View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ekonomi merupakan ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam
mengoptimalkan pengambilan keputusan atas alternatif pilihan terbaik pemanfaatan
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.Konsumen, berupaya
mengoptimalkan pilihan konsumsinya agar dapat memaksimalkan kepuasan (utilitas)
dengan anggaran belanja yang terbatas. Sementara itu produsen, akan berusaha memilih
alternatif terbaik penggunaan sumberdaya produktif yang mereka miliki untuk
memaksimalkan profit atau keuntungan. (Tim Teaching dosen2011)
Ilmu ekonomi dibagi ke dalam dua cabang utama yaitu mikroekonomi dan
makroekonomi.Mikroekonomi mengkaji perilaku unit ekonomi individual. Unit-unit ini
mencakup konsumen, pekerja atau buruh, para penanam modal, pemilik
lahan,perusahaan atau unit bisnis, dan setiap individu atau entitas yang memainkan
peranan dalam kinerja perekonomian. Mikroekonomi menjelaskan cara dan alasan unit-
unit ekonomi ini mengambil keputusan pembelian dan bagaimana pilihan-pilihan
mereka dipengaruhi oleh harga dan pendapatan yang senantiasa berubah. Mikroekonomi
juga menjelaskan bagaiman perusahaan memutuskan berapa orang pekerja yang akan
dipekerjakan dan dalam jangka waktu berapa lama, bagaimana pekerja-pekerja tersebut
memutuskan di mana akan bekerja dan pada tingkat upah berapa serta berapa jam kerja
yang dialokasikan. Bidang kajian mikroekonomi lain yang tak kalah penting adalah
tentang bagaimana unit-unit ekonomi berinteraksi satu sama lain untuk membentuk
unit-unit yang lebih besar yaitu pasar dan industri, Sebaliknya makroekonomi, mengkaji
perekonomian berdasarkan unit analisis agregat, seperti tingkat dan laju pertumbuhan
produksi nasional, suku bunga, pengangguran dan inflasi.
(Pindyck dan Rubinfeld, 2001).
Didalam mikro ekonomi terdapat salah satu cabang ilmu yaitu ekonomi produksi
ekonomi pertanian.Ilmu ekonomi produksi pertanian disini mengkaji teori-teori
ekonomi yang berkaitan dengan produksi komoditas pertanian. Beberapa fokus kajian
ekonomi produksi pertanian antara lain: tujuan yang melatarbelakangi perilaku produksi
pertanian. Pada umumnya pakar ekonomi produksi pertanian mengasumsikan tujuan
produksi pertanian adalah memaksimalkan profit.Dengan demikian pengukuran biaya
dan penerimaan usahatani menjadi hal penting.Namun fakta menunjukkan bahwa tujuan
pribadi petani sebagai manajer usahatani spesifik dan unik.Adakalanya tujuan usahatani
adalah mengakumulasi lahan sebagai kapital, memperluas pengaruh sosial dan
sebagainya. Dan pilihan output yang diproduksi. Petani harus menetapkan pilihan
komoditi yang akan ditanamnya pada musim tanam tertentu. (Tatiek, 2011)
Ilmu ekonomi produksi pertanian ini dilatarbelakangi oleh keinginan produsen
untuk memaksimalkan keuntungan terhadap hasil produksinya. Sehingga dalam laporan
praktikum mata kuliah ekonomi produksi kali ini penulis akan menyajikan data
mengenai seberapa penting teori ekonomi produksi ini untuk aplikasi dalam kegiatan
usahatani petani di desa Sekarpuro Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan kegiatan ekonomi produksi dalam
usahatani?
1.2.2 Bagaimanakah kegiatan ekonomi produksi petani sampel dalam
melakukan usahatani?
1.2.3 Bagaimanakah kegiatan ekonomi produksi petani sampel dalam
melakukan usahatani jika dibandingkan dengan literatur?
