View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
(BPRS) DI INDONESIA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA)
PERIODE 2016-2019
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
FAJAR ABIYYU ASSA OETOMO
NIM: 1113085000073
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2020
ii
Lembar Pengesahan Skripsi
iii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
iv
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
v
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Fajar Abiyyu Assa Oetomo
Alamat : Jalan Sirsak , Gg. H. Usman RT 02/ RW 04
No. 14 Kel. Ciganjur Kec. Jagakarsa, Kota
Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta , 12630
Telepon : 0818-0498-0568
Email : fajarabiyyu1087@gmail.com
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Juli 1995
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
SD SDN Cilandak Timur 08 Pg Jakarta Selatan 2001 2007
SMP SMPN 107 Jakarta Jakarta Selatan 2007 2010
SMA SMAN 97 Jakarta Tangerang
Selatan 2010 2013
S1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Tangerang
Selatan 2013 2020
C. PENDIDIKAN INFORMAL
Lembaga Jenis Pelatihan Lokasi Tahun Pelatihan
Komunitas
Motivasi
Pemuda
Indonesia
Gebyar Provocation Training UI Depok 2010
vii
D. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/ Institusi Tahun
Ketua Biro Eksteral LiSEnSi UIN Jakarta 2016-2017
Ketua Bidang III HMJ Perbankan Syariah FEB UIN Jakarta 2014-2015
Pratama Putra Pramuka SMPN 107 Jakarta 2008
Sekretaris Senat Mahasiswa FEB UIN Jakarta 2015-2016
Anggota ROHIS SMAN 97 Jakarta 2010-2013
Anggota PMII KOMFEIS UIN Jakarta 2014-2017
E. SOFTSKILLS
o Microsoft Office (Word, Excel Access dan Powerpoint)
o Design Grafis (Adobe Photoshop)
o Bahasa (English dan Indonesia)
F. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
Nama : Utomo
Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 16 Desember 1966
Pendidikan Terakhir : SMA
2. Ibu
Ibu : Purwati
Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 26 Januari 1974
Pendidikan Terakhir : SMP
viii
ABSTRACT
This study was aimed to measure the rural bank condensed (BPRS) efficiency level
in Indonesia during 2016-2019 using Data Envelopment Analysis (DEA) method
based on VRS assumption and using non parametric approach. This study was also
to identify factors that increase the efficiency level using the variables that used in
this research. The study used all the BPRS in Indonesia during the period 2016-
2019 in the first until the fourth quartal as the population and also for the sample
itself.
Keywords: Data Envelopment Analysis, Efficiency, BPRS
ix
ABSTRAK
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia selama periode 2016-2019 dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis berdasarkan asumsi VRS
dengan menggunakan pendekatan non parametrik. Penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat efisiensi dari variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan
seluruh BPRS di Indonesia selama periode 2016-2019 pada kuartal pertama hingga
kuartal keempat sebagai populasi dan sampelnya.
Kata Kunci : Data Envelopment Analysis (DEA), Efficiency, Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS)
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan segala
nikmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia dengan Menggunakan metode Data Envelopment Analysis
(DEA) Periode 2016-2019” dengan baik. Shalawat serta salam peneliti haturkan
kepada Nabi Muhammad salllallahu alaihi wassalam yang telah membawa cahaya
dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang terutama dengan adanya ilmu
pengetahuan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan, bantuan dan semangat
serta doa dari semua orang di sekeliling peneliti selama proses penyelesaian skripsi
ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu yang selalu memberikan doa, mendukung
peneliti baik secara material maupun nonmaterial, lahiriah maupun batiniah
serta selalu memberikan semangat dan dukungan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP.,CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengizinkan peneliti melakukan
penelitian ini.
xi
3. Ibu Aini Masruroh, S.E.i., M.M. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan, saran, ilmu dan bimbingan serta meluangkan waktunya
dalam proses penyelesaian penelitian skripsi hingga skripsi ini selesai.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah dan Ibu Yuke Rahmawati, MA. selaku Sekretaris Jurusan
Perbankan Syariah yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam
membantu peneliti selama perkuliahan ini.
5. Bapak Ade Suherlan, M.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan serta bimbingan baik dari aspek keilmuan maupun
keorganisasian yang sangat berarti sejak awal masuk perkuliahan sampai
penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi peneliti selama perkuliahan.
7. Seluruh jajaran karyawan dan staff di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah melayani dan membantu peneliti selama perkuliahan.
8. Saudara-saudaraku, Zulfikar Abdi Assa Oetomo, Mardikolan Shafly Assa
Oetomo, dan Fairuz Hati Assa Oetomo yang selalu memberikan dukungan
dan doa kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Perbankan Syariah 2013 kelas A dan B, atas kebersamaan
mulai dari belajar bersama, ujian bersama, diskusi bersama hingga
mengerjakan skripsi bersama.
xii
10. Kakak-kakak senior Perbankan Syariah 2012, atas bimbingan ilmu dan
pengalaman kehidupan di kampus dari awal pertama kali OPAK hingga
penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan di dalam HMJ Perbankan Syariah 2013 yang
memberikan pengalaman yang luar biasa yang tidak bisa peneliti dapatkan
sendirian.
12. Rekan-rekan SEMA FEB UIN Jakarta atas kesempatannya walau masih
banyak kekurangan dalam menyelesaikan amanah yang diberikan, semoga
sukses selalu di antara kita.
13. Teman-teman LiSEnSi 2013, yang selalu memberikan banyak pembelajaran
terkait keilmuan, berorganisasi, pengalaman hidup, kekompakan, serta suka
duka selama menjabat di organisasi hingga penyelesaian skripsi ini.
14. KKN Muncul 236 2016, Ibu Yeni Ratna Yuningsih, S.Ag., MA., Ph.D.,
Hexa, Maulida Putri, Syifa, Ummu, Opi, Fanny, Athar, Abdur, Pongki, dan
Saniman atas pengabdian selama 1 bulan yang telah kita laksanakan bersama.
tanpa KKN ini, peneliti tidak akan bisa menjalankan sidang skripsi.
15. Erna Putri Lestari yang tak bosan-bosannya mengingatkan dan membantu
pengolahan data DEA demi terselesainya penelitian ini.
16. M. Samsul Arifin dan Faris Rahman Satria, teman seperjuangan dalam
menyelesaikan penelitian ini.
17. Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti baik selama masa
perkuliahan sampai pengerjaan skripsi yang tidak dapat peneliti sebut satu
persatu. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
xiii
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh sebab
itu, peneliti mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, Maret 2020
Fajar Abiyyu Assa Oetomo
xiv
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ......................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ................................................................ xvii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
C. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11
A. Tinjauan Teori ............................................................................................ 11
xv
B. Keterkaitan Hubungan Variabel Input dan Output .................................... 23
C. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 24
D. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 27
E. Hipotesis ..................................................................................................... 28
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 29
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 29
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 30
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 30
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 31
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 34
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 42
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 42
B. Data Penelitian ........................................................................................... 45
C. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA) ........ 48
D. Interpretasi Hasil Penelitian ....................................................................... 55
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 62
A. Kesimpulan ................................................................................................ 62
B. Rekomendasi .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 70
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Ringkasan Statistik BPRS Tahun 2016 per kuartal (dalam Jutaan Rupiah) ... 45
Tabel 4. 2 Ringkasan Statistik BPRS Tahun 2017 per kuartal (dalam Jutaan Rupiah) ... 46
Tabel 4. 3 Ringkasan Statistik BPRS Tahun 2018 per kuartal (dalam Jutaan Rupiah) ... 47
Tabel 4. 4 Ringkasan Statistik BPRS Tahun 2019 per kuartal (dalam Jutaan Rupiah) ... 48
Tabel 4. 5 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia tahun 2016 (%) .................. 49
Tabel 4. 6 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia tahun 2017 (%) .................. 49
Tabel 4. 7 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia kuartal III tahun 2017 (Jutaan
Rupiah) .............................................................................................................................. 50
Tabel 4. 8 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia tahun 2018 (%) .................. 51
Tabel 4. 9 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia kuartal II tahun 2018 (Jutaan
Rupiah) .............................................................................................................................. 52
Tabel 4. 10 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia kuartal III tahun 2018 (Jutaan
Rupiah) .............................................................................................................................. 53
Tabel 4. 11 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia tahun 2019 (%) ................ 55
Tabel 4. 12 Nilai Rata-Rata Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia tahun 2017 (Jutaan
Rupiah) .............................................................................................................................. 56
Tabel 4. 13 Nilai Rata-Rata Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia tahun 2018 (Jutaan
Rupiah) .............................................................................................................................. 57
xvii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Bagan 2. 1 Kerangka Penelitian ............................................................................ 27
Gambar 3. 1 Pengukuran Efisiensi dengan Menggunakan 1 Input dan 1 Output . 38
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1: Perkembangan Aset, Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS di
Indonesia (2016-2019) ............................................................................................ 3
Grafik 1. 2 Perkembangan Perbandingan Total Asset antara BPRS dengan
Perbankan Syariah (2016-2019) .............................................................................. 4
Grafik 1. 3 Perkembangan Jumlah BPRS di Indonesia (2016-2019)...................... 5
Grafik 1. 4 Perkembangan Penyaluran Pembiayaan pada UMKM (2016-2019).... 6
Grafik 1. 5 Perkembangan Total Aset BPRS tahun 2016-2019 (dalam jutaan rupiah)
................................................................................................................................. 7
Grafik 1. 6 Perkembangan BOPO BPRS tahun 2016-2019 .................................... 8
Grafik 4. 1 Komposisi DPK BPRS dengan perkembangannya 43
Grafik 4. 2 Komposisi Pembiayaan BPRS dengan perkembangannya ................. 44
Grafik 4. 3 Perbandingan Efisiensi BPRS di Indonesia tahun 2017 ..................... 50
Grafik 4. 4 Perbandingan Efisiensi BPRS di Indonesia tahun 2018 ..................... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu organisasi, kinerja merupakan kemampuan yang dimiliki
dalam menerapkan strategi secara efektif untuk memastikan semua tujuan yang
ingin dicapai dapat diwujudkan. Untuk mengetahui apakah suatu perusahaan
atau organisasi sudah menjalankan aktivitasnya dengan benar dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, perlu dilakukan pengukuran kinerja. Dengan
diketahunya nilai kinerja suatu organisasi dapat mengetahuhi bagaimana
kinerja mereka jika dibandikan dengan targe sehinggat dapat melakukan
perbaikan. Salah satu kriteria pengukuran kinerja adalah efisiensi atau
prodktivitas yang mengealuasi hubungan antara input dan output (Anshori,
2009 : 32).
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peranan penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga
intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan
kelebihan dananya tersebut di bank dengan pihak yang kekurangan dana
(defisit unit) yang meminjam dana ke bank. Fungsi intermediasi ini akan
berjalan dengan baik apabila surplus unit dan defisit unit memiliki kepercayaan
terhadap bank. Berjalannya fungsi intermediasi suatu perbankan akan
meningkatkan penggunaan dana. Dana yang telah dihimpun kemudian akan
disalurkan ke masyarakat dalam berbagai bentuk aktivitas produktif. Aktivitas
2
produktif ini yang kemudian akan meningkatkan output dan lapangan
pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan dan
adanya kebutuhan masyarakat muslim untuk mendapatkan layananjasa
keuangan yang berdasarkan syariat Islam yakni dengan prinsip bagi hasil, maka
pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan syari’ah yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan
usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2009 tentang Bank
berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan tersebutlah yang dijadikan dasar
hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan lembaga
keuangan syariah yang pertama kali mendapatkan izin usaha setelah
dikeluarkannya Pakto 1988 tentang liberailasasi perbankan yang
memungkinkan bank-bank baru selain yang ada. BPRS menjadi pendorong
perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang diikuti dengan berdirinya
Bank Muammalat Indonesia. Disahkannya UU Nomor 10 tahun 1998 yang
merupakan amandemen dari UU Nomor 7 tahun 1992, memberikan landasan
hokum yang lebih kuat bagi keberadaan system perbankan syariah dan industry
perbankan syariah berkembang lebih cepat. Pada periode 1992 sampai dengan
1998, terdapat satu bank umum syariah dan 78 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang telah beroperasi (Ansori, 2009: 32).
