View
249
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
1/29
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
2/29
-sus besar atau kolon berbentuk tabung mus"ular berongga dengan panjang
sekitar $,% meter yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. 'iameter usus
besar sudah pasti lebih besar daripada usus ke"il, yaitu sekitar ,% "m, tetapi
makin dekat anus diameternya semakin ke"il. -sus besar dibagi menjadi
sekum, kolon, dan re"tum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendik
yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati atau / in"i pertama dari
usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum kedalam
sekum dan men"egah terjadinya aliran balik bahan ekal dari usus besar ke
dalam usus halus.
Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, trans*ersum, desendens, dan
sigmoid. 0empat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan
kiri atas berturut 1 turut disebut sebagai leksura hepatika dan leksura lienalis.
-sus besar se"ara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan
pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi
belahan kanan ( sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon
trans*ersum ), dan arteria mesenterika inerior mendarahi belahan kiri
( sepertiga distal kolon trans*ersum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan
bagian proksimal rektum ). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri
heoroidalis media dan inerior yang di"abangkan dari arteri iliaka interna dan
aorta abdominalis.
Aliran balik *ena dari kolon dan rektum superior adalah melalui *ena
mesenterika superior, *ena mesenterika inerior, dan *ena hemoroidalis
superior ( bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati ). enahemoroidalis media dan inerior mangalirkan darah ke *ena iliaka sehingga
merupakan bagian sirkulasi sistemik. 0erdapat anastomosis antara *ena
hemoroidalis superior, media, dan inerior, sehingga tekanan portal yang
meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam *ena dan
mengakibatkan hemoroid.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
3/29
/
Persaraan usus besar dilakukan oleh sistem sara dengan perke"ualian spingter
eksterna yang berada dalam pengendalian *oluntar. Serabut parasimpatis
berjalan melalui sara agus ke bagian tengah kolon trans*ersum, dan sara
pelpikus yang berasal dari daerah sakral menyuplai bagian distal. Serabut
simpatis meninggalkan medula spinalis melalui sara splangnikus. Serabut
sara ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan aortikorenalis, kemudian serabut
pas"a ganglionik menuju kolon. !angsangan simpatis menghambat sekresi dan
kontraksi, serta merangsang spingter rektum. !angsangan parasimpatis
mempunyai eek yang berlawanan.
Gambar 1. Anatomi -sus &esar
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
4/29
2
Gambar 2. 3apisan Kolon
C. Fisiologi
-sus besar memiliki berbagai ungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
isi usus. 4ungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid
berungsi sebagai reser*oir yang menampung massa eses yang sudah
terhidrasi hingga berlangsungnya deekasi. Kolon mengabsorpsi sekitar 566 ml
per hari, bandingkan dengan usus halus sekitar 5666ml. Namun demikian ,
kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar $%66 1 666 ml per hari. &ila
jumlah ini dilampaui akan mengakibatkan diare.
Sejumlah ke"il pen"ernaan usus besar terutama disebabkan oleh bakteri dan
bukan oleh kerja en7im. -sus besar menyekresi mukus alkali yang tidak
mengandung en7im. 8ukus ini bekerja untuk melumaskan dan melindungi
mukosa. Pada umumnya usus besar bergerak se"ara lambat. 9erakan usus
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
5/29
%
besar yang khas adalah pengadukan haustral. 9erakan ini tidak progresi, tetapi
menyebabkan isi usus bergerak bolak balik dan meremas 1 remas sehingga
memberi "ukup waktu untuk terjadinya absorpsi.
9erakan peristaltik ini menggerakkan massa eses, ke depan, akhirnya
merangsang deekasi. 'eekasi dikendalikan oleh singter ani eksterna dan
interna. Singter interna dikendalikan oleh sistem sara otonom, sedangkan
singter eksterna dikendalikan oleh sistim sara *oluntar. !elek deekasi
terintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Serabut
parasimpatis men"apai melalui sara splangnikus panggul dan menyebabkan
terjadinya kontraksi rektum dan relaksasi spingter interna. Pada waktu rektumyang teregang berkontraksi, otot le*ator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan analus ano rektal menghilang. +tot singter eksterna
dan interna berelaksasi pada waktu anus tertarik ke atas melebihi massa eses.
