II HEAT TREATMENT kel 2

Preview:

Citation preview

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Damayanti

NRP : 113 11 2502

Program Studi : Teknik Industri

Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia program teknik industri

telah menyelesaikan praktikum modul II Heat Treatment.

1 | P a g e

Asisten Lab

(.........................................)

Serpong, ............

September 2012

Kord. Lab Material Teknik

(........................

LEMBAR ASISTENSI

No Keterangan Paraf

     

2 | P a g e

Asisten

(.........................

3 | P a g e

DAFTAR ISI

1. Lembar Pengesahan ............................... 1

2. Lembar Asistensi ................................ 2

3. Daftar Isi ...................................... 3

4. Kata Pengantar................................... 4

5. BAB I Pendahuluan ............................... 5

6. BAB II Maksud dan Tujuan......................... 12

7. BAB III Alat dan Bahan .......................... 13

8. BAB IV Prosedur Percobaan ....................... 15

9. BAB V Tugas dan Pertanyaan....................... 16

10.................................................BAB VI Data

Percobaan ....................................... 24

11.................................................BAB VII Data

Perhitungan...................................... 25

7.1. BHN (Brinell Hardness Number)............... 25

7.2. % BHN (Brinell Hardness Number)............. 26

7.3. Tabel BHN dan % BHN......................... 27

7.4. Grafik BHN.................................. 28

7.5. Grafik % BHN................................ 29

12.................................................BAB VIII

Analisa.......................................... 30

13.................................................Kesimpulan

................................................. 31

4 | P a g e

14.................................................Daftar

Pustaka ......................................... 32

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul heat treatment.

            Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini berkat

bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari

bantuan dari Koordinator Laboratorium Material Teknik, para Asisten

Laboratorium Material Teknik dan pihak lain yang tidak disebutkan

di sini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang membantu dalam pembuatan laporan ini.

            Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan

ini masih dari jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis

telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim5 | P a g e

penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan,

saran dan kritik guna penyempurnaan laporan ini.

Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Serpong, September 2012

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

 

Heat treatment merupakan suatu perlakuan yang diberikan pada

suatu bahan dengan tujuan agar diperoleh sifat-sifat yang

diinginkan perubahan sifat yang dihasilkan merupakan akibat dari

perubahan struktur mikro yang terjadi sesuai dengan kecepatan laju

pendinginan.

Perlakuan panas meliputi:6 | P a g e

- Proses anil (annealing)

- Proses hardening

- Proses normalisasi

- Tempering

- Proses stress relief

- Proses sheroidzing

- Proses rekristralisasi

- Proses homogenisasi

Pengujian kekerasan pada brinneel ini biasa disebut BHN

(brinnel hardness number). Pada pengujian brinnel akan dipengaruhi

oleh beberapa factor berikut:

1. Kehalusan permukaan.

2. Letak benda uji pada identor.

3. Adanya pengotor pada permukaan.

Pendinginan. Untuk proses Hardening kita melakukan pendinginan

secara cepat dengan menggunakan media air. Tujuanya adalah untuk

mendapatkan struktur martensite, semakin banyak unsur karbon, maka

struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin banyak. Karena

martensite terbentuk dari fase Austenite yang didinginkan secara

cepat. Hal ini disebabkan karena atom karbon tidak sempat berdifusi

keluar dan terjebak dalam struktur kristal dan membentuk struktur

tetragonal yang ruang kosong antar atomnya kecil, sehingga

kekerasanya meningkat.

 a. efek pada struktur mikro dan ukuran butiran

Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan

diperoleh ketika baja dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.7 | P a g e

Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai

berubah menjadi fasa padat pada suhu 13500, pada fasa ini lah

berlangsung perubahan struktur mikro. Perubahan struktur mikro

dapat juga dilakukan dengan jalan heat treatment.

Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan

dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan

komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada

berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat pada Diagram Fase

Keseimbangan (Equilibrium Phase Diagram).

Fig 6.3 Equilibrium phase diagram for iron – iron carbide system

(f.c.c.face – centred cubic: b.c.c. body-cenreed cubic)

  Penjelasan diagram:

Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro

dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical

paling kanan).

Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan sangat getas

8 | P a g e

Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang

sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit. 

Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang

terbentuk adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini

dinamakan titik Eutectoid. 

Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik

eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara

ferit dan perlit. 

Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan

6.67%, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara

perlit dan sementit. 

Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon

rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi

struktur mikro Austenit. 

Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh

turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung

dari leleh menjadi Austenit.

Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses   

pendinginan perubahan – perubahan pada struktur kristal dan 

struktur mikro sangat bergantung pada komposisi kimia.

 b. heat treatment dengan pendinginan tak menerus

Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan

kemudian ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu,

maka akan menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat

dilihat pada diagram: Isothermal Tranformation Diagram.

9 | P a g e

Fig. 6.4 Isothermal transformation diagram for 0.2 C. 0.9% Mn steel

Penjelasan diagram:

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar

karbon dalam baja.

Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan

suhunya dititik tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva

C, akan menghasilkan struktur perlit dan ferit.

Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C

tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan

mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih keras dari perlit).

Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis

horizontal, maka akan mendapat struktur Martensit (sangat keras

dan getas).

Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut

akan bergeser kekanan.

10 | P a g e

Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan,

lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul

butiran yang lebih besar. Semakin cepat pendinginan akan

menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.

c. heat treatment dengan pendinginan menerus

Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material

baja dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi

sampai dengan suhu rendah.

Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro

yang terbentuk dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling

Transformation Diagram.

     Penjelasan diagram:

Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a)

akan menghasilkan struktur mikro perlit dan ferlit.

Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan

menghasilkan struktur mikro perlit dan bainit.

11 | P a g e

Pada proses pendinginan cepat, seperti garis ( c ) akan

menghasilkan struktur mikro martensit.

Dalam prakteknya ada 3 heat treatment dalam pembuatan baja: 

Pelunakan (Annealing) : pemanasan produk setengah jadi pada

suhu 850 - 9500 C dalam waktu yang tertentu, lalu didinginkan

secara perlahan (seperti garis-a diagram diatas). Proses ini

berlangsung didapur (furnace). Butiran yang dihasilkan umumnya

besar/kasar.

Normalizing : pemanasan produk setengah jadi pada suhu 875 –

9800C disusul dengan pendinginan udara terbuka (seperti garis-b

diagram diatas). Butiran yang dihasilkan umumnya berlangsung

bersamaan dengan pelaksanaan penggilingan kondisi panas

(rolling).

Quenching : system pendinginan produk baja secara cepat dengan

cara penyemprotan air pada pencelupan serta perendaman produk

yang masih panas kedalam media air atau oli. Sistem pendinginan

ini seperti garis-c diagram diatas.

Selain dari ketiga system heat treatment diatas ada juga heat

treatment tahap kedua pada rentang suhu dibawah austenit yang

dinamakan Tempering. Pemanasan ulang produk baja ini biasa

dilakukan untuk produk yang sebelumnya di quenching. Setelah di

temper, maka diharapkan produk tersebut akan lebih ulet dan liat.

Struktur mikro dan sifat karakteristik baja dapat disesuaikan

dengan pemilihan heat treatment yang tepat.

Keterangan tambahan:

Ferit biasa dinamakan juga Besi - α12 | P a g e

Austenit dinamakan juga Besi - g

Struktur mikro diatas suhu 13500C dinamakan Besi - d

Proses pendinginan sendiri memiliki dua macam proses, yaitu :

1. Proses pendinginan secara langsung

Proses ini dilakukan dengan cara logam yang sudah dipanaskan

hingga suhu austenite dan setelah itu logam didinginkan dengan cara

mencelupkan logam tersebut ke dalam media pendingin cair, seperti

air, oli, air garam dan lain-lain.

Pada percobaan ini pelaksanaannya menggunakan dua metode,

dimana cara pendinginan untuk ujung yang bawah dengan cara

menyemprotkan air langsung yaitu quench sedangkan untuk ujung yang

lain dilakukan dengan cara normalizing.

Pendinginan di ujung yang disemprot dengan air pendinginannya

lebih cepat daripada ujung yang satunya karena bantuan udara/suhu

ruangan. Jadi laju pendinginan terbesar terjadi di ujung benda uji

yang disemprot air.

2. Proses pendinginan secara tidak langsung

Proses ini dilakukan dengan cara, logam yang telah dipanaskan

sampai dengan suhu austenite setelah itu logam didinginkan dengan

cara menyemprotkan air pada salah satu ujung dari logam tersebut

atau dengan cara didinginkan pada udara terbuka atau temperature

kamar.

