenalan lingkungan ke para calon
pewaris perusahaan. Pengenalan lingkungan yang dilakukan oleh
pendiri perusahaan dilanjutkan dengan pelatihan melakukan
berbagai aktivitas yang terkait dengan cara-cara mengelola sebuah
perusahaan batik, mulai dari proses-proses yang terjadi di pabrik,
sampai proses-proses yang dilakukan di toko.
Pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya memberikan
berbagai pelatihan melakukan aktivitas bagi anak-anaknya. Dalam
hal produksi, pendiri perusahaan mengajari anak-anaknya tentang
cara memproduksi batik. Berbagai teknik diajarkan oleh pendiri
perusahaan kepada anak-anaknya secara berkelanjutan. Pendiri
perusahaan juga mengajarkan aktivitas administratif yang harus
dilakukan dalam menjalankan perusahaan, terutama terkait dengan
administrasi keuangan yang harus dilakukan, mulai dari
pengelolaan pendapatan hingga pengeluaran. Proses-proses
pemasaran produk, mulai dari penataan barang dagangan hingga
melakukan komunikasi kepada konsumen potensial juga dilakukan.
Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan istri dan anak-
anak pendiri perusahaan. Berikut petikan wawancara yang
menunjukkan adanya pelatihan melakukan aktivitas :
52
“Ya kalau yang pertama itu kan lebih senang di
belakang, maksudnya di pabrik, buat-buat batik begitu,
jadi belajarnya ya lebih banyak tentang gimana bikin
batik. Beda sama yang tengah dan yang kecil. Kalau
yang kecil itu matematikanya pinter, jadi lebih senang
kalau di toko, hitung-hitungan barang sama uang. Lha
kalau yang tengah itu serba bisa, di belakang bisa, di
toko juga bisa, wong nyales saja bisa kok Mas. Jadi dia
itu nawar-nawarkan barang dagangan bapaknya ke
teman-temannya dulu, ngecer sendiri.” (Hasil
Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Jadi kalau ada kerjaan mereka diajak supaya tahu,
supaya mereka belajar sendiri. Lalu kami sering suruh-
suruh mereka juga buat nyelesaikan pekerjaan, biar
belajar kerja. Kalau kata orang sekarang ya otodidak
gitu lah Mas.” (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Ya kalau dibilang diajari secara penuh ya tidak juga,
tapi kalau dibilang dilepas juga salah. Bapak sama ibu
itu orangnya demokratis ya, jadi anak-anaknya mau
ngapain aja ya didukung. Kalau saya kan suka di
pabrik, jadi lebih dekat ke bapak, bapak ngajari saya
macem-macem. Kalau ibu ngajari adek saya itu
pembukuan sama caranya ngatur toko.” (Hasil
wawancara VSS, 3/3/2018)
“Iya, semua sama-sama di toko, bantu-bantu sebisanya.
Kalau sudah pulang sekolah kami semua jarang dolan-
dolan mas, karena dulu bapak ibu kan walaupun punya
karyawan tetap ikut kerja di toko sama di pabrik.”
(Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
“Kan semua anak itu sebenarnya diajari semua hal
tentang usahanya bapak, mulai dari produksi di pabrik
sampai mengelola toko, termasuk datang ke kota lain
untuk menjalin kerjasama dengan orang dari kota lain
itu diajari semua kok. (Hasil wawancara NHS,
5/3/2018)”
“Dasar produksi dan berhubungan dengan orang luar
itu saya dapat dari bapak, kalau pembukuan, kerapian
toko itu saya dapat dari ibu saya.” (Hasil wawancara
NGS, 8/3/2018)
53
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui
bahwa pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya telah memberikan
pelatihan dalam melakukan aktivitas kepada calon suksesornya.
Pelatihan aktivitas dilakukan pada setiap kesempatan dimana anak-
anak pendiri perusahaan berada di toko dan pabrik batik. Waktu
yang biasanya digunakan dalam melakukan pelatihan aktivitas
adalah setelah anak-anak dari pendiri perusahaan telah
menyelesaikan jam sekolahnya. Anak-anak pendiri perusahaan
memang tidak diajarkan secara khusu, tetapi mereka berlatih
melakukan aktivitas secara otodidak kepada orangtua mereka
sebagai pendiri perusahaan. Aktivitas-aktivitas yang mereka latih
meliputi teknik dalam memproduksi baik, baik yang berupa kain
maupun pakaian jadi, manajemen pengelolaan persediaan barang,
manajemen pengelolaan penataan toko, manajemen pengelolaan
keuangan hingga cara dan strategi yang dilakukan dalam
melakukan kegiatan pemasaran.
Pelatihan-pelatiha yang diberikan oleh pendiri perusahaan
kepada anak-anaknya sebagai calon suksesor perusahaan ditujukan
untuk membekali para calon suksesor dalam melakukan aktivitas-
aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, pendiri perusahaan batik PT
Unggul Jaya melibatkan para calon suksesor dalam setiap aktivitas
yang telah dilatih selama ini. Para calon suksesor perusahaan
dilibatkan pada hampir semua aspek usaha. Hal ini menjadi penting
agar calon suksesor dapat mulai belajar melakukan hal-hal atau
aktivitas yang harus dilakukan dalam menjalankan sebuah
perusahaan. Pelibatan calon suksesor dilakukan tidak secara penuh,
setiap aktivitas yang dilakukan oleh para calon suksesor masih
dalam pengawasan pendiri perusahaan. Pelibatan calon suksesor
dalam aktivitas perusahaan telah dimulai sejak usia dini, sehingga
diharapkan para calon suksesor telah terlatih dan terampil
melakukan setiap aktivitas pada saat pewarisan dilakukan.
54
Pelatihan dan pelibatan calon suksesor dalam setiap
aktivitas dilakukan dengan tujuan agar calon suksesor siap untuk
mewarisi usaha yang telah didirikan, yaitu perusahaan batik PT
Unggul Jaya. Kesiapan dari calon suksesor ini menjadi penting
karena pendiri perusahaan memiliki harapan agar perusahaan yang
didirikan dapat menjadi sarana dalam memenuhi kebutuhan hidup
anak-anaknya kelak. Dengan kata lain, bahwa pendiri perusahaan
juga mengharapkan agar perusahaan dapat berjalan lama dan eksis
dalam industri batik di Pekalongan. Proses pelibatan para calon
suksesor dalam proses usaha dapat diketahui dari petikan hasil
wawancara berikut ini :
“Dulu kecil sering diajak ke pabrik, diajari kerja di
pabrik, sekarang besarnya jadi pengelola pabrik.
Pabriknya sekarang juga makin besar, dan anak saya
yang besar ini sifat-sifat dan caranya dagang itu sangat
mirip dengan bapaknya. Kalau yang kecil memang
kurang terlihat, karena mirip sama saya, tidak terlalu
aktif, tapi tokonya juga ramai, tapi ya apa-apa pasti
ngomong ke kakaknya. Kalau yang tengah ini yang
paling pinter jualan. Dulu yang tengah ini yang paling
sering ikut bapaknya jualan sampai luar kota. Mungkin
karena itu juga yang tengah ini paling pinter jualan.”
(Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
“Ya kalau dilatih secara khusus tidak, tapi kalau
diilibatkan dalam proses usaha iya. Kalau latihan itu
lebih banyak dibelakang mas, tentang cara bagaimana
bikin batik itu kami dilatih bapak.” (Hasil wawancara
NGS, 8/3/2018)
Pelibatan calon suksesor dalam proses usaha ini merupakan
salah satu tahapan yang dilalui oleh para suksesor perusahaan batik
PT Unggul Jaya sebelum mereka mewarisi perusahaan. Hal ini
merupakan bagian dari penyiapan calon suksesor yang dilakukan
oleh pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya. Proses ini
memperlihatkan betapa panjangnya proses suksesi perusahaan.
55
b. Tahapan Pelibatan Calon Suksesor dalam Perusahaan
Setelah tahapan pengembangan individu calon suksesor
dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah tahapan pelibatan
calon suksesor dalam perusahaan. Tahapan ini mengungkap
bagaimana proses yang dilalui oleh suksesor dalam memulai proses
pelibatan dirinya dalam perusahaan, mengambil tanggung jawab
dan mulai mengambil bagian dalam perusahaan. Pada tahap
pelibatan calon suksesor dalam bisnis pun terdiri dari beberapa
proses, diantaranya proses awal mula pelibatan dalam usaha,
proses pemberian hak dan wewenang secara tidak penuh, dan
proses pelibatan calon suksesor secara penuh dalam usaha.
Awal mula calon suksesor dilibatkan dalam proses usaha
sebenarnya telah dimulai sejak usia sekolah. Namun, pada masa
itu, calon suksesor perusahaan belum mengambil tanggung jawab
dalam perusahaan. Pada masa ini, calon suksesor hanya sekedar
membantu melaksanakan aktivitas-aktivitas perusahaan, tidak ada
kewajiban dan tanggung jawab yang diberikan pendiri perusahaan
kepada calon suksesor manapun. Hal ini berlaku untuk semua
calon suksesor, dimana terdapat tiga calon suksesor yang
dipersiapkan. Awal mula pelibatan calon suksesor dalam usaha
dapat diketahui dari petikan wawancara berikut ini :
“Ya kalau yang besar sama yang kecil ini dari kecil
memang sudah pengen kayak bapaknya, jadi
pengusaha, tapi kalau yang tengah sebenarnya dulu
pengen jadi pengacara, terjun dalam dunia hukum gitu.
Tapi memang belum kesampean cita-citanya menjadi
pengacara, karena setelah lulus kuliah saya minta
menjaga toko sekalian mengurus perijinan usaha saya.
Meski tidak jadi pengacara akan tetapi ilmunya sangat
berguna dalam perijinan usaha kami mas. Ya akhirnya
sekarang tiga-tiganya jualan batik semua, toh ya
mereka semua bisa dibilang sukses ya.” (Hasil
Wawancara ESW, 1/3/2018)
56
“Saya dari kecil itu sudah sering diajak bapak sama ibu
untuk ikut bantu-bantu dipabrik sama ditoko. Dulu
masih sering depan belakang bolak-balik sana-sini, tapi
setelah adik-adik saya ikut ya saya banyak dibelakang,
dipabriknya. Karena kan adik saya yang pertama itu
saya lihat paling senang berhadapan dengan banyak
orang, lalu adik saya yang kedua itu pintar kalau soal
hitung-hitungan dan orangnya teliti juga.” (Hasil
wawancara VSS, 3/3/2018)
Proses dalam tahapan pelibatan calon suksesor dalam usaha
dilanjutkan dengan proses pemberian hak dan wewenang secara
tidak penuh. Melalui proses ini, para calon suksesor telah diberikan
tugas tertentu dalam perusahaan. Pemberian tugas ini berdampak
pada pemberian kompensasi atas apa yang telah dilakukan oleh
para calon suksesor.Pemberian hak dan wewenang secara tidak
penuh dimulai pada masa setelah calon suksesor siap. Kesiapan
calon suksesor dinilai oleh pendiri perusahaan setelah
menyelesaikan pendidikannya. Pemberian hak dan wewenang ini
tidak dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek perusahaan,
akan tetapi diberikan secara bertahap per bagian.
Dalam proses pemberian hak dan kewajiban secara tidak
penuh di perusahaan PT Batik Unggul Jaya, pendiri perusahaan
mengaku memberikan hak dan kewajiban sesuai dengan bakat dan
kemampuan anak-anaknya sebagai calon suksesor. Anak pertama
dari pendiri perusahaan memulai keterlibatan dalam usaha dari
pekerjaan yang dilakukan di pabrik, hal ini dilakukan karena anak
pertama dinilai memiliki kemampuan yang baik dalam produksi
batik. Anak kedua pendiri perusahaan memulai keterlibatan dalam
perusahaan dari pemasaran produk, hal ini ditunjukkan dengan
proses awal keteribatan sebagai seorang penjaga toko dan anak
yang selalu dilibatkan dalam setiap kunjungan ke luar kota. Anak
ketiga memulai keterlibatan dalam perusahaan dari administrasi.
57
Hal yang dikerjakan oleh anak kedua ini meliputi
administrasi keuangan dan manajemen persediaan barang
dagangan di toko. Semua anak dari pendiri perusahaan memiliki
keunggulan yang berbeda dalam hal pengelolaan perusahaan. Hak
dan kewajiban yang diberikan kepada anak-anak pendiri
perusahaan diberikan mulai pada level terendah dan terus naik
sesuai dengan kemampuan calon suksesor. Hal ini berarti bahwa
pendiri perusahaan senantiasa memonitor perkembangan calon
suksesor dalam melaksanakan setiap pekerjaan.Proses pemberian
hak dan wewenang secara tidak penuh ini dapat diketahui
berdasarkan petikan hasil wawancara berikut :
“Ya kalau orang tua sejak kecil kami memang melibatkan
kami ya. Tiap hari diajak ke pabrik dan ke toko. Saya
sendiri waktu masih sekolah juga dikasih kerjaan bapak
untuk jadi pelayan di toko. Kalau bapak keluar kota urus
pekerjaan, kadang kami bertiga ikut, tapi yang paling
sering ikut dulu itu saya, karena dulu saya suka keliling-
keliling meskipun cuma ikut bapak urusan bisnis.” (Hasil
wawancara NGS, 8/3/2018)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dikatahui
bahwa pelibatan calon suksesor secara tidak penuh ke dalam
perusahaan dimulai setelah masing-masing calon suksesor
menyelesaikan pendidikannya. Masing-masing calon suksesor
memulai mengemban hak dan wewenang dalam perusahaan
dimulai dari bidang yang mereka minati dan mereka kuasai.
Penambahan hak dan wewenang yang terjadi dalam proses ini terus
berlanjut manakala setiap calon suksesor mampu melakukan setiap
pekerjaan dengan baik. Pendiri perusahaan mengharapkan agar
semua calon suksesor dapat menguasai semua aspek pekerjaan
yang harus dilakukan dalam perusahaan batik agak setiap anak siap
untuk mewarisi perusahaan. Proses pemberian hak dan wewenang
secara tidak penuh ini akan berlanjut pada proses pelibatan secara
penuh.
58
Proses pelibatan calon suksesor secara penuh dalam usaha
dilakukan manakala calon suksesor telah dinilai siap untuk dapat
menjalankan satu aspek pekerjaan di dalam perusahaan. Anak
pertam dari pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya memulai
mengemban tanggung jawab penuh dalam bidang produksi. Hal ini
diketahui dari pengakuan bahwa jabatan awal yang diemban
pertama kali oleh anak pertama adalah kepala pabrik. Menurut
pengakuan anak pertama dari pendiri perusahaan, menjadi kepala
pabrik berarti bertanggungjawab atas segala sesuatu yang
berhubungan dengan pemenuhan target produksi dan pengelolaan
bahan. Anak kedua memulai tanggungjawab penuh dalam
perusahaan sebagai kepala toko. Dalam hal ini, kepala toko yang
dimaksud adalah sebagai koordinator dalam melakukan aktivitas di
toko, mulai dari persediaan barang hingga melakukan cara-cara
promosi kepada konsumen potensial. Anak ketiga memulai
tanggungjawab penuh bukan dalam ranah jabatan, tetapi secara
langsung menggantikan tugas istri pendiri perusahaan dalam
administrasi keuangan. Salah satu petikan wawancara yang
menunjukkan pemberian wewenang penuh adalah sebagai berikut :
“Dahulu saya bercita-cita menjadi pengacara, makanya
saya sekolah hukum. Setelah lulus saya mulai bantu-
bantu dahulu dan di minta bapak untuk mengurus
perijinan pabrik dan toko batik. Di situlah saya
menemukan kecintaan saya sama perusahaan bapak
saya ini.” (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa
salah satu sarana dalam memeberikan hak dan tanggungjawab
penuh juga memperhatikan kemampuan dari calon suksesor.
Berdasarkan hasil pemberian hak secara penuh inilah pendiri
perusahaan tetap teguh mencita-citakan untuk memberikan warisan
usaha kepada semua anaknya. Hal ini berarti bahwa semua anak
pendiri perusahaan menjadi suksesor usaha.
59
c. Tahapan Suksesi Kepemimpinan
Tahapan terakhir dalam suksesi bisnis di perusahaan batik
PT Unggul Jaya adalah tahapan suksesi kepemimpinan. Pada
tahapan ini, terdapat dua proses yang terjadi, yaitu proses evaluasi
hasil penyiapan calon suksesor dan proses penyerahan
kepemimpinan perusahaan kepada suksesor. Pada proses evaluasi
hasil penyiapan calon suksesor, pendiri perusahaan meyakini
bahwa ketiga anak memiliki kemampuan yang cukup untuk
mengelola perusahaan. Oleh karena itu, pendiri perusahaan
memutuskan untuk membagi perusahaan ke ketiga anaknya. Proses
pembagian perusahaan ini dimulai jauh hari sebelum perusahaan
resmi diwariskan. Perusahaan yang sebelumnya belum berbadan
hukum, dibuat menjadi berbadan hukum dalam bentuk usaha
perseroan terbatas (PT).
Perubahan bentuk perusahaan ini dimaksudkan untuk
mempermudah pembagian perusahaan. Sebelum perusahaan ini
dibuat menjadi perseroan terbatas, perusahaan batik PT Unggul
Jaya telah mendirikan dua toko tambahan, sehingga jumlah toko
yang dimiliki oleh perusahaan batik PT Unggul Jaya menjadi 3
unit. Keputusan untuk menambah jumlah toko ini secara pribadi
ditentukan oleh pendiri perusahaan, tujuannya adalah untuk
diwariskan kepada ketiga anaknya. Selanjutnya pembagian saham
dalam perusahaan ditentukan dengan jumlah atas dasar nilai toko
dan pabrik. Pabrik pembuatan batik milik perusahaan batik PT
Unggul Jaya dimiliki oleh pendiri perusahaan dan ketiga toko
masing-masing diberikan satu unit ke anak-anak pendiri
perusahaan. Hingga pada akhirnya kepemilikan pabrik secara
hukum diberikan kepada anak pertama. Pertimbangan yang
digunakan adalah bahwa anak pertama menjadi orang yang
menanggung hari tua dari pendiri perusahaan dan faktor
kebudayaan yang masih dipegang teguh oleh pendiri perusahaan.
60
Pendiri perusahaan menilai bahwa dengan pembagian yang
dilakukan tersebut, maka perusahaan tetap menjadi satu dengan
pembagian hak dan kewajiban yang jelas. Pabrik dan ketiga toko
dari perusahaan batik PT Unggul Jaya dianggap sebagai unit-unit
dalam satu kesatuan PT Unggul Jaya. Keputusan untuk
memberikan hak kepada ketiga anak untuk memiliki dan
mengelola perusahaan secara bersama-sama didasarkan atas
pertimbangan bahwa sebagai orang tua, pendiri perusahaan tidak
menginginkan anak-anak atau generasi penerusnya bekerja jauh
dari orang tua yang telah memasuki usia tua. Selain itu, harapan
pendiri perusahaan untuk memberikan modal kehidupan bagi
generasi penerusnya juga turut menjadi salah satu faktor penting
dalam suksesi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendiri perusahaan
dapat dikatakan telah dilakukan dengan tepat jika menilik nilai-
nilai yang hingga kini masih dipegang teguh oleh generasi
penerusnya. Nilai-nilai ini dipandang sebagai masnifestasi
keberhasilan pembinaan anak dalam rangka suksesi kepemimpinan
perusahaan keluarga. Nilai-nilai tersebut menjadi bukti bahwa apa
yang telah diajarkan pendiri perusahaan kepada geerasi penerus
telah berhasil terinternalisasi. Nilai-nilai yang dipegang generasi
penerus tampak pada petikan hasil wawancara berikut ini :
“Ya kalau menurut saya ngaruh Mas. Ada nilai-nilai
dari bapaknya yang ditiru sama anak-anak. Yang besar
apalagi, dia itu mirip bapaknya. Kalau sudah kerja tidak
mau setengah-setengah, tidak mau tanggung, kalau
sudah mulai harus selesai sampai jam berapapun. Kalau
yang kecil itu turun bapaknya soal cara ngomongnya.
Pinter anak ini kalau cari pasaran baru, cari pelanggan
baru. Kalau yang kedua ikut bapaknya tentang disiplin
waktu, makanya tokonya anak saya yang kedua ini kan
paling saklek kalau soal waktu. Buka jam 7 ya jam 7,
tutup jam 9 ya tutup jam 9. Dan yang tengah ini kan
tokonya paling rapi, itu juga ikut watak bapaknya.”
(Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
61
Berdasarkan petikan wawancara tersebut, dapat diketahui
bahwa terdapat banyak nilai yang masih dipegang generasi penerus
dari pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya. Anak pertama dari
pendiri perusahaan menyebutkan bahwa nilai-nilai yang masih dia
pegang teguh hingga kini dalam menjalankan usaha antara lain
nilai kedisiplinan dalam bekerja, ketelatenan dalam menjalankan
usaha dan mencari peluang berkembang serta totalitas dalam
bekerja. Sementara itu, anak kedua dari pendiri perusahaan
menuturkan bahwa nilai-nilai yang masih dipegang hingga kini
antara lain nilai kedisiplinan dan nilai taat hukum. Nilai-nilai yang
tertanam dalam diri pewaris ketiga antara lain nilai kedisiplinan,
profesionalitas dalam bekerja, ketelatenan dan totalitas dalam
melakukan segala sesuatu agar mendapat hasil yang baik.
Proses terakhir dalam tahapan suksesi kepemimpinan
perusahaan batik PT Unggul Jaya adalah penyerahan
kepemimpinan perusahaan kepada suksesor. Proses penyerahan
kepemimpinan kepada suksesor berjalan sesuai dengan harapan
pendiri perusahaan. Pendiri perusahaan berhasil membuat
perusahaan memiliki tiga toko yang akan diwariskan masing-
masing satu toko kepada anak-anaknya sebagai generasi penerus,
sedangkan pabrik pembuatan batik tetap akan dikelola oleh pendiri
perusahaan. Pabrik yang didirikan oleh pendiri perusahaan
memproduksi batik untuk ketiga toko yang dikelola oleh anak-
anaknya, hingga akhirnya pendiri perusahaan meninggal duani dan
akhirnya pabrik diwariskan kepada anak pertama. Pemilihan anak
pertama bukan tanpa alasa, selain sebagai orang yang dinilai paling
cakap dalam mengelola pabrik, sebagai anak pertama dalam tradisi
jawa juga mendapatkan warisan yang lebih banyak dibanding anak
yang lain. Selain itu, keberadaan istri pendiri perusahaan yang
masih bersama anak pertama juga menjadi faktor penting dibalik
pemilihan anak pertama sebagai suksesor pabrik.
62
Penyerahan tampuk pimpinan perusahaan dari pendiri
perusahaan kepada anak-anaknya dapat diketahui dari petikan hasil
wawancara berikut ini :
“Kan bapak sudah urus usaha ini jadi PT, lalu kami
dikasih kayak saham gitu, yang toko ini asetnya
dianggap milik saya, adek-adek juga dapat masing-
masing satu toko, lalu ibu sama bapak itu pegang
pabriknya.” (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
“Itu kan setahu saya caranya bapak buat menyatukan
anak-anaknya. Sebenarnya kan usahanya hanya satu,
tapi dibuat sama bapak tiga toko, nah kalau PT kan ada
saham-sahamnya gitu mas, nah toko-toko ini
diatasnamakan ke kami masing-masing satu, lalu bapak
dan ibu itu pegang pabriknya. Ya biar kelihatan ini
jatahnya siapa, itu jatahnya siapa gitu lho mas.” (Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
Berdasarkan petikan wawancara tersebut juga tampak
bahwa pendiri perusahaan tidak ingin membagi perusahaan secara
terbuka. Pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya masih
mengharapkan bahwa perusahaan dapat berjalan dengan kontribusi
dari semua generasi penerusnya. Sebelum pendiri perusahaan
meninggal, pendiri perusahaan juga telah menyatakan bahwa
kebersamaan keluarga menjadi penting artinya dalam kaitannya
dengan keberadaan istri pendiri perusahaan. Hingga kini,
perusahaan masih dijalankan oleh ketiga anak pendiri perusahaan
dengan kepemilikan bersama. Anak pertama memegang hak milik
pabrik dan toko Unggul Jaya 1, anak kedua memegang
kepemilikan toko Batik Mart, dan anak ketiga memegang
kepemilikan toko Unggul Jaya 2. Semua toko tersebut hanya
menjual barang yang dihasilkan oleh pabrik yang saat ini dikelola
oleh anak pertama. Semua transaksi dengan pabrik, baik toko anak
pertama, kedua maupun ketiga dilakukan secara profesional dan
dengan hitungan yang jelas, terutama tentang keuangan.
63
3. Aspek Pemasaran Perusahaan Batik PT Unggul Jaya sebagai Wujud
Upaya Mempertahankan Eksistensi Perusahaan
Aspek pemasaran tercermin dalam strategi pemasaran suatu
perusahaan. Strategi pemasaran merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam mempertahankan eksistensi perusahaan dalam jangka panjang.
Pentingnya strategi pemasaran ini juga disadari oleh pemilik ketiga toko
dari perusahaan bati PT Unggul Jaya Pekalongan. Untuk itu, para suksesor
dari perusahaan batik PT Unggul Jaya juga menerapkan strategi pemasaran
untuk mempertahankan eksistensi perusahaan secara umum dan toko
mereka masing-masing secara khusus. Strategi pemasaran erat
hubungannya dengan variabel-variabel yang mempengaruhi konsumen
memberikan respon terhadap keberadaan suatu produk yang dalam hal ini
adalah produk-produk batik, baik dalam bentuk kain maupun pakaian jadi.
Variabel-variabel tersebut antara lain variabel-variabel yang berhubungan
dengan product, place, promotion dan price (4P) atau bauran pemasaran.
Basu Swastha (2002:42) menjelaskan bahwa bauran pemasaran
adalah kombinasi dari empat variabel atas kegiatan yang merupakan inti
dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga, kegiatan
promosi, dan sistem distribusi. Penggunaan kombinasi dari keempat
variabel tersebut bergantung pada pimpinan perusahaan ataupun seorang
manajer, bagaimana mereka dapat menggunakan bauran pemasaran
tersebut. Strategi pemasaran dari ketiga toko warisan pendiri perusahaan
batik PT Unggul Jaya juga menerapkan strategi pemasaran yang
berhubungan dengan bauran pemasaran. Masing-masing toko memiliki
kebebasan untuk menentukan bagaimana strategi yang akan mereka
gunakan terkait produk, harga, promosi dan saluran distribusi. Semua
strategi ditentukan oleh pemilik toko, akan tetapi, dalam perusahaan ini,
antara anggota keluarga memiliki komunikasi yang baik. Hal ini sekaligus
menguatkan adanya faktor positif yang ada di dalam perusahaan batik PT
Unggul Jaya yang mendukung eksistensi perusahaan hingga kini.
64
Kotler (2002:52) menyatakan bahwa produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi kebutuhan. Dalam
hal ini, perusahaan batik PT Unggul Jaya memiliki produk berupa batik,
baik dalam bentuk kain maupun dalam bentuk pakaian jadi. Jenis batik
yang dibuat oleh pabrik perusahaan batik PT Unggul Jaya adalah batik
cap. Ditinjau dari kualitasnya, perusahaan batik PT Unggul Jaya membuat
batik untuk semua kelas ekonomi, baik menengah kebawah maupun
menengah ke atas, akan tetapi orientasi kualitas batik yang dibuat tidak
pada batik dengan kualitas terendah. Semua toko dari perusahaan batik PT
Unggul Jaya menjual batik hasil produksi pabrik yang sama, yaitu pabrik
yang didirikan oleh pendiri perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara
ditemukan beberapa strategi yang terkait dengan produk yang dijual oleh
ketiga toko perusahaan batik PT Unggul Jaya. Strategi produk dari ketiga
toko tidak jauh berbeda mengingat batik yang dijual ketiganya berasal dari
pabrik yang sama.
Pada toko Unggul Jaya 1, produk yang dijual terbilang paling
lengkap dengan jumlah yang mencukupi. Hal ini disebabkan oleh jarak
antara pabrik dan toko yang berdekatan. Barang yang dijual di toko
Unggul Jaya 1 dalam bentuk kain dan pakaian jadi. Toko Unggul Jaya 1
mengedepankan pelayanan dalam bentuk penyediaan pilihan produk yang
lengkap dan berkualitas. Selain menyediakan batik jadi, toko ini juga
melayani berbagai pesanan dari pembeli. Berikut petikan wawancara yang
memperlihatkan strategi produk pada toko Unggul Jaya 1 :
“Tapi kami ini kan jualan juga tidak asal, makanya barang-
barang kami, walaupun harganya tidak yang paling murah
tapi barangnya bagus. Kami kan tidak buat batik yang sangat
murah, kayak yang sekali pakai gitu. Kalau yang bagus sekali
kami ada, tapi kalau yang jelek sekali supaya murah malah
kami tidak punya. Kasihan yang beli juga kan mas, murah
tapi sekali pakai kan jadi murahan. Kalau bagus kan pasti
mereka yang beli balik lagi beli lagi.” (Hasil wawancara
VSS, 3/3/2018)
65
“Tapi sebenarnya yang disini ada, pasti ada juga di dua toko
lain, hanya jumlah persediaannya yang beda. Kalau disini
yang jarang kehabisan, kan dekat sama pabrik. Kalaupun ada
pesanan baik disini atau di toko adek, ngerjakannya juga
disini kok mas. Intinya ya produknya sama gitu saja.” (Hasil
wawancara VSS, 3/3/2018)
Berdasarkan petikan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan
bahwa toko batik Unggul Jaya 1 mengedepankan strategi produk yang
berkualitas dibanding dengan menjual barang murah tetapi kualitasnya
buruk. Hal ini dilakukan oleh toko Unggul Jaya 1 untuk menghindari
image buruk dari pembeli. Selain itu, toko ini juga melayani pesanan dari
pembeli. Hal ini berarti bahwa toko ini juga menerapkan strategi
pemenuhan kebutuhan dan permintaan pembeli. Toko batik Unggul Jaya 1
juga sangat menjaga pemenuhan persediaan barang untuk meminimalisir
risiko terjadinya ketidakpuasan pembeli karena ketidakadaan atau
kekurang jumlah barang yang hendak dibeli oleh pembeli. Jenis barang
yang dijual di toko ini juga sama dengan barang-barang yang di jual di
toko batik Unggul Jaya 2 dan Batik Mart. Hal ini disebabkan oleh karena
sumber barang dari ketiga toko berasal dari pabrik yang sama. Merk
dagang toko ini memakai nama Batik Unggul Jaya.
Pada toko batik Unggul Jaya 2 yang dikelola oleh anak ketiga dari
pendiri perusahaan, produk yang dijual merupakan hasil produksi dari
pabrik PT Unggul Jaya pula. Pada toko ini, pemilik toko mengedepankan
pilihan produk berupa batik kain yang belum jadi. Image yang diharapkan
dapat diterima oleh pembeli potensial adalah bahwa toko ini memiliki
varian jenis kain batik yang lengkap. Pangsa pasar dari toko ini lebih
kepada pembeli potensial yang ingin membuat batik sesuai dengan selera
mereka. Dengan kata lain, strategi produk yang utama dari toko batik
Unggul Jaya 2 adalah dengan menyediakan varian kain terlengkap dan
memenuhi pesanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pembeli.
Petikan hasil wawancara yang menunjukkan strategi produk dari toko
batik Unggul Jaya 2 adalah sebagai berikut :
66
“Iya mas, barangnya sama yang disini dan disana sama saja,
harga juga kami rata-rata sama. Yang beda paling hanya yang
pesanan-pesanan khusus.” (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
“Kalau disini ada, pasti di dua toko lainnya juga ada.
Kalaupun tidak ada, pasti itu waktu stoknya kosong.
Mungkin yang beda hanya jumlah stoknya. Kalau disini sama
di tempat Mbak Ninok kan lebih kecil dari tempatnya ibu,
jadi stok kami mungkin lebih sedikit. Kalau saya kan banyak
juga display kain belum jadi, kalau di tempat Mbak Ninok itu
majang bahan hanya sedikit sekali, nah kalau yang kelihatan
komplit kan di tempat ibu. Tapi secara prinsip sebenarnya
yang ada di satu toko, ada pula di dua toko yang lain.” (Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
barang yang dijual pada toko batik Unggul Jaya 2 memiliki varian dan
jenis yang sama dengan barang yang dijual di toko batik Unggul Jaya 1
karena bersumber pada pabrik yang sama. Strategi produk yang dominan
dipakai pada toko ini adalah pemenuhan pesanan pembeli. Ditinjau dari
persediaan barang, jumlah barang yang tersedia setiap jenisnya lebih
sedikit dibanding dengan jumlah persediaan pada toko batik Unggul Jaya
1. Hal ini disebabakan karena luas toko yang lebih sempit dan terdapat
jarak yang lebih jauh dari pabrik dibanding dengan Toko Unggul Jaya 1.