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan kegiatan ekonomi produksi
dalam usahatani
1.3.2 Agar mengetahui kegiatan ekonomi produksi petani sampel dalam
melakukan usahatani
1.3.3 Agar mengetahui kegiatan ekonomi produksi petani sampel dalam
melakukan usahatani jika dibandingkan dengan literatur yang ada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekonomi Produksi
Menurut (Sri Adiningsih, 1994) ekonomi produksi adalah suatu proses
mengubah input menjadi output sihingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat
terdiri dari barang atau jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah
barang atau jasa yang di hasilkan dari suatu proses produksi. (Anonymous a, 2012)
2.2 Penjelasan Produksi dengan Satu Input Variabel
Menurut (Sahibul Munir, 2012) produksi dengan satu input variabel adalah
hubungan antara tingkat produksi dengan satu macam faktor produksi yang digunakan ,
sedangkan faktor faktor produksi yang lain dianggap penggunaannya tetap pada tingkat
tertentu (ceteris paribus).
Dalam analisis produksi dengan satu input variabel diasumsikan bahwa semua
faktor produksi selain tenaga kerja (L) dianggap tetap. Sehingga fungsi produksi
dengan satu input variabel : Q = f (L). Fungsi produksi dengan satu input variabel
tunduk pada hukum “Law Of Diminishing Return” yang menyatakakan : bila satu
macam input (Labor) penggunaannya terus ditambah sebanyak satu unit, sedangkan
input – input yang lain konstan, pada mulanya produksi total akan semakin banyak
pertambahannya. Tetapi sudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan
tersebut semakin menurun dan pada akhirnya mencapai nilai negative. Keadaan ini akan
menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya, akhirnya ia mencapai
tingkat maksimum dan kemudian menurun.
Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan kurva, sebagai berikut :
Gambar 1 Kurva Satu Input Variabel
Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan :
Y = f (X1/ X2, X3, ….., Xn)
Produk Y adalah fungsi dari faktor produksi X1, jika faktor-faktor produksi X2, X3,
……, Xn ditetapkan penggunaannya pada suatu tingkat tertentu. Jadi, satu-satunya
faktor produksi yang dapat diubah jumlah penggunaannya adalah faktor produksi X1.
(Munir, 2012)
2.3 Maksimisasi Profit Satu Input dan Satu Onput
Untuk memaksimalkan keuntungan (π) produsen harus memaksimalkan selisih
antara penerimaan dan biaya produksi.
π= TVP-TFC, Atau π=p0y-v0x
Gambar 2 Kurva TVP, TVC, AC, MC
Gambar 2 mengilustrasikan fungsi TVP,TFP dan fungsi keuntungan. Fungsi
profit atau fungsi keuntungan dapat dengan mudah digambarkan sebab gambar tersebut
merupakan jarak vertikal antara TVP dan TFC. Bila TFC lebih besar daripada TVP,
keuntungan akan bernilai negatif dan fungsi produksi berada di bawah aksis horisontal.
Kondisi ini terjadi pada tahap awal dan akhir penggunaan input. Keuntungan sama
dengan nol bila TVP=TFC. Kondisi ini terjadi di dua titik pada gambar yaitu pada saat
fungsi keuntungan memotong aksis horisontal.Level penggunaan input yang
memaksimalkan keuntungan dapat dicari dengan menyamakan VMP input dengan
MFC, di bawah asumsi persaingan sempurna yaitu harga input dan output konstan.
Slope dari nilai total kurva produk akan sama dengan slop kurva biaya input total. VMP
adalah slope dari nilai total kurva produk, dengan asumsi harga output konstan. Dengan
asumsi yang sama, slope kurva biaya total input adalah MFC.
Fungsi profit memiliki slope nol pada kedua titik ini. Kedua titik tersebut
berhubungan dengan titik-titik di mana slope kurva TVP sama dengan slope kurva TFC.
Titik pertama terhubung dengan titik minimisasi keuntungan dan titik kedua terhubung
pada titik maksimisasi keuntungan. Secara matematis hubungan tersebut dinyatakan
sebagai berikut:
Slope fungsi profit dapat disusun dengan menggunakan notasi ∆ sebagai ∆π/∆x,
sehingga :∆π/∆x = ∆TVP/∆x - ∆TFC/∆x
Slope fungsi sama dengan nol pada titik maksimalisasi profit dan pada titik
minimalisasi profit. Oleh karena itu slope fungsi TVP (∆TVP/∆x) harus sama dengan
slope fungsi TFC (∆TFC/∆x) pada titik maksimalisasi profit.
Untuk mencari nilai maksimum atau minimum fungsi keuntungan, perlu
ditempatkan titik-titik pada fungsi keuntungan yang berslope nol. Jika slope fungsi
sama dengan nol, maka turunan pertama juga sama dengan nol, sebab turunan pertama
setiap fungsi adalah persamaan yang merepresentasikan slope fungsi tersebut. Oleh
karena itu untuk mencari lokus titik-titik tersebut turunan pertama fungsi keuntungan
disetarakan dengan nol.