3
Perkembangan BPRS dalam periode lima tahun terakhir ini mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa BPRS memberikan andil dalam
pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memberikan dampak terhadap
kemajuan perekonomian terutama ekonomi skala kecil. Kondisi ini dibuktikan
dengan perkembangan aset, DPK (Dana Pihak Ketiga), dan penyaluran
pembiayaan pada tahun 2016-2019. BPRS sebagai salah satu lembaga
keuangan syariah yang mengalami peningkatan, memberikan gambaran
peluang dan potensi untuk terus dikembangakan. BPRS menjadi alternative
Lembaga keuangan konvensional terutama pada skala kecil dalam
mengembangkan sector real perekonomian pada pembiayaan usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM). Perkembangan BPRS bisa dilihat pada gambar
berikut:
Grafik 1. 1: Perkembangan Aset, Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK)
BPRS di Indonesia tahun 2016-2019 (dalam Jutaan Rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2019
9.157.801
10.840.375
12.361.734 12.409.824
6.662.556 7.763.951
9.084.467 9.396.942
5.823.964 6.987.280
8.134.938 8.135.985
-
4.000.000
8.000.000
12.000.000
16.000.000
2016 2017 2018 2019
Aset Pembiayaan DPK
4
Grafik 1. 2: Perkembangan Perbandingan Total Asset antara BPRS dengan
Perbankan Syariah 2016-2019 (dalam Jutaan Rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2019
BPRS sebagai lembaga intermediasi memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah. Lapisan ekonomi terkecil adalah usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM). Pentingnya meningkatkan kinerja BPRS salah
satunya yaitu untuk memaksimalkan perannya sebagai salah satu sumber dana
bagi UMKM yang memiliki bagian besar dalam laju perekonomian bangsa.
UMKM menjadi prioritas bisnis bagi BPRS. UU Nomor 20 tahun 2008 tentang
UMKM, memberikan gambaran bahwa UMKM merupakan kegiatan usaha
yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi
secara luas kepada masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional dan merupakan salah satu pilar
utama dalam perekonomian.
9.157.801 10.840.375 12.361.734 12.409.824
356.503.946
424.180.742 477.326.985 479.815.269
-
200.000.000
400.000.000
600.000.000
2016 2017 2018 2019
BPRS Perbankan Syariah
5
Grafik 1. 3 Perkembangan Jumlah BPRS di Indonesia (2016-2019)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2019
Pengawasan dan pengukuran tingkat efisiensi kinerja pada BPRS perlu
dilakukan dengan dasar untuk menjaga dan menganalisis pengembangan peran
dan fungsi BPRS sebagai lembaga yang memberikan pelayanan pembiayaan
kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Peningkatan efisiensi pada biaya
operasional akan meningkatkan profit dan peluang dalam persaingan. Hal ini
sesuai dengan kondisi BPRS yang banyak bersaing dengan lembaga keuangan
mikro lainnya. Peningkatan efisiensi kinerja pada BPRS pun akan menarik
nasabah dengan kualitas dan layanan yang ditawarkan. Kesadaran akan
pentingnya efisiensi dapat membantu para regulator untuk membuat peraturan
yang baik pada industri perbankan.
BPRS merupakan salah satu sumber dana untuk UMKM, berdasarkan
data statistik perbankan Syariah (SPS) per Maret 2019, pernyaluran
pembiayaan BPRS pada UMKM mencapai Rp 4,140 triliun. Jumlah ini selalu
meningkat setiap tahunnya. data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
166 167 167 165
453 441 495 496
-
100
200
300
400
500
600
2016 2017 2018 2019
Jumlah Unit Jumlah Kantor
6
Grafik 1. 4 Perkembangan Penyaluran Pembiayaan pada UMKM 2016-2019
(dalam Jutaan Rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2019
Data Envelopment Analysis menghitung nilai efisiensi untuk seluruh unit
bank-bank syariah. Data Envelopment Analysis merupakan prosedur yang
dirancang khusus untuk mengukur nilai efisiensi yang menggunakan banyak
input dan banyak output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak
dapat dilakukan. Metode ini memiliki keuntungan dibandingkan dengan
metode parametrik. Keuntungannya adalah kita dapat mengidentifikasi unit
yang digunakan sebagai referensi. (Firdaus & Hosssen, 2013:169)
Perkembangan BPRS juga dapat dilihat pula dari pertumbuhan total
aset atau aktiva yang dimiliki BPRS. Total aset lancar merupakan kumpulan
aktiva yang dimiliki oleh BPRS yang terdiri dari kas, penempatan pada BI,
penempatan pada bank lain, piutang murabahah, piutan istishna, piutang qardh,
ijarah, dan persediaan. Pertumbuhan aktiva selama periode penelitian yaitu
tahun 2016 sampai dengan 2019 cenderung mengalami peningkatan, berikut
disajikan pada gambar berikut
3.570.606
3.767.877
4.086.485 4.140.508
3.200.000
3.400.000
3.600.000
3.800.000
4.000.000
4.200.000
2016 2017 2018 2019
7
Grafik 1. 5 Perkembangan Total Aset BPRS tahun 2016-2019 (dalam jutaan
rupiah)
Sumber: Bank Indonesia (SPS 2019)
Perkembangan BPRS juga bisa dilihat dari nilai BOPO (beban
operasional dan pendapatan nasional) sebagai penilaian efisiensi BPRS,
semakin kecil nilai BOPO maka BPRS tersebut lebih efisien secara produksi
karena mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dengan biaya
atau beban yang lebih sedikit. Nilai BOPO diperoleh dengan
membandingkan nilai beban operasional dengan pendapatan nasional.
Berikut disajikan nilai BOPO pada BPRS selama periode penelitian 2016-
2019.
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
14.000.000
Q1
2016
Q2 Q3 Q4 Q1
2017
Q2 Q3 Q4 Q1
2018
Q2 Q3 Q4 Q1
2019
Q2 Q3
8
Grafik 1. 6 Perkembangan BOPO BPRS tahun 2016-2019
Sumber: Bank Indonesia (SPS 2019)
Pada grafik 1.6 menunjukkan bahwa kinerja efisiensi BPRS cenderung
mengalami penurunan pada tahun 2016 sampai dengan 2018. BPRS
mengalami peningkatan kembali pada tahun 2018 hingga tahun 2019,
ditunjukkan dengan grafis yang cenderung mengalami kenaikan.
Efiensi bisa terukur dengan melihat tingkat input yang ada namun ingin
mendapatkan tingkat output yang optimcal, atau mendapatkan tingkat input
minimum dengan tingkat output tertentu. Proses identifikasi alokasi output dan
input dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisienan
(Hadad, 2003).
Tingkat efisiensi yang dicapai merupakan cerminan dari kualitas
kinerja yang baik. Semakin tinggi tingkat efisiensi, semakin baik kinerja bank.
Untuk menciptakan bank yang efisien maka bank tersebut harus memiliki skala
81,00%
82,00%
83,00%
84,00%
85,00%
86,00%
87,00%
88,00%
89,00%
90,00%
Q1
2016
Q2 Q3 Q4 Q1
2017
Q2 Q3 Q4 Q1
2018
Q2 Q3 Q4 Q1
2019
Q2 Q3
9
usaha dan permodalan yang besar. Masalah efisiensi sangat sulit dicapai
dengan skala aset yang kecil karena kemampuan bank sangat terbatas.
Pendekatan yang lebih tepat dalam pengukuran efisiensi adalah dengan
menggunakan pendekatan frontier berupa analisa parametrik maupun non
parametrik. Hasil studi menunjukkan pengukuran efisiensi yang dilakukan
dengan non parametrik maupun parametrik akan menunjukkan hasil yang tidak
terlalu jauh berbeda dan relatif konsisten (Hartono dkk 2008: 53). Dalam
penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah non parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA).
Mengingat pentingnya efisiensi dalam persaingan dunia perbankan
khususnya dalam BPRS yang masih belum banyak dilirik oleh nasabah di
Indonesia yang semakin ketat dan untuk mengetahu bagaimana tingkat
efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia, maka peneliti akan
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia dengan Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA) Periode 2016-2019”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana tingkat efisiensi dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia pada periode 2016-2019?
2. Faktor-faktor apa yang mendukung efisiensi kinerja Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia pada periode 2016-2019?
10
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis tingkat efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung tingkat efisiensi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan
pengetahuan, dan diharapkan menjadi tambahan referensi bagi peneliti
selanjutnya.
2. Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan dalam mengelola efisiensi kinerjanya.
3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
efisiensi BPRS di Indonesia secara umum.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian BPRS
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang (UU)
Perbankan No. 7 tahun 1992 adalah Lembaga Keuangan Bank yang
menerima simpanan hanya dalam bentuk depossito berjangka, tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan
dana sebagai usaha BPR. Sedangkan pada Undang-Undang Perbankan No.
10 tahun 1998, menyatakan bahwa BPR adalah Lembaga Keuangan Bank
yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah.
Pembagian lembaga keuangan lebih lanjut dijelaskan pada UU
Perbankan No. 7 tahun 1992 Bab III Pasal 1 “bank menurut jenisnya terdiri
dari: a) bank umum, b) bank perkreditan rakyat. Pelaksanaan BPR pada
kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip Syariah selanjutnya diatur pada
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/25/PBI/2004 yang telah diubah dengan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/25/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan
Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah. Oleh karena itu, dalam hal ini secara
teknis dapat diartikan bahwa BPR Syariah merupakan lembaga keuangan
sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-
prinsip syariah. Bentuk hukumnya dapat berupa: Perseroan Terbatas/ PT,
koperasi atau Perusahaan Daerah (Pasal 2 PBI No. 6/17/PBI/2004).
Undang-undang No. 21 tahun 2008 menyebutkan BPRS yaitu Bank Syariah
12
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas dalam
pembayarannya. Pada UU Perbankan No. 7 tahun 1992 pada Bab III Pasal
13 butir c dinyatakan bahwa usaha Bank Perkreditan Rakyat yaitu :
menyediakan pembiayaan pembiayaan bagi nasabah berdasarkna prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah.
Kegiatan operasional BPRS kemudian dapat dijelaskan berdasarkan
Surat Keputusan Direktur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999 pasal 27 yang
meliputi kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana, dan kegiatan
lainnya yang lazim dilakukan BPRS sepanjang disetujui oleh Dewan
Syariah Nasional. Kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat tersebut
meliputi:
1. tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah;
2. deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah;
3. bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah.
Kegiatan operasional BPRS kedua, yaitu melakukan penyaluran
dana kepada masyarakat melalui:
1. transaksi jual beli berdasarkan prinsip :
a. murabahah
b. ishtishna
c. ijarah
d. salam
e. jual beli lainnya.
13
2. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:
a. Mudharabah
b. Musyarakah
c. bagi hasil lainnya
3. pembiayan lainnya berdasarkan prinsip:
a. rahn
b. qardh
2. Efisiensi
a. Pengertian Efisiensi
Kegiatan-kegiatan dalam berorganisasi, orientasi pemikirannya dan
pelaksanaannya selalu dikaitkan dengan efisiensi, yaitu bagaimana agar
kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya itu dapat berhasil baik tanpa
terjadi pemborosan. (Syamsi, 2007:2).
Sementara menurut Acarya (2005) dalam Pohan (2015; 4) , konsep
efisiensi diawali dari konsep ekonomi mikro yaitu teori produsen dan
konsumen. Teori produsen cenderung untuk memaksimumkan keuntungan
dan meminimkan biaya, sedangkan teori konsumen cenderung untuk
memaksimalkan utilitasnya atau tingkat kepuasannya.
Efisiensi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan
sebagai perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masuk) atau
jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu input yang digunakan.
(Muharam & Puvitasari, 2007:85).
14
Sebuah model efisiensi yang tepat terbentuk dari input dan output.
Konsep-konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input dan
output dalam tingkah laku dari sebuah lembaga keuangan pada metode
parametrik maupun non-parametrik (Hadad, 2003: 3).
Kemudian efisiensi menurut Hadad (2011: 3) dapat diartikan sebagai
nisbah atau rasio antara output dan input. Suatu perusahaan termasuk
industri perbankan dapat dikatakan efisien jika mampu menghasilkan output
lebih banyak dibandingkan input yang dikeluarkan atau menghasilkan
output yang sama dengan input yang dikeluarkan lebih sedikit (Hidayat,
2011:3).
