View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS KERAGAAN AGROINDUSTRI DAN POSISI PRODUK
BERDASARKAN SIKLUS HIDUP PRODUK SOSIS GULUNG
DI CV CUCURUTUKU CERIA
(Skripsi)
Oleh
MELIANI INDAH SARI
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
ABSTRACT
ANALYSIS OF AGROINDUSTRY PERFORMANCE AND PRODUCT
POSITION BASED ON LIFE CYCLE PRODUCT ON SAUSAGE ROLL
IN CV CUCURUTUKU CERIA
By
Meliani Indah Sari
This study aims were to analyze (1) direct supply of raw materials based on the
six right criteria (2) income, cost of production, and break even point (BEP) (3)
marketing mix and determine position based on product life cycle, and (4)
supporting services. This research uses the case study method in CV Cucurutuku
Ceria. The research data was collected in May to June 2019. The data analysis
method used was qualitative and quantitative descriptive analysis. The results
indicate that (1) the supply of raw materials for sausage rolls has not met the
criteria on time, type and quality. (2) the sausage rolls of noodle, soya, cheesy,
potato, dan spicy variant business has been profitable with an R-C ratio >1.
Revenue for the total cost Rp29.540.967,28 (noodle variant), Rp5.453.399,66
(soya variant), Rp9.320.738,84 (cheesy variant), Rp4.067.034,97 (potato variant),
and Rp7.453.739,64 (spicy variant). The largest production cost was Rp1.869,93
(spicy variant) and the smallest was Rp1.046,53 (noodle variant), this means they
can apply the variable method. BEP unit has been achieved for a long time. (3)
marketing mix that has been carried out in the form of cooperation with e-
commerce companies (gofood and grabfood) to facilitate consumers in the
ordering process and social media in the context of promotional activities. In the
product life cycle, sausage roll noodle variant were in a stage of decline. (4) the
government policy regarding the protection and empowerment of Micro, Small
and Medium Enterprises have not been fully utilized.
Keywords: agroindustry, performance, position, sausage rolls
ABSTRAK
ANALISIS KERAGAAN AGROINDUSTRI DAN POSISI PRODUK
BERDASARKAN SIKLUS HIDUP PRODUK SOSIS GULUNG
DI CV CUCURUTUKU CERIA
Oleh
Meliani Indah Sari
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) penyediaan bahan baku langsung
berdasarkan kriteria enam tepat (2) pendapatan, harga pokok produksi, dan break
even point (BEP) (3) bauran pemasaran dan posisi berdasarkan siklus hidup
produk, serta (4) jasa layanan pendukung. Penelitian ini menggunakan metode
studi kasus di CV Cucurutuku Ceria. Data penelitian dikumpulkan pada Mei
hingga Juni 2019 dan metode analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
penyediaan bahan baku langsung sosis gulung belum memenuhi komponen tepat
waktu, jenis, dan kualitas. (2) usaha sosis gulung varian noodle, soya, cheesy,
potato, dan spicy sudah menguntungkan dengan nilai R-C rasio >1. Pendapatan
atas biaya total sebesar Rp29.540.967,28 (varian noodle), Rp5.453.399,66 (varian
soya), Rp9.320.738,84 (varian cheesy), Rp4.067.034,97 (varian potato), dan
Rp7.453.739,64 (varian spicy). Harga pokok produksi terbesar yaitu Rp1.869,93
(varian spicy) dan terkecil yaitu Rp1.046,53 (varian noodle), hal ini berarti dapat
menerapkan metode variabel. BEP unit telah cukup lama dicapai. (3) bauran
pemasaran yang telah dilakukan berupa kerjasama dengan perusahaan e-
commerce (gofood dan grabfood) untuk memudahkan konsumen dalam proses
pemesanan dan media sosial dalam rangka kegiatan promosi. Pada siklus hidup
produk, sosis gulung varian noodle berada di tahap penurunan. (4) kebijakan
pemerintah tentang perlindungan dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) belum dimanfaatkan secara maksimal.
Kata kunci: agroindustri, keragaan, sosis gulung, posisi
ANALISIS KERAGAAN AGROINDUSTRI DAN POSISI PRODUK
BERDASARKAN SIKLUS HIDUP PRODUK SOSIS GULUNG
DI CV CUCURUTUKU CERIA
Oleh
Meliani Indah Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, tanggal 06 Mei 1997
dari pasangan Bapak Ganda Riadi dan Ibu Hartina, yang
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan
formal tingkat Taman Kanak-kanak (TK) penulis selesaikan di
TK Immanuel Bandar Lampung tahun 2003, tingkat Sekolah
Dasar di SD Immanuel Bandar Lampung tahun 2009, tingkat Sekolah Menengah
Pertama di SMP Immanuel Bandar Lampung tahun 2012, dan Sekolah Menengah
Atas di SMA Immanuel Bandar Lampung tahun 2015. Pada tahun 2015 diterima
sebagai mahasiswi pada Program Studi S1 Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung, melalui jalur Mandiri.
Selama di bangku kuliah penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan Himpunan
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Universitas Lampung dan
terdaftar sebagai anggota bidang IV (Kewirausahaan) periode 2016/2017. Selain
mengikuti organisasi, penulis juga menjadi asisten dosen mata kuliah
Kewirausahaan pada Semester Genap 2018/2019. Penulis melaksanakan mata
kuliah Praktik Pengenalan Pertanian (home stay) selama tujuh hari di Dusun Solo
Desa Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) selama 40 hari penulis laksanakan di Desa Panggungrejo
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun 2018. Penulis melaksanakan
Praktik Umum di PT. Siger Jaya Sentosa Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan Provinsi Lampung selama tiga puluh hari pada bulan Juli
hingga Agustus tahun 2018.
SANWACANA
Salam Sejahtera,
Segala puji kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat, berkat,
karunia-Nya dan atas penyertaan-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi dengan judul “Analisis Keragaan Agroindustri dan Posisi
Produk berdasarkan Siklus Hidup Produk Sosis Gulung di CV Cucurutuku
Ceria” adalah salah satu prasyarat dalam menyelesaikan program studi S1 di
Universitas Lampung.
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak baik moral maupun
spiritual, lahir maupun batin, secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dengan segala
kerendahan dan ketulusan hati kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Pertama, yang selalu memberikan motivasi, bimbingan, arahan, dan ilmu dar
ii
awal penulisan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S., selaku Dosen Pembimbing Kedua,
yang selalu memberikan motivasi, bimbingan, arahan, dan ilmu dari awal
penulisan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
5. Ir. Adia Nugraha, M.S., selaku Dosen Penguji, yang telah memberikan saran
dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan penulis pengarahan, motivasi, serta bimbingan selama masa
perkuliahan.
7. Dr. Indah Listiana, S.P., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
8. Seluruh Dosen di Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu bagi
penulis untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian.
9. Seluruh karyawan di Jurusan Agribisnis Mba Iin, Mba Vanes, Mba Tunjung,
Mas Boim, dan Mas Buhori, yang telah membantu penulis dalam proses
administrasi dan lain-lain untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian.
10. Kak Erinda pemilik CV Cucurutuku Ceria yang sudah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di CV Cucurutuku Ceria.
11. Kedua orang tuaku yang sangat penulis cintai, Papa Ganda Riadi dan Mama
Hartina yang selalu mencurahkan seluruh kasih sayang, dukungan secara
materil dan non materil serta doa. Terima kasih telah memberikan
kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Untuk Cici-ku Puspita Sari dan Wulan Sari serta Cihu Wilizco dan Koko
Oliver yang selalu memberikan motivasi serta doa kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
iii
13. Temanku „Afaf Faadhilah Risyanti yang telah menemani hari – hari penulis
dari senang dan duka, melalui pertemanan yang berliku –liku, terimakasih
tetap bertahan menjadi teman penulis selama perkuliahan hingga selesai.
14. PanutanQ Ayu Sari, Tegar, dan Arman yang selalu memberikan pencerahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Tim hip – hip horeku Wenni, Ryo, Panji, Ngan, Eci, Nadya, Ebe, Dini, Yogi,
Unge, Ana, Nisa, Adit, dan Niken terimakasih telah membantu, menemani
dan mewarnai kehidupan perkuliahan yang tiada habis akan drama.
16. Teman – teman seperjuangan Agribisnis 2015 yang tidak bisa disebutkan
satu persatu yang membantu serta mendukung penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
17. Alumni tercinta dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, penulis meminta maaf atas segala kekurangan yang ada. Penulis
berharap dan mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua
kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan serta semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak.
Bandar Lampung, 5 Januari 2020
Penulis
Meliani Indah Sari
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........…………………………………………………….... i
DAFTAR TABEL…………………………………………………….... v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….… 8
D. Manfaat Penelitian…………………………………………..…. 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka……………………………………………..… 9
1. Sosis Gulung………………………………………………… 9
2. Konsep Agribisnis………………………………………...…. 15
3. Penyediaan Bahan Baku Langsung ………………………… 16
4. Teori Pendapatan…………………………………………….. 18
5. Harga Pokok Produksi dan Break Event Point (BEP) …........ 22
6. Saluran Distribusi…...……………………………………….. 25
7. Pemasaran…………………………………………...……..... 27
8. Jasa Layanan Pendukung………..................……………....… 33
B. Kajian Penelitian Terdahulu…………………………………..... 34
C. Kerangka Pemikiran………………………………………….… 45
III. METODE PENELITIAN
A. Metode, Lokasi, dan Pengumpulan Data Penelitian……………. 49
ii
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional……………………….. 49
C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data…………………….. 56
D. Metode Analisis Data…………………………………………… 57
1. Metode Analisis Tujuan Pertama……………………………. 57
2. Metode Analisis Tujuan Ke Dua…………………………….. 58
3. Metode Analisis Tujuan Ke Tiga…………………………….. 61
4. Metode Analisis Tujuan Ke Empat………………………….. 68
IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A. Provinsi Lampung …....……………………………………….. 69
1. Keadaan Geografis…...……………………………………… 69
2. Keadaan Iklim ………………………………………...…....... 71
3. Keadaan Demografis..……………………………………….. 71
4. Keadaan Perekonomian……………………………………… 72
B. Gambaran Umum CV Cucurutuku Ceria………………………. 73
1. Sejarah CV Cucurutuku Ceria………………………………. 73
2. Struktur Organisasi CV Cucurutuku Ceria………………….. 75
3. Tata Letak / Layout CV Cucurutuku Ceria………………….. 77
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden………………………………………. 80
1. Keadaan Umum Responden Pemilik CV Cucurutuku Ceria... 80
2. Keadaan Umum Responden Konsumen CV Cucurutuku
Ceria…................................................................................... 82
B. Penyediaan Bahan Baku Langsung pada CV Cucurutuku Ceria.. 85
1. Waktu……………………………………………………...…. 88
2. Tempat……………………………………………………...... 88
3. Jenis……………………………………………………...….... 89
4. Kualitas……………………………………………………..... 90
5. Kuantitas……………………………………………………... 91
6. Harga……………………………………………………...….. 92
C. Penggunaan Bahan Baku Langsung dan Tidak Langsung ……... 93
iii
1. Bahan baku langsung…………..……………………………. 93
2. Bahan baku tidak langsung…………...……………………... 95
3. Peralatan……………………………………………………... 100
4. Tenaga kerja………………………………………………… 104
D. Proses Pembuatan Varian Sosis Gulung……………………….. 106
1. Sosis gulung varian Noodle………………………………….. 106
2. Sosis gulung varian Soya…………………………………….. 109
3. Sosis gulung varian Cheesy………………………………….. 110
4. Sosis gulung varian Potato…………………………………... 112
5. Sosis gulung varian Spicy……………………………………. 115
E. Produksi Sosis Gulung……………………………………..…... 117
F. Analisis Pendapatan…………………………...……………….. 119
G. Analisis Harga Pokok Produksi dan BEP ....…........................... 127
H. Posisi Produk Berdasarkan Siklus Hidup Produk………..……. 145
I. Bauran Pemasaran……………………………………………… 148
1. Pemilik CV Cucurutuku Ceria………………………………. 148
a. Produk (product)…………………………………………….. 148
b. Harga (price)……………………………………..………….. 150
c.Tempat (place)………………………………………………... 151
d.Promosi (promotion)……...………………………………….. 153
e. Sumberdaya Manusia (people)…………………………….... 155
f. Proses (process)…………………………………………….... 156
g. Bukti Fisik (physical evidence)……………………………... 158
2. Respon Konsumen…………..……………………………… 159
a. Produk (product)……………………………………………. 160
b. Harga (price)……………………………………..………….. 161
c.Tempat (place)……………………………………………….. 163
d.Promosi(promotion)…………………………………………. 164
e. Sumberdaya Manusia (people)……………………………… 165
f. Proses (process)…………………………………………….... 167
g. Bukti Fisik (physical evidence)……………………………... 169
J. Saluran Distribusi………………………………………………. 170
iv
K. Jasa Layanan Pendukung…………………………………….... 172
1. Lembaga Penelitian…………………………………………. 173
2. Kebijakan Pemerintah………………………………………. 173
3. Teknologi Informasi dan Komunikasi……………………… 175
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran……………………………………………….…………… 178
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….….. 179
LAMPIRAN………………………………………………………….….. 185
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 177
5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Konsumsi daging ayam ras per kapita sebulan di Kota Bandar
Lampung Tahun 2015 – 2017 ………….…………………………... 2
2. Produksi sosis gulung pada CV CC pada Tahun 2015 –2017 ........... 4
3. Syarat mutu daging sosis yang baik …………………...……………. 14
4. Kajian penelitian terdahulu …………………................…………… 36
5. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap atribut bauran
pemasaran pada CV CC produk ………….......................………..... 67
6. Asal daerah responden konsumen CV CC............................………. 71
7. Produk domestik regional bruto Kota Bandar Lampung menurut
lapangan usaha atas dasar harga berlaku Tahun 2017.......……….... 73
8. Daftar outlet CV CC.......................................................………...... 80
9. Karakteristik responden pemilik CV CC........................ ………....… 81
10. Karakteristik responden konsumen CV CC berdasarkan kelompok
jenis kelamin …………….....................................……...………….. 84
11. Karakteristik responden konsumen CV CC berdasarkan kelompok
umur …………………....................................................................... 84
12. Karakteristik responden konsumen CV CC berdasarkan pendapatan 85
13. Penyediaan bahan baku langsung di CV CC .........................……… 87
14. Penyediaan bahan baku tidak langsung utama di CV CC ................... 88
15. Rata – rata biaya bahan baku langsung CV CC, 2019 ….................... 94
vi
16. Rata – rata penggunaan bahan baku tidak langsung pada CV CC
per bulan, 2019 …………………....................................................... 96
17. Rata – rata penggunaan bahan baku tidak langsung lainnya pada
CV CC per bulan, 2019 ……......................……………................... 98
18. Total biaya penggunaaan bahan baku tidak langsung pada CV CC
per bulan, 2019 ………………….......................................……....... 99
19. Persentase alokasi peralatan pada CV CC .......................................... 102
20. Perhitungan biaya penyusutan alat pada CV CC per bulan, 2019....... 103
21. Alokasi biaya listrik dan biaya pajak pada CV CC ............................ 103
22. Total biaya tenaga kerja pada CV CC per bulan ……….................... 105