Toko batik Unggul Jaya 2 lebih mengedepankan kain batik sebagai produk
unggulannya. Hal ini tampak dari penataan barang pada galery, dimana
barang-barang dalam bentuk kain batik diletakkan pada bagian depan
galeri atau toko. Penataan ini dimaksudkan sebagai upaya pemilik untuk
memperlihatkan bahwa tokonya memiliki varian kain batik yang lengkap
dan bervariasi. Akan tetapi secara prinsip, bahwa semua barang yang
dibuat di pabrik batik PT Unggul Jaya juga tersedia di toko ini. Toko batik
Unggul Jaya 2 tetap menyediakan berbagai macam pakaian batik jadi
sebagai barang dagangannya walaupun mereka memprioritaskan penjualan
kain batik, baik penjualan langsung ataupun pengerjaan proyek.
67
Pada toko Batik Mart yang dikelola oleh anak kedua dari pendiri
perusahaan, produk yang dijual juga merupakan hasil dari pabrik PT
Unggul Jaya. Penggunaan nama yang berbeda dengan dua toko yang lain
dimaksudkan untuk membangun image lain dari kedua toko yang lain.
Image atau kesan yang ingin ditimbulkan dari penggunaan nama Batik
Mart menurut pemilik toko adalah untuk menimbulkan kesan modern dan
self service pada tokonya. Penggunaan nama ini juga disebabkan karena
waktu pembukaan toko yang dimulai pada bulan Maret. Produk unggulan
dari toko Batik Mart ini adalah batik pakaian jadi yang ditujukan untuk
generasi usia remaja muda. Segmentasi pasar tersebut selanjutnya
dijadikan dasar dalam penataan toko dan layout toko.
Secara umum, toko Batik Mart menjual semua barang yang
diproduksi oleh pabrik PT Unggul Jaya, baik kain batik maupun pakaian
jadi. Toko ini juga melayani pesanan sesuai dengan kebutuhan dan selera
pembeli. Namun yang menjadi produk unggulan dari toko ini adalah
busana batik untuk pembeli usia muda. Pemilik toko ini menuturkan
bahwa pasar sasaran dari toko ini yang merupakan generasi muda menjadi
patokan utama dalam menjalankan berbagai strategi dalam upaya menjual
produknya. Upaya-upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk penataan
toko, jenis barang yang dikedepankan, cara display produk dan bagaimana
produk itu dapat diperoleh. Kesan modern juga ditonjolkan di toko ini
melalui metode self service.Berikut petikan wawancara yang menunjukkan
strategi-strategi produk dari toko Batik Mart :
“Ya contohnya kalau saya andalannya itu kan batik sarimbit,
dress sama kemeja lengan pendek. Kalau ditempat adek itu
bahan yang dipajang banyak, disana pasarnya kan lebih untuk
yang pesan-pesan begitu. Kalau ditempat Kang Mase saya itu
kan tempatnya rapi, nuansanya dibuat formil begitu, jadi
mungkin kalau disana yang disasar orang-orang tua. Tapi kalau
sama saingan, kadang harus main harga. Tapi yang penting
kalau saya produknya dulu dipandang menarik, kalau harga
kan bisa diakali pakai diskon, dinaikin dulu harganya, lalu
pajang diskon.” (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
68
“Hanya saja kalau disini kan saya mengedepankan batik-batik
yang diperuntukan untuk anak muda, desain dan motifnya
untuk anak muda, tapi barang-barang batik yang lain juga ada,
kain juga ada.” (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa
strategi produk yang utama diterapkan oleh toko Batik Mart adalah
penyediaan varian batik yang selengkap mungkin untuk pembeli usia muda.
Beberapa jenis batik yang menjadi unggulan di toko ini antara lain batik
sarimbit, dress dan kemeja lengan pendek. Jenis-jenis barang yang dijual di
toko ini sebenarnya sama dengan barang-barang yang dijual di toko batik
Unggul Jaya 1 dan toko batik Unggul Jaya 2, akan tetapi pada toko Batik
Mart display barang-barang yang diperuntukkan bagi generasi muda lebih
ditonjolkan. Penggunaan nama Batik Mart juga merupakan bagian dari
strategi produk, dimana merk yang digunakan di toko ini juga disesuaikan
dengan nama toko. Hal ini diharapkan dapat membangun image positif
dimata pembeli.
Salah satu bagian dari strategi pemasaran yang dilakukan di
perusahaan batik PT Unggul Jaya adalah strategi harga. Tjiptono (2002)
menjelaskan harga sebagai sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh
konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Secara umum, ketiga toko
warisan pendiri perusahaan bati PT Unggul Jaya mengaku bahwa harga
barang di ketiga toko tidak jauh berbeda. Dilihat dari hasil wawancara, tidak
ada strategi yang menonjol terkait dengan harga. Hal ini disebabkan karena
barang yang dijual berasal dari pabrik yang sama. Tetapi, tiap toko memiliki
strategi yang secara khusus diterapkan dimasing-maing toko pada kondisi
tertentu. Secara umum ketiga toko warisan tidak mengalami persaingan
internal terkait harga. Para pemilik toko mengakui bahwa harga barang yang
mereka jual di masing-masing toko relatif berada pada kisaran harga yang
sama, Petikan wawancara yang menunjukkan adanya penerapan strategi
harga pada Toko Unggul Jaya 1 adalah berikut ini :
69
“Ya kalau soal harga boleh dibandingkan, diantara saudara-
saudara saya, mungkin disini yang paling murah mas. Karena
kan masih ada Ibu, orang-orang juga tahu kalau disini yang
paling tua, jadi main untung sedikit saja. Kalau adik-adik
saya kan punya pasarnya sendiri, walaupun secara umum
juga masih warga Pekalongan. Tapi kalau adik yang kecil itu
walaupun semua barangnya sama, tapi lebih banyak yang
buat anak muda, modelnya yang anak-anak muda itu.” (Hasil
wawancara VSS, 3/3/2018)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa toko
batik Ungul Jaya 1 memiliki keunggulan dalam hal murahnya harga batik
karena dekat dengan pabrik. Hal ini berarti tidak ada instrumen biaya
pengambilan batik dari pabrik. Ketidakadaan instrumen biaya pembelian
inilah yang disinyalir membuat harga di toko ini lebih murah. Toko ini
juga menerapkan potongan untuk pembelian dalam jumlah besar. Hal ini
dilakukan untuk menarik pembelian dalam jumlah besar, baik pembeli
lokal maupun pembeli dari luar kota.
Pada toko batik Unggul Jaya 2, strategi harga dilakukan dengan
memberikan potongan harga semu. Yang dimaksud potongan harga semu
adalah dengan memberikan diskon pada barang yang harganya telah
dinaikkan sebelumnya. Potongan harga ini diberikan pada masa-masa
khusus seperti pada hari raya dan perayaan tertentu. Strategi harga ini
dilakukan kareana pada masa-masa atau periode waktu tertentu, secara
budaya, ada peluang pasar dimana masyarakat akan banyak membeli
pakaian baru. Strategi harga pada toko Batik Mart tampak pada petikan
wawancara berikut ini :
“Kalau harga sebenarnya sama juga, tapi mungkin ada yang
beda sedikit. Sebenarnya kan ambil dari pabrik kan harganya
sama. Kakak saya pun, walaupun yang mengelola pabrik,
kalau ngeluarkan barang dari pabrik juga bayar kok.
Kalaupun ada yang beda pasti juga tidak banyak dan
selisihnya juga tidak besar.” (Hasil wawancara NHS,
5/3/2018)
70
“Kalau promosi ya biasa saja mas, paling kalau mau lebaran,
natal, tahun baru itu saya sering kasih bonus atau diskon.
Pasang baliho didepan toko kalau lagi ada diskon. Kadang
kalau akhir tahun itu, kami sering habiskan barang dengan
beli 2 gratis 1. Sama mungkin kalau saya lewat suami. Suami
saya kan dekat dengan orang pemerintahan, jadi sering ada
yang pesan lewat suami saya.” (Hasil wawancara NHS,
5/3/2018)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa
strategi harga yang utama pada toko batik Unggul Jaya 2 adalah dengan
menerapkan diskon atau potongan harga. Selain itu program pembelian
barang juga diterapkan di toko ini seperti beli 1 gratis 1 untuk item
tertentu. Potongan harga untuk jumlah pembelian dalam jumlah besar juga
dilakukan. Strategi ini diterapkan karena salah satu target pasar dari toko
ini adalah instansi pemerintah yang tiap tahunnya selalu melakukan
pengadaan seragam untuk karyawannya. Loyalitas pelanggan diharapkan
dapat dicapai melalui penerapan strategi harga yang diterapkan oleh toko
batik Unggul Jaya 2.
Pada toko Batik Mart, terdapat beberapa strategi harga yang
digunakan sebagai bagian dari keseluruhan strategi pemasarannya. Harga
dasar dari barang-barang yang dijual pada toko Batik Mart juga sama
dengan barang-barang yang dijual di Toko Unggul Jaya 1 dan Toko
Unggul Jaya 2 karena berasal dari pabrik yang sama. Salah satu strategi
harga yang sangat khas dibanding dengan kedua toko yang lain adalah
dengan menekan jumlah keuntungan untuk barang yang dijual melalui
pasar online. Segmen pasar toko Batik Mart yang sebagian besar adalah
anak muda, memudahkan dalam memasarkan barang melalui pasar online.
Hal ini ditunjukkan oleh petikan hasil wawancara berikut :
“Harga saya sih tidak takut bersaing ya. Kami sekeluarga itu
kan ambil barang di pabrik yang sama, jadi harga jual juga
relative sama. Kecuali kalau jual online biasanya agak
diturunkan dikit, sebagai penarik konsumen.” (Hasil
wawancara NGS, 8/3/2018)
71
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pada
toko Batik Mart, terdapat strategi harga yang utama, yaitu memberlakukan
harga yang lebih rendah dalam melakukan penjualan secara online
dibanding dengan penjualan secara konvensional di toko. Selain itu, toko
Batik Mart juga memberikan potongan harga kepada pembeli yang
melakukan pembelian dalam jumlah besar. Pemberlakuan harga diskon
untuk barang-barang yang dijual juga dilakukan oleh toko Batik Mart,
akan tetapi hanya diberlakukan pada periode tertentu. Periode
pemberlakuan potongan harga atau diskon adalah pada masa hari raya dan
tahun baru. Strategi harga pada toko Batik Mart ditujukan untuk
meningkatkan jumlah penjualan yang secara otomatis juga akan
meningkatkan pendapatan dan laba toko. Tujuan jangka panjang yang
hendak dicapai dengan implementasi strategi ini adalah untuk menjamin
eksistensi perusahaan dalam jangka waktu yang lama sehingga perusahaan
dapat bertahan pada pasar.
Strategi yang diterapkan oleh ketiga toko dari perusahaan batik PT
Unggul Jaya juga berhubungan dengan promosi. Promosi yang dilakukan
oleh ketiga toko warisan PT Unggul Jaya merupakan upaya para pemilik
perusahaan dalam memeperkenalkan merk, produk dan keberadaan
mereka di industri Batik Pekalongan. Promosi pada hakikatnya adalah
semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan atau
mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran, untuk memberi
informasi tentang keistimewaan, kegunaan, dan yang paling penting
adalah tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap ataupun untuk
mendorong orang untuk bertindak (Tjiptono, 2002). Ketiga toko
menerapkan stratgei yang kurang lebih sama, hanya saja masing-masing
toko memiliki strategi yang diunggulkan. Aspek promosi pada ketiga toko
warisan ditujukan untuk memperkenalkan produk dan merk mereka
kepada pembeli potensial dan menjaga para langganan agar tetap setia
dengan produk yang mereka jual.
72
Pada toko Unggul Jaya 1, promosi lebih dilakukan dengan
memperkenalkan produk kepada penjual batik di luar kota. Model promosi
yang dilakukan adalah dengan menawarkan produk secara langsung.
Pemilik toko sering datang langsung ke kota-kota sasaran promosi untuk
memperkenalkan barang dagangannya. Sasaran promosi dari toko Unggul
Jaya 1 adalah para pedagang pakaian yang ada di pasar-pasar di berbagai
kota di Jawa Tengah, terutama di wilayah sekitar Solo dan Yogyakarta.
Hal ini disebabkan karena sebelum suksesi bisnis dilakukan, pendiri
perusahaan telah menjalin hubungan dengan pedagang pada wilayah
tersebut. Pemberian diskon pada jumlah pembelian tertentu juga disebut
pemilik perusahaan sebagai bagian dari promosi. Berikut petikan
wawancara yang menunjukkan penerapan strategi promosi pada toko
Unggul Jaya 1 :
“Ya kalau promosi itu saya sering keluar kota, Solo, Yogya
ke pasar-pasar gitu untuk nawarkan produk sambil kontrol
kiriman. Paling juga kadang kita kasih diskon ke pelanggan,
itu bagian dari promosi juga, atau kasih bonus waktu lebaran
gitu lah mas.” (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa
promosi yang dilakukan oleh toko batik Unggul Jaya 1 lebih banyak
dilakukan dengan cara promosi langsung ke pengecer batik, baik kain
maupun pakaian jadi. Pemilik toko batik Unggul Jaya 1 mengakui bahwa
promosi yang dilakukan di toko sangatlah minim, hanya terbatas pada
pemberian baonus dan potongan harga saja. Hal ini dirasakan pemilik toko
bukan sebagai halangan. Pengakuan tersebut menimbulkan spekulasi
bahwa pemilik toko telah nyaman dengan nama besar perusahaan Toko
Unggul Jaya, yang dalam hal ini adalah toko pertama yang berdiri, yang
secara umum telah dikenal banyak orang di sekitar Kota Pekalongan. Hal
ini membuat pemilik toko Unggul Jaya 1 menjadi mengalihkan fokus
promosi ke luar kota, dengan harapan akan lebih banyak pengecer batik
yang membeli batik dari Pekalongan melalui toko batik Unggul Jaya 1.
73
Pada toko batik Unggul Jaya 2, strategi promosi yang dilakukan
dengan menggunakan media cetak untuk melakukan penginformasian
adanya program promosi yang sedang djalankan oleh toko batik Unggul
Jaya 2. Pemilik toko menggunakan media cetak berupa spanduk/ baliho/
MMT untuk memberitahukan kepada publik bahwa toko batik Unggul
Jaya 2 tentang promosi. Bentuk informasi yang diberikan berupa diskon,
potongan harga, promosi produk baru dan paket pembelian. Selain itu,
promosi yang dilakukan oleh toko batik Unggul Jaya 2 juga melalui
promosi word of mouth, dimana jaringan relasi pekerjaan suami dari
pemilik toko dimanfaatkan. Suami pemilik toko adalah seorang pegawai
negeri dimana banyak memiliki rekanan yang pada periode tertentu
membutuhkan batik sebagai seragam. Hal ini dilakukan dengan
memberikan penawaran berbagai produk batik dari toko ini.
Strategi promosi yang dilakukan di toko Unggul Jaya 2 dapat
diketahui dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Berikut petikan
wawancara yang menunjukkan bahwa toko batik Unggul Jaya 2 juga
menjalankan strategi promosi dalam upaya memasarkan produk yang
dijualnya :
“Kalau promosi ya biasa saja mas, paling kalau mau lebaran,
natal, tahun baru itu saya sering kasih bonus atau diskon.
Pasang baliho didepan toko kalau lagi ada diskon. Kadang
kalau akhir tahun itu, kami sering habiskan barang dengan
beli 2 gratis 1. Sama mungkin kalau saya lewat suami. Suami
saya kan dekat dengan orang pemerintahan, jadi sering ada
yang pesan lewat suami saya.” (Hasil wawancara NHS,
5/3/2018)
“Ya banyak di saya mas, tapi kalau yang Jawa Barat itu lebih
banyak di adik saya yang paling besar. Kalau adik saya yang
kecil itu lebih banyak melayani instansi pemerintah, karena
suaminya dekat dengan anggota pemerintahan, jadi ya teman-
temannya yang pesan batik atau seragam batik itu lumayan
banyak. Ya boleh dibilang bagi-bagi rejeki sama saudara
lah.” (Hasil wawancaraVSS, 3/3/2018)
74
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
promosi pada toko batik Unggul Jaya 2 dilakukan secara dominan dengan
cara memasang baliho/ spanduk yang berisikan adanya program dari toko
itu sendiri. Program promosi dari toko batik Unggul Jaya 2dapat berupa
diskon, potongan harga, program paket penjualan dan lainnya. Selain itu,
program promosi juga dilakukan melalui direct promotion melalui teknik
word of mouth dengan sasaran lembaga pemerintahan melalui konektivitas
dengan suami pemilik toko. Penggunaan word of mouth ini diyaki oleh
pemilik toko sebagai upaya yang baik dan produktif. Mereka menganggap
bahwa promosi langsung dapat lebih diterima dan juga dapat lebih diukur
tingkat keberhasilannya. Hubungan pekerjaan yang selama ini terjadi
digunakan sebagai media dalam melakukan promosi untuk menyampaikan
produk dari toko batik Unggul Jaya 2 kepada pembeli potensial.
Keseluruhan program dan strategi promosi dijalankan dengan tujuan
memasarkan produk dan eksistensi toko. Konsumen yang dituju bukan
hanya konsumen lama, tetapi juga konsumen potensial.
Pada toko Batik Mart, promosi dilakukan dengan baik jika ditinjau
dari banyaknya strategi yang dilakukan oleh pemilik toko. Strategi
promosi yang dilakukan oleh toko Batik Mart lebih variatif dibanding
dengan strategi promosi yang dilakukan oleh toko batik Unggul Jaya 1 dan
toko batik Unggul Jaya 2. Strategi promosi yang menjadi andalan toko
Batik Mart adalah melalui media sosial seperti facebook dan instagram.
Penggunaan strategi melalui media sosial ini dilakukan karena pangsa
pasar dari toko Batik Mart sebagian besar merupakan pembeli usia muda
yang sangat dekat dengan media sosial. Selain itu, penggunaan media
sosial juga mendukung adanya toko online yang dibuat Batik Mart.
Melalui promosi online ini, diharapkan omset penjualan melalui toko
online dapat diwujudkan. Selain itu, melalui media sosial, keberadaan
Batik Mart sbagai sentra busana batik bagi kaum muda dapat lebih
diketahui tanpa batasan wilayah dan hanya dengan biaya yang sedikit.
75
Selain menggunakan media sosial, toko Batik Mart juga
melakukan promosi langsung ke luar kota hingga ke wilayah Jawa Barat.
Hal ini dilakukan oleh pemilik toko karena reputasi Pekalongan sebagai
sentra batik yang telah dikenal luas. Promosi melalui penginformasian
adanya promo diskon dan potongan harga juga dilakukan melalui
pemasarangan media cetak di depan toko. Hal ini dilakukan agar pembeli
disekitar toko semakin tertarik untuk membeli barang di toko Batik Mart.
Pemilik toko menuturkan bahwa perkembangan tokonya tidak dapat
dilepaskan dari strategi promosi yang dilakukan, terutama untuk
memperluas jaringan pemasaran hinggan ke luar provinsi. Perluasan
jaringan pemasaran ini disebut oleh pemilik toko memiliki kontribusi yang
besar terhadap perkembangan toko. Keberhasilan strategi dalam aspek
promosi untuk toko ini diyakini berhasil juga karenan kemampuan dasar
pemilik toko yang baik dalam bidang komunikasi. Strategi promosi yang
dilakukan oleh toko Batik Mart disampaikan oleh narasumber, berikut
petikan hasil wawancaranya :
“Ya banyak di saya mas, tapi kalau yang Jawa Barat itu lebih
banyak di adik saya yang paling besar. Kalau adik saya yang
kecil itu lebih banyak melayani instansi pemerintah, karena
suaminya dekat dengan anggota pemerintahan, jadi ya teman-
temannya yang pesan batik atau seragam batik itu lumayan
banyak. Ya boleh dibilang bagi-bagi rejeki sama saudara
lah.” (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
“Lha kalau itu jelas, promosi lewat media online seperti
facebook dan instagram, lalu bikin program diskon dan
bonus, seperti beli 10 gratis 1 itu kan bagian dari promosi
juga. Bikin benner, ikut pameran kalau ada pameran di alun-
alun atau pameran pembangunan itu. Ya macem-macem lah
yang harus dilakukan untuk promosi.” (Hasil wawancara
NGS, 8/3/2018)
“Iya, kalau saya lebih banyak ke Jawa Barat, Garut,
Tasikmalaya, Sumedang, Bandung dan sekitarnya. Kalau
yang Solo Jogja itu yang ambil kakak saya karena neruskan
jaringannya bapak.” (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
76
Berdasarkan petikan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa
strategi utama yang digunakan pemilik toko Batik Mart dalam melakukan
promosi adalah melalui media sosial. Selain itu promosi langsung dengan
pemasangan media promosi di bagian depan toko juga dilakukan untuk
menarik minat pembeli potensial di sekitar toko. Promosi ke luar kota
hingga ke luar propinsi juga dilakukan oleh pemilik toko. Hal ini
dilakukan mengingat permintaan dari luar kota didominasi oleh
permintaan dalam partai pembelian besar, bukan hanya eceran. Pemilik
perusahaan sangat memperhatikan pola keberhasilan dalam setiap
negosiasi dengan para tengkulak. Hal ini dianggap penting bagi toko Batik
Mart mengingat pemesanan dalam jumlah banyak akan membuat omset
penjualan mereka menjadi bertambah. Pemilik toko Batik Mart
mengungkapkan bahwa strategi promosi adalah strategi yang sangat
penting untuk dilakukan untuk menjaga eksistensi perusahaan. Hal ini
tidak lepas dari makin ketatnya persaingan dalam industri batik, sehingga
sebuah perusahaan batik harus terus melakukan promosi untuk
mempertahankan dan memperluas segmen pasarnya.
Strategi lain yang dilakukan oleh ketiga toko warisan dari pendiri
perusahaan batik PT Unggul Jaya adalah strategi distribusi dan lokasi.
Kotler (2006:63) mejelaskan konsep lokasi atau temapat perusahaan
sebagai keseluruhan kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia
bagi sasaran. Tempat merupakan saluran distribusi yang menjadikan
produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Sedangkan
saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap
untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler dan Armstrong, 1998). Sehingga
strategi distribusi dan lokasi dalam kaitannya dengan keberadaan
perusahaan batik PT Unggul Jaya ini merupakan keseluruhan upaya yang
dilakukan oleh ketiga toko dalam menyampaikan produknya hingga
sampai ke pembeli atau pengguna produk, baik kain batik maupun batik
dalam bentuk pakaian jadi.
77
Berdasarkan letak tokonya, ketiga toko dari perusahaan batik PT
Unggul Jaya terletak di wilayah pekalongan. Toko yang dikelola oleh anak
pertama atau toko batik Unggul Jaya 1 terletak di wilayah Degayu,
Pekalongan Utara, sementara itu toko yang dikelola anak kedua atau toko
Batik Mart berada di wilayah Medono, Pekalongan Barat dan toko yang
dikelola anak ketiga atau toko batik Unggul Jaya 2 berada di wilayah
Klego, Pekalongan Timur. Pada toko Unggul Jaya 1, pemilik toko saat ini
mengaku tidak bisa memilih lokasi toko karena toko tersebut merupakan
warisan dari pendiri perusahaan. Sementara itu, pendirian toko batik
Unggul Jaya 2 dan Batik Mart yang berada pada wilayah yang berbeda,
disertai dengan kesepakatan dan pemikiran dari masing-masing pemilik
toko saat ini. Pemilihan lokasi kedua toko tersebut melalui proses
perundingan dan pemikiran yang melibatkan kesepakatan bersama di
dalam keluarga.
Strategi distribusi yang digunakan oleh perusahaan batik PT
Unggul Jaya berbeda-beda antar toko. Strategi yang diterapkan masing-
masing toko bergantung pada cara dan teknik penjualan yang dilakukan
oleh masing-masing toko. Seperti pada toko yang pertama atau toko batik
Unggul Jaya 1, pemilik toko hanya memiliki satu mobil yang digunakan
untuk mengantarkan pesanan. Pengantaran pesanan pun juga dikenai biaya
pengiriman, terutama untuk pengiriman ke luar kota. Pemilik toko
mengakui sangat jarang menggunakan jasa pengiriman karena lebih
senang menggunakan metode kirim secara langsung. Alasan dari strategi
ini selain karena biaya yang lebih ekonomis dan waktu yang lebih singkat,
juga dikarenakan pemilik toko ingin menjalin hubungan dengan para
pembelinya. Strategi distribusi yang terungkap pada toko batik Unggul
Jaya 1 diketahui melalui petikan hasil wawancara berikut ini :
“Ya kalau lokasi kan saya tidak bisa milih mas, karena itu
kan warisan bapak juga. Kalau distribusi dari pabrik tidak
ada. Paling sekarang ini ada 1 mobil yang khusus antar
pesanan, termasuk ngedrop barang ke adik-adik saya.” (Hasil
wawancara VSS, 3/3/2018)
78
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa
strategi utama dalam mendistribusikan barang dari toko batik Unggul Jaya
1 kepada para pembeli adalah melalui penyaluran langsung. Selain
jaminan keamanan yang diberikan terhadap produk-produk yang dibeli
oleh pembeli, pemilik toko meyakini bahwa dengan langsung datang ke
pembeli merupakan media yang tepat dalam menguatkan jalinan
kerjasama dagang. Hal ini dilakukan untuk menjalin hubungan yang lebih
baik dengan pelanggan dan menjaga produk agar sampai ke tangan
pembeli dengan keadaan selamat. Selain karena hal itu, proses distribusi
langsung juga dilakukan di lokasi toko berdiri. Hal ini terjadi karena
reputasi toko yang dinilai sebagai toko yang lengkap, sehingga para
pembeli banyak yang datang langsung ke toko untuk memilih barang yang
akan mereka beli. Tidak jarang pembeli berasal dari luar kota yang relatif
jauh.Strategi distribusi pada toko batik Unggul Jaya 2 juga tidak berbeda
jauh dengan toko batik Unggul Jaya 1. Strategi distribusi pada toko batik
unggul Jaya 2 dapat diketahui berdasarkan petikan hasil wawancara
berikut :
“Ya dulu tanah ini kan yang beli bapak, belinya bareng
dengan yang ditempati Mbak Ninok, tapi memang dari awal
sudah direncanakan buat toko ya sebelum beli itu bapak
sering tanya-tanya, kalau disini bagaimana, kalau disana
bagaimana. Rundingan lah intinya, karena kan sebelum bikin
toko kami sudah ditanya dulu mau atau tidak jualan batik. Ya
siapa yang tidak mau dibuatkan usaha sama orang tua ya mas
ya.” (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
“Ya kalau dekat dan banyak kalau yang barang pesanan itu
kami antar, ada juga yang lewat paket atau lewat bis gitu mas.
Kalau yang banyak kirim-kirim itu kan adik saya, karena dia
jualan online juga. Ada karyawan dia yang khusus menangani
HP yang buat jualan online. Kami online nya hanya melayani
langganan saja. Yang sudah biasa pesan, tinggal telepon,
ditransfer uangnya lalu barangnya dikirimkan.” (Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
79
Berdasarkan petikan wawancara tersebut diketahui bahwa
pemilihan lokasi usaha ditentukan dengan perundingan antara pemilik
perusahaan kini dengan pendiri perusahaan. Pemilihan lokasi ditentukan
berdasarkan pertimbangan keluarga dan disepakati bersama. Pembangunan
toko ini memang direncanakan sebagai tempat usaha, sehingga dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang atas dasar persiapan
untuk dijadikan sebagai tempat usaha. Sementara itu, saluran distribusi
pada toko ini juga menggunakan penyaluran secara langsung seperti pada
toko batik Unggul Jaya 2, ditambah dengan penggunaan jasa pengiriman
untuk melakukan pengiriman barang kepada langganan yang berasal dari
luar kota.
Strategi lokasi pada toko Batik Mart sama dengan strategi
pemilihan lokasi toko batik Unggul Jaya 2. Pemilihan lokasi untuk
membangun toko Batik Mart dilakukan melalui perundingan antara
pemilik perusahaan kini dengan pendiri perusahaan. Pemilihan lokasi
ditentukan berdasarkan pertimbangan keluarga dan disepakati bersama.
Pembangunan toko ini memang direncanakan sebagai tempat usaha,
sehingga dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang matang
atas dasar persiapan untuk dijadikan sebagai tempat usaha. Pertimbangan-
pertimbangan ini digunakan untuk memudahkan pelaksanaan usaha,
terutama jangkauan terhadap pembeli lokal. Sementara itu, strategi saluran
distribusi pada toko Batik Mart memiliki kekhususan tersendiri. Toko
Batik Mart melakukan penjualan bukan hanya melalui toko dan penawaran
keluar kota secara langsung. Toko ini juga membuka toko online melalui
beberapa media sosial dan marketplace, dengan demikian saluran
distribusi melalui jasa pengiriman lebih sering digunakan di toko ini.
Strategi distribusi dan lokasi toko Batik Mart diutarakan oleh
pemilik toko secara langsung dalam wawancara. Petikan wawancara yang
menunjukkan stratgei lokasi dan distribusi pada toko Batik Mart adalah
sebagai berikut :
80
“Ada, online itu kan juga strategi supaya orang-orang yang
malas keluar rumah tetap bisa belanja. Tinggal transfer, lalu
barang dikirim. Itu juga yang buat kami omsetnya naik dalam
dua tahun terakhir ini. Lumayan lho online itu, sehari bisa
sampai lima sampai sepuluh kiriman.” (Hasil wawancara
NGS, 8/3/2018)
“Dulu kalau disini atas saran bapak, tapi saya juga ikut andil
mikir. Prinsipnya jangan terlalu dekat dengan yang lain.
Lingkungannya juga dekat dengan pasar, mudah dijangkau,
look-nya bagus dan jangan lupa tanahnya luas, jaga-jaga
untuk parkiran dan untuuk pengembangan usaha kalau ada
modalnya.” (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Berdasarkan petikan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa
strategi lokasi pada toko Batik Mart dilakukan melalui pemilihan
lokasinyang strategis untuk melakukan transaksi penjualan. Pemilihan
lokasi didasarkan pada kedekatan dengan pasar, strategisnya lokasi dengan
akses umum, luas lokasi dan kemudahan menjangkau lokasi. Sementara
itu strategi distribusi pada toko Batik Mart dilakukan melalui distribusi
langsung, jasa pengiriman dan transaksi yang dilakukan di lokasi toko
berdiri. Keseluruhan strategi lokasi dan distribusi ini dirancang oleh
pemilik toko dengan mempertimbangkan berbagai pertimbangan dari
keluarga agar hasil yang dapat dicapai maksimal.
Secara singkat, perbandingan aspek-aspek pemasaran pada ketiga
toko warisan dari pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya ; Toko Batik
Unggul Jaya 1, Toko Batik Unggul Jaya 2 dan Toko Batik Mart dapat
dilihat melalui matriks berikut ini :
81
Tabel 1
Matriks Perbandingan Aspek Pemasaran
ASPEK
PEMASARAN UNGGUL JAYA 1 UNGGUL JAYA 2 BATIK MART
Aspek Harga Harga yang lebih murah
dengan kualitas yang
barang sama dibanding
kedua toko yang lain.
Memberikan potongan
pada pembelian dalam
skala besar.
Menerapkan diskon
semu pada periode
penjualan tertentu.
Melaksanakan program
pembelian beli satu
gratis satu pada masa
tertentu.
Memberlakukan harga yang
lebih rendah dalam penjualan
online dibanding dengan
penjualan secara konvensional.
Memberikan potongan harga
kepada pembeli yang
melakukan pembelian dalam
jumlah besar.
Pemberlakuan harga diskon
pada periode tertentu.
Aspek Produk Mengedepankan produk
yang berkualitas.
Melayani pesanan dari
pembeli sesuai
spesifikasi dari pembeli
Menjaga persediaan
barang
Memenuhi pesanan
pelanggan sesuai
permintaan pelanggan
Membangun image toko
yang menyediakan kain
batik secara lengkap.
Penyediaan varian batik yang
selengkap mungkin untuk
pembeli usia muda.
Penggunaan nama Batik Mart.
Aspek Promosi Promosi langsung ke
toko penjualan retail
batik dan kain batik.
Pemberian bonus untuk
jumlah pembelian
tertentu.
Menggunakan media
cetak untuk promosi.
Melakukan promosi
word of mouth kepada
rekanan kerja.
Melakukan promosi adalah
melalui media sosial
Memberikan diskon pada
periode tertentu seperti hari
raya keagamaan.
Aspek Lokasi dan
Distribusi
Mengoptimalkan lokasi
yang ada untuk
melakukan
pengembangan toko.
Melakukan distribusi
barang secara langsung
kepada pembeli.
Menyediakan jasa kurir
untuk pengiriman.
Pemilihan lokasi yang
strategis untuk dijadikan
sebagai tempat penjualan
barang.