Shone Rinald menyatakan bahwa efisiensi merupakan perbandingan
output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum
dengan sejumlah input yang berarti. Jika rasio output input tersebut bernilai
besar maka efisiensi dikatakan semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan
bahwa efisiensi adalah penggunaan input yang terbaik dalam memproduksi
output. (Amirilla, 2014:143).
b. Konsep Efisiensi dalam Perspektif Islam
Dari sudut pandang ekonomi Islam, konsep efisiensi sejalan dengan
prinsip syariah yang bertujuan untuk mencapai dan menjaga terjadinya
Maqashid Syariah yaitu terpeliharanya al-maal (Sari & Suprayogi,
2015:677). Konsep efisiensi pada dasarnya adalah menghindari segala
bentuk pemborosan sebagaimana terkandung dalam surat Al-Israa’ ayat 26-
27:
15
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S.Al-Israa : 26-27)
Makna kata ‘boros’ pada ayat di atas berasal dari kata tabdzir yang
merupakan kata kerja (fi’il) dari kata sifat (isim) mubadzir yang oleh Imam
Syafi’I diartikan sebagai membelanjakan harta tidak pada jalannya. Lebih
lanjut dijelaskan oleh Mujtahid bahwa walaupun seluruh harta dihabiskan
untuk jalan yang benar, maka tidak dikategorikan sebagai mubadzir.
Sebaliknya, walaupun hanya segantang padi tapi digunakan untuk hal yang
tidak benar maka hal itu disebut dengan mubadzir. (Hamka, 2007:48)
Berdasarkan konsep yang dijelaskan di atas, maka konsep efisiensi
pada bank syariah merujuk pada keharusan daripada manajemen bank untuk
bisa mengelola pengeluaran untuk pos-pos penggerak biaya dengan cara
yang tepat guna dan benar, hemat, layak, dan wajar. (Sari & Suprayogi,
2015:678)
c. Konsep Efisiensi Perbankan
Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957) yang
merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu (1951) dan
Koopmans (1951). Farrel (1957) mengemukakan bahwa efisiensi
perusahaan atau bank terdiri dari dua komponen, yaitu (Abidin & Endri,
2009:22):
16
1) Efisiensi Teknis
Efisiensi ini mencerminkan kemampuan untuk memproduksi output
semaksimal mungkin dari input yang ada. Efisien secara teknis bukan berarti
efisien dalam hal efisiensi harga atau alokatif.
2) Efisiensi Alokatif/ Harga
Allocative efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menggunakan input dalam proporsi yang optimal yang juga memasukkan
perhitungan biaya. Decision Making Unit (DMU) dianggap efisien alokatif,
jika DMU menghasilkan outputnya dengan biaya seminimal mungkin
dengan menggunakan minimal input.
3) Efisiensi Ekonomis
Kedua komponen efisiensi teknis dan alokatif kemudian
dikombinasikan untuk menghasilkan ukuran efisiensi total atau efisiensi
ekonomis (economic efficiency).
d. Teknik Pengukuran Efisiensi
Secara umum, ada dua pendekatan untuk mengukur tingkat efisiensi
perbankan yaitu pendekatan nisbah keuangan (financial ratio) dan
pendekatan operating research yaitu sebagai berikut (Hidayat, 2014:69-73):
1) Pendekatan Nisbah Keuangan (Financial Ratio)
Pendekatan ini mengukur tingkat efisiensi dengan merujuk pada
kinerja keungan, seperti: pengukuran Return On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE), dan Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO).
17
Secara lebih lanjut, ROA merupakan nisbah antara pendapatan dengan
aset. Teknik ini untuk mengukur tingkat pendapatan bank dalam kaitannya
dengan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh bank. Semakin
tinggi nilai ROA, maka bank terebut dapat dikatakan semakin efisien.
Sementara ROE merupakan nisbah antara pendapatan dengan modal
para pemegang saham. Teknik ini mengukur tingkat efisiensi bank dalam
kaitannya memperoleh keuntungan dari setiap unit modal para pemegang
saham. Semakin tinggi nilai ROE, berarti bank tersebut semakin efisien.
Kemudian, BOPO merupakan nisbah antara biaya operasi dengan
pendapatan operasi. Teknik ini untuk mengukur tingkat efisiensi bank
dengan cara mengukur jumlah pendapatan (income) dibandingkan dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan bank. Semakin tinggi tingkat BOPO
bermakna bank tersebut semakin efisien. (Hidayat, 2014:69-70)
2) Pendekatan Operating Research
Pendekatan ini didasarkan pada frontier atau batasan. Pendekatan ini
semakin popular diterapkan untuk mengukur tingkat efisiensi, karena
frontier didasarkan pada perilaku institusi, dalam hal ini bagaimana pihak
institusi memaksimalkan input ataupun dengan meminimalkan output. Oleh
karenanya, deviasi dari frontier dapat diinterpretasikan sebagai ukuran dari
efisiensi, yang merupakan standar kondisi optimal yang mungkin dicapai.
(Fauzi, 2014:126)
Dalam perkembangannya, pendekatan frontier ini lebih diutamakan,
karena hasil pengukurannya lebih objektif, bisa didapatkan dari ukuran-
18
ukuran numerik ukuran kinerja relatif, yang bisa memasukkan banyak
faktor, seperti: faktor biaya (input), keuntungan (input), dan faktor-faktor
lainnya untuk menghitung efisiensi relatif dibandingkan dengan kinerja
terbaik institusi pada industri sejenis. (Fauzi, 2014:126)
Dari pendekatan frontier inilah kemudian pengukuran efisiensi dapat
terbagi kepada dua macam pendekatan pengukuran, yaitu (Fauzi,
2014:127):
a) Parametrik terdiri dari Stochastic Frontier Approach (SFA), Thick Frontier
Approach (TFA), Distribution Free Approach (DFA).
b) Non-Parametrik terdiri dari Data Envelopment Analysis (DEA), Free
Disposal Hull (FDH).
Menurut Hidayat (2014: 72-73) DEA (Data Envelopment Analysis)
merupakan analisa non-parametrik yang merupakan pengembangan dari
matematika linear programming untuk mengukur tingkat efisiensi dari Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) relatif terhadap (UKE) yang sejenis ketika semua
unit-unit ini berada pada atau di bawah “kurva” efisiensi frontiernya. Teknik
DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978),
berdasarkan penyelidikan Farrell (1957). Teknik ini sangat populer sebagai
alat manajemen (management tool), serta paling banyak dipergunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi. DEA juga merupakan sebuah teknik yang
unggul dalam mengukur tingkat efisiensi teknik secara total (overall). Sejak
pertengahan tahun 1980-an, teknik non parametrik DEA telah banyak
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi industri perbankan dan secara
19
luas diaplikasikan dalam menilai kinerja usaha, sekolah, rumah sakit,
perbankan dan perencanaan produksi. (Hidayat, 2014:72-73)
Metode DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh unit. Skor
efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi
dari unit-unit lainnya di dalam sampel. Setiap unit dalam sampel dianggap
memiliki tingkat efisiensi yang tidak negatif, dan nilainya antara 0 dan 1
dengan ketentuan satu menunjukkan efisiensi yang sempurna. Selanjutnya,
unit-unit yang memiliki nilai satu ini digunakan dalam membuat envelope
untuk frontier efisiensi, sedangkan unit lainnya yang ada di dalam envelope
menunjukkan tingkat inefisiensi. (Abidin & Endri, 2009:25)
DEA sebagai sebuah metode memiliki keunggulan dan kelemahan
tersendiri, keunggulan DEA adalah dapat menangani pengukuran efisiensi
secara relatif beberapa UKE sejenis dengan menggunakan banyak input dan
output, DEA tidak perlu mencari asumsi bentuk fungsi hubungan antara
variabel input dan output dari UKE sejenis yang akan diukur efisiensinya,
UKE-UKE dibandingkan secara langsung dengan sesamanya, faktor input
dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda tanpa perlu
melakukan perubahan satuan dari kedua variabel tersebut. Adapun
kelemahan yang dimiliki oleh DEA itu sendiri yaitu DEA hanya
menunjukkan perbandingan baik-buruk dari apa yang telah dilakukan
sebuah UKE dibandingkan dengan sekumpuan UKE sejenis (relatif), DEA
merupakan teknik non parametrik sehingga sulit dilakukan uji hipotesis
statistik, DEA merupakan sebuah exctreme point technique kesalahan-
20
kesalahan pengukuran dapat mengakibatkan masalah yang signifkan.
(Muharam & Pusvitasari, 2007:93-94)
e. Model Pengukuran Efisiensi DEA
DEA adalah sebuah teknik pemrograman matematis berdasarkan pada
linier progamming yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu
unit pengambilan keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab
menggunakan sejumlah input untuk memperoleh suatu output yang
ditargetkan. Metode DEA diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu
aktivitas di sebuah unit entitas (organisasi) yang selanjutnya disebut
Decision Making Unit (DMU). Secara sederhana, pengukuran ini
dinyatakan dengan rasio: output/input, yang merupakan suatu pengukuran
efisiensi atau produktivitas. Dalam pengukuran efisiensi dengan
menggunakan DEA terdapat dua model yang sering digunakan, yaitu
Constant Return to Scale (CRS) dan Variabel Return to Scale (VRS). (Casu,
B & Molyneux. P, 2003: 35)
Model yang pertama kali dikembangkan adalah model dengan asumsi
constant return to scale (CRS) atau biasa disebut model CCR (Charnes-
Cooper-Rhodes). Dalam model constant return to scale setiap UKE akan
dibandingkan dengan seluruh UKE yang ada di sampel dengan asumsi
bahwa kondisi internal dan eksternal UKE adalah sama. Menurut Charnes,
Cooper, dan Rhodes model ini dapat menunjukkan technical efficiency
secara keseluruhan atau nilai dari profit efficiency untuk setiap UKE. Dalam
persamaan CCR, dapat diterangkan bahwa nilai/score efisiensi teknis
21
didapatkan dengan perbandingan antara rasio output terhadap rasio
inputnya. Melalui persamaan CCR, dapat disimpulkan bahwa bank
dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen,
sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank semakin rendah.
Dalam persamaan CCR juga dijelaskan bahwa fungsi tujuan dari persamaan
tersebut adalah memaksimalkan output dengan fungsi kendala bahwa nilai
input sama dengan satu, sehingga nilai output yang dikurangi nilai input
nilainya kurang atau sama dengan 0. Hal itu berarti semua bank akan berada
atau di bawah tingkat efisiensi teknis. (Firdaus & Hossen, 2013:175)
Selanjutnya, model kedua yang dikembangkan dalam pengukuran
tingkat efisiensi adalah model dengan asumsi variabel return to scale (VRS)
atau biasa disebut dengan model BCC (Bankers-Charnes-Cooper). Dalam
model ini diasumsikan bahwa kondisi semua UKE tidak sama atau dapat
dikatakan bahwa tidak semua UKE beroperasi secara optimal. Persaingan
tidak sempurna, kendala keuangan dan sebagainya mungkin menyebabkan
sebuah perusahaan tidak beroperasi pada skala yang optimal. Model
matematika dengan pendekatan VRS didapat melalui modifikasi dari model
dengan pendekatan CRS dan tetap berpedoman pada model matematika
umum DEA sebagai persamaan dalam mengukur tingkat efisiensi teknis.
(Firdaus & Hossen, 2013:175)
f. Hubungan Input dan Output
Menurut Hadad, Santoso, Ilyas, & Mardanugraha (2003:3), konsep-
konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input output dalam
22
tingkah laku dari institusi finansial pada metode parametrik maupun
nonparametrik adalah sebagai berikut:
1) Pendekatan Produksi (The Production Approach)
Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produser dari
akun deposit (deposit accounts) and kredit pinjaman (loans);
mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari
transaksi-transaksi yang terkait. Input-input dalam kasus ini dihitung
sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap
(fixed assets) and material lainnya.
2) Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)
Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial
sebagai intermediator yaitu merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari
unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input
institusional seperti biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada
deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman (loans)
dan investasi finansial (financial investments).