23. Rata – rata penerimaan per bulan pada CV CC, 2019 ....................... 118
24. Analisis pendapatan sosis gulung varian noodle pada CV CC, 2019 121
25. Analisis pendapatan sosis gulung varian soya pada CV CC, 2019 ... 122
26. Analisis pendapatan sosis gulung varian cheesy pada CV CC, 2019 123
27. Analisis pendapatan sosis gulung varian potato pada CV CC, 2019 124
28. Analisis pendapatan sosis gulung varian spicy pada CV CC, 2019 125
29. Perhitungan harga pokok produksi sosis gulung varian noodle
CV CC per produksi, 2019 …..................…………………….….. 128
30. Perhitungan harga pokok produksi sosis gulung varian soya
CV CC per produksi, 2019 ….....................………………............ 128
31. Perhitungan harga pokok produksi sosis gulung varian cheesy
CV CC per produksi, 2019 …………………….............…….…... 129
32. Perhitungan harga pokok produksi sosis gulung varian potato
CV CC per produksi, 2019 …….............……………...…………. 129
33. Perhitungan harga pokok produksi sosis gulung varian spicy
CV CC per produksi, 2019 ……….......................………………. 130
34. Perhitungan harga pokok penjualan sosis gulung varian noodle
CV CC per produksi, 2019 …..................…………………….….. 132
vii
35. Perhitungan harga pokok penjualan sosis gulung varian soya
CV CC per produksi, 2019 ….....................………………............ 133
36. Perhitungan harga pokok penjualan sosis gulung varian cheesy
CV CC per produksi, 2019 …………………….............…….…... 134
37. Perhitungan harga pokok penjualan sosis gulung varian potato
CV CC per produksi, 2019 …….............……………...…………. 135
38. Perhitungan harga pokok penjualan sosis gulung varian spicy
CV CC per produksi, 2019 ……….......................………………. 136
39. Perhitungan break event point (BEP) sosis gulung varian noodle
pada CV CC, 2019 ………...................………………………..... 138
40. Perhitungan break event point (BEP) sosis gulung varian soya pada
CV CC, 2019 ……….......................………….................................. 139
41. Perhitungan break event point (BEP) sosis gulung varian cheesy
pada CV CC, 2019 ……........................……………................…… 140
42. Perhitungan break event point (BEP) sosis gulung varian potato
pada CV CC, 2019 …….........................……………………………. 141
43. Perhitungan break event point (BEP) sosis gulung varian spicy
pada CV CC, 2019 ………….......................……………………….. 142
44. Hasil perhitungan margin of safety pada seluruh varian sosis gulung
CV CC...............................................................….....................…….. 145
45. Hasil perhitungan dengan metode polli and cook pada sosis gulung
varian noodle di CV CC Tahun 2014 – 2018 ….....................…….. 146
46. Komponen – komponen yang berkaitan dengan produk berdasarkan
sudut pandang pemilik terhadap bauran pemasaran di CV CC......... 149
47. Komponen – komponen yang berkaitan dengan harga berdasarkan
sudut pandang pemilik terhadap bauran pemasaran di CV CC ........ 151
48. Komponen – komponen yang berkaitan dengan tempat berdasarkan
sudut pandang pemilik terhadap bauran pemasaran di CV CC ........ 152
49. Komponen – komponen yang berkaitan dengan sumberdaya
berdasarkan sudut pandang pemilik terhadap bauran pemasaran
di CV CC …………….....……......................................…………... 155
viii
50. Komponen – komponen yang berkaitan dengan proses
berdasarkan sudut pandang pemilik terhadap bauran pemasaran
di CV CC .......................................................................................... 157
51. Komponen – komponen yang berkaitan dengan bukti fisik
berdasarkan sudut pandang pemilik terhadap bauran pemasaran
di CV CC .......................................................................................... 158
52. Komponen – komponen yang berkaitan dengan produk
berdasarkan respon konsumen terhadap bauran pemasaran di
CV CC ............................................................................................ 160
53. Komponen – komponen yang berkaitan dengan harga
berdasarkan respon konsumen terhadap bauran pemasaran di
CV CC ............................................................................................ 162
54. Komponen – komponen yang berkaitan dengan tempat
berdasarkan respon konsumen terhadap bauran pemasaran di
CV CC ............................................................................................ 163
55. Komponen – komponen yang berkaitan dengan promosi
berdasarkan respon konsumen terhadap bauran pemasaran
di CV CC …..................................................................................... 165
56. Komponen – komponen yang berkaitan dengan sumber daya
manusia berdasarkan sudut pandang pemilik terhadap bauran
pemasaran di CV CC ……..........................……………................. 166
57. Komponen – komponen yang berkaitan dengan proses berdasarkan
respon konsumen terhadap bauran pemasaran di CV CC ................ 167
58. Komponen – komponen yang berkaitan dengan bukti fisik
berdasarkan respon konsumen terhadap bauran pemasaran di
CV CC .........................................................................................… 169
59. Ketersediaan jasa layanan pendukung di CV CC ........................... 172
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Kurva Product Life Cycle………………...…………..……………. 5
2. Pohon industri ayam ……………………...…………..…………… 11
3. Diagram alir pembuatan sosis ……………………….....………….. 13
4. Tahapan siklus hidup produk (Product Life Cycle) …...………….. 30
5. Diagram alir penelitian ………………......………………………… 48
6. Struktur organisasi CV CC …......................……………...………… 75
7. Tata letak / layout bangunan CV CC …........................……………. 77
8. Foto bersama salah satu konsumen CV CC ….......................…….... 85
9. Tahapan pembuatan sosis gulung varian noodle …...………………. 107
10. Tahapan perebusan mie…..........................................……………….. 108
11. Tahapan proses pengolahan sosis ayam menjadi sosis gulung varian
noodle................................................................................................... 108
12. Tahapan pengemasan dan pemberian masa produksi........................ 108
13. Tahapan pembuatan sosis gulung varian soya ……...……………... 109
14. Tahapan pembuatan adonan varian soya……...…………..........…... 110
15. Tahapan pengemasan varian soya……...…….........……..........…… 110
16. Tahapan pembuatan sosis gulung varian cheesy …...……………… 111
17. Tahapan pembuatan adonan varian cheesy……...…………............. 112
x
18. Tahapan pengemasan varian cheesy……...…….........……..........…. 112
19. Tahapan pembuatan sosis gulung varian potato…...……………….. 113
20. Tahapan pembuatan adonan varian potato……...........……..........…. 114
21. Tahapan penggorengan varian potato.…...…….........……..........…. 114
22. Tahapan pengemasan varian potato.menggunakan vacuum sealer… 115
23. Tahapan pembuatan sosis gulung varian spicy …...……………...... 116
24. Tahapan pembuatan adonan varian spicy............…………..........… 116
25. Tahapan pengukusan varian spicy......…...…….........……..........…. 117
26. Tahapan pengemasan varian spicy..................................................... 117
27. Kurva posisi produk sosis gulung varian noodle …...……………… 147
28. Produk varian sosis gulung yang dijual CV CC...........................…… 150
29. Salah satu outlet sosis gulung juragan (Central Plaza) ……..……... 153
30. Salah satu kegiatan promosi CV CC di festival Transpark Lampung
Foodies Night Market …...……………..................................……… 154
31. Kegiatan promosi produk sosis gulung juragan …...…………….…. 154
32. Proses pelayanan salah satu outlet sosis gulung juragan …...………. 157
33. Inovasi tampilan outlet yang telah dilakukan CV CC ....…...………. 159
34. Saluran distribusi seluruh varian sosis gulung di CV CC
per bulan, 2019 …...............……......................………………….... 170
35. Motor roda tiga sebagai alat transportasi CV CC …......................... 171
36. Mobil sebagai alat transportasi CV CC …......................…..….…… 171
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses
pertumbuhan tanaman dan hewan (Mosher, 1968). Ayam sebagai salah satu
hewan yang mudah diolah dan banyak dijadikan usaha melalui olahan –
olahan bergizi. Daging ayam merupakan sumber protein bagi tubuh manusia.
Manusia memerlukan protein untuk menjalankan aktivitas setiap hari yaitu
sebagai zat pembangun, zat pengatur, dan pemberi tenaga. Daging ayam
tentunya juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi tubuh.
Menurut Fitria, Susilowati, dan Nashichuddin (2011), daging ayam
merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam
pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein
dan zat – zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang penting untuk
kelancaran proses metabolisme di dalam tubuh. Besarnya manfaat yang
terdapat pada daging ayam menjadikan daging ayam sebagai salah satu
pangan yang penting. Terjadi peningkatan konsumsi daging ayam dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2017. Konsumsi daging ayam di Kota Bandar
Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Konsumsi daging ayam ras per kapita sebulan di Kota Bandar
Lampung Tahun 2015 – 2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2017 ( Diolah )
Terlihat pada Tabel 1, bahwa terjadi kenaikan penduduk maupun konsumsi
daging ayam ras per kapita sebulan di Kota Bandar Lampung. Peningkatan
konsumsi daging ayam dari tahun 2015 sampai dengan 2017 yaitu sebesar
0,1% - 0,3%. Peningkatan ini terlihat dari selisih konsumsi daging ayam ras
per kapita sebulan di Kota Bandar Lampung Tahun 2015 – 2017.
Menurut Priyanto ( 2003 ), beberapa alasan yang menyebabkan kebutuhan
daging ayam mengalami peningkatan yang cukup pesat antara lain yaitu: 1)
daging ayam harganya relatif murah, 2) daging ayam lebih baik dari segi
kesehatan karena mengandung sedikit lemak dan kaya protein dibandingkan
dengan daging sapi dan kambing, 3) tidak ada agama apapun yang melarang
umatnya untuk mengkonsumsi daging ayam, 4) daging ayam mempunyai
rasa yang dapat diterima semua golongan masyarakat dan semua umur, 5)
daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang bernilai
tinggi, mudah disimpan dan mudah dikonsumsi.
Daging ayam dapat dijadikan berbagai olahan makanan ringan. Olahan
makanan ringan yang diminati kalangan muda saat ini yaitu, fried chicken,
nugget, sosis ayam dan lain sebagainya. Banyaknya olahan makanan ringan
Tahun Konsumsi (kg) Penduduk Total
2015 0,20 979.287 195.857,40 -
2016 0,22 997.728 219.500,16 12,07
2017 0,29 1.015.910 294.613,90 34,22
Rata – rata 236.657,15
3
berbahan dasar dari daging ayam berdampak bagi wirausaha dalam
menciptakan makanan ringan yang berbeda dari yang lain. Inovasi
dibutuhkan untuk mengembangkan makanan ringan yang bertujuan menarik
perhatian konsumen. Salah satu makanan ringan berbahan dasar daging ayam
yang dapat dikembangkan lagi yaitu sosis ayam. Menurut Meliasari,
Suryaningsih dan Soetardjo ( 2016 ), sosis ayam merupakan daging ayam
yang dihaluskan sebagai bahan utama dan ditambahkan dengan bumbu, bahan
pengisi (filler) serta bahan pengikat (binder) sebagai bahan tambahan,
kemudian dicetak ke dalam selongsong yang dapat dimakan dan tidak dapat
dimakan.
Salah satu wirausaha yang melakukan inovasi terhadap sosis ayam dan
menjadikannya sebagai peluang usaha untuk mendapatkan keuntungan yaitu
Erinda Putri Andaryani sebagai pemilik CV Cucurutuku Ceria (CC) yang
melakukan kegiatan usaha mengolah sosis ayam menjadi sosis gulung
berbagai varian dengan nama “Sosis Gulung Juragan” atau yang biasa disebut
“ Sosgul” pertama di Kota Bandar Lampung. CV CC terletak di Jalan Griya
Utama No. II C/ 4 Bandar Lampung. CV CC memiliki 15 outlet yang berada
di Kota Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kota Malang. Produksi sosis
gulung pada CV CC pada Tahun 2015 – 2018 dapat dilihat pada Tabel 2.
Terlihat di Tabel 2, bahwa total produksi terbesar sosis gulung pada CV CC
yaitu pada tahun 2015 sebesar 769.909 buah. Total produksi terbesar didapat
dari produksi sosis gulung dengan varian noodle. Akan tetapi, terjadi
penurunan produksi sosis gulung varian noodle pada tahun 2016 hingga 2018.
4
Penurunan produksi ini terjadi karena bertambahnya varian pada sosis
gulung. Rata – rata perkembangan sosis gulung dengan varian noodle adalah
yang paling kecil daripada varian yang lainnya yaitu sebesar 17,66. Hal ini
dikarenakan minat konsumen akan sosis gulung varian noodle berkurang
karena adanya varian baru.
Tabel 2. Produksi sosis gulung pada CV CC pada Tahun 2015 – 2018
Tahun
Produk (buah)
Noodle
sosgul
Soya
Sosgul
Cheesy
Sosgul
Potato
Sosgul
Spicy
Sosgul
2015 769.909 - - - - - - - - -
2016 546.037 - 29,07 15.549 - 14.672 - 6.647 - - -
2017 465.321 - 14,78 53.363 243,19 51.272 249,45 27.036 306,73 23.000 -
2018 422.774 - 9,14 47.376 - 11,21 76.735 49,66 47.260 74,80 68.787 199,07
Rata – rata - 17,66 115,99 149,55 190,765 199,07
Sumber : CV Cucurutuku Ceria, 2018 ( Tidak dipublikasikan )
Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan pengamatan posisi produk
berdasarkan siklus hidup produk pada sosis gulung dengan varian noodle.
Menurut Kotler (2002), setiap tahap siklus produk memerlukan strategi
pemasaran yang berbeda. Tahapan siklus hidup produk yaitu berupa tahapan
pengenalan, tahapan pengembangan, tahapan kedewasaan dan tahapan
penurunan. Melalui pengamatan siklus hidup produk, diharapkan pemilik
usaha dapat mengetahui dimanakah posisi produk varian noodle saat ini
sehingga, dapat mengantisipasi agar produk dapat bertahan di umur yang
panjang. Umur panjang suatu produk menandakan bahwa produk tersebut
dapat bertahan dari para pesaing. Posisi produk sosis gulung berdasarkan
5
siklus hidup produk dapat diketahui menggunakan kurva Product Life Cycle
seperti Gambar 1.
Gambar 1. Kurva Product Life Cycle
Penyediaan bahan baku langsung merupakan kegiatan yang paling utama
dalam agroindustri. Bahan baku langsung yang digunakan oleh CV CC yaitu
sosis ayam. Sosis ayam ini digunakan untuk memproduksi sosis gulung
dengan varian yang bermacam - macam. Menurut Narantaka (2012), daging
ayam merupakan daging yang paling familiar bagi seluruh lapisan masyarakat
untuk dikonsumsi atau dimakan dalam kehiduan sehari hari.
Menurut Winarto, Fardiaz dan Fardiaz (1980), kadar air permukaan bahan
pangan dipengaruhi oleh kelembapan udara disekitarnya (RH). Bila kadar air
bahan pangan rendah, sedangkan RH sekitarnya tinggi, maka akan terjadi
penyerapan uap air udara sehingga bahan pangan menjadi lembab atau kadar
air menjadi lebih tinggi. Hal ini adalah alasan jika sosis ayam harus disimpan
ke dalam pendingin untuk menjaga kualitas sosis ayam tersebut. Tempat
pendinginan sosis ayam di CV CC hanya terdapat dua buah kulkas chiller.
1 2 3 4
Perkenalan Pertumbuhan Kemapaman Penurunan
PRODUK
Penjualan
Laba
Waktu
6
Hal ini yang menjadi masalah penyediaan bahan baku langsung di CV CC
yaitu keterbatasan kapasitas kulkas chiller saat permintaan sosis gulung
tinggi, sehingga CV CC mengalami kesulitan memenuhi permintaan
konsumen. Jika CV CC tetap mengambil bahan baku langsung dari supplier,
maka kualitas sosis ayam menjadi rusak dan sosis ayam tidak akan melewati
Quality Control, sehingga akan menyebabkan penurunan minat konsumen
dalam membeli sosis gulung.