Menyediakan layanan
antar barang untuk
jumlah pembelian
tertentu dan pengantaran
barang pesanan.
Lokasi yang strategis untuk
dijadikan sebagai tempat
penjualan barang.
Menggunakan jasa kurir untuk
pengiriman penjualan online.
Melakukan penjualan langsung
dengan sistem self service.
82
Aspek-aspek pemasaran yang ada pada toko warisan dari
perusahaan batik PT Unggul Jaya memberikan dampak pada penjualan
batik pada ketiga toko tersebut. Hal ini tampak pada alasan-alasan yang
diberikan oleh para pembeli produk dari ketiga toko warisan dalam
membeli produk batik. Alasan-alasan yang disampaikan oleh pembeli
produk dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2
REKAP DATA PENGUNJUNG TOKO BATIK UNGGUL JAYA I
(Data diambil di hari yang sama dengan Wawancara)
No. L/P Usia Barang yang Dibeli Alasan Melakukan Pembelian di Toko ini
1 L 24 Kemeja batik Rekomendasi dari orang tua
2 L 17 Kemeja batik Toko terkenal murah dan lengkap
3 P 38 Kain batik Toko terkenal murah
4 P 44 Baju seragam PKK Telah lama berlangganan
5 P 45 Kain batik Harganya murah
6 L 40 Kain batik Harga relative murah dan pilihan banyak
7 P 37 Kain batik Pilihan motif bervariasi
8 P 23 Dress pendek Harganya murah
9 P 29 Batik sarimbit Harganya murah
10 P 37 Baju batik Langganan lama
11 L 32 Kemeja batik Langganan lama
12 L 27 Kemeja batik Kebetulan lewat, cari oleh-oleh
13 P 44 Kemeja batik Harganya tidak perlu menawar
14 P 40 Kain batik Harganya murah
15 P 39 Kain batik Pilihan wakna dan motif banyak
83
Tabel 3
REKAP DATA PENGUNJUNG TOKO BATIK UNGGUL JAYA 2
(Data diambil di hari yang sama dengan Wawancara)
No. L/P Usia Barang yang Dibeli Alasan Melakukan Pembelian di Toko ini
1 L 33 Kemeja batik Rekomendasi teman
2 P 29 Batik sarimbit Harga terjangkau
3 P 18 Dress batik Harganya murah
4 P 19 Dress batik Harganya murah
5 L 34 Kain batik Langganan lama
6 P 37 Kain batik Langganan lama dan pasti dapat potongan
7 P 27 Kain batik Kenal dengan pemilik toko
8 P 45 Kain batik Langganan dan harga terjangkau
9 P 47 Kain batik Langganan dan bahan bagus
10 P 51 Kain batik Langganan dan bahan bagus, tidak murahan
11 L 20 Batik sarimbit Harganya murah, pilihan banyak
12 L 28 Kemeja batik Dekat dengan tempat kerja
13 P 23 Dress batik Dekat dengan tempat kerja dan murah
14 P 26 Dress batik Harga murah, pilihan warna beragam
15 L 27 Kemeja batik Harganya murah, tidak luntur
84
Tabel 4
REKAP DATA PENGUNJUNG TOKO BATIK MART
(Data diambil di hari yang sama dengan Wawancara)
No. L/P Usia Barang yang Dibeli Alasan Melakukan Pembelian di Toko ini
1 L 18 Kemeja batik Harganya murah
2 L 19 Kemeja batik Harganya murah dan warnanya kekinian
3 L 18 Kemeja batik Saran dari teman
4 P 18 Dress batik Harga murah, pilihan banyak,model modern
5 P 35 Dress batik Harganya murah, pilihan model bervariasi
6 L 23 Kain batik Perintah orangtua
7 P 26 Kain batik Motif beragam dan harganya murah
8 L 31 Kain batik Harganya murah
9 P 22 Kain batik Sedang ada diskon
10 L 26 Kemeja batik Motifnya sesuai anak muda
11 P 37 Kain batik Langganan lama
12 L 35 Kain batik Langganan lama
13 P 23 Dress batik Model dan warna beragam
14 P 23 Dress batik Model bagus-bagus
15 P 26 Kain batik Warna dan motif tidak kuno
85
B. PEMBAHASAN
1. Proses Suksesi Bisnis di Perusahaan Batik PT Unggul Jaya
Proses suksesi bisnis di PT Unggul Jaya berjalan dengan
melalui beberapa tahapan, dimana pengembangan karakter selling
menjadi perhatian utamanya. Proses suksesi bisnis pada perusahaan
batik PT Unggul Jaya dapat dilihat pada matrik berikut ini :
Tabel 5
TAHAP
PERKEMBANGAN
PERUSAHAAN
TAHAPAN DAN PROSES SUKSESI BISNIS
1989 : Pembukaan
Pabrik Batik Unggul
Jaya
Anak
Pertama
Penanaman awal karakter selling dari
pendiri perusahaan kepada para calon
suksesor melalui pemahaman tentang profesi
dan aktivitas pendiri perusahaan dalam
mengelola perusahaan, terutama pada proses
produksi batik.
Anak
Kedua
Belum memasuki tahapan suksesi bisnis.
Anak
Ketiga
Belum memasuki tahapan suksesi bisnis.
1995 : Pembangunan
Toko Batik Unggul
Jaya 1
Anak
Pertama
Masa pengembangan karakter selling
melalui tahapan pengembangan individu
calon suksesor dan pelibatan dalam bisnis,
cenderung lebih dekat dengan proses
produksi dan manajemen pabrik yang
berorientasi pada produksi barang yang
berkualitas agar laku dijual. Pada tahapan
ini, mulai tampak dominasi karakter
acceptable, charismatic, managing dan
achieving pada diri calon suksesor, hingga
akhirnya diberikan wewenang dan tanggung
jawab untuk ikut ambil bagian dalam
pengambilan keputusan terkait pengelolaan
pabrik dan Toko Batik Unggul Jaya 1.
86
Lanjutan tabel 5
Anak
Kedua
Memasuki masa penanaman awal dan
pengembangan karakter selling melalui
tahapan pengembangan individu calon
suksesor dan pelibatan suksesor dalam
bisnis, cenderung lebih dekat dengan proses
pemasaran produk kepada konsumen
potensial dan pelanggan. Pada tahapan ini
mulai tampak dominasi karakter Acceptable,
Charismatic, Energetic, dan Networking
pada diri calon suksesor.
Anak
Ketiga
Memasuki masa penanaman awal dan
pengembangan karakter selling melalui
tahapan pengembangan individu calon
suksesor dan pelibatan suksesor dalam
bisnis, cenderung lebih dekat dengan proses
administrasi dan pengelolaan keuangan.
Pada tahapan ini mulai tampak dominasi
karakter acceptable, managing, achieving
dan networking pada diri calon suksesor.
2002 : Pembangunan
toko Batik Unggul
Jaya 2
Anak
Pertama
Terus mengembangkan karakter selling
dengan lebih banyak mengambil bagian
dalam pengelolaan pabrik dan Toko Batik
Unggul Jaya 1.
Anak
Kedua
Terus mengembangkan karakter selling yang
lebih dominan pada sisi promosi dan
pengembangan jejaring.
Anak
Ketiga
Terus mengembangkan karakter selling
dengan berbagai aktivitas yang didominasi
pada networking dan managing yang pada
akhirnya mulai mengambil tanggung jawab
dalam pengelolaan toko yang kedua.
2003 : Pembangunan
Toko Batik Mart
Anak
Pertama
Terus mengembangkan karakter selling
dengan lebih banyak mengambil bagian
dalam pengelolaan pabrik dan Toko Batik
Unggul Jaya 1.
Anak
Kedua
Terus mengembangkan karakter selling yang
lebih dominan pada sisi promosi dan
pengembangan jejaring dan mulai lebih
banyak mengambil bagian dalam
pengambilan keputusan terkait pengelolaan
toko Batik Mart.
Anak
Ketiga
Mengembangkan karakter selling dengan
lebih banyak mengambil bagian dalam
pengelolaan Toko Batik Unggul Jaya 2.
87
Lanjutan tabel 5
2005 : Perubahan
bentuk perusahaan
menjadi PT
Anak
Pertama
Mengembangkan karakter selling secara
individual dan kerjasama dengan dua
saudara yang lain melalui penerimaan penuh
hak dan tanggungjawab pengelolaan pabrik
batik dan Toko Batik Unggul Jaya 1.
Anak
Kedua
Mengembangkan karakter selling secara
individual dan kerjasama dengan dua
saudara melalui penerimaan penuh
pengelolaan Toko Batik Mart.
Anak
Ketiga
Mengembangkan karakter selling secara
individual dan kerjasama dengan dua
saudara yang lain melalui penerimaan penuh
hak dan tanggungjawab pengelolaan Toko
Batik Unggul Jaya 2.
2018 : Perusahaan
Batik PT Unggul
Jaya
Anak
Pertama
Mengembangkan karakter selling secara
mandiri dengan bantuan dan masukan dari
saudara lain dan mengimplementasikannya
dalam bentuk berbagai strategi yang
digunakan untuk mengembangkan PT
Unggul Jaya secara umum dan pabrik serta
toko Batik Unggul Jaya 1 secara khusus.
Anak
Kedua
Mengembangkan karakter selling secara
mandiri dengan bantuan dan masukan dari
saudara lain dan mengimplementasikannya
dalam bentuk berbagai strategi yang
digunakan untuk mengembangkan PT
Unggul Jaya secara umum dan toko Batik
Mart secara khusus.
Anak
Ketiga
Mengembangkan karakter selling secara
mandiri dengan bantuan dan masukan dari
saudara lain dan mengimplementasikannya
dalam bentuk berbagai strategi yang
digunakan untuk mengembangkan PT
Unggul Jaya secara umum dan toko Batik
Unggul Jaya 2 secara khusus.
88
Lanjutan tabel 5
Perwujudan Karakter Selling dalam Berbagai Strategi Pemasaran PT Unggul Jaya :
1. Strategi produk : (1)Mengedepankan kualitas produk; (2)Menyediakan
berbagai varian produk; (3)Membangun image toko melalui produk
unggulan toko; dan (4)Melayani pesanan sesuai permintaan dan kebutuhan
pembeli
2. Strategi harga : (1)Memberlakukan potongan harga dan diskon untuk
pembelian barang dalam jumlah tertentu; (2)Mengadakan program bonus
untuk pembelian pada periode tertentu; dan (3)Menentukan margin
keuntungan yang tidak terlalu tinggi
3. Strategi promosi : (1)Melakukan promosi langsung ke pembeli;
(2)Memberikan bonus produk untuk pembelian dengan jumlah minimal
tertentu; dan (3)Menggunakan media sosial untuk menginformasikan
berbagai produk dan program promosi kepada public
4. Strategi lokasi dan distribusi : (1)Mengoptimalkan lokasi usaha yang ada
untuk pengembangan usaha; (2)Menentukan lokasi tambahan untuk usaha
yang sesuai dengan produk dan memiliki letak yang strategis; dan
(3)Menggunakan berbagai media cetak untuk menginformasikan program
promosi di sekitar toko.
Perusahaan Batik PT Unggul Jaya dalam proses suksesi
bisnisnya juga mengalami tahapan-tahapan dan proses-proses mulai
dari pemilihan calon suksesor hingga suksesi kepemimpinan. Setiap
tahapan yang dilalui Perusahaan Batik PT Unggul Jaya dalam suksesi
kepemimpinannya dilalui dalam jangka waktu yang cukup lama.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, ditemukan
berbagai fakta yang berhubungan dengan proses dan tahapan dalam
suksesi kepemimpinan Perusahaan Batik PT Unggul Jaya. Pendiri
perusahaan batik PT Unggul Jaya telah memiliki tujuan untuk
menyiapkan perusahaan yang dapat diwariskan kepada ketiga
anaknya. Hal ini dilatarbelakangi oleh sikap dan prinsip kemandirian
yang selama ini dipegang teguh oleh pendiri perusahaan semasa
hidupnya. Pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya menginginkan hal
yang sama untuk anak-anaknya kelak, yaitu memiliki usaha sehingga
anak-anaknya dapat hidup dengan mandiri. Hal ini tampak dari setiap
nilai yang tertanam pada diri masing-masing suksesor yang hampir
semua suksesor mengakui bahwa nilai kemandirian, kerja keras dan
89
totalitas dalam bekerja menjadi nilai yang harus terus dipelihara dalam
mengelola perusahaan.
Pendiri perusahaan memilih ketiga anaknya sebagai suksesor
perusahaan. Hal ini dilakukan sesuai dengan cita-citanya untuk
menyiapkan sarana memenuhi kehidupan bagi anak-anaknya. Dalam
memberikan perusahaan kepada anak-anaknya, pemilik perusahaan
memiliki pertimbangan-pertimbangan yang dapat diterjemahkan
melalui karakter-karakter yang dimiliki oleh semua suksesor. Susanto
(2007) mengungkapkan beberapa kriteria yang dibutuhkan untuk
memilih calon suksesor untuk bisa menjadi pemimpin perusahaan.
Pemilihan kriteria ini dikelompokkan menjadi Acceptable,
Charismatic, Energetic-Managing, Achieving, dan Networking.
Kriteria ini dapat tergambar dari profil calon suksesor, berdasarkan
sifat bawaan dan yang terbentuk semasa hidup.
Dalam proses suksesi bisnis perusahaan batik PT Unggul Jaya,
pendiri perusahaan menjadikan karakter selling sebagai pusat dari
segala usaha yang dilakukan untuk membentuk suksesor yang mampu
menjual produk Batik Unggul Jaya dengan baik. Pendiri perusahaan
menanamkan banyak nilai kepada para calon suksesor agar para calon
suksesor memiliki orientasi hasil dari usaha mereka dalam bentuk
kemampuan menjual produk. Karakter selling menjadi dasar dari
semua penanaman karakter dan kemampuan bagi para calon suksesor.
Hal ini dilakukan agar para suksesor nantinya mampu
mengembangkan usaha dengan baik melalui karakter Acceptable,
Charismatic, Energetic-Managing, Achieving, dan Networking.
90
Masing-masing suksesor bisnis dalam perusahaan batik PT
Unggul Jaya Pekalongan memiliki karakter yang berbeda-beda.
Perbedaan karakter dapat saja disebabkan karena proses yang dilalui
berbeda dalam proses suksesi bisnis. Berdasarkan hasil penelitian,
dapat dikelompokkan karakter yang menonjol, yang dimiliki dan yang
kurang dimiliki oleh masing-masing suksesor. Pengelompokan
karakteristik yang terdapat pada para suksesor tersebut disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 6
Kategori Anak 1 Anak 2 Anak 3
Karakter yang
menonjol
Charismatic Networking Networking
Karakter yang
dimiliki
Acceptable,
Managing,
Achieving,
Networking
Charismatic,
Energic, Managing,
Acceptable
Managing,
Acceptable,
Achieving
Karakter yang
kurang dimiliki
Energic Achieving Charismatic,
Energic
Acceptable artinya seorang calon suksesor harus bisa menerima
pendapat, kritikan, dan saran dari orang lain dengan filter yang baik.
Dalam hal ini semua calon suksesor perusahaan batik PT Unggul Jaya
memiliki karakter yang kuat tentang hal ini. Hal ini dibuktikan dengan
kuatnya komunikasi antar suksesor dalam berbagai hal. Pertimbangan-
pertimbangan dari sesama suksesor dan anggota keluarga menjadi satu
hal yang mereka anggap penting dalam membuat keputusan-keputusan
terkait dengan pengembangan usahanya seperti dalam penentuan letak
toko, penentuan jumlah produksi, penentuan jenis barang yang
diproduksi dan keputusan-keputusan yang akan diambil salah satu
suksesor dalamupaya pengembangan usaha. Dalam hal ini ketiga
suksesor masih melibatkan dan meminta pertimbangan-pertimbangan
kepada ibu mereka dalam menjalankan usahanya. Selain itu, berbagai
gagasan dan ide-ide pengembangan usaha yang mereka temukan juga
saling mereka diskusikan. Ide-ide brilian yang sering muncul dari anak
91
kedua tidak langsung dieksekusi sebagai sebuah pekerjaan. Anak
kedua senantiasa mengkomunikasikan ide tersebut dengan kakak
tertua, orang tua dan adiknya. Komunikasi yang dijalin oleh ketiga
suksesor menunjukkan kemampuan yang mumpuni dalam menerima
pendapat, kritikan, dan saran dari orang lain.
Beberapa informasi yang berkaitan tentang karakter acceptable
para suksesor antara lain sebagai berikut:
Tabel 7
Sumber Informasi Yang Menunjukkan Karakter Acceptable
NHS “Ya gitu-gitu itu mas kalau hubungan saya dengan saudara, terutama
dengan Mas Vincent dan ibu. Kalau sama Ninok itu lebih ke hal-hal yang
butuh mikir kreatif. Misalnya bicara model batik, cara nata toko atau
kadang curhat-curhat kalau ada pelanggan yang aneh orangnya, susah
diajak ngomong, itu saya ceritanya ke dia.”
“Komunikasi baik-baik, lancar, tidak ada hambatan. Tentang pekerjaan
juga sering kami ngobrol. Sering ketemu di pabrik juga, bantu-bantu
disana sekalian jenguk ibu.”
VSS “Kalaupun ada masalah biasanya selesai kalau udah ketemu. Kalau sudah
ketemu, ngobrol, ngomong masalahnya apa lalu cari solusinya sama-
sama.”
“Ya tidak ada lah. Semua nurut sama ibu, adek-adek itu juga gampang
kok kalau dikasih tau. Hanya saja kalau yang kecil itu memang agak aneh
orangnya, dalam artian kreatifitasnya tinggi, jadi kadang idenya aneh-
aneh. Tetapi, selama masih logis dan bermanfaat buat usaha ya saya
biarkan saja, paling saya komentari lalu ketawa-ketawa gitu lah mas.”
92
ESW “Kadang ada masalah toko, tapi ya pasti ketemu solusinya kalau
dirembug bersama. Kalau ada masalah dipabrik, anak saya yang besar
juga ngomong ke adik-adiknya kok. Tapi kalau soal hak, pabrik ini
haknya yang besar.”
“Kalau yang kecil memang kurang terlihat, karena mirip sama saya, tidak
terlalu aktif, tapi tokonya juga ramai, tapi ya apa-apa pasti ngomong ke
kakaknya.”
NHS “Ya hubungan kami baik dalam keluarga ataupun usaha baik-baik saja
mas. Artinya kadang memang ada selisih paham atau beda pendapat, tapi
itu wajar selama itu untuk kebaikan orang tua kami. Kalau soal bisnis
semuanya terbuka, jadi tidak ada yang dirahasiakan. Omset masing-
masing toko juga pada tau semua, kan bisa dilihat dari barang keluar dari
pabrik itu berapa.”
Karakter acceptable ini dimiliki oleh semua suksesor, tetapi
bukan merupakan karakter yang dominan bagi ketiganya. Karakter
ini nampak pada setiap pengakuan tentang baiknya hubungan dan
komunikasi antar suksesor maupun suksesor dengan pendiri
perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa karakter acceptable
ini memang benar-benar tertanam pada diri semua suksesor.
Walaupun bukan merupakan karakter yang terkuat, namun karakter
ini cukup penting untuk menjaga kekuatan dan nilai-nilai yang ada
di perusahaan ini melalui komunikasi yang baik antar suksesor.
93
Calon suksesor harus memiliki karisma yang tinggi
dibandingkan dengan orang lain. Karisma yang tinggi contohnya,
dianggap bisa dan mampu dalam segala hal, memiliki visi untuk masa
depan, menarik, dan menyenangkan. Dalam hal karisma, anak pertama
dianggap memiliki karisma yang lebih besar dibanding kedua suksesor
yang lain. Salah satu pertimbangan menentukan anak pertama sebagai
pengelola pabrik adalah tentang karisma ini. Pendiri perusahaan
menganggap bahwa anak pertama memiliki kemampuan yang paling
lengkap dalam mengelola pabrik dibanding kedua adiknya. Anak
pertama juga merupakan pribadi yang menarik dan menyenangkan,
dianggap sebagai pengganti kepala keluarga setelah pendiri perusahaan
meninggal. Hal ini juga disadari penuh oleh kedua adiknya, sehingga
anak pertama menjadi tempat untuk meminta pertimbangan-
pertimbangan terkait dengan berbagai hal yang berhubungan dengan
pengelolaan usaha. Hal ini tidak berarti bahwa kedua anak yang lain
tidak memiliki karisma. Kedua anak juga memiliki karisma, hal ini
dibuktikan dengan berbagai jaringan usaha yang mereka miliki dalam
menjalankan usahanya. Beberapa informasi yang berkaitan tentang
karakter karismatik para suksesor antara lain sebagai berikut:
Tabel 8
Sumber Informasi Yang Menunjukkan Karakter Karismatik
ESW “Dulu kecil sering diajak ke pabrik, diajari kerja di pabrik, sekarang
besarnya jadi pengelola pabrik. Pabriknya sekarang juga makin
besar, dan anak saya yang besar ini sifat-sifat dan caranya dagang itu
sangat mirip dengan bapaknya.”
“Ya kalau yang pertama itu kan lebih senang di belakang,
maksudnya di pabrik, buat-buat batik begitu, jadi belajarnya ya lebih
banyak tentang gimana bikin batik. Beda sama yang tengah dan yang
kecil. Kalau yang kecil itu matematikanya pinter, jadi lebih senang
kalau di toko, hitung-hitungan barang sama uang.”
“Kalau sudah kerja tidak mau setengah-setengah, tidak mau
tanggung, kalau sudah mulai harus selesai sampai jam berapapun.”
94
Lanjutan Tabel 8
VSS “Dulu pabriknya hanya yang belakang sampai tengah itu mas, lalu
tokonya juga hanya yang samping ini. Lalu pelan-pelan saya
perbesar karena pekerjaannya juga nambah. Nambah karyawan,
nambah mesin juga, nambah jenis produk juga, juga termasuk
nambah wilayah pemasarannya.”
“Saya dan adik-adik saya tidak mungkin jadi sama seperti sekarang
ini tanpa orang tua kami. Bapak itu ngajari kami disiplin, telaten dan
kalau mau kerjakan apapun harus niat dari awal sampai akhir. Kalau
sudah memulai, jangan tanggung, harus dikerjakan serius dan
diselesaikan sampai jadi dan hasilnya ada. Nah, kalau ibu itu
orangnya telaten dan teliti, itu nurun ke adik saya yang besar. Nah,
anak-anaknya ini kombinasi keduanya.”
NHS “Ya dulu tanah ini kan yang beli bapak, belinya bareng dengan yang
ditempati Mbak Ninok, tapi memang dari awal sudah direncanakan
buat toko ya sebelum beli itu bapak sering tanya-tanya, kalau disini
bagaimana, kalau disana bagaimana. Rundingan lah intinya, karena
kan sebelum bikin toko kami sudah ditanya dulu mau atau tidak
jualan batik.”
“Itu kan setahu saya caranya bapak buat menyatukan anak-anaknya.
Sebenarnya kan usahanya hanya satu, tapi dibuat sama bapak tiga
toko, nah kalau PT kan ada saham-sahamnya gitu mas, nah toko-toko
ini diatasnamakan ke kami masing-masing satu, lalu bapak dan ibu
itu pegang pabriknya.”
“Karyawan sekarang ada kalau 10 orang, dulu awal kan hanya saya
dibantu 3 orang. Omset juga dari tahun ke tahun pasti ada kenaikan
walaupun hanya sedikit. Kalau tentang barang dan warna batik itu
saya ikut dari kakak saya saja. Kalau saya kan fokus jualan di toko
sama ngerjakan pesanan-pesanan yang datang ke saya.”
NGS “Pabrik itu masih atas nama ibu, tapi yang ngembangkan dan yang
mengelola ya pak vincent. Kadang kami bantu, tapi untuk urusan
sehari-hari ya kakak saya yang pegang langsung, sama ibu juga
disana, sama istrinya kakak juga ikut bantu toko dan pabrik.”
Sikap selanjutnya yang diperlukan oleh calon suksesor yaitu
Energetic. Energetic tidak hanya berbicara tentang kekuatan fisik yang
dimiliki oleh calon suksesor, tetapi juga seseorang yang luar biasa,
memiliki banyak gagasan, pandai dalam memanfaatkan peluang yang
ada, dan melakukan eksekusi. Karakter ini dominan dimiliki oleh anak
kedua. Hal ini dibuktikan dengan berbagai ide yang sering muncul dari
anak kedua, mulai dari penggunaan nama toko yang berbeda, hingga
manajemen toko yang lebih modern. Selain itu, perkembangan usaha
95
anak kedua terlihat lebih maju dibanding kedua toko yang lain.
Pemikiran-pemikiran kritis sering hadir dari anak kedua. Kedua
suksesor lain juga memiliki Energetic yang baik, tetapi tidak sekuat
anak kedua. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana anak pertama dan
ketiga juga mampu mengembangkan tokonya masing-masing.
Beberapa informasi yang berkaitan tentang karakter Energetic
para suksesor antara lain sebagai berikut:
Tabel 9
Sumber Informasi Yang Menunjukkan Karakter Energetic
ESW “Lha kalau yang tengah itu serba bisa, di belakang bisa, di
toko juga bisa, wong nyales saja bisa kok Mas. Jadi dia itu
nawar-nawarkan barang dagangan bapaknya ke teman-
temannya dulu, ngecer sendiri.”
“Kalau yang kecil itu turun bapaknya soal cara ngomongnya.
Pinter anak ini kalau cari pasaran baru, cari pelanggan baru.”
VSS “Saya dari kecil itu sudah sering diajak bapak sama ibu untuk
ikut bantu-bantu dipabrik sama ditoko. Dulu masih sering
depan belakang bolak-balik sana-sini, tapi setelah adik-adik
saya ikut ya saya banyak dibelakang, dipabriknya. Karena kan
adik saya yang pertama itu saya lihat paling senang
berhadapan dengan banyak orang, lalu adik saya yang kedua
itu pintar kalau soal hitung-hitungan dan orangnya teliti juga.”
NHS “Ya banyak, disiplin tentang waktu, uletnya bapak kalau sudah
pergi itu pulang harus bawa hasil walaupun sedikit, lalu kalau
usaha itu harus jujur, usaha juga harus tertib soal uang, misah
uang toko dengan uang di dompet.”
96
Lanjutan Tabel 9
NGS “Lha kalau itu jelas, promosi lewat media online seperti
facebook dan instagram, lalu bikin program diskon dan bonus,
seperti beli 10 gratis 1 itu kan bagian dari promosi juga. Bikin
benner, ikut pameran kalau ada pameran di alun-alun atau
pameran pembangunan itu. Ya macem-macem lah yang harus
dilakukan untuk promosi.”
“Jadi ya pengembangannya diwujudkan dalam hal lain seperti
online, layanan pesan antar, kemudian sering ikut pameran-
pameran batik, sekalian promosi.”
“Tapi kalau sama perusahaan lain ya saingan. Kadang harus
main harga, kadang harus main bonus, ya banyak lah caranya.
Tapi yang penting kalau saya produknya dulu dipandang
menarik, kalau harga kan bisa diakali pakai diskon, dinaikin
dulu harganya, lalu pajang diskon.”
Managing artinya adalah seseorang yang mampu dalam
melakukan banyak hal dan dapat bertanggung jawab atas apa yang
telah dikerjakannya. Artinya, calon suksesor mengerjakannya dengan
tidak asal-asalan tetapi dengan penuh pertanggungjawaban. Dalam hal
ini, ketiga suksesor memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam
mengerjakan berbagai hal yang harus dilakukan dalam mengelola toko,
walaupun sebenarnya memiliki spesialisasi tersendiri. Anak pertama
lebih menguasai teknik produksi dan pengelolaan pabrik. Anak kedua
kuat pada bagaiaman membangun jaringan bisnis dan memodernisasi
batik menjadi hal yang layak digunakan oleh pengguna usia muda.
Sementara itu, anak ketiga kuat dalam hal link dan jaringan serta
administrasi pertokoan. Spesialisasi ini terbentuk karena proses yang
dilalui oleh masing-masing suksesor dominan pada hal yang menjadi
spesialisasinya. Akan tetapi, semua suksesor juga telah melalui proses-
proses suksesi bisnis bersama orang tua mereka secara menyeluruh,
sehingga dapat dikatakan semua suksesor memiliki kemampuan dalam
berbagai hal yang harus dilakukan dalam melakukan pengelolaan toko.
Beberapa informasi yang berkaitan tentang karakter managing
para suksesor antara lain sebagai berikut:
97
Tabel 10
Sumber Informasi Yang Menunjukkan Karakter Managing
ESW “Kalau yang kedua ikut bapaknya tentang disiplin waktu,
makanya tokonya anak saya yang kedua ini kan paling
saklek kalau soal waktu. Buka jam 7 ya jam 7, tutup jam
9 ya tutup jam 9. Dan yang tengah ini kan tokonya paling
rapi, itu juga ikut watak bapaknya.”
“Ya kalau yang pertama itu kan lebih senang di belakang,
maksudnya di pabrik, buat-buat batik begitu, jadi
belajarnya ya lebih banyak tentang gimana bikin batik.
Beda sama yang tengah dan yang kecil. Kalau yang kecil
itu matematikanya pinter, jadi lebih senang kalau di toko,
hitung-hitungan barang sama uang. Lha kalau yang
tengah itu serba bisa, di belakang bisa, di toko juga bisa,
wong nyales saja bisa kok Mas.”
VSS “Tapi kami ini kan jualan juga tidak asal, makanya
barang-barang kami, walaupun harganya tidak yang
paling murah tapi barangnya bagus. Kami kan tidak buat
batik yang sangat murah, kayak yang sekali pakai gitu.
Kalau yang bagus sekali kami ada, tapi kalau yang jelek
sekali supaya murah malah kami tidak punya.”
“Tapi sebenarnya yang disini ada, pasti ada juga di dua
toko lain, hanya jumlah persediaannya yang beda. Kalau
disini yang jarang kehabisan, kan dekat sama pabrik.
Kalaupun ada pesanan baik disini atau di toko adek,
ngerjakannya juga disini kok mas.”
“Ya kalau soal harga boleh dibandingkan, diantara
saudara-saudara saya, mungkin disini yang paling murah
mas. Karena kan masih ada Ibu, orang-orang juga tahu
kalau disini yang paling tua, jadi main untung sedikit
saja.”
98
Lanjutan Tabel 10
NHS “Ya banyak, disiplinnya bapak tentang waktu, uletnya
bapak kalau sudah pergi itu pulang harus bawa hasil
walaupun sedikit, lalu kalau usaha itu harus jujur, usaha
juga harus tertib soal uang, misah uang toko dengan uang
di dompet. Banyak lah mas pokoknya, sama kalau ibu itu
orangnya telaten.”
“Kami harus bisa atur toko dari semua aspek mas.”
NGS “Hanya saja kalau disini kan saya mengedepankan batik-
batik yang diperuntukan untuk anak muda, desain dan
motifnya untuk anak muda, tapi barang-barang batik
yang lain juga ada, kain juga ada.”
“Kadang harus main harga, kadang harus main bonus, ya
banyak lah caranya. Tapi yang penting kalau saya
produknya dulu dipandang menarik, kalau harga kan bisa
diakali pakai diskon, dinaikin dulu harganya, lalu pajang
diskon.”
“Harga saya sih tidak takut bersaing ya. Kami sekeluarga
itu kan ambil barang di pabrik yang sama, jadi harga jual
juga relative sama. Kecuali kalau jual online biasanya
agak diturunkan dikit, sebagai penarik konsumen.”
“Bikin benner, ikut pameran kalau ada pameran di alun-
alun atau pameran pembangunan itu. Ya macem-macem
lah yang harus dilakukan untuk promosi.”
Selanjutnya, suksesor harus mempunyai track record atau
rekam jejak yang sukses. Hal ini adalah cerminan karakter Achieving.
Jadi seorang calon suksesor mempunyai latar belakang masa lalu yang
sangat bagus. Hal ini betrujuan agar calon suksesor dapat dihargai oleh
keluarga maupun oleh orang lain. Rekam jejak semua suksesor
diyakini oleh pendiri perusahaan dilalui dengan hal-hal yang baik dan
dinilai cukup untuk menjadi suksesor bisnis PT Unggul Jaya. Hal ini
disebabkan karena semasa hidup pendiri perusahaan, semua anaknya
masih tinggal dalam satu rumah yang sama hingga menikah. Hal ini
memudahkan bagi pendiri perusahaan dalam menilai sejauh mana
kesiapan para calon suksesor dilihat dari track recordnya. Selain itu,
99
rekam jejak dalam membantu pendiri perusahaan mengelola toko juga
telah membuktikan bahwa semua calon suksesor layak untuk menjadi
suksesor perusahaan yang telah lama dibangun oleh pendiri
perusahaan.
