View
134
Download
6
Category
Preview:
Citation preview
c. Metode Pengendalian Pekerjaan
1. KENDALI MUTU
Disetiap tingkatan tim pengawas diperlukan disiplin yang tinggi untuk menerapkan tata cara
pengendalian mutu baik yang menyangkut mutu kerja dan mutu hasil kerja Kontraktor dan
Konsultan.
Pengendalian mutu memegang peranan yang sangat penting karena berkaitan dengan cara
kerja kontraktor dan konsultan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pelaksanaan
dilapangan diterapkan sistem kendali mutu yang diterapkan dari awal dengan penjelasan
yang detil mengenai sistem ini pada saat praconstruction meeting. Sistem kendali mutu ini
akan disiapkan oleh konsultan secara sistematis dengan form – form yang telah dibuat
sebelumnya. Form tersebut akan dibahas pada saat awal konstruksi sehingga dapat
dievaluasi dengan baik dan dilakukan perubahan perubahan seperlunya oleh konsultan
apabila ada hal hal yang perlu disesuaikan dengan keadaan masing masing peroyek.
Dengan diterapkannya secara khusus sistem ini maka akan semakin mudah untuk
melakukan kontroling dalam bidang mutu dan diharapkan pelaksanaan pekerjaan juga dapat
dilaksanakan dengan lebih cepat dan bermutu.
2. STANDARISASI
Perlu dilakukan standarisasi prosedur, tata cara kerja, pelaporan, dan hal lainnya yang
terlibat dengan pengawasan di lapangan. Standarisasi kami anggap sangat penting dalam
menyamakan presepsi dalam pelaksanaan dilapangan, menghindari perbedaan perbedaan
antara konsultan dan kontraktor dalam pemahaman Management proyek secara umum dan
secara khusus. Penerapan ini secara langsung dapat mendukung tertib administrasi dari
sejak awal hingga akhir proyek sehingga pada saat PHO segala hal yang menyangkut
administrasi dapat dipenuhi dengan baik dan benar. Standarisasi ini saling mendukung
antara sistem kendali mutu yang diterapkan sehinggga dapat menciptakan iklim pelaksanaan
yang kondusif dan persoalan persoalan rutin yang sering dijumpai dapat diselesaikan
dengan cepat.
3. METODOLOGI PENGENDALIAN PEKERJAAN
Pada bagian ini akan menjelaskan secara detail metode yang digunakan oleh Konsultan
untuk melaksanakan jasa layanan pengawasan teknik jalan dari beberapa aspek seperti
aspek pemeriksaan (testing / inspection), pengawasan (supervision), masalah administrasi
kontrak (contract administration), kemajuan pelaksanaan (construction progress), jaminan
1
kualitas (quality assurance), rapat dan pelaporan (meeting & reporting), serta pemeliharaan.
Secara umum pengawasan teknik jalan meliputi :
Pengendalian teknis : aspek mutu, volume, waktu, biaya.
Pengendalian atas proses koordinasi terkait.
Pengendalian administrasi proyek.
Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Kerja
Pelaporan.
Untuk lebih jelasnya pada Gambar 1 disajikan Bagan Alir Kegiatan Supervisi.
3.1. PENGENDALIAN TEKNIS
Lingkup pengendalian antara lain meliputi :
Aspek mutu hasil pekerjaan.
Aspek volume pekerjaan.
Aspek waktu penyelesaian pekerjaan.
Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.
Konsultan akan mengendalikan pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh
Kontraktor dengan rentang kendali meliputi “Pre-audit”, “Monitoring”, dan “Post-audit”.
Segala sesuatunya mengacu kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum
dalam kontrak pemborongan.
3.1.1. Rentang Kendali Pre Audit
Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-audit”
adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan, yang terdiri dari :
Pengumpulan dan analisa terhadap data.
Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi
lapangan.
Pemeriksaan terhadap kesiapan kontraktor, yang meliputi material, peralatan,
tenaga dan jadwal pelaksanaan
Pengumpulan Dan Analisa Data
Informasi dan hasil perencanaan akan menghasilkan catatan mengenai seluruh
kegiatan antara lain:
Jenis pekerjaan.
Kuantitas pekerjaan.
Kualitas yang dipersyaratkan.
Schedule pelaksanaan
Schedule pembayaran.
2
Review Design
Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil perencanaan
ke lokasi untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut telah sesuai dengan
kondisi yang ada. Apabila ternyata dari hasil pengecekan design tidak sesuai dengan
kondisi lapangan, konsultan supervisi akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk
diajukan kepada pemberi tugas.
Persiapan Konstruksi
Material dan peralatan yang didatangkan kontraktor akan diperiksa terlebih dahulu
oleh konsultan sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Jadwal waktu yang dibuat oleh kontraktor akan diteliti terlebih dahulu apakah
sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan
perkiraan tenaga kerja / tukang yang akan mengerjakannya serta alat yang akan
digunakan. Apabila menurut analisa tidak seimbang antara volume dengan tenaga
kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka konsultan akan
menyarankan kepada kontraktor untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan
yang memadai agar bisa selesai tepat pada waktunya.
Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan
tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume
pekerjaan.
Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan mengusulkan
menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainnya
sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah sepanjang hal
tersebut memungkinkan dan mendapat persetujuan dari Pemimpin Proyek.
Dalam hal ini, konsultan berupaya menghindari pekerjaan tambah, justru
mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi teknis dan biaya
memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.
Pre Construction Meeting (PCM)
Dalam waktu kurang dari 7 hari sejak SPMK, diadakan Pre Construction Meeting
(PCM); hal yang dibicarakan meliputi :
1). Materi :
Organisasi kerja.
Tata cara pengaturan pelaksanaan.
Review dan penyempurnaan terhadap schedule dikaitkan dengan target
volume, mutu dan waktu.
3
Jadwal pengadaan bahan, alat dan mobilisasi personil.
Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan (mutual
check), koordinasi dengan team perencana.
Menentukan lokasi bahan material (quarry), estimate quantity dan rencana
quality control bahan yang akan digunakan.
Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemda setempat.
Penyusunan rencana kendali mutu proyek.
2). Kesamaan pengertian terhadap pasal-pasal dokumen kontrak
Pekerjaan tambah/kurang
Termination atau forfeiture.
Maintenance & protection of traffic.
Subletting.
Asuransi.
Lainnya yang dianggap perlu.
3). Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur
Request, approval & examination of works.
Shop Drawing, As Built Drawing.
Monthly Certificate (MC).
PHO & FHO.
Change Order, Addendum.
4). Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan
utama (major items), antara lain :
Struktur jalan
Pondasi tiang pancang/ tiang bor
3.1.2. Rentang Kendali Monitoring
Kegiatan pengendalian teknis rentang “monitoring” adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan pengawas telah
melakukan “pre-audit” namun setiap langkah pelaksanaan pekerjaan akan terus
dimonitor agar kalau terjadi penyimpangan segera diketahui dan dapat diluruskan
kembali sesuai petunjuk yang benar. Selama periode ini konsultan akan selalu
melakukan evaluasi terhadap progress dan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan
oleh kontraktor.
Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan dijaga sebaik-
baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, sehingga
kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil
pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya. Faktor keselamatan kerja
4
juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang
berlaku. Selain mengawasi pekerjaan fisik konsultan pengawas juga memonitor
aspek lingkungan sekitar proyek, agar jangan sampai pelaksana lapangan berikut
tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak flora dan fauna yang ada.
Dalam hal ini, konsultan pengawas akan melakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada hal-hal sbb.:
3.1.2.1. Melaksanakan Kontrol Sistematik Terhadap Kegiatan Lapangan
Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi control
manajemen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu
diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan
setengah-setengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan
mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi
masalah ini, diperlukan suatu control yang sistematik. Pengawas lapangan perlu
menerapkan sistem control yang baik di lapangan.
Kontrol yang sistematik terhadap kegiatan di lapangan memiliki 3 tujuan yaitu:
a. Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa
bidang kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi, maka
harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk
mengantisipasinya.
b. Memastikan bahwa pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga
peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
c. Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh proyek tidak
dilampaui bila tidak terjadi perubahan kontrak.
Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu
peninjauan di lapangan yaitu :
Pencapaian target kemajuan fisik
Pencapaian target keuangan.
Pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.
Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan
efisiensi kerja lapangan.
Pemantapan kerjasama pekerja proyek dari seluruh bagian/ divisi.
Tiap bidang tersebut di atas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai
atau menunjukkan tendensi yang tidak menggembirakan.
Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalah dengan benar, maka langkah-
langkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.
5
3.1.2.2. Kunjungan Lapangan / Site Visit
Frekwensi kunjungan ke lapangan oleh Team Leader dan engineer Core Team
lainnya tergantung dari pentingnya keadaan lapangan, sifatnya dapat secara
harian atau mingguan. Frekwensi kunjungan juga dapat tergantung pada tahapan
dari Pemimpin Proyek yang mengelolanya beserta para teamnya sesuai
urgensinya. Akan tetapi secara prinsip keberadaan Site Engineer adalah di
lapangan demikian pula Engineer lainnya, terutama Chief Inspector.
3.1.2.3. Evaluasi Rencana
Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana proyek yang akan
dilaksanakan serta menyarankan perubahan / penyempurnaan / penyesuaian
rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan
tujuan proyek dengan sebaik-baiknya.
3.1.2.4. Verifikasi Hasil Pekerjaan Kontraktor
Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan
bahwa hasil pekerjaan kontraktor telah memenuhi segala persyaratan untuk
proses selanjutnya yaitu persetujuan pemberi tugas.
3.1.2.5. Pengontrolan Proyek
Merencanakan dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, dan yang
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network/ s-curve chart
yang telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanaan harus secara periodic
atau sesuai kondisi dicheck kembali :
Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.
Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera dan/ atau
Nantinya akan ditepati (jangka panjang).
Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya proyek
seperti yang dikehendaki.
1. Jarak waktu kontrol
Jarak waktu control dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang waktu yaitu :
1 – 2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1 minggu.
2 – 4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.
2. Cara mengontrol
Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :
Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai : disajikan langkah-langkah cara
mengontrol seperti flow chart Gambar 2.
6
Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai : disajikan
langkah-langkah cara mengontrol seperti flow chart Gambar 3.
Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai : disajikan langkah-langkah
cara mengontrol seperti flow chart Gambar 4.
Untuk monitoring dan pengontrolan proyek ini akan digunakan sistem
informasi pengendalian proyek yang dilaksanakan dengan suatu aplikasi
berbasis computer. Monitoring dan pengendalian proyek dilakukan pada
aspek-aspek berikut :
Planning dan scheduling pekerjaan yang meliputi quantity, duration,
dates, network planning atau precedence Diagram Methode.
Progress Performance.
Schedule Control.
Project cost control yang meliputi pelaporan status nilai kontrak vs
aktual, perhitungan pembayaran progress pekerjaan.
Unsur-unsur tersebut merupakan informasi dasar untuk monitoring,
pengendalian, analisis dan manajemen proyek.
Pekerjaan pengendalian proyek ini diawali dengan pemasukan data-data
proyek (project data entry) yang akan menjadi acuan (baseline) dalam
monitoring dan pengendalian pelaksanaan proyek selanjutnya. Data-data
tersebut disimpan di dalam database di kantor poyek, dan selalu di update
untuk keperluan pelaporan dan analisa secara periodic. Berdasarkan target-
target pengendalian yang ditentukan sebelumnya maka dapat dilakukan
analisa terhadap permasalahan yang timbul dalam aspek skedul, progress
dan pembiayaan proyek. Dari analisa masalah tersebut dilakukan upaya
perbaikan untuk membawa program proyek kembali ke rencana semula.
Skematik diagramnya adalah sebagai berikut (Gambar 5) :
7
Gambar F.5 Skema Diagram Pelaksanaan Monitoring
Informasi yang diperoleh dari pelaporan tersebut dapat dianalisa dan
dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan manajemen proyek.
Pelaporan proyek dibuat dengan format dan prosedur yang standar untuk
memperoleh peningkatan efisiensi, efektifitas dan optimalisasi sinergi kerja,
sehingga dapat mencapai performansi dan kualitas akhir manajemen
pembangunan proyek yang lebih baik.
Software yang digunakan untuk pengendalian proyek ini adalah : Microsoft
Project.
3.1.2.6. Metodologi Pengontrolan Proyek
Untuk menerapkan metodologi pengendalian proyek secara baik dan
sistematis, maka konsultan membaginya ke dalam beberapa tahap :
Tahapan Initialisasi
Tahap initialisasi dilakukan untuk menjabarkan aktifitas-aktifitas proyek (Work
Breakdown Structure/ WBS) sampai ke level yang terendah yang
mencerminkan keterkaitan antar aktifitas. Tahapan ini dimulai dari
pendeskripsian dan penggolongan aktifitas proyek yang ada, menentukan
volume dan bobot dari masing-masing aktifitas, pengurutan pelaksanaan
aktifitas (network planning – predecessor dan successor dari setiap aktifitas
detail) dan tipe dari relasi-relasi antar aktifitas, yaitu SS – Start to Start, SF –
Start to Finish, FS – Finish to Start atau FF – Finish to Finish.
8
Monitoring Skedul, Progres Dan Biaya
Konstruksi
Analisa Komputer
Updating Skedul
PelaporanPelaksanaan PekerjaanSkedulProgresPembiayaan
PelaporanPeriodikRingkasanProgresPekerjaan
PelaporanPeriodikManajemen Proyek
PelaporanPeriodikRingkasanPembiayaan
Juga dideskripsikan mengenai penjadualan pekerjaan, resources atau sumber
daya yang terlibat dalam pelaksanaan proyek, seperti tenaga ahli, konsultan,
tenaga pekerja, administrator, serta bahan dan alat penunjang pelaksanaan
proyek.
Setiap aktivitas dilengkapi dengan volume pekerjaan, bobot (persentase
perbandingan antar volume pekerjaan dengan nilai nominal – rupiah).
Hasil dari tahap ini akan digunakan sebagai base line/ dasar untuk
pengendalian proyek pada sat pelaksanaan.
Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dipergunakan untuk memonitor dan mengawasi jalannya
pelaksanaan proyek. Termasuk di dalam tahapan ini adalah proses update
data kemajuan hasil pelaksanaan proyek, yagn diperinci dari prestasi detail
sampai ke prestasi secara umum, mengawasi aktivitas-aktivitas kritis yang
ditampilkan pada barchart dan pengawasan terhadap resource yang terlibat
dengan menambah atau mengurangi jumlah resource (tenaga, bahan dan
alat) apabila perlu.
Pengisian hasil kemajuan proyek dapat dilihat dari hasil pencapaian kemajuan
proyek pada minggu sebelumnya, sehingga project control dapat
memperlihatkan aktivitas yang tidak memperlihatkan kemajuan yang berarti
atau justru berada pada kondisi kritis yaitu aktivitas yang memiliki total float
sama dengan nol. Pelaksanaan akvitas tersebut tidak boleh mengalami
penundaan lebih dari satu hari kerja. Keberadaan kondisi kritis dari suatu
aktivitas digambarkan dalam garis yang berbeda warna pada tampilan
barchart, yaitu sebagai berikut :
Total Float = 0, digambarkan dengan warna merah;
1 < Total float < 5, digambarkan dengan warna kuning;
Sedangkan Total Float >=6, digambarkan dengan warna hijau.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian bagi project control dan menjadi salah
satu acuan bagi analisa kemajuan pelaksanaan proyek yang menjadi
tanggung jawabnya. Selanjutnya dapat dilakukan beberapa tindakan untuk
meningkatkan kinerja proyek, seperti penambahan tenaga ahli, tenaga
pekerja, bahan dan alat penunjang, atau merubah metode pelaksanaannya.
Tahap Pelaporan
Tahapan pelaporan ini ditujukan untuk menyampaikan kemajuan pelaksanaan
proyek aktual di lapangan kepada pihak pemberi tugas/ pemilikan proyek
9
untuk mendapatkan gambaran kemajuan proyek di lapangan, dengan ikut
memperhatikan hal-hal kritis yang diperoleh dari analisa pelaksanaan proyek.
Bentuk laporan ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan, dan terbagi
menjadi pelaporan kemajuan proyek secara tabular, pelaporan kemajuan
proyek secara barchart, serta dalam bentuk S-Curve; yang membandingkan
pencapaian aktual dengan baseline proyek.
3.1.2.7. Koordinasi Tim Pelaksanaan Proyek
Dalam penerapan sistem ini ada tiga anggota tim konstruksi yang
bekerjasama dalam menyelesaikan proyek, yaitu Pemrakarsa (Ditjen Bina
Marga) / Pemilik Proyek, Konsultan Supervisi dan yang terakhir adalah
Kontraktor Pelaksana.