Kegiatan pengolahan sebagai salah satu kegiatan yang penting dalam kegiatan
agroindustri. Apabila kegiatan pengolahan dilakukan dengan baik maka akan
menghasilkan produk dengan kuantitas serta kualitas yang baik. Suatu
kegiatan pengolahan membutuhkan tempat yang memadai agar kegiatan
pengolahan dapat berjalan dengan baik. CV CC memiliki tempat pengolahan
yang kurang memadai. Tempat pengolahan, gudang maupun kantor
administrasi dijadikan dalam satu bangunan. Hal ini tentu mengganggu proses
kegiatan pengolahan setiap harinya. Selain itu, CV CC kesulitan menambah
tenaga kerja karena akan mengurangi ruang gerak tenaga kerja lainnya. Pada
proses pengolahan juga kita harus mengetahui keuntungan usaha sosis gulung
ini dengan menggunakan perhitungan pendapatan, serta mengetahui juga
besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi sosis gulung
ini melalui harga pokok produksi dan titik impas usaha tersebut, hal ini untuk
menghindari kerugian yang akan dialami.
Kegiatan usaha ini dapat berjalan dengan baik jika adanya peran jasa layanan
pendukung. Jasa layanan pendukung meliputi lembaga keuangan atau
7
koperasi, lembaga penelitian, transportasi, serta kebijakan pemerintah. CV
CC belum memiliki izin BPOM pada produknya. Hal ini tentunya
berdampak bagi pola pikir konsumen yang belum yakin pada bahan yang
digunakan CV CC. Untuk itu, Jasa layanan pendukung tersebut harus
dimanfaatkan dengan baik oleh CV CC, agar dapat meyakinkan konsumen.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
melakukan penelitian yang berjudul Analisis Keragaan Agroindustri dan
Posisi Produk Berdasarkan Siklus Hidup Produk Sosis Gulung di
CV CC.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
(1) Bagaimana sistem penyediaan bahan baku langsung sosis gulung di CV
CC?
(2) Bagaimana pendapatan, harga pokok produk dan BEP sosis gulung di CV
CC ?
(3) Bagaimana bauran pemasaran dan posisi produk dalam siklus hidup
produk sosis gulung di CV CC?
(4) Bagaimana peranan jasa layanan pendukung di CV CC?
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Menganalisis proses penyediaan bahan baku langsung sosis gulung di CV
CC.
(2) Menganalisis pendapatan, harga pokok produk dan BEP sosis gulung di
CV CC.
(3) Menganalisis bauran pemasaran dan mengetahui posisi produk sosis
gulung dalam siklus hidup produk (Product Life Cycle) di CV CC.
(4) Mengetahui peranan jasa layanan pendukung di CV CC.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
(1) Bahan pertimbangan dan informasi bagi pemilik usaha sosis gulung di
CV CC.
(2) Bahan pertimbangan dan informasi bagi pemerintah dalam mengambil
keputusan terkait dengan pengembangan usaha sosis gulung.
(3) Bahan informasi dan pembanding bagi peneliti lain dalam melakukan
penelitian sejenis atau menyempurnakan penelitian ini.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Sosis Gulung
Sosis berasal dari bahasa Latin salsus yang artinya asin adalah suatu
makanan yang terbuat dari daging cincang, lemak hewan dan rempah, serta
bahan – bahan lain. Sosis umumnya dibungkus dalam suatu pembungkus
yang secara tradisional menggunakan usus hewan, tapi sekarang sering
kali menggunakan bahan sintesis, serta diawetkan dengan suatu cara,
misalnya dengan pengasapan. Sosis masak dibuat dari daging segar, bisa
ditambahkan bahan – bahan lain atau tidak, dimasukkan dan dipadatkan di
dalam selongsong, tidak diasap dan setelah dibuat harus segera dimasak.
Sosis kering dan agak kering dibuat dari daging yang ditambahkan bahan –
bahan lain dan dikeringkan di udara, dapat diasap sebelum pengeringan
serta dapat dikonsumsi dalam keadaan dingin atau setengah masak
(Soeparno, 2009).
Sosis merupakan salah satu hasil diversifikasi hasil olahan daging ayam.
Sosis ayam berbahan dasar daging ayam yang dihaluskan sebagai bahan
utama dan ditambahkan dengan bumbu, bahan pengisi (filler) serta bahan
pengikat (binder) sebagai bahan tambahan, kemudian dicetak ke dalam
10
selongsong yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan (Meliasari,
Suryaningsih dan Soetardjo, 2016).
Komponen utama sosis terdiri dari daging lemak, dan air. Selain itu, pada
sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet
(biasanya nitrit/nitrat), pewarna asam askorbat, isolate protein, dan
karbohidrat (Soeparno, 2009). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI
01-3820-1995), sosis yang baik harus mengandung protein minimal 13% ,
lemak maksimal 25% dan karbohidrat maksimal 8%. Jika standar ini
terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa sosis merupakan makanan sumber
protein.
Daging ayam yang digunakan dalam pembuatan sosis harus bermutu baik
sebab sangat menentukan kualitas dan kuantitas produk sosis yang
dihasilkan. Oleh karena itu, penanganan sebelum dan sesudah
pemotongan ayam harus diperhatikan dengan baik (Soeparno, 2004).
Daging ayam ras pedaging dapat diproses menjadi berbagai makanan
olahan yang banyak digemari salah satunya sosis. Pohon industri
pengolahan ayam dapat dilihat pada Gambar 2.
Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan sosis, menurut Nakai dan
Modler (2000), adalah :
(1) Daging mentah : pemilihan daging yang tepat adalah penting untuk
produksi sosis berkualitas. Daging mentah yang digunakan harus
segar, dengan jumlah mikrobia yang sangat rendah.
11
Gambar 2. Pohon industri ayam
Sumber : Badan Litbang Pertanian (2009)
(2) Garam : bentuk utama garam yang biasa digunakan adalah natrium
klorida. Kegunaan garam adalah untuk memecah dan mengekstrak
protein myofibril yang diperlukan untuk dapat membentuk ikatan
selama pemasakan.
Ayam
Kotoran Daging Ceker Bulu
Pupuk
Kandang
Kemoceng Pakan Plastik
Berbagai
olahan
masakan
Sosis
Nugget
Kaldu Ayam
Instan
Berbagai olahan masakan
(Fried Chicken, Chicken
Steak, dll)
Keripik Olahan
masakan
Gelatin
Kaldu
Ayam
Instan
Tepung
Pupuk
12
(3) Fosfat : digunakan untuk memperbaiki kapasitas pengikatan air dari
daging dengan meningkatkan pembengkakan serta, untuk memecah
protein, dan meningkatkan oksidasi. Selain itu, juga dapat
membantu melindungi dan menstabilkan rasa serta warna pada
produk akhir.
(4) Bahan pengawet : kebanyakan sosis diawetkan dengan nitrit dan
bentuk nitriit yang popular digunakan adalah natrium nitrit.
(5) Extenders dan Filer : banyak produk sosis yang mengandung
extenders atau filer, seperti konsentrat protein gluten gandum, dan
lain – lain. Fungsinya untuk memperbaiki rasa dan tekstur sosis.
(6) Air
(7) Penghambat mikrobia : contohnya adalah potasium sorbet, benzoate
(dengan pencelupan), dan natrium laktat (diformulasikan dalam
sosis).
(8) Bumbu : sosis merupakan produk yang sangat berbumbu jika
dibandingkan produk lain. Penambahan bumbu berfungsi untuk
memperbaiki rasa akhir produk.
(9) Antioksidan : untuk mencegah terjadiya reaksi oksidasi.
Bahan – bahan yang biasa digunakan untuk membuat sosis, selanjutnya
memasuki tahap proses pembuatan sosis. Tahap proses pembuatan sosis
memiliki tipe – tipe produk sosis akan tetapi, produksi sosis memiliki lima
langkah yang umum, yaitu proses perubahan, pencampuran, pengisian,
penggabungan dan pengemasan (Nakai dan Modler, 2000). Selain itu,
proses pembuatan sosis menurut Sutaryo dan Mulyani (2004), meliputi
13
penggilingan daging, pencampuran adonan sosis yang berupa daging,
lemak, tepung, garam gula, bumbu serta es, kemudia pengisisan
selongsong sosis, pengukusan selama 30 menit, dan pendinginan. Proses
ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram alir pembuatan sosis
Sumber : Sutaryo dan Mulyani (2004)
Sosis mempunyai umur simpan yang berbeda – beda, tergantung dari cara
pengolahannya. Sosis mentah harus disimpan dalam refrigerator dengan
kemasan utuh, dapat disimpan dalam waktu tiga hari atau simpan beku dan
masak sempurna sebelum dikonsumsi. Sosis masak dapat disimpan dalam
refrigerator selama tujuh hari setelah kemasan dibuka , atau simpan beku.
Sosis kering dapat disimpan pada suhu ruang sampai tiga minggu. Sosis
Penggilingan Daging
Pencampuran
adonan sosis berupa:
lemak, tepung,
garam, gula, bumbu,
serta es
Pengisian selongsong
sosis
Pengukusan (30 menit)
Pendinginan
14
semi kering dapat bertahan hingga tiga minggu (kemasan utuh) dengan
penyimpanan dalam refrigerator. Jika kemasan sudah terbuka, simpan
dalam refrigerator dan habiskan dalam waktu tiga hari atau simpan beku.
Syarat mutu sosis daging yang baik menurut SNI 01-3820-1995 dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Syarat mutu sosis daging yang baik
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Keadaan :
1.1 Bau - normal
1 1.2 Warna - normal 1.3 Rasa - normal 1.4 Tekstur - bulat panjang
2 Air %b/b maks. 67,0
3 Abu %b/b maks. 3,0
4 Protein %b/b min. 13,0
5 Lemak %b/b maks. 25,0
6 Karbohidrat %b/b maks. 8
Bahan tambahan makanan
7 7.1 Pewarna sesuai SNI 01-0222-1995
7.2 Pengawet
Cemaran logam
8.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 2,0
8 8.2 Tembaga mg/kg maks. 20,0
8.3 Seng (Zn) mg/kg maks. 40,0
8.4 Timah (Sn) mg/kg maks. 0,03
8.5 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,1
9 Cemaran Arsen (As) mg/kg
Cemaran mikribia :
10.1 Angka lempeng total koloni/gr maks. 105
10.2 Bakteri bentuk koli APM/gr maks. 10
10.3 Echerichia coli APM/gr >3
10 10.4 Enterococci koloni/gr 102
10.5 Clostridium perfringens - negatif
10.6 Salmonella - negatif
10.7 Staphilococcus aureus koloni/gr maks. 102
Sumber : Badan Standarisasi Nasional Indonesia (1995)
15
Terlihat pada Tabel 3, bahwa syarat mutu daging yang baik yang harus
dimiliki dalam pembuatan sosis dan jika daging sudah memenuhi syarat
mutu menurut SNI, maka daging dapat memasuki proses pengolahan sosis.
2. Konsep Agribisnis
Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari konsep
produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan
dengan kegiatan pertanian (Faqih, 2010). Menurut Soekartawi (2011),
konsep agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Menurut Maulidah (2012), agribisnis mempelajari tentang strategi
memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan
bahan baku langsung, pasca panen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran. Menurut Gumbira dan Intan (2004), subsistem yang tersusun
di dalam agribisnis terdiri dari empat subsistem, yaitu subsistem
penyediaan dan penyaluran sarana dan prasarana produksi, subsistem
produksi primer atau usaha tani (on-farm), subsistem pengolahan atau
agroindustri dan subsistem pemasaran.
Agroindustri merupakan salah satu subsistem agribisnis dalam
meningkatkan efisiensi faktor pertanian hingga menjadi kegiatan yang
sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian. Melalui
modernisasi di sektor agroindustri dalam skala nasional, penerimaan nilai
16
tambah dapat di tingkatkan sehingga pendapatan ekspor akan lebih besar
lagi (Saragih, 2004).
Agroindustri mempunyai peran penting dalam meningkatkan
pembangunan daerah. Akan tetapi, terdapat beberapa permasalahan yang
dihadapi agroindustri, antara lain: 1) kurang tersedianya bahan baku
langsung yang cukup dan kontinu; 2) kurang nyatanya peran agroindustri
di perdesaan karena masih berkonsentrasinya agroindustri di perkotaan; 3)
kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri; 4)
kurangnya fasilitas permodalan (perkreditan) dan kalaupun ada
prosedurnya amat ketat; 5) keterbatasan pasar; 6)lemahnya infrastruktur;
7) kurangnya perhatian terhadap penelitian dan pengembangan; 8)
lemahnya keterkaitan industri hulu dan hilir; 9) kualitas produksi dan
proses yang belum mampu bersaing; 10) lemahnya entrepreneurship
(Soekartawi, 2000).
3. Penyediaan Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung yaitu barang – barang berwujud yang digunakan
dalam proses produksi yang mana dapat diperoleh dari sumber – sumber
alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan
bahan baku langsung bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya
(Assauri, 2015). Penyediaan bahan baku langsung berfungsi menyediakan
bahan baku langsung dalam jumlah yang tepat, mutu yang baik dan
tersedia secara berkesinambungan dengan biaya yang layak dan
terorganisir dengan baik. Kekurangan bahan baku langsung atau
17
ketersediaan bahan baku langsung yang tidak kontinu akan berakibat pada
sistem kerja yang tidak efektif dan efesien, dan menurunnya mutu bahan
baku langsung akan menurunkan mutu produk olahannya. Oleh karena
itu, penyediaan bahan baku langsung bagi industri yang mengolah produk
pertanian harus terorganisir dengan baik (Mulyadi, 2009).
Penyediaan harus sesuai dengan enam T, di mana bahan baku langsung
tersebut harus sesuai dengan tepat waktu, tepat jenis, tepat kualitas, tepat
kuantitas dan tepat harga (Assauri, 2015).
a) Tepat waktu adalah kesesuaian waktu yang digunakan untuk
memperoleh bahan baku langsung atau waktu penyediaan bahan baku
langsung yang tepat saat bahan baku langsung tersebut dibutuhkan.
b) Tepat tempat adalah lokasi atau tempat yang menjual bahan baku
langsung dekat dengan agroindustri sehingga mudah dijangkau dan
tempat tersebut memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
perusahaan.
c) Tepat harga adalah harga yang terjangkau yang ditawarkan kepada
konsumen dan harga yang dikeluarkan untuk membeli juga sesuai
dengan kualitas bahan baku langsung.
d) Tepat kualitas adalah kualitas bahan baku langsung yang digunakan
pada suatu perusahaan merupakan kualitas terbaik yang diperoleh.
Kualitas bahan baku langsung yang baik yaitu yang sesuai dengan
permintaan perusahaan.
e) Tepat kuantitas adalah jumlah sosis ayam sebagai bahan baku langsung
yang sesuai dengan target yang akan diproduksi oleh perusahaan.
18
f) Tepat jenis adalah jenis bahan baku langsung yang digunakan untuk
membuat sosis ayam menjadi sosis gulung yang dihasilkan agroindustri
akan berkualitas.
Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi
perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah, yang kemudian
dijual kembali. Sebagian besar perusahaan juga sering dikaitkan didalam
persediaan yang akan digunakan dalam perusahaan pabrik. Nilai
persediaan harus dicatat, digolongkan menurut jenisnya, kemudian dibuat
perincian masing – masing barangnya dalam suatu periode yang
bersangkutan (Rangkuti, 2004).