Beberapa informasi yang berkaitan tentang karakter achieving
para suksesor antara lain sebagai berikut :
Tabel 11
Sumber Informasi Yang Menunjukkan Karakter Achieving
ESW “Dulu kecil sering diajak ke pabrik, diajari kerja di
pabrik, sekarang besarnya jadi pengelola pabrik.
Pabriknya sekarang juga makin besar, dan anak saya
yang besar ini sifat-sifat dan caranya dagang itu sangat
mirip dengan bapaknya”
“Dulu kan anak-anak masih kecil-kecil Mas, jadi ya mau
tidak mau ada di pabrik sama di toko, ikut bapak ibunya
kerja. Dari situ ya mereka kan banyak tanya, atau kadang
malah kami yang minta tolong dibantu. Ya intinya karena
mereka ada di lingkungan usaha ya otomatis saja gitu
mereka belajar. Ya belajar sendiri, ya kadang juga diajari
sama saya sama bapaknya dulu.”
VSS “Dulu masih sering depan belakang bolak-balik sana-sini,
tapi setelah adik-adik saya ikut ya saya banyak
dibelakang, dipabriknya. Karena kan adik saya yang
pertama itu saya lihat paling senang berhadapan dengan
banyak orang, lalu adik saya yang kedua itu pintar kalau
soal hitung-hitungan dan orangnya teliti juga”
“Ya kalau dibilang diajari secara penuh ya tidak juga,
tapi kalau dibilang dilepas juga salah. Bapak sama ibu itu
orangnya demokratis ya, jadi anak-anaknya mau ngapain
aja ya didukung. Kalau saya kan suka di pabrik, jadi lebih
dekat ke bapak, bapak ngajari saya macem-macem.
Kalau ibu ngajari adek saya itu pembukuan sama caranya
ngatur toko.”
NHS “Iya, semua sama-sama di toko, bantu-bantu sebisanya.
Kalau sudah pulang sekolah kami semua jarang dolan-
dolan mas, karena dulu bapak ibu kan walaupun punya
karyawan tetap ikut kerja di toko sama di pabrik.”
100
Lanjutan Tabel 11
NGS “Ya saya mulai tahun 2003 dulu toko hanya yang depan
ini saja. Lalu diperluas supaya bisa display barang makin
banyak. Kan pelanggan yang datang itu juga ingin supaya
mereka punya ruangan bergerak yang longgar, jangan
sampai belanja batik identic dengan umpek-umpekan
dipasar. Lalu karyawan sekarang juga nambah, sudah
makin banyak. Omset juga naik turun tetapi tetap stabil.
Desain bangunan dan toko juga sengaja kami desain
untuk membuat nyaman orang yang datang kesini.”
Karakter yang tidak kalah penting adalah networking.
Networking yaitu adanya jejaring yang luas yang harus dimiliki oleh
seorang calon suksesor agar memudahkan calon suksesor dalam
menjalani bisnisnya di masa yang akan datang. Hal ini bisa dibangun
dengan cara serangkaian pertemuan, pendekatan, dan kerja sama
dengan orang lain. Secara umum, ketiga suksesor meiliki networking
yang baik. Anak pertama memiliki networking yang dihasilkan melalui
proses yang dilalui bersama pendiri perusahaan. Artinya, networking
anak pertama tidak murni dihasilkan sendiri olehnya, tetapi merupakan
hasil kerja keras pendiri perusahaan yang diteruskan, dijaga dan
dipelihara oleh anak pertama. Sementara itu, anak kedua dengan skill
komunikasi yang baik mampu menciptakan networking hingga luar
propinsi. Hal ini dilakukan melalui pemasaran dan promosi barang
hingga keluar Jawa Tengah. Sementara itu, anak ketiga membangun
jaringan melalui suaminya yang bekerja di instansi pemerintahan.
Melalui promosi word of mouth, jaringan yang dibentuk semakin
meluas hingga pada organisasi-organisasi yang lain. Kekuatan jaringan
yang dimiliki oleh masing-masing suksesor perusahaan batik PT
Unggul Jaya inilah yang juga menjadi kunci sukses bertahannya
produk tersebut di pasaran. Beberapa informasi yang berkaitan tentang
karakter Networking para suksesor antara lain sebagai berikut:
101
Tabel 12
Sumber Informasi Yang Menunjukkan Karakter Networking
ESW “Kalau yang tengah ini yang paling pinter jualan. Dulu
yang tengah ini yang paling sering ikut bapaknya jualan
sampai luar kota. Mungkin karena itu juga yang tengah
ini paling pinter jualan.”
NHS “Kalau promosi ya biasa saja mas, paling kalau mau
lebaran, natal, tahun baru itu saya sering kasih bonus atau
diskon. Pasang baliho didepan toko kalau lagi ada diskon.
Kadang kalau akhir tahun itu, kami sering habiskan
barang dengan beli 2 gratis 1. Sama mungkin kalau saya
lewat suami. Suami saya kan dekat dengan orang
pemerintahan, jadi sering ada yang pesan lewat suami
saya.”
VSS “Ya banyak di saya mas, tapi kalau yang Jawa Barat itu
lebih banyak di adik saya yang paling besar. Kalau adik
saya yang kecil itu lebih banyak melayani instansi
pemerintah, karena suaminya dekat dengan anggota
pemerintahan, jadi ya teman-temannya yang pesan batik
atau seragam batik itu lumayan banyak. Ya boleh
dibilang bagi-bagi rejeki sama saudara lah”
“Kalau adik saya kan focus ke tokonya masing-masing,
kalau saya lebih senang jual ke luar kota karena
untungnya lumayan, juga buat jaga relasinya teman-
temannya bapak.”
NGS “Iya, kalau saya lebih banyak ke Jawa Barat, Garut,
Tasikmalaya, Sumedang, Bandung dan sekitarnya. Kalau
yang Solo Jogja itu yang ambil kakak saya karena
neruskan jaringannya bapak”
“Jadi ya pengembangannya diwujudkan dalam hal lain
seperti online, layanan pesan antar, kemudian sering ikut
pameran-pameran batik, sekalian promosi.”
“Kalau bapak keluar kota urus pekerjaan, kadang kami
bertiga ikut, tapi yang paling sering ikut dulu itu saya,
karena dulu saya suka keliling-keliling meskipun cuma
ikut bapak urusan bisnis.”
102
Pemilik perusahaan menentukan ketiga anaknya menjadi
suksesor perusahaan tidak hanya karena nilai-nilai yang telah tertanam
dalam diri para calon suksesor. Faktor karakter juga menjadi salah satu
hal yang diperhatikan pendiri perusahaan dan menjadi alasan untuk
mewariskan perusahaannya kepada ketiga anaknya. Kekuatan karakter
yang dimiliki anak-anak pendiri perusahaan tidak hanya terbentuk
secara alami dan berasal dari larih, akan tetapi karakter-karater yang
dimiliki calon suksesor ini juga berasal dari berbagai proses yang
mereka lewati sepanjang masa penyiapan mereka menjadi suksesor
perusahaan. Proses-proses ini dilewati oleh para calon suksesor
bersama dengan upaya pendiri perusahaan.
Pada tahap pengembangan individu calon suksesor, terdapat
proses pemilihan calon suksesor, proses pengenalan lingkungan usaha,
proses pelatihan melakukan aktivitas, dan proses pelibatan dalam
proses usaha. Proses pemilihan suksesor pada Perusahaan Batik PT
Unggul Jaya dilakukan oleh pendiri perusahaan secara langsung.
Dalam proses ini, pendiri perusahaan memiliki tiga orang anak yang
memiliki kemungkinan untuk dapat dijadikan sebagai suksesor. Akan
tetapi, pendiri perusahaan tidak memilih salah satu saja anaknya
sebagai pendiri perusahaan, tetapi memilih untuk membagi
perusahaannya dan membagikan kepada semua anaknya. Untuk
menghindari perpecahan perusahaan, maka perusahaan yang didirikan
pendiri perusahaan dibuat menjadi bentuk perseroan terbatas (PT).
Melalui bentuk perusahaan ini, pendiri Perusahaan Batik PT Unggul
Jaya dapat mewariskan perusahaanya kepada semua anaknya tanpa
harus membagi perusahaan menjadi perusahaan yang berbeda-beda.
Generasi penerus PT Unggul Jaya telah mulai dikenalkan
dengan lingkungan usaha sejak usia dini. Pendiri perusahaan telah
memperkenalkan lingkungan usahanya dengan cara membawa anak-
anaknya sejak kecil ke pabrik dan toko. Pendiri PT Unggul Jaya mulai
mengenalkan setiap aktivitas yang ada di perusahaan mulai dari proses
103
produksi yang dilakukan di pabrik, proses penjualan yang dilakukan di
toko hingga proses penjalinan jejaring pemasaran hingga luar kota.
Pendiri perusahaan memberikan pengetahuan tentang apa saja yang
harus dilakukan dalam menjalankan sebuah perusahaan batik. Bukan
hanya terbatas pada pengetahuan yang harus diketahui oleh para calon
suksesor, namun juga karakter yang harus dimiliki dalam mengelola
perusahaan. Karakter yang harus dimiliki dalam mengelola perusahaan
antara lain Acceptable, Charismatic, Energetic-Managing, Achieving,
dan Networking. Dalam kaitannya dengan pengelolaan perusahaan,
masing-masing karakter akan menjadi kekuatan perusahaan dalam
berbagai bidang.
Pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya memberikan berbagai
pelatihan melakukan aktivitas bagi anak-anaknya. Dalam hal produksi,
pendiri perusahaan mengajari anak-anaknya tentang cara memproduksi
batik. Berbagai teknik diajarkan oleh pendiri perusahaan kepada anak-
anaknya secara berkelanjutan. Pendiri perusahaan juga mengajarkan
aktivitas administratif yang harus dilakukan dalam menjalankan
perusahaan, terutama terkait dengan administrasi keuangan yang harus
dilakukan, mulai dari pengelolaan pendapatan hingga pengeluaran.
Proses-proses pemasaran produk, mulai dari penataan barang dagangan
hingga melakukan komunikasi kepada konsumen potensial juga
dilakukan. Hal ini dilakukan oleh pendiri perusahaan dalam rangka
pengembangan karakter selling, melalui pengembangan karakter
Acceptable, Charismatic, Energetic, Managing, Achieving, dan
Networkingyang menjadi dasar dalam pengembangan perusahaan
melalui profil pengelola/pemiliknya.
Pelatihan dan pelibatan calon suksesor dalam setiap aktivitas
dilakukan dengan tujuan agar calon suksesor siap untuk mewarisi
usaha yang telah didirikan, yaitu perusahaan batik PT Unggul Jaya.
Hal ini merupakan bagian dari penyiapan calon suksesor yang
dilakukan oleh pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya.Kesiapan dari
104
calon suksesor ini menjadi penting karena pendiri perusahaan memiliki
harapan agar perusahaan yang didirikan dapat menjadi sarana dalam
memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya kelak. Dengan kata lain,
bahwa pendiri perusahaan juga mengharapkan agar perusahaan dapat
berjalan lama dan eksis dalam industri batik di Pekalongan. Untuk itu,
penanaman karakter selling menjadi penting dalam hal ini, agar
perusahaan memiliki karakter yang mampu menjadi daya pengikat
pagi pelanggannya. Karakter perusahaan akan tercermin dari karakter
sang pemilik perusahaan, untuk itulah pendiri perusahaan
menanamkan karakter selling dalam diri para calon suksesornya.
Awal mula calon suksesor dilibatkan dalam proses usaha
sebenarnya telah dimulai sejak usia sekolah. Namun, pada masa itu,
calon suksesor perusahaan belum mengambil tanggung jawab dalam
perusahaan. Pada masa ini, calon suksesor hanya sekedar membantu
melaksanakan aktivitas-aktivitas perusahaan, tidak ada kewajiban dan
tanggung jawab yang diberikan pendiri perusahaan kepada calon
suksesor manapun.Proses dalam tahapan pelibatan calon suksesor
dalam usaha dilanjutkan dengan proses pemberian hak dan wewenang
secara tidak penuh. Melalui proses ini, para calon suksesor telah
diberikan tugas tertentu dalam perusahaan. Pemberian tugas ini
berdampak pada pemberian kompensasi atas apa yang telah dilakukan
oleh para calon suksesor. Pemberian hak dan wewenang secara tidak
penuh dimulai pada masa setelah calon suksesor siap. Kesiapan calon
suksesor dinilai oleh pendiri perusahaan setelah menyelesaikan
pendidikannya.
Proses pelibatan calon suksesor secara penuh dalam perusahaan
batik PT Unggul Jaya dilakukan setelah calon suksesor telah selesai
menyelesaikan pendidikan formal. Anak pertama dari pendiri
perusahaan batik PT Unggul Jaya memulai mengemban tanggung
jawab penuh dalam bidang produksi. Hal ini dibuktikan dengan jabatan
pertama anak pertama dalam perusahaan sebagai kepala pabrik.
105
Menurut pengakuan anak pertama dari pendiri perusahaan, menjadi
kepala pabrik berarti bertanggungjawab atas segala sesuatu yang
berhubungan dengan pemenuhan target produksi dan pengelolaan
bahan. Anak kedua memulai tanggungjawab penuh dalam perusahaan
sebagai kepala toko yang bertugas sebagai koordinator dalam
melakukan aktivitas di toko, mulai dari persediaan barang hingga
melakukan promosi. Anak ketiga memulai tanggungjawab penuh
bukan dalam ranah jabatan, tetapi secara langsung menggantikan tugas
istri pendiri perusahaan dalam administrasi keuangan.
Pada proses evaluasi hasil penyiapan calon suksesor, pendiri
perusahaan meyakini bahwa ketiga anak memiliki kemampuan yang
cukup untuk mengelola perusahaan. Oleh karena itu, pendiri
perusahaan memutuskan untuk membagi perusahaan ke ketiga
anaknya. Proses pembagian perusahaan ini dimulai jauh hari sebelum
perusahaan resmi diwariskan. Perusahaan yang sebelumnya belum
berbadan hukum, dibuat menjadi berbadan hukum dalam bentuk usaha
perseroan terbatas (PT).Perubahan bentuk perusahaan ini dimaksudkan
untuk mempermudah pembagian perusahaan. Dengan merubah bentuk
perusahaan kedalam bentuk perseroan terbatas, perusahaan yang
didirikan oleh pendiri perusahaan tetap akan menjadi satu walaupun
telah memiliki unit usaha yang banyak jumlahnya dan tersebar di
berbagai wilayah. Pendiri perusahaan memiliki cita-cita agar generasi
penerus perusahaannya tetap dapat memiliki usaha mandiri tanpa
melupakan nilai-nilai kekeluargaan yang tetap harus dijaga hingga
generasi-generasi berikutnya.
Proses penyerahan kepemimpinan kepada suksesor berjalan
sesuai dengan harapan pendiri perusahaan. Pendiri perusahaan berhasil
membuat perusahaan memiliki tiga toko yang akan diwariskan masing-
masing satu toko kepada anak-anaknya sebagai generasi penerus,
sedangkan pabrik pembuatan batik tetap akan dikelola oleh pendiri
perusahaan. Pabrik yang didirikan oleh pendiri perusahaan
106
memproduksi batik untuk ketiga toko yang dikelola oleh anak-
anaknya, hingga akhirnya pendiri perusahaan meninggal duani dan
akhirnya pabrik diwariskan kepada anak pertama. Pemilihan anak
pertama bukan tanpa alasa, selain sebagai orang yang dinilai paling
cakap dalam mengelola pabrik, sebagai anak pertama dalam tradisi
jawa juga mendapatkan warisan yang lebih banyak dibanding anak
yang lain. Selain itu, keberadaan istri pendiri perusahaan yang masih
bersama anak pertama juga menjadi faktor penting dibalik pemilihan
anak pertama sebagai suksesor pabrik.
Berdasarkan tahapan yang dilalui pada suksesi perusahaan
batik PT Unggul Jaya, proses yang dilalui perusahaan hingga berganti
kepemimpinan berjalan dalam jangka waktu yang lama. Pendiri
perusahaan telah menyiapkan generasi penerus mulai dari waktu yang
lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Handler (1994) yang menyatakan
bahwa suksesi dalam bisnis keluarga merupakan berlalunya tongkat
kepemimpinan dari pemilik pendiri untuk pengganti yang lebih baik,
baik dari anggota keluarga maupun non-keluarga, yaitu manajer
professional. Suksesi tidak hanya satu langkah dari menyerahkan
tongkat estafet, tapi merupakan proses panjang dari waktu ke waktu,
bahkan dimulai sebelum ahli waris memasuki bisnis. Perusahaan batik
PT Unggul Jaya telah mengalami proses panjang dalam pewarisan atau
pengalihan tongkat kepemimpinan. Hal ini berarti bahwa fenomena
yang terjadi pada perusahaan batik PT Unggul Jaya ini sesuai dan
mendukung apa yang telah dikemukakan oleh Hendler tersebut.
Handler (1992) menambahkan bahwa tahapan dalam proses
suksesi antara lain periode pengembangan individu, periode
keterlibatan dalam bisnis, dan tahapan suksesi kepemimpinan. Masing-
masing tahapan memiliki proses yang panjang. Proses suksesi
kepemimpinan perusahaan PT Unggul Jaya juga telah mengalami
keseluruhan proses tersebut. Dalam periode pengembangan calon
suksesor, pendiri perusahaan telah melakukan pemilihan suksesor,
107
melakukan pengenalan lingkungan usaha kepada calon suksesor,
proses pelatihan melakukan aktivitas perusahaan dan proses pelibatan
calon suksesor. Dalam periode pelibatan calon suksesor dalam bisnis,
pendiri PT Unggul Jaya telah memulai membawa calon suksesor untuk
mengambil bagian dalam perusahaan, baik pada tahap awal,
pengambilan tanggungjawab secara tidak penuh dan penuh. Tahapan
suksesi kepemimpinan PT Unggul Jaya dilakukan atas dasar evaluasi
hasil penyiapan calon suksesor. Semua proses tersebut dilalui oleh
ketiga suksesor perusahaan batik PT Unggul Jaya.
Dalam proses suksesi bisnis di perusahaan batik PT Unggul
Jaya dilakukan dengan pola tertentu. Salah satu pola perencanaan
suksesi yang dapat dilakukan adalah dengan pola Unplanned
succesion. Wijaya (2011) menjelaskan bahwa pola perencanaan
suksesi bisnis modelUnplanned Succesion dilakukan pimpinan puncak
kepada penerusnya berdasarkan keputusan pemilik dengan
mengutamakan pertimbangan-pertimbangan pribadi. Dalam
perencanaan suksesi bisnis di perusahaan batik PT Unggul Jaya,
pendiri perusahaan sebagai pimpinan perusahaan memutuskan secara
sepihak tentang siapa yang akan menjadi penerusnya dan bagaimana
proses yang akan dilalui oleh suksesor. Dalam hal ini, Bapak Gawat
Swalim sebagai pendiri perusahaan menentukan bahwa yang akan
menjadi suksesor dari perusahaanya adalah semua anaknya. Pendiri
perusahaan telah memiliki strategi dalam mewariskan perusahaannya
kepada lebih dari satu orang. Strategi yang dilakukan adalah dengan
membagi perusahaan menjadi beberapa unit usaha, sesuai dengan
jumlah pewarisnya agar mudah untuk membaginya dengan adil.
Suksesi bisnis pada perusahaan batik PT Unggul Jaya berbeda
dengan beberapa proses suksesi bisnis pada perusahaan atau lembaga
lain. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan dengan hasil
penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian
Remiasa (2014) yang juga mengangkat proses suksesi pada perusahaan
108
keluarga pada PT Puterasean menunjukkan bahwa PT Puterasean telah
melakukan proses suksesi dengan memilih calon suksesor dengan
tepat. Ketepatan suksesi ini dinilai dari karakteristik suksesor yang
memiliki karakter atau sifat: acceptable, charismatic, Energetic,
managing, achieving, dan networking dan melakukan proses
pengembangan dan pembelajaran untuk mempersiapkan calon
suksesor untuk bisa memimpin perusahaan dimasa yang akan datang.
Perbedaan hasil penelitian ini dengan suksesi di PT Unggul Jaya
terletak pada pemilihan suksesor dan jumlah suksesor bisnisnya.
Penelitian tentang suksesi bisnis perusahaan keluarga juga
dilakukan Pratama & Indriyani (2016), tetapi dengan anak tunggal
sebagai suksesor. Hal ini berarti pendiri perusahaan tidak memiliki
pilihan untuk menentukan suksesor dari usaha keluarganya. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa perencanaan suksesi pada perusahaan
keluarga Idea Funiture & Desain Interior telah dilakukan sejak dini
oleh Bapak Tjondro selaku pendiri, pemilik perusahaan dan juga orang
tua dari Bapak Eduardo. Calon suksesor telah dipersiapkan untuk
mengembangkan kompetensi dan juga pengetahuannya dalam bidang
furnitur. Calon suksesor diharapkan juga memiliki tanggung jawab dan
komitmen yang tinggi dalam perencanaan suksesi sampai menjadi
generasi penerus yang siap menggantikan untuk memimpin
pengoperasionalaan perusahaan keluarga Idea funitur & Desain
Interior. Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa sebenarnya
pendiri perusahaan batik PT Unggul Jaya memiliki kesempatan untuk
memilih satu opsi suksesor terbaik dari tiga pilihan, walaupun pada
akhirnya pendiri perusahaan memilih untuk mewariskan
perusahaannya kepada ketiga anaknya.
Perbedaan proses suksesi bisnis pada perusahaan batik PT
Unggul Jaya dengan suksesi bisnis pada perusahaan lain yang telah
diungkap melalui penelitian terletak pada pola suksesinya. Pada
perusahaan-perusahaan lainnya, perusahaan diwariskan kepada
109
generasi yang dirasa menjadi suksesor terbaik jika memiliki lebih dari
satu orang anak. Namun, pada suksesi bisnis di perusahaan batik PT
Unggul Jaya, perusahaan dibagi menjadi 3 bagian untuk diwariskan
kepada semua keturunan dari pendiri perusahaan. Pendiri perusahaan
juga menanamkan karakter tertentu kepada para penerusnya, yaitu
karakter selling sebagai pilar utamanya. Pendiri perusahaan
menanamkan karakter selling sebagai dasar orientasi bagi anak-
anaknya sebagai generasi penerus agar semua anaknya memiliki
kemampuan untuk meneruskan dan mengembangkan PT Unggul Jaya.
Proses yang dilalui atau tahapan suksesi bisnis dari perusahaan
batik PT Unggul Jaya juga sedikit berbeda dengan tahapan suksesi
pada perusahaan lainnya. Proses suksesi bisnis pada perusahaan batik
PT Unggul Jaya dibagi menjadi tiga tahapan, antara lain tahap
pengembangan individu calon suksesor, tahap pelibatan calon suksesor
dalam bisnis, dan tahap suksesi kepemimpinan. Setiap tahapan terdiri
dari beberapa proses. Pada tahap pengembangan individu calon
suksesor, terdapat proses pemilihan calon suksesor, proses pengenalan
lingkungan usaha, proses pelatihan melakukan aktivitas, dan proses
pelibatan dalam proses usaha. Pada tahap pelibatan calon suksesor
dalam bisnis pun terdiri dari beberapa proses, diantaranya proses awal
mula pelibatan dalam usaha, proses pemberian hak dan wewenang
secara tidak penuh, dan proses pelibatan calon suksesor secara penuh
dalam usaha. Sementara itu, tahap suksesi kepemimpinan juga terdiri
dari beberapa proses, antara lain proses evaluasi hasil penyiapan calon
suksesor dan proses penyerahan kepemimpinan perusahaan batik PT
Unggul Jaya kepada suksesor.
Salah satu keunikan proses suksesi bisnis yang terjadi di
perusahaan batik PT Unggul Jaya adalah dimana pendiri perusahaan
tidak memili satu dari ketiga anaknya sebagai suksesor, melainkan
memilih ketiga anaknya untuk dijadikan suksesor dalam perusahaan.
Hal ini dilakukan oleh pendiri perusahaan karena nilai kemendirian
110
yang diyakini oleh pendiri perusahaan, dibawa hingga mempersiapkan
kehidupan bagi anak-anaknya. Selain itu, ketiga anak pendiri
perusahaan juga memiliki karakter yang kuat dan mumpuni sebagai
seorang penerus perusahaan. Keenam karakter yang dimiliki para calon
suksesor diantaranya dalam aspek Acceptable, Charismatic, Energetic-
Managing, Achieving, dan Networking. Walaupun kadarnya berbeda-
beda antara satu anak dengan yang lain, tetapi semua anak memiliki
karakter tersebut dalam diri mereka.
Hal menarik lain yang ditemukan dalam suksesi bisnis
perusahaan batik PT Unggul Jaya Pekalongan adalah persoalan budaya
dan gender yang menjadi salah satu pertimbangan pendiri perusahaan
dalam melakukan pembagian perusahaan. Dalam suksesi perusahaan
ini, salah satu aset penting perusahaan adalah pabrik pembuatan batik
yang memproduksi batik untuk ketiga toko yang dikelola oleh ketiga
suksesor. Pabrik pembuatan batik, pada akhirnya jatuh kepada anak
pertama. Pendalaman yang dilakukan terhadap penyebab-penyebab
jatuhnya pabrik pembuatan pabrik kepada anak pertama, seperti yang
dijelaskan oleh istri pendiri perusahaan masih mempertimbangkan
budaya jawa yang berkembang di lingkungan keluarga, yang juga
berhubungan dengan gender. Menurut istri pendiri perusahaan, pabrik
diberikan kepada anak pertama karena anak pertama merupakan anak
laki-laki yang paling tua. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor
budaya yang didalamnya juga memuat aspek gender menjadi salah satu
aspek yang berpengaruh dalam melakukan suksesi bisnis di perusahaan
batik PT Unggul Jaya.
Pada budaya jawa, terdapat satu kebiasaan atau tradisi dalam
memberikan warisan dari orang tua kepada anak-anaknya. Salah satu
budaya yang berkembang di lingkungan keluarga pemilik perusahaan
batik PT Unggul Jaya adalah masih mempergunakan patokan bahwa
anak laki-laki yang paling tua akan mendapat warisan paling banyak
dari sisi jumlah. Hal ini pula yang menjadi pertimbangan diberikannya
111
pabrik pembuatan pabrik kepada anak pertama. Jadi, pertimbangan
memberikan pabrik pembuatan pabrik kepada anak pertama bukan
hanya didasarkan pada aspek-aspek ekonomis dan operasional terkait
dengan aktivitas pabrik, tetapi juga mempertimbangkan aspek budaya
yang memuat aspek gender di dalamnya. Hal inilah yang menjadi salah
satu keunikan dan ciri khas suksesi bisnis pada perusahaan batik PT
Unggul Jaya, dibanding dengan suksesi pada perusahaan lainnya.
Walaupun pabrik menjadi milik dari anak pertama, namun
hubungan antar anak yang menjalankan ketiga toko masih berjalan
dengan baik dan harmonis. Hal ini dibuktikan dengan adanya
kerjasama yang melibatkan ketiga toko dengan pabrik yang dikelola
oleh anak pertama. Produksi yang dilakukan oleh pabrik yang dikelola
anak pertama dipasarkan melalui ketiga toko warisan. Semua produk
yang dijual di ketiga toko warisan juga merupakan produk yang sama
dengan yang diproduksi pabrik PT Unggul Jaya. Hal ini
mengindikasikan bahwa hubungan antar suksesor masih berjalan
dengan baik. Selain itu, terdapat fakta bahwa perencanaan produksi
yang dilakukan oleh pabrik juga mengacu pada permintaan ketiga
toko. Walaupun pemilik pabrik merupakan individu tersendiri, namun
dalam proses perencanaan produksi, pemilik pabrik senantiasa
melakukan koordinasi dan komunikasi dengan suksesor yang lain. Hal
ini dilakukan untuk menjamin bahwa semua kebutuhan produk dari
ketiga toko warisan dapat dipenuhi melalui proses produksi di pabrik.
Hubungan kerjasama ini menandakan bahwa terdapat aliansi strategi
bisnis dalam hubungan antar suksesor.
Hunt (2002) mendefinisikan aliansi sebagai upaya kolaborasi
antara dua atau lebih perusahaan di mana perusahaan menggabungkan
sumber daya mereka dalam upaya untuk mencapai tujuan yang saling
kompatibel yang tidak dapat dengan mudah dicapai sendiri. Sesuai
dengan pernyataan ini, PT Unggul Jaya pada masa kepemimpinan
generasi suksesor juga melaksanakan aliansi strategis. Hal ini
112
dibuktikan dengan adanya koordinasi dan komunikasi dalam
menentukan operasional pabrik dalam hal perencanaan produksi.
Ketiga suksesor saling berkoordinasi agar mencapai kesepakatan
dalam menyusun rencana produksi yang akan dijalankan oleh anak
pertama. Hal ini menunjukkan bahwa aliansi stratgei berjalan di
perusahaan tersebut.
Selanjutnya Varadarajan dan Cunningham (1995) menjelaskan
bahwa aliansi strategi sebagai penyatuan sumber daya dan
keterampilan yang spesifik oleh perusahaan yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, serta tujuan khusus untuk masing-masing
mitra usaha secara personal atau individu. PT Unggul Jaya dibawah
generasi pewaris menyatukan sumber daya produksi dalam bentuk
pabrik untuk menghasilkan barang yang akan dijual melalui ketiga
toko warisan. Sumber daya yang dimaksud bukan hanya bentuk fisik
toko, tetapi juga berbagai sumber daya intelektual dari ketiga pewaris
tentang teknik produksi dan spesifikasi barang yang dibuat. Sumber
daya yang tak kalah penting adalah penanaman karakter selling kepada
ketiga anaknya. Karakter selling menjadi pilar utama dalam
membentuk generasi penerus yang mampu menjalankan dan
mengembangkan usahanya. Karakter selling akan menjadi orientasi
utama bagi para generasi penerus dalam menyusun dan menjalankan
strategi pengembangan unit usaha yang mereka kelola masing-masing.
Strategi-strategi ini terkait dengan strategi pemasaran yang ditujukan
sebagai cara untuk mengembangkan unit usaha masing-masing, baik
toko maupun pabrik yang memproduksi batik untuk ketiga toko
warisan.
Udaya, Wennadi, dan Lembana, (2013:88) mendefinisikan
aliansi stratejik sebagai kerjasama (partnership) dua atau lebih
perusahaan untuk mencapai tujuan melakukan kombinasi antara
sumber daya, keuangan, manajerial, teknologikal, dan keunggulan-
keunggulan bersaing mereka dalam menghasilkan produk atau jasa.
113
Definisi ini mengandung unsur tujuan dalam aliansi stratejik. Hal ini
pun sama dengan apa yang telah terjadi pada perusahaan batik PT
Unggul Jaya dimana tujuan dari ketiga pewaris perusahaan untuk
menjual barang, diakomodir melalui pabrik pembuatan batik. Semua
toko memiliki keingan dan permintaan masing-masing, semua
permintaan tersebut terakomodir di pabrik yang sama.
Dadan (1996) menyatakan bahwasalah satu bentuk kerjasama
dalam aliansi adalah kerjasama operasi. Kerjasama operasi merupakan
bentuk kontrak yang ditawarkan oleh satu badan usaha kepada pihak
lain untuk secara bersama-sama menanamkan modalnya dalam salah
satu usaha yang dimilikinya, selanjutnya kedua pihak secara bersama-
sama atau bergantian mengelola manajemen dan proses operasional.
Kerjasama operasional dilakukan hanya dalam hal produksi saja, tetapi
seluruh asset dari pabrik merupakan hak anak pertama sebagai penerus
pabrik jika ditinjau dari sisi kepemilikan. Pengelolaannya pun juga
dilakukan oleh anak pertama, namun anak kedua dan ketiga memiliki
andil dalam setiap pengambilan keputusan. Anak pertama sebagai
pemilik pabrik yang sah senantiasa memperhatikan dan
mempertimbangkan berbagai informasi dan masukan dari generasi
penerus yang lain. Pemegang hak atas pabrik tidak mempermasalahkan
persoalan hak milik dari pabrik, tetapi lebih mengedepankan
bagaimana menjamin keberlangsungan perusahaan berjalan. Hal ini
ditengarai karena nilai-nilai kerukunan yang telah terbangun dengan
kuat di keluarga pemilik perusahaan batik PT Unggul Jaya.
Melalui aliansi strategik terjadi semacam pooling of resources
atau penggabungan sumber daya, sumber dana, sumber informasi
untuk mendapatkan kombinasi yang terbaik agar memberikan nilai
tambah atau apa yang disebut synergy. Hal ini pun senada dengan yang
terjadi di PT Unggul Jaya dimana sinergisitas antar pewaris sangat
terlihat. Sumber daya perusahaan dalam hal produksi sengaja dibuat
menjadi satu. Informasi-informasi yang berhubungan dengan produksi
114
barang pun senantiasa saling dikomunikasikan antar pemilik toko, hal
ini tampak dari berbagi komunikasi yang dilakukan antar penerus
dalam hal jumlah produksi, jenis barang yang diproduksi, hingga
pengembangan toko masing-masing pewaris. Hal ini sekaligus
menandakan bahwa aliansi strategic ini menghasilkan sinergisitas di
PT Unggul Jaya.