Adapun metode-metode pendinginan sebagai berikut :

1. Quenching

Quenching merupakan suatu proses pendinginan yang termasuk

pendinginan langsung. Pada proses ini benda uji dipanaskan sampai13 | P a g e

suhu austenite dan dipertahankan beberapa lama sehingga strukturnya

seragam, setelah itu didinginkan dengan mengatur laju

pendinginannya untuk mendapatkan sifat mekanis yang dikehendaki.

Pemilihan temperature media pendingin dan laju pendingin pada

proses quenching sangat penting, sebab apabila temperature terlalu

tinggi atau pendinginan terlalu besar, maka akan menyebabkan

permukaan logam menjadi retak.

Hasil quench hardening :

menghasilkan produk yang keras tetapi getas

Menghasilkan tegangan sisa

Keuletan dan ketangguhan turun. Fluida yang ideal untuk media

quench agar diperoleh struktur martensit, harus bersifat:

Mendinginkan benda kerja relatif lambat di daerah temperatur

yang rendah, misalnya di bawah temperatur 350˚C agar distorsi atau

retak dapat dicegah.

Proses kombinasi pemanasan dan pendinginan yang bertujuan

mengubah struktur mikro dan sifat mekanis logam disebut Perlakuan

Panas (Heat Treatment). Logam yang didinginkan dengan kecepatan yang

berbeda-beda misalnya dengan media pendingin yang berbeda, air,

udara atau minyak akan mengalami perubahan struktur mikro yang

berbeda. Setiap struktur mikro misalnya fasa martensit, bainit,

ferit dan perlit merupakan hasil transformasi fasa dari fasa

austenit. Masing-masing fasa tersebut terjadi dengan kondisi

pendinginan yang berbeda-beda dimana untuk setiap paduan bahan

dapat dilihat pada diagram Continous Cooling Transformation (CCT)

dan Time Temperature Transformation (TTT) diagram. Masing-masing14 | P a g e

fasa di atas mempunyai nilai kekerasan yang berbeda. Dengan

pengujian Jominy maka dapat diketahui laju pendinginan yang berbeda

akan menghasilkan kekerasan bahan yang berbeda. Pada percobaan

Jominy ini , mampu keras dari suatu baja yang sama akan bervariasi

karena dipengaruhi oleh komposisinya, dimana komposisi tersebut

merupakan komposisi kimia dan terdapat ukuran-ukuran dari setiap

benda uji atau spesimen. Spesimen yang biasa digunakan dalam

percobaan Jominy test ini adalah baja karbon. Pada baja,pendinginan

yang cepat dari fasa austenit menghasilkan fasa martensit yang

tinggi kekerasannya. Untuk pendinginan lambat akan mendapatkan

struktur

Laju pendinginan bergantung pada media pendinginnya juga.

Adapun media pendingin adalah sebagai berikut :

Air

Oli

Udara

Dalam anil

 

15 | P a g e

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Mempelajari fenomena kekerasan pada baja karbon

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan pada

logam

perubahan sifat mekanis bahan akibat pemanasan dan pendinginan

yang dikendalilkan sehingga didapat kekerasan bahan dengan

kecepatan pendinginan akibat proses perlakuan panas yang

dilakukan.

16 | P a g e

BAB III

ALAT DAN BAHAN

a. Benda Kerja

b. Dapur Pemanas

17 | P a g e

c. Alat penguji kekerasan Brinell

d. Mesin ampelas (finishing)

e. Mikroskop mikron

f. Media pendingin (air atau oli)

18 | P a g e

g. Alat penjepit

h. Jangka sorong

i. Spidol

BAB IV

PROSEDUR PERCOBAAN

19 | P a g e

1. Siapkan 4 buah benda kerja

2. Masukkan empat benda kerja tersebut ke dalam dapur furnace,

kemudian naikkan temperaturnya sampai 900 derajat C dan tahan

selama ½ jam

3. Keluarkan 3 buah benda kerja dari dalam dapur furnace, dan

masing-masing dicelup ke dalam air dan sebuah lagi dibiarkan

di udara terbuka

4. Satu benda kerja lagi dibiarkan tetap di dalam dapur sampai

temperatur didalam dapur furnace kembali ke temperatur kamar

5. Benda kerja yang telah selesai didinginkan diratakan salah

satu bagian permukaannya dengan menggunakan ampelas sampai

rata dan halus (gunakan mesin poleshing untuk meratakan

permukaan tersebut). Yaitu dengan kertas amplas ukuran No. 320

sampai dengan ukuran No. 800 secara berurutan dengan arah 90

derajat setiap pergantian nomor kertas amplas.