4. Teori Pendapatan
Menurut ilmu ekonomi, pendapatan dapat diartikan sebagai nilai
maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam satu periode
seperti keaadaan semula. Pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan
awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya dikonsumsi (Pertiwi, Surmadiningsih dan Mustofa,
2015). Ada beberapa pengertian yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis pendapatan yaitu ;
(1) Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu
kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar.
(2) Pendapatan bersih adalah penerimaan kotor dikurangi biaya variabel
dan biaya tetap.
19
(3) Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan
uang yang diperlukan untuk menghasilkan produksi (Soekartawi,
2000).
Secara sistematis, besarnya pendapatan dapat dirumusnya sebagai berikut
(Soekartawi, 2000) :
Keterangan :
= Pendapatan (Rp)
= Faktor produksi variabel ke i (i= 1,2,3,…,n)
Pxi = Harga faktor produksi variabel ke –i (Rp)
Y = Produksi (kg)
Py = Harga produksi (Rp)
BTT = Biaya Tetap Total (Rp)
Penelitian ini juga memperhitungkan biaya produksi, terutama menghitung
penyusutan peralatan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), metode
penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria:
1. Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan
karena sangat sederhana dalam penggunaannya. Metode ini aktiva
tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu artinya
mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi
dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode
(kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan pada metode ini
yaitu kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun
20
serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu peiode ke periode
berikutnya akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur
aktiva tetap tersebut. Besarnya penyusutan tiap periode ditentukan
dengan rumus berikut :
Keterangan :
D = Beban penyusutan (Rp)
C = Harga (Rp)
S = Nilai sisa (Rp)
n = Masa manfaat (Tahun)
2. Metode pembebanan menurun (decreasing charge depreciation)
(1) Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
Metode ini beban penyusutan akan menurun secara bertahap dari
tahun ke tahun, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya
dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan
dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangannya
adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan
penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai
akhir. Metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
(
)
Keterangan :
n = Umur aktiva (Tahun)
21
(2) Metode saldo menurun (declining balance method)
Metode saldo menurun adalah perhitungan beban penyusutan
dalam satu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu
yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap. Penetapan biaya
penyusutan dalam metode ini dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
√
Keterangan :
r = Biaya penyusutan (Rp)
S = Nilai sisa (Rp)
C= Harga (Rp)
Untuk mengetahui suatu usaha menguntungkan atau tidak secara ekonomi
dapat dianalisis menggunakan nisbah atau perbandingan antara
penerimaan dan biaya (Revenue Cost/RC). Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2000) :
R-C rasio =
Keterangan :
R-C rasio = Nisbah penerimaan dan biaya
TR = Total revenue atau penerimaan total (Rp)
TC = Total cost atau biaya total (Rp)
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
a) Jika R-C rasio > 1, maka suatu usaha mengalami keuntungan, karena
penerimaan lebih besar dari biaya.
22
b) Jika R-C rasio < 1, maka suatu usaha mengalami kerugian, karena
penerimaan lebih kecil dari biaya.
c) Jika R-C rasio = 1 maka suatu usaha mengalami impas, karena
penerimaan sama dengan biaya (Soekartawi,2000).
5. Harga Pokok Produksi dan Break Event Point (BEP)
Menurut Hansen dan Mowen (2013), mengatakan harga pokok produksi
adalah pembebanan biaya yang mendukung tujuan manajerial yang
spesifik. Menurut Bastian (2008) penentuan harga pokok adalah
bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau
jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya
produksi atau hanya memasukkan biaya variabel.
Harga pokok produksi perlu diperhitungkan untuk mengetahui besarnya
biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang.
Umumnya, terdapat tiga unsur biaya produksi yang meliputi; biaya bahan
baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya bahan baku langsung meliputi harga pokok dari semua bahan yang
secara praktis dapat di identifikasikan sebagai bagian dari produk selesai.
Biaya tenaga kerja langsung meliputi gaji dan upah dari seluruh tenaga
kerja yang secara praktis dapat diidentifikasi dengan kegiatan pengolahan
bahan menjadi produk selesai. Biaya overhead pabrik merliputi semua
biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung (Sihite dan Sudarno, 2012).
23
Menurut Erlina (2007), manfaat informasi harga pokok produksi dihitung
untuk jangka waktu tertentu bagi manajemen sebuah perusahaan yaitu :
(1) menentukan harga jual,
(2) memantau realisasi biaya produksi,
(3) menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu, dan
(4) menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca.
Perhitungan harga pokok produksi dapat menggunakan beberapa metode,
yaitu sebagai berikut : (Mulyadi, 2009)
(1) Metode Full Costing
Metode ini merupakan metode penetuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel
maupun tetap. Metode ini terdiri dari unsur – unsur biaya sebagai
berikut :
Biaya bahan baku langsung xx
Biaya bahan baku tidak langsung xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya tenaga kerja tidak langsung xx
Biaya overhead pabrik variable xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga Pokok Produksi xx
24
(2) Metode Variabel Costing
Metode ini merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang hanya berperilaku variabel ke
dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Metode ini terdiri dari unsur– unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku langsung xx
Biaya bahan baku tidak langsung xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produksi xx
Perhitungan harga pokok penjualan merupakan perhitungan harga pokok
produk yang sudah terjual dalam periode waktu berjalan dengan
menambahkan harga pokok produksi dengan persediaan produk selesai
awal dan mengurangkan persediaan produk dalm proses akhir. Harga
pokok penjualan juga terikat pada periode waktu tertentu.
(Bustami dan Nurlela, 2009)
Menurut Herjanto (2007), analisis titik impas atau BEP merupakan suatu
analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik untuk menunjukkan
biaya sama dengan pendapatan. Break event point juga sebagai suatu nilai
dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga
pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, usaha
mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan ini digunakan
25
untuk menemukan batas minimum volume penjualan dan juga harga jual
agar suatu perusahaan tidak merugi. Break event point dapat dirumuskan
sebagai berikut :
BEP unit =
Keterangan :
TFC = Total Biaya Tetap
TVC = Total Biaya Variabel
P = Harga jual per unit
BEP harga =
Keterangan :
TC = Biaya Total
Q = Jumlah produksi
Menurut Bustami dan Nurlela (2009), batas keamanan (margin of safety)
yaitu hasil penjualan pada tingkat titik impas dihubungkan dengan
penjualan yang dianggarkan atau pada tingkat tertentu, maka akan didapat
informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga,
perusahaan tidak mengalami kerugian. Margin of Safety dapat dirumuskan
sebagai berikut (RA. Supriyono, 2010):
6. Saluran Distribusi
Saluran distribusi merupakan serangkaian partisipan organisasional yang
dilakukan semua fungsi yang dibutuhkan untuk menyampaikan produk
26
ataupun jasa dari penjual ke pembeli akhir (Tjiptono, 2012). Kegiatan
distribusi sangat penting dalam penyampaian barang-barang dari produsen
ke konsumen. Tanpa adanya saluran distribusi, produk yang dihasilkan
tidak akan sampai ke konsumen. Fungsi – fungsi saluran distribusi
meliputi :
a) Mempermudah proses pertukaran
Perantara pemasaran pada umumnya mengurangi biaya pengiriman
produk kepada para pelanggan.
b) Mengurangi ketidakcocokan
Ketidakcocokan dalam distribusi mengemukakan manakala
penawaran produsen tidak sesuai dengan harapan pelanggan.
c) Standardisasi transaksi
Standardisasi membantu para perantara dengan memungkinkan
mereka mempercepat pembelian, penjualan dan distribusi fisik yang
dibutuhkan untuk memindahkan produk melalui saluran.
d) Mempertemukan pembeli dan penjual
Perantara pemasaran juga memberikan layanan yang berbobot dalam
mempertemukan para pembeli dan penjual.
e) Menyediakan layanan pelanggan
Saluran pemasaran menyediakan elemen kritis dukungan dan
layanan pelanggan. Produk yang rusak tidak perlu harus dikirim ke
pabriknya, melainkan dapat dikirimkan kepada agen atau toko
penjual produk tersebut.
(Simamora, 2011).
27
7. Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), pemasaran adalah semua kegiatan
yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke
konsumen secara efesien dengan maksud untuk menciptakan permintaan
efektif. Pemasaran juga adalah suatu proses sosial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Menurut Kotler (2002), bauran pemasaran merupakan seperangkat alat
yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam
pasar sasaran. Alat bauran pemasaran tersebut adalah sebagai berikut :
a) Product
Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Produk meliputi,
merek, kemasan, layanan dan garansi (Kotler, 2002).
b) Price
Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk
dan jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat –
manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Harga
harus sebanding dengan penawaran nilai ke pelanggan
(Tjiptono, 1997).
28
c) Place
Tempat yang menarik bagi konsumen adalah tempat yang paling
strategis, menyenangkan, dan efesien. Untuk mencapai sasaran
tempat yang baik dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut :
(1) Memperbanyak saluran distribusi,
(2) Memperluas segmentasi atau cakupannya,
(3) Menata penampilan tempat usaha,
(4) Menggunakan cara penyampaian barang seefesien mungkin, dan
(5) Mengubah persediaan dari satu gudang ke gudang yang lain
(Suryana, 2013).
d) Promotion
Bauran promosi juga disebut komunikasi pemasaran perusahaan
merupakan paduan spesifik iklan, promosi penjualan, hubungan
masyarakat, penjualan personal dan sarana pemasaran langsung yang
digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan
secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan
(Kotler dan Amstrong, 2008).
e) People
Bauran pemasaran dalam sebuah perusahaan diperlukan karyawan
yang memiliki motivasi kerja yang tinggi agar pekerjaan yang
diberikan sesuai dengan keahlian masing – masing karyawan, dapat
diselesaikan dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal bagi
perusahaan. Menurut Faustinus (2003), bauran pemasaran
berhubungan dengan perencanaan sumber daya. Perencanaan sumber
29
daya mamusia merupakan fungsi yang harus dilaksanakan dalam
organisasi. Perencanaan sumber daya manusia adalah langkah –
langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna menjamin bahwa
bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki
berbagai kedudukan, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu
yang tepat.
f) Process
Proses adalah salah satu alat dalam bauran pemasaran. Strategi proses
merupakan pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya
menjadi barang dan jasa. Tujuan strategi proses adalah menemukan
suatu cara memproduksi barang dan jasa yang memenuhi persyaratan
pelanggan dan spesifikasi produk yang berada dalam batasan biaya
dan manajerial lain Proses yang dipilih akan mempunyai dampak
jangka panjang pada efesiensi dan produksi serta fleksibilitas biaya
dan kualitas barang yang diproduksi (Hezer dan Render, 2006).
g) Physical Evidence
Physical evidence atau bukti fisik adalah keadaan atau kondisi yang
didalamnya juga termasuk suasana. Karakteristik bukti merupakan
segi paling nampak dalam kaitannya dengan situasi. Situasi yang
dimaksud yaitu, dekorasi, rungan, aroma, suara, peletakkan dan
cahaya (Adhaghassani, Purwanti dan Murniati, 2016)
Produk menurut Kotler dan Amstrong (1996), yaitu segala sesuatu yang
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan
dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Suatu
30
produk dalam kegiatan pemasarannya akan melewati siklus hidup produk.
Sebuah produk akan mengalami siklus hidup, mulai dari tahap konsumen
belum mengenal produk sampai konsumen jenuh dengan produk tersebut.
Siklus hidup produk dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu ditunjukan pada
Gambar 4.
Gambar 4. Tahapan siklus hidup produk (Product Life Cycle)
Sumber : Kotler (2002)
Siklus hidup produk (Product Life Cycle) memiliki beberapa tahapan,
yaitu :
a). Perkenalan : suatu periode pertumbuhan penjualan yang lambat saat
produk diperkenalan ke pasar. Produk yang dijual umumnya barang
baru, karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos
yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang
dilakukan harus agresif dan menitikberatkan pada merk penjual. Pada
tahap ini distribusi yang dilakukan masih terbatas dan laba yang
diperoleh masih rendah.
b). Pertumbuhan : suatu periode penerimaan pasar yang cepat dan
peningkatan laba yang mengesankan. Pada tahap ini, permintaan
1 2 3 4
Perkenalan Pertumbuhan Kemapaman Penurunan
PRODUK
Penjualan
Laba
Waktu
31
sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang yang
bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan
tidak seagresif tahap sebelumnya. Cara lain yang dapat dilakukan
untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan
menurunkan harga jualnya.
c). Kemapanan : suatu periode penurunan dalam pertumbuhan penjualan
karena produk itu telah mencapai penerimaan sebagian besar pembeli
potensial. Laba stabil atau menurun karena peningkatan pengeluaran
pemasaran untuk mempertahankan produk dalam persaingan.
d). Kemunduran : suatu periode yang penjualannya menunjukkan arah
menurun dan laba menipis. Biasanya pada tahap ini ditandai dimana
kecepatan pertumbuhan penjualan atau penurunannya menjadi nyata.
Alternatif yang dapat dilakukan untuk melewati tahap ini yaitu :
(1) memperbarui barang,
(2) meninjau kembali dan memperbaiki program pemasaran serta
program produksinya agar lebih efisien,
(3) menghilangkan ukuran, warna dan model yang kurang baik
(4) menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba
optimum pada barang yang sudah ada dan strategi alternatif
terakhir, dan
(5) meninggalkan sama sekali barang tersebut (Maulidah, 2012).
Siklus hidup produk (Product Life Cycle) memiliki karakteristik penjualan,
biaya, laba, pelanggan, tujuan pemasaran, strategi produk, strategi harga,
32
strategi distribusi, strategi pengiklanan, dan strategi promosi penjualan
(Kotler, 2002).
Untuk menentukan posisi produk dalam Product Life Cycle dapat dihitung
menggunakan perhitungan menurut Polli dan Cook (1996) yaitu sebagai
berikut :
a) Mengurutkan besaran penjualan pertahun
b) Menghitung persentase perubahan setiap tahun kemudian hitung total
dari persentase penjualan yang merupakan nilai harapan (expected
value) untuk . adalah persentase perubahan penjualan pertahun.
Untuk melihat persentase tingkat pertumbuhan penjualan dari tahun ke
tahun ( ) digunakan perhitungan sebagai berikut :
c) Menghitung total rata – rata persentase perubahan atau sehingga
diperoleh besarnya nilai µ. Kemudian nilai dikurangkan dengan µ
setiap periode pengamatan. Perhitungan untuk mencari rata – rata (µ)
dari persentase kenaikan penjualan.
Keterangan :
µ : rata –rata dari persentase perubahan penjualan
: persentase perubahan penjualan per tahun
N : banyaknya tahun yang diteliti
33
d) Perhitungan pada langkah sebelumnya dikuadratkan dan dihitung nilai
totalnya setelah itu dapat dilihat standar deviasinya ( .
atau
∑
atau
√∑
e) Mencari nilai , sehingga didapatkan untuk z dan
untuk mendapatkan titik y.
Apabila hasil perhitungan yang didasarkan rumus di atas, maka dapat
ditemukan tahap siklus hidup produk berdasarkan batasan – batasan
sebagai berikut :
a). Tahap pertumbuhan ditandai apabila jumlah nilai persentase
perubahan penjualan lebih besar
b). Tahap kedewasaan ditandai apabila jumlah nilai persentase
perubahan penjualan diantara atau
c). Tahap penurunan ditandai apabila jumlah nilai persentase
perubahan penjualan kurang dari
8. Jasa Layanan Pendukung
Jasa layanan pendukung pada agroindustri adalah subsistem terakhir yang
membantu subsistem lainnya. Jasa layanan pendukung pada agroindustri
34
adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk mendukung dan
melayani serta mengembangkan kegiatan subsistem hulu hingga hilir.
(Said dan Intan, 2001).