Aliansi strategis pada perusahaan batik PT Unggul Jaya terjadi
karena banyak pertimbangan. Selain nilai kerukunan yang telah
terbangun dengan kuat, pertimbangan lain adalah karena banyaknya
kesamaan antar toko sehingga dapat dengan mudah membangun suatu
aliansi strategis. Pertimbangan perusahaan melakukan aliansi adalah
supaya mempunyai kapabilitas complementary dan kesamaan status
(status similarity) pada partner potensial perusahaan. Hal ini berarti
aliansi strategis dibangun oleh ketiga pewaris dengan tujuan agar
ketiga toko warisan dapat melakukan pengembangan secara bersama-
sama. Pengembangan yang dimaksud adalah dengan melalui proses
produksi dimana produksi dilakukan dengan perangkat dan pabrik
yang sama untuk dijual pada ketiga toko yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan agar ketiga toko mampu memaksimalkan potensi
keberadaan pabrik untuk pengembangan usaha mereka secara umum.
Sebagai kasus individual (Camic, 1992) perusahaan dengan
kesamaan status adalah lebih memungkinkan untuk berkolaborasi
dengan perusahaan lainnya disebabkaan peran signaling pada interaksi
sosial. Interaksi social pada perusahaan batik PT Unggul Jaya telah
berlangsung lama, baik antara pendiri perusahaan dengan generasi
pewaris maupun antar generasi pewaris. Hal ini menyebabkan
kesamaan status sebagai pihak pewaris yang merupakan anak pendiri
perusahaan merasa bahwa kesamaan status sebagai anak membuat
mereka akan lebih mudah dalam membuat satu aliansi bisnis stratejik.
Kolaborasi ketiga anak sebagai pewaris dalam mencari ide-ide
produksi barang yang baru, selanjutnya dieksekusi melalui keberadaan
115
pabrik bati PT Unggul Jaya. Kolaborasi antar toko ini dapat dikatakan
terjadi karena interaksi social yang telah terbentuk sejak lama sebagai
saudara kandung dan tumbuh berkembang pada lingkungan yang
sama.
Suksesi perusahaan batik PT Unggul Jaya Pekalongan dapat
dikatakan sebagai suksesi usaha yang berhasil. Keberhasilan suksesi
bisnis pada perusahaan ini dapat dilihat dari tercapainya cita-cita
pendiri perusahaan, yaitu untuk mewariskan unit usaha untuk masing-
masing anak, yang terdiri dari pabrik untuk produksi sebagai milik
bersama, Toko Batik Unggul Jaya 1 untuk anak ke-1, Toko Batik
Unggul Jaya 2 untuk anak ke-3 dan Toko Batik Mart untuk anak ke-2.
Keempat unit usaha ini dibentuk untuk mengakomodir jumlah suksesor
sebanyak 3 orang. Keberhasilan suksesi bisnis pada perusahaan batik
PT Unggul Jaya juga dibuktikan dengan adanya pengembangan usaha
yang dilakukan oleh ketiga suksesor pasca suksesi kepemimpinan.
Suksesi usaha yang sukses memiliki beberapa karakteristik yang
melakat pada proses dan hasil suksesi usaha pada suatu perusahaan.
Karakteristik suksesi yang sukses menurut Cater III (2006) antara lain
Planning and letting go, Taking the reins, dan Servant leadership.
Karakteristik suksesi bisnis ini juga melekat pada suksesi usaha pada
perusahaan batik PT Unggul Jaya Pekalongan.
Perusahaan batik PT Unggul Jaya Pekalongan memiliki
karakter planning and letting go dalam suksesi usahanya. Perencanaan
merupakan aktifitas kunci dalam manajemen. Pendiri perusahaan harus
rela menyesuaikan organisasi agar sesuai dengan keterampilan
penerus. Kadang-kadang perusahaan dapat dibagi menjadi sekelompok
perusahaan terkait, tapi independen agar sesuai dengan kebutuhan
generasi berikutnya. Dalam hal ini, perusahaan batik PT Unggul Jaya
telah diubah menjadi bentuk perusahaan perseroan terbatas untuk
mengakomodir kepentingan dan jumlah suksesor. Perusahaan dibagi
menjadi beberapa unit, terutama keberadaan 3 unit toko yang
116
dibagikan kepada 3 orang suksesor. Hal ini mengindikasikan dan
menandakan bahwa perusahaan rela melakukan perubahan yang
dilakukan oleh pendiri perusahaan demi keberhasilan suksesi kepada 3
anak yang sama-sama menjadi suksesor perusahaan.
Karakter taking the reins juga melekat pada suksesi yang terjadi
di perusahaan batik PT Unggul Jaya. Kredibilitas merupakan kunci
untuk mendapatkan status legitimasi di perusahaan untuk
penggantinya. Penerus pengganti harus memperoleh kredibilitas dalam
perusahaan dengan membuktikan kemampuannya kepada manajer
perusahaan dan karyawan. Untuk mendapatkan kredibilitas, banyak
pengamat percaya bahwa yang terbaik bagi anggota keluarga baru
adalah bekerja untuk bisnis lain sebelum memulai dengan perusahaan
keluarga. Tujuannya agar pengganti mendapatkan pengalaman bisnis,
kepercayaan diri, dan ditambah pandangan lingkungan bisnis. Dalam
hal ini, para penerus atau suksesor perusahaan batik PT Unggul Jaya
Pekalongan telah mampu menunjukkan bahwa mereka memiliki
kredibilitas sebagai suksesor. Para suksesor perusahaan batik PT
Unggul Jaya Pekalongan memiliki karakter selling yang terwujud
dalam karakter-karakter yang dominan dalam diri mereka.
Kemampuan mengelola usaha juga menjadi bukti kredibilitas mereka
sebagai suksesor perusahaan yang mampu membawa perusahaan untuk
berkembang menjadi lebih baik lagi.
Servant leadership sebagai karakter suksesi yang sukses juga
tampak pada perusahaan batik PT Unggul Jaya Pekalongan. Prinsip
dari servant leadership adalah mendahulukan pelayanan kepada orang
lain sehingga pada akhirnya jumlah pengikut terus bertambah. Oleh
karena itu, pemimpin jenis ini tidak mencari kebesaran diri atau
kekuasaan atau ketenaran. Sebaliknya, pemimpin mencoba secara
positif mempengaruhi kinerja para pengikut, membangun organisasi
lebih baik, dan mengambil pandangan jangka panjang untuk kemajuan
organisasi. Dalam hal ini pendiri perusahaan menanamkan karakter
117
selling sebagai orientasi utama dalam mengembangkan karakter para
suksesor agar siap menghadapi segala sesuatu yang mungkin dihadapi
dalam pengelolaan perusahaan batik PT Unggul Jaya Pekalongan di
masa setelah suksesi kepemimpinan dilakukan.
Keberhasilan suksesi bisnis dalam perusahaan batik PT Unggul
Jaya Pekalongan juga tampak dari bagaimana pendiri perusahaan
mampu menanamkan karakter selling kepada semua suksesor.
Karakter lain yang juga berhasil dibentuk oleh pendiri perusahaan,
walaupaun dalam kapasitas yang berbeda-beda, terdiri dari karakter
Acceptable, Charismatic, Energetic, Managing, Achieving, dan
Networking. Dalam proses suksesi bisnis perusahaan batik PT Unggul
Jaya, pendiri perusahaan menjadikan karakter selling sebagai karakter
inti wirausaha dalam menjalankan segala usaha yang dilakukan.
Karakter tersebut membentuk suksesor yang mampu menjual produk
dengan baik. Karakter selling menjadi dasar dari semua penanaman
karakter lainnya dan kemampuan bisnis bagi para calon suksesor.
Karakter yang dominan antara satu suksesor dengan suksesor yang lain
berbeda, hal ini dapat dilihat dari bagaimana karakter yang terbentuk
pada masing-masing suksesor terwujud dalam perilaku bisnis dan
manajemen masing-masing suksesor. Pendiri perusahaan menanamkan
nilai-nilai kepada para calon suksesor yang mendasari terbentuknya
karakter selling, salah satunya adalah nilai keuletan yang mendorong
suksesor berorientasi pada hasil.
Suksesor pertama dari PT Unggul Jaya dominan dalam karakter
karismatik. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemampuannya dalam
mengelola pabrik, menjaga jejaring dan menjadi panutan bagi suksesor
yang lain. Anak pertama juga merupakan pribadi yang menarik dan
menyenangkan, dianggap sebagai pengganti kepala keluarga setelah
pendiri perusahaan meninggal. Hal ini juga disadari penuh oleh kedua
adiknya, sehingga anak pertama menjadi tempat untuk meminta
pertimbangan-pertimbangan terkait dengan berbagai hal yang
118
berhubungan dengan pengelolaan usaha. Ide-ide brilian yang sering
muncul dari anak kedua atau anak ketiga tidak langsung dieksekusi
sebagai sebuah pekerjaan. Anak kedua atau anak ketiga senantiasa
mengkomunikasikan ide tersebut dengan kakak tertua sebagai
cerminan bahwa anak pertama memiliki charisma.
Suksesor kedua dan ketiga dominan dalam karakter
networking. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka membangun
jejaring dengan pihak lain untuk pengembangan usaha yang mereka
lakukan. Suksesor kedua dengan skill komunikasi yang baik mampu
menciptakan networking hingga luar propinsi. Hal ini dilakukan
melalui pemasaran dan promosi barang hingga keluar Jawa Tengah.
Kemampuan membangun jejaring sangat dominan pada suksesor yang
kedua karena memiliki karakter dasar yang sangat friendly dengan
orang-orang baru. Kekuatan karakter ini pada suksesor kedua tampak
dengan adanya jejaring yang luas yang dimiliki oleh suksesor kedua
yang berguna agar memudahkan penjualan produk dan pengembangan
usaha di masa yang akan datang. Hal ini bisa dibangun dengan cara
serangkaian pertemuan, pendekatan, dan kerja sama dengan orang lain.
Hal ini pula yang dilakukan oleh suksesor kedua dengan wujud
pertemuan-pertemuan dengan para pelanggan dan para konsumen
potensial yang dapat dijangkaunya.
Sementara itu, suksesor ketiga membangun jaringan melalui
suaminya yang dekat dengan instansi pemerintahan. Kekuatan jaringan
inilah yang memungkinkan suksesor ketiga memiliki langganan tetap
pada lembaga-lembaga pemerintahan yang secara periodic
menggunakan jasa mereka untuk membuat seragam. Melalui promosi
word of mouth, jaringan yang dibentuk semakin meluas hingga pada
organisasi-organisasi yang lain. Kekuatan jaringan yang dimiliki oleh
masing-masing suksesor perusahaan batik PT Unggul Jaya inilah yang
juga menjadi kunci sukses bertahannya produk tersebut di pasaran.
Kekuatan ini muncul bukan hanya dari penanaman yang dilakukan
119
oleh pendiri perusahaan, tetapi juga muncul dari lingkungan yang
dekat dengan suksesor. Melalui kekuatan karakter ini, perusahaan
dapat dikembangkan secara lebih lanjut.
2. Aspek Pemasaran Perusahaan Batik PT Unggul Jaya sebagai
Wujud Upaya Mempertahankan Eksistensi Perusahaan
Guiltinan dan Paul (1992) menyatakan bahwa strategi
pemasaran erat hubungannya dengan variabel-variabel yang
mempengaruhi konsumen memberikan respon terhadap keberadaan
suatu produk antara lain variabel-variabel yang berhubungan dengan
product, place, promotion dan price (4P). Strategi pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan batik PT Unggul Jaya dapat diketahui
melalui identifikasi strategi pemasaran yang dilakukan terhadap ketiga
toko yang dikelola oleh masing-masing suksesor perusahaan.
Berdasarkan identifikasi tersebut, strategi pemasaran perusahaan batik
PT Unggul Jaya dapat dikalsifikasikan menjadi empat bagian, antara
lain strategi produk, strategi harga, strategi promodi serta strategi
lokasi dan distribusi. Masing-masing kelompok strategi yang
dilakukan oleh perusahaan batik PT Unggul Jaya terdiri dari strategi-
strategi operasional yang selama ini dijalankan oleh ketiga toko
warisan.
Strategi produk pada perusahaan batik PT Unggul Jaya hampir
sama pada setiap toko. Hal ini disebabkan karena produk yang dijual
pada ketiga toko bersumber pada pabrik yang sama. Toko batik
Unggul Jaya 1 menggunakan tiga strategi utama terkait dengan produk
mereka, antara lain (1)Mengedepankan produk yang berkualitas
dibanding dengan menjual barang murah tetapi kualitasnya buruk,
(2)Melayani pesanan dari pembeli, dan (3)Menjaga persediaan barang.
Sementara itu, toko Batik Mart memiliki dua strategi utama terkait
dengan strategi produk, antara lain : (1)Penyediaan varian batik yang
selengkap mungkin untuk pembeli usia muda, dan (2)Penggunaan
120
nama Batik Mart. Toko batik Unggul Jaya 2 memiliki dua strategi
utama terkait dengan produknya, yaitu (1)Memenuhi pesanan
pelanggan dan (2)Membangun image toko yang menyediakan kain
batik secara lengkap.
Strategi harga pada toko batik Unggul Jaya 1 lebih
mengedepankan pada harga yang lebih murah dengan kualitas yang
barang sama dibanding kedua toko yang lain. Strategi lain yang
dipakai terkait dengan harga adalah dengan memberikan potongan
pada pembelian dalam skala besar. Strategi ini juga dipakai di toko
batik Unggul Jaya 2. Selain itu, toko batik Unggul Jaya 2 juga
menerapkan diskon semu pada periode penjualan tertentu seperti pada
hari-hari besar dan perayaan tahun baru. Strategi lainnya pada toko ini
adalah dengan melaksanakan program pembelian beli satu gratis satu
pada masa tertentu. Sementara itu, toko Batik Mart memilikitiga
strategi utama yang terkait dengan harga barang, diantaranya
(1)Memberlakukan harga yang lebih rendah dalam melakukan
penjualan secara online dibanding dengan penjualan secara
konvensional di toko, (2)Memberikan potongan harga kepada pembeli
yang melakukan pembelian dalam jumlah besar, dan (3)Pemberlakuan
harga diskon untuk barang-barang yang dijual juga dilakukan oleh
toko Batik Mart, akan tetapi hanya diberlakukan pada periode tertentu.
Strategi promosi pada toko batik Unggul Jaya 1 dilakukan
melalui dua cara utama, antara lain (1)Promosi langsung ke toko
penjualan retail batik dan kain batik, dan (2)Pemberian bonus untuk
jumlah pembelian tertentu. Strategi promosi pada toko batik Unggul
Jaya 2 dilakukan melalui (1)Menggunakan media cetak berupa
spanduk/ baliho/ MMT untuk memberitahukan kepada publik bahwa
toko batik Unggul Jaya 2 sedang dalam masa promosi, dan
(2)Melakukan promosi word of mouth kepada rekanan kerja di
lembaga-lembaga pemerintahan. Sementara itu, strategi promosi toko
Batik Mart menggunakan beberapa cara, antara lain : (1)Melakukan
121
promosi adalah melalui media sosial, dan (2)Memberikan diskon pada
periode tertentu seperti hari besar dan hari raya keagamaan. Strategi
promosi pada ketiga toko tampak sangat biasa, hal ini bisa saja terjadi
karena nama besar yang telah dibangun pendiri perusahaan.
Strategi lokasi dan distribusi pada toko batik Unggul Jaya 1
terdiri dari 3 cara, antara lain (1)Mengoptimalkan lokasi yang ada
untuk melakukan pengembangan toko, (2)Melakukan distribusi barang
secara langsung kepada pembeli, dan (3)Menyediakan jasa kurir untuk
pengiriman barang. Pada toko batik Unggul Jaya 2, strategi lokasi
dilakukan melalui pemilihan lokasi yang strategis untuk dijadikan
sebagai tempat penjualan barang. Sementara itu strategi distribusinya
dilakukan dengan cara menyediakan layanan antar barang untuk
jumlah pembelian tertentu dan pengantaran barang pesanan. Untuk
toko Batik Mart, strategi lokasi sama dengan yang dilakukan oleh toko
batik Unggul Jaya 2, yaitu dengan lokasi yang strategis untuk
dijadikan sebagai tempat penjualan barang. Selain itu, setting lokasi
juga ditata sedemikian rupa untuk memeberikan kenyamanan kepada
pembeli yang datang ke toko tersebut. Sementara itu, strategi distribusi
yang dijalankan oleh toko Batik Mart antara lain dengan menggunakan
jasa kurir untuk pengiriman penjualan online dan melakukan penjualan
langsung dengan sistem self service.
Penelitian-peneltian tentang strategi pemasaran batik pernah
dilakukan. Penelitian sebelumnya tentang strategi pemasaran dilakukan
oleh Ratnawati & Susena (2017) tentang analisis manajemen
pemasaran batik di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pemasaran yang dilakukan oleh
para pengrajin batik Kampoeng Laweyan Surakarta masih
menggunakan cara tradisional sebanyak 17%, sedangkan manajemen
pemasaran yang dilakukan oleh para pengrajin batik dengan
mengunakan TIK (website) sebanyak 83%, dan metode pemasaran
manajemen pemasaran yang menggunakan teknologi internet (website)
122
dapat diterapkan oleh para pengrajin batik di Kampoeng Batik
Laweyan Surakarta. Jika dibandingkan dengan penelitian ini, stratgei
promosi melalui media sosial yang dilakukan oleh toko Batik Mart
terbukti membawa hasil dalam upaya pemasaran produk batiknya.
Penelitian lain tentang strategi pemasaran juga dilakukan oleh
yulianti, Mudikdjo dan Sarma (2008) yang melakukan penelitian
tentang Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi
Kasus : Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut, Jawa Barat). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa PBT Garutan RM melakukan
bauran pemasaran sebagai berikut : (1)Strategi produk yang didasarkan
pada produk bermutu (bahan baku, motif, warna dan model) dan
kuantitas produk; (2)Penetapan harga jual berdasarkan pada HPP
ditambah dengan margin keuntungan; (3)Strategi distribusi untuk
mempermudah konsumen mendapatkan produk dengan cara
memberikan layanan via telepon dan pesanan melalui jasa pengiriman
dan (4)Promosi dengan surat kabar, majalah, radio dan televisi (TVRI
Bandung), di samping ikut serta dalam pameran di dalam negeri
maupun di luar negeri (Malaysia, Singapura dan Australia).
Hasil penelitian tersebut semakin menguatkan bahwa strategi
pemasaran dengan komoditas produk batik, baik dalam bentuk kain
maupun pakaian jadi memang perlu mempertimbangkan bauran
pemasarannya. Kualitas produk yang iutamakan menjadi salah satu
strategi yang umum dilakukan untuk menjaga pelanggan dan mencari
pembeli potensial agar tertarik membeli produknya. Sementara itu,
Penetapan harga jual berdasarkan pada HPP ditambah dengan margin
keuntungan merupakan salah satu cara dalam menjalankan strategi
pemasaran terkait dengan harga. Kemudahan pembeli dalam
memperoleh barang yang dijual merupakan salah satu wujud dari
strategi distribusi. Dalam hal ini, perusahaan batik PT Unggul Jaya
juga menerapkannya, diantaranya melalui pengiriman dengan jasa
kurir, pengiriman langsung dan penyediaan toko online. Promosi yang
123
dilakukan melalui berbagai media juga termasuk dalam strategi
promosi produk. Melalui promodi dengan menggunakan media, maka
cakupan promosi menjadi lebih luas. Hal ini akan berakibat pada
kemungkinan bertambahnya orang yang tau akan keberadaan produk.
Tamamudin (2015) juga melakukan penelitian tentang promosi
industri batik pekalongan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Indutri batik di Pekalongan dalam pelaksanaan strategi promosinya
menggunakan strategi/bauran promosi atau promotional mix (bauran
promosi) yaitu memperhatikan dan menjaga perpaduan antara Personal
selling dengan membuka gerai atau toko dan layanan email untuk e-
commerce, advertising dengan mengiklankan dibeberapa media
elektronik maupun surat kabar, promosi penjualan dengan beberapa
pameran yang diadakan di Pekalongan maupun diluar Kota
Pekalongan, dan publisitas dengan cara memanfaatkan internet.
Kemudahan yang dihadapi dari penerapan strategi promosi diantaranya
sudah adanya teknologi informasi berupa internet sangat memudahkan
para pemilik industri untuk menjualbelikan secara terbuka produksi
batik di dunia maya. Selain itu peranan pemerintah daerah dalam
memperkenalkan batik pekalongan sangatlah membantu dengan
mengadakan berbagai event yang digelar setiap tahunnya mulai dari
pameran batik, pagelaran busana, gala diner dan lainnya. Peranan pasar
grosir juga membantu meningkatkan penjualan batik Pekalongan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tamamudin ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan batik PT
Unggul Jaya. Perusahaan ini merupakan bagian dari industri batik
pekalongan. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan batik
PT Unggul Jaya sekaligus menguatkan dan menjadi justifikasi bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Tamamudin menghasilkan hasil yang
benar.Indutri batik di Pekalongan dalam pelaksanaan strategi
promosinya menggunakan strategi/bauran promosi atau promotional
mix (bauran promosi). Hal yang sama juga juga terjadi pada
124
perusahaan batik PT Unggul Jaya dimana perusahan ini juga
melaksanakan strategi promosi untuk meningkatkan penjualan
produknya. Keseluruhan strategi yang dilakukan melalui promosi
menggunakan berbagai sarana seperti media cetak dan pameran batik.
125
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan beberapa hal dari penelitian ini yang terkait
dengan suksesi bisnis pada perusahaan batik PT Unggul Jaya dalam
rangka mempertahankan produknya di pasar. Simpulan-simpulan tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Proses suksesi bisnis pada perusahaan batik PT Unggul Jaya yang telah
dilakukan sejak calon suksesor belum memasuki dunia kerja. Adapun
tahapan dalam proses suksesi bisnis pada perusahaan batik PT Unggul
Jaya terdiri dari 3 tahapan, yaitu pengembangan individu calon
suksesor, pelibatan calon suksesor dalam bisnis, dan suksesi
kepemimpinan. Pada tahap pengembangan individu calon suksesor,
ditanamkan nilai-nilai kemandirian hidup, nilai kedisiplinan, ketaatan
hukum, totalitas dalam bekerja, nilai kejujuran dan kreativitas. Nilai-
nilai tersebut diyakini menjadi dasar bagi caracter selling. Pada tahap
pelibatan dalam bisnis dimulai dengan mengajak para calon suksesor
dalam krgiatan menjual, untuk mengembangkan caracter selling.
Kemudian pemberian hak dan wewenang secara tidak penuh, hingga
pelibatan secara penuh dalam usaha. Sementara itu, tahap suksesi
kepemimpinan juga terdiri dari proses evaluasi hasil penyiapan calon
suksesor. Proses suksesi bisnis di PT Unggul Jaya dapat dikatakan
berhasil karena para suksesor mampu mengembangkan usahanya
setelah masing-masing menerima unit usaha. Perkembangan usaha
menjadi tanda bahwa suksesi perusahaan yang dilakukan oleh pendiri
perusahaan berhasil karena pendiri perusahaan mencita-citakan untuk
menyediakan sarana bagi semua suksesor untuk memiliki usaha
mandiri.
126
2. Sejak mendirikan hingga mengembangkan usahanya, pengusaha batik
PT Unggul Jaya menyiapkan unit-unit bisnis untuk semua anaknya
sebagai calon suksesor. Proses penyiapan calon suksesor berjalan
dengan pola planned succesion dimana pemilik perusahaan
mewariskan perusahaan sesuai dengan pertimbangan pribadi.
Pemilihan ketiga anaknya sebagai suksesor didasarkan karakter yang
dominan untuk dapat ditunjuk sebagai suksesor, antara lain
Acceptable, Charismatic, Energetic-Managing, Achieving, dan
Networking. Pabrik dan toko yang pertama kali dibangun diwariskan
kepada anak pertama yang memiliki karakter dominan Charismatic,
sedangkan dua toko yang dibangun kemudian diwariskan kepada anak
ketiga dan kedua memilki karakter dominan yang sama yaitu
Networking. Keenam karakter ini dibangun dengan dasar caracter
selling yang ditanamkan sebagai dasar dalam mengembangkan
karakter lain. Caracter selling menjadi orientasi utama bagi para
penerus dalam meneruskan dan mengembangkan PT Unggul Jaya.
3. Proses-proses suksesi bisnis PT Unggul Jaya dilakukan dengan salah
satu tujuannya agar produk Unggul Jaya dapat bertahan di pasar batik
Pekalongan pada khususnya dan nasional pada umumnya. Dalam
upaya mempertahankan produk Unggul Jaya di pasaran, para suksesor
melakukan berbagai strategi yang tercermin dalam berbagai aspek
pemasaran. Aspek pemasaran padaperusahaan batik PT Unggul Jaya
tampak pada aktivitas yang dilakukan di ketiga toko warisan. Aspek-
aspek tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, antara lain
strategi produk, harga, promosi, serta lokasi dan distribusi. Strategi-
strategi tersebut antara lain :
a. Strategi produk
1) Mengedepankan kualitas produk
2) Menyediakan berbagai varian produk
3) Membangun image toko melalui produk unggulan toko
4) Melayani pesanan sesuai permintaan dan kebutuhan pembeli
127
b. Strategi harga
1) Memberlakukan potongan harga dan diskon untuk pembelian
barang dalam jumlah tertentu
2) Mengadakan program bonus untuk pembelian pada periode
tertentu
3) Menentukan margin keuntungan yang tidak terlalu tinggi
c. Strategi promosi
1) Melakukan promosi langsung ke pembeli
2) Memberikan bonus produk untuk pembelian dengan jumlah
minimal tertentu
3) Menggunakan media sosial untuk menginformasikan berbagai
produk dan program promosi kepada publik
d. Strategi lokasi dan distribusi
1) Mengoptimalkan lokasi usaha yang ada untuk pengembangan
usaha
2) Menentukan lokasi tambahan untuk usaha yang sesuai dengan
produk dan memiliki letak yang strategis
3) Menggunakan berbagai media cetak untuk menginformasikan
program promosi di sekitar took
128
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
dapat dirumuskan beberapa saran dan rekomendasi, antara lain sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian ini belum mengungkap bagaimana hubungan antar
toko secara mendalam. Hasil penelitian ini akan lebih lengkap jika
hubungan antar toko sebagai unit dalam perusahaan batik PT Unggul
Jaya ini dapat diungkap secara mendalam. Dimasa mendatang,
sebaiknya dilakukan penelitian tentang hubungan antar toko sebagai
unit usaha di dalam suatu perusahaan agar dapat mengungkap sejauh
mana proses suksesi berimbas pada hubungan antar suksesor.
2. Proses suksesi bisnis pada perusahaan batik PT Unggul Jaya berjalan
dengan pola unplanned succesion, hal ini berarti perencanaan suksesi
bisnis masih tergantung secara personal pada pimpinan tertinggi
perusahaan. Sebaiknya, perusahaan-perusahaan keluarga yang lain
menyiapkan suksesi perusahaan dengan lebih baik dengan pentahapan
yang lebih detail disesuaikan dengan kondisi perusahaan dan minat
serta kemampuan calon suksesor.
3. Ketiga toko dari perusahaan batik PT Unggul Jaya telah menjalankan
strategi pemasaran, tetapi strategi masih direncanakan dan
dilaksanakan sendiri-sendiri oleh masing-masing toko. Sebagai satu
kesatuan perusahaan, sebaiknya ketiga toko melakukan formulasi
strategi yang dapat diterapkan bersama-sama dan telah disesuaikan
dengan situasi dan kondisi toko masing-masing sebagai unit usaha dan
sebagai satu kesatuan perusahaan.
129
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Sobirin & Nuzul Fityawaty Basri. (2013). Suksesi Pada Perusahaan
Keluarga : Studi Eksplorasi Pada Industri Batik Pekalongan. Pascasarjana
FE Universitas Islam Indonesia. Jogjakarta.
Afifuddin & Saebani, Beni Ahmad. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Pustaka
Setia. Bandung.
Aronoff, C.E. (2003). Business Succession: The Final Test of Greatness. Family
Enterprise Publisher.
Aronoff, C.E., and Ward, J.L. (2002). Family Meetings How to Build A Stronger
Family and A Stronger Business. Family Enterprise Publisher.
Cater III, J. J. (2006). Stepping Out The Shadow: The Leadership Qualities Of
Successors In Family Business. Unpublished Doctoral Dissertation.
Proquest Information and Learning Company.
Cater III, J.J., and Justis, R.T. (2009). The Development Of Successors From
Followers To Leaders In Small Family Firms : An Exploratory Study.
Family Business Review, Volume 22 Number 2.
Chua, Jess H., James J. Chrisman and Pramodita Sharma. (2009). Defining the
Family Business by Behavior. Entrepreneurship: Theory and Practice.
David Maulana & Lenny Istihapsari, (2007), Perkembangan Perusahaan Keluarga
: studi Kasus Pada Perusahaan Jamu Nyonya Meneer, Tesis Magister
Manajemen UNNES Semarang, Semarang.
Handler, W.C. (1992). The Succession Experience of The Next Generation.
Family Business Review, Volume 5, Page 283-307. Published by Sage
Publications.http://fbr.sagepub.com.
Handler, W.C. (1994). Succession in Family Business : A Review of The
Research. Family Business Review, Volume 7, Page 133-157. Published
by Sage Publications. http://fbr.sagepub.com.
Hania, Mahmoud, F. (2012). Faktor Influencing Family Business Succession Case
Study : Gaza Family Business. Unpublished Thesis. Faculty of Commerce,
Department of Business Administration. Islamic University. Palestine.
130
Markus Remiasa & Shelvy anggraini Wijaya, (2014), Analisis Proses suksesi
Perusahaan Keluarga : studi pada PT Puterasean, Jurnal Universitas
Kristen Petra, Jakarta.
Moleong, Lexy J.. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Peter Leach, (2007), Family Business the Essential, Profile Books Ltd, London.
Poza, E.J. (2010). Family Business: Third Edition. Cengage Learning Academic
Resource Center: U.S.A.
Pratama Allen & Ratih Indriyani. (2016). Perencanaan Suksesi pada Perusahaan
Keluarga Idea Funiture & Desain Interior. Jurnal AGORA Vol. 4 No. 2.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Susanto, A., B. (2000). World class family business. Jakarta Consulting Group.
Jakarta.
Susanto, A.B. (2005). World Class Family Business. Jakarta: Quantum Bisnis &
Manajemen.PT Mizan Pustaka.
Susanto, A.B. (2005). World Class Family Business. Quantum Bisnis. Jakarta.
Susanto, AB. (2007). The Jakarta Consulting Group on Family Business. Jakarta:
The Jakarta Consulting Group.
Tambunan, Damelina., B. (2009). The Proffesional Phenomena Of Family
Business. International Business Management, Ciputra University,
Surabaya, Indonesia.
White, W.S., Krinke, T.D. dan Geller, D.L., (2004), Family Business Succession
Planing : Devising an Overall Strategy, Journal of Financial Service
Professionals Volume XVIII.
Widyasmoro, T.T., (2008), Bisnis Keluarga : Suksesi atau Cukup 3 Generasi,
Majalah Intisari Edisi April 2008, Jakarta.
Wijaya, Trisnadi. (2011). Suksesi Dalam Perusahaan Keluarga. Andi Press.
Jakarta.
Wirartha, I Made. (2006). Pedoman Penelitian Usulan Penelitian, Skripsi dan
Tesis. Andi Offset. Bandung.
131
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
ORANG TUA
(DATA AWAL)
ANAK
(KONFIRMASI)
1. Bagaimana sejarah perkembangan
perusahaan batik PT Unggul Jaya
Pekalongan dari awal berdiri hingga kini?
2. Apa yang Anda lakukan terhadap anak-anak
Anda berkaitan dengan upaya Anda
mempersiapkan anak-anak Anda untuk
meneruskan usaha Anda?
3. Apa yang Anda cita-citakan untuk anak-
anak Anda? Meneruskan usaha keluarga
atau Anda memiliki cita-cita lainnya untuk
Anak Anda?
4. Apakah Anda memiliki cita-cita yang
spesifik terhadap setiap anak Anda terkait
dengan bagaimana mereka akan
menjalankan usaha yang sudah Anda
bangun ini?
5. Menurut Anda, bagaimana hasil dari semua
upaya yang Anda lakukan untuk
mempersiapkan anak-anak Anda
meneruskan usaha keluarga ini?
6. Menurut Anda, apakah yang anak-anak
Anda lakukan saat ini dengan mengelola
usaha keluarga, sesuai dengan minat pribadi
masing-masing anak Anda?