3) Pendekatan Asset (The Asset Approach)
Pendekatan asset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah
institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans); dekat sekali
dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan
dalam bentuk aset-aset.
23
B. Keterkaitan Hubungan Variabel Input dan Output
Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam (Muharram &
Pusvitasari, 2007) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan
pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan
secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial
intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan
kepada deficit unit. Dengan menggunakan pendekatan intermediasi ini juga
diharapkan dapat menggambarkan fungsi perbankan khusunya BPRS yang
sesungguhnya. Alasan lainnya, karena dalam praktik pendekatan
intermediasi merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan untuk
mengukur efisiensi. (Hidayat, 2014:102). Ditambahkan menurut Iqbal dan
Molyneux (2005), pendekatan intermediasi lebih unggul untuk
mengevaluasi frontier efficiency dalam profitabilitas lembaga keuangan,
karena meminimisasi total biaya dan bukan hanya biaya produksi, hal ini
diperlukan untuk memaksimumkan keuntungan.
Berdasarkan pemaparan yang dijelaskan di atas, maka peneliti
menggunakan pendekatan intermediasi dalam menganalisis efisiensi
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input dan output
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi yaitu mengubah
dan mentransfer aset-aset keuangan dari unit-unit surplus menjadi unit-unit
defisit.adapun variabel yang digunakan dalam metode penelitian DEA
diantaranya yaitu biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada
deposit, dana pihak ketiga, dan biaya operasional lainnya, sedangkan output
24
yang diukur bisa dalam bentuk kredit pinjaman (loans), pembiayaan, aktiva
lancar dan investasi finansial (financial investments). Namun, variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu Dana Pihak Ketiga,
Aset Tetap, Total Beban sebagai variabel inputnya dan variabel outputnya
berupa Pembiayaan dan Total Pendapatan.
Adapun terkait faktor yang mempengaruhi efisiensi pada model
penelitian ini mengacu pada penelitian Rahmat Hidayat (2014), yaitu
menggunakan pendekatan two stage DEA yaitu melihat ke-5 variabel
manakah yang mempengaruhi nilai Efisiensi hasil olahan DEA, sehingga
variabel yang digunakan adalah dana pihak ketiga, aset tetap, total beban,
pembiayaan, dan total pendapatan, adapun nilai efisiensi diperoleh daripada
hasil olahan DEA.
C. Penelitian Terdahulu
Penellitian ini merupakan pembaharuan dan research ulang
penelitian mengenai tingkat efisiensi bank pembiayaan rakyat syariah
secara global maupun nasional yang berkisar dari tahun 2016 sampai
dengan 2019. Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank syariah
yang telah banyak dilakukan pada BPRS maupun bank-bank konvensional
baik domestik maupun luar negeri:
25
Tabel 2. 1 Review Penelitian Terdahulu
No.
Nama & Tahun
Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1 Syafaat Muhari dan Muhammad Nadratuzzaman Hosen (2013)
“Analisis Tingkat
Efisiensi BPRS di
Indonesia dengan
Menggunakan
metode DEA dan
Hubungannya
dengan CAMEL"
DEA Input: - Beban Tenaga Kerja - Beban Bagi Hasil - Beban lain-lain - Penyusutan - Amortisasi
Nilai efisiensi BPRS lebih rendah daripada Bank Umum Syariah. Berdasarkan korelasi spearman tingkat efisiensi BPRS dengan menggunakan metode DEA mempunyai keterkaitan yang lemah dan nyata dengan analisis kesehatan bank CAEL
2 Bengul Gulumser Arslan dan Etem Hakan Ergec (2010)
"The Efficiency of
Participation and
Conventional
Banks in Turkey:
Using Data
Envelopment
Analysis"
DEA dengan Pendekatan Intermediasi Input: - Deposit
- Fixed
Assets
-
Shareholers’s
Equity
- Personnel
Expenses
Output: - Total Loans
- Total
Operating
Income
Perbandingan dari hasil dari analisis efisiensi pada tahun 2006 ketika Bank Islam mempunyai regulasi yang sama dengan bank konvensional, dengan adanya analisis efisiensi ini pada tahun 2009 membuktikan bahwa ada peningkatan tingkat efisiensi daripada Bank Islam
3 Inne Handayani (2016)
Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Indonesia (BPRS) di Indonesia
DEA dengan Pendekatan Intermediasi Input: - Dana Pihak Ketiga (DPK) - Biaya Operasional Lainnya Output: - Pembiayaan - Aktiva Lancar
Berdasarkan nilai efisiensi yang dihasilkan BPRS dengan pendekatan DEA, sebagian besar BPRS di Indonesia berada dalam kondisi efisiensi tidak sempurna
26
- Pendapatan Operasional Lainnya
4 Ahmad Fauzi (2014)
Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode tahun 2011-2013)
DEA Analisis Data Panel Input: - Keuntungan Bersih - Harga Dana - Harga Tenaga Kerja Output: - Piutang Jual Beli - Pembiayaan Bagi Hasil
Berdasarkan nilai efisiensi yang dihasilkan BPRS dengan pendekatan SFA dan konsep keuntungan alternative, secara umum tingkat efisiensi BPRS di Indonesia masih rendah.
5 Arief Munandar (2014)
Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi Antara BPRS dengan BPR Konvensional di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis
DEA dengan pendekatan Intermediasi Input : - Aset - Dana Pihak Ketiga - Biaya Tenaga Kerja Output: - Pembiayaan - Pendapatan
Ketidakefisienan input DPK terjadi karena pembiayaan yang dikeluarkan bank sangat besar sehingga memengaruhi keseimbangan neraca keuangan bank
Sumber: Jurnal-jurnal terdahulu dan telaah peneliti
27
D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan daftar pustaka di atas, maka
perumusan hipotesis yang akan diteliti dapat ditunjukan dalam kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Bagan 2. 1 Kerangka Penelitian
Laporan Keuangan Publikasi BPRS di
Indonesia tahun 2016-2019
Pengukuran Tingkat Efisiensi Menggunakan Pendekatan
Data Envelopment Analysis (DEA)
Nilai Efisiensi BPRS
Hasil dan Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
Variabel Input:
- Totan Beban - Dana Pihak Ketiga
- Aset Tetap
Variabel Output
- Total Pendapatan
- Pembiayaan
28
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
H0: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Aset Tetap, Total Beban,
Dana Pihak Ketiga, Total Pendapatan,, dan Pembiayaan terhadap
Efisiensi.
Ha: Terdapat pengaruh signifikan antara Aset Tetap, Total Beban, Dana
Pihak Ketiga, Total Pendapatan,, dan Pembiayaan terhadap Efisiensi.
29
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dengan
melakukan pengolahan variabel input dan output yang digunakan dalam
penelitian. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan
teknik perhitungan statistik (Siregar, 2013:23).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis metode nonparametrik
Data Envelopment Analysis (DEA) untuk analisis nilai efisiensi dengan variabel
inputnya adalah Dana Pihak Ketiga, Total Beban, dan Aset Tetap serta variabel
outputnya menggunakan Pembiayaan, dan Total Pendapatan.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan
diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi dan
terdokumentasi (Suryani, 2015:171). Data yang diperoleh berasal dari beberapa
sumber, yaitu data Statistik Perbankan Syariah (SPS) dari laman resmi Bank
Indonesia (BI) dan laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data yang
dianalisis berupa data laporan neraca keuangan dan laporan laba rugi pada
periode 2016-2019.
30
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Menurut Purwanto dan Endang (2011: 37), populasi adalah semua
individu/ unit-unit yang menjadi target penelitian. Populasi harus memiliki
batasan dan karakteristik sesuai tujuan penelitian. Sampel adalah bagian
dari populasi yang dipilih mengikuti prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Kerangka sampel adalah daftar anggota populasi
(Purwanto dan Endang, 2011:37). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia pada
periode 2016-2019. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
secara teknik sampel jenuh yang berarti pemilihan tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan pertimbangan terrtentu. Dasar pengambilan
data adalah BPRS yang memiliki data lengkap, berkaitan dengan variabel
input dan output.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang
menghimpun informasi dan data melalui metode studi pustaka, eksplorasi
literatur-literatur, jurnal-jurnal ilmiah yang terakreditas, website resmi
lembaga pengkajian keuangan syariah untuk memperoleh landasan teori
yang komprehensif, dan laporan keuangan yang dipublikasikan di website
bank sentral dan website resmi bank pembiayaan rakyat syariah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
31
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Input
Variabel input merupakan variabel yang digunakan untuk mengetahui
efisiensi suatu entitas dimana variabel input adalah variabel yang
mempengaruhi variabel output. Variabel input yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak tiga variabel yaitu sebagai berikut:
a. Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas
yang jumlahnya tidak terbatas sesuai dengan kemampuan bank menyerap
dana. Adapun sumber dana ini berasal dari deposan rekening tabungan,
giro, maupun deposito. (Iskandar, 2013:141)
b. Aset Tetap
Aset tetap atau fixed asset merupakan harta tetap perusahaan yaitu
kekayaan yang bersifat permanen yang memiliki umur kegunaan jangka
panjang atau mempunyai umum ekonomis lebih dari satu tahun. Adapun
yang termasuk dalam aset tetap adalah tanah, bangunan, gedung,
kendaraan, dan inventaris. (Iskandar, 2013:480). Aset Tetap yang
digunakan sama dengan total akumulasi penyusutan, yang artinya sudah
disusutkan menjadi biaya aset tetap.
c. Total Beban
Total Beban pada penelitian ini diambil dari total jumlah Beban
Operasional, Beban Operasional Lainnya, dan Beban non Operasional.
32
1) Beban Operasional
Biaya adalah sesuatu atau sejumlah uang yang dikorbankan
untuk mendapatakan atau memuaskan kebutuhan (Muhammad, 2011:
225).
Biaya operasional adalah biaya pengelolaan kegiatan dan usaha
bank baik langsung maupun tidak langsung yang berpengaruh terhadap
biaya kredit atau pembiayaan. (M. Sulhan dan Ely Siswanto, 2008: 68).
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (Almilia dan
Herdingtyas, 2005)
2) Beban Operasional Lainnya
Merupakan tolak ukur biaya tenaga kerja dan kegiatan
perbankan seperti beban administrasi dan umum, beban personalia,
beban penyisihan penghapusan aktiva produktif dan beban bonus
titipan wadiah sebagai ukuran biaya dari operasional bank yang
terbebas dari beban bunga. (Andriyani (2008) dalam Pohan (2015: 16)
3) Beban Non Operasional
Biaya non operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank
yang bukan karena kegiatan pokok bank (M. Sulhan dan Ely Siswanto,
2008: 69).
33
2. Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian. Variabel
output yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Pembiayaan
Menurut M. Syafi’i Antonio, (2001:160) pembiayaan adalah
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit.
b. Total Pendapatan
Total Beban pada penelitian ini diambil dari total jumlah Pendapatan
Operasional, Pendapatan Operasional Lainnya, dan Pendapatan non
Operasional.
1) Pendapatan Operasional
Pendapatan adalah penjualan barang atau jasa atau aktivitas
lainnya yang merupakan operasi pokok perusahaan. Lebih khusus,
pendapatan adalah aliran masukatau peningkatan harta suatu perusahaan
atau penyelesaian atas kewajiban-kewajibannya (gabungan atas kedua
hal itu) selama suatu periode dari penyerahan atau produksi barang,
pelaksanaan pelayanan, atau kegiatan-kegiatan lain yang merupakan
operasi utama perusahaan itu (Islahuzzaman, 2012: 314-315).
Pendapatan operasional adalah pendapatan bank yang diperoleh
dari usaha bank yang meliputi pendapatan bunga, provisi, komisi dan
fee, dan pendapatan valuta asing. (M sulhan dan Ely Siswanto, 2008:
34
67). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank
(Almilia dan Herdingtyas, 2005)
2) Pendapatan Operasional Lainnya
Menurut Iskandar (2013: 480), pendapatan Operasional Lainnya
merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus kas masuk yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Dengan kata lain
dapat dikatakan pendapatan operasional lainnya merupakan sumber
penghasilan lainnya yang diterima oleh bank atas jasa yang telah
diberikan kepada nasabahnya. Adapun sumber dari pendapatan
operasional lainnya adalah pendapatan yang bukan berasal dari usaha
pokok bank seperti pendapatan biaya administrasi (fee based income),
penjualan aset tetap/inventaris dan lain-lain. (Iskandar, 2013:462)
3) Pendapatan Non Operasional
Pendapatan non operasional adalah pendapatan bank yang
diperoleh bukan dari usaha pokok bank. (M. Sulhan dan Ely Siswanto,
2008 70). Misalnya, jika bank mempunyai gedung yang disewakan
kepada pihak lain, maka pendapagtan sewa merupakan pendapatan non
operasional (Herman Darmawi, 2011: 225).