Menurut Firdaus (2012), pengembangan agribisnis harus berdasarkan asas
keberlanjutan yakni mencakup aspek ekologis, sosial, dan ekonomi.
Pengembangan agribisnis diperlukan suatu wadah yang sesuai untuk
merealisasikan pembangunan yang berdasarkan keberlanjutan yaitu suatu
organisasi dalam setiap skala usaha agribisnis atau dengan kata lain
sebagai lembaga langsung dan tidak langsung.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang ditemukan penulis memiliki perbedaan maupun
persamaan dengan penelitian ini seperti, tujuan, metode analisis maupun
komoditas yang digunakan. Kajian penelitian terdahulu yang digunakan
dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 4.
Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, maka dapat dilihat perbedaan dan
persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Penelitian
Analisis Keragaan Agroindustri dan Posisi Produk berdasarkan siklus hidup
produk sosis gulung di CV CC memiliki persamaan dengan penelitian
terdahulu, yaitu metode analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan
dan penggunaan metode polli and cook pada analisis posisi produk dalam
siklus hidup produk. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya, yaitu pada penelitian ini menambahkan analisis harga pokok
35
produksi serta melakukan penelitian tambahan tentang bauran pemasaran
menurut dua sisi yaitu pemilik dan konsumen. Selain itu, pada penelitian
terdahulu belum ada yang meneliti keragaan produk sosis gulung dan
kebanyakan penelitian terdahulu hanya meneliti strategi pemasaran atau
keragaannya saja, sedangkan pada penelitian ini meneliti keragaan dan bauran
pemasaran produk sosis gulung.
Hasil penelitian ini akan mengetahui bagaimana sistem penyediaan bahan
baku langsung, bagaimana pendapatan, harga pokok produk, dan analisis titik
impas, bagaimana bauran pemasarannya dan posisi produk sosis berdasarkan
siklus hidup produk sosis gulung, serta bagaimana peran jasa layanan
pendukung di CV CC.
36
Tabel 4. Kajian penelitian terdahulu
No Judul Penelitian /
Tahun
Tujuan Masalah Metode Analisis Hasil
1. Keragaan Peternakan
Ayam Sentul di
Kabupaten Ciamis
(Sudrajat dan Isyanto,
2018)
1. Menghitung nilai
tambah usaha
peternakan Ayam
Sentul di Kabupaten
Ciamis
2. Mengetahui faktor –
faktor yang
berpengaruh terhadap
partisipasi peternak
Ayam Sentul
Ayam kampung
sangat digemari
masyarakat, karena
memiliki sumber
protein hewani.
Banyaknya
permintaan akan
ayam kampung
membuat harga
menjadi tinggi
sedangkan,
membudidayakan
ayam kampung
memiliki kendala
seperti laju
pertumbuhan bobot
badan yang relatif
lambat, rendahnya
produksi telur, dan
sifat mengeram yang
tinggi.
1. Analisis
Pendapatan
dan analisis
BEP
1. Usaha peternak Ayam
Sentul di Kabupaten
Ciamis layak dijalankan
dengan nilai R-C rasio
>1, hasil perhitungan
Break Event Point unit
yaitu 2.844 ekor.
2. Faktor – faktor yang
mempengaruhi
partisipasi peternak yaitu
pendidikan, pengalaman
beternak, jumlah anggota
keluarga, luas lahan
pertanian, jenis kelamin
dan pelatihan.
37
2. Implementasi
Strategi Pemasaran
dengan
menggunakan Blue
Ocean Strategy
pada Perusahaan
Sosis
(Agustriyana,2016)
Meneliti, menganalisa
dan mengusulkan
perubahan yang dapat
dilakukan untuk
menjawab masalah –
masalah yang
dikemukakan pada
perumusan masalah
melalui analisis
strategi pemasaran di
sebuah industri yang
diharapkan dapat
representatif bagi
perusahaan.
Industri yang dijadikan
sebagai objek penelitian
yaitu Pabrik Sosis
Badranaya. Pabrik Sosis
Badranaya dirasa sudah
mempunyai kekuatan
untuk mengembangkan
pasarnya secara nasional,
namun pabrik sosis hanya
memasarkan produk di
kota tertentu. Selain itu,
tempat yang kurang
strategi mengakibatkan
Sosis Badranaya tidak
selalu dapat ditemukan
konsumen di setiap
supermarket di Bandung.
Produk Badranaya juga
tidak memasarkan atau
mengiklankan
produkmya dalam media
elektronik / media cetak.
Metode deskriptif,
alat yang
digunakan dalam
pemecahan
masalah diambil
dari teori Blue
Ocean Strategy
yaitu kanvas
strategi dan kurva
nilainya.
Faktor pembanding pada
sosis Badranaya dengan
produk sosis lainnya yaitu
ragam rasa, kemasan, harga,
komposisi, tempat
pemasaran, promosi iklan,
kandungan serat sayur,
originalitas rasa, slogan
“ Sehat Itu Murah “.
Masalah penurunan
penjualan ini dapat diatasi
dengan Blue Ocean
Strategy. Strategi yang
dapat dilakukan pada pabrik
sosis Badranaya yaitu
dengan melakukan inovasi
produk yang diminati
konsumen yaitu sosis
sayuran.
38
3. Analisis Pengaruh
Bauran
Pemasaran dalam
meningkatkan
volume penjualan
di Kedai Ayam
Geprek Abang
Ireng di Dramaga
Bogor (Refaldi
dan Anggraeni,
2018)
1. Menganilisis bauran
pemasaran yang telah
diterapkan oleh Kedai
Ayam Geprek Abang
Ireng yang memiliki
dampak besar dalam
meningkatkan
penjualan
2. Menganalisis faktor –
faktor kunci yang
memiliki dampak
terbesar dalam
penjualan ayam
geprek
3. Menyusun bauran
pemasaran yang
sesuai untuk
meningkatkan
penjualan ayam
Untuk meningkatkan
penjualan ayam
di Kedai Abang Ireng di
Dramaga Bogor maka
dibutuhkan strategi
yang cukup kuat
melalui bauran
pemasaran
Analisis
deskriptif dan
analisis regresi
linier berganda
1. Berdasarkan hasil analisis
terlihat bahwa bauran
pemasaran yang telah dilakukan
kedai Ayam Geprek Abang
Ireng masuk ke dalam kategori
baik dengan nilai dari para
konsumen yang dilihat
berdasarkan produk (3,11),
harga (2,7), tempat (2,96),
promosi (2,56), orang (2,99),
proses (2,87) dan tampilan fisik
(2,80).
2. Faktor yang memiliki dampak
besar bagi penjualan melalui
bauran pemasaran adalah
variabel produk dengan atribut
memiliki banyak variasi rasa
sehingga konsumen dapat
memilih makanan sesuai dengan
selera
3. Pemasaran pada Kedai Ayam
Geprek Abang Ireng perlu
dilakukan peningkatan agar
volume penjulalan dapat
meningkat dengan memberikan
variasi produk yang lebih
banyak, meningkatkan fasilitas
yang ada di kedai dan dapat
memberikan informasi promosi
lebih marak.
39
4. Analisis Daur Hidup
Produk (Product Life
Cycle) dalam
menentukan Strategi
Bauran Pemasaran
(Marketing Mix) pada
Roti Ceria Jember
(Ridwan,2013)
1. Untuk mengetahui dan menganalisis posisi produk roti ceria Jember melalui pendakatan Product Life Cycle (PLC)
2. Untuk mengetahui strategi bauran pemasaran yang tepat dalam mengembangkan usahanya berdasarkan Product Life Cycle pada produk Roti Ceria Jember.
Pengelola mengalami
kesulitan karena
terbatasnya bentuk
maupun varian rasa
pada roti. Namun,
seiring waktu berjalan,
produk Roti Ceria
akhirnya dapat diminati
masyarakat. Roti Ceria
juga mulai membuka
outlet pada tahun 2011
diiringi oleh
meningkatnya
penjualan. Akan tetapi,
terjadi penurunan
penjualan yang cukup
signifikan pada tahun
2016.
Metode Polli
and Cook
1. Produk Roti Ceria Jember
telah berada pada tahap
growth, dengan hasil
perhitungan dengan metode
Polli and Cook dengan nilai Z
(57,88) dan nilai Y (-19,48)
2. Strategi yang dijalankan pihak
Roti Ceria Jember yaitu
menambah varian produk dari
segi bentuk. Selanjutnya,
menggabungkan item produk
roti tertentu yang berbeda agar
mendapat potongan harga.
Kemudian, mengembangkan
strategi promosi berbasis
teknologi seperti web resmi,
aplikasi dan memberikan
diskon. Selain itu, memperluas
pangsa pasar pada setiap
kabupaten, mendirikan outlet di
pedesaan
40
5. Strategi Pemasaran
Berdasarkan Product
Life Cycle pada
Restoran X di
Yogyakarta
(Yudistira, Astati ,
Purnama dan
Yuniartha, 2017)
1. Menentukan strategi
pemasaran yang tepat
untuk menyelesaikan
masalah dan keluhan
konsumen berdasarkan
siklus hidup produk
Penjualan di Restoran X
belum mencapai target
di awal berdiri, Melalui
siklus hidup, restoran X
harus menetapkan
strategi pemasaran yang
baik agar dapat direspon
dengan baik oleh
konsumen dan pasar
sehingga siklus produk
restoran dapat
berkembang.
Analisis Crosstab
Melalui hasil kuisioner yang
diberikan kepada konsumen
bahwa keluhan yang paling
besar berpengaruh pada
restoran X yaitu ukuran gelas
minum 350ml. Strategi
pemasaran yang harus
diterapkan pada restoran X
yaitu restoran harus
memfokuskan pada variabel
harga dengan mengganti
ukuran gelas dari 350ml
menjadi 500ml
6. Analisis Pengaruh
Bauran Pemasaran
terhadap Keputusan
Pembelian Ayam
Goreng Kota Malang
di Miami Chicken
Sarangan dan Sigura
– Gura (Indriyanti,
Nugroho dan Utami,
2015)
1. Mengidentifikasi
proses keputusan
konsumen pembelian
ayamgoreng di Miami
Chicken Sarangan dan
Sigura – Gura
2. Mengetahui faktor –
faktor bauran
pemasaran yang
dipertimbangkan
konsumen dalam
mengonsumsi ayam
goring di Miami
Chicken Sarangan dan
Sigura - Gura
Miami Chicken Sarangan
dan Sigura – gura
merupakan salah satu
bisnis olahan ayam
di Kota Malang yang
sedang berkembang
pesat, sehingga harus
dapat memaksimalkan
kepuasan konsumennya
melalui bauran
pemasaran
Metode Survey 1. Sebagian besar konsumen
Miami chicken Sarangan
dan Sigura – gura berjenis
kelamin wanita
2. Kesesuaian harga dan
promosi, rasa produk dan
kesigapan pelayan serta
aroma produk dan
keramahan berpengaruh
positif terhadap keputusan
pembelian ayam goring di
Miami Chicken Sarangan
dan Sigura – Gura
41
7. Strategi Pemasaran
Dodol Rosela pada
Agroindustri
“Adsari”
Berdasarkan Product
Life Cycle (PLC)
di Kota Jambi
(Rahmah, Fitri dan
Ulma, 2017)
1. Untuk mengetahui posisi
produk Dodol Rosela
Agroindustri “Adsari”
pada tahapan PLC
2. Untuk mengetahui strategi
pemasaran dodol rosela
yang dilakukan oleh
produsen pada
Agroindustri “Adsari”
dalam tahapan PLC
Pada 2 tahun terakhir
volume produksi Dodol
Rosela pada
Agroindustri Adsari
mengalami peningkatan
tetapi, volume
penjualan cenderung
mengalami fluktuasi.
Hal ini disebabkan
produk Dodol Rosela
yang dihasilkan tidak
pernah habis di pasar
atau tidak pernah
mencapai target
penjualan. Banyak
faktor yang menjadikan
produk Dodol Rosela
ini kurang diminati,
oleh karena itu
dibutuhkan strategi
pemasaran agar target
penjualan dapat
terpenuhi.
Analisis deskriptif
dan menghitung
keuntungan, laju
perubahan
volume,dan
perubahan absolute
rata – rata penjualan
menggunakan rumus
MAPCx
1. Produk Dodol Rosela
berada pada tahap
pertumbuhan dengan
volume penjualan naik
sebesar 173,2kg dan laba
naik sebesar Rp2.647.910.
2. Strategi pemasaran yang
dijalankan Agroindustri
Adsari pada tahap
pertumbuhan adalah
perbaikan mutu/ kualitas
dan melakukan perluasan
saluran distribusi ke
Muaro Jambi, Batang
Hari, Batam dan Tanjab
Barat.
42
8. Analisis Daur
Hidup Produk
(Product life
cycle) Bihun
Tapioka di
Provinsi Lampung
(Fitrianingsih,
Sayekti dan
Suryani, 2018)
1. Mengetahui posisi produk
bihun tapioka di Provinsi
Lampung dalam daur hidup
produk (Product life Cycle)
2. Mengetahui persepsi
produsen terhadap
pengembangan usaha
agroindustri bihun tapioka
di Provinsi Lampung
3. Mengetahui motif konsumen
dalam pembelian produk
bihun tapioka
Agroindustri bihun
tapioka di Kota Metro
dan Kabupaten
Lampung Timur
sudah berdiri sejak
lama, namun
permintaan bihun
tapioka oleh
konsumen tidak
mengalami
peningkatan. Hal ini
terjadi karena
produsen bihun
tapioka tidak
melakukan
pengembangan ide,
inovasi dan kreativitas
pada produk bihun
tapioka dan produsen
kurang mampu
membuat strategi
pemasaran yang
sesuai.
Analisis Daur Hidup
menggunakan
metode Polli and
Cook dan
pengukuran persepsi
menggunakan
Likert’s Summated
Rating Scale (LSRS)
1. Posisi produk pada
Agroindustri Sinar Jaya,
Monas Lancar dan Moro
Seneng berada pada tahap
pertumbuhan, sedangkan
Agroindustri Sinar
Harapan, Bintang Obor
berada pada tahap
kedewasaan.
2. Produsen memiliki
persepsi bahwa
pengembangan usaha
agroindustri penting
namun sulit dilakukan
karena belum membuat
strategi pemasaran yang
tepat
3. Motif konsumen dalam
pembelian bihun adalah
karena keterjangkauan
harga dan kemudahan
mengolah.
43
9. Analisis Hubungan
Bauran Pemasaran
dengan Keputusan
Pembelian Chicken
Holic di Kota
Medan (Agustina,
Iskandarini,
Sebayang, 2018)
Menganalisis hubungan bauran
pemasaran dengan keputusan
pembelian Chicken Holic
Chicken Holic
merupakan salah satu
usaha yang sedang
berkembang di Kota
Medan untuk itu
diperlukan strategi
dengan menganalisis
bauran pemasaran
dengan keputusan
pembelian Chicken
Holic
Metode deskriptif
dengan system
pengolahan data
menggunakan skala
likert
Indikator kualitas produk,
kesehatan produk,
keterjangkauan harga dan
periklanan berhubungan
positif dan signifikan dengan
keputusan pembelian Chicken
Holic.
10. Analisis Bauran
Pemasaran pada
Produk Chicken
Nugget Merek So
Good di Kecamatan
Tamalanrea
Makassar (Rusman,
2019)
1. Mengetahui posisi produk
Chicken Nugget So Good
di pasar persaingan dengan
produk sejenis melalui
bauran pemasaran
PT Japfa Confeed
sebagai pemilik produk
Chicken Nugget merek
So Good telah memiliki
segmentasi konsumen
sendiri, sehingga dapat
memilih strategi
pemasaran yang tepat.