'eekasi diper"epat dengan tekanan intra abdomen yang meningkat akibat
kontraksi *oluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot
abdomen se"ara terus menerus. 'eekasi dapat dihambat oleh kontraksi
*oluntar otot singter eksterna dan le*ator ani.
D. !i"emiologi
'i dunia kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga pada tingkat insiden
dan mortalitas.$#$/ Pada tahun 66 terdapat lebih dari $ juta insiden kanker
kolorektal dengan tingkat mortalitas lebih dari %6:. ;,% persen pria penderita
kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya men"apai
;,/ persen dari total jumlah penderita kanker. Angka insiden tertinggi terdapat
pada ndia, Amerika Selatan dan Arab >srael. #$2 'i nsiden kanker yang paling sering adalah kanker paru@
paru ($/,/:), diikuti oleh kanker kolorektal ($/,:) dan kanker payudara
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
6/29
($/:). Kanker paru@paru juga merupakan kanker yang tersering menyebabkan
kematian (/2$.566) diikuti oleh kanker kolorektal (6/.?66), kanker lambung
($/?.;66) dan kanker payudara ($;.;66).
'engan estimasi ,; juta kasus baru (%2: mun"ul pada pria, 2: pada wanita)
dan $,? juta kematian (%: pada pria, 22: pada wanita) tiap tahunnya.$% 'i
Amerika kanker kolorektal merupakan penyebab kematian tersering setelah
kanker paru paru dan menduduki peringkat ketiga pada kanker yang terdapat
pria dan wanita dengan lebih dari $/6.666 kasus baru tiap tahun dan
menyebabkan kematian %%.666 orang tiap tahun.$/#'ari data berdasarkan $;
tahun ollow up pada insiden kanker kolorektal di Swedia pada tahun $;6pada %/./?? kasus yang diketemukan (5.66/ pria dan %./?2 wanita),
'idapatkan suatu hubungan yaitu $) terdapat perbedaan insiden pada pria dan
wanita yang berusia lanjut, yang meningkat seiring dengan usia= )
meningkatnya insiden kanker kolorektal seiring dengan kepadatan penduduk=
/) rendahnya insiden pada pria yang belum pernah menikah dibandingkan
dengan pria lainnya.$
Perkiraan insiden kanker di >ndonesia adalah $66 per $66.666 penduduk.
Namun, hanya /,: dari kasus kanker yang baru men"ari perawatan di !umah
Sakit. Program yang dilaksanakan oleh proyek pengawasan kanker terpadu
yang berbasis komunitas di Sidoarjo menunjukkan kenaikan $6@6: dari kasus
kanker yang menerima perawatan dari !umah Sakit.$? 'ewasa ini kanker
kolorektal telah menjadi salah satu dari kanker yang banyak terjadi di
>ndonesia, data yang dikumpulkan dari $/ pusat kanker menunjukkan bahwa
kanker kolorektal merupakan salah satu dari lima kanker yang paling sering
terdapat pada pria maupun wanita.
'ari berbagai laporan, di >ndonesia terdapat kenaikan jumlah kasus kanker
kolorektal, meskipun belum ada data yang pasti, namun data di 'epartemen
Kesehatan didapati angka $,5 per $66 ribu penduduk.% Sejak tahun $;;2@66/,
terdapat /? keganasan kolorektal yang datang berobat ke !S Kanker
'harmais (!SK'). &erdasarkan data rekam medik hanya didapatkan 2?
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
7/29
?
penderita dengan "atatan lengkap, terdiri dari 6/ (%2,%?:) pria dan $;
(2/,2%:) wanita berusia antara 6@?$ tahun.$/
. tiologi "an Fa$tor %esi$o
ingga saat ini tidak diketahui dengan pasti apa penyebab kanker kolorektal.
0erdapat beberapa aktor resiko yang menyebabkan seseorang akan rentan
terkena kanker kolorektal yaituB
$. -sia di atas %6 tahun.