Adapun posisi dan peranan masing-masing pihak dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Direktorat Jenderal Bina Marga akan memonitor pekerjaan baik di kantor
pusat maupun lokasi proyek.
Konsultan Supervisi sebagai pihak yang mengawasi pelaksanaan proyek,
termasuk pengendalian proyek dengan menggunakan sistem monitoring
yang terintegrasi dengan Ditjen Bina Marga.
Kontraktor Pelaksana sebagai pihak yang melaksanakan pekerjaan
proyek pembangunan jalan memberikan laporan status proyek kepada
Konsultan Supervisi.
3.1.2.8. Sistem Informasi Manajemen Proyek
Sistem informasi manajemen proyek pada hakekatnya adalah suatu sistem
untuk mendukung Pimpinan Proyek dalam memantau dan mengendalikan
proyek.
Tujuan sistem ini untuk digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan
informasi proyek setiap saat atau secara berkala, cepat dan akurat. Sistem ini
dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan kondisi
yang dihadapi di lapangan serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari
pihak Pemimpin Proyek yang mewakili pihak Pemilik Proyek tentang apa-apa
yang mau dimonitor dan dikendalikan.
Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak
dan supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana
tersebut dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu.
10
Khususnya untuk mengontrol mutu pekerjaan, peranan sistem informasi
manajemen proyek hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu
pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan di
lapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu
pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).
Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan
datanya atau dimonitor dimana perkembangan suatu proyek selalu diikuti oleh
perkembangan data proyeknya. Volume data kian hari kian membengkak
sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.
Data proyek sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada
Pemberi
Tugas, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data proyek yang
telah dikumpulkan secara periodic kemudian diolah/ diproses untuk dijadikan
informasi proyek (laporan proyek). Artinya dari laporan proyek dapat diketahui
perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan
proyek ini Pemimpin Proyek baru dapat mengevaluasi tentang perkembangan
proyeknya, pertumbuhan dari tiap-tiap pekerjaan di lapangan dengan
diperbandingkan terhadap rencana.
Pemimpin proyek mengendalikan proyeknya dengan keputusan-keputusan
yang dibuat dan diimplementasikan ke project site. Hasil dari implementasinya
menciptakan data proyek baru dan dengan demikian siklus project
management control system berulang kembali. Siklus ini baru berhenti apabila
proyek telah selesai.
Selanjutnya Project Management Control System ini dapat digunakan basis
data untuk pelaksanaan pembangunan jalan tahap selanjutnya.
3.1.2.9. Pengendalian Mutu
Selama periode konstruksi, konsultan akan senantiasa memberikan
pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada
kontraktor guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik
dan tepat kualitas
Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah ini namun tidak terbatas
pada :
Peralatan laboratorium.
Penyimpanan bahan/ material.
Cara pengangkutan material/ campuran ke lokasi kerja.
11
Pengujian material yang akan digunakan.
Penyiapan job mix formula campuran.
Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan.
Test lapangan.
Administrasi dan formulir-formulir.
Gambar 6 menunjuukan diagram pengendalian mutu guna memperjelas
uraian di atas.
3.1.2.10. Pengendalian Kuantitas
Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan/ campuran yang
ditempatkan atau yang dipindahkan oleh kontraktor atau yang terpasang. Konsultan
akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan atas :
Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
Metode perhitungan.
Lokasi kerja.
Jenis pekerjaan.
Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan baik kwalitas maupun elevasi dan
persyaratan lainnya, maka pengukuran kwantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan
dengan teliti/ akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga kwantitas dalam kontrak
adalah benar diukur dan dibayar oleh konsultan dan mendapat persetujuan permberi
tugas.
Formulir untuk perhitungan kuantitas tersebut untuk semua item pekerjaan dalam kontrak
berupa Quantity Sheet dapat disiapkan semuanya oleh konsultan.
Gambar 7 menunjukkan iagram pengendalian volume pekerjaan guna memperjelas
uraian di atas.
3.1.2.11. Pengendalian Waktu
Di dalam proyek jalan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja perhari adalah
sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.
Dibawah ini adalah bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar
tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akan memboroskan waktu,
tenaga dan biaya.
1. Schedule Kontraktor
Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan
yang dibuat kontraktor.
12
Apakah rencana kerja progress pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan
realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil bila
dibandingkan pada musim kemarau untuk pekerjaan pengaspalan misalnya
untuk kondisi kerja yang sama.
Kemudian juga construction method, urutan kerja kontraktor apakah sudah
sistematis, konsepsional dan benar.
Selanjutnya berdasarkan schedule kontraktor yang sudah disetujui, konsultan
pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut.
Dari time schedule tersebut bisa dijabarkan kedalam target harian, sehingga
setiap hari apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak, bila target
volume tersebut tidak tercapai maka selisih volume harus diprogramkan /
dikejar untuk schedule hari berikutnya.
Dengan time schedule yang dibuat dan disetujui itu bila dilaksanakan dengan
sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik maka diharapkan proyek
bisa diselesaikan “on schedule”.
2. Alat Berat ( Heavy equipment )
Untuk mengerjakan pekerjaan jalan, diperlukan alat berat, bisa kombinasi/
beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.
Pertama harus diketahui/ dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah
suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil,
misal untuk pekerjaan beton baik di batching plant maupun alat angkut beton
ke lapangan harus dianalisis kapasitasnya agar sesuai dengan kebutuhan.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut
menghasilkan produk beton seperti volume yang ditargetkan. Bila tidak tercapai
maka perlu diambil tindakan-tindakan antara lain :
Menambah jumlah alat, atau
Menambah jam kerja/ overtime.
Sedemikian hingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan
dalam waktu yang ditentukan.
3. Tenaga Kerja
Demikian juga untuk tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga
kerja yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa diselesaikan oleh tenaga
kerja sesuai dengan jadwal/ waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan
diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau
kerja dua shift atau kerja lembur/ overtime.
13
4. Jumlah Jam Kerja
Untuk penyelesaian suatu pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja per hari.
Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil dari
pada bila per hari jam kerjanya lebih banyak.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian
hingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu
pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja
malam/ over time.
Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai
secara optimal maka konsultan harus memahami secara sugguh-sungguh
“Network Planning” yang umumnya telah dibuat oleh kontraktor dengan metode
lintas kritis (Critical Path Method/ CPM).
Mengingat sangat pentingnya time schedule ini dalam suatu pekerjaan
pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin time schedule
dari kontraktor dan akan membantu kontraktor dalam mereview dan menyusun
kembali time schedule tersebut bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart/ S-
Curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik /
cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui / menunjukkan lokasi
dan waktu. Schedule ini, pada arah “absis” menunjukkan lokasi atau STA,
sedangkan arah “ordinat” menggambarkan waktu.
3.1.2.12. Pengendalian Biaya Pelaksanaan Proyek
Didalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :
Biaya proyek
Estimated quantity/ volume pekerjaan.
Harga satuan pekerjaan.
Guna pengendalian biaya pelaksanaan proyek, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut :
Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar
sehingga kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana. Dengan
demikian volume dalam kontrak tidak dilamapui yang pada akhirnya biaya yang
dikeluarkan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari segi
pengukuran/ kwantitas dan kwalitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah
benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.
14
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam kontrak
dan harga satuan pekerjaan yang sudah ada dalam kontrak pelaksanaan,
sehingga biaya proyek dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan yang ada
dalam kontrak.
3.2. RENTANG KENDALI POS AUDIT
Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi
kontraktor. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk pengajuan pembayaran senilai hasil
kerjanya. Namun kontraktor tidak akan bisa mengajukan permintaan pembayaran
sebelum mendapat rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya
sudah memenuhi persyaratan teknis atau tidak.
Dalam hal ini, rentang kendali post audit akan meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-
hal sbb:
3.2.1. Pemeriksaan Monthly Certificate (MC)
Kontraktor harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang dilaksanakan
kepada Site Engineer pada setiap akhir bulan yang berjalan, yang selanjutnya
disebut sebagai “sertifikat bulanan (Monthly Certificate – MC)”, Format sertifikat
bulanan harus sesuai dengan standar atau diusulkan oleh Konsultan dan disetujui
oleh Pemberi Tugas.
Site Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada sertifikat
bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang telah terjadi di
lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk mendandatangani bersama oleh wakil
kontraktor, konsultan, dan Pemimpin Proyek.
Prosedur pembuatan MC dapat dilihat pada diagram alir Gambar 8
3.2.1. Pemeriksaan Pembayaran Akhir
Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah lalu.