Untuk dapat mengetahui
posisi produk melalui
pemasaran maka
dibutuhkan penelitian
tersebut.
Metode deskriptif
kualitatif
Positioning chicken nugget
merek so good berdasarkan
bauran pemasaran yaitu
produk, harga dan tempat
mayoritas responden
menjawab pilihan setuju
sehingga posisi merek so
good pada ketiga bauran
pemasaran telah tertanam
baik. Sebaliknya untuk
promosi, mayoritas
responden menjawab netral
yang berarti kinerja bagian
promosi belum efektif.
44
11. Analisis Bauran
Pemasaran
Franchise
O‟Chicken di
Kecamatan
Bukitraya Kota
Pekanbaru (Azmi,
Yusmini, Maharani,
2018)
Menganalisis bauran
pemasaran Franchise
O‟Chicken
Sebagai salah satu usaha
rumah makan ayam
organik yang relatif baru
di Pekanbaru,
membutuhkan pola
pemasaran yang tepat
bagi Franchise
O‟Chicken
Metode survey dan
analisis data
menggunakan
metode statistika
kualitatif yang
dikuantitatifkan
dalam bentuk
ordinal
Variabel indikator bauran
pemasaran tertinggi adalah
kebersihan produk dengan
skor 4,23, harga sesuai
kualitas dengan skor 4,24,
lokasi lokasi strategis dan
menarik dengan skor 4,18,
promosi menggunakan
banner dan promosi mulut
ke mulut dengan skor
3,66, pelayanan yang
ramah dan tanggap dengan
skor 4,34 dengan kategori
sangat berpengaruh
12. Strategi Bauran
Pemasaran Ayam –
Ayam Resto Solo
(Niati, Purwanti,
Ekawatingsih,
2015)
1. Strategi bauran pemasaran
yang dilaksanakan ayam –
ayam resto Solo melalui
produk, harga, tempat,
promosi, orang, proses dan
tampilan fisik
2. Tanggapan Konsumen
terhadap bauran pemasaran
yang dilaksanakan Ayam –
ayam resto Solo
Ketatnya persaingan bisnis
lahan makanan
mengharuskan pihak
restoran untuk mencari
strategi yang tepat bagi
restonya.
Metode deskriptif
kualitatif
Strategi pemasaran yang
dilaksanakan Ayam –
ayam resto Solo yang
meliputi produk, harga,
tempat, promosi, orang,
proses dan tampilan fisik
dalam kategori sangat
baik. Tanggapan
konsumen terhadap bauran
pemasaran yang
dilaksanakan sebagian
besar dikategorikan sangat
baik.
45
C. Kerangka Pemikiran
CV CC merupakan salah satu usaha yang menjual produk olahan sosis ayam
menjadi sosis gulung dengan berbagai varian. CV CC melakukan kegiatan
penyediaan bahan baku langsung, kegiatan pengolahan, dan kegiatan
pemasaran dan didukung oleh jasa layanan pendukung. Salah satu kegiatan
yang sangat penting dalam agroindustri CV CC yaitu kegiatan penyediaan
bahan baku langsung. Hal ini dikarenakan bahan baku langsung merupakan
faktor utama dalam pembuatan suatu produk dalam kegiatan agroindustri.
Kegiatan penyediaan bahan baku langsung meliputi penyediaan bahan baku
langsung yaitu sosis ayam, bahan baku tidak langsung, tenaga kerja langsung
maupun tidak langsung, mesin dan peralatan. Bahan baku langsung yang
digunakan yaitu sosis ayam yang digulung dengan bahan baku tidak
langsung. Bahan baku tidak langsung yang digunakan berupa mie, kentang,
garam, dan lain sebagainya. Keberhasilan produksi ini ditentukan oleh
penyediaan bahan baku langsung maupun tidak langsung yang baik dari
konsep enam tepat yaitu tepat kualitas,tepat kuantitas, tepat waktu, tepat jenis,
tepat harga, dan tepat tempat yang ditentukan perusahaan. Bahan baku
langsung merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menjalankan
kegiatan produksi, tetapi masih ada hal lain yang juga penting yaitu bahan
baku tidak langsung , tenaga kerja langsung maupun tidak langsung, mesin
dan peralatan. Penggunaan input – input ini akan menimbulkan adanya biaya
produksi yang harus dikeluarkan.
46
Kegiatan yang juga penting yaitu kegiatan pengolahan. Pada proses
pengolahan sosis ayam ini diolah menjadi sosis yang ditambahkan bahan
tambahan lainnya dan kemudian dikemas menghasilkan produk sosis gulung
dengan berbagai varian. Produk sosis gulung yang telah dihasilkan akan
mendatangkan harga jual yang merupakan nilai bagi produk - produk
olahannya. Produk ini menetapkan harga pokok produksi dari biaya produksi
yang dikeluarkan untuk menentukan harga jual sehingga, memperoleh
penerimaan. Pengurangan antara penerimaan dan biaya produksi yang
dikeluarkan untuk berbagai bahan akan menghasilkan pendapatan. Jika
pengolahan dilakukan dengan baik, maka produk yang dihasilkan juga akan
menghasilkan kualitas yang baik.
Bauran pemasaran juga salah satu kegiatan yang penting dalam suatu usaha.
Pemasaran merupakan salah satu cara untuk dapat menawarkan produk
kepada konsumen. Adanya bauran pemasaran membuat produsen dapat
memperluas pangsa pasarnya. Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari
tujuh unsur pemasaran yaitu product, price, place, promotion, process,
people, dan physical evidence. Unsur – unsur pemasaran tersebut merupakan
komponen yang dapat digunakan agroindustri untuk mempengaruhi
konsumen dalam membeli sosis gulung. Bauran pemasaran ini akan
mempengaruhi saluran distribusi.
Adanya kelembagaan yang mempunyai peran dalam agroindusri membantu
ketiga kegiatan agroindustri CV CC agar dapat berjalan sesuai harapan
pemilik. Kelembagaan memberikan kemudahan dan memberikan dampak
47
positif bagi perusahaan. Hal ini dimanfaatkan pemilik agar kegiatan dapat
berjalan dengan efektif dan efesien.
Suatu produk memiki masa produk atau siklus hidup produk yang
berpengaruh terhadap permintaan produk. Tahapan siklus hidup produk atau
Product Llife Cycle yaitu perkenalan, pertumbuhan kemapanan dan
kemunduran. Banyaknya produk olahan sosis ayam yang sejenis membuat
perusahaan harus mengetaui posisi produknya. Hal ini digunakan untuk
mengantisipasi kerugian yang akan terjadi karena adanya pesaing.
48
48
Gambar 5. Diagram alir penelitian
Harga Input
Sosis Gulung
Harga Pokok
Produksi
Penerimaan
Harga
Output
Pendapatan
Kegiatan pemasaran
Bauran Pemasaran :
1. Produk (Product)
2. Harga (Price)
3. Tempat (Place)
4. (Promotion)
5. Proses (Process)
6. Orang (People)
7. Lingkungan Fisik
(Physical Evidence)
Saluran Distribusi
Posisi produk dalam
Siklus hidup produk:
1. Perkenalan
2. Pertumbuhan
3. Kemapanan
4. Kemunduran
Jasa Layanan Pendukung
Penyediaan bahan
baku langsung
Penyediaan input :
1. Bahan baku
langsung
(Sosis Ayam)
2. Bahan tambahan
3. Tenaga kerja
4. Mesin
5. Peralatan
Biaya produksi
Kegiatan pengolahan
CV. Cucurutuku Ceria
Konsep 6 Tepat
1. Tepat waktu
2. Tepat tempat
3. Tepat jenis
4. Tepat kualitas
5. Tepat kuantitas
6. Tepat harga
Sosis Ayam
49
III. METODE PENELITIAN
A. Metode, Lokasi, dan Pengumpulan Data Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Metode ini merupakan salah satu metode penelitian yang dilakukan secara
intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu individu, lembaga tertentu
dengan daerah atau subjek yang sempit selama kurun waktu tertentu
(Arikunto, 2010).
Penelitian ini dilakukan di CV CC yang berada di Jl. Griya Utama no. IIC/4
Way Halim, Kota Bandar Lampung dan outlet sosis gulung “ Juragan” di
Kota Bandar Lampung. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa agroindustri tersebut merupakan
agroindustri pertama yang menjual produk olahan sosis gulung di Kota
Bandar Lampung. Pengumpulan data ini dilakukan dari Bulan Mei– Juni
2019
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang
digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
50
Agroindustri adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya
semua faktor produksi.
Sosis adalah salah satu olahan daging yang digiling dan kemudian dibentuk
lonjong dan direbus sesuai standar yang ditentukan perusahaan.
Sosis gulung adalah olahan daging berupa sosis yang digulung oleh bahan
makanan lainnya.
Penyediaan bahan baku langsung adalah suatu kesatuan kegiatan yang
dilakukan untuk menyediakan daging ayam yang diolah menjadi sosis ayam
sebagai bahan utamanya.
Produksi adalah suatu kegiatan yang meliputi segala proses untuk mengubah
input menjadi output.
Bahan baku langsung adalah bahan utama yang digunakan dalam suatu proses
produksi. Bahan baku langsung yang digunakan dalam proses produksi ini
adalah sosis ayam yang diukur dalam satuan (buah).
Harga bahan baku langsung adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk
mendapatkan sosis ayam sebagai bahan baku langsung dalam kegiatan proses
produksi sosis gulung yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/buah).
Bahan baku tidak langsung adalah bahan tambahan atau bahan pelengkap
yang digunakan selain dari bahan baku langsung dalam kegiatan produksi
yang bertujuan untuk membantu agar bahan baku langsung dapat diproses
lebih lanjut, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp). Bahan baku tidak
51
langsung yang digunakan meliputi keju, telur, kentang, kedelai, cabai, mie,
rempah – rempah, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, tepung
tapioka, tusukan bambu dan kemasan.
Bumbu – bumbu berupa garam, gula, telur, rempah – rempah, bawang
merah,dan bawang putih digunakan untuk menghasilkan produk dengan rasa
dan orama pada sosis gulung yang digunakan pada setiap varian sosis gulung
yang diukur dalam satuan kilogram (kg).
Enam tepat dalam penyediaan bahan baku langsung maupun tidak langsung
adalah kegiatan penyediaan bahan baku langsung yang sesuai dengan tujuh
tepat yaitu tepat waktu, tepat tempat, tepat jenis, tepat kualitas, tepat
kuantitas, dan tepat harga. Adanya enam tepat ini diharapkan dapat
memberikan keuntungan maksimal bagi CV CC.
Tepat waktu adalah ketersediaan bahan baku langsung yang tepat dalam
waktu agar proses produksi berjalan dengan lancar dan tidak terjadi
penundaan. Tolak ukur pada tepat waktu yaitu dengan membandingkan
harapan pemilik dengan kenyataan di lapangan.
Tepat tempat adalah tempat yang menjual bahan baku langsung mudah
dijangkau oleh produsen. Selain itu, memberikan kepuasan bagi pihak
produsen. Tolak ukur pada tepat tempat yaitu dengan membandingkan
harapan pemilik dengan kenyataan di lapangan.
Tepat jenis adalah jenis bahan baku langsung yaiu sosis ayam yang digunakan
merupakan sosis ayam yang sesuai standar untuk pengolahan sosis gulung,
52
sehingga produk sosis gulung yang dihasilkan akan sesuai dengan yang
diharapkan produsen. Tolak ukur pada tepat jenis yaitu dengan
membandingkan harapan pemilik dengan kenyataan di lapangan.
Tepat kualitas adalah sosis ayam yang memiliki kualitas baik dan sesuai
standar, sehingga saat diolah menjadi sosis gulung yang memiliki kualitas
baik. Tolak ukur pada tepat kualitas yaitu dengan membandingkan harapan
pemilik dengan kenyataan di lapangan.
Tepat kuantitas adalah jumlah bahan baku langsung yang akan digunakan
tersedia, sesuai dengan permintaan oleh pihak agroindustri yang akan
melakukan proses produksi. Tolak ukur pada tepat kuantitas yaitu dengan
membandingkan harapan pemilik dengan kenyataan di lapangan.
Tepat harga adalah harga yang dikeluarkan dalam membeli bahan baku
langsung relatif terjangkau, agar agroindustri dapat memperoleh keuntungan
yang telah diperkirakan atau ditargetkan. Tolak ukur pada tepat harga yaitu
dengan membandingkan harapan pemilik dengan kenyataan di lapangan.
Pengolahan adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilakukan untuk mengolah
bahan baku langsung menjadi produk bernilai tambah.
Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang tidak
tergantung dengan volume produksi, meliputi biaya penyusutan peralatan dan
biaya listrik, biaya tenaga kerja tak langsung dan pajak yang diukur dalam
satuan rupiah (Rp). Biaya tetap pada proses produksi sosis gulung ini
dihitung secara proposional.
53
Biaya penyusutan peralatan adalah pengakuan atas penggunaan manfaat
potensial dari suatu aktiva, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun
(Rp/tahun).
Peralatan adalah serangkaian alat yang digunakan dalam proses produksi
sosis gulung berupa blender, vacuum sealer, deep fryer, freezer, kompor,
timbangan, kompor gas, penggiling daging, blender, kulkas, gelas ukur, panci
kukus, box plastik, saringan minyak goreng, pisau, gas, motor roda tiga dan
mobil.
Biaya listrik adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen akibat
penggunaan listrik untuk proses produksi yang diukur dalam satuan rupiah
per bulan (Rp/bulan).
Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemilik usaha sebagi akibat pemanfaatan tenaga kerja yang tidak dipengaruhi
oleh banyaknya produksi (Rp/bulan).
Biaya pajak adalah pungutan wajib yang dibayarkan kepada negara atas suatu
aset yang dimiliki, yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang
jumlahnya dapat berubah – ubah tergantung dengan volume produksi yang
dihasilkan. Biaya variabel dapat diukur dalam satuan rupiah (Rp). Biaya
variabel meliputi biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku langsung,
biaya bahan baku tidak langsung dan dihitung menurut masing – masing
varian sosis gulung.
54
Biaya bahan baku langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh agroindustri
berupa sosis ayam yang diukur dengan satuan rupiah per bulan (Rp/bulan).
Biaya bahan baku tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh
agroindustri berupa bahan baku tidak langsung yang diukur dengan satuan
rupiah per bulan (Rp/bulan).
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluatkan oleh pemilik
usaha sebagai akibat pemanfaatan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh
banyaknya produksi (Rp/bulan).
Biaya total adalah jumlah dari biaya variabel ditambah dengan biaya tetap
dalam proses produksi yang diukur dengan satuan rupiah (Rp).
Harga pokok produksi adalah harga yang memperhitungkan semua unsur
biaya produksi yang bersifat variabel maupun tetap dan diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan
untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan kepuasan dari semua pihak yang terlibat.
Bauran pemasaran adalah unsur – unsur pemasaran yang dikombinasikan
dalam marketing mix yaitu 7P (product, price, place, promotion, process,
people, dan physical evidence) sehingga, suatu produk dapat mencapai
kesuksesan dalam pemasaran.
55
Produk (product) adalah keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan
produksi berupa sosis gulung.
Harga (price) adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan produk sosis gulung yang dibelinya untuk memenuhi
kebutuhan maupun keinginananya.
Tempat (place) adalah area dimana produsen menyalurkan produk sosis
gulung yang tersedia bagi konsumen.
Promosi (promotion) adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang
dirancang untuk menarik pelanggan dalam menawarkan produk sosis gulung.
Proses (process) adalah urutan pelaksanaan produksi yang mengubah produk
input (sosis ayam) menjadi output (sosis gulung).