Petani akan memaksimalkan profit dengan beroperasi di daerah produksi II,
sebab pada daerah I penggunaan input belum maksimal (underutilization of input)
sementara pada daerah ke III terjadi over utilisasi input. (Tatiek, 2012)
2.4 Biaya, Penerimaan, Keuntungan dari Sisi Output
Ada dua jenis biaya dalam biaya produksi, yaitu:
Biaya variabel (variable cost, VC) adalah biaya produksi yang berubah sesuai
dengan level output yang diproduksi oleh petani. Sebagai contoh, selama satu
musim tanam, biaya variabel yang digunakan untuk memproduksi tanaman
jagung adalah biaya yang dialokasikan untuk membeli input variabel seperti
pupuk, benih, dan obat- obatan.
π= TVP-TFC
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani baik
apakah petani melakukan proses produksi maupun tidak. Dengan kata lain biaya
tetap tidak berubah menurut level output yang dihasilkan. Sebagai contoh, biaya
tetap yang pada umumnya harus dianggarkan oleh petani adalah biaya untuk
membangun gudang, membeli peralatan mesin pertanian dan sebagainya. Biaya
variabel umumnya dinyatakan dalam satuan output (y), jarang sekali diukur
dalam satuan input (x), sebab dalam praktek usahatani dijumpai lebih dari satu
jenis input. Persamaan umum fungsi biaya variabel adalah: VC=g(y).
Sedangkan penerimaan adalah seluruh hasil panen/produksi dari produsen ketika
ia menjualnya pada harga pasar, ia akan mendapat pendapat penerimaan sebesar TR.
fungsi TR adalah garis lurus dengan slope positif yang konstan sebesar p0.
, di mana p0 adalah harga pasar konstan dan y adalah output.
Gambar 3 Kurva fungsi profit
TR=p0.y
Keuntungan petani/produsendirumuskan sebagai berikut:
Profit (keuntungan) tertinggi akan dicapai pada saat selisih antara TR dan TC paling
besar. Jarak vertikal terjauh antara TR dan TC tercapai pada titik di mana slope TR
sama dengan slope TC. Pada titik pertama TC di atas TR, sehingga titik ini
menunjukkan profit yang minimal. Titik yang kedua menunjukkan profit maksimal.
Profit minimum dicapai pada titik di mana slope dari fungsi produksi sama dengan nol,
sehingga:
π / dy = dTR / dy – dTC / dy = 0
Diketahui bahwa dTR/dy menunjukkan slope TR dan dTC/dy adalah slope TC. Slope
TR mencerminkan MR. Slope TC sebagaimana telah diketahui merupakan biaya
marginal (MC). Dengan demikian persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Di bawah asumsi pasar persaingan, di mana harga output dianggap konstan, tambahan
unti output dapat dijual hanya pada harga pasar yang berlaku yaitu p0. Oleh karena itu
MR=p0 atau dTR/dy=p0=MR. (Tatiek, 2012)
2.5 Petani Gurem dan Kecenderungan Menghadapi Resiko
2.5.1 Teori tentang Petani Gurem
Teori risk averse peasant mengasumsikan rumah tangga petani sebagai unit
optimasi ekonomi individual. Aspek resiko dan ketidakpastian yang berkenaan dengan
hubungan sosial produksi petani seringkali diabaikan, padahal dalam rumah tangga
petani terdapat tarnsaksi non pasar yang merupakan moral ekonomi dari masyarakat
petani. Selanjutnya paradigma analisis akan bias sebab meluasnya ekonomi pasar, akan
memaksa petani berhadapan dengan resiko baru yang mengikis interaksi sosial non
pasar sedemikian sehingga ketahanan subsistensi menurun dan tekanan persaingan
meningkat. Dampak diabaikannya unsur ketidakpastian dalam rumahtangga seperti sub
ordinasi wanita ataupun yang lainnya menyebabkan bias dalam analisis resiko.