6. Uji kekerasan benda uji dengan uji kekerasan brinnel dengan 3

titik uji yang berlainan tempat

7. Ukur (diameter) bekas jejak indektor yang timbul dengan

mikroskop mikron.

20 | P a g e

BAB V

TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Sebutkan dan jelaskan metoda yang digunakan unyuk uji

kekerasn dan bagaimana hubungannya.

umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode

pengujian kekerasan, yakni :

1. Brinnel (HB / BHN)

Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk

menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan

material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada

permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian

Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki permukaan

yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor

(Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun

terbuat dari bahan Karbida Tungsten.

Uji kekerasan brinnel dirumuskan dengan :

21 | P a g e

BHN=

Dimana:

BHN = Nilai kekerasan (kg/mm2)

P= Gaya tekan (kg)

D = Diameter bola indentor (mm)

d = Diameter tapak tekan (mm)       

2. Rockwell (HR / RHN)

Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan

menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan

material terhadap indentor berupa bola baja ataupun kerucut

intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.

Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari

besarnya kekerasan dengan metode Rockwell.

HR = E – e

Dimana :

F0        = Beban Minor(Minor Load) (kgf)

F1        = Beban Mayor(Major Load) (kgf)

F          = Total beban (kgf)

e          = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi

dengan  0.002 mm

22 | P a g e

E         = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan

zero reference line yang untuk tiap jenis indentor berbeda-beda

1

HR      = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness

3.      Vikers (HV / VHN)

Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan

menentukan kekerasan suatu material dalam yaitu daya tahan

material terhadap indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai

bentuk geometri berbentuk piramid Beban yang dikenakan juga

jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian rockwell dan brinel

yaitu  antara 1 sampai 1000 gram.

Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi

(koefisien) dari beban uji (F) dengan luas permukaan bekas luka

tekan (injakan) dari indentor(diagonalnya) (A) yang dikalikan

dengan sin (136°/2). Rumus untuk menentukan besarnya nilai

kekerasan dengan metode vikers yaitu :

…………………………………………………………(1)

………………….………………………………………(2)

…………………………………………………………(3)

23 | P a g e

Dimana,

HV      = Angka kekerasan Vickers

F          = Beban (kgf)

d          = diagonal (mm)

 4. Micro Hardness ( knoop hardness )

Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness

testing merupakan pengujian yang cocok untuk pengujian material

yang nilai kekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan untuk

mengukur material yang getas seperti keramik.

Dimana,

HK      = Angka kekerasan Knoop

F          = Beban (kgf)

l           = Panjang dari indentor (mm)

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses heat treatment,

annealing, hardening, normalizing, tempering dan spheroidizing.

Annealing

Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan logam baja hingga di

atas temperatur trasnformasi (723oC) bertujuan untuk mengubah ke24 | P a g e

fasa austenit kemudian didinginkan secara perlahan-lahan

(pendinginan tungku). Tujuan utama pengerjaan ini adalah

softening baja.

Hardening

Perlakuan baja ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga fasa

menjadi austenit dan didinginkan secara cepat (lihat diagram

CCT baja karbon rendah). Media pendinginan cepat seperti air,

oli, garam atau media pendingin lainnya. Tujuan utama perlakuan

ini untuk meningkatkan kekerasan baja.

Normalizing

Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga menjadi

fasa austenit penuh dan didinginkan di udara (pendinginan

tungku) hingga mencapai suhu kamar. Fasa yang dihasilkan

berstruktur ferrite dan pearlite tergantung komposisi unsure

karbon.

Tempering

Perlakuan pemanasan kembali logam baja yang telah dikeraskan

(quenching) dengan pencelupan cepat. Suhu pemanasan adalah agak

rendah dibawah suhu transformasi eutectoid (lihat diagram fasa

biner Fe-C). Tujuan utama yaitu mengurangi nilai kekerasan

logam sehingga keuletan (ductility) logam akan naik. Beberapa

variabel penting dalam perlakuan temper adalah temperatur,

waktu pemanasan dan lain-lain.