Orang (people) adalah pelaku yang melaksanakan dan mengatur kegiatan
proses produksi sampai produk ke tangan konsumen.
Bukti fisik (physical evidence) adalah lingkungan pada area perusahaan
menjualkan produk sosis gulung ke konsumen.
Siklus hidup produk adalah siklus suatu produk dengan empat tahapan yaitu
perkenalan, pertumbuhan, kemapanan dan kemunduran.
Perkenalan adalah tahapan awal suatu produk dimana membutuhkan biaya
promosi lebih besar.
56
Pertumbuhan adalah tahapan kedua siklus hidup produk, dimana produk
sudah dapat diterima konsumen.
Kemapanan adalah tahapan ketigadari siklus hidup produk, dimana biaya
promosi lebih rendah dan sudah memiliki konsumen tetap.
Kemunduran adalah tahapan siklus hidup produk, dimana produk sudah
memasuki tahap jenuh dan penurunan pembelian produk.
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari
pengamatan langsung atau observasi tentang kegiatan penyediaan bahan baku
langsung, kegiatan pengolahan varian sosis gulung pada CV CC. Data primer
meliputi jumlah produksi, bahan baku langsung maupun bahan baku tidak
langsung yang dibutuhkan, dan lain sebagainya. Observasi dilakukan dengan
cara ikut serta dalam kegiatan proses produksi serta wawancara langsung
dengan pemilik agroindustri.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan literatur – literatur
yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder pada penilitian ini
meliputi identitas pemilik, struktur organisasi, daftar tenaga kerja, laporan
keuangan perusahaan serta data – data yang berhubungan dengan penelitian
ini menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Selain itu, dari Undang – Undang
Republik Indonesia tentang UMKM dan Badan Standarisasi Nasional
Indonesia tentang mutu daging sosis yang dianjurkan.
57
Penentuan sampel konsumen diambil secara Convenience Sampling dimana
menurut Zulganef (2008), metode ini yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi dari anggota – anggota populasi yang secara kenyamanan dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan, umumnya responden yang dipilih
karena berada ditempat dan waktu yang tepat. Responden yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 45 orang dan pemilik CV CC dengan
pertimbangan bahwa pemilik lebih mengetahui mengenai keadaan CV CC
dan 45 orang konsumen pembeli produk sosis gulung “Juragan” dengan
semua varian di Kota Bandar Lampung. Jumlah ini mengacu pada Gay dalam
Umar (2005), yang menyatakan bahwa metode deskripsi korelasional
membutuhkan minimal 30 subyek untuk contohnya.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Berikut merupakan metode
analisis data yang digunakan pada setiap tujuan dalam penelitian, yaitu :
1. Metode Analisis Tujuan Pertama
Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
pertama adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif ini dilakukan
dengan mendeskripsikan dan menginterpretasikan variabel yang
mengacu pada kajian ilmiah yang mendasarinya. Analisis deskriptif
kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis manajemen
penyediaan bahan baku langsung berupa pelaksanaan enam tepat, yaitu
tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, tepat tempat, tepat jenis dan
58
tepat harga dengan melihat harapan dan membandingkan kondisi yang
terjadi pada CV CC.
2. Metode Analisis Tujuan Ke Dua
Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
ke dua adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu untuk mengetahui
proses kegiatan pengolahan sosis gulung pada CV CC dengan lima
varian sosis gulung.
a) Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan
cara menghitung nilai rata – rata per minggu pendapatan sosis
gulung dalam empat minggu atau satu bulan.
Menurut Soekartawi (2000), pendapatan secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
= Pendapatan (Rp)
= Faktor produksi variabel ke i (i= 1,2,3,…,n)
Pxi = Harga faktor produksi variabel ke –i (Rp)
Y = Produksi (kg)
Py = Harga produksi (Rp)
BTT = Biaya Tetap Total (Rp)
Perhitungan biaya produksi dalam penelitian ini terutama dalam
menghitung biaya penyusutan dilakukan dengan menghitung secara
59
proposional. Perhitungan secara proposional diperlukan karena
usaha sosis gulung di CV CC ini menghasilkan jenis atau varian
lebih dari satu yaitu lima jenis atau varian produk. Biaya yang
dihitung adalah biaya yang dikeluarkan karena menggunakan
peralatan yang sama.
Perhitungan yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan
peralatan yaitu, dengan menggunakan mdetode garis lurus (straight
line method). Metode garis lurus merupakan metode yang paling
banyak digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaannya.
Besarnya penyusutan tiap periode ditentukan dengan rumus berikut
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009) :
Keterangan :
D = Beban penyusutan (Rp)
C = Harga (Rp)
S = Nilai sisa (Rp)
n = Masa manfaat (Tahun)
Menurut Soekartawi (2000), untuk mengetahui suatu usaha
menguntungkan atau tidak secara ekonomi dapat dianalisis
menggunakan nisbah atau perbandingan antara penerimaan dan
biaya (Revenue Cost/RC). Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
R-C rasio =
60
Keterangan :
R-C rasio = Nisbah penerimaan dan biaya
TR = Total revenue atau penerimaan total (Rp)
TC = Total cost atau biaya total (Rp)
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
(1) Jika R-C rasio > 1, maka suatu usaha mengalami keuntungan,
karena penerimaan lebih besar dari biaya.
(2) Jika R-C rasio < 1, maka suatu usaha mengalami kerugian,
karena penerimaan lebih kecil dari biaya.
(3) Jika R-C rasio = 1 maka suatu usaha mengalami impas, karena
penerimaan sama dengan biaya
(Soekartawi, 2000).
b) Harga Pokok Produksi dan BEP
Pada penelitian ini penghitungan harga pokok produksi (HPP)
menggunakan metode variabel cost. Perhitungan harga pokok
produksi menggunakan metode Variabel Costing dilakukan dengan
memperhitungkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Metode ini terdiri dari
unsur– unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku langsung xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Harga pokok produksi xx
61
Menurut Fuad (2001), analisis titik impas (Break Even Point)
merupakan suatu cara untuk mengetahui seberapa besar volume
produksi dan penetapan harga jual terendah agar usaha tersebut tidak
mengalami kerugian, tetapi tidak dalam posisi memperoleh laba
(impas) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
BEP unit =
Keterangan :
TFC = Total Biaya Tetap
TVC = Total Biaya Variabel
P = Harga jual per unit
BEP harga =
Keterangan :
TC = Biaya Total
Q = Jumlah produksi
3. Metode Analisis Tujuan Ke Tiga
Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
ke tiga adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif
kualitatif digunakan untuk mengetahui penerapan bauran pemasaran pada
produk sosis gulung berupa 7P (Product, Price, Place, Promotion,
Process, People, dan Physical evidence) untuk mendapatkan keuntungan
maksimal. Selanjutnya, untuk mengetahui posisi produk sosis gulung
varian noodle berdasarkan siklus hidup produk (Product Life Cycle) pada
penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu metode Polli and
62
Cook. Data yang digunakan dalam metode Polli and Cook yaitu berupa
data penjualan dan data harga per produk per tahun. Siklus hidup produk
sosis gulung varian noodle dapat diidentifikasi dengan menggunakan
metode Polli and Cook, yaitu dengan menetapkan persentase perubahan
penjualan sebagai sebuah distribusi normal dengan rata – rata nol.
Langkah – langkah yang digunakan untuk mengetahui posisi produk
yaitu dengan :
a) Mengurutkan besaran penjualan per tahun
b) Menghitung persentase perubahan setiap tahun kemudian hitung
total dari persentase penjualan yang merupakan nilai harapan
(expected value) untuk . adalah persentase perubahan penjualan
pertahun. Untuk melihat persentase tingkat pertumbuhan penjualan
dari tahun ke tahun ( ) digunakan perhitungan sebagai berikut :
c) Menghitung total rata – rata persentase perubahan atau sehingga
diperoleh besarnya nilai µ. Kemudian nilai dikurangkan dengan µ
setiap periode pengamatan. Perhitungan untuk mencari rata – rata (µ)
dari persentase kenaikan penjualan.
Keterangan :
µ : rata –rata dari persentase perubahan penjualan
: persentase perubahan penjualan per tahun
N : banyaknya tahun yang diteliti
63
d) Perhitungan pada langkah sebelumnya dikuadratkan dan dihitung nilai
totalnya setelah itu dapat dilihat standar deviasinya ( .
atau
∑
atau
√∑
e) Mencari nilai , sehingga didapatkan untuk z dan
untuk mendapatkan titik y.
Apabila hasil perhitungan yang didasarkan rumus di atas, maka dapat
ditemukan tahap siklus hidup produk berdasarkan batasan – batasan
sebagai berikut :
a). Tahap pertumbuhan ditandai apabila jumlah nilai persentase
perubahan penjualan lebih besar
b). Tahap kedewasaan ditandai apabila jumlah nilai persentase
perubahan penjualan diantara atau
c). Tahap penurunan ditandai apabila jumlah nilai persentase
perubahan penjualan kurang dari
Pada penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan untuk
konsumen sosis gulung juragan yaitu Convenience Sampling dimana
menurut Zulganef (2008), metode ini digunakan untuk mengumpulkan
64
informasi dari anggota – anggota populasi yang secara kenyamanan dapat
memberikan inforrmasi yang dibutuhkan, umumnya responden yang
dipilih karena berada di tempat dan waktu yang tepat. Penelitian ini juga
menggunakan alat ukur berupa skala Likert, dimana setiap pilihan
jawaban diberi skor berupa :
5 = Sangat Setuju
4 = Setuju
3 = Kurang Setuju
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju
Pemberian skor menggunakan skala likert digunakan untuk mengetahui
seberapa kuat tingkat setuju dan tidak setuju dari respon konsumen CV
CC terhadap pernyataan bauran pemasaran yang telah diterapkan oleh
CV CC. Penelitian ini menggunakan pengukuran bauran pemasaran
berdasarkan indikator yang digunakan Yudistira, dkk (2017). Indikator
ini terbagi menjadi enam yaitu Product, Price, Place, Promotion,
Process, People, dan Physical Evidence. Bentuk kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis bauran pemasaran
menurut sudut pandang konsumen yang menggunakan kuisioner tertutup,
sehingga untuk mengetahui keabsahan pertanyaan yang diajukan harus
terlebih dahulu diuji menggunakan uji validitas dan reliabilitas agar
pertanyaan yang diajukan tidak mengandung arti ganda atau bias.
a) Uji Validitas
Uji validitas digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji validitas dalam penelitian ini
65
digunakan analisis item yaitu mengkolerasikan skor tiap butir
pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor
butir pertanyaan. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka
item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat yang harus
dipenuhi yaitu :
(1) Jika r hitung ≥ r tabel, maka item – item pertanyaan dari
kuesioner tersebut dikatakan valid.
(2) Jika r hitung ≤ r tabel, maka item – item pertanyaan dari
kuesioner tersebut dikatakan tidak valid.
Uji validitas tersebut dilakukan menggunakan Corelation Product
Moment dengan rumus :
√ } }
Keterangan :
r : Koefisien korelasi ( validitas )
n : Banyaknya responden
Xi : Jumlah skor item
Yi : Jumlah skor total
XiYi : Jumlah skor item dikalikan dengan skor total
b) Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2010), uji reliabilitas adalah cara untuk mengukur
suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan reliability
analysis dengan teknik Alpha Cronbach dengan rumus sebagai
berikut:
66
α
(
)
Keterangan :
α : Koefisien reliabilitas
k : Banyaknya pertanyaan
∑ i2 : Jumlah varian butir
i2 : Varian skor total
Untuk mengetahui bahwa setiap bulir pertanyaan yang diajukan
kepada responden memiliki nilai reliabilitas nilai Cronbach Alpha
harus > 0,60 yang artinya kuesioner tersebut reliabel. Hasil uji
validitas dan reliabilitas terhadap atribut bauran pemasaran pada CV
CC dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan hasil uji coba
kuesioner menggunakan uji validitas dan reliabilitas terhadap atribut
bauran pemasaran pada CV CC didapatkan 39 daftar pertanyaan yang
terdiri dari dua pertanyaan atribut produk, enam pertanyaan atribut
harga, enam pertanyaan atribut tempat, delapan pertanyaan atribut
promosi, lima pertanyaan atribut proses, enam pertanyaan atribut
orang dan enam pertanyaan atribut tampilan fisik. Berdasarkan uji
validitas bahwa 39 pertanyaan tersebut diperoleh nilai corrected item-
total correlation lebih dari 0,20. Hal ini berarti 39 pertanyaan tersebut
dinyatakan valid. Uji reliabilitas diperoleh nilai crincach’s alpha
sebesar 0,899. Hal ini berarti nilai reliabilitas menunjukkan angka
lebih dari 0,60 sehingga atribut pertanyaan dinyatakan reliabel yakni
jawaban responden yang diperoleh dari uji kuesioner cenderung stabil
atau konsisten.
67
Tabel 5. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap atribut bauran
pemasaran pada CV CC.
No Indikator Uji Validitas Uji Reliabilitas
Nilai Hasil Nilai Hasil
Product (Produk)
1 Menu varian 0,233 Valid 0,899 Reliabel
2 Cita rasa sesuai 0,298 Valid
Price (Harga)
3 Harga varian Noodle
Terjangkau 0,413 Valid
4 Harga varian Soya
Terjangkau 0,389 Valid
5 Harga varian Cheesy
Terjangkau 0,241 Valid
6 Harga varian Potato
Terjangkau 0,423 Valid
7 Harga varian Spicy
Terjangkau 0,349 Valid
8 Harga relatif murah 0,420 Valid
Place (Tempat)
9 Lokasi strategis 0,446 Valid
10 Outlet berdekatan dengan
produk jajanan 0,519 Valid
11 Outlet mudah dijangkau 0,239 Valid
12 Outlet hanya dijual pada
satu tempat 0,295 Valid
13 Penambahan outlet dalam
kota 0,291 Valid
14 Pernambahan outlet luar
provinsi 0,426 Valid
Promotion (Promosi)
15 Potongan harga 0,442 Valid
16 Adanya paket hemat 0,450 Valid
17 Penambahan paket hemat 0,203 Valid
18 Mengikuti festival kuliner 0,558 Valid
19 Mengikuti festival sekolah 0,492 Valid
20 Menggunakan media
elektronik 0,538 Valid
21 Menggunakan media
cetak 0,274 Valid
22 Promosi menarik 0,312 Valid
Process (Proses)
23 Proses penyajian cepat 0,220 Valid
24 Pelayanan pegawai outlet
cepat 0,355 Valid
25 Jam buka outlet tepat
waktu 0,352 Valid
26 Kemudahan transaksi
melalui Go-pay 0,352 Valid
27 Kemudahan transaksi
melalui OVO 0,542 Valid
68
Tabel 5. Lanjutan
People (Orang)
28 Pegawai dapat menerima
kritik dan saran 0,400 Valid
29 Pemahaman pegawai outlet
tentang produk dengan baik 0,500 Valid
30 Pegawai outlet ramah 0,549 Valid
31 Pegawai outlet bersih 0,504 Valid
32 Pegawai outlet memadai 0,474 Valid
33 Pegawai mengikuti standar
pelayanan yang tertempel
di outlet 0,397 Valid
Physical Evidence (Bukti Fisik)
34 Tampilan outlet bersih 0,397 Valid
35 Tampilan kemasan
menarik 0,646 Valid
36 Tampilan outlet menarik 0,651 Valid
37 Produk yang disajikan
menarik 0,509 Valid
38 Kemasan yang digunakan
bersih 0,661 Valid
39 Jenis kemasan yang
digunakan sesuai 0,380 Valid
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas kuesioner bauran pemasaran
menurut respon konsumen dapat dinyatakan bahwa kuesioner valid dan
reliabel sehingga kuesioner dapat dipergunakan untuk penelitian.