π = TR – TC
MR – MC = 0
atau
MR = MC
Ketidakpastian memberikan dampak terhadap perilaku ekonomi rumah tangga
petani.Seiring tingginya ketidakpastian (uncertainty) yang dihadapi oleh rumahtangga
petani terutama di negara-negara sedang berkembang mengakibatkan meluasnya resiko
dan ketidakpastian dalam produksi pertanian memiliki implikasi penting terhadap
analisis ekonomi dan interpretasi atas prospek di masa mendatang.
Jenis-jenis Ketidakpastian (Uncertainty):
a. Kendala alamiah (Natural Hazard) seperti iklim, hama, penyakit dan bencana
lainnya. Faktor determinan tersebut sangat berpengaruh pada produksi dan
panjangnya siklus produksi.
b. Fluktuasi Pasar yaitu adanya kesenjangan (lag) antara keputusan untuk memulai
suatu usahatani dengan pencapaian output menunjukkan bahwa harga pasar pada
titik penjualan tidak diketahui pada saat keputusan ditetapkan.
c. Ketidakpastian akibat hubungan sosial merujuk pada perbedaan kontrol petani
atas sumber daya (resources) tertentu dan ketergantungan hidup sekelompok
petani kepada kelompok lain (dalam hal ini pemilik tanah dan faktor produksi
melalui sistem bagi hasil).
d. Ketidakpastian akibat perang dan kondisi Negara. (Tim Teaching Dosen, 2012).
2.5.2 Petani Gurem dalam Menghadapi Resiko
Menghindari resiko menyebabkan penggunaan input tidak efisien, dimana E(MVP)
lebih besar dari MFC. Teori perilaku petani gurem yang cenderung menolak resiko dan
teori perilaku maksimasi profit erat kaitannya dengan intervensi pemerintah yang
betujuan menekan dampak resiko atas produktivitas dan pertumbuhan pertanian. Upaya
kebijakan yang ditempuh adalah menggeser imperfeksi pasar ke arah model persaingan,
sehingga diperlukan adanya kebijakan seperti irigasi, asuransi usahatani, teknik
pembibitan, stabilisasi harga produk, mengembangkan informasi pasar, pemberian
kredit kepada petani gurem, dan diperlukan keterlibatan politis yang cukup besar untuk
dapat memperbaiki kondisi kesejahteraan petani gurem di masa mendatang. (Tim
Teacing Dosen, 2011)
2.6 Petani Penyakap Hasil
2.6.1 Pengertian Petani Penyakap Bagi Hasil
Sharecropping atau bagi hasil adalah salah satu bentuk penyakapan di mana
sewa lahan atau biaya pemakaian lahan diwujudkan dalam persentase output fisik total
yang diperoleh selama musim tanam tertentu. Karena proporsi bagi hasil umumnya
tetap, maka gambaran penting yang dapat kita peroleh dari kondisi ini yaitu bahwa
besarnya nilai absolut pemakaian lahan bervariasi sesuai dengan hasil panen yang
diperoleh per musim tanam.(Junnia, 2012)
2.6.2 Tipe Penyakapan
Terdapat berbagai tipe penyakapan berdasarkan sewa musiman baik dalam
bentuk tunai maupun natura atau bentuk lainnya. Akses atas sistem bagi hasil juga dapat
ditinjau dari:
a. hukum tanah adat,
b. pemilikan lahan bebas,
c. pemakaian tenaga kerja pertanian upahan.
Sharecropping banyak dijumpai di berbagai belahan dunia terutama di Asia
Selatan dan Tenggara. Sistem bagi hasil melibatkan interaksi antar rumahtangga
berdasarkan penguasaan lahan dan sumberdaya lain. Bentuk interaksi yang paling
kompleks terdiri dari kontrak multi strata antar rumahtangga, meliputi: penggunaan
lahan, kredit, pinjaman untuk konsumsi, harga input, akses terhadap pasar, dan
sebagainya. Dalam seluruh kasus yang ada karakter interaksi yang terjadi menggeser
penekanan analisis pengambilan keputusan rumahtangga secara individual ke bentuk
analisis yang lebih interaktif.Ekonom neoklasik cenderung memandang sistem sakap
sebagai suatu konsep teoritis yang menarik untuk dikaji, sementara para ekonom
Marxian memandang sistem sakap ini sebagai salah satu bentuk eksploitasi pemilik
lahan terhadap buruh tani dan atau petani gurem. Ekonom neoklasik memandang
usahatani bagi hasil sebagai puzzle karena ketidakmampuan analisis ekonomi yang
sudah ada untuk menjelaskan aspek tertentu dari sistem sakap sebagai suatu institusi,
antara lain:
a. Tuduhan bahwa sistem ini kurang efisien dan tidak terbuka terhadap informasi,
b. Adanya koeksistensi historis antara sharecropping di lokasi yang sama dengan
penyakapan tunai dan pertanian kapitalis,
c. Sistem bagi hasil yang berlaku antara pemilik lahan dan penyakap seringkali
tidak dapat dijelaskan hanya dengan kriteria optimisasi .