. 8engidap polyp kolorektal.
/. 8empunyai riwayat keluarga menderita kanker kolorektal.
2. Kelainan genetik. &entuk yang paling sering dari kelainan gen yang dapat
menyebabkan kanker ini adalahperubahan pada gen hereditary nonpolyposis
colon cancer(NP).
%. !adang usus besar, berupa "olitis ul"erati atau penyakit rohn yang
menyebabkan inlamasi atau peradangan pada usus untuk jangka waktu lama,
akan meningkatkan resiko terserang kanker kolorektal.
. 'iet, makanan tinggi lemak (khususnya lemak hewan) dan rendah
kalsium, olat dan rendah serat, jarang makan sayuran dan buah@buahan, sering
minum alkohol.
?. !iwayat pribadi mengidap adenoma atau adenokarsinoma kolorektal
mempunyai resiko lebih besar / kali lipat.
5. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome, pada
semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang menjadi kanker
rektal;. !esiko sedikit meningkat pada pasienJuvenile polyposis syndrome, Peutz-
Jeghers syndrome, danMuir syndrome.
$6. >nlammatory bo!el disease
C Kolitis -lserati (resiko /6 : setelah berumur % tahun)
C rohn disease, berisiko 2 sampai $6 kali lipat
F. Fa$tor %esi$o $olore&tal
http://id.wikipedia.org/wiki/Diethttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lemak_hewan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kalsiumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Diethttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lemak_hewan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kalsium7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
8/29
5
1. Poli!
Kepentingan utama dari polip bahwa telah diketahui potensial untuk menjadi
kanker kolorektal.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
9/29
;
9abungan mutasi dari ketiga kelompok gen ini akan menyebabkan kelainan
siklus sel, yang sering terjadi adalah mutasi gen yang berperan dalam
mekanisme kontrol sehingga tidak berungsi baik, akibatnya sel akan
berkembang tanpa kontrol (yang sering terjadi pada manusia adalah mutasi gen
p%/).
Gambar '.Adenoma ar"inoma SeEuen"es
Akhirnya akan terjadi pertumbuhan sel yang tidak diperlukan, tanpa kendali
dan karsinogenesis dimulai. Se"ara histologi polip diklasiikasikan sebagai
neoplastik dan non neoplastik. Non neoplastik polip tidak berpotensi maligna,
yang termasuk polip non neoplastik yaitu polip hiperplastik, mukous retention
polip, hamartoma (ju*enile polip), limoid aggregate dan inlamatory polip.
Neoplastik polip atau adenomatous polip berpotensial berdegenerasi maligna=dan berdasarkan F+ diklasiikasikan sebagai tubular adenoma, tubulo*illous
adenoma dan *illous adenoma (gambar .%). 0ujuh puluh persen dari polip
berupa adenomatous, dimana ?%:@5%: tubular adenoma, $6:@%:
tubulo*illous adenoma dan *illous adenoma dibawah %:.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
10/29
$6
Gambar (. Adenomatous Polip
'isplasia dapat dikategorikan menjadi low atau high grade. nsiden dari
kanker meningkat dari ,%@2 old jika polip lebih besar dari $ "m, dan %@? old
pada pasien yang mempunyai multipel polip. 'ari penelitian didapatkan bahwa
polip yang lebih besar dari $ "m jika tidak ditangani menunjukkan risiko
menjadi kanker sebesar ,%: pada % tahun, 5: pada $6 tahun dan 2: pada
6 tahun. Faktu yang dibutuhkan untuk menjadi malignansi tergantung
beratnya derajat displasia. 0iga koma lima tahun untuk displasia sedang dan
$$,% tahun untuk atypia ringan.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
11/29
$$
Gambar ).Polip Neoplastik. (A) tubular adenoma, (&) *illous adenoma, ()
tubulo*illous adenoma, (') karsinoma pada tangkai tubular adenoma, (
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
12/29
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
13/29
$/
terdekat yang mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan
untuk menderita kanker kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan
dengan seseorang yang tidak memiliki riwayat kanker kolorektal pada
keluarganya.
b. /ere"iter Kan$er Kolore$tal
Abnormalitas genetik terlihat mampu memediasi progresi dari normal
menuju mukosa kolon yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh
karsinoma dan adenokarsinoma yang besar berhubungan dengan mutasi.