E. Metode Analisis Data
Teknis analisis data dalam peneltian ini menggunakan analisis
data kuantitatif dengan melakukan pengolahan variabel input dan output
yang digunakan dalam penelitian. Data kuantitatif adalah data yang
35
berupa angka. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah
atau dianalisis dengan teknik perhitungan statistik. (Siregar, 2013:23)
Kemudian, analisis yang digunakan dalam penelitian kali ini
adalah menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis
deskriptif dilakukan untuk kegiatan eksplorasi dan klarifikasi mengenai
suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan mendeskripsikan sejumlah
variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.
Sedangkan analisis kuantitatif yaitu metode yang menekankan pada
aspek pengukuran secara objektif terhadap fenomena sosial ke dalam
beberapa komponen masalah, variabel, dan indikator
Sementara itu, alat pengukuran analisis yang digunakan sudah
teruji dan banyak digunakan oleh peneliti dalam pengukuran efisiensi
yaitu menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dengan software
DEA Frontier dan Microsoft Excel 2013 untuk melakukan penelitian ini
sehingga dapat dilihat tingkat efisiensi model.
1. Data Envelopment Analysis
DEA merupakan teknik pemrograman linier untuk meneliti kinerja unit
pembuat keputusan (Decision Making Unit/DMU) atau suatu bank dalam
suatu industri beroperasi dalam hubungannya dengan bank lain dalam sampel.
Teknik ini membuat kumpulan batas (frontier set) perbankan yang efisien dan
membandingkannya dengan perbankan lain yang tidak efisien. Hal ini
dilakukan untuk membat skor (nilai) efisiensi. Selanjutnya, skor efisiensi
bank dibatasi antara 0 dan 1, yang mana bank yang paling efisien mempunyai
36
skor 1 dan bank yang paling tidak efisien dengan skor 1 tidak perlu
menghasilkan output maksimum daripada input yang ada. Bank tersebut
cukup menghasilkan “best practice level of output” di antara bank lain dalam
sampel.
Pendekatan DEA (Data Envelopment Analysis) dilakukan untuk
menghitung nilai efisiensi. Pendekatan yang biasa digunakan dalam
pengukuran efisiensi adalah penggunaan rasio output atas input, seperti
persamaan 3.1 (Hidayat, 2014:99)
Dalam penggunaan metode pendekatan DEA, pemrograman linier
digunakan untuk memaksimalkan jumlah nisbah/ bagi hasil antara input dan
output. Demikian pula untuk DMU industri perbankan syariah. Untuk DMU
dalam industri perbankan syariah (yang menjadi objek penelitian) terutama
bank pembiayaan rakyat syariah, seluruh sampel input dan output masing-
masing dinotasikan oleh ‘n’ dan ‘m’, yang mana n adalah input, m adalah
output, lalu efisiensi masing-masing bank dihitung melalui persamaan berikut
ini: (Hidayat, 2014:99)
� s = ∑ �� �����∑ �� � ���
untuk i = 1,.., m dan j = 1,...., n. (3.2)
Keterangan: yis : jumlah output ke-i yang dihasilkan oleh bank ke-s
xjs : jumlah input ke-j yang dihasilkan oleh bank ke-s ui : pemberat (weight) output
vj : pemberat (weight) input
Efisiensi = Output
Input (3.1)
37
Nisbah efisiensi (es) dalam persamaan (3.2) kemudian dimaksimumkan
untuk memilih pemberat optimum dengan:
∑ �� �����∑ �� � ���
Subject to ≤ 1, untuk r = 1,..,n dan ui dan vj ≥ 0 (3.3)
Ketidaksamaan persamaan (3.2) menjamin nisbah efisiensi menjadi
sekurang-kurangnya persamaan (3.1) dan ketidaksamaan persamaan (3.3)
menjamin bahwa pemberatnya positif. Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978)
menyatakan bahwa bagian pemograman linier ini dapat diubah menjadi
pemograman linier biasa (ordinasry linier program) sebagai berikut:
�� = � �� ���
�
���
� �� ���
�
���− � �� ���
�
���
� �� ���
�
���
Dengan cara yang sama pemograman linier dapat diubah menjadi dwi
masalah:
��
� �� ���
���≥ ���,� = 1, … , %;
�� ��� − � ∅� ���
���≥ 0, ) = 1, … , *; ∅� ≥ 0,
dan 0 ≤ εs ≤ 1
Maximuze
Subject to
≤ 0, r = 1,..,n; (3.4)
= 1 dan ui dan uj ≥ 0
Maximuze
Subject to (3.5)
38
dengan εs adalah total nilai (skor) efisiensi teknik daripada bank ke-s,
yang mana nilai 1 menandakan titik batas. Persamaan pemograman linier
persamaan (4) dan (5) mengasumsikan constant return to scale (CRS). Batas
(garis) efisiensi dapat dilihat sebagai sempadan OC seperti yang ditujukan
dalam Gambar 3.1. oleh sebab itu, bank yang berada di batas (garis) tersebut
adalah efisien berdasarkan definisi Farrel (1957). Bank ke-s beralokasi di sisi
kanan daripada batas atau bank yang tidak efisien digambarkan sebagai titik
point S dalam Gambar 3.1. keseluruhan efisiensi teknik (εs) kemudian
dihitung dengan nisbah dari AQ/AS. Dengan demikian bank ke-s harus
dikurangi (1- εs) dari input untuk mencapai efisiensi di titik Q. (Hidayat,
2014:99-100)
Gambar 3. 1 Pengukuran Efisiensi dengan Menggunakan 1 Input dan 1
Output
Sumber: (Hidayat, 2014:101)
Jika masalah pada pemograman linier (4) dan (5) dapat diselesaikan
dengan menambah hambatan (restriction) ��� dari 1 ke n sama dengan 1,
39
maka ada dua pengukuran efisiensi yaitu variabel returns to scale (VRS)
yang dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.1 sebagai VV’; dan pure technical
effeciency (PTE) yang ditunjukkan oleh ARAS = ps bagi bank ke-s pada titik
S. Ini berarti bahwa scale effeciency dihitung oleh Õs = s/ps. Kemudian,
pecahan daripada pengurangan keluaran (output lost) yang disebabkan scale
effeciency dapat diukur sebagai (1- Õs). (Hidayat, 2014:101)
Scale effeciency sama dengan 1 apabila dan hanya jika teknologi
menunjukkan CRS atau titik B dalam Gambar 3.1. meskipun demikian, scale
effeciency dapat terjadi disebabkan oleh adanya kenaikan (increasing/irs)
atau penurunan (decreasing/drs) return to scale. Untuk memperoleh kedua
hasil tersebut, penyelesaian daripada persamaan pemograman linier (4) dan
(5) harus dibatasi dengan penjumlahan ∅� dari 1 ke n kurang dari atau sama
dengan 1 (≤ 1) dalam hal mana penyelesaian gambar (pictorical solution)
dapat ditunjukkan sebagai OBV’. Pengukuran efisiensi dengan menggunakan
metodologi ini bagi bank ke-s pada titik S adalah ∅� = (AQ/AS) yang juga
sama dengan s. Oleh karena itu decreasing diperoleh dengan Õs = ∅� dan
increasing terjadi apabila Õs ≠ ∅� dengan demikian efisiensi terjadi apabila
Õs = ∅� = s = 1. (Hidayat, 2014:102)
Pada analisis DEA, organisasi atau objek yang diteliti disebut DMU
(Decision Making Unit). Inti dari digunakannya DEA adalah menentukan
bobot (weighted) untuk setiap input dan output DMU. Secara umum DMU
dianggap sebagai entitas yang bertanggung jawab untuk mengubah input
menjadi output dan kinerjanya harus dievaluasi. Dalam aplikasi manajerial,
40
DMU dapat mencakup bank, department store dan supermarket, dan
diperluas ke pabrik mobil, rumah sakit, sekolah dan sebagainya. Dalam
mengamankan perbandingan relatif, sekelompok DMU digunakan untuk
mengevaluasi satu sama lain dengan masing-masing DMU yang memiliki
tingkat kebebasan manajerial tertentu dalam pengambilan keputusan.
(Cooper, Seiford, & Tone, 2007:22)
Misalkan ada n DMU: DMU1, DMU2, ..., dan DMUke-n. Beberapa item
input dan output yang umum untuk masing-masing j = l, ..., n, DMU dipilih
sebagai berikut (Cooper, Seiford, & Tone, 2007:22):
a. Data numerik tersedia untuk setiap input dan output, dengan data
diasumsikan positif untuk semua DMU.
b. Item (input, output dan pilihan DMU) harus mencerminkan kepentingan
analis atau manajer dalam komponen yang akan masuk ke dalam evaluasi
efisiensi relatif DMU.
c. Pada prinsipnya, jumlah input yang lebih kecil lebih baik dan jumlah
output yang lebih besar lebih disukai sehingga nilai efisiensi harus
mencerminkan prinsip-prinsip ini.
d. Unit pengukuran input dan output yang berbeda tidak perlu kongruen.
Beberapa mungkin melibatkan jumlah orang, atau area lantai, uang yang
dikeluarkan, dan lain-lain.
Analisis DEA yang pada awalnya digunakan untuk mengatasi
kekurangan analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat mengukur
efisiensi relatif suatu DMU (Decision Making Unit) dengan menggunakan
41
input dan output lebih dari satu. Efisiensi relatif suatu DMU adalah efisiensi
suatu DMU dibanding dengan DMU lain dalam sampel yang menggunakan
jenis input dan output yang sama. DEA memformulasikan DMU sebagai
program linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut
ditransformasikan ke dalam program linear dengan nilai bobot dari input dan
output. (Sutawijaya & Lestari, 2009:78)
Suatu DMU dapat dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya
sama dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen). Sebaliknya apabila nilai dualnya
kurang dari 1, maka DMU bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif
atau mengalami inefisiensi. (Huri & Susilowati, 2004:66)
Di samping untuk mengukur tingkat efisiensi relatif suatu DMU
terhadap DMU dalam kelompoknya. DEA juga dapat melihat sumber
ketidakefisienan dengan ukuran peningkatan potensial (potential
improvement) dari masing-masing input dan output (Endri, 2011:76)
42
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dapat
dinilai dari pertumbuhan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang telah
dihimpun, peningkatan jumlah DPK yang dimiliki BPRS menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas dan kegiatan BPRS, khususnya pada fungsi
intermediasi sebagai penghimpun dana dari masyarakat. Dana pihak ketiga
pembiayaaan rakyat syariah terdiri dari tabungan Wadiah, tabungan
Mudharabah, dan deposito Mudharabah. DPK BPRS dari tahun 2016
hingga 2019 selalu mengalami peningkatan, perkembangan DPK yang
dihimpun menunjukkan bahwa BPRS memiliki kemampuan dalam
mempertahankan tingkat bagi hasil yang kompetitif sehingga dapat
memertahankan nasabah lama dan mampu menarik nasabah baru.
Peningkatan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah berikut dengan
komposisinya.
Salah satu cara untuk mengembangkan perbankan syariah adalah
dengan peningkatan efisiensi kinerja perbankan yang dapat dinilai dari
jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlah penyaluran pembiayaan, aktiva
lancara atau total aset, biaya operasional lainnya, dan pendapatan
operasional lainnya (Pohan, 2015: 17).