Pembayaran terdahulu yang sudah disetujui apabila terdapat kesalahan masih dapat
dikoreksi pada pembayaran berikutnya.
Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang telah
dibayar sebelumnya, sehingga kuantitas/ volume yang dibayar dalam pembayaran
akhir merupakan final quantity yang benar.
3.2.2. Prosedur Perubahan (Contract Change Order)
Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau Kontraktor dan
harus disetujui dengan suatu Perintah Perubahan yang ditandatangani oleh kedua
15
belah pihak. Jika dasar pembayaran yang ditetapkan dalam suatu Perintah
Perubahan tersebut menyajikan suatu perubahan dalam struktur Harga Satuan Jenis
Pembayaran atau suatu perubahan yang diperkirakan dalam Jumlah Kontrak, maka
Perintah Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.
3.2.3. Sertifikat Penyelesaian Akhir
Bila kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban
dalam Periode Jaminan, maka kontraktor harus membuat permohonan untuk serah
terima pertama.
Setelah penyelesaian dari setiap pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia
Serah Terima, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan
tersebut, maka konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.
3.2.4. Pernyataan Perhitungan Akhir
Kontraktor harus membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan akhir,
bersama-sama dengan semua rincian pendukung sebagaimana diperlukan oleh
engineer.
Setelah paninjauan kembali oleh engineer dan jika diperlukan, amandemen oleh
kontraktor, engineer akan mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang
disetujui untuk pembayaran oleh Pemberi Tugas.
3.2.5. Addendum Penutup
Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perrhitungan Akhir,
setelah memperoleh tanda tangan Kontraktor, engineer akan menyampaikan
addendum penutup tersebut kepada Pemberi Pekerjaan untuk ditandatangani
bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui.
3.2.6. Dokumen Catatan Proyek
Kontraktor harus memelihara suatu catatan yang cermat tentang semua perubahan
dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Proyek selama pelaksanaan
pekerjaan.
3.3. PENGENDALIAN ATAS KOORDINASI TERKAIT
Konsultan pengawas (Site Engineer) dalam rangka melaksanakan tugas
pengendalian teknis tersebut di atas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi
yang perlu dilakukan oleh pihak lain (khususnya oleh pemberi tugas). Dalam hal ini
16
koordinasi tersebut dilakukan secara intern yaitu antar personil konsultan dan secara
extern yaitu dengan instansi terkait.
Koordinasi dengan instansi terkait, antara lain dilakukan dengan :
Direktorat Jenderal Bina Marga
Pemimpin Proyek Fisik.
Konsultan lain yang terkait.
Instansi terkait lainnya.
Koordinasi ini diwujudkan dengan mengadakan rapat harian, mingguan, rapat
bulanan ataupun rapat koordinasi lainnya yang dianggap perlu, disamping melalui
cara koordinasi lainnya seperti komunikasi per telepon, faximili dan lain-lain.
Rapat harian dimaksudkan untuk koordinasi antar personil konsultan sehingga tidak
ada kejadian di lapangan yang di luar sepengetahuan konsultan. Rapat ini dapat
dilakukan setiap hari atau beberapa hari sekali, tetapi paling tidak setiap hari ada
koordinasi dari SE dengan seluruh Engineer lainnya bahkan dengan teknisi yang di
lapangan bila perlu.
Rapat mingguan diadakan secara rutin seminggu sekali guna berkoordinasi dengan
pihak Proyek / Pimpinan Proyek dan Kontraktor.
Rapat bulanan diadakan setiap bulan sekali untuk berkoordinasi dengan instansi
terkait lainnya bila ada disamping antara ketiga pihak Kontraktor, Konsultan Pimpinan
Proyek dan Direktoran Jenderal Bina Marga.
Dalam setiap rapat, konsultan akan membuat notulen rapat yang akan memuat isi
rapat tersebut yang akan dibagikan ke setiap peserta rapat untuk memantau tindakan
apa yang telah dilaksanakan atau belum dilaksanakan dalam rapat berikutnya.
3.4. PENGENDALIAN ADMINISTRASI PROYEK
Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan serta
mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi proyek yang diwasinya,
yaitu mencakup antara lain; surat, memorandum, risalah, laporan, contoh barang,
foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak dan addendum dan lain-lain yang
dianggap perlu.
Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan konsultan pengawas untuk
maksud di atas adalah :
Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas
maksud dari surat masuk maupun keluar.
Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan
tugas konsultan.
17
Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan
yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas.
Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan.
Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/ sketsa pelaksanaan agar sebelum
maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan.
Membantu/ menyiapkan addendum serta lain-lain yang dianggap perlu.
Gambar 9 menunjukkan kelengkapan administrasi proyek yang umum digunakan.
Form-form yang diperlukan proyek antara lain sebagai berikut dibawah ini :
Buku direksi
Time schedule
MCo (Mutual Check Awal)
Disamping itu kami lampirkan pula contoh-contoh form untuk pengendali mutu,
request of work dll.
Request & shop drawing
Laporan harian
Laporan mingguan
Risalah rapat
Berita acara opname pekerjaan
Record cuaca
Photo dokumentasi
Change order
Addendum
Monthly certificate (MC)
PHO (Provisial Hand Over)/ FHO (Final Hand Over)
Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan proyek.
3.5. REVIEW DESIGN
Seperti tertuang di dalam Ketentuan Umum Kontrak sebagai berikut : “Apabila
diperlukan review design Konsultan harus selalu melakukan diskusi dengan Pemberi
Tugas / Pemimpin Proyek”, Konsultan perlu menyiapkan hal-hal yang harus
dilakukan dalam pelaksanaan review design tersebut.
Pelaksanaan review design (bila diperlukan) ini akan dilakukan pada saat Kontraktor
melaksanakan program mobilisasi, terutama terhadap pekerjaan utama/besar.
Sedangkan terhadap pekerjaan-pekerjaan kecil / penunjang dilakukan saat
pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
18
3.6. PENGETAHUAN TENTANG PEKERJAAN FISIK PROYEK
a. Pematokan dan pengukuran
Suatu pembangunan membutuhkan pelaksanaan seluruh elemen-elemennya
pada posisi yang benar.
Untuk memindahkan suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu
bangunan di lapangan, maka dibutuhkan :
Di lapangan harus ada sejumlah titik kontrol pengukuran yang harus
dikaitkan pada suatu sistem koordinat yang tetap.
Perencanaan konstruksi harus dikaitkan pada sistem kuordinat yang
sama.
Apabila terdapat ketidak jelasan informasi yang menimbulkan keraguan
interpretasi, maka pengawas lapangan harus menghubungi perencananya
untuk mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung jawab dalam
penentuan dan pematokan secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan
harus memastikan bahwa kontraktor mendapatkan informasi yang tepat serta
menyiapkan titik-titik kontrol yang dipasang.
Pengukuran horizontal
Pengukuran horizontal didasarkan baik pada system control garis ataupun
sistem koordinat, namun bila dibutuhkan dapat merupakan kombinasi dari
kedua sistem di atas.
Pengukuran Vertikal
Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titik Bench Mark. Geometri
vertikal garis kontrol biasanya telah ditentukan. Data ini merinci rangkaian titik
tangen vertikal, ketinggian dan kemiringan permukaan akhir.
Titik kontrol survey
Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah
proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan
konstruksi. Jarak antara titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan tetapi
bebas dari area kegiatan, dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan
adanya pergeseran posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian
dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik kontrol tersebut harus selalu dicek
secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat terjadi pada dasar
19
tanah, pada timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses
dalam tanah itu sendiri, seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi
kadar kelembaban.
Penentuan elemen-elemen struktur
Letak dari elemen-elemen utama seperti jembatan ditentukan berdasarkan
pada sistem referensi yang digunakan.
Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan kepala jembatan.
Letak dan jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan
dikenali dilapangan dan untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang
mudah bagi letak pilar dan kepala jembatan selama pelaksanaan pekerjaan
sehingga titik-titik ini tidak terganggu.
Letak elemen-elemen kecil lain seperti kerb, parapet, ditentukan berdasarkan
pada letak elemen-elemen dengan mempertimbangkan pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak elemen-elemen yang telah ditentukan
harus diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan
dilakukan oleh staf Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang
berbeda dengan peralatan yang digunakan pada saat penempatan dan
pematokan awal.