4. Metode Analisis Tujuan Ke Empat
Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan ke empat
adalah deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan
dalam penelitian ini untuk menganalisis pemanfaatan jasa layanan
pendukung berupa lembaga penelitian, kebijakan pemerintah, teknologi
informasi dan komunikasi dan bagaimana peran jasa layanan tersebut
terhadap kegiatan produksi yang dilakukan oleh CV CC.
69
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Provinsi Lampung
1. Keadaan Geografis
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi negara Republik
Indonesia. Provinsi Lampung mempunyai area daratan 35.288,35 km2
yang memiliki potensi dalam hasil pertanian yang cukup besar. Provinsi
Lampung memiliki 13 kabupaten yang meliputi, Lampung Barat,
Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah,
Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Pesawaran, Pringsewu,
Mesuji, Tulang Bawang Barat dan Pesisir Barat dan dua kota yaitu, Kota
Bandar Lampung, dan Kota Metro (Badan Pusat Statistik, 2018).
Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada 103o40‟sampai dengan
105o50‟ Bujur Timur dan 6
o45‟ sampai dengan 3
o45‟ Lintang Selatan.
Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Provinsi
Lampung memiliki pulau – pulau yang terletak pada bagian sebelah paling
ujung tenggara pulau Sumatera yang dibatasi oleh :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan
Bengkulu.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
70
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Indonesia.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan laut Jawa.
(Badan Pusat Statistik, 2018).
Konsumen sosis gulung di CV CC memiliki lokasi tempat tinggal yang
berbeda – beda. Lokasi tempat tinggal konsumen akan berpengaruh
terhadap jarak tempuh konsumen dalam melakukan pembelian sosis
gulung di outlet. Konsumen cenderung memilih outlet yang dekat dengan
tempat tinggalnya. Asal daerah responden konsumen CV CC dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Asal daerah responden konsumen CV CC
Alamat Jumlah Responden Persentase
Kota Bandar Lampung 41,00 91,11
Kota Metro 2,00 4,44
Kabupaten Lampung Timur 1,00 2,22
Kabupaten Pesawaran 1,00 2,22
Total 45,00 100,00
Tabel 6 menunjukkan persentase alamat responden konsumen CV CC.
Persentase terbesar responden konsumen CV CC yaitu, berasal dari daerah
Kota Bandar Lampung sebesar 91,11 persen. Persentase terkecil
responden konsumen CV CC yaitu, berasal dari daerah Kabupaten
Lampung Timur dan Kabupaten Pesawaran yaitu sebesar 2,22 persen. Hal
ini dikarenakan penelitian dilakukan di Kota Bandar Lampung yang
memiliki sebagian besar responden konsumen berasal dari daerah Kota
Bandar Lampung.
71
2. Keadaan Iklim
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2018), curah hujan tertinggi di
Provinsi Lampung terjadi di bulan Desember yaitu sebesar 294,9 mm
dengan rata – rata suhu udara sebesar 26,7o C. Curah hujan terendah di
Provinsi Lampung terjadi di bulan Agustus sebesar 23,4 mm dengan rata –
rata suhu udara 26,5 o
C. Keadaan iklim pada Provinsi Lampung
berdampak terhadap pembelian sosis gulung di outlet CV CC. Hal ini
dikarenakan jika terjadi curah hujan tinggi, konsumen sosis gulung juragan
yang mempunyai kendaraan motor atau menggunakan transportasi umum
mengalami kesulitan mendatangi outlet. Curah hujan tinggi juga
mengganggu proses pengantaran produk ke outlet – outlet.
3. Keadaan Demografi
Menurut Badan Pusat Statistik (2018), penduduk Provinsi Lampung tahun
2017 berjumlah 8.289.577 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar
4.247.121 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 4.042.456 jiwa.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Timur dan Kota Bandar
Lampung memiliki kepadatan penduduk cukup besar yaitu 1.027. 476 jiwa
dan 1.015.910 jiwa sedangkan, kepadatan penduduk di Kota Metro cukup
kecil yaitu sebesar 162.976 jiwa. Jumlah penduduk di Provinsi Lampung
terbesar berada di kelompok umur >40 tahun. Hal ini dapat menjadi
potensi CV CC dalam menarik konsumen. Rata – rata kelompok umur
>40 tahun masih gemar mengkonsumsi olahan jajanan, sehingga produk
72
varian sosis gulung dapat menjadi pilhan konsumen dalam mengkonsumsi
olahan jajanan.
4. Keadaan Perekonomian
Pengertian pendapatan regional atau produk domestik regional bruto
(PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (2018), sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan untuk
menghasilkan barang dan jasa tersebut. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha atas dasar harga
berlaku dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung
menurut Lapangan Usaha atas dasar harga berlaku Tahun 2017
No Lapangan Usaha Pendapatan (Rp)
1 Pertanian, kehutanan, dan perikanan 2.051.082,50
2 Pertambangan dan penggalian 1.718.312,00
3 Industri pengolahan 10.815.114,50
4 Pengadaan listrik dan gas 55.399,70
5 Pengadaan air, pengolahan sampah dan daur ulang 143.397,40
6 Konstruksi 5.331.492,40
7 Perdagangan besar dan eceran resparasi mobil dan
sepeda motor 7.437.711,30
8 Transportasi dan perdagangan 7.118.094,10
9 Penyediaan akomodasi dan makan minum 1.417.869,10
10 Informasi dan komunikasi 2.859.289,70
11 Jasa keuangan dan asuransi 2.626.663,20
12 Real estat 2.819.238,90
13 Jasa perusahaan 181.381,70
14 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan
sosial wajib 2.881.850,90
15 Jasa pendidikan 1.559.425,80
16 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 946.535,50
17 Jasa lainnya 835.961,40
Total 50.798.757,10
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018
73
Tabel 7 menunjukkan pendapatan lapangan usaha atas harga berlaku
menurut produk domestik regional bruto tahun 2017. Pendapatan tertinggi
didapat dari lapangan usaha industri pengolahan sebesar Rp10.815.114,50.
Pendapatan ini dikarenakan banyaknya industri pengolahan yang ada di
Kota Bandar Lampung. Salah satu industri pengolahan yang ada di Kota
Bandar Lampung yaitu industri pengolahan di bidang makanan.
Banyaknya industri pengolahan makanan yang kreatif dalam
mengembangkan olahan makanan, membuat peluang CV CC dalam
mengolah sosis ayam menjadi sosis gulung dengan berbagai varian.
B. Gambaran Umum CV Cucurutuku Ceria
1. Sejarah CV Cucurutuku Ceria
CV CC merupakan salah satu usaha yang menjual olahan sosis. Olahan
sosis tersebut berupa sosis gulung dengan berbagai varian yaitu noodle,
soya, potato, spicy dan cheesy. CV CC berdiri pada 7 Juli 2012 yang
didirikan oleh Erin Putri Andayani. Pendidikan terakhir pemilik CV CC
yaitu Sarjana Ilmu Komputer Universitas Lampung. Erin Putri Andayani
merintis usahanya sendiri dengan modal sebesar Rp300.000,00 yang
berasal dari uang pribadi.
CV CC terletak di Jl. Griya Utama no. IIC/4 Way Halim, Kota Bandar
Lampung. Pada awal penjualan Erin selaku pemilik hanya berjualan
menggunakan sepeda motor dan kardus ke sekolah – sekolah. Selanjutnya,
CV CC menjual produk olahan sosisnya dengan membuka outlet di PKOR
74
Way Halim. Dengan semakin tingginya permintaan konsumen, Erin
selaku pemilik usaha sosis gulung membuka outlet lainnya untuk
menjangkau lebih banyak konsumen. Hingga saat ini, sekitar 15 outlet
sosis gulung “ Juragan” tersebar di Kota Bandar Lampung, Kota Metro,
dan Kota Malang.
Latar belakang usaha ini dibangun karena kegemaran Erin mengonsumsi
sosis kemudian, muncul ide menciptakan produk kreatif dengan bahan
dasar sosis. Produk kreatif tersebut berupa sosis gulung varian noodle.
Varian noodle pada sosis gulung CV CC merupakan varian pertama yang
dibuat oleh Erin. Melihat antusiasnya konsumen dalam membeli sosis
gulung varian noodle, Erin selaku pemilik usaha tersebut ingin
menciptakan varian lainnya dengan mengikuti program pelatihan untuk
UMKM.
Program tersebut mendatangkan seorang konsultan sosis asal negara
Belanda bernama Jan Nederhoed dibantu oleh Bussines Coach Tegar
Prajaksa. Terpilihnya usaha sosis gulung ini membuat Erin dapat belajar
secara langsung dengan konsultan asal negara Belanda selama 10 hari.
Kegiatan yang dilakukan bersama konsultan dari negara Belanda berupa
pembelajaran tentang cara pencampuran pembuatan daging sosis,
ketepatan adonan dalam pembuatan bahan tambahan sosis serta hal lain
yang berhubungan dengan sosis. Dari kegiatan tersebut, Erin
mendapatkan ide serta kreatifitas dalam membuat varian sosis gulung yang
lain seperti varian soya, spicy, potato dan cheesy.
75
2. Struktur Organisasi CV Cucurutuku Ceria
Struktur Organisasi CV CC dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Struktur Organisasi CV CC
Kegiatan usaha sosis gulung ini memiliki struktur organisasi yang formal
sehingga, setiap tenaga kerja pada CV CC memiliki uraian pekerjaan
masing – masing. Pemilik bertugas mengawasi kegiatan usaha sosis
gulung mulai dari penyediaan bahan baku langsung, proses pengolahan
hingga pemasaran. Kepala Pemasaran bertugas merencanakan dan
melakukan kegiatan pemasaran mencakup membuat pemasangan iklan
menggunakan media online maupun media cetak dan mendaftarkan CV
CC ke acara festival kuliner yang ada di Kota Bandar Lampung. Kepala
TK Produksi
Pemilik
Erinda Putri Andayani
Kepala
Distribusi
Rosadi
Kepala
Keuangan
Paramita
Eka Rani
Kepala
Pemasaran
Rizka Rami
Sukmawati
Kepala
Produksi
Agung
Erfandi
Koordinator
Lapangan
Arya Eko
Putra
TK Outlet
Staff
keuangan
Siti Novita
Lintang Sari
76
Produksi bertugas membuat perencanaan bahan baku langsung maupun
bahan baku tidak langsung untuk proses produksi serta mengatur,
mengkoordinasi dan mengawasi seluruh tenaga kerja produksi agar sesuai
dengan perencanaan, prosedur dan standar CV CC.
Kepala keuangan bertugas mengatur keuangan CV CC yang meliputi,
membuat rancangan anggaran belanja, membuat keputusan yang
berhubungan dengan keuangan, menekan biaya pengeluaran, melakukan
pengelolaan pajak yang dibantu oleh staff keuangan. Kepala distribusi
bertugas mengarahkan dan mengkoordinasikan semua perpindahan barang
baik produk maupun perlengkapan jualan lainya, mengatur barang dapat
terdistribusi dengan baik dan efektif, bertanggung jawab atas perawatan
dan pengawasan alat transportasi. Koordinator lapangan bertugas
mengawasi seluruh kegiatan penjualan varian sosis gulung di outlet,
memastikan kebersihan outlet, dan peralatannya dan mengatasi masalah
yang terjadi pada outlet serta mengawasi tenaga kerja outlet agar dapat
melayani konsumen sesuai standar pelayanan CV CC.
3. Tata Letak / Layout CV Cucurutuku Ceria
Bangunan yang digunakan untuk memproduksi sosis gulung maupun
kegiatan administrasi lainnya merupakan bangunan milik sendiri. Lokasi
CV CC terletak di Jl. Griya Utama no. IIC/4 Way Halim, Kota Bandar
Lampung. Tata letak bangunan CV CC dapat dilihat pada Gambar 7.
77
Gambar 7. Tata Letak/ Layout bangunan CV CC
Keterangan gambar :
A = Tempat parkir karyawan
B = Tempat penyimpanan stok barang / Gudang
C = Kantor administrasi
D = Tempat proses pembuatan sosis gulung
E = Tempat proses produksi
F = Tempat packing menggunakan vacum sealer
G = Tempat freezer
H = Kamar mandi
I = Tempat pencucian peralatan
Gambar 7 menyajikan tata letak/ layout bangunan CV CC. Bagian B
merupakan tempat penyimpanan stok barang kering seperti, minyak
goreng, tepung – tepungan, kemasan dan lain sebagainya. Bagian C
merupakan kantor administrasi. Bagian D merupakan tempat proses
A
B
C
F
G G
H
C E
D
I
78
pembuatan bahan baku tidak langsung meliputi bumbu – bumbu yang akan
digunakan untuk membuat adonan.
Bagian E merupakan tempat proses pengolahan sosis gulung, meliputi
pembuatan adonan varian sosis gulung, penggorengan sosis gulung yang
kemudian dikemas dan perebusan sosis gulung. Bagian F merupakan
tempat packing sosis gulung yang siap dimasukkan ke dalam freezer.
Proses packing pada CV CC menggunakan alat vacuum sealer untuk
menjaga kualitas sosis gulung tersebut. Bagian G merupakan tempat
freezer untuk menyimpan sosis gulung yang sudah dikemas. Bagian I
merupakan tempat pencucian peralatan yang sudah digunakan. CV CC
juga mempunyai 15 outlet yang berada di Kota Bandar Lampung, Kota
Metro dan Kota Malang. Daftar outlet sosis gulung jurangan yang
didirikan oleh CV CC dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 menunjukkan daftar 15 cabang outlet CV CC serta alamatnya.
Banyaknya cabang outlet yang dibuka oleh CV CC digunakan untuk
menjangkau lebih banyak konsumen. Cabang outlet terbanyak dibuka di
Kota Bandar Lampung. CV CC lebih mudah membuka outlet di Kota
Bandar Lampung dikarenakan, rumah produksi sosis gulung CV CC
berada di Kota Bandar Lampung sehingga, tidak mengeluarkan biaya
transportasi lebih besar dalam mengirimkan produknya. Akan tetapi, CV
CC juga ingin outlet sosis gulung juragan dapat dibuka di seluruh
Indonesia agar lebih banyak menjangkau konsumen di berbagai daerah.
79
Tabel 8. Daftar outlet CV CC
No Cabang Outlet Alamat
Kota Bandar Lampung
1 Chandra Karang
Super Store
Jl. Pemuda No. 1, Kel. Sawah Lama,
Kec. Tanjung Karang, Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung
2 Minimarket Chandra
cabang Pahoman
Jl. Jendral Sudirman No. 66, Kel. Enggal, Kec.
Tanjung Karang Timur,
Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung 3 Supermarket
Chandra cabang
Kemiling
Jl. Teuku Cik Ditiro No. 58,
Kel. Sumber Rejo, Kec. Kemiling,
Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung 4 Minimarket Chandra
cabang Way Halim
Jl. Kimaja No. 67, Kel. Sepang Jaya,
Kec. Kedaton, Kota Bandar Lampung 5 Minimarket Chandra
Sukarame
Jl. Pulau Legundi, Kec. Sukarame,
KotaBandar Lampung, Provinsi Lampung 6 Food Court Plaza
Lotus
Jl. Raden Intan No. 73, Kec. Tanjung Karang,
Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung
7 Food Court Center
Plaza
Jl. Raden Ajeng Kartini No. 21, Kel. Durian
Payung, Kec. Tanjung Karang Pusat, Kota
Bandar Lampung, Provinsi Lampung 8 Simpur Center Jl