43
Grafik 4. 1 Komposisi DPK BPRS dengan perkembangannya
Sumber: Bank Indonesia (SPS 2019)
Gambaran perkembangan BPRS juga dapat dilihat dari
pertumbuhan penyaluran pembiayaan oleh BPRS. Pertumbuhan
pembiayaan yang disalurkan dapat menunjukkan perkembangan aktivitas
BPRS dalam menyalurkan dana dari shahibul maal (pemilik modal) kepada
mudharib (pihak yang membutuhkan modal). Berikut ini disajikan
perkembangan pembiayaan BPRS
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
Q1
2016
Q2 Q3 Q4 Q1
2017
Q2 Q3 Q4 Q1
2018
Q2 Q3 Q4 Q1
2019
Q2
Tabungan Wadiah Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah
44
Grafik 4. 2 Komposisi Pembiayaan BPRS dengan perkembangannya
Sumber: Bank Indonesia (SPS 2019)
Pembiayaan BPRS selama periode penelitian yaitu tahun 2016
sampai dengan 2019 selalu mengalami peningkatan, jenis pembiayaan yang
diberikan BPRS didominasi pembiayaan produktif yaitu dengan akad
murabahah, pada tahun 2019 nilainya mencapai lebih dari Rp 7,6 triliun,
kemudian akad mudharabah mencapai lebih dari Rp 212,7 miliar,
dilanjutkan dengan akad musyarakah sebesar Rp 969,7 miliar, akad istishna
sebesar Rp 52,07 miliar, akad ijarah sebesar Rp 53,96 miliar, akad qardh
sebesar Rp 209,1 miliar, dan akad multijasa sebesar Rp 964,8 miliar.
Pembiayaan multijasa ini menunjukkan bahwa BPRS telah dipercaya
masyarakat untuk menandai kebutuhna yang bersifat menggunakan jasa
seperti kesehatan, pendidikan dan keagamaan.
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
Q1
2016
Q2 Q3 Q4 Q1
2017
Q2 Q3 Q4 Q1
2018
Q2 Q3 Q4 Q1
2019
Q2 Q3
Akad Mudharabah Akad Musyarakah Akad Murabahah Akad Salam
Akad Istishna Akad Ijarah Akad Qardh Multijasa
45
B. Data Penelitian
Sebelum dilakukan perhitungan tingkat efisiensi, terlebih dahulu
ditentukan variabel input dan output dari objek penelitian. Dalam
pendekatan DEA, variabel input terdiri dari Total Beban, Aset Tetap, dan
Dana Pihak Ketiga. Variabel output terdiri dari Total Pendapatan dan
Pembiayaan. Berikut merupakan ringkasan statistik keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia yang mencakup variabel input dan
output dalam objek penelitian ini:
Tabel 4. 1 Ringkasan Statistik BPRS Tahun 2016 per kuartal (dalam Jutaan
Rupiah)
Keterangan Total Beban
Dana
Pihak
Ketiga
Aset
Tetap
Total
Pendapatan Pembiayaan
BPRS Nasional
Tahun 2016
191735,91 4965547,26
199609,47
228740,68 5970944,32
378700,69 4997238,30
213605,27
468694,73 6463834,17
574579,00 5435445,00
229005,00
708831,00 6447845,00
778018,29 5823963,74
251845,10
976450,37 6662555,96
Sumber: Laporan Keuangan BPRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.1, dapat terlihat bahwa terjadi kenaikan di hampir
seluruh variabel dalam penelitian ini. Pada vaiabel input terjadi kenaikan di
setiap kuartal tahun 2016, baik pada variabel Total Beban, Dana Pihak
Ketiga maupun pada variabel Aset Tetap.
Sementara pada variabel output, tetap terjadi kenaikan pada Total
Pendapatan di setiap kuartalnya, sementara pada Pembiayaan terjadi
46
penurunan pada kuartal ketiga tahun 2016 namun kembali mengalami
kenaikan pada kuartal terakhir tahun 2016.
Tabel 4. 2 Ringkasan Statistik BPRS Tahun 2017 per kuartal (dalam Jutaan
Rupiah)
Keterangan Total Beban
Dana
Pihak
Ketiga
Aset
Tetap
Total
Pendapatan Pembiayaan
BPRS Nasional
Tahun 2017
203801,94 6019516,40
269690,15
267617,00 7041352,50
422226,30 6042106,86
282421,12
537515,41 7520381,26
645426,30 6486740,93
288974,25
827278,63 7556280,39
870078,10 6987280,20
297797,22
1136084,67 7763950,54
Sumber: Laporan Keuangan BPRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.2, dapat terlihat bahwa terjadi kenaikan di seluruh
variabel dalam penelitian ini. Pada vaiabel input terjadi kenaikan di setiap
kuartal tahun 2017, baik pada Total Beban, Dana Pihak Ketiga maupun pada
variabel Aset Tetap.
Sementara pada variabel output, tetap terjadi kenaikan pada Total
Pendapatan di setiap kuartalnya dan pada Pembiayaan juga terjadi kenaikan
pada tahun 2017.
47
Tabel 4. 3 Ringkasan Statistik BPRS Tahun 2018 per kuartal (dalam Jutaan
Rupiah)
Keterangan Total Beban
Dana
Pihak
Ketiga
Aset
Tetap
Total
Pendapatan Pembiayaan
BPRS Nasional
Tahun 2018
232607,17 7242954,34
337822,21
306100,02 8078235,87
483258,27 7165906,77
345058,59
614282,56 8521307,59
746092,34 7739373,46
395297,68
942819,81 8679643,42
1062778,73 8134937,84
410656,80
1302974,78 9084466,66
Sumber: Laporan Keuangan BPRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.3, dapat terlihat bahwa terjadi kenaikan di seluruh
variabel dalam penelitian ini. Pada vaiabel input terjadi kenaikan di setiap
kuartal tahun 2018, baik pada Total Beban, Dana Pihak Ketiga maupun pada
variabel Aset Tetap.
Sementara pada vaariabel output, tetap terjadi kenaikan pada Total
Pendapatan di setiap kuartalnya dan pada Pembiayaan juga terjadi kenaikan
pada tahun 2018.
48
Tabel 4. 4 Ringkasan Statistik BPRS Tahun 2019 per kuartal (dalam Jutaan
Rupiah)
Keterangan Total Beban
Dana
Pihak
Ketiga
Aset
Tetap
Total
Pendapatan Pembiayaan
BPRS Nasional
Tahun 2019
280995,69 8135985,19
408573,23
348656,73 9396942,41
559826,67 8099759,12
415765,99
711635,52 9726102,65
862856,59 8635339,40
423516,47
1092687,12 10078093,98
Sumber: Laporan Keuangan BPRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.4, dapat terlihat bahwa terjadi kenaikan di seluruh
variabel dalam penelitian ini. Pada vaiabel input terjadi kenaikan di setiap
kuartal tahun 2018, baik pada Total Beban, Dana Pihak Ketiga maupun pada
variabel Aset Tetap.
Sementara pada variabel output, tetap terjadi kenaikan pada Total
Pendapatan di setiap kuartalnya dan pada Pembiayaan juga terjadi kenaikan
pada tahun 2018.
C. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)
Berikut ini akan dibahas hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah secara individu selama periode 2016-2019
dengan pendekatan intermediasi menggunakan Model VRS (Variabel
Return Scale).
49
1. Tahun 2016
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat efisiensi dengan asumsi
VRS (Variabel Return Scale) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tahun
2016:
Tabel 4. 5 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia
tahun 2016 (%)
Periode 2016
Kuartal I 100
Kuartal II 100
Kuartal III 100
Kuartal IV 100 Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.5, selama periode 2016 BPRS di Indonesia
mengalami tingkat efisiensi optimum. Ini mengindikasikan bahwa
BPRS di Indonesia telah mampu menyalurkan setiap input yang ada
menjadi output yang optimal.
2. Tahun 2017
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat efisiensi dengan asumsi
VRS (Variabel Return Scale) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tahun
2017:
Tabel 4. 6 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia
tahun 2017 (%)
Periode 2017
Kuartal I 100 Kuartal II 100 Kuartal III 99,09 Kuartal IV 100
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
50
Berdasarkan tabel 4.6, pada tahun 2017 terlihat bahwa pada kuartal
pertama, kedua dan keempat, BPRS di Indonesia mengalami tingkat
efisiensi optimum. Sedangkan, pada kuartal ketiga, BPRS mengalami
nilai tingkat efisiensi sebesar 99,09 % yang artinya belum mencapai
tingkat efisiensi yang optimum.
Grafik 4. 3 Perbandingan Efisiensi BPRS di Indonesia tahun 2017
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai pengambilan sebuah
keputusan manajemen BPRS untuk mencapai nilai efisiensi optimum:
Tabel 4. 7 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia kuartal III
tahun 2017 (Jutaan Rupiah)
Variabel Actual Target To Gain Archieved
Total Beban 645426,30 639584,49 0,91% 99,09% Dana Pihak Ketiga 6486740,93 6428028,93 0,91% 99,09% Aset Tetap 288974,25 284593,04 1,52% 98,48% Total Pendapatan 827278,63 827278,62 0,00% 100,00% Pembiayaan 7556280,39 7556280,38 0,00% 100,00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.7, di kuartal ketiga pada tahun 2017 mengalami
inefisiensi terendah yaitu sebesar 98,48% pada variabel Aset Tetap,
selain itu semua variabel input mengalami inefisiensi. Total Beban dan
98,50%
99,00%
99,50%
100,00%
Kuartal 1 -
Maret
Kuartal II - Juni Kuartal III -
September
Kuartal IV-
Desember
Periode
51
Dana Pihak Ketiga mengalami nilai tingkat efisiensi yang sama sebesar
99,09% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum harus dilakukan
perbaikan dengan menurunkannya 0,91%.
Impelementasi anggaran untuk Total Beban sebesar Rp 645,4 miliar
sementara yang dibutuhkan hanya sebesar Rp 639,5 miliar. Adapun
implementasi anggaran untuk Dana Pihak Ketiga mencapai Rp 6,48
triliun sementara untuk mencapai efisiensi optimum hanya dibutuhkan
anggaran sebesar Rp 6,42 triliun. Begitu pula dengan Aset Tetap yang
implementasi anggarannya mencapai Rp 288,9 miliar, sedangkan untuk
mencapai efisiensi optimum hanya membutuhkan anggaran sebesar Rp
284,5 miliar.
3. Tahun 2018
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat efisiensi dengan asumsi
VRS (Variabel Return Scale) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tahun
2017:
Tabel 4. 8 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia
tahun 2018 (%)
Periode 2018
Kuartal I 100,00%
Kuartal II 99,72%
Kuartal III 97,72%
Kuartal IV 100,00% Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.8, pada tahun 2018 terlihat bahwa pada kuartal
pertama di tahun 2018 mengalami tingkat efisiensi sebesar 96,16% ,
sementara pada kuartal kedua mengalami tingkat efisiensi sebesar
52
98,55 %. Pada kuartal ketiga 2018 mengalami tingkat efisiensi sebesar
94,56 % dan hanya pada kuartal keempat BPRS di Indonesia
mengalami tingkat efisiensi optimum.
Grafik 4. 4 Perbandingan Efisiensi BPRS di Indonesia tahun 2018
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai pengambilan sebuah
keputusan manajemen BPRS untuk mencapai nilai efisiensi optimum:
Tabel 4. 9 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia kuartal II tahun
2018 (Jutaan Rupiah)
Variabel Actual Target To Gain Archieved
Total Beban 483258,27 481911,63572 0,28% 99,72% Dana Pihak Ketiga 7165906,77 7023500,58336 1,99% 98,01% Aset Tetap 345058,59 344097,05689 0,28% 99,72% Total Pendapatan 614282,56 614282,55800 0,00% 100,00% Pembiayaan 8521307,59 8521307,59400 0,00% 100,00% Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.9, di kuartal kedua pada tahun 2018
mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 98,01% pada Dana Pihak
Ketiga dan harus menurunkan sebesar 1,99% untuk mencapai efisiensi
optimum, selain itu semua variabel input mengalami inefisiensi. Aset
96,50%
97,00%
97,50%
98,00%
98,50%
99,00%
99,50%
100,00%
Kuartal 1 - Maret Kuartal II - Juni Kuartal III -
September
Kuartal IV-
Desember
Periode
53
tetap mengalami nilai tingkat efisiensi sebesar 99,72% dan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum harus dilakukan perbaikan dengan
menurunkannya 0,28%. Sementara itu, pada Total Beban mengalami
nilai tingkat efisiensi sebesar 99,72% sehingga harus dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 0,28%
Impelementasi anggaran untuk variabel Total Beban sebesar Rp
483,2 miliar sementara yang dibutuhkan hanya sebesar Rp 481,9 miliar.