Bagi kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil
pekerjaannya sendiri, dianjurkan untuk menggunakan methoda lain yang
berbeda dengan methoda yang telah digunakan pad.. saat av/al penempatan
dan pematokan. Untuk menghindari kesalahan dari ketidak tepatan
identifikasi patok, ketidak-tepatan penandaan atau kesalahan dalam
melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda tinggi dilakukan
dengan memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi sampai pada titik
akhir pada sisi yang lain, kemudian diikatkan pada titik kontrol hasil survei
pertama. Pemeriksaan ini tidak diperkenankan dilakukan hanya dengan
mengukur dari satu titik akhir saja atau dua titik akhir pada sisi yang terpisah.
Penentuan dan pematokan posisi pondasi merupakan yang paling kritis.
Beberapa unsur-unsur penting seperti jarak antara beton kepala tiang (pile
cap) harus selalu diperiksa ulang sesuai dengan ukuran bangunan atas,
sehelum pekerjaan konstruksi dimulai, terutama bila bangunan atas tidak
horizontal.
Pada penentuan dan pematokan kolom-kolom, ketegakan dapat dikontrol dari
pangkal kolom yang dibuat secara akurat, pengukuran bila mungkin dapat
dilakukan dengan Theodolit 2 arah.
20
Ketinggian kolom juga dapat dikontrol dengan pita ukur atau dengan cara
pengukuran beda tinggi (levelling).
Posisi horizontal Crosshead dapat ditentukan dari titik tetap di puncak kolom
menggunakan koordinat-koordinat atau dari posisi garis poros yang ditransfer
dari dasar dengan menggunakan Theodolit.
Untuk landasan, ditempatkan secara tepat pada dasarnya yang telah diberi
tanda garis tengah. Beberapa perencanaan mensyaratkan balok atau gelegar
didukung pada landasan sementara. Penentuan landasan sementara
dilakukan dengan cara yang sama seperti landasan yang tetap.
Titik-titik untuk penentuan balok dan gelagar dipindahkan dari permukaan
tanah ke balok melintang (cross head).
Pengukuran horizontal lantai ditentukan dari garis tengah yang ditransfer
ketempat yang sesuai pada pekerjaan tetap seperti balok melintang (cross
head), dinding, pelat lantai dan sebagainya.
b. Material/ bahan beton
Semen
Konsultan Supervisi harus memastikan bahwa kontraktor memenuhi
persyaratan syarat-syarat teknik yang berhubungan dengan pemakaian,
penyimpanan dan umur semen.
Agregat
Pemilihan agregat yang sesuai sangat penting pada produksi beton yang
baik. Agregat beton harus terdiri dari partikel-partikel yang bersih, keras dan
tahan serta cukup kuat untuk menahan beban yang diterima oleh beton. Pada
umumnya, agregat tersebut terdiri dari pasir atau kerikil alam, atau batu
pecah.
Agregat beton harus :
Cukup kuat dan keras untuk dapat menghasilkan beton dengan
kekuatan tekan yang memenuhi syarat, dan tahan terhadap abrasi.
Bersih atau bebas dari kotoran seperti zat-zat organik, karena dapat
menghambat pembekuan dan pengerasan beton. Tidak mengandung
lanau dan lempung karena dapat memperlemah beton. Partikel-
partikel yang lemah dan lunak dapat mengurangi kckuatan beton dan
dapat hancui bila terbuka terhadap cuaca. Lempung atau bahan lemah
lainnya yang menutupi permukar\n agregat dapat mengurangi ikatan
antara agregat dan pasta elemen.
21
Gradasi
Agregat yang bergradasi baik akan menghasilkan beton yang mudah
dikerjakan agregat yang tidak memenuhi gradasi yang disyaratkan cenderung
untuk teljadi pemisahan (segregation) dan airnya akan merembes keluar
(bleeding).
gradasi pasir dimana satu atau dua ukuran partikel sangat dominan harus
dihindarkan. Pasir demikian mempunyai kadar udara yang besar, oleh karena
itu memerlukan pasta semen dalam jumlah besar untuk dapat menghasilkan
campuran yang dapat dikerjakan dengan baik.
Bentuk partikel dan tekstur permukaan
Bentuk partikel dan agregat akan kemampuan pengerjaan pada beton.
Partikel sepihan (flakey) bersudut tidak hanya menyulitkan dalam pengerjaan
tetapi juga menyebabkan pemisah, maka harus dihindari. Kekuatan
maksimum, dengan sedikit kesulitan dalam pengerjaan, akan dihasilkan oleh
agregat pecah ( crushed) dengan pelekatan permukaan dari mempengaruhi
antara muka batuan yang tidak rata.
Ukuran maksimum
Penghematan yang paling besar didapatkan bila ukuran agregat maksimum
terbesar digunakan. Faktor-faktor yang membatasi gradasi adalah
kemampuan peralatan pengaduk, pengallgkat dan pengecoran untuk dapat
menangani ukuran-ukuran lebih besar, da,:j jarak bebas (spacing) antara
acuan dan tulangan. Ukuran agregat maksimum tidak boleh melebihi dua
pertiga jarak bebas antara tulangan atau tiga perempat selimut beton hingga
penulangan. Dalam syarat-syarat teknik, penggunaan beton pada berbagai
bagian pekerjaan diberi batasan yang menggambarkan batas-batas tersebut
Air
Air yang dipakai untuk beton tidak boleh mengandung garam, larutan zat
organik, atau bahan lain yang akan mengganggu hidrasi semen.
Air yang dapat diminum biasanya memuaskan. Jika ada keraguan, suatu
batch percobaan beton harus dibuat dan diuji untuk membandingkan tingkat
pcngerasan dan kekuatan ultimatenya dengan beton serupa yang dibuat
dengan air murni I segar.
22
Air taut tidak boleh digunakan menyebabkan korosi pada penulangan, karena
menyebabkan korosi pada penulangan.
Udara
Kehadiran rongga didalam beton sangat mengurangi kekuatannya.
Rongga pada beton adalah :
Gelembung udara yang tertahan, atau
Ruangan yang tertinggal setelah air berlebihan
dihilangkan, hal ini tergantung pada ratio semen air (water cement
ratio) dari campuran
Telah biasa dilaksanakan untuk entrain udara hingga 8 persen dalam beton
dengan menggunakan campuran tambahan yang sesuai. Gelembung udara
tersebut jauh lebih kecil (0,05 mm) dari pada gelembung yang secara tidak
sengaja masuk atau tertahan, dan terpisah-pisah sehingga tidak berbentuk
saluran untuk lewatnya air dan permeabilitas beton tidak bertambah.
c. Penyimpanan bahan
Semen
Harus disimpan didalam gudang semen atau bangunan tahan cuaca dan
teratur agar dapat digunakan dengan urutan sesuai pengiriman. Semen yang
disimpan lebih dari empat bulan harus diuji kembali sebelum digunakan.
Agregat
Agregat harus disimpan dalam bak (bin) atau tempat penimbunan (stockpile)
berdekatan dengan pekerjaan dengan tiap ukuran dipisah dari ukuran lainnya
secara pasti untuk mencegah saling tercampur. Lantai penimbunan harus
kering dan dilapisi kerikil atua bahan untuk mencegah bercampurnya
timbunan dengan tanah.
Baja Tulangan
Baja tulangan harus ditumpuk ditinggikan dari permukaan pada penyanga
kayu yang baik sehingga batang-batang bebas dari lempung atau bahan lain
yang dapat mencegah pengikatan (bonding). Karat permukaan atau debu
harus dihilangkan sebelum pemasangan.
Baja tulangan harus diperika jauh sebelum waktu pemasangan untuk
menjamin bahwa pekerjaan dapat dipenuhi.
23
d. Perancah Bangunan
Desain perancah harus memperhitungkan besar, arah dan lamanya gaya-
gaya tersebut bekerja secara tersendiri maupun secara kolektif. Desain dari
semua komponen dan sambungan perancah harus memenuhi standar yang
berkaitandengan syarat-syarat teknik dan peraturan yang berlaku.
Komponen perancah harus direncanakan untuk membatasi lendutan hingga
1/300 dari bentang, dan untuk mencegah retak pada bagian yang telah dicor
sebelumnya dengan pembebanan pengecoran yang dilakukan kemudian.
Lendutan balok dan perubahan dimensi pada komponen serta sambungan
harus dibatasi, untuk menjamin bahwa beton yang selesai berada dalam
batasan toleransi yang diizinkan.
Batang penguat (Bracing)
Sejumlah besar kegagalan yang terjadi sewaktu pelaksanaan
jembatan disebabkan kurangnya penguat pada perancah.