3angkah yang paling penting dalam menegakkan diagnosa dari sindrom
kanker herediter yaitu riwayat kanker pada keluarga. 8utasi sangat jarang
terlihat pada adenoma yang lebih ke"il dari $ "m.
Alleli" deletion dari $?p ditunjukkan pada I dari seluruh kanker kolon, dan
deletion dari %E ditunjukkan lebih dari $/ dari karsinoma kolon dan
adenoma yang besar.'ua sindrom yang utama dan beberapa *arian yang
utama dari sindrom ini menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali
karakternya. 'ua sindrom ini, dimana mempunyai predisposisi menuju
kanker kolorektal memiliki mekanisme yang berbeda, yaitu amilial
adenomatous polyposis (4AP) dan hereditary non polyposis "olore"tal
"an"er (NP).
FAP
9en yang bertanggung jawab untuk 4AP yaitu gen AP, yang berlokasi
pada kromosom %E$. Adanya deek pada AP tumor supresor gen dapat
menggiring kepada kemungkinan pembentukan kanker kolorektal pada
umur 26 sampai %6 tahun.Pada 4AP yang telah berlangsung "ukup lama
(gambar .5), didapatkan polip yang sangat banyak untuk dapat
dilakukannya kolonoskopi polipektomi yang aman dan adekuat= ketika hal
ini terjadi, direkomendasikan untuk melakukan prophyla"ti" subtotal
"ole"tomy diikuti dengan endoskopi pada bagian yang tersisa. >dealnya
prophyla"ti" "ole"tomy harus ditunda ke"uali terdapat terlalu banyak polip
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
14/29
$2
yang dapat ditangani dengan aman. Prosedur pembedahan elekti harus
sedapat mungkin dihindari ketika memungkinkan. S"reening untuk polip
harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan 4AP yang diberi 266 mg
"ele"o#ib, dua kali sehari selama enam bulan mengurangi rata rata jumlah
polip sebesar 5:. 0umor lain yang mungkin mun"ul pada sindrom 4AP
adalah karsinoma papillary thyroid, sar"oma, hepatoblastomas, pan"reati"
"ar"inomas, dan medulloblastomas otak.6 arian dari 4AP termasuk
gardnerHs syndrom dan tur"otHs syndrom.
/NPCC
Pola autosomal dominan dari NP termasuk lyn"hHs sindrom > dan
>>.9enerasi multipel yang dipengaruhi dengan kanker kolorektal mun"ul
pada umur yang muda (2% tahun), dengan predominan lokasi kanker
pada kolon kanan. Abnormalitas genetik ini terdapat pada mekanisme
mismat"h repair yang bertanggung jawab pada deek eksisi dari abnormal
repeating seEuen"es dari 'NA, yang dikenal sebagai mikrosatellite
(mikrosatellite instability). !etensi dari sEuen"es ini mengakibatkan
ekspresi dari phenotype mutator, yang dikarakteristikkan oleh rekuensi
'NA replikasi error (!
mengakibatkan seseorang memiliki multitude dari malignansi primer.
Pasien dengan NP mungkin juga memiliki adenoma seba"eous,
"ar"inoma seba"eous, dan multipel kerato"anthoma, 0ermasuk kanker
dari endometrium, o*arium, kandung kemih, ureter, lambung dan traktus
biliaris.#6 Jika dibandingkan dengan sporadi" kanker kolorektal, tumor
pada NP seringkali poorly dierentiated, dengan gambaran mu"oid
dan signet@"ell, reaksi yang mirip "rohnHs (nodul lymphoid, germinal
"enters, yang berlokasi pada perier inlitrasi kanker kolorektal),
kehadiran iniltrasi lympho"ytes diantara tumor. Karsinogenesis yang
terakselerasi mun"ul pada NP, pada keadaan ini adenoma kolon
yang berukuran ke"il dapat menjadi karsinoma dalam @/ tahun, bila
dibandingkan dengan proses pada rata@rata kanker kolorektal yang
membutuhkan waktu 5@$6 tahun. Ketika kriteria amsterdam digunakan
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
15/29
$%
untuk menentukan proporsi dari kanker kolorektal yang dikarenakan
NP, estimasi keakurasiannya sekitar $@ : (tabel .$).