Sudut pandang yang menyatakan penyakapan sebagai salah satu bentuk eksploitasi
menyandarkan rasionalisasi mereka pada fakta adanya pemusatan kekuatan ekonomi
dari kelompok pemilik lahan dan kuatnya kontrol kelompok ini atas petani penyakap
dan tunakisma. Hubungan antara kedua sudut pandang di atas terletak pada konsep
keterkaitan pasar input yang mencerminkan tidak adanya kebebasan antar pasar input
yang berbeda ketika berbagai transaksi seperti tanah, tenaga kerja, pinjaman konsumsi
dan biaya input dikaitkan dengan kontrak penyakapan tunggal.(Junnia, 2012)
2.6.3 Kompleksitas Praktek Penyakapan
Kompleksitas praktek penyakapan perlu diperhatikan sebab perlakuan teoritis
seringkali melakukan berbagai simplifikasi:
1. Dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun konsep sharecropping
melibatkan transaksi simultan antar dua pasar input yakni pasar lahan dan tenaga
kerja.
2. Kontrak sharecropping memiliki ruang lingkup yang luas dan mungkin
mencakup pinjaman untuk konsumsi, kredit produksi, layanan jasa dari anggota
keluarga penyakap terhadap pemilik lahan, perjanjian untuk menanggung biaya
input bersama.
3. Sharecropping tidak selalu mencerminkan perbedaan kelas yang jelas antara
pemilik lahan dengan penyakap atau tunakisma. (Junnia, 2012)
2.6.4 Komponen Analisis Penyakap bagi Hasil
Komponen analisis sharecropping dan keterkaitan pasar faktor produksi
meliputi:
1) Model mikroekonomi sharecropping dalam lingkungan yang kompetitif.
2) Rasionalisasi konsep sharecropping dalam dimensi aversi resiko, teori
bargaining dan imperfeksi pasar.
3) Analisis keterkaitan pasar faktor produksi.
4) Pertanyaaan seputar eksploitasi dalam sharecropping.
5) Implikasi kebijakan yang dapat diperoleh dari kajian ekonomi sharecropping.
6) Beberapa perspektif yang lebih luas. (Junnia, 2012)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan Ekonomi Produksi dalam Melakukan Usahatani Petani Sampel
3.1.1 Identitas dan Karakteristik Petani Sampel
Nama petani sampel ini adalah Bapak Samdani. Beliau bertempat tinggal di desa
Sekarpuro Rt 14 RW 08 Kecamatan Pakis.Pak Samdani berumur 60 tahun dengan
pekerjaan utama di mebel (dengan gaji Rp 50.000 per hari), sedangkan untuk
berusahataninya hanya sebagai pekerja sampingan.Pendidikan terakhir Beliau adalah
tamat SD. Bapak Samdani ini memiliki anggota keluarga hanya 1 orang (istri saja),
diakrenakan di rumah tempat tinggalnya Beliau hanya hidup dengan istri tanpa ada anak
(anak-anaknya yang berjumlah 3 orang masing-masing sudah berkeluarga dan tinggal
pisah dengan beliau).