Penguat yang memadai harus diberikan dalam arah memanjang
dan melintang untuk menjamin bahwa perancah stabil, dan agar
gerakan horizontal besar yang disebabkan beban yang terjadi dapat
dicegah.
Pengaturan untuk penyesuaian
Perancah harus mempunyai pengaturan untuk penyesuaian vertikal
sehingga memudahkan pemasangan dan pembongkaran acuan dan
untuk meluruskan kembali jika terjadi penurunan berlebihan.
Dongkrak ulir (screw jack) dapat digunakan pada puncak dan dasar
sekur pipa dan sekur jenis kerangka, akan tetapi besar pemanjangan
( extension) dari dongkrak ulir dapat mengurangi kapasitas beban dari
dongkrak. Petunjuk dari pabrik harus diikuti.
Baji dapat dipakai untuk memudahkan penyesuaian pada puncak
atau dasar sekur. Baji biasanya dibuat dari kayu keras (hardwood) dan
dipasang berpasangan sampai landasan datar. Bila penyesuaian akhir
dari ketinggian sekur sudah mencapai, baji dapat dipaku pada sekur.
Jika gerakan yang besar oleh beban berat dibutuhkan, misalnya suatu
bagian bangunan yang disekur harus diturunkan atau dinaikan sebagai
satu kesatuan, sering kali digunakan dongkrak udara (pneumatic) atau
hydraulis untuk melepaskannya.
24
Untuk melepaskan dukungan (de-proping) saja, dongkrak pasir dapat
menurunkan beban beban yang berat dan mempunyai kelebihan yaitu,
jika dibebani lendutannya kecil tanpa bahaya kegagalan pada waktu
penempatan dan perawatan. Tingkat penurunan dikendalikan oleh
keluarnya pasir dari lubang sumbat (plug hole).
Perancah buatan pabrik (Paten)
Bahan buatan pabrik (paten) kini sudah umum dipakai untuk
perancah pada pelaksanaan jembatan Beton. bahan tersebut
mempunyai beberapa keuntungan yaitu arnan, sederhana dalam desain
dan mud ah dipasang serta dibongkar.
Kerangka sekur yang memikul beban berat (heavy-duty) disain
untuk semua penyangga acuan, dengan kapasitas maksimum sampai
454 kN per kaki jika dipakai dengan perlengkapan heavy-duty.
Pemakaiannya dapat pula bersamaan dengan pipa (tube) dan peralatan
standar.
Dimana perancah diperlukan untuk penyeberangan yang dalam,
atau dimana saluran air atau jalan harus bebas selama pelaksanaan,
harus dipakai perencah bentang panjang.
Perancah ini termasuk gelegar atau kerangka baja dan rangka
(dapat terbuat dari baja atau kayu). Jembatan Bailey adalah bentuk
khusus dari rangka baja yang telah berhasil digunakan untuk perancah
bentang panjang.
Meskipun perancah sering didukung padahagian tetap bangunan
seperti pilar, kaki pilar atau kepala jembatan, mungkin perlu didirikan
penyangga sementara pada tempat diantaranya (intermediate) untuk
bentang lebih panjang.
Untuk bentang panjang, pembuatan lawan lendut pada perancah
mungkin perlu untuk mengatasi pengaruh lendutan.
Daftar simak pemeriksaan
Sebuah daftar simak untuk pemeriksaan sekur jenis perancah kerja
(scaffolding) adalah:
Periksa agar terdapat landasan atau dasar yang kuat di bawah kaki
tiap kerangka pada pekerjaan itu dan bahwa pondasi cukup kering/ada
drainase.
25
Periksa agar semua pelat dasar atau sekrup-sekrup penyesuaian
rapat pada landasan atau dasar tersebut. Semua sekrup penyesuaian
harus rapat terhadap kaki kerangaka
Harus diperoleh kopi dari gambar layout perancah. Pastikan bahwa
jarak antara (spacing) menara dan jarak antara penguat melintang
menara tidak melebihi jarak antara pada gambar. Bila perlu variasi dari
layout karena masalah dilapangan, dibicarakan dengan engineer yang
membuat gambar untuk mendapatkan persetujuan perubahan layout.
Kerangka harus diperiksa untuk alinemen pada kedua arah.
Toleransi maksimum untuk kerangka yang kurang tegak adalah 1 : 300.
Jika kerangka melampaui toleransi ini, dasar kerangka harus
disesuaikan sampai memenuhi batas toleransi.
Periksa agar tidak terdapat celah (gap) pada ruas sambungan
vertikal atau sambungan pada kerangka. Adanya celah mungkin berarti
adanya distorsi atau letak dasar tidak tepat.
Semua kerangka harus sating dihubungan pada semua menara
penguat melintang berada di tempat.
Pada waktu memeriksa penguat melintang, periksa pula alat
pengunci untuk memastikan bahwa semua alat tersebut sudah tertutup
atau rapat.
e. Pondasi bangunan
Suatu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan konstruksi adalah
membangun pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan
perhatian khusus pada tiap tahapan pekerjaan pondasi. Semua langkah
pencegahan harus diambil pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul
kesalahan pada umur pelayanan.
Harus diingatkan bahwa sekali konstruksi dibuka, perbaikan atau perkuatan
pondasi sulit dilaksanakan.
f. Prinsip-prinsip dasar dari beton bertulang
Terdapat banyak persyaratan struktur di mana beton biasa tidak akan
memberikan pemecahan yang diharapkan. Beton bertulang menerima lebih
banyak kondisi pembebanan dari pada beton biasa. Juga dapat digunakan
untuk memperkecil lendutan dan mengurangi ukuran keretakan.
Walaupun pembuatan desain dan detail beton merupakan tugas perencana,
adalah penting bahwa mereka yang mengawasi dilapangan dapat memahami
26
prinsip- pripsip dasar beton bertulang.
Sifat beton :
Plastis dan mudah dibentuk waktu masih baru.
Berkekuatan tinggi waktu keras. Berkekuatan tarik rendah.
Mempunyai perlawanan (ketahanan) tinggi terhadap api. Tidak
mahal.
Sitat baja :
Dapat dibuat menjadi batang-batang yang cocok untuk dimasukkan
dalam beton.
Mempunyai kekuatan tekan tinggi.
Mempunyai kekuatan tarik tinggi.
Mempunyai ketahanan rendah terhadap api.
Mahal.
Baja dan beton dikombinasikan bersama karena :
Setelah pengerasan, beton melekat pada baja tulangan dan
keduanya bertindak sebagai satu kesatuan apabila diberi suatu beban.
Ini berarti tendensi pada beton untuk regangan dan retak pada daerah
tegangan tarik dapat langsung dilawan oleh batang-batang baja yang
ditanamkan didaerah itu.
Apabila mengalami perubahan temperatur, beton dan baja memuai
atau menyusut dalam jumlah yang sama-sama. Apabila ini tidak teIjadi,
kekurangan pengikatan antara beton dan baja akan mencegah
tegangan beton untuk diteruskan .pada penulangan baja dan beton
akan retak dan runtuh.
Beton yang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap kerusakan
oleh api, melindungi baja bertula.ng yang ditanam didalamnya,
menjaga dari kehilangan kekuatan pada panas yang tinggi.
Tipe-tipe tegangan yang dijumpai pada suatu struktur :
Tekanan tegangan-tegangan tekan cenderung untuk menyebabkan
hancurnya beton.
Tarikan : tegangan-tegangan tarik cenderung untuk menyebabkan
beton merenggang dan retak.
27
Geseran : tegangan geser cenderung untuk menyebabkan
penggelinciran diantara bagian-bagian yang berdekatan dalam beton.
g. Desain campuran beton
Campuran beton biasanya direncanakan atas dasar gradasi agregat bahan
yang terdapat ditempat. Campuran percobaan harus diuji minimum empat
minggu sebelum kegiatan pengecoran.
Desain campuran percobaan harus menjelaskan campuran tambahan atau
abu terbang (fly ash) yang akan dipakai, bila menggunakannya.
Engineer di lokasi harus memastikan bahwa ia mempunyai detail lengkap
mengenai gradasi rencana yang disetujui, dan harus memeriksa secara
periodic pada bahan yang dipakai. Jika ada perubahan besar yang timbul,
penyebabnya harus diselidiki dan Kontraktor diperintahkan mengambil
langkah-langkah untuk memperbaiki gradasinya. Sebagai usaha terakhir,
kontraktor mungkin perlu merencanakan kembali campuran dan menyerahkan
kembali campuran kepada engineer untuk persetujuan.