(. Diet
8asyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat
berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan
penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya
hubungan antara serat dan kanker kolorektal. Ada dua hipotesis yang
menjelaskan mekanisme hubungan antara diet dan resiko kanker kolorektal.
0eori pertama adalah pengakumulasian bukti epidemiologi untuk asosiasi
antara resistensi insulin dengan adenoma dan kanker kolorektal.
8ekanismenya adalah menkonsumsi diet yang berenergi tinggi mengakibatkan
perkembangan resistensi insulin diikuti dengan peningkatan le*el insulin,
trigliserida dan asam lemak tak jenuh pada sirkulasi. 4aktor sirkulasi ini
mengarah pada sel epitel kolon untuk menstimulus prolierasi dan juga
memperlihatkan interaksi oksigen reakti.
Pemaparan jangka panjang hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan
kanker kolorektal. ipotesis kedua adalah identiikasi berkelanjutan dari agen
yang se"ara signiikan menghambat karsinogenesis kolon se"ara e#perimental.
'ari pengamatan tersebut dapat disimpulkan mekanismenya, yaitu hilangnya
ungsi pertahanan lokal epitel disebabkan kegagalan dierensiasi dari daerah
yang lemah akibat terpapar toksin yang tak dapat dikenali dan adanya respon
inlamasi okal, karakteristik ini didapat dari bukti teraktiasinya en7im +M@
dan stres oksidati dengan lepasnya mediator oksigen reakti. asil dari
prolierasi okal dan mutagenesis dapat meningkatkan resiko terjadinya
adenoma dan aberrant "rypt o"i. Proses ini dapat dihambat denganB
(a) demulsi yang dapat memperbaiki permukaan lumen kolon
(b) agen anti@inlamasi= atau
(") anti@oksidan.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
16/29
$
Kedua mekanisme tersebut, misalnya resistensi insulin yang berperan
melalui tubuh dan kegagalan pertahanan okal epitel yang berperan se"ara
lokal, dapat menjelaskan hubungan antara diet dan resiko kanker
kolorektal.
). Ga+a /i"!
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 6 tahun mempunyai risiko tiga kali
untuk memiliki adenokarsinoma yang ke"il, tapi tidak untuk yang besar.
Sedangkan merokok lebih dari 6 tahun berhubungan dengan risiko dua
setengah kali untuk menderita adenoma yang berukuran besar.
G. 0anifestasi $linis
9ejala@gejala kanker kolorektal meliputiB
$. Pendarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada
eses saat buang air besar, sehingga e"es berwarna hitam.
. Perubahan pada ungsi usus (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas,
berlangsung lebih dari enam minggu
/. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
2. !asa sakit di perut atau bagian belakang
%. 4eses yang lebih ke"il dari biasanya
. 'iare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
&A&
?. Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering latus, kembung, rasa penuhpada perut atau nyeri
5. 8ual dan muntah,
;. !asa letih dan lesu
$6. Pada tahap lanjut dapat mun"ul gejala pada traktus urinarius dan nyeri
pada daerah gluteus.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
17/29
$?
Kadang@kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang
tampak pada beberapa gejala seperti kesakitan, sembelit, rasa sakit dan rasa
kembung di perut.
/. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui se"ara pasti, namun
makanan merupakan aktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. aitu
berkorelasi dengan aktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak
hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di
dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat jugadipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (;%:)
adenokarsinoma (mun"ul dari lapisan epitel dalam usus D endotel). 8un"ulnya
tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi
ganas dan menyusup, serta merusak= jaringan normal dan meluas ke dalam
struktur sekitarnya. 0umor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke
dalam lumen, dan dengan "epat meluas ke sekitar usus sebagai striktura
annular (mirip "in"in). 3esi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid,
sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon
asendens.