3.1.2 Pendahuluan Ekonomi Produksi
Selama wawancara dengan Bapak Samdani, beliau mengatakan bahwa selama
menjadi petani komoditas yang ditanam oleh beliau adalah komoditas padi.Pak Samdani
memilih jenis konoditas padi ini dikarenakan beberapa aspek, yaitu yang pertama aspek
ekonomi, sejak tahun 1980an untuk permintaan beras di pasar mengalami kenaikan. Hal
ini dikarenakan pada saat pemerintahan Bapak Soeharto tengah menggalakkan
usahatani padi tersebut, selain itu dari segi teknologi pertanian dan perkembangan
varietas baru benih padi tengah ramai dibicarakan oleh masyarakat, sehingga Pak
Samdani ini memilih berusaha tani padi. Yang kedua aspek sosial atau budaya, dari
riwayat keluarga turun temurun keluarga beliau ini sudah berusaha tani padi sejak tahun
1980an, sehingga pada akhirnya usahatani keluarga ini dilanjutkan oleh Bapak
Samdani.Ketiga yaitu aspek politik, di masa dahulu awal Bapak Samdani ini
berusahatani tidak lepas dari program pemerintah yang saat itu tengah menggalakkan
program swasembada beras.Sehingga dari Bapak Samdani ini memutuskan untuk
berusahatani padi.Keempat yaitu aspek ekologi.Dari karakteristik ekologi lingkungan
tempat beliau tingggalcocok untuk ditanami tanaman budidaya jenis padi.Hal ini
dikarenakan lokasi tempat tinggal beliau termasuk dalam dataran rendah, sehingga
tanaman yang cocok dibudidayakan adalah dari jenis cerealia (termasuk padi).
Cara budidaya komoditas tanaman padi Bapak Samdani ini dari pengolahan
tanahnya menggunakan traktor milik pribadi.Untuk perawatan padinya biasanya Bapak
Samdani ini memulai masa tanam pada awal bulan Mei (biasanya pada musim hujan)
dan masa panen pada 5 bulan kemudian.
Komoditas padi ini menggunakan faktor produksi dengan data dibawah ini:
Input Tetap Biaya Input Variabel Biaya
Traktor (1 masa tanam) Rp 145.000,00 Benih padi (5 kg) Rp 35.000,00
Pupuk
Urea (75 kg)
ZA (40 kg)
Rp 150.000,00
Rp 85.000,00
Total Rp 145.000,00 Rp 270.000,00
Model satu input satu output3.1.3 Produksi dengan Satu Input Variabel
No Perincian Satuan Harga satuan (Rp) Nilai (Rp)
Modal : 1.000.000,00
Jumlah Pengeluaran:
Rp 415.000,00
1. Bibit 5 kg Rp 7.000,00/kg Rp 35.000,00
2. Pupuk
Urea
ZA
75 kg
40 kg
Rp 2.000,00/kg
Rp 2.125,00/kg
Rp 150.000,00
Rp 85.000,00
3. Peralatan
Sewa traktor 1 kali
masa
tanam
Rp 145.000,00 Rp 145.000,00
Jumlah Rp 415.000,00
1. Produksi dan Nilai Produksi
No Komoditi Jumlah
Prod
uksi
Nilai
Produksi
(Rp)
Dijual
Jumlah
(Rp)
Dikonsumsi
Jumlah (Rp)
Kete
rangan
1. Padi 9 kuintal 3.240.000,00 720.000,00 2.520.000,00 Dijual 2
kuintal
Dikonsu
msi7
kuintal
3.1.4 Maksimisasi Profit Satu Input dan Satu Output
Kuantitas produk padi yang dihasilkan Bapak Samdani ini menghasilkan 2 kuintal
gabah basah dengan harga per kuintal gabah sebesar Rp 360.000,00. Pak Samdani ini
menjual gabah basahnya langsung ke tengkulak yang sacara rutin datang ke Beliau saat
masa panen tiba untuk membeli gabah basah langsung dari sawahnya, sehingga Beliau
tidak mengeluarkan biaya pengeluaran lain untuk penggilingan padi menjadi gabah
kering.
Input yang digunakan dalam usahatani Pak Samdani diuraikan sebagai berikut:
Input Biaya
Benih padi Rp 35.000,00
Sewa Traktor Rp 145.000,00
Pupuk
Urea
ZA
Rp 150.000,00
Rp 85.000,00
Total Rp 415.000,00
Keuntungan Rp 305.000,00
3.1.5 Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan dari Sisi Output
Luas lahan budidaya Pak Samdani berjumlah 0,25 ha dengan proporsi
penggunaan lahan ditanami tanaman padi seluruhnya seluas 0,25 ha.. Berikut
rinciannya:
Jenis Tanaman Luas Tanam (ha) Jumlah Produksi
Padi 0,25 900 kg
Pengeluaran biaya tetap dalam usahatani Pak Samdani dijelaskan sebagai
berikut:
Jenis Pengeluaran Satuan Harga Satuan Total Biaya
Sewa traktor 1 kali masa tanam Rp 145.000,00 Rp 145.000,00
Input variabel yang digunakan (dalam satu kali produksi) adalah yang pertama
untuk kebutuhan benih tanaman padi memerlukan 5 kg benih dengan harga Rp 7.000,00
per kg. Sehingga total pengeluaran untuk benih padi seluruh lahan sebesar Rp 35.000,00
dengan rata-rata total pengeluaran jumlah benih padi sebsar Rp 7.000,00 per kg. Kedua
yaitu untuk kebutuhan pupuk. Pada lahan budidaya padinya, Pak Samdani memakai dua
jenis pupuk yaitu jenis urea sebanyak 75 kg dengan harga sebesar Rp 2.000,00 per kg
dan total harga sebanyak Rp 150.000,00 serta jenis ZA sebesar 40 kg dengan harga
sebesar Rp 2.125,00 per kg dan total harganya Rp 85.000,00.