Tidak boleh ada penyimpangan dari campuran beton yang disetujui kecuali
mendapat izin tertulis dari Engineer (Structure Engineer).
h. Produksi beton
Tujuan semua prosedur batching dan campuran adalah untuk menghasilkan
beton yang seragam yang mengandung bahan-bahan dalam perbandingan
yang disyaratkan. Untuk mencapai hal ini perlu dijamin bahwa :
Bahan dipelihara agar homogen dan tidak saling terpisah sebelum dan pada
waktu hatching.
Peralatan yang tersedia akan membantu batching bahan secara tepat dalam
jumlah yang diperlukan, dan jumlah tersebut akan dapat diganti dengan
mudah jika dan bila diperlukan.
Perbandingan bahan yang diperlukan dipelihara dari batch ke batch lain.
Semua bahan.dimasu!'~an kedalam pengaduk dalam urutan yang benar.
Semua bahan dicampur dengan mernyeluruh pada waktu pengadukan dan
semua partikel agregat dilapisi dengan pasta semen.
Beton, bila dikeluarkan dari pengaduk, akan seragam dan homogen dalam
tiap batch dan dari satu batch ke batch lainnya.
(1) Beton ready-mix
28
Beton ready-mix harus memenuhi semua persyaratan syarat-syarat
teknis. Beton ready-mix mempunyai keuntungan hahwa pengendalian
mutu yang haik lehih mungkin pada plant yang hesar dari pada di
lokasi jemhatan dengan kondisi yang ada. Kehanyakan lokasi heton
ready-mix menggunakan lokasi weight hatching untuk pengadukan
dan truck-mounted untuk pencampuran.
(2) Beton yang diaduk di lokasi (Site-batched)
Beton yang diaduk setempat (site-batch) dicampur dalam pengaduk
mekanis dilokasi.
Tempat pengadukan beton (Concrete mixing plant) paling baik terletak
di lokasi dan pada ketinggian yang mudah bagi pemasukan agregat
kedalam tabung penyimpanan (hopper) dan pengiriman beton yang
sudah dicampur kelokasi pekerjaan. Tempat paling baik untuk
menimbang adalah antara bak agregat dan pengaduk sehingga
penuangan (discharge) dapat dilakukan langsung kedalam pengaduk.
Sebelum dimulainya operasi pengadukan, alat harus diperiksa untuk
memastikan kelancaran serta kebersihannya khususnya harus
diperhatikan drum pengaduk.
i. Penanganan, pengecoran dan pemadatan beton
Penanganan Beton
Dalam penanganan beton, keterlambatan harus diperkecil dan beton harus
dijaga supaya tidak mongering atau terjadi pemisahan.
Jika pekerjaan tertunda untuk jangka waktu lama, harus dipikirkan pemakaian
set retarder (memperlambat pengerasan) dalam campuran dan diambil
langkah agar beton dalam keadaan dingin selama masa tertundanya
pekerjaan. Dalam hal apapun beton tidak boleh dicor ke dalam acuan bila
tingkat kemudahan pengerjaannya (workability) telah hilang, yaitu slump asli
telah banyak berkurang oleh pengeringan atau pengerasan awal (initial
setting), sebab ini dapat menghasilkan beton berpori yang lemah. Air tidak
boleh ditambahkan pada waktu penanganan waktu penanganan sebab tidak
dapat bercampur secara efektif dan dapat memperlemah beton.
Pemisahan (segregation) adalah berpisahnya agregat kasar dari adukan
beton (mortar).
Untuk mencegah pemisahan, langkah berikut harus diadakan :
Menjamin pengadukan dengan benar.
29
Pengangkutan tanpa benturan atau getaran berlebihan.
Pengecoran beton serapat mungkin pada posisi akhir dalam acuan,
jangan memaksanya mengalir kesamping dengan alat penggetar
(internal vibrator) yang berlebihan. Jika beton harus dipindahkan dalam
acuan pakailah sekop. Catatan : Suatu pengecualian adalah beton yang
dicor dalam zone angker dari gelagar pratekan post-tensioned dimana
beton mungkin harus dicor bebas dari penula!1gan rapat dan dipindah
mendatar untuk memungkinkan pengawasan efektifterhadap pemadatan
disekitar angker.
Memakai hopper dan talang penghecoran bertentuk pipa jika tinggi
jatuh 2 meter atau lebih.
Menghindari penuangan beton mengenai landasan tulangan
vertical.
Menjamin sambungan acuan terekat rapat untuk menghindari
kehilangan air dan adukan.
Masukkan dan mengeluarkan penggetar (vibrator) internal secara
vertical.
Peralatan pengecoran beton
Pilihan peralatan tergantung pada kondisi dan persyaratan lapangan. Harus
diambil langkah untuk mengurangi pemisahan beton dan pengeringan terlalu
dini.
Cara-cara paling lazim untuk pengecoran adalah dengan ember kibble dan
pompa beton. Beton dalam volume yang sedikit dapat dicor oleh pekerja
dengan menggunakan kereta dorong dan atau tukang. Sistem talang yang
paling besar lebih efektif bila medan menungkinkan. Sudut kemiringan 25
hingga 30 derajat adalah ideal untuk beton dengan slump 40 sampai 50 mm.
Beton dapat dicor secara tepat dan menerus dengan pompa yang digunakan
oleh tim yang terdiri dari dua orang yang pertama mengendalikan pompa
sedangkan yang kedua mengerahkan aliran dengan pekerjaan di depan
operator penggetar dan finisher beton. Pompa biasanya merupakan unit yang
lengkap yang dinaikan di atas truk dengan kapasitas pengiriman berkisar
antara 10 hingga 100 meter kubik per jam. Pipa penyaluran pada umumnya
terbuat dari baja atau karet dengan penghubung yang mudah untuk dilepas.
Pengecoran beton dalam acuan
Sebelum pengecoran dimulai, acuah harus dibersihkan secara menyeluruh
dengan penyemprotan udara atau air untuk melepaskan sisa-sisa bahan yang
30
lepas. Mungkin perlu menyediakan lubang sementara untuk membersihkan
dasar acuan guna memungkinkan pembersihan dengan baik.
Pengecoran harus diawasi dengan hati-hati menjamin bahwa acuan dan
tulangan tidak rusak atau perpindahan tempat, dan juga beton tidak terpisah.
Bila beton dicor dalam acuan vertical untuk kolom dan dinding, tingkat
pengecoran harus dikendalikan dengan hati-hati untuk menjamin bahwa
tingkat itu tidak melebihi tingkat dalam desain acuan.
Pemadatan beton
Maksud pemadatan beton adalah untuk memastikan bahwa diperoleh
kepadatan maksimum dan bahwa kontak menyeluruh antara beton dengan
permukaan baja penulangan dan acuan dapat dicapai.
Pemadatan menyeluruh sangat penting karena menghasilkan
Kekuatan maksimum
Beton yang pad at dan kedap air.
Pembentukan sudut dengan baik.
Penampilan permukaan yang baik.
Ikatan yang baik dengan penulangan baja, dan
Selimut (penutup) beton yang padat pada penulangan baja.
Tindakan pencegahan untuk pengecoran beton dalam cuaca panas
Suhu tinggi menyebabkan percepatan hidrasi semen yang mengakibatkan
berkurangnva waktu untuk pengerasan. Air juga hilang oleh penguapan
terutama dalam keadaan banyak angin. Hal ini mengakibatkan hilangnya
kemudahan pengerjaan (workability) beton dan selanjutnya mempersulit
pengecoran, pemadatan dan penyelesaian. Hal ini akan menghasilkan beton
berpori yang lemah dan timbulnya retakan akibat penyusutan.
Penyemprotan lapisan tipis dapat memperlambat pengtlapan dan
memungkinkan pekerjaan penyelesaian dilakukan dalam waktu yang lebih
lama.
Jika suhu sekeliling mungkin melampaui 32° C, sebagaian atau semua
tindakan pencegahan berikut harus diambil untuk mencegah pengerasan
beton lebih awal :
Pengecoran beton dilakukan pada waktu suhu udara setempat
kemungkinan dibawah 32° C (pada pagi hari atau di waktu malam,
terutama untuk pengecoran pelat lantai).
Melindungi timbunan agregat dari panas matahari.
31
Menyemprot timbunan agregat kasar dengan air.
Penambahan pecahan es sebagai pengganti air campuran.
Penyuntikan nitrogen cair kedalam campuran pada waktu campuran
berada di dalam pengaduk.