0umor dapat menyebar melalui B
>niltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih (*esika urinaria).
Penyebaran lewat pembuluh lime limogen ke kelenjar lime perikolon dan
mesokolon.
8elalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah balik ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu idyat ($$;?) diantaranyaB
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
18/29
$5
Stadium > bila keberadaan sel@sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding
usus besar (lapisan mukosa).
Stadium >> terjadi saat sel@sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
Pada stadium >>> sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar lime yang
banyak terdapat di sekitar usus.
Stadium > terjadi saat sel@sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar
lime atau bahkan ke organ@organ lain.
Klasifi$asi
Klasiikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem 0N8 (0 D tumor, N D
kelenjar getah bening regional, 8 Djarak metastese).
0 0umor primer
0+ 0idak ada tumor
0> >n*asi hingga mukosa atau sub mukosa
0 >n*asi ke dinding otot
0/ 0umor menembus dinding otot
N Kelenjar lima
N6 tidak ada metastase
N$ 8etastasis ke kelenjar regional unilateral
N 8etastasis ke kelenjar regional bilateral
N/ 8etastasis multipel ekstensi ke kelenjar regional
8 8etastasis jauh8+ 0idak ada metastasis jauh
8> Ada metastasis jauh
Karsinoma olon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. &iasanya
tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala@gejala mun"ul se"ara berlahan
dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.
0umor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
19/29
$;
perut,men"apai serosa dan mesenterik at. Kemudian tumor mulai melekat
pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus
besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini
langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar
melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel
bergerak menuju li*er. 0empat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian
metastase ke paru@paru.Penambahan untuk ineksi se"ara langsung dan
menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor "olon juga dapat menyebar
pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan.
Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pe"ah
menuju ke rongga peritonial.
I. Pemeri$saan Pennang
1. Bio!si
Konirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika
terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi
maka sikat sitologi akan sangat berguna.
2. Car&inoembrioni$ Antigen CA3 S&reening
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
20/29
6
8eskipun keterbatasan spesiitas dan sensiitas dari tes
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
21/29
$
8etastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana
sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas sebagai akibat iniltrasi sel
neoplastik. 8eskipun $6 "m merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin
dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa %6: dari kanker kolon dapat
dijangkau oleh jari, sehingga !e"tal e#amination merupakan "ara yang baik
untuk mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan.
). Barim nema
0ehnik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium
enema yang sensitiitasnya men"apai ;6: dalam mendeteksi polip yangberukuran O$ "m. 0ehnik ini jika digunakan bersama@sama leksibel
sigmoidoskopi merupakan "ara yang hemat biaya sebagai alternati pengganti
kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau
digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai
riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. !isiko perorasi dengan
menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 6,6 :. Jika terdapat
kemungkinan perorasi, maka sebuah kontras larut air harus digunakan
daripada barium enema. &arium peritonitis merupakan komplikasi yang sangat
serius yang dapat mengakibatkan berbagai ineksi dan peritoneal ibrosis.
0etapi sayangnya sebuah kontras larut air tidak dapat menunjukkan detail yang
penting untuk menunjukkan lesi ke"il pada mukosa kolon.
6. n"os$o!i
0es tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena /: dari
pasien mempunyai syn"hronous kanker dan berkemungkinan untuk
mempunyai polip premaligna.
a. Pro$tosigmoi"os$o!i
Pemeriksaan ini dapat menjangkau 6@% "m dari linea dentata, tapi akut
angulasi dari rektosigmoid jun"tion akan dapat menghalangi masuknya
instrumen. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 6@%: dari kanker kolon.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
22/29
!igid pro"tosigmoidoskopi aman dan eekti untuk digunakan sebagai
e*aluasi seseorang dengan risiko rendah dibawah usia 26 tahun jika
digunakan bersama sama dengan o""ult blood test.