Spheroidzing

Perlakuan pemanasan untuk menhasilkan karbida yang berbentuk

bulat (globular) di dalam logam baja.25 | P a g e

3. Dalam perlakuan panas baja dikenal diagram TTT. Gambarkan dan

jelaskan fungsi dari diagram tersebut.

Diagram TTT (Time Temperature Transformation) adalah

diagram yang menghubungkan transformasi austenit terhadap waktu

dan temperatur. Jika dilihat dari bentuk grafiknya diagram ini

mempunyai nama lain yaitu diagram S atau diagram C. Proses

perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh struktur baja yang

diinginkan agar cocok dengan penggunaan yang direncanakan.

Struktur yang diperoleh merupakan hasil dari proses

transformasi dari kondisi awal. Proses transformasi ini dapat

dibaca dengan menggunakan diagram fasa namun untuk kondisi26 | P a g e

tidak setimbang diagram fasa tidak dapat digunakan, untuk

kondisi seperti ini maka digunakan diagram TTT.

4. Mengapa pada umumnya proses perlakuan panas (heat treatment)

pada baja dilalukan pada tempetatur austenisasi (sekitar 9000C).

Karena temperatur tersebut merupakan temperatur di atas minimal

yang dibutuhkan untuk baja karbon menjadi fasa austenite.

5. Gambarkan dan jelaskan tentang diagram fasa besi-karbon.

Penjelasan diagram:

Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro

dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical

paling kanan).

Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan sangat getas27 | P a g e

Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang

sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.

Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang

terbentuk adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini

dinamakan titik Eutectoid.

Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik

eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara

ferit dan perlit.

Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan

6.67%, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara

perlit dan sementit.

Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon

rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi

struktur mikro Austenit.

Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh

turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung

dari leleh menjadi Austenit.

6. Dalam proses perlakuan panas pada baja harus selalu

memperhatikan diagram fasa Fe-Fe3C,

Jelaskan mengapa hal tersebut harus selalu diperhatikan.

Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk

memahami struktur mikro dan sifat-sifat baja karbon, suatu

jenis logam panduan besi (Fe) dan carbon (C). Karbon larut di

dalam besi dalam bentuk larutan padat (solid solution) hingga

0.05% berat pada temperatur ruang. Baja dengan atom karbon28 | P a g e

terlarut hingga jumlah tersebut memiliki alpha ferrite pada

temperatur ruang. Pada kadar karbon lebih dari 0.05% akan

terbentuk endapan karbon dalam bentuk hard

intermetallicstoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal sebagai

cementite atau carbide. Selain larutan padat alpha ferrite yang

dalam kesetimbangan dapat ditemukan pada temperatur ruang

terdapat fase-fase penting lainnya, yaitu delt-ferrite dan

gamma-austenite.

7. Jelaskan proses pembentukan ferit, perlit, bainit,dan martensit

dalam proses heat treatment.

Ferit

Ferit adalah fase larutan padata yang memiliki struktur BCC

(body centered cubic). Secara umum fase ini bersifat lunak

(soft), ulet (ductile) dan magnetic hingga temperatur tertentu

Perlit : merupakan campuran fasa ferit dan sementid sehingga

mempunyai sifat kuat.

Autenit : merupakan sel satuan yang berupa Face Centered Cubic

(FCC = kubus pusat muka), Austenit ini mempunyai sifat Non

magnetis, dan ulet.

Baja martensit

Unsur pemadunya lebih dari 5 %, sangat keras dan sukar dimesin

8. Apa perbedaan baja dan besi ditinjau dari sifat mekanis dan

komposisi kimianya.29 | P a g e

Perbedaan besi dan baja terletak pada kandungan panduan karbon

(C) yang akan menentukan sifat-sifat lain dari besi dan baja

tersebut. Panduan baja mengandung lebih banyak karbon dari

nilai komersialnya dapat dinamakan besi.

9. Jelaskan proses perlakuan panas apa yang tepat dilakukan supaya

alat-alat perkakas (pacul, pisau, kikir, dll) tidak cepat

tumpul.

Sifat mekanis dari perkakas ini dapat diperbaiki lagi dengan

melakukan proses perlakuan panas Hardening dan kemudian

dilanjutkan dengan Tempering yang tepat.