Adapun implementasi anggaran untuk Dana Pihak Ketiga mencapai Rp
7,16 triliun sementara untuk mencapai efisiensi optimum hanya
dibutuhkan anggaran sebesar Rp 7,02 triliun. Begitu pula dengan Aset
Tetap yang implementasi anggarannya mencapai Rp 345,05 miliar,
sedangkan untuk mencapai efisiensi optimum hanya membutuhkan
anggaran sebesar Rp 344,09 miliar.
Tabel 4. 10 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia kuartal III tahun
2018 (Jutaan Rupiah)
Variabel Actual Target To Gain Archieved
Total Beban 746092,34 729069,08635 2,28% 97,72% Dana Pihak Ketiga 7739373,46 7509989,04465 2,96% 97,04% Aset Tetap 395297,68 352709,34200 10,77% 89,23% Total Pendapatan 942819,81 942819,80600 0,00% 100,00% Pembiayaan 8679643,42 8679643,42300 0,00% 100,00% Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.10, di kuartal ketiga pada tahun 2018
mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 89,23% pada Aset Tetap
dan harus menurunkan sebesar 10,77% untuk mencapai efisiensi
optimum, selain itu semua variabel input mengalami inefisiensi. Total
54
Beban mengalami nilai tingkat efisiensi sebesar 97,72% dan untuk
mencapai nilai efisiensi optimum harus dilakukan perbaikan dengan
menurunkannya 2,28%. Sementara itu, pada Dana Pihak Ketiga
mengalami nilai tingkat efisiensi sebesar 97,04% sehingga harus
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 2,96%
Impelementasi anggaran untuk Total Beban sebesar Rp 746,09
miliar sementara yang dibutuhkan hanya sebesar Rp 729,06 miliar.
Adapun implementasi anggaran untuk Dana Pihak Ketiga mencapai Rp
7,73 triliun sementara untuk mencapai efisiensi optimum hanya
dibutuhkan anggaran sebesar Rp 7,5 triliun. Begitu pula dengan Aset
Tetap yang implementasi anggarannya mencapai Rp 395,2 miliar,
sedangkan untuk mencapai efisiensi optimum hanya membutuhkan
anggaran sebesar Rp 352,7 miliar.
4. Tahun 2019
Berikut ini adalah hasil olah data tingkat efisiensi dengan asumsi
VRS (Variabel Return Scale) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tahun
2016:
55
Tabel 4. 11 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia
tahun 2019 (%)
Periode 2019
Kuartal I 100
Kuartal II 100
Kuartal III 100 Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.11, selama periode 2016 BPRS di Indonesia
mengalami tingkat efisiensi optimum. Ini mengindikasikan bahwa
BPRS di Indonesia telah mampu menyalurkan setiap input yang ada
menjadi output yang optimal.
D. Interpretasi Hasil Penelitian
a. Analisis Efisiensi BPRS di Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian, BPRS di Indonesia mengalami
inefisiensi dalam kurun waktu 2017 sampai dengan 2018. Hal ini
dapat dilihat pada tingkat efisiensi pada tahun 2017 yang berada
pada nilai 99,77% dan pada tahun 2018 tingkat efisiensinya yang
berada pada nilai 99,36%. Sementara itu, pada tahun 2016 dan tahun
2019 BPRS di Indonesia mencapai tingkat efisiensi yang optimum
berdasarkan asumsi VRS.
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa tingkat efisiensi BPRS
di Indonesia selama periode 2016 dan 2019 berada pada tingkat
efisensi optimum yang artinya berada pada titik 100%.
Hasil perhitungan DEA juga memerlihatkan potential
improvement yang dapat dilakukan oleh BPRS-BPRS di Indonesia
yang belum beroperasi secara efisien. Berdasarkan pendekatan
56
inermediasi yang berorientasi pada input, maka dapat disimpulkan
bahwa BPRS di Indonesia harus mengurangi jumlah inputnya
sekaligus meningkatkan jumlah outputnya untuk menghasilkan
output yang lebih efisien oleh DMU pada tahun-tahun yang masih
inefisien tersebut.
Tabel 4. 12 Nilai Rata-Rata Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia tahun
2017 (Jutaan Rupiah)
Variabel Actual Target To Gain Archieved
Total Beban 535383,16 533922,71 0,23% 99,77% Dana Pihak Ketiga 6383911,10 6369233,10 0,23% 99,77% Aset Tetap 284720,68 283625,38 0,38% 99,62% Total Pendapatan 692123,92 692123,92 0,00% 100,00% Pembiayaan 7470491,17 7470491,17 0,00% 100,00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pada tahun 2017 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami inefisiensi terendah
yaitu sebesar 99,62 % pada Aset Tetap dan harus menurunkan sebesar
0,38% untuk mencapai efisiensi optimum, selain itu semua variabel
input mengalami inefisiensi. Total Beban mengalami nilai tingkat
efisiensi sebesar 99,77% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum
harus dilakukan perbaikan dengan menurunkannya 0,23%. Sementara
itu, pada Dana Pihak Ketiga mengalami nilai tingkat efisiensi sebesar
99,77% sehingga harus dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 0,23%
Impelementasi anggaran untuk Total Beban sebesar Rp 538,38
miliar sementara yang dibutuhkan hanya sebesar Rp 533,92 miliar.
57
Adapun implementasi anggaran untuk Dana Pihak Ketiga mencapai Rp
6,38 triliun sementara untuk mencapai efisiensi optimum hanya
dibutuhkan anggaran sebesar Rp 6,36 triliun. Begitu pula dengan Aset
Tetap yang implementasi anggarannya mencapai Rp 284,72 miliar,
sedangkan untuk mencapai efisiensi optimum hanya membutuhkan
anggaran sebesar Rp 283,62 miliar.
Tabel 4. 13 Nilai Rata-Rata Efisiensi Asumsi VRS BPRS di Indonesia tahun
2018 (Jutaan Rupiah)
Variabel Actual Target To Gain Archieved
Total Beban 631184,13 626591,66 0,64% 99,36% Dana Pihak Ketiga 7570793,10 7477845,45 1,24% 98,76% Aset Tetap 372208,82 361321,35 2,76% 97,24% Total Pendapatan 791544,29 791544,29 0,00% 100,00% Pembiayaan 8590913,39 8590913,39 0,00% 100,00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada tahun 2018 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami inefisiensi terendah
yaitu sebesar 97,24 % pada Aset Tetap dan harus menurunkan sebesar
2,76% untuk mencapai efisiensi optimum, selain itu semua variabel
input mengalami inefisiensi. Total Beban mengalami nilai tingkat
efisiensi sebesar 99,36% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum
harus dilakukan perbaikan dengan menurunkannya 0,64%. Sementara
itu, pada Dana Pihak Ketiga mengalami nilai tingkat efisiensi sebesar
98,76% sehingga harus dilakukan perbaikan dengan cara
menurunkannya sebesar 1,24%
58
Impelementasi anggaran untuk Total Beban sebesar Rp 631,18
miliar sementara yang dibutuhkan hanya sebesar Rp 626,59 miliar.
Adapun implementasi anggaran untuk Dana Pihak Ketiga mencapai Rp
7,57 triliun sementara untuk mencapai efisiensi optimum hanya
dibutuhkan anggaran sebesar Rp 7,47 triliun. Begitu pula dengan Aset
Tetap yang implementasi anggarannya mencapai Rp 372,2 miliar,
sedangkan untuk mencapai efisiensi optimum hanya membutuhkan
anggaran sebesar Rp 361,62 miliar.
Hasil perhitungan DEA juga memerlihatkan potential
improvement yang dapat dilakukan oleh bank-bank yang belum
beroperasi secara efisien. Berdasarkan pendekatan intermediasi yang
berorientasi input, selama tahun 2016 sampai dengan 2019 BPRS
mengalami tingkat efisiensi maksimum kecuali pada tahun 2017 dan
tahun 2018 yang inefisien dengan nilai sebesar 99,77% dan 99,36 %.
Berikut ini Total Potential Improvement BPRS pada tahun 2017
dan 2018 yang di dapat dari hasil rata-rata nilai efisiensi asumsi VRS
dari tahun 2017 dan 2018
59
Diagram 4. 1 Total Potential Improvement BPRS
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan diagram 4.1, total improvement (variabel yang
perlu mendapatkan perbaikan) terdapat pada ketiga variabel input,
variabel input yang perlu mendapatkan perbaikan meliputi total beban,
dana pihak ketiga, dan aset tetap.
Pada tahun 2017, semua variabel input mengalami inefisiensi.
Total Beban dan Dana Pihak Ketiga, tingkat efisiensinya mencapai
99,77% dan harus menurunkannya sebesar 0,23% untuk mencapai nilai
efisiensi optimum. Sementara itu, Aset Tetap nilai tingkat efisiensinya
mencapai 99,62% dan butuh menurunkan sebesar 0,38% untuk
mencapai nilai efisiensi optimum
Sementara itu, pada tahun 2018 pun mengalami hal yang serupa
yaitu semua variabel input mengalami inefisiensi. Pada variabel total
beban menghasilkan nilai efisiensi sebesar 99,36% sehingga harus
menurunkannya sebesar 0,64% untuk mencapai nilai efisiensi
27%
27%
46%
0%0%
2017
Total Beban Dana Pihak Ketiga
Aset Tetap Total Pendapatan
Pembiayaan
14%
27%59%
0%0%
2018
Total Beban Dana Pihak Ketiga
Aset Tetap Total Pendapatan
Pembiayaan
60
optimum. Pada dana pihak ketiga menghasilkan nilai efisiensi sebesar
98,76% sehingga harus menurunkannya sebesar 1,24% untuk mencapai
tingkat nilai efisiensi optimum. Sementara itu, nilai tingkat efisiensi
pada aset tetap mencapai 97,24% sehingga harus menurunkannya
sebesar 2,76% untuk mencapai nilai efisiensi optimum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, variabel-variabel
tersebut perlu mendapatkan perhatian untuk dilakukan improvement
guna memperbaiki agar menjadi lebih efisien. Dari hasil penelitian ini
dapat dilihat bahwa variabel yang mengalami tingkat inefisiensi
terbesar adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), dengan kata lain semakin
besar jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) maka akan menyebabkan
BPRS semakin terbebani untuk mengubah DPK menjadi aset-aset
produktif. Hal ini dimungkinkan karena, jika Dana Pihak Ketiga yang
tinggi tidak mampu untuk tersalurkan dengan baik kepada aset-aset
produktif seperti pembiayaan UMKM dan Investasi Portofolop maka
dapat menyebabkan terjadinya idle money. Menurut penelitian Sri
Maryati (2014) BPRS bisa menggandeng para pelempar uang
(pembiayaan non formal) sebagai mitra agar pola pembiayaan dan
simpanan yang selama ini telah dikenal masyarakat dapat terus
ditumbuhkembangkan dan berinovasi di era ekonomi yang semakin
terbuka dan kompetitif. Hal inilah yang mengharuskan BPRS untuk
menurunkan dalam artian menyalurkan kepada pembiayaan dan
investasi pada surat berharga untuk menghindari terjadinya idle money.