7. Menurut Anda, apakah pencapaian anak-
anak Anda sekarang dalam mengelola usaha
keluarga dipengaruhi oleh semua upaya
yang Anda lakukan untuk mempersiapkan
mereka menjadi penerus usaha Anda?
8. Bisakah Anda ceritakan, bagaimana
terjadinya pemecahan toko, dari hanya satu
unit usaha hingga kini menjadi tiga unit
usaha?
9. Menurut apa yang Anda rasakan, bagaimana
hubungan antara anak-anak Anda, terutama
terkait dengan usaha mereka saat ini?
10. Menurut Anda, bagaimana kondisi usaha
anak-anak Anda saat ini?
11. Apa harapan Anda untuk usaha yang saat ini
dikelola anak-anak Anda?
1. Bagaimana sejarah perkembangan
perusahaan batik PT Unggul Jaya
Pekalongan dari awal berdiri hingga kini?
2. Apa yang dilakukan orang tua Anda untuk
mempersiapkan Anda menjadi penerus
usaha yang telah mereka bangun?
3. Apakah Anda mengetahui apa yang dicita-
citakan orang tua Anda untuk Anda terkait
apakah Anda diharapkan untuk meneruskan
usaha keluarga atau memiliki profesi lain?
4. Apa yang sebenarnya diharapkan orang tua
Anda terkait Anda sebagai penerus usaha
yang mereka bangun ini?
5. Menurut Anda, sejauh mana pengaruh hal-
hal yang dilakukan oleh orang tua Anda
terhadap Anda, dalam rangka
mempersiapkan Anda sebagai penerus
usaha, terhadap semua pencapaian Anda
dalam menjalankan usaha Anda ini hingga
saat ini?
6. Menurut Anda, apakah yang Anda lakukan
saat ini terhadap usaha Anda, telah sesuai
dengan minat pribadi Anda yang
sebenarnya?
7. Menurut anda, apa pengaruh yang
diberikan orang tua anda terhadap hasil
pencapaian usaha Anda saat ini?
8. Menurut apa yang Anda ketahui dan
pahami, bagaimana proses sampai satu toko
yang dimiliki oleh orang tua Anda, saat ini
menjadi 3 toko yang dikelola oleh Anda
dan 2 saudara Anda?
9. Bagaimana hubungan Anda dengan kedua
saudara Anda, terutama terkait dengan
usaha yang dikelola masing-masing?
10. Bagaimana perkembangan usaha Anda dari
awal Anda mengelola hingga kini?
11. Apa saja strategi Anda dalam menjalankan
usaha terkait dengan produknya, harganya,
distribusi dan lokasinya, promosinya
hingga bagaimana Anda menghadapi
persaingan, mungkin juga persaingan
dengan toko saudara-saudara Anda?
132
Lampiran 2. Koleksi Data
TRANSKRIPSI HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Michael Martinus Aditya Budiman
Narasumber : Ibu Elishabet Sri Weningsih (Pendiri perusahaan)
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Elishabet Sri Weningsih di Degayu, Pekalongan Utara
Waktu Wawancara : 1 Maret 2018, 16.00 WIB-Selesai
SUARA TRANSKRIPSI WAWANCARA
Pewawancara Selamat sore Bu Ning, mohon maaf ini mengganggu aktivitas njenengan.
Seperti dengan yang saya sampaikan kemarin, hari ini saya mau bertanya-
tanya atau istilahnya wawancara dengan Ibu terkait dengan perusahaan Ibu
dan anak-anak Ibu, yaitu Batik Unggul Jaya.
Narasumber Oya Mas, silahkan saja, akan saya jawab sebisanya.
Pewawancara Iya Bu, ini saya mulai saja ya bu. Apakah bisa diceritakan atau bagaimana
sejarah perkembangan perusahaan batik Unggul Jaya mulai dari awal berdiri
sampai sekarang ini Bu?
Narasumber Oya, tapi ini seingat saya ya Mas. Jadi perusahaan batik Unggul Jaya ini
dulunya tidak seperti yang sekarang, belum seperti yang Mas Adit kunjungi
kemarin-kemarin itu. Dulu, batik Unggul Jaya itu hanya pabrik Mas. Kan
samping-samping sini, daerah sini itu banyak yang bikin batik, nah almarhum
bapak itu dulu ikut-ikutan saja bikin batik, dulu dimodali sama orang tua. Kan
daripada kerja ikut orang terus kan tidak enak Mas, jadi ya mending buka
usaha sendiri, biar mandiri. Dan juga yang dibisa bapak itu kan hanya bikin
batik, jadi ya cocok. Ada yang kasih modal, dan dulu batik kan sedang naik
daun, mulai terkenal sampai Solo dan Yogya.
Pewawancara Itu tahun berapa Bu didirikannya perusahaan ini?
Narasumber Waduh kalau itu saya tepatnya lupa, tapi kalau tahunnya itu tahun 1989, itu
pas anak yang tengah ini masih sekolah. Kalau tanggalnya saya lupa, tapi
kalau tahunnya ya itu Mas, tahun 89.
Pewawancara Lalu, kok bisa buka toko sampai di 3 tempat itu bagaimana ceritanya Bu?
Narasumber Nah kalau dulu itu aslinya bapak pertama kan hanya buat saja, hasil batiknya
bapak dibeli sama orang-orang yang mau jual batik Mas. Ya ada dari Solo,
dari Yogya, sama orang-orang Pekalongan yang jual batik di pasar juga ada.
Karena kan dulu buatnya pertama kan hanya kain Mas.
Pewawancara Lha kok sekarang bisa jadi jualan pakaian batik jadi ya Bu?
Narasumber Ya kan namanya juga orang usaha Mas, kalau ditekuni secara serius kan pasti
juga berkembang. Nah perkembangannya itu ya lama-lama mulai punya
karyawan yang khusus buat jahit kain jadi pakaian.
Pewawancara Itu kapan Bu?
Narasumber Sekitar 93-94 Mas, lalu kan karena mulai rame, bapak buat toko didepan
pabrik. Itu dulu kan halaman pabrik, sama bapaknya dibangun toko, dibuat
jualan barang-barang yang udah jadi, utamanya buat pakaian. Karena itu dulu
kan banyak yang mulai bikin toko, akhirnya bapak juga mengikuti supaya
tidak ketinggalan dengan yang lain. Kalau toko yang pertama itu tahun 95-an
dibangun. Lalu buat lagi dua toko sekitar tahun 2000-an pas bapak mulai
sakit-sakitan itu, niatnya buat kasih ke anak-anak gitu lah Mas.
133
Pewawancara Lha lalu kapan batik Unggul Jaya ini jadi PT Bu? Karena saya lihat plang
namanya kan ada PT nya.
Narasumber Kalau itu 2004 apa 2005 gitu Mas. Eh ya 2005 itu. Itu tidak lama kan bapak
terus meninggal. Meninggalnya kan 2008 pertengahan itu.
Pewawancara Karena itu PT, sahamnya miliki siapa saja Bu?
Narasumber Ya kalau saham sebenarnya ya punya bapak semua, tapi sama bapak dibagi
jadi 5. Saya sama bapak, lalu anak-anak itu dapat semua, diatasnamakan anak-
anak sama saya dan bapak.
Pewawancara Lalu kok sekarang sepertinya Ibu jarang di toko, dan siapa yang mengelola
toko-tokonya sekarang Bu?
Narasumber Ya kalau saya memang sudah tidak pernah ke toko Mas, sekali-kali dolan iya,
tapi kalau ngurusi sudah tidak. Tidak seperti dulu, semuuanya saya sama
bapak yang kerjakan. Sekarang dirumah saja, momong cucu-cucu, biar anak-
anak yang kerja. Ya yang mengelola toko ya anak-anak sekarang. Sejak kecil-
kecil, saya sama bapak suka bawa ke tempat kerja, agak gede diajari kerja biar
nanti pabriknya ada yang nerusin Mas. Sekarang bener kan, toko-tokonya
bapak akhirnya dikasih ke anak-anak semua. Dan anak-anak juga untung
karena ndak harus cari kerja diluar karena tinggal nerusin aja.
Pewawancara Apa yang Ibu dan Bapak lakukan terhadap anak-anak berkaitan dengan upaya
Ibu dan Bapak dulu ketika mempersiapkan anak-anak untuk meneruskan
usaha batik Unggul Jaya ini? Dikasih atau diajari apa aja dulu sebelum dikasih
toko?
Narasumber Ya kalau dibilang nyiapkan ya sebenarnya tidak juga. Dulu kan anak-anak
masih kecil-kecil Mas, jadi ya mau tidak mau ada di pabrik sama di toko, ikut
bapak ibunya kerja. Dari situ ya mereka kan banyak tanya, atau kadang malah
kami yang minta tolong dibantu. Ya intinya karena mereka ada di lingkungan
usaha ya otomatis saja gitu mereka belajar. Ya belajar sendiri, ya kadang juga
diajari sama saya sama bapaknya dulu.
Pewawancara Belajar apa saja Bu?
Narasumber Kalau sama bapaknya ya banyak belajar tentang mesin Mas, bagaimana
membuat batik pakai cap. Kalau kami kan hampir semua batik yang kami buat
itu batik cap, kalau batik tulisnya sedikit. Karena anak-anak itu beda-beda ya
Mas.
Pewawancara Bedanya gimana Bu?
Narasumber Ya kalau yang pertama itu kan lebih senang di belakang, maksudnya di pabrik,
buat-buat batik bagitu, jadi belajarnya ya lebih banyak tentang giman bikin
batik. Beda sama yang tengah dan yang kecil. Kalau yang kecil itu
matematikanya pinter, jadi lebih senang kalau di toko, hitung-hitungan barang
sama uang. Lha kalau yang tengah itu serba bisa, di belakang bisa, di toko
juga bisa, wong nyales saja bisa kok Mas. Jadi dia itu nawar-nawarkan barang
dagangan bapaknya ke teman-temannya dulu, ngecer sendiri.
Pewawancara Lalu cara ngajarinya ke anak-anak gimana Bu?
134
Narasumber Kalau ngajari secara khusus tidak, tetapi memang saya dan bapak dulu itu
kalau kerja selalu bawa anak-anak. Sampai Solo Yogya aja dibawa semua.
Bukan apa-apa ya Mas, biar mereka tau dan belajar saja, bapak ibunya
kerjanya apa dan gimana kerjanya. Jadi kalau ada kerjaan mereka diajak
supaya tahu, supaya mereka belajar sendiri. Lalu kami sering suruh-suruh
mereka juga buat nyelesaikan pekerjaan, biar belajar kerja. Kalau kata orang
sekarang ya otodidak gitu lah Mas.
Pewawancara Selanjutnya Bu, apa yang Anda cita-citakan untuk anak-anak Anda?
Meneruskan usaha keluarga atau Anda memiliki cita-cita lainnya untuk
anak Anda?
Narasumber Ya namanya juga orang tua Mas, dan punya usaha yang bisa dibilang sudah
lumayan mapan, kalau bapak dan saya pengennya ya supaya anak-anak jaga
toko saja, ngembangkan usaha sendiri. Karena prinsipnya bapak kan lebih
baik kecil tapi mandiri daripada besar tapi ikut orang terus.
Pewawancara Oo ia Bu. Lalu, kalau memang bapak dan ibu dulu pingin anak-anaknya
meneruskan usaha, harapan bapak dan ibu dulu itu bagaimana? Masing-
masing punya pabrik atau jadi satu?
Narasumber Kalau bapak inginnya dulu satu anak satu toko, lalu pabriknya yang urus
bapak sendiri, jadi kan semua punya penghasilan. Tapi karena bapak dulu
mulai sering sakit, akhirnya yang pabrik saya sama anak yang besar itu
yang urus. Kalau toko ya, anak-anak udah dibuatkan semua sama bapak,
jadi ya sampai sekarang anak-anak yang jualan di toko. Kalau saya sekarang
sudah tua Mas, jadi biar pabrik diurus anak-anak saja. Tapi ya hanya yang
besar itu yang urus, yang tengah sama yang kecil kan sudah sibuk sama
tokonya masing-masing.
Pewawancara Pabriknya tidak jadi rebutan Bu?
Narasumber Ya tidak lah Mas, kan dulu memang dari awal anak yang besar yang sudah
ngelola pabrik sama saya sama bapak. Anak-anak yang lain sudah saya
kasih toko juga. Namanya juga anak pertama, bukan mau membeda-
bedakan anak, tapi kalau anak pertama biasanya lebih banyak jatahnya, kan
nanti orang tua ikut sama anak pertama kalau udah tua kayak saya ini.
Pewawancara Rukun-rukun saja atau sering ada masalah Bu?
Narasumber Ya rukun saja Mas, kan saudara. Kadang ada masalah toko, tapi ya pasti
ketemu solusinya kalau dirembug bersama. Kalau ada masalah dipabrik,
anak saya yang besar juga ngomong ke adik-adiknya kok. Tapi kalau soal
hak, pabrik ini haknya yang besar.
Pewawancara Menurut Anda, bagaimana hasil dari semua upaya yang Anda lakukan
untuk mempersiapkan anak-anak Anda meneruskan usaha keluarga ini?
Jadi, dulu kan bapak ibu sudah ngajari anak-anak dagang batik, lalu kalau
dibandingkan dengan yang dicapai anak-anak Ibu sekarang bagaimana?
135
Narasumber Ya sedikit banyak, pasti berpengaruh ya Mas. Paling kelihatan itu di anak
saya yang besar. Dulu kecil sering diajak ke pabrik, diajari kerja di pabrik,
sekarang besarnya jadi pengelola pabrik. Pabriknya sekarang juga makin
besar, dan anak saya yang besar ini sifat-sifat dan caranya dagang itu sangat
mirip dengan bapaknya. Kalau yang kecil memang kurang terlihat, karena
mirip sama saya, tidak terlalu aktif, tapi tokonya juga ramai, tapi ya apa-apa
pasti ngomong ke kakaknya. Kalau yang tengah ini yang paling pinter
jualan. Dulu yang tengah ini yang paling sering ikut bapaknya jualan
sampai luar kota. Mungkin karena itu juga yang tengah ini paling pinter
jualan. Itu sampai nama tokonya saja tidak mau sama dengan kakak-
kakaknya. Makanya nama tokonya jadi Batik Mart, bukan batik Unggul
Jaya.
Pewawancara Kenapa kok namanya dibedakan Bu?
Narasumber Ya karena anak saya yang tengah itu Mas, katanya supaya beda sama punya
kakak-kakaknya gitu, biar kelihatan saingan tapi kan aslinya barangnya
sama juga.
Pewawancara Menurut Anda, apakah yang anak-anak Anda lakukan saat ini dengan
mengelola usaha keluarga, sesuai dengan minat pribadi masing-masing anak
Anda? Maksudnya, apa anak-anak itu punya cita-cita lain atau memang dari
dulu sudah pingin jualan batik gitu Bu?
Narasumber Ya kalau yang besar sama yang kecil ini dari kecil memang sudah pengen
kayak bapaknya, jadi pengusaha, tapi kalau yang tengah sebenarnya dulu
pengen jadi pengacara, terjun dalam dunia hukum gitu.Tapi memang belum
kesampean cita-citanya menjadi pengacara, karena setelah lulus kuliah saya
minta menjaga toko sekalian mengurus perijinan usaha saya. Meski tidak
jadi pengacara akan tetapi ilmunya sangat berguna dalam perijinan usaha
kami mas. Ya akhirnya sekarang tiga-tiganya jualan batik semua, toh ya
mereka semua bisa dibilang sukses ya. Tidak berkelebihan, tapi juga tidak
kekurangan. Intinya usaha mereka cukup lah Mas kalau untuk makan dan
kebutuhan keluarganya.
Pewawancara Lalu menurut Anda Bu, apakah pencapaian anak-anak Anda sekarang dalam
mengelola usaha keluarga dipengaruhi oleh semua upaya yang Anda
lakukan untuk mempersiapkan mereka menjadi penerus usaha Anda?
Maksudnya, ngaruh tidak dulu apa yang dilakukan bapak ke mereka dengan
keberhasilan mereka sekarang?
Narasumber Ya kalau menurut saya ngaruh Mas. Ada nilai-nilai dari bapaknya yang
ditiru sama anak-anak. Yang besar apalagi, dia itu mirip bapaknya. Kalau
sudah kerja tidak mau setengah-setengah, tidak mau tanggung, kalau sudah
mulai harus selesai sampai jam berapapun. Kalau yang kecil itu turun
bapaknya soal cara ngomongnya. Pinter anak ini kalau cari pasaran baru,
cari pelanggan baru. Kalau yang kedua ikut bapaknya tentang disiplin
waktu, makanya tokonya anak saya yang kedua ini kan paling saklek kalau
soal waktu. Buka jam 7 ya jam 7, tutup jam 9 ya tutup jam 9. dan yang
tengah ini kan tokonya paling rapi, itu juga ikut watak bapaknya.
Pewawancara Bisakah Anda ceritakan, bagaimana terjadinya pemecahan toko, dari hanya
satu unit usaha hingga kini menjadi tiga unit usaha?
136
Narasumber Ya sama seperti yang tadi saya cerita mas, awalnya kan cuma pabrik aja,
lalu bapak bikin satu toko didepan. Nah karena bapak pengen kasih
tinggalan buat anak-anak, bapak bikin dua toko lagi, lalu masing-masing
anak dikasih satu-satu. Makanya toko yang dua terakhir itu kan jarak
pembangunannya hanya sekitar setahunan Mas, tidak lama, selesai yang
buat yang tengah lalu yang kecil mulai bangun.
Pewawancara Menurut apa yang Anda rasakan, bagaimana hubungan antara anak-anak
Anda, terutama terkait dengan usaha mereka saat ini? Seringkah ada
masalah atau bagaimana?
Narasumber Ya mereka anak-anak ini rukun kok Mas, karena ya itu tadi, dari dulu saya
sama bapak itu biasa ngajari anak-anak agar saling bantu kalau ada masalah.
Ini soal usaha juga, yang besar walaupun diserahi pabrik juga tidak
seenaknya sendiri ngurus pabrik. Kalau ada apa-apa ya adek-adeknya yang
jadi teman cerita. Adek-adeknya juga bantu kakaknya kalau pabrik lagi ada
masalah. Kalau yang ada masalah di toko adek-adeknya ya kakaknya pasti
ikut campur. Bukan berarti ngurusi urusan orang, tapi membantu sebisanya.
Pewawancara Jadi rukun semua ya Bu?
Narasumber Iya Mas. Kalaupun ada masalah mereka itu malah sering bercanda. Jadi
kalau ada masalah jadi tidak terasa. Tau-tau ada saja jalan keluarnya.
Terutama biasanya yang nomor dua itu yang punya ide. Dan bisa di dengar
sama kakak ama adeknya. Mungkin juga karena sekolahnya, Kan dia
sarjana hukum dan juga anak tengah- tengah kali ya, jadi lebih gampang
ngomong ke kakak adiknya.
Pewawancara Menurut Anda, bagaimana kondisi usaha anak-anak Anda saat ini?
Narasumber Ya kalau pabrik maju Mas, anak saya yang besar ini orangnya ulet, jadi
pabrik ini dikembangkan terus. Kalau punya untung ya dipakai buat
ngembangkan usaha, tidak hanya dipakai buat senang-senang saja. Tokonya
juga berkembang. Sejak ditinggal bapaknya, ya yang besar ini yang
gantikan. Tokonya dilebarkan, diperbaiki, dibuat bagus, katanya supaya
orang lewat itu terkesan dulu dengan tempatnya. Lalu adek-adeknya ini
mengikuti juga. Cuma kadang yang tengah ini yang nyeleneh, suka bikin
aneh-aneh, tapi malah menurut saya paling kreatif.
Pewawancara Kalau yang paling berkembang yang mana Bu?
Narasumber Ya berkembang semua Mas, tapi kok kelihatanya yang paling berkembang
ini yang di anak saya yang tengah. Ini kan sudah mau dilebarkan lagi,
katanya kemarin mau buka toko lagi yang tengah ini, tapi kakaknya belum
boleh. Kalau yang kecil itu stabil saja Mas, nah kalau yang besar ini
berkembang tapi agak pelan, soalnya orangnya ini kalau mikir lama tapi
matang. Nah adeknya yang kecil ini pinter tapi kadang terlalu cepat ambil
keputusan, makanya saya bilang sama kakaknya supaya jaga kedua
adeknya.
Pewawancara Apa bisa disimpulkan kalau kakaknya yang paling besar ini menguasai 3
toko bu?
137
Narasumber Ya tidak mas, tapi namanya keluarga, dan yang paling besar ini yang
dianggap gantinya bapak, adek-adeknya kalau ada apa-apa selalu minta
pertimbangan kepada kakaknya. Kalau soal untung rugi toko ya dikelola
masing-masing. Paling saya yang suka dikasih sama anak-anak semua.
Pewawancara Apa harapan Anda untuk usaha yang saat ini dikelola anak-anak Anda?
Narasumber Ya supaya semua usahanya dimudahkan sama Tuhan mas, biar usahanya
lancar, tidak rugi. Syukur-syukur bisa berkembang tambah besar. Supaya
keluarga mereka itu butuhnya cukup, tidak kekurangan seperti saya jaman
dulu. Ya tiap orang tua kan tidak mau anak-anaknya susah seperti yang saya
alami dulu Mas, betul to?
Pewawancara Iya Bu, betul, saya setuju, papa mama saya juga bilang begitu.
Narasumber Lha iya, makanya itu.
Pewawancara Ia Bu, mungkin untuk sekarang ini cukup ini dulu Bu. Terima kasih atas
waktu dan cerita-ceritanya. Nanti missal ada kekurangan informasi saya
boleh mampir lagi ya Bu?
Narasumber Sailahkan aja mas, nanti tinggal telepon saja saja.
Pewawancara Makasi ya bu.
138
TRANSKRIPSI HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Michael Martinus Aditya Budiman
Narasumber : Vincentius Sugijanto Swalim
Tempat Wawancara : Toko Batik Unggul Jaya I, Pekalongan
Waktu Wawancara : 3 Maret 2018, 14.00 WIB-Selesai
Pewawancara Selamat siang Pak Vincent, ini kita mulai saja njih wawancaranya. Seperti
yang kemarin saya sampaikan ke bapak, baik lewat WA maupun secara
langsung minggu yang lalu, saya mau menanyakan beberapa hal tentang
usaha bapak ini, tentang batik Unggul Jaya ini.
Narasumber Oya, silahkan.
Pewawancara Begini pak, langsung saja ya. Ini kan perusahaan bapak setahu saya sudah
lama berdiri di Pekalongan. Apa bisa diceritakan awal mula berdirinya
perusahaan bapak ini?
Narasumber Oya, jadi kalau mau cerita lengkapnya itu secara detail ibu saya yang lebih
mengerti mas, tetapi akan saya jawab sebisa dan seingat saya.
Pewawancara Oya Pak, silahkan.
Narasumber Jadi ini batik Unggul Jaya itu bukan saya yang mendirikan, tetapi bapak
saya dulu. Bapak saya dulu mendirikan usaha ini waktu saya masih kecil, ya
sekitar 89-90 an lah. Dulu awalnya belum seperti sekarang mas, dulu hanya
pabrik, yang bangunan belakang itu mas, yang bangunan lama. Jadi
pabriknya dulu tidak sebesar sekarang, dulu hanya yang belakang saja.
Kalau yang tengah itu bapak saya juga yang bangun, bagian dari
pengembangan usahanya bapak, lalu pabriknya dibesarkan ke bangunan
bagian tengah ini, lalu lama-lama kalau pabrik saja kan kayaknya gimana
gitu, jadi bangun toko yang depan ini. Inipun dulu juga kecil, mungkin
setengahnya saja, sebagian buat gudang barang jadi, sebagian buat majang
barang sampel. Lalu, kalau khusus toko ini, ini semua yang ngembangkan
saya dan istri, sama ibu juga.
Pewawancara Nah pak, kemarin kan saya ketemu dengan ibu juga, lalu ibu juga cerita
kalau batik Unggul Jaya itu sebenarnya ada 3 toko. Ada yang dikelola
bapak, ada yang dikelola adik pertama bapak dan ada pula yang dikelola
adik ketiga bapak. Itu bagaimana pak?
Narasumber Oya, kalau itu betul mas. Kami bertiga memang telah diberikan masing-
masing toko oleh bapak dan ibu. Saya ini mengelola toko yang paling tua,
toko yang pertama dibangun sama bapak dulu. Lalu adik saya dua-duanya
dibangunkan toko juga. Adik saya yang bontot tokonya namanya juga batik
Unggul Jaya, kalau adik saya yang kedua itu yang paling kreatif, tokonya
tidak pakai nama Unggul Jaya, tapi dikasih nama Batik Mart.
Pewawancara Itu kenapa kok namanya beda Pak?
Narasumber Saya sendiri juga kurang paham dasarnya sebenarnya apa, tapi dulu itu di
daerah sini sedang musim banyak Alfamaret sama Indomaret baru.
Mungkin adik saya terinspirasi dari situ, dan jualannya kan batik, jadi
dikasih nama Batik Mart. Tapi itu mungkin, nanti ditanyakan saja. Mau
kesana juga kan?
Pewawancara Iya Pak, tapi masih besok.
Narasumber Oya, sip. Apa lagi mas yang mau ditanyakan?
139
Pewawancara Ya pak, ini lanjut lagi njih. Apa yang dilakukan orang tua Anda untuk
mempersiapkan Anda menjadi penerus usaha yang telah mereka bangun
ini? Ya maksud saya batik Unggul Jaya ini pak.
Narasumber Oya, kalau itu banyak ya mas. Saya dari kecil itu sudah sering diajak bapak
sama ibu untuk ikut bantu-bantu dipabrik sama ditoko. Dulu masih sering
depan belakang bolak-balik sana-sini, tapi setelah adik-adik saya ikut ya
saya banyak dibelakang, dipabriknya. Karena kan adik saya yang pertama
itu saya lihat paling senang berhadapan dengan banyak orang, lalu adik saya
yang kedua itu pintar kalau soal hitung-hitungan dan orangnya teliti juga.
Jadi ya seperti sudah bagi tugas secara alamiah gitu lah.
Pewawancara Yang membagi tugas siapa pak? Orang tua atau kesepakatan antar saudara?
Narasumber Ya kami alamiah saja mas. Tidak ada yang membagi tugas, pokoknya
sesuai selera saja. Kalau bapak ibu itu tidak pernah memaksa anaknya mau
jadi apa, hanya mengarahkan saja, menyiapkan. Kalau saya kan lebih
senang dibelakang, jadi lebih banyak belajar sama bapak tentang teknik
produksi batik, ngembangkan motif dan pekerjaan buat-membuat batik. Nah
kalau adik-adik saya lebih banyak di toko sama ibu. Yang satu nempel sama
ibu di meja kasir, yang satunya hobinya nata-nata batik, ngobrol sama orang
yang datang, ya malah jadi kayak pelayan toko mas.
Pewawancara Semuanya itu diajari orang tua atau dilepas gitu aja Pak?
Narasumber Ya kalau dibilang diajari secara penuh ya tidak juga, tapi kalau dibilang
dilepas juga salah. Bapak sama ibu itu orangnya demokratis ya, jadi anak-
anaknya mau ngapain aja ya didukung. Kalau saya kan suka di pabrik, jadi
lebih dekat ke bapak, bapak ngajari saya macem-macem. Kalau ibu ngajari
adek saya itu pembukuan sama caranya ngatur toko. Makanya adik saya
yang tengah itu kan sering berdebat atau adu ide sama ibu kalau soal nata
dagangan. Itu besok lihat aja tokonya yang Batik Mart itu, kan penataannya
beda sama disini dan yang satunya. Disana itu aneh-aneh, dan kadang saya
juga tidak mudeng mau diapain, mungkin karena yang punya masih agak
muda, jiwanya muda, yang belanja disama juga mayoritas anak-anak muda,
makanya jadi kayak gitu, tapi ya berkembang, berarti itu bagus.
Pewawancara Berarti orang tua tidak mengharuskan bapak dan adik-adik untuk harus
meneruskan usaha njih?
Narasumber Ya tidak mas. Kami mau sekolah pun bapak ibu tidak maksa kok, yang
penting tidak ke jurusan kedokteran, kan mahal itu mas.
Pewawancara Njih pak. Tapi bapak tau sebenarnya orang tua mengarahkan anak itu
gimana?
Narasumber Ya kalau dilihat sih ya, sebenarnya bapak dan ibu itu pengen kami
meneruskan usahanya. Makanya kami kan dikasih toko satu-satu. Dulu
bapak pernah cerita juga katanya mau bangun pabrik lagi buat adik-adik
saya, tapi sudah keburu dipanggil sama Tuhan. Ya akhirnya ibu kan yang
bilang, tokonya 3 harus jalan semua, tapi kalau pabrik kan bisa jadi satu.
Wong satu saja ini sudah repot ngurusnya, nanti kalau tambah dua lagi jadi
tambah repot.
Pewawancara Ya pak, lalu sebenarnya cita-cita bapak itu apa?
Narasumber Saya atau bapak saya?
140
Pewawancara Pak vincent maksud saya.
Narasumber Oya, kalau saya memang dari dulu pengen bantu bapak dan ibu untuk
mengembangkan usaha ini mas. Jadi kalau ditanya cita-citanya apa ya pasti
saya jawab meneruskan dan mengembangkan usaha orang tua. Tapi bukan
berarti mengharapkan ini sebagai warisan lho ya, hahaha.
Pewawancara Hahaha, iya Pak Vincent tahu pak kalau orang tua itu ingin supaya anak-
anak meneruskan usahanya?
Narasumber Ya tahu to mas, bapak dan ibu juga pernah sampaikan kok.
Pewawancara Apa yang disampaikan pak?
Narasumber Ya itu tadi, mereka ingin supaya saya sama adik-adik itu meneruskan usaha,
masing-masing punya pabrik, masing-masing punya toko, bisa berkembang,
bisa jadi lahan untuk cari makan.
Pewawancara Oh gitu pak. Sejauh yang bapak rasakan, ngaruh atau tidak apa yang
diajarkan orang tua terhadap kesuksesan bapak sekarang?
Narasumber Hahaha, ya amin kalau dibilang sukses. Ya kalau pengaruh orang tua itu
jelas mas. Saya dan adik-adik saya tidak mungkin jadi sama seperti
sekarang ini tanpa orang tua kami. Bapak itu ngajari kami disiplin, telaten
dan kalau mau kerjakan apapun harus niat dari awal sampai akhir. Kalau
sudah memulai, jangan tanggung, harus dikerjakan serius dan diselesaikan
sampai jadi dan hasilnya ada. Nah, kalau ibu itu orangnya telaten dan teliti,
itu nurun ke adik saya yang besar. Nah, anak-anaknya ini kombinasi
keduanya.
Pewawancara Menurut Anda, apakah yang Anda lakukan saat ini terhadap usaha Anda,
telah sesuai dengan minat pribadi Anda yang sebenarnya?
Narasumber Iya jelas mas, cita-cita saya memang pengen jadi penerusnya bapak.
Pewawancara Menurut apa yang Anda ketahui dan pahami, bagaimana proses sampai satu
toko yang dimiliki oleh orang tua Anda, saat ini menjadi 3 toko yang
dikelola oleh Anda dan 2 saudara Anda?
Narasumber Ya itu tadi mas, sama seperti yang saya jelaskan tadi. Kalau bapak ibu itu
ingin supaya anak-anak itu tidak repot cari kerja, usaha yang dulu susah
payah dibangun bapak dan ibu juga ada yang meneruskan. Makanya ketika
bapak dulu mulai sakit kan cepet-cepet bikin toko untuk adik-adik saya.
Mungkin bapak sudah rasa kalau mau dipanggil atau gimana, jadi nekat
bikin toko, langsung 2 cabang.
Pewawancara Berarti itu 2 toko yang lain cabangnya sini pak?
Narasumber Ya kalau dibilang cabang yang tidak. Kan bapak sudah urus usaha ini jadi
PT, lalu kami dikasih kayak saham gitu, yang toko ini asetnya dianggap
milik saya, adek-adek juga dapat masing-masing satu toko, lalu ibu sama
bapak itu pegang pabriknya.
Pewawancara Kalau sekarang pabriknya gimana pak? Hak milik nya siapa?
Narasumber Ya kalau secara hukum ini sudah atas nama saya ya, tapi kan saya ini paling
gede, harus bisa momong adek-adek saya, jadi ya kekeluargaan saja. Ini kan
juga buat sangu tua nya ibu, biar ibu cukup dirumah saja.
Pewawancara Lalu yang mengelola bapak sendiri?
Narasumber Ya iya mas, tapi kalau pekerjaan kan ada rewang saya, istri juga bantu-
bantu disini. Kadang adik-adik saya juga bantu-bantu kalau pekerjaan di
pabrik lagi banyak. Kita bareng-bareng saja kok mas, kompak gitu lah.
141
Pewawancara Oya Pak. Lalu Bagaimana hubungan Anda dengan kedua saudara Anda,
terutama terkait dengan usaha yang dikelola masing-masing?