Total pengeluaran untuk pupuk pada seluruh lahan budidaya padi Pak Samdani
menjadi sebesar Rp 240.000,00 dengan jumlah keseluruhan pupuk yang digunakan
sebanyak 105 kg, sehingga didapat hasil rata-rata total pengeluaran untuk jumlah pupuk
sebesar Rp 2.285,7 per kg.
Untuk kebutuhan pestisida Pak Samdani ini tidak menggunakan jenis atau merk
pestisida tertentu, sehingga tidak dicantumkan input kategori pestisida. Sehingga untuk
serangan hama yang ada dilahan budidaya padinya beliau menggunakan cara manual
seperti diambil langsung atau menggunakan musuh alami yang ada di lahan sawah
tersebut.
Demikian pula untuk input kategori tenaga kerja, disini Pak Samdani tidak
menggunakan tenaga kerja orang lain dalam penggarapan lahan sawahnya mulai dari
proses pengolahan tanah, penanaman, perawatan, hingga panen. Melainkan dikerjakan
sendiri oleh beliau, hal ini dilakukan agar dapat meminimalisir biaya produksi yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, didapat hasil persamaan biaya sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
= TFC + (αx1 + βx2)
= Rp 145.000,00 + (Rp 35.000,00 + Rp 245.000,00)
= Rp 415.000,00
Total penerimaan hasil penjualan gabah basah didapat hasil:
TR = P x Q
= Rp 360.000,00/kuintal x 2
= Rp 720.000,00
Apabila dinyatakan dalam per kg-nya, makauntuk total kuantitas produksi seluruh
komoditas lahan budidaya Pak Samdani (karena hanya satu komoditas, yaitu padi)
berjumlah 200 kg, dengan rata-rata total penerimaan sebesar Rp 3.600/kg.
Berdasarkan hasil uraian diatas diketaui bahwa jika dibandingkan antara hasil
TR dan TC terdapat perbedaan hasilnya, dimana total TR sebesar Rp 720.000,00 dan
total TC sebesar RP 415.000,00.Sehingga dari hasil perbandingan dapat dilihat bahwa
usahatani Pak Samdani mengalami keuntungan, yaitu sebesar Rp 305.000,00.
3.2 Kegiatan Ekonomi Produksi Usahatani Sampel Dibandingkan dengan
Literatur
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Junnia.2012. Petani Penyakap Bagi Hasil(online).http:// blog.ub. ac. id/ jun nia/ files
/2012 /04/ modul-8.pdf.Diakses 14 Mei 2013.
Sahibur, Munir. 2012. Kumpulan Ilmu Ekonomi Makalah Perencanaan Strategi
Peningkatan Produksi Pertanian di Kabupaten Tanah Datar Guna
Meningkatkan Kesejahteraan Petani (Online). www. Blogspot.com. Diakses
pada 11 Mei 2013.
Tim Teaching Dosen. 2011. Modul Kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian. Malang:
Faklutas Pertanian Universitas Brawijaya.
Tim Teaching Dosen. 2012. Modul Kuliah Ekonomi Produksi Pertanian. Malang:
Malang: laboratorium ekonomi pertanian jurusan sosial ekonomi pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Koerniawati, Tatiek. 2012. Ekonomi Produksi Pertanian: Teori dan Aplikasi di
Indonesia (modul 3 dan 4 perkuliahan). Malang: laboratorium ekonomi
pertanian jurusan sosial ekonomi pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
BAB VI
DOKUMENTASI DAN KUISIONER
Rumah Bapak Samdani
Recommended