61
Variabel selanjutnya yang mengalami inefisiensi terbesar
adalah beban operasional lainnya yang meliputi seperti beban
administrasi dan umum, beban personalia, dan beban lainnya. Aam
Slamet Rusydiana mengemukakan bahwa salah satu faktor yang
menjadi penghambat berkembangnya industri perbankan syariah di
Indonesia adalah belum memadainya sumber daya manusia yang
terdidik dan profesional (Rusydiana, 2016) sehingga praktisi yang ada
hanya bisa menjelaskan apa yang mereka tahu tanpa bisa menjelaskan
apa yang masyarakat butuhkan (Sodiq, 2017). Inilah yang
menyebabkan industri perbankan syariah di Indonesia khususnya pada
BPRS harus menyiapkan lagi waktu untuk pendidikan para
karyawannya sehingga akan berpengaruh pada beban lainnya seperti
investasi BPRS pada biaya administrasi umum, penjaminan dana pihak
ketiga dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel selanjutnya yang
mengalami inefisiensi adalah Aset Tetap. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arief Munandar (2014) bahwa Aset
Tetap juga berpengaruh terhadap inefisiensinya BPRS. Hal ini
dimungkinkan karena jika semakin banyak aset tetap yang dimiliki oleh
BPRS maka akan menyebabkan BPRS semakin terbebani dalam
mengelola aset yang dimilikinya. Hal ini pula lah yang menyebabkan
BPRS harus meningkatkan jumlah pendapatan operasional lainnya
untuk menjadikan BPRS pada tingkat efisien.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi Bank
Pembiayaan Rakyat Indonesia (BPRS) di Indonesia selama periode 2016 sampai
dengan 2019 dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
berdasarkan asumsi VRS. Penelitian ini menggunakan 496 jumlah unit BPRS
sebagai objek penelitian hingga tahun penelitian 2019. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dibahas pada Bab IV, maka ditemukan beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan nilai efisiensi yang dihasilkan BPRS di Indonesia selama
periode 2016-2019 dengan menggunakan DEA berdasarkan asumsi VRS,
BPRS mengalami tingkat efisiensi terendah pada tahun 2018 dengan nilai
rata-rata efisiensi sebesar 97,32%
2. Berdasarkan rincian di atas dapat disimpulkan bahwa semua variabel baik
dari Aset Tetap, Total Beban, Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, maupun
Total Pendapatan berpengaruh terhadap efisiensi BPRS di Indonesia.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang dapat
bermanfaat, sebagai berikut:
63
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi Bank Pembiayaaan
Rakyat Syariah di Indonesia bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya.
Hasil penelitian ini dapat menambah pembendaharaan kepustakaan dan dapat
digunakan sebagai bahan kajian dan pengembangan penelitian-penelitian
selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis.
Adapun bagi peneliti selanjutnya sebaiknya objek pada penelitian ini
tidak hanya menggunakan objek penelitian BPRS secara keseluruhan namun
bisa lebih mengembangkan objek penelitian lain yang lebih spesifik. Begitu
pula dengan periode penelitian juga dapat diperbaharui agar hasil yang
diperoleh dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan
dengan penelitian ini.
2. Bagi Manajemen
Beban Operasional yang kemudian diikuti dengan jumlah Aset Tetap
yang dimiliki oleh BPRS menjadi penyebab utama dalam inefisiensi, perlu
adanya strategi manajemen aset yang lebih baik untuk meningkatkan tingkat
efisiensi. Selain melakukan efisiensi pengeluaran biaya operasional, juga
harus membuat variasi dalam menyalurkan pembiayaan agar BPRS di
Indonesia semakin dekat dengan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya terutama kebutuhan yang bersifat produktif sambil tetap
berhati-hati dalam melakukan kegiatan pembiayaan agar tidak semakin
menghambat target efisiensi yang telah ditentukan.
64
BPRS sudah dapat memiliki kemampuan dalam meningkatkan tingkat
bagi hasil yang kompetitif setiap tahunnya dengan selalu meningkatnya
jumlah DPK namun jika dilihat pada perkembangan nilai BOPO yang masih
mengalami grafik yang sangat dinamis ini berbanding terbalik dengan total
aset BPRS yang selalu meningkat setiap tahunnya. Pendekatan teknologi juga
dapat mengurangi beban operasional secara signifikan untuk menekan
besarnya beban operasional yang dimiliki oleh BPRS di Indonesia. Juga
BPRS dapat melakukan opsi dengan menggencarkan sosialisasi dan edukasi
untuk meningkatkan jumlah DPK yang terhimpun ke BPRS.
3. Bagi Pemerintahan/Regulator
Dinamisnya pergerakan BOPO sementara total aset BPRS selalu
mengalami kenaikan yang cukup siginifikan seharusnya mendapat perhatian
yang lebih tidak hanya dari manajemen namun juga dari OJK selaku otoritas
pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa BPRS sudah
melakukan semaksimal mungkin untuk menekan angka inefesiensi di bawah
20%, bahkan pada tahun 2017 dan 2018 BPRS sanggup melewati target
efisiensi pada variabel Pendapatan operasional lainnya.
OJK dan Kementerian terkait harus meningkatkan sinergi antara
BPRS dan Bank Umum Syariah jika melihat perbandingan total aset yang
terlampau jauh, sehingga permasalahan inefisiensinya manajemen aset dapat
lebih mudah teratasi seperti regulasi untuk mensinergikan BPRS antar daerah,
peningkatan fasilitas teknologi agar dapat lebih mudah di akses masyarakat
dalam melakukan kegiatan pembiayaan dan efisiensi manajemen aset,
65
maupun peningkatan sosialisasi oleh berbagai pihak seperti praktisi dan
akademisi agar produk-produk BPRS semakin menarik bagi masyarakat.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., & Endri. (n.d.). Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah:
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).
Acarya. (2011). Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press.
Almilia, & Herdaningtyas. (2005). Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi
Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan 2000-2002. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, no.2.
Amirillah, A. (2014). Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia. Journal of
Economics and Policy Vol. 7, No. 2.
Anshori, A. G. (2009). Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Anshori, A. G. (2009). Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Endri. (2011). Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi
Two Stage Data Envelopment Analysis. STEI Tazkia.
Fauzi, A. (2014, Oktober). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia:
Apakah Efisien dalam Profitabilitas Operasional? Forum Riset Keuangan
Syariah 2014, p. 215.
67
Firdaus, M., & Hossen, M. (2013). Efisiensi Bank Umum Syariah menggunakan
Two Stage Data Envelopment Analysis. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, 167-188.
Hadad, M. D. (n.d.). Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan
Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). 2003.
Hadad, M., Santoso, W., Ilyas, D., & Mardanugraha, E. (2003). Analisis Efisiensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data
Envelopment Analysis (DEA). Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank
Indonesia Research Paper.
Hamka. (2007). Tafsir al-Azhar. Jakarta: .....
Hartono, I., Djohar , S., Daryanto, H., & . (2008). Analisis Efisensi Bank
Perkreditan Rakyat di Wilayah Jabodetabek dengan Pendekatan Data
Envelopment Analysis. Jurnal Manajemen dan Agribisnis, 5(2): 52-63.
Herman, D. (2014). Manajemen Perbankan. Cet, 3. Bumi Aksara.
Hidayat, R. (2011). Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia. Media Riset
Bisnis & Manajemen Vol. 11, No.1, April.
Hidayat, R. (2014). Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi:
Gramata Publishing.
Huri, M., & Susilowati, I. (2004). Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan
Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus: Bank-
68
Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002). Jurnal Dinamika
Pembangunan, Vol 1 No 2 .
Iskandar, S. (2013). Akuntansi Perbankan: Dalam Rupiah dan Valuta Asing.
Jakarta: In Media.
Islahuzzaman. (2012). Istilah - Istilah Akuntansi dan Auditing. Jakarta: Bumi
Aksara.
Maryati, S. (2014). Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam Pengembangan
UMKM dan Agribisnis Pedesaan di Sumatera Barat. Economica, Journal of
Economic and Economic Education Vol. 3 No. 1.
Muhammad. (2011). Manajemen Bank Syariah . Yogyakarta: Sekolah TInggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Muharam, H., & Pusvitasari, R. (2007). Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam.
Pohan, A. A. (2015). Efisiensi Kinerja Bank Umum (BUS) dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Purwanto, R., & Widyarti, E. (2011). Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum
Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Periode 2006-2010. Jurnal
Skripsi Fakultas Ekonomi Dipenogoro.
69
Rusydiana, A. (2016). Analisis Masalah Pengembangan Perbankan Syariah di
Indonesia: Aplikasi Metode Analytic Network Process. Esensi: Jurnal
Bisnis dan Manajemen.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sodiq, A. (2018). Analisis SWOT Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia .
MALIA: Journal of Islamic Banking and FInance 1.1.
Sulhan, M., & Siswanto, E. (2008). Manajemen Bank: Konvensional dan Syariah.
Malang: UIN-Malang Press.
Suryani, H. (2015). Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sutawijaya, A., & Lestari, E. (2009). Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca
Krisis Ekonomi: Sebuah Stufi Empiris Penerapan Model DEA. Jurnal
Ekonomi Pembangunan.
Syamsi, I. (2007). Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Statistik Perbankan Syariah 2016, Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah 2017, Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah 2018, Otoritas Jasa Keuangan
Statistik Perbankan Syariah 2019, Otoritas Jasa Keuangan
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Lampiran :
1. Data Sekunder Sebelum Diolah
2. Hasil Efisiensi DEA Asumsi VRS
3. Target to Optimum Efisiensi DEA
71
Data Sekunder Sebelum Diolah
Bank dan Periode Total Beban Dana Pihak Ketiga Aset Tetap Total Pendapatan Pembiayaan
bprs2016m03 191735,91 4965547,26 199609,47 228740,68 5970944,32
bprs2016m06 378700,69 4997238,30 213605,27 468694,73 6463834,17
bprs2016m09 574579,00 5435445,00 229005,00 708831,00 6447845,00
bprs2016m12 778018,29 5823963,74 251845,10 976450,37 6662555,96
bprs2017m03 203801,94 6019516,40 269690,15 267617,00 7041352,50
bprs2017m06 422226,30 6042106,86 282421,12 537515,41 7520381,26
bprs2017m09 645426,30 6486740,93 288974,25 827278,63 7556280,39
bprs2017m12 870078,10 6987280,20 297797,22 1136084,67 7763950,54
bprs2018m03 232607,17 7242954,34 337822,21 306100,02 8078235,87
bprs2018m06 483258,27 7165906,77 345058,59 614282,56 8521307,59
bprs2018m09 746092,34 7739373,46 395297,68 942819,81 8679643,42
bprs2018m12 1062778,73 8134937,84 410656,80 1302974,78 9084466,66
bprs2019m03 280995,69 8135985,19 408573,23 348656,73 9396942,41
bprs2019m06 559826,67 8099759,12 415765,99 711635,52 9726102,65
bprs2019m09 862856,59 8635339,40 423516,47 1092687,12 10078093,98
72
Hasil Efisiensi DEA Asumsi VRS
Inputs
Outputs
Total Beban Total Pendapatan
Dana Pihak Ketiga Pembiayaan
Aset Tetap
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 bprs2016m03 1,00000 1,000 bprs2016m03
2 bprs2016m06 1,00000 1,000 bprs2016m06
3 bprs2016m09 1,00000 1,000 bprs2016m09
4 bprs2016m12 1,00000 1,000 bprs2016m12
5 bprs2017m03 1,00000 1,000 bprs2017m03
6 bprs2017m06 1,00000 1,000 bprs2017m06
7 bprs2017m09 0,99095 0,078 bprs2016m06 0,004 bprs2017m03 0,423 bprs2017m06 0,495 bprs2017m12
8 bprs2017m12 1,00000 1,000 bprs2017m12
9 bprs2018m03 1,00000 1,000 bprs2018m03
10 bprs2018m06 0,99721 0,071 bprs2017m03 0,438 bprs2017m06 0,025 bprs2017m12 0,466 bprs2019m06
11 bprs2018m09 0,97718 0,535 bprs2017m12 0,454 bprs2019m06 0,011 bprs2019m09
73
12 bprs2018m12 1,00000 1,000 bprs2018m12
13 bprs2019m03 1,00000 1,000 bprs2019m03
14 bprs2019m06 1,00000 1,000 bprs2019m06
15 bprs2019m09 1,00000 1,000 bprs2019m09
74
Target To Optimum Efisiensi DEA
Efficiency 2017 Variabel Actual Target To Gain Archieved
Total Beban 535383,16 533922,71 0,23% 99,77%
Dana Pihak Ketiga 6383911,10 6369233,10 0,23% 99,77%
Aset Tetap 284720,68 283625,38 0,38% 99,62%
Total Pendapatan 692123,92 692123,92 0,00% 100,00%
Pembiayaan 7470491,17 7470491,17 0,00% 100,00%
Efficiency 2018 Variabel Actual Target To Gain Archieved
Total Beban 631184,13 626591,66 0,64% 99,36%
Dana Pihak Ketiga 7570793,10 7477845,45 1,24% 98,76%
Aset Tetap 372208,82 361321,35 2,76% 97,24%
Total Pendapatan 791544,29 791544,29 0,00% 100,00%
Pembiayaan 8590913,39 8590913,39 0,00% 100,00%
Recommended