10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan martemper. (gunakan diagram

TTT untuk menjelaskan jawaban saudara).

Martemper adalah perlakuan panas untuk baja melibatkan

austenitisation diikuti dengan langkah pendinginan , pada

tingkat yang cukup cepat untuk menghindari pembentukan ferit ,

perlit atau bainit ke suhu sedikit di atas mulai martensit (Ms)

titik. Perendaman harus cukup panjang untuk menghindari

pembentukan bainit. The advantage of martempering is the

reduction of thermal stresses compared to normal quenching .

Keuntungan dari martempering adalah penurunan tegangan termal

dibandingkan normal pendinginan . This prevents cracking and

minimises distortion . Hal ini mencegah retak dan meminimalkan

distorsi

30 | P a g e

11. Buatlah analisa mengenai pengaruh laju pendinginan terhadap

kekerasan dari hasil percobaan saudara (gambarkan dengan grafik

dan diagram TTT)

Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material

baja dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi

sampai dengan suhu rendah.

Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro

yang terbentuk dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling

Transformation Diagram. 

Penjelasan diagram:

31 | P a g e

Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a)

akan menghasilkan struktur mikro perlit dan ferlit.

Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan

menghasilkan struktur mikro perlit dan bainit.

Pada proses pendinginan cepat, seperti garis ( c ) akan

menghasilkan struktur mikro martensit. 

12. Jelaskan hubungan antara kekerasan dengan kekuatan tarik suatu

bahan.

Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis

lokal akibat penetrasi pada permukaan.

Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada

ukuran mula.

BAB VI

DATA PERCOBAAN

32 | P a g e

BAB VII

DATA PERHITUNGAN33 | P a g e

No MediaPendingin

an

Pengukuran drata-rata(mm)

V d1 (mm)H

V d1 (mm)H

V d1 (mm)H

1 Air 36

3,000

2,800

3,200

3,300

3,300

3,100

2 Oli 3,800

4,200

3,800

3,800

4,500

4,200

4,050

3 Udara 4,400

4,500

4,500

4,500

4,300

4,500

4,450

4 Anil 4,500

4,700

4,500

4,500

4,500

5,000

4,617

5 TP 4,300

4,250

4,100

4,200

4,400

4,300

4,258

Catatan:

D = 10 mm

P = 2000 kgf

7.1. Rumus BHN (Brinner Hardness Number/Nomor Uji Kekerasan)

34 | P a g e

7.2. Rumus BHN (Brinner Hardness Number/Nomor Uji Kekerasan)

35 | P a g e

7.3. Tabel BHN dan % BHN

No Perlakuan BHN % BHN

1 Air 62,755 48,243 %2 Oli 109,150 9,98 %3 Udara 133,082 -9,757 %4 Anil 142,439 -18,299 %5 TP 121,251 0 %

36 | P a g e

7.4. Grafik BHN

37 | P a g e

7.5. Grafik % BHN

38 | P a g e

BAB VIII

ANALISA

Dari percobaan diatas dapat diketahui fase martensit

terjadi pada spesimen yang terkena perlakuan anil

sedangkan fase ferit terjadi pada spesimen yang terkena

perlakuan air.

Berdasarkan perhitungan nilai BHN diperoleh hasil

kekerasan pada spesimen yang terkena perlakuan air 62,755

kgf/mm, oli 109,150 kgf/mm, udara 133,82 kgf/mm, anil

142,439 kgf/mm dan tanpa perlakuan 121,251 kgf/mm.

Proses dengan perlakuan anil (annealing) menghasilkan

kekerasan yang paling besar diantara lainnya karena

ukuran butir mikrostruktur suatu bahan meningkat,

menyebabkan perubahan pada sifatnya seperti kekuatan dan

kekerasan.

39 | P a g e

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara laju pendinginan

dengan tingkat kekerasan, selain itu, ada factor lain yang

mempengaruhinya, yaitu media pendingin yang digunakan, kadar

karbon, bentuk struktur logam, dan unsure paduan dari logam

tersebut. Semakin cepat laju pendinginan, semakin tinggi nilai

kekerasan dan semakinn banyak struktur martensit yang

dihasilkan atau terbentuk.

40 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.proz.com/kudoz/english_to_indonesian/

metallurgy_casting/3471937-annealing.html41 | P a g e

43 | P a g e