Narasumber Ya kalau hubungan kami selalu baik ya mas, kan saudara. Kalau soal usaha
ya hitungannya jelas kok, sama-sama tahu kalau ambil barang dari pabrik.
Hitungannya sama, kan hasil pabrik ini sebenarnya jatahnya ibu walaupun
yang ngelola sekarang saya. Kalaupun ada masalah biasanya selesai kalau
usah ketemu. Kalau sudah ketemu, ngobrol, ngomong masalahnya apa lalu
cari solusinya sama-sama.
Pewawancara Ada yang paling susah diajak ngomong Pak?
Narasumber Ya tidak ada lah. Semua nurut sama ibu, adek-adek itu juga gampang kok
kalau dikasih tau. Hanya saja kalau yang kecil itu memang agak aneh
orangnya, dalam artian kreatifitasnya tinggi, jadi kadang idenya aneh-aneh.
Tetapi, selama masih logis dan bermanfaat buat usaha ya saya biarkan saja,
paling saya komentari lalu ketawa-ketawa gitu lah mas.
Pewawancara Lalu, Bagaimana perkembangan usaha Anda dari awal Anda mengelola
hingga kini?
Narasumber Ya hasilnya kayak sekarang ini mas. Kalau ditanya dari awal, dulu kan
belum sebesar sekarang. Dulu pabriknya hanya yang belakang sampai
tengah itu mas, lalu tokonya juga hanya yang samping ini. Lalu pelan-pelan
saya perbesar karena pekerjaannya juga nambah. Nambah karyawan,
nambah mesin juga, nambah jenis produk juga, juga termasuk nambah
wilayah pemasarannya. Kalau adik saya kan focus ke tokonya masing-
masing, kalau saya lebih senang jual ke luar kota karena untungnya
lumayan, juga buat jaga relasinya teman-temannya bapak.
Pewawancara Berarti semua rekanan lama dikelola njenengan?
Narasumber Ya banyak di saya mas, tapi kalau yang Jawa Barat itu lebih banyak di adik
saya yang paling besar. Kalau adik saya yang kecil itu lebih banyak
melayani instansi pemerintah, karena suaminya dekat dengan anggota
pemerintahan, jadi ya teman-temannya yang pesan batik atau seragam batik
itu lumayan banyak. Ya boleh dibilang bagi-bagi rejeki sama saudara lah.
Pewawancara Lalu pak, ini pertanyaan yang terakhir.
Narasumber Oya, nambah juga gak papa kok.
Pewawancara Oke Pak. Apa saja strategi Anda dalam menjalankan usaha terkait dengan
produknya, harganya, distribusi dan lokasinya, promosinya hingga
bagaimana Anda menghadapi persaingan, mungkin juga persaingan dengan
toko saudara-saudara Anda?
Narasumber Satu-satu ya mas.
Pewawancara Silahakan Pak, monggo.
Narasumber Kalau soal persaingan dengan saudara-saudara saya itu tidak. Mungkin
secara alamiah iya karena tokonya beda, tapi sebenarnya tidak kok.
Barangnya sama, harga beli dari pabrik sini juga sama. Saya itu walaupun
ngelola pabrik, tapi kalau buat toko tetap saya hitung beli.
Pewawancara Kenapa kok begitu pak?
142
Narasumber Ya biar jelas saja mana jatahnya ibu, mana jatah saya, walaupun kadang
juga koyak-kayuk sana-sini biar semuanya jalan. Jadi ya saingan antar
saudara itu tidak ada. Kalau sama pabrik lain jelas ada saingan mas. Tapi
kami ini kan jualan juga tidak asal, makanya barang-barang kami, walaupun
harganya tidak yang paling murah tapi barangnya bagus. Kami kan tidak
buat batik yang sangat murah, kayak yang sekali pakai gitu. Kalau yang
bagus sekali kami ada, tapi kalau yang jelek sekali supaya murah malah
kami tidak punya. Kasihan yang beli juga kan mas, murah tapi sekali pakai
kan jadi murahan. Kalau bagus kan pasti mereka yang beli balik lagi beli
lagi.
Pewawancara Kalau soal harga gimana Pak?
Narasumber Ya kalau soal harga boleh dibandingkan, diantara saudara-saudara saya,
mungkin disini yang paling murah mas. Karena kan masih ada Ibu, orang-
orang juga tahu kalau disini yang paling tua, jadi main untung sedikit saja.
Kalau adik-adik saya kan punya pasarnya sendiri, walaupun secara umum
juga masih warga Pekalongan. Tapi kalau adik yang kecil itu walaupun
semua barangnya sama, tapi lebih banyak yang buat anak muda, modelnya
yang anak-anak muda itu.
Pewawancara Kalau soal lokasi dan distribusi gimana pak?
Narasumber Ya kalau lokasi kan saya tidak bisa milih mas, karena itu kan warisan bapak
juga. Kalau distribusi dari pabrik tidak ada. Paling sekarang ini ada 1 mobil
yang khusus antar pesanan, termasuk ngedrop barang ke adik-adik saya.
Pewawancara Jadi produknya sama ya Pak?
Narasumber Iya mas, sama semua, yang beda itu paling jumlahnya. Kalau disini lebih
banyak tipe apa, di tempat adik saya yang kecil itu relative sama. Yang beda
itu ditempat adik yang besar, kelihatannya lebih banyak buat produk anak
muda. Tapi sebenarnya yang disini ada, pasti ada juga di dua toko lain,
hanya jumlah persediaannya yang beda. Kalau disini yang jarang kehabisan,
kan dekat sama pabrik. Kalaupun ada pesanan baik disini atau di toko adek,
ngerjakannya juga disini kok mas. Intinya ya produknya sama gitu saja.
Pewawancara Kalau promosi bagaimana pak?
Narasumber Ya kalau promosi itu saya sering keluar kota, Solo, Yogya ke pasar-pasar
gitu untuk nawarkan produk sambil kontrol kiriman. Paling juga kadang
kita kasih diskon ke pelanggan, itu bagian dari promosi juga, atau kasih
bonus waktu lebaran gitu lah mas.
Pewawancara Oke pak, terima kasih.
Narasumber Sudah ini mas?
Pewawancara Sudah pak, mungkin cukup ini dulu pak, misalnya nanti saya butuh
wawancara lagi, saya mohon ijin wawancara lagi njih.
Narasumber Oya mas, monggo. Kontak saja jika membutuhkan asalkan tidak hari
minggu saya biasanya ada.
Pewawancara Oke pak, terimakasih.
Narasumber Iya mas, sama-sama.
143
TRANSKRIPSI HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Michael Martinus Aditya Budiman
Narasumber : Niken Hartati Swalim
Tempat Wawancara : Toko Batik Unggul Jaya II, Pekalongan
Waktu Wawancara : 5 Maret 2018, 10.00 WIB-Selesai
Pewawancara Selamat siang Bu, hari ini sesuai dengan janji saya kemarin, mau minta tolong
untuk wawancara tentang usaha Bu Niken, yaitu batik Unggul Jaya.
Narasumber Iya mas.
Pewawancara Nah, ini langsung saya mulai saja ya bu.
Narasumber Iya mas, silahkan.
Pewawancara Begini bu, yang pertama, bagaimana sejarah perkembangan perusahaan batik
PT Unggul Jaya Pekalongan mulai dari awal berdiri hingga kini?
Narasumber Ya kalau sejarahnya, toko batik Unggul Jaya ini didirikan tahun 2002-an.
Toko ini adalah cabang dari toko batik Unggul Jaya I yang sekarang dikelola
kakak saya, Mas Vincent. Lalu ada satu cabang lagi yang dikelola Mbak
Ninok, tapi namanya bukan toko batik Unggul Jaya juga, tapi dikasih nama
Batik Mart.
Pewawancara Kalau sejarah dari awal berdiri dari jaman bapak Ibu Niken bagaimana?
Narasumber Ya kalau itu dulu sekitar awal 90-an atau akhir 80-an itu bapak kan
membangun pabrik batik, lalu bikin toko yang pertama. Lama-lama kan
usahanya maju, lalu membangun lagi dua toko untuk saya dan kakak saya.
Kalau pak vincent itu meneruskan toko dan pabriknya bapak.
Pewawancara Jadi barang disini juga ambil dari pabrik sana juga Bu?
Narasumber Iya mas, barangnya sama yang disini dan disana sama saja, harga juga kami
rata-rata sama. Yang beda paling hanya yang pesanan-pesanan khusus.
Pewawancara Berarti apakah bisa dikatakan bahwa ini toko warisan Bu?
Narasumber Ya bisa begitu, ini kan juga bagian dari usahanya bapak ibu dulu. Mereka buat
toko sesuai jumlah anaknya, lalu masing-masing dikasih satu.
Pewawancara Sebelum ibu terjun menangani toko ini, dulu dipersiapkan sama orang tua atau
tidak Bu? Maksudnya apakah ibu dilatih dulu, diberikan materi khusu atau
sejenisnya begitu bu?
Narasumber Ya kalau persiapan secara khusus tidak ada, tetapi bapak ibu kan sudah ngajari
anak-anak dari kecil untuk belajar mengelola toko.
Pewawancara Mengajarinya bagaimana bu?
Narasumber Ya dari kecil kami dibiasakan untuk ikut kerja di toko sama di pabrik.
Pewawancara Bersama-sama dengan saudara semua Bu?
Narasumber Iya, semua sama-sama di toko, bantu-bantu sebisanya. Kalau sudah pulang
sekolah kami semua jarang dolan-dolan mas, karena dulu bapak ibu kan
walaupun punya karyawan tetap ikut kerja di toko sama di pabrik.
Pewawancara Sebenarnya, orang tua ingin bu niken jadi apa bu? Penerus usaha atau
pekerjaan yang lain?
Narasumber Ya kalau setahu saya ya bapak ibu itu ingin supaya anak-anak punya usaha
sendiri, makanya kan dibuatkan toko semua kan mas.
Pewawancara Iya bu, lalu secara spesifik, apakah orang tua Bu Niken menginnginkan anak-
anak semua, termasuk bu niken itu menangani bagian tertentu di usaha yang
telah mereka bangun?
144
Narasumber Ya kalau itu menurut saya tidak ya mas. Kan semua anak itu sebenarnya
diajari semua hal tentang usahanya bapak, mulai dari produksi di pabrik
sampai mengelola toko, termasuk datang ke kota lain untuk menjalin
kerjasama dengan orang dari kota lain itu diajari semua kok.
Pewawancara Jadi intinya memang disiapkan agar serba bisa ya Bu?
Narasumber Iya mas, supaya tiap orang itu mandiri, karena kan bapak itu dari kami kecil
memang mengedepankan kemandirian, mendidik anak juga supaya mandiri.
Tapi ya berkembangnya orang kan ya beda-beda. Kalau saya ini lebih suka
tentang administrasi toko, jadidulu nempelnya sama ibu terus di meja kasih.
Kalau pak vincent itu sama bapak dibelakang. Kalau bu ninok itu orangnya
tidak bisa diam, jadi senangnya kalau diajak bapak keluar kota atau jaga toko
didepan, ngomong banyak sama orang yang datang ke toko.
Pewawancara Ada pengaruhnya atau tidak sih Bu, apa yang diajarkan sama orang tua ke
Anda, dengan kesiapan Bu Niken menjalankan toko ini sampai sesukses
sekarang?
Narasumber Ya puji tuhan ya, bapak ibu itu kasih anak-anak modal bukan hanya modal
uang dan toko, tetapi juga pengalaman dan pengetahuan agar kami bisa
menjalankan usaha dengan baik. Jadi, kalau ditanya pengaruh atau tidak, ya
sangat berpengaruh mas.
Pewawancara Contohnya apa bu?
Narasumber Ya banyak, disiplinnya bapak tentang waktu, uletnya bapak kalau sudah pergi
itu pulang harus bawa hasil walaupun sedikit, lalu kalau usaha itu harus jujur,
usaha juga harus tertib soal uang, misah uang toko dengan uang di dompet.
Banyak lah mas pokoknya, sama kalau ibu itu orangnya telaten. Ya semoga
kami benar-benar mewarisi sikap-sikapnya beliau berdua supaya cita-citanya
bapak dan ibu lihat anaknya sukses itu kesampaian.
Pewawancara Sekarang kan ibu istilahnya jadi pengusaha, apa ini yang benar-benar ibu
inginkan? Maksudnya, apakah ini benar-benar cita-cita Bu Niken?
Narasumber Ya kalau dibilang cita-cita sebenarnya tidak. Dulu saya inginnya jadi
sekretaris mas, kerja di perusahaan gitu lah, makanya kan kuliah saya ambil
juurusan sekretaris. Tapi lama-lama saya sadar juga kalau jalan hidup saya ya
usaha seperti sekarang.
Pewawancara Kok bisa sadar seperti itu kenapa Bu?
Narasumber Ya karena bapak ibu sudah siapkan semuanya mas. Dari pengalaman sudah
dikasih, toko juga dimodali, lalu suami juga bekerja disini juga. Kalau saya
kerja kan tidak bisa urus anak-anak, tapi kalau usaha kan lebih mudah untuk
cari waktu ngurus anak. Ya namanya juga perempuan ya mas, yang dipikir kan
bukan hanya pekerjaan, tapi urusan rumah juga. Sekarang kami berdua fokus
untuk usaha mandiri seperti ini saja mas.
Pewawancara Menurut anda, apa pengaruh yang diberikan orang tua anda terhadap hasil
pencapaian usaha Anda saat ini?
Narasumber Ya banyak ya mas. Orang tua kan pasti mendoakan. Saya sadar tanpa orang
tua, kami bertiga ini tidak akan jadi seperti sekarang. Kan terutama saya sama
adik saya itu yang modali kan bapak, kalau pak vincent itu sudah sejak lama
nabung, niatnya mau buka toko sendiri malah sama bapak ibu disuruh
neruskan pabrik sama toko, akhirnya kan toko yang dirumah Ibu itu
dibesarkan sama pak vincent, itu toko yang paling besar juga diantara kami.
Pewawancara Ini kan tokonya ada 3 bu, kenapa tidak satu tapi dikelola 3 orang?
145
Narasumber Ya kalau itu sebenarnya yang lebih tau kan bapak sama ibu saya. Tapi kalau
dipikir, sebenarnya itu kan memang cita-cita bapak dan ibu supaya kami
bertiga itu hidup mandiri. Dulu kan rencananya mau bikin pabrik di masing-
masing toko mas, tapi tidak jadi karena ibu saya bilang selama pabrik yang
disana masih mampu ya itu dulu saja yang dioperasionalkan.
Pewawancara Kalau tentang perusahaan yang dibuat PT itu bagaimana Bu?
Narasumber Itu kan setahu saya caranya bapak buat menyatukan anak-anaknya.
Sebenarnya kan usahanya hanya satu, tapi dibuat sama bapak tiga toko, nah
kalau PT kan ada saham-sahamnya gitu mas, nah toko-toko ini diatasnamakan
ke kami masing-masing satu, lalu bapak dan ibu itu pegang pabriknya. Ya biar
kelihatan ini jatahnya siapa, itu jatahnya siapa gitu lho mas. Mungkin seperti
itu. Nanti bisa ditanyakan lebih lanjut ke Ibu.
Pewawancara Bagaimana hubungan Anda dengan kedua saudara Anda, terutama terkait
dengan usaha yang dikelola masing-masing?
Narasumber Ya kalau ditanya hubungan ya pasti baik mas, namanya juga saudara.
Komunikasi baik-baik, lancar, tidak ada hambatan. Tentang pekerjaan juga
sering kami ngobrol. Sering ketemu di pabrik juga, bantu-bantu disana
sekalian jenguk ibu.
Pewawancara Pernah ada masalah antar saudara Bu? Rebutan apa gitu mungkin Bu?
Narasumber Ya tidak pernah mas, kan bapak sudah kasih kami itu adil. Mungkin kakak
saya yang kelihatannya lebih besar, tapi sebenarnya sama. Pabrik itu yang
mengembangkan juga kakak saya juga kok. Dulu karyawan kan paling 10 an
orang, sekarang lebih dari 25 orang yang kerja disana.
Pewawancara Perkembangan usaha ibu sendiri bagaimana? Maksudnya yang secara khusus
yang ibu kelola ini sendiri?
Narasumber Perkembangan ya lumayan. Cukup lah mas buat makan dan biaya sekolah
anak-anak. Karyawan sekarang ada kalau 10 orang, dulu awal kan hanya saya
dibantu 3 orang. Omset juga dari tahun ke tahun pasti ada kenaikan walaupun
hanya sedikit. Kalau tentang barang dan warna batik itu saya ikut dari kakak
saya saja. Kalau saya kan fokus jualan di toko sama ngerjakan pesanan-
pesanan yang datang ke saya.
Pewawancara Kalau pesanan itu dikerjakan sendiri Bu?
Narasumber Iya tidak, dikerjakan di pabrik juga mas. Tapi karena itu yang dapat pesanan
saya, ya pembukuannya masuk di saya juga. Ibarat mudahnya, pabrik itu
kerjasama sebagai penjahit saya. Ya gitu-gitu itu mas kalau hubungan saya
dengan saudara, terutama dengan Mas Vincent dan ibu. Kalau sama Ninok itu
lebih ke hal-hal yang butuh mikir kreatif. Misalnya bicara model batik, cara
nata toko atau kadang curhat-curhat kalau ada pelanggan yang aneh orangnya,
susah diajak ngomong, itu saya ceritanya ke dia.
Pewawancara Nah ini yang terakhir Bu, apa saja strategi Anda dalam menjalankan usaha
terkait dengan produknya, harganya, distribusi dan lokasinya, promosinya
hingga bagaimana Anda menghadapi persaingan, mungkin juga persaingan
dengan toko saudara-saudara Anda?
Narasumber Ya kalau soal persaingan dengan saudara saya rasa tidak ada mas. Mungkin
ada orang yang membandingg-bandingkan toko kami, tapi sebenarnya
barangnya sama, harganya juga relative sama, mereknya sama kalau yang saya
sama di tempat ibu, yang beda dengan tempatnya Mbak Ninok, tapi kan hanya
mereknya saja, kalau barangnya ya sama kok.
146
Pewawancara Jadi barangnya sama ya Bu?
Narasumber Ya sama. Kalau disini ada, pasti di dua toko lainnya juga ada. Kalaupun tidak
ada, pasti itu waktu stoknya kosong. Mungkin yang beda hanya jumlah
stoknya. Kalau disini sama di tempat Mbak Ninok kan lebih kecil dari
tempatnya ibu, jadi stok kami mungkin lebih sedikit. Kalau saya kan banyak
display kain belum jadi, kalau di tempat Mbak Ninok itu majang bahan hanya
sedikit sekali, nah kalau yang kelihatan komplit kan di tempat ibu. Tapi secara
prinsip sebenarnya yang ada di satu toko, ada pula di dua toko yang lain.
Pewawancara Kalau soal harga bagaimana Bu? Berbedakah antara satu toko dengan yang
lainnya?
Narasumber Kalau harga sebenarnya sama juga, tapi mungkin ada yang beda sedikit.
Sebenarnya kan ambil dari pabrik kan harganya sama. Kakak saya pun,
walaupun yang mengelola pabrik, kalau ngeluarkan barang dari pabrik juga
bayar kok. Kan hitungannya pabrik sama toko itu beda. Coba nanti dicek saja
mas, langsung ambil sampel lalu keliling tiga toko untuk memastikan. Tapi
sepertinya sama. Kalaupun ada yang beda pasti juga tidak banyak dan
selisihnya juga tidak besar.
Pewawancara Oya Bu. Lalu untuk promosinya sendiri kalau disini bagaimana Bu?
Narasumber Kalau promosi ya biasa saja mas, paling kalau mau lebaran, natal, tahun baru
itu saya sering kasih bonus atau diskon. Pasang baliho didepan toko kalau lagi
ada diskon. Kadang kalau akhir tahun itu, kami sering habiskan barang dengan
beli 2 gratis 1. Sama mungkin kalau saya lewat suami. Suami saya kan dekat
dengan orang pemerintahan, jadi sering ada yang pesan lewat suami saya. Ya
semua media digunakan lah mas, biar laku jualannya.
Pewawancara Kalau lokasi disini ibu yang memilih atau bapak?
Narasumber Ya dulu tanah ini kan yang beli bapak, belinya bareng dengan yang ditempati
Mbak Ninok, tapi memang dari awal sudah direncanakan buat toko ya sebelum
beli itu bapak sering tanya-tanya, kalau disini bagaimana, kalau disana
bagaimana. Rundingan lah intinya, karena kan sebelum bikin toko kami sudah
ditanya dulu mau atau tidak jualan batik. Ya siapa yang tidak mau dibuatkan
usaha sama orang tua ya mas ya.
Pewawancara Kalau disini antar-antar pesanan juga tidak Bu?
Narasumber Ya kalau dekat dan banyak kalau yang barang pesanan itu kami antar, ada juga
yang lewat paket atau lewat bis gitu mas. Kalau yang banyak kirim-kirim itu
kan adik saya, karena dia jualan online juga. Ada karyawan dia yang khusus
menangani HP yang buat jualan online.
Pewawancara Disini kok tidak jualan online juga Bu?
Narasumber Ya kalau itu belum mas. Kami online nya hanya melayani langganan saja.
Yang sudah biasa pesan, tinggal telepon, ditransfer uangnya lalu barangnya
dikirimkan.
Pewawancara Oya Bu, terima kasih.
Narasumber Lho, sudah itu aja mas?
Pewawancara Iya Bu, ini dulu, kalau ada kekurangan data saya kesini lagi boleh ya?
Narasumber Oya mas, silahkan. Nanti mamahnya suruh telepon saya saja supaya bisa
janjian dulu, takutnya nanti saya pas ada acara diluar.
Pewawancara Oo ia Bu, terima kasih.
147
TRANSKRIPSI HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Michael Martinus Aditya Budiman
Narasumber : Ninok Gisela Swalim
Tempat Wawancara : Toko Batik Mart, Pekalongan
Waktu Wawancara : 8 Maret 2018, 10.00 WIB-Selesai
Pewawancara Selamat siang bu Ninok, langsung saja saya mulai tanya-tanya tentang usaha
ibu ini.
Narasumber Oke mas, silahkan ditanyakan, akan saya jawab sebisa saya ya.
Pewawancara Hehehe, iya bu. Langsung saja bu, yang pertama, menurut sepengetahuan ibu,
bagaimana sejarah perkembangan perusahaan batik PT Unggul Jaya
Pekalongan mulai dari awal berdiri hingga kini? Sampai ada toko Batik Mart
ini juga bisa jadi seperti sekarang.
Narasumber Waduh, kalau sejarah saya banyak yang lupa mas. Tapi setahu saya, usaha
batik Unggul Jaya ini dulu yang memulai bapak dan ibu sekitar tahun 90-an
awal-awal. Katanya ibu itu sekitar tahun 80-an akhir mas sampai 90-an awal
itu baru mulai bangun pabrik batik di tanah belakang sampai samping rumah.
Pewawancara Lalu perkembangannya bagaimana bu?
Narasumber Ya setelah ada pabrik, karena dulu awalnya pabrik saja, bapak kan buka toko,
tokonya yang sekarang dikelola kakak saya yang paling tua. Lalu sebelum jadi
PT di tahun 2005 an itu, bapak bangun 2 kios lagi, disini sama yang di Unggul
Jaya II, sekarang yang ngelola adik saya.
Pewawancara Kalau perkembangan disini bagaimana bu?
Narasumber Ya disini kan saya mulai itu mulai Maret 2003, makanya kan saya kasih nama
saya Batik Mart gitu.
Pewawancara Jadi nama Batik Mart itu karena bulan mulainya? Bukan karena ada indomaret
dan alfamaret?
Narasumber Ya bukan mas, itu tahun 2003 kayaknya indomaret sama alfamaret dan teman-
temannya kan belum sampai sini. Yang ada mungkin baru di Jakarta sana kan.
Nama itu saya ambil selain dari bulan mulainya usaha, juga dari inspirasi toko-
toko yang pakai nama mart-mart itu kan identic dengan ambil sendiri, dan
disini juga gitu, ambil sendiri barangnya, jadi namanya itu saja.
Pewawancara Oya bu, lanjut ya. Ini kan kalau boleh dibilang usaha warisan dari orang tua ya
bu. Orang tua menyiapkan anda sebagai pewaris tokonya bagaimana
prosesnya?
Narasumber Ya kalau orang tua sejak kecil kami memang melibatkan kami ya. Tiap hari
diajak ke pabrik dan ke toko. Saya sendiri waktu masih sekolah juga dikasih
kerjaan bapak untuk jadi pelayan di toko. Kalau bapak keluar kota urus
pekerjaan, kadang kami bertiga ikut, tapi yang paling sering ikut dulu itu saya,
karena dulu saya suka keliling-keliling meskipun cuma ikut bapak urusan
bisnis.
Pewawancara Pernah dilatih dagang juga bu?
Narasumber Ya kalau dilatih secara khusus tidak, tapi kalau diilibatkan dalam proses usaha
iya. Kalau latihan itu lebih banyak dibelakang mas, tentang cara bagaimana
bikin batik itu kami dilatih bapak. Tapi kalau soal cara dagang itu tidak. Cara
pembukuan juga tidak dilatih, hanya disuruh lihat saja kan gampang mas, uang
masuk kemana, uang keluar kemana, yang penting ada catatannya.
Pewawancara Apa ibu tahu sebenarnya cita-cita orang tua untuk Bu Ninok sendiri?
148
Narasumber Ya kalau setahu saya orang tua membuat toko sejumlah anaknya kan pasti
tujuannya untuk dikasihkan ke anak-anaknya. Kalau yang disampaikan sama
bapak saya dulu sebelum meninggal kan ya pasti ngomong apagitu lah, intinya
ya supaya anak-anak jaga ibu, perusahaan juga dikelola dengan baik, tidak
boleh rebutan pabrik, yang penting masing-masing sudah punya toko, jadi
sudah punya usaha sendiri, tidak perlu repot cari kerja. Usaha saja di
Pekalongan supaya ibu juga ada temannya. Kan kasihan juga Mas kalau ibu
ditinggal sama anak-anaknya semua kerja keluar kota.
Pewawancara Kalau secara spesifik apa pernah orang tua bilang supaya misalnya yang
dipabrik siapa, yang ditoko siapa gitu bu?
Narasumber Ya tidak pernah kalau itu. Soalnya kan bapak ibu dulu sebenarnya pengen
supaya tiap toko itu dibagian belakang ada pabriknya, walaupun kecil. Jadi
orang tua itu pengen supaya kami mandiri mas, bisa melakukan apa saja,
produksi sendiri, jual sendiri, hubungan sama orang juga bisa dilakukan
sendiri. Tapi kan mungkin yang di atas belum kasih ijin untuk kami buat
pabrik di masing-masing toko. Toh satu pabrik aja ini masih mampu kok mas.
Kang mase saya kan juga mengembangkan pabrik itu juga.
Pewawancara Ibu sendiri gak merasa iri?
Narasumber Ya tidak mas. Kan sebenarnya pabrik itu jatah hari tuanya ibu, tapi sekarang
dikasih ke kangmas supaya dikelola. Ya kalau pabrik itu tidak ada juga tidak
mungkin kami bertiga lancar usahanya mas. Pabrik itu kan memang sumber
barang buat toko-tokonya anak-anaknya bapak. Jadi ya tidak perlu iri, kan
hasil pabrik juga buat ibu. Pak Vincent walaupun yang mengelola pabrik, tapi
kalau ambil barang dari pabrik dipindah ke toko juga ada hitungannya kok,
sama dengan saya dan Bu Niken. Dan itu kan juga memang jatah kaka saya
mas, dia anak pertama yang dari awal dulu bantu untuk membesarkan pabrik
itu. Jadi ya ajar kalau yang ngelola sekarang kakak saya.
Pewawancara Jualan atau buka toko batik ini sesuai dengan cita-cita atau tidak bu? Mungkin
ada cita-cita lain sebenarnya?
Narasumber Tidak mas. Dahulu saya bercita-cita menjadi pengacara, makanya saya sekolah
hukum. Setelah lulus saya mulai bantu-bantu dahulu dan di minta bapak untuk
mengurus perijinan pabrik dan toko batik. Di situlah saya menemukan
kecintaan saya sama perusahaan bapak saya ini.
Pewawancara Kalau manurut anda, apakah hal-hal yang dulu dilakukan orang tua terhadap
anda, sewaktu belum dikasih toko tapi diajak mengurus toko ini bermanfaat
untuk proses kerja anda sekarang?
Narasumber Ya sangat bermanfaat mas. Kan ilmunya sudah dapat dari bapak dan ibu.
Dasar produksi dan berhubungan dengan orang luar itu saya dapat dari bapak,
kalau pembukuan, kerapian toko itu saya dapat dari ibu saya. Ya dasar
ilmunya kan itu mas, tinggal kita mengembangkan saja sesuai dengan
kreativitas kita masing-masing. Contohnya ya kayak kasih nama ini, bukannya
saya tidak ingin dikenal sebagai keluarga batik unggul jaya itu tidak, tetapi
memang ingin masuk ke pasaran anak muda, jadi pakai nama yang mudah
diterima anak muda juga.
Pewawancara Adalagi kah bu mungkin nilai-nilai yang ditanamkan orang tua ke anak-anak
yang mungkin sekarang jadi pegangan hidup ibu dalam menjalankan usaha
ini?
149
Narasumber Ya kalau itu ada, bapak itu selalu bilang ke kami anak-anaknya kalau yang
namanya usaha itu harus dilakukan dengan disiplin. Kalau orang sudah
disiplin, usaha akan teratur dengan sendirinya. Lalu jangan malu melakukan
apapun asal tidak melanggar hukum, kreaitf gitu mas.
Pewawancara Menurut apa yang Anda ketahui dan pahami, bagaimana proses sampai satu
toko yang dimiliki oleh orang tua Anda, saat ini menjadi 3 toko yang dikelola
oleh Anda dan 2 saudara Anda?
Narasumber Ya sama seperti yang saya cerita tadi mas. Dari satu pabrik, lalu bikin satu
toko, setelah anak-anak besar, bapak ibu buatkan saya dan adik saya toko
masing-masing, nah yang tokonya bapak ibu dikasihkan ke kakak saya. Pabrik
itu masih atas nama ibu, tapi yang ngembangkan dan yang mengelola ya pak
vincent. Kadang kami bantu, tapi untuk urusan sehari-hari ya kakak saya yang
pegang langsung, sama ibu juga disana, sama istrinya kakak juga ikut bantu
toko dan pabrik.
Pewawancara Lalu, bagaimana hubungan Anda dengan kedua saudara Anda, terutama terkait
dengan usaha yang dikelola masing-masing?
Narasumber Ya hubungan kami baik dalam keluarga ataupun usaha baik-baik saja mas.
Artinya kadang memang ada selisih paham atau beda pendapat, tapi itu wajar
selama itu untuk kebaikan orang tua kami. Kalau soal bisnis semuanya
terbuka, jadi tidak ada yang dirahasiakan. Omset masing-masing toko juga
pada tau semua, kan bisa dilihat dari barang keluar dari pabrik itu berapa.
Pewawancara Bagaimana perkembangan usaha Anda dari awal Anda mengelola hingga kini?
Maksud saya khusus untuk yang Batik Mart saja.
Narasumber Ya saya mulai tahun 2003 dulu toko hanya yang depan ini saja. Lalu diperluas
supaya bisa display barang makin banyak. Kan pelanggan yang datang itu juga
ingin supaya mereka punya ruangan bergerak yang longgar, jangan sampai
belanja batik identic dengan umpek-umpekan dipasar. Lalu karyawan sekarang
juga nambah. Omset juga tetap stabil. Kan kalau disini lebih banyak yang
belanja anak-anak muda karena memang dekat dengan pusat-pusat tempat
nongkrong anak muda mas. Desain bangunan dan toko juga sengaja kami
desain untuk membuat nyaman orang yang datang kesini. Ya kalau dibilang
berkembang pasti, hanya saja memang belum sempat untuk buat pabrik baru.
Pertimbangan keluarga besar kan masih ada pabrik di tempat ibu, jadi buat apa
bikin pabrik sendiri. Disana kan juga masih sanggup untuk memenuhi
kebutuhan di tiga toko. Lha wong ada pesanan mbak saya saja masih mampu
kok, padahal kalau ada pesanan itu banyak sekali, masih kuat disana. Jadi ya
pengembangannya diwujudkan dalam hal lain seperti online, layanan pesan
antar, kemudian sering ikut pameran-pameran batik, sekalian promosi.
Pewawancara Kalau strategi bisnis untuk menghadapi persaingan bagaimana pak? Mungkin
persaingan dengan toko pak vincent dan bu niken juga.
Narasumber Kalau dengan toko saudara sebenarnya kami dibilang saingan juga tidak, tapi
kalau dibilang tidak bersaing juga barangnya sama. Hanya saja kalau disini
kan saya mengedepankan batik-batik yang diperuntukan untuk anak muda,
desain dan motifnya untuk anak muda, tapi barang-barang batik yang lain juga
ada, kain juga ada. Intinya kalau sama toko saudara itu ya sebenarnya
barangnya sama tetapi yang ditaruh sebagai produk unggulan yang beda.