b. Fle5ible Sigmoi"os$o!i
4le#ible sigmoidos"opi dapat menjangkau 6 "m kedalam lumen kolon dan
dapat men"apai bagian proksimal dari kolon kiri. 3ima puluh persen dari
kanker kolon dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini. 4le#ible
sigmoidos"opi tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi terapeutik
polipektomi, kauterisasi dan sema"amnya= ke"uali pada keadaan khusus,seperti pada ileorektal anastomosis. 4le#ible sigmoidos"opi setiap % tahun
dimulai pada umur %6 tahun merupakan metode yang direkomendasikan
untuk s"reening seseorang yang asimptomatik yang berada pada tingkatan
risiko menengah untuk menderita kanker kolon. Sebuah polip adenomatous
yang ditemukan pada le#ible sigmoidos"opi merupakan indikasi untuk
dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun ke"il (G$6 mm), adenoma yang
berada di distal kolon biasanya berhubungan dengan neoplasma yang
letaknya proksimal pada @$6: pasien.
&. Kolonos$o!i
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa
kolon dan re"tum (gambar .$/). Sebuah standar kolonoskopi panjangnya
dapat men"apai $6 "m. Kolonoskopi merupakan "ara yang paling akurat
untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari $ "m dan
keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar ;2:, lebih baik daripada
barium enema yang keakuratannya hanya sebesar ?:. Sebuah
kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari striktur.
Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi
utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perorasi) hanya mun"ul kurang
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
23/29
/
dari 6,: pada pasien. Kolonoskopi merupakan "ara yang sangat berguna
untuk mendiagnosis dan manajemen dari inlammatory bowel disease, non
akut di*ertikulitis, sigmoid *ol*ulus, gastrointestinal bleeding, megakolon
non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi
pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan
merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan
perorasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik.
7. Imaging Te*ni$
8!>, 0 s"an, transre"tal ultrasound merupakan bagian dari tehnik imagingyang digunakan untuk e*aluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker
kolon, tetapi tehnik ini bukan merupakan s"reening tes.
a. CT s&an
0 s"an dapat menge*aluasi abdominal "a*ity dari pasien kanker kolon pre
operati. 0 s"an bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal,
o*arium, kelenjar lima dan organ lainnya di pel*is. 0 s"an sangat berguna
untuk mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
24/29
2
menggunakan 0 s"an. Karena sensiitasnya yang lebih tinggi daripada 0
s"an, 8!> dipergunakan untuk mengidentiikasikan metastasis ke hepar.
&. n"os$o!i UltraSon" US3
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
25/29
%
oun"il telah merekomendasikan pola diet pada tahun $;5. !ekomendasi ini
diantaranya B
(a) menurunkan lemak total dari 26 ke /6: dari total kalori
(b) meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat
(") membatasi makanan yang diasinkan, diawetkan dan diasapkan
(d) membatasi makanan yang mengandung bahan pengawet
(e) mengurangi konsumsi alkohol.
'. Non Steroi" Anti Inflammation Drg
Penelitian pada pasien amilial poliposis dengan menggunakan NSA>'
sulinda" dosis $%6 mg se"ara signiikan menurunkan rata@rata jumlah dan
diameter dari polip bila dibandingkan dengan pasien yang diberi plasebo.
-kuran dan jumlah dari polip bagaimanapun juga tetap meningkat tiga bulan
setelah perlakuan dihentikan. 'ata lebih jauh menunjukkan bahwa aspirin
mengurangi ormasi, ukuran dan jumlah dari polip= dan menurunkan insiden
dari kanker kolorektal, baik pada kanker kolorektal amilial maupun non
amilial.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
26/29
K. Penatala$sanaan
1. Pembe"a*an
Pembedahan adalah satu satunya "ara yang telah se"ara luas diterima sebagai
penanganan kurati untuk kanker kolorektal. Pembedahan kurati harus
mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi
sementara mempertahankan ungsi dari kolon sebisanya. -ntuk lesi diatas
rektum, reseksi tumor dengan minimum margin % "m bebas tumor. Pendekatan
laparaskopik kolektomi telah dihubungkan dan dibandingkan dengan tehnik
bedah terbuka pada beberapa randomi7ed trial.