Pembungkusan atau penanaman pipa persediaan air.
Pengecatan tanki air dengan cat putih.
Pendinginan penulangan dan acuan dengan semprotan air.
Melindungi daerah kerja dan tanki air dari panas matahari.
Pembuatan penahan angina.
Mengurangi waktu untuk pengecoran dan penyelesaian.
Menutupi pekerjaan yang sudah selesai tanpa ditunda-tunda.
Segera dimulai perawatan.
Beton tidak boleh dicor pada pekerjaan bila :
Suhu udara ditempat di atas 35oC.
Suhu udara setempat mungkin akan melampaui 35oC dalam waktu
2 jam setelah pengecoran.
j. Perawatan beton
Tujuan perawatan adalah menahan kelembaban di dalam beton pada waktu
semen berhidrasi, oleh karena itu usahakan tercapainya kekuatan struktur
yang diinginkan dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan
untuk ketahanannya. Permukaan beton yang tidak dirawat akan terkikis lebih
cepat dari pada yang dirawat, dan dalam lingkungan agresif, permeabilitas
tinggi dapat menyebabkan berkaratnya penulangan.
Perawatan yang kurang dapat menyebabkan pula penyusutan beton lebih
banyak. Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi serta
dirawat dengan memadai sesuai dengan syarat-syarat teknik.
Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap
aus dan stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama
terdapat kondisi yang memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen.
Peningkatan itu berlangsung dengan cepat pada umur awal tetapi berlanjut
dengan lebih lambat untuk suatu masa yang tidak ditentukan.
Dua kondisi diperlukan :
Adanya kelembaban.
Suhu yang memadai
Beton dapat dipelihara kelembabannya dengan beberapa cara perawatan
yaitu :
32
Cara yang memberikan tambahan kelembaban pada permukaan
beton pada waktu masa pengerasan awal. Cara-cara ini termasuk
menggenangi, menyiram dan menutupi dengan penutup basah
(misalnya karung, tanah, pasir, atau jerami).
Cara-cara yang mencegah kehilangan kelembaban dari beton
dengan menutupi permukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan kertas
tanah air, lembaran plastic, cairan pembentuk dan menutupi dengan
penutup basah (misalnya karung, tanah, pasir, atau jerami).
Perawatan suhu tinggi, misalnya perawatan uap dan auto cleaving.
Suhu tinggi mempercepat reaksi kimia dan kelembaban diberikan oleh
uap atau dipertahankan oleh ruangan auto clave.
Perawatan harus dilanjutkan tanpa gangguan selama mungkin paling sedikit
untuk masa yang disyaratkan (umumnya 7 hari), dimulai dari saat beton telah
diberi penyelesaian awal.
k. Pengujian beton
Pengujian pengendalian mutu beton harus dilaksanakan menurut cara
pengujian AASHTO yang sesuai dalam syarat-syarat teknik. Selain pengujian
komponen baha beton, beton diuji pada waktu pembuatan untuk konsistensi
dan kemudahan pengerjaan (workability), dan setelah mengeras untuk
kekuatan tekan serta sifat-sifat lain.
Penelitian visual oleh pengawas, pada beton yang dikirim ke lokasi sangat
penting untuk mendeteksi kesalahan dalam batching. Perubahan yang
tampak harus segera dilanjutkan dengan pengujian slump dan pembuatan
silinder pengujian tambahan jika dianggap perlu.
Pengujian slump
kemudahaan pengerjaan (workability), dan setelah mengeras untuk kekuatan
tekan serta sifat-sifat lain.
Penelitian visual oleh pengawas, pada beton yang dikirim ke lokasi sangat
penting untuk mendeteksi kesalahan dalam batching. Perubahan yang
tampak harus segera dilanjutkan dengan pengujian slump dan pembuatan
silinder pengujian tambahan jika dianggap perlu.
Pengujian slump
Pengjuian slump dari beton yang baru dicampur merupakan cara utama untuk
meneliti konsistensi dan kemudahan pengerjaan (workability). Pengujian
33
slump harus dilakukan pada campuran percobaan dan suatu kisaran (range)
slump yang dapat diterima harus ditentukan pada saat itu.
Pengujian slump harus dilakukan pada tiap batch beton yang disediakan oleh
pengaduk transit sebelum dicor pada acuan. Jika slump terlalu tinggi atau
terlalu rendah, penyebabnya harus dicari dan diperbaiki. Beton dengan slump
di luar kisaran (range) yang ditentukan harus ditolak.
Pengujian kekuatan tekan
Pengujian kuat tekan yang mengeras diperlukan pada waktu pelaksanaan
untuk menjamin bahwa asumsi desain untuk kekuatan tekan dipenuhi. Jumlah
benda uji hang harus diambil dari tiap tuangan beton harus sesuai dengan
syarat-syarat teknik. Benda uji yang harus diambil dari talang tuang
(discharge chute) dari pengaduk atau truk. Benda uji tidak boleh diambil dari
bagian perempat (quarter) pertama atau terakhir dari beton dalam pengaduk
atau truk. Benda uji harus didapatkan dengan hati-hati, diselesaikan, dan
ditandai dengan jelas untuk identifikasi lebih lanjut dengan batch serta truk,
dan lokasi beton yang diwakili oleh benda uji itu.
Benda uji harus diusahakan tetap lembab sampai sebelum pengujian. Benda
uji boleh dikeluarkan dari acuan (demoulded) setelah 18 jam, jika perlu, dan
diangkut secara hati-hati ke lab pengujian dalam keadaan masih tertutup
dengan karung bawah atau dibungkus plastic untuk mencegah pengeringan.
Waktu Pengujian
Biasanya diterimanya beton dihubungkan dengan kekuatan 28 hari.
Akan tetapi oleh karena urutan pelaksanaan berlangsung dalam waktu yang
singkat, dan pengecoran lebih lanjut akan disambung pada beton yang ada
kurang dari 28 hari setelah pengecoran sebelumnya, pengujian tambahan
yang lebih awal dari 28 hari mungkin diperlukan. Pengawas pelaksanaan
harus mengusahakan bahwa tiap bagian beton mempunyai kekuatan dan
mutu yang memadai sebelum dibangun di atasnya oleh bagian beton yang
lain, karena itu menyebabkan langkah perbaikan sukar dilaksanakan
bilamana kelak ditemukan beton dengan kekuatan kurang (understrength).
Dalam hal demikian pengawas pelaksana harus menentukan, dengan
pengujian sebelumnya, kurva peningkatan kekuatan terhadap waktu mutu
beton yang dipakai sehingga penilaian perbandingan dapat dilakukan pada
waktu kurang dari 28 hari.
34
Penerimaan dan penolakan
Beton adalah bahan dengan kekuatan variable, dan cara normal untuk
menyatakan kekuatan yang perlu adalah 95 persen atau kekuatan
“karakteristik” yaitu kekuatan, dimana 95% dari semua pengujian akan
melampaui kekuatan yang disyaratkan (dan 5% akan dibawah kekuatan yang
disyaratkan).
Kekuatan yang ditargetkan dipilih berdasarkan derajat pengendalian mutu
yang diharapkan pada bahan dan penangan beton di lapangan. Syarat-syarat
teknik harus diteliti untuk pedoman mengenai pilihan devisa standar dan
kekuatan yang menyebabkan penolakan terhadap beton.
l. Quality Assurance
Jaminan mutu memerlukan perubahan structural terhadap metode supervise.
Juga diperlukan supervise yang permanent standarisasi test dan pengetesan
(termasuk kekerapan pengetesan) serta criteria untuk penaksiran (termasuk
toleransi yang diijinkan). Diperlukan pula guideline yang spesifik untuk
supervisor dan client atua pihak ketiga (seperti konsultan atau team audit
teknis).
Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan konstruksi ialah
kecermatan rancangan. Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang
tersedia dan/atau berdasarkan survey yang tidak akurat cenderung
mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan rancangan
yagn secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan dilapangan.
Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan
kontraktor mengikuti standard.
Persyaratan testing dan kekerapannya pada dasarnya berarti pergeseran
tanggung jawab yaitu : kontraktor harus membuktikan bahwa pekerjaan itu
dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya supervisor harus membuktikan
bahwa pekerjaan ada di bawah standard.
m. Diagram Alir Pekerjaan Fisik
Untuk memperjelas suatu gambaran dari tugas dan kewajiban supervise
sehubungan dengan aktivitas dari proyek ini, maka dibuat suatu bagan alir
(diagram alir).
35
Recommended