150
Pewawancara Itu contohnya seperti apa bu?
Narasumber Ya contohnya kalau saya andalannya itu kan batik sarimbit, dress sama kemeja
lengan pendek. Kalau ditempat adek itu bahan yang dipajang banyak, disana
pasarnya kan lebih untuk yang pesan-pesan begitu. Kalau ditempat Kang Mase
saya itu kan tempatnya rapi, nuansanya dibuat formil begitu, jadi mungkin
kalau disana yang disasar orang-orang tua. Tapi kalau sama perusahaan lain ya
saingan. Kadang harus main harga, kadang harus main bonus, ya banyak lah
caranya. Tapi yang penting kalau saya produknya dulu dipandang menarik,
kalau harga kan bisa diakali pakai diskon, dinaikin dulu harganya, lalu pajang
diskon.
Pewawancara Strategi lain bu?
Narasumber Ada, online itu kan juga strategi supaya orang-orang yang malas keluar rumah
tetap bisa belanja. Tinggal transfer, lalu barang dikirim. Itu juga yang buat
kami omsetnya naik dalam dua tahun terakhir ini. Lumayan lho online itu,
sehari bisa sampai lima sampai sepuluh kiriman.
Pewawancara Kalau soal lokasi dulu ini yang memilih siapa Pak?
Narasumber Dulu kalau disini atas saran bapak, tapi saya juga ikut andil mikir. Prinsipnya
jangan terlalu dekat dengan yang lain. Lingkungannya juga dekat dengan
pasar, mudah dijangkau, look-nya bagus dan jangan lupa tanahnya luas, jaga-
jaga untuk parkiran dan untuuk pengembangan usaha kalau ada modalnya.
Pewawancara Kalau soal harga bagaimana bu?
Narasumber Harga saya sih tidak takut bersaing ya. Kami sekeluarga itu kan ambil barang
di pabrik yang sama, jadi harga jual juga relative sama. Kecuali kalau jual
online biasanya agak diturunkan dikit, sebagai penarik konsumen.
Pewawancara Njenengan promosi juga gimana bu?
Narasumber Lha kalau itu jelas, promosi lewat media online seperti facebook dan
instagram, lalu bikin program diskon dan bonus, seperti beli 10 gratis 1 itu kan
bagian dari promosi juga. Bikin benner, ikut pameran kalau ada pameran di
alun-alun atau pameran pembangunan itu. Ya macem-macem lah yang harus
dilakukan untuk promosi.
Pewawancara Sampai luar kota juga bu?
Narasumber Iya, kalau saya lebih banyak ke Jawa Barat, Garut, Tasikmalaya, Sumedang,
Bandung dan sekitarnya. Kalau yang Solo Jogja itu yang ambil kakak saya
karena neruskan jaringannya bapak.
Pewawancara Itu sengaja dibagi atau tidak?
Narasumber Kalau dibilang sengaja ya tidak, tapi tahu posisi saja lah mas. Kan ya itu kalau
untung besar, saya juga dapat kok. Jadi, yang harus disasar itu ya wilayah-
wilayah yang belum tersentuh.
Pewawancara Oo ya begitu to bu.
Narasumber Iya, biar makin terkenal mas.
Pewawancara Ook bu, mungkin itu dulu ya bu.
Narasumber Ya mas, oke. Mau kesini lagi kapan?
Pewawancara Ya mungkin minggu depan bu mau foto-foto juga.
Narasumber Ya silahkan saja, nanti ngabari saya saja.
Pewawancara Baik bu, nanti saya hubungi lagi.
Narasumber Oke mas.
Pewawancara Oya bu, itu dulu, terima kasih.
151
Lampiran 3. Reduksi Data
TRANSKRIPSI HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Michael Martinus Aditya Budiman
Narasumber : Ibu Elishabet Sri Weningsih / ESW (Pendiri perusahaan)
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sri Weningsih di Degayu, Pekalongan Utara
Waktu Wawancara : 1 Maret 2018, 16.00 WIB-Selesai
KLASIFIKASI TRANSKRIPSI WAWANCARA
Sejarah Dulu, batik Unggul Jaya itu hanya pabrik Mas. Kan samping-samping sini,
daerah sini itu banyak yang bikin batik, nah almarhum bapak itu dulu ikut-
ikutan saja bikin batik, dulu dimodali sama orang tua. Kan daripada kerja ikut
orang terus kan tidak enak Mas, jadi ya mending buka usaha sendiri, biar
mandiri. (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
Sejarah Kalau tanggalnya saya lupa, tapi kalau tahunnya ya itu Mas, tahun 89. (Hasil
Wawancara ESW, 1/3/2018)
Sejarah Sekitar 93-94 Mas, lalu kan karena mulai rame, bapak buat toko didepan
pabrik. Itu dulu kan halaman pabrik, sama bapaknya dibangun toko, dibuat
jualan barang-barang yang udah jadi, utamanya buat pakaian. Karena itu dulu
kan banyak yang mulai bikin toko, akhirnya bapak juga mengikuti supaya tidak
ketinggalan dengan yang lain. Kalau toko yang pertama itu tahun 95-an
dibangun. Lalu buat lagi dua toko sekitar tahun 2000-an, niatnya buat dikasih
ke anak-anak. (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
Sejarah Kalau itu 2004 apa 2005 gitu Mas. Eh ya 2005 itu. Itu tidak lama kan bapak
terus meninggal. Meninggalnya kan 2008 pertengahan itu. Ya kalau saham
sebenarnya ya punya bapak semua, tapi sama bapak dibagi jadi 5. Saya sama
bapak, lalu anak-anak itu dapat semua, diatasnamakan anak-anak sama saya
dan bapak. (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
Pengenalan
lingkungan
usaha
Sejak kecil-kecil, saya sama bapak suka bawa ke tempat kerja, agak gede
diajari kerja biar nanti pabriknya ada yang nerusin Mas. Sekarang bener kan,
toko-tokonya bapak akhirnya dikasih ke anak-anak semua. (Hasil Wawancara
ESW, 1/3/2018)
Pengenalan
lingkungan
usaha
Dulu kan anak-anak masih kecil-kecil Mas, jadi ya mau tidak mau ada di pabrik
sama di toko, ikut bapak ibunya kerja. Dari situ ya mereka kan banyak tanya,
atau kadang malah kami yang minta tolong dibantu. Ya intinya karena mereka
ada di lingkungan usaha ya otomatis saja gitu mereka belajar. Ya belajar
sendiri, ya kadang juga diajari sama saya sama bapaknya dulu. (Hasil
Wawancara ESW, 1/3/2018)
Pelatihan
melakukan
aktivitas
Ya kalau yang pertama itu kan lebih senang di belakang, maksudnya di pabrik,
buat-buat batik begitu, jadi belajarnya ya lebih banyak tentang gimana bikin
batik. Beda sama yang tengah dan yang kecil. Kalau yang kecil itu
matematikanya pinter, jadi lebih senang kalau di toko, hitung-hitungan barang
sama uang. Lha kalau yang tengah itu serba bisa, di belakang bisa, di toko juga
bisa, wong nyales saja bisa kok Mas. Jadi dia itu nawar-nawarkan barang
dagangan bapaknya ke teman-temannya dulu, ngecer sendiri. (Hasil
Wawancara ESW, 1/3/2018)
152
Pelatihan
melakukan
aktivitas
Jadi kalau ada kerjaan mereka diajak supaya tahu, supaya mereka belajar
sendiri. Lalu kami sering suruh-suruh mereka juga buat nyelesaikan pekerjaan,
biar belajar kerja. Kalau kata orang sekarang ya otodidak gitu lah Mas. (Hasil
Wawancara ESW, 1/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Ya namanya juga orang tua Mas, dan punya usaha yang bisa dibilang sudah
lumayan mapan, kalau bapak dan saya pengennya ya supaya anak-anak jaga
toko saja, ngembangkan usaha sendiri. Karena prinsipnya bapak kan lebih baik
kecil tapi mandiri daripada besar tapi ikut orang terus. (Hasil Wawancara ESW,
1/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Kalau bapak inginnya dulu satu anak satu toko, lalu pabriknya yang urus bapak
sendiri, jadi kan semua punya penghasilan. Tapi karena bapak dulu mulai
sering sakit, akhirnya yang pabrik saya sama anak yang besar itu yang urus.
Kalau toko ya, anak-anak udah dibuatkan semua sama bapak, jadi ya sampai
sekarang anak-anak yang jualan di toko. (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Namanya juga anak pertama, bukan mau membeda-bedakan anak, tapi kalau
anak pertama biasanya lebih banyak jatahnya, kan nanti orang tua ikut sama
anak pertama kalau udah tua kayak saya ini. (Hasil Wawancara ESW,
1/3/2018)
Pelibatan dalam
proses usaha
Dulu kecil sering diajak ke pabrik, diajari kerja di pabrik, sekarang besarnya
jadi pengelola pabrik. Pabriknya sekarang juga makin besar, dan anak saya
yang besar ini sifat-sifat dan caranya dagang itu sangat mirip dengan bapaknya.
Kalau yang kecil memang kurang terlihat, karena mirip sama saya, tidak terlalu
aktif, tapi tokonya juga ramai, tapi ya apa-apa pasti ngomong ke kakaknya.
Kalau yang tengah ini yang paling pinter jualan. Dulu yang tengah ini yang
paling sering ikut bapaknya jualan sampai luar kota. Mungkin karena itu juga
yang tengah ini paling pinter jualan. (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
Awal mula
pelibatan usaha
Ya kalau yang besar sama yang kecil ini dari kecil memang sudah pengen
kayak bapaknya, jadi pengusaha, tapi kalau yang tengah sebenarnya dulu
pengen jadi pengacara, terjun dalam dunia hukum gitu. Tapi memang belum
kesampean cita-citanya menjadi pengacara, karena setelah lulus kuliah saya
minta menjaga toko sekalian mengurus perijinan usaha saya. Meski tidak jadi
pengacara akan tetapi ilmunya sangat berguna dalam perijinan usaha kami mas.
Ya akhirnya sekarang tiga-tiganya jualan batik semua, toh ya mereka semua
bisa dibilang sukses ya. (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
Evaluasi hasil
penyiapan calon
suksesor
Ya kalau menurut saya ngaruh Mas. Ada nilai-nilai dari bapaknya yang ditiru
sama anak-anak. Yang besar apalagi, dia itu mirip bapaknya. Kalau sudah kerja
tidak mau setengah-setengah, tidak mau tanggung, kalau sudah mulai harus
selesai sampai jam berapapun. Kalau yang kecil itu turun bapaknya soal cara
ngomongnya. Pinter anak ini kalau cari pasaran baru, cari pelanggan baru.
Kalau yang kedua ikut bapaknya tentang disiplin waktu, makanya tokonya anak
saya yang kedua ini kan paling saklek kalau soal waktu. Buka jam 7 ya jam 7,
tutup jam 9 ya tutup jam 9. Dan yang tengah ini kan tokonya paling rapi, itu
juga ikut watak bapaknya. (Hasil Wawancara ESW, 1/3/2018)
153
TRANSKRIPSI HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Michael Martinus Aditya Budiman
Narasumber : Vincentius Sugijanto Swalim
Tempat Wawancara : Toko Batik Unggul Jaya I, Pekalongan
Waktu Wawancara : 3 Maret 2018, 14.00 WIB-Selesai
KLASIFIKASI TRANSKRIPSI WAWANCARA
Sejarah Bapak saya dulu mendirikan usaha ini waktu saya masih kecil, ya sekitar 89-90
an lah. (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Kami bertiga memang telah diberikan masing-masing toko oleh bapak dan ibu.
Saya ini mengelola toko yang paling tua, toko yang pertama dibangun sama
bapak dulu. Lalu adik saya dua-duanya dibangunkan toko juga. Adik saya yang
bontot tokonya namanya juga batik Unggul Jaya, kalau adik saya yang kedua
itu yang paling kreatif, tokonya tidak pakai nama Unggul Jaya, tapi dikasih
nama Batik Mart. (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Awal mula
pelibatan dalam
usaha
Saya dari kecil itu sudah sering diajak bapak sama ibu untuk ikut bantu-bantu
dipabrik sama ditoko. Dulu masih sering depan belakang bolak-balik sana-sini,
tapi setelah adik-adik saya ikut ya saya banyak dibelakang, dipabriknya. Karena
kan adik saya yang pertama itu saya lihat paling senang berhadapan dengan
banyak orang, lalu adik saya yang kedua itu pintar kalau soal hitung-hitungan
dan orangnya teliti juga. (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Pelatihan
melakukan
aktivitas
Ya kalau dibilang diajari secara penuh ya tidak juga, tapi kalau dibilang dilepas
juga salah. Bapak sama ibu itu orangnya demokratis ya, jadi anak-anaknya mau
ngapain aja ya didukung. Kalau saya kan suka di pabrik, jadi lebih dekat ke
bapak, bapak ngajari saya macem-macem. Kalau ibu ngajari adek saya itu
pembukuan sama caranya ngatur toko. (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Ya kalau dilihat sih ya, sebenarnya bapak dan ibu itu pengen kami meneruskan
usahanya. Makanya kami kan dikasih toko satu-satu. Dulu bapak pernah cerita
juga katanya mau bangun pabrik lagi buat adik-adik saya, tapi sudah keburu
dipanggil sama Tuhan. Ya akhirnya ibu kan yang bilang, tokonya 3 harus jalan
semua, tapi kalau pabrik kan bisa jadi satu. (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Ya itu tadi, mereka ingin supaya saya sama adik-adik itu meneruskan usaha,
masing-masing punya pabrik, masing-masing punya toko, bisa berkembang,
bisa jadi lahan untuk cari makan. (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Nilai-nilai Saya dan adik-adik saya tidak mungki/n jadi sama seperti sekarang ini tanpa
orang tua kami. Bapak itu ngajari kami disiplin, telaten dan kalau mau kerjakan
apapun harus niat dari awal sampai akhir. Kalau sudah memulai, jangan
tanggung, harus dikerjakan serius dan diselesaikan sampai jadi dan hasilnya
ada. Nah, kalau ibu itu orangnya telaten dan teliti, itu nurun ke adik saya yang
besar. Nah, anak-anaknya ini kombinasi keduanya. (Hasil wawancara VSS,
3/3/2018)
Penyerahan
kepemimpinan
Kan bapak sudah urus usaha ini jadi PT, lalu kami dikasih kayak saham gitu,
yang toko ini asetnya dianggap milik saya, adek-adek juga dapat masing-
masing satu toko, lalu ibu sama bapak itu pegang pabriknya. (Hasil wawancara
VSS, 3/3/2018)
154
Sejarah
perkembangan
Dulu pabriknya hanya yang belakang sampai tengah itu mas, lalu tokonya juga
hanya yang samping ini. Lalu pelan-pelan saya perbesar karena pekerjaannya
juga nambah. Nambah karyawan, nambah mesin juga, nambah jenis produk
juga, juga termasuk nambah wilayah pemasarannya. Kalau adik saya kan focus
ke tokonya masing-masing, kalau saya lebih senang jual ke luar kota karena
untungnya lumayan, juga buat jaga relasinya teman-temannya bapak. (Hasil
wawancara VSS, 3/3/2018)
Promosi toko 3 Ya banyak di saya mas, tapi kalau yang Jawa Barat itu lebih banyak di adik
saya yang paling besar. Kalau adik saya yang kecil itu lebih banyak melayani
instansi pemerintah, karena suaminya dekat dengan anggota pemerintahan, jadi
ya teman-temannya yang pesan batik atau seragam batik itu lumayan banyak.
Ya boleh dibilang bagi-bagi rejeki sama saudara lah. (Hasil wawancara VSS,
3/3/2018)
Produk toko 1 Tapi kami ini kan jualan juga tidak asal, makanya barang-barang kami,
walaupun harganya tidak yang paling murah tapi barangnya bagus. Kami kan
tidak buat batik yang sangat murah, kayak yang sekali pakai gitu. Kalau yang
bagus sekali kami ada, tapi kalau yang jelek sekali supaya murah malah kami
tidak punya. Kasihan yang beli juga kan mas, murah tapi sekali pakai kan jadi
murahan. Kalau bagus kan pasti mereka yang beli balik lagi beli lagi. (Hasil
wawancara VSS, 3/3/2018)
Harga toko 1 Ya kalau soal harga boleh dibandingkan, diantara saudara-saudara saya,
mungkin disini yang paling murah mas. Karena kan masih ada Ibu, orang-orang
juga tahu kalau disini yang paling tua, jadi main untung sedikit saja. Kalau
adik-adik saya kan punya pasarnya sendiri, walaupun secara umum juga masih
warga Pekalongan. Tapi kalau adik yang kecil itu walaupun semua barangnya
sama, tapi lebih banyak yang buat anak muda, modelnya yang anak-anak muda
itu. (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
Distribusi toko
1
Ya kalau lokasi kan saya tidak bisa milih mas, karena itu kan warisan bapak
juga. Kalau distribusi dari pabrik tidak ada. Paling sekarang ini ada 1 mobil
yang khusus antar pesanan, termasuk ngedrop barang ke adik-adik saya. (Hasil
wawancara VSS, 3/3/2018)
Produk toko 1 Tapi sebenarnya yang disini ada, pasti ada juga di dua toko lain, hanya jumlah
persediaannya yang beda. Kalau disini yang jarang kehabisan, kan dekat sama
pabrik. Kalaupun ada pesanan baik disini atau di toko adek, ngerjakannya juga
disini kok mas. Intinya ya produknya sama gitu saja. (Hasil wawancara VSS,
3/3/2018)
Promosi toko 1 Ya kalau promosi itu saya sering keluar kota, Solo, Yogya ke pasar-pasar gitu
untuk nawarkan produk sambil kontrol kiriman. Paling juga kadang kita kasih
diskon ke pelanggan, itu bagian dari promosi juga, atau kasih bonus waktu
lebaran gitu lah mas. (Hasil wawancara VSS, 3/3/2018)
155
TRANSKRIPSI HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Michael Martinus Aditya Budiman
Narasumber : Niken Hartati Swalim
Tempat Wawancara : Toko Batik Unggul Jaya II, Pekalongan
Waktu Wawancara : 5 Maret 2018, 10.00 WIB-Selesai
KLASIFIKASI TRANSKRIPSI WAWANCARA
Sejarah Ya kalau sejarahnya, toko batik Unggul Jaya ini didirikan tahun 2002-an.
Toko ini adalah cabang dari toko batik Unggul Jaya I yang sekarang dikelola
kakak saya, Mas Vincent. Lalu ada satu cabang lagi yang dikelola Mbak
Ninok, tapi namanya bukan toko batik Unggul Jaya juga, tapi dikasih nama
Batik Mart. (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Sejarah Ya kalau itu dulu sekitar awal 90-an atau akhir 80-an itu bapak kan
membangun pabrik batik, lalu bikin toko yang pertama. Lama-lama kan
usahanya maju, lalu membangun lagi dua toko untuk saya dan kakak saya.
Kalau Pak Vincent itu meneruskan toko dan pabriknya bapak. (Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
Produk toko 2 Iya mas, barangnya sama yang disini dan disana sama saja, harga juga kami
rata-rata sama. Yang beda paling hanya yang pesanan-pesanan khusus.
(Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Mereka buat toko sesuai jumlah anaknya, lalu masing-masing dikasih satu.
(Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Pelatihan
melakukan
aktivitas
Iya, semua sama-sama di toko, bantu-bantu sebisanya. Kalau sudah pulang
sekolah kami semua jarang dolan-dolan mas, karena dulu bapak ibu kan
walaupun punya karyawan tetap ikut kerja di toko sama di pabrik. (Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
Pelatihan
melakukan
aktivitas
Kan semua anak itu sebenarnya diajari semua hal tentang usahanya bapak,
mulai dari produksi di pabrik sampai mengelola toko, termasuk datang ke
kota lain untuk menjalin kerjasama dengan orang dari kota lain itu diajari
semua kok. (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Nilai-nilai Ya banyak, disiplinnya bapak tentang waktu, uletnya bapak kalau sudah
pergi itu pulang harus bawa hasil walaupun sedikit, lalu kalau usaha itu
harus jujur, usaha juga harus tertib soal uang, misah uang toko dengan uang
di dompet. Banyak lah mas pokoknya, sama kalau ibu itu orangnya telaten.
Ya semoga kami benar-benar mewarisi sikap-sikapnya beliau berdua supaya
cita-cita bapak dan ibu lihat anaknya sukses itu kesampaian. (Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Ya kalau itu sebenarnya yang lebih tau kan bapak sama ibu saya. Tapi kalau
dipikir, sebenarnya itu kan memang cita-cita bapak dan ibu supaya kami
bertiga itu hidup mandiri. Dulu kan rencananya mau bikin pabrik di masing-
masing toko mas, tapi tidak jadi karena ibu saya bilang selama pabrik yang
disana masih mampu ya itu dulu saja yang dioperasionalkan. (Hasil
wawancara NHS, 5/3/2018)
156
Penyerahan
kepemimpinan
Itu kan setahu saya caranya bapak buat menyatukan anak-anaknya.
Sebenarnya kan usahanya hanya satu, tapi dibuat sama bapak tiga toko, nah
kalau PT kan ada saham-sahamnya gitu mas, nah toko-toko ini
diatasnamakan ke kami masing-masing satu, lalu bapak dan ibu itu pegang
pabriknya. Ya biar kelihatan ini jatahnya siapa, itu jatahnya siapa gitu lho
mas. (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Perkembangan
usaha toko 2
Karyawan sekarang ada kalau 10 orang, dulu awal kan hanya saya dibantu 3
orang. Omset juga dari tahun ke tahun pasti ada kenaikan walaupun hanya
sedikit. Kalau tentang barang dan warna batik itu saya ikut dari kakak saya
saja. Kalau saya kan fokus jualan di toko sama ngerjakan pesanan-pesanan
yang datang ke saya. (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Produk toko 2 Kalau disini ada, pasti di dua toko lainnya juga ada. Kalaupun tidak ada,
pasti itu waktu stoknya kosong. Mungkin yang beda hanya jumlah stoknya.
Kalau disini sama di tempat Mbak Ninok kan lebih kecil dari tempatnya ibu,
jadi stok kami mungkin lebih sedikit. Kalau saya kan banyak juga display
kain belum jadi, kalau di tempat Mbak Ninok itu majang bahan hanya sedikit
sekali, nah kalau yang kelihatan komplit kan di tempat ibu. Tapi secara
prinsip sebenarnya yang ada di satu toko, ada pula di dua toko yang lain.
(Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Harga toko 2 Kalau harga sebenarnya sama juga, tapi mungkin ada yang beda sedikit.
Sebenarnya kan ambil dari pabrik kan harganya sama. Kakak saya pun,
walaupun yang mengelola pabrik, kalau ngeluarkan barang dari pabrik juga
bayar kok. Kalaupun ada yang beda pasti juga tidak banyak dan selisihnya
juga tidak besar. (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Promosi toko 2 Kalau promosi ya biasa saja mas, paling kalau mau lebaran, natal, tahun baru
itu saya sering kasih bonus atau diskon. Pasang baliho didepan toko kalau
lagi ada diskon. Kadang kalau akhir tahun itu, kami sering habiskan barang
dengan beli 2 gratis 1. Sama mungkin kalau saya lewat suami. Suami saya
kan dekat dengan orang pemerintahan, jadi sering ada yang pesan lewat
suami saya. (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
Lokasi toko 2 Ya dulu tanah ini kan yang beli bapak, belinya bareng dengan yang
ditempati Mbak Ninok, tapi memang dari awal sudah direncanakan buat toko
ya sebelum beli itu bapak sering tanya-tanya, kalau disini bagaimana, kalau
disana bagaimana. Rundingan lah intinya, karena kan sebelum bikin toko
kami sudah ditanya dulu mau atau tidak jualan batik. Ya siapa yang tidak
mau dibuatkan usaha sama orang tua ya mas ya. (Hasil wawancara NHS,
5/3/2018)
Distribusi toko
2
Ya kalau dekat dan banyak kalau yang barang pesanan itu kami antar, ada
juga yang lewat paket atau lewat bis gitu mas. Kalau yang banyak kirim-
kirim itu kan adik saya, karena dia jualan online juga. Ada karyawan dia
yang khusus menangani HP yang buat jualan online. Kami online nya hanya
melayani langganan saja. Yang sudah biasa pesan, tinggal telepon, ditransfer
uangnya lalu barangnya dikirimkan. (Hasil wawancara NHS, 5/3/2018)
157
TRANSKRIPSI HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Michael Martinus Aditya Budiman
Narasumber : Ninok Gisela Swalim
Tempat Wawancara : Toko Batik Mart, Pekalongan
Waktu Wawancara : 8 Maret 2018, 10.00 WIB-Selesai
KLASIFIKASI TRANSKRIPSI WAWANCARA
Sejarah Katanya ibu itu sekitar tahun 80-an akhir mas sampai 90-an awal itu baru
mulai bangun pabrik batik di tanah belakang sampai samping rumah. Ya
setelah ada pabrik, karena dulu awalnya pabrik saja, bapak kan buka toko,
tokonya yang sekarang dikelola kakak saya yang paling tua. Lalu sebelum
jadi PT di tahun 2005 an itu, bapak bangun 2 kios lagi, disini sama yang di
Unggul Jaya II, sekarang yang ngelola adik saya. (Hasil wawancara NGS,
8/3/2018)
Sejarah Ya disini kan saya mulai itu mulai Maret 2003, makanya kan saya kasih
nama saya Batik Mart gitu. Nama itu saya ambil selain dari bulan mulainya
usaha, juga dari inspirasi toko-toko yang pakai nama mart-mart itu kan
identic dengan ambil sendiri, dan disini juga gitu, ambil sendiri barangnya,
jadi namanya itu saja. (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Pelibatan tidak
secara penuh
Ya kalau orang tua sejak kecil kami memang melibatkan kami ya. Tiap hari
diajak ke pabrik dan ke toko. Saya sendiri waktu masih sekolah juga dikasih
kerjaan bapak untuk jadi pelayan di toko. Kalau bapak keluar kota urus
pekerjaan, kadang kami bertiga ikut, tapi yang paling sering ikut dulu itu
saya, karena dulu saya suka keliling-keliling meskipun cuma ikut bapak
urusan bisnis. (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Pelibatan dalam
proses usaha
Ya kalau dilatih secara khusus tidak, tapi kalau diilibatkan dalam proses
usaha iya. Kalau latihan itu lebih banyak dibelakang mas, tentang cara
bagaimana bikin batik itu kami dilatih bapak. (Hasil wawancara NGS,
8/3/2018)
Pemilihan calon
suksesor
Kalau yang disampaikan sama bapak saya dulu sebelum meninggal kan ya
pasti ngomong apa gitu lah, intinya ya supaya anak-anak jaga ibu,
perusahaan juga dikelola dengan baik, tidak boleh rebutan pabrik, yang
penting masing-masing sudah punya toko, jadi sudah punya usaha sendiri,
tidak perlu repot cari kerja. Usaha saja di Pekalongan supaya ibu juga ada
temannya. (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Pelibatan secara
penuh
Dahulu saya bercita-cita menjadi pengacara, makanya saya sekolah hukum.
Setelah lulus saya mulai bantu-bantu dahulu dan di minta bapak untuk
mengurus perijinan pabrik dan toko batik. Di situlah saya menemukan
kecintaan saya sama perusahaan bapak saya ini. (Hasil wawancara NGS,
8/3/2018)
Pelatihan
melakukan
aktivitas
Dasar produksi dan berhubungan dengan orang luar itu saya dapat dari
bapak, kalau pembukuan, kerapian toko itu saya dapat dari ibu saya. (Hasil
wawancara NGS, 8/3/2018)
Nilai-nilai Ya kalau itu ada, bapak itu selalu bilang ke kami anak-anaknya kalau yang
namanya usaha itu harus dilakukan dengan disiplin. Kalau orang sudah
disiplin, usaha akan teratur dengan sendirinya. Lalu jangan malu melakukan
apapun asal tidak melanggar hukum, kreaitf gitu mas. (Hasil wawancara
NGS, 8/3/2018)
158
Pengelolaan
usaha
Dari satu pabrik, lalu bikin satu toko, setelah anak-anak besar, bapak ibu
buatkan saya dan adik saya toko masing-masing, nah yang tokonya bapak
ibu dikasihkan ke kakak saya. Pabrik itu masih atas nama ibu, tapi yang
ngembangkan dan yang mengelola ya pak vincent. Kadang kami bantu, tapi
untuk urusan sehari-hari ya kakak saya yang pegang langsung, sama ibu juga
disana, sama istrinya kakak juga ikut bantu toko dan pabrik. (Hasil
wawancara NGS, 8/3/2018)
Perkembangan
toko 3
Ya saya mulai tahun 2003 dulu toko hanya yang depan ini saja. Lalu
diperluas supaya bisa display barang makin banyak. Kan pelanggan yang
datang itu juga ingin supaya mereka punya ruangan bergerak yang longgar,
jangan sampai belanja batik identic dengan umpek-umpekan dipasar. Lalu
karyawan sekarang juga nambah, sudah makin banyak. Omset juga naik
turun tetapi tetap stabil. Desain bangunan dan toko juga sengaja kami desain
untuk membuat nyaman orang yang datang kesini. Ya kalau dibilang
berkembang pasti, hanya saja memang belum sempat untuk buat pabrik baru.
Pertimbangan keluarga besar kan masih ada pabrik di tempat ibu, jadi buat
apa bikin pabrik sendiri. Disana kan juga masih sanggup untuk memenuhi
kebutuhan di tiga toko. Lha wong ada pesanan mbak saya saja masih mampu
kok, padahal kalau ada pesanan itu banyak sekali, masih kuat disana. Jadi ya
pengembangannya diwujudkan dalam hal lain seperti online, layanan pesan
antar, kemudian sering ikut pameran-pameran batik, sekalian promosi. (Hasil
wawancara NGS, 8/3/2018)
Produk toko 3 Hanya saja kalau disini kan saya mengedepankan batik-batik yang
diperuntukan untuk anak muda, desain dan motifnya untuk anak muda, tapi
barang-barang batik yang lain juga ada, kain juga ada. (Hasil wawancara
NGS, 8/3/2018)
Produk toko 3 Ya contohnya kalau saya andalannya itu kan batik sarimbit, dress sama
kemeja lengan pendek. Kalau ditempat adek itu bahan yang dipajang
banyak, disana pasarnya kan lebih untuk yang pesan-pesan begitu. Kalau
ditempat Kang Mase saya itu kan tempatnya rapi, nuansanya dibuat formil
begitu, jadi mungkin kalau disana yang disasar orang-orang tua. Tapi kalau
sama perusahaan lain ya saingan. Kadang harus main harga, kadang harus
main bonus, ya banyak lah caranya. Tapi yang penting kalau saya produknya
dulu dipandang menarik, kalau harga kan bisa diakali pakai diskon, dinaikin
dulu harganya, lalu pajang diskon. (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Distribusi toko
3
Ada, online itu kan juga strategi supaya orang-orang yang malas keluar
rumah tetap bisa belanja. Tinggal transfer, lalu barang dikirim. Itu juga yang
buat kami omsetnya naik dalam dua tahun terakhir ini. Lumayan lho online
itu, sehari bisa sampai lima sampai sepuluh kiriman. (Hasil wawancara NGS,
8/3/2018)
Lokasi toko 3 Dulu kalau disini atas saran bapak, tapi saya juga ikut andil mikir.
Prinsipnya jangan terlalu dekat dengan yang lain. Lingkungannya juga dekat
dengan pasar, mudah dijangkau, look-nya bagus dan jangan lupa tanahnya
luas, jaga-jaga untuk parkiran dan untuuk pengembangan usaha kalau ada
modalnya. (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
159
Harga toko 3 Harga saya sih tidak takut bersaing ya. Kami sekeluarga itu kan ambil
barang di pabrik yang sama, jadi harga jual juga relative sama. Kecuali kalau
jual online biasanya agak diturunkan dikit, sebagai penarik konsumen. (Hasil
wawancara NGS, 8/3/2018)
Promosi toko 3 Lha kalau itu jelas, promosi lewat media online seperti facebook dan
instagram, lalu bikin program diskon dan bonus, seperti beli 10 gratis 1 itu
kan bagian dari promosi juga. Bikin benner, ikut pameran kalau ada pameran
di alun-alun atau pameran pembangunan itu. Ya macem-macem lah yang
harus dilakukan untuk promosi. (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Promosi toko 3 Iya, kalau saya lebih banyak ke Jawa Barat, Garut, Tasikmalaya, Sumedang,
Bandung dan sekitarnya. Kalau yang Solo Jogja itu yang ambil kakak saya
karena neruskan jaringannya bapak. (Hasil wawancara NGS, 8/3/2018)
Recommended