Subtotal kolektomi dengan ileoproktostomi dapat digunakan pada pasien kolon
kanker yang potensial kurabel dan dengan adenoma yang tersebar pada kolon
atau pada pasien dengan riwayat keluarga menderita kanker kolorektal.
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
27/29
?
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
28/29
5
Pemakaian adju*ant kemoterapi untuk penderita kanker kolorektal stadium
>> masih kontro*ersial. Peneliti dari National Surgi"al Adju*ant &reast
Proje"t (NSA&P) menyarankan penggunaan adju*ant terapi karena dapat
menghasilkan keuntungan yang meskipun ke"il pada pasien stadium >>
kanker kolorektal pada beberapa penelitiannya. Sebaliknya sebuah meta@
analysis yang mengikutkan sekitar $666 pasien menunjukkan perbedaan
yang tidak bermakna pada %@years sur*i*al rate sebesar :, antara yang
diberi perlakuan dan yang tidak untuk semua pasien stage >>.
b. A"8ant Kemotera!i nt$ Kan$er Kolore$tal Sta"im III
Penggunaan %@4- L le*amisole atau %@4- L leu"o*orin telah menurunkan
insiden rekurensi sebesar 2$: pada sejumlah prospekti randomi7ed trial.
0erapi selama satu tahun dengan menggunakan %@4- L le*amisole
meningkatkan %@year sur*i*al rate dari %6: menjadi : dan menurunkan
kematian sebesar //:. Pada kebanyakan penelitian telah menunjukkan
bahwa bulan terapi dengan menggunakan %@4- L leu"o*orin telah terbukti
eekti dan sebagai konsekuensinya, standar regimen terapi untuk stage >>>
kanker kolorektal adalah %@4- L leu"o*orin.
&. A"8ant Kemotera!i Kan$er Kolore$tal Sta"im 9ant
Sekitar delapan puluh lima persen pasien yang terdiagnosa kanker
kolorektal dapat dilakukan pembedahan. Pasien dengan kanker yang tidak
dapat dilakukan penanganan kurati, dapat dilakukan penanganan
pembedahan palliati untuk men"egah obstruksi, perorasi, dan perdarahan.
&agaimanapun juga pembedahan dapat tidak dilakukan jika tidak
menunjukkan gejala adanya metastase. Penggunaan stent kolon dan ablasi
laser dari tumor intraluminal "ukup memadai untuk kebutuhan pembedahan
walaupun pada kasus asymptomatik.
!adiasi terapi dapat digunakan sebagai tindakan primer sebagai modalitas
penanganan untuk tumor yang ke"il dan bersiat mobile atau dengan
kombinasi bersama sama kemoterapi setelah reseksi dari tumor. !adiasi
terapi pada dosis palliati meredakan nyeri, obstruksi, perdarahan dan
7/25/2019 4. Tinjauan Pustaka.doc
29/29
;
tenesmus pada 56: kasus. Penggunaan hepati" arterial inusion dengan %@
4- terlihat meningkatkan tingkat respon, tetapi penggunaan ini dapat
mengakibatkan berbagai masalah termasuk berpindahnya kateter, sklerosis
biliaris dan gastrik ulserasi. !egimen standar yang sering digunakan adalah
kombinasi %@4- dengan leu"o*orin, "ape"itabine (oral %@4- prodrug),
lo#uridine (4-'!), irinote"an ("pt@$$) dan o#aliplatin.
(. Penanganan Jang$a Panang
0erdapat beberapa kontro*ersi tentang rekuensi pemeriksaan ollow up untuk
rekurensi tumor pada pasien yang telah ditangani dengan kanker kolon.
&eberapa tenaga kesehatan telah menggunakan pendekatan nihilisti" (karena
prognosis sangat jelek jika terdeteksi adanya rekurensi dari kanker). Sekitar
?6: rekurensi dari kanker terdeteksi dalam jangka waktu tahun, dan ;6:
terdeteksi dalam waktu 2 tahun. Pasien yang telah ditangani dari kanker kolon
mempunyai insiden yang tinggi dari meta"hronous kanker kolon. 'eteksi dini
dan penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini dapat meningkatkan prognosa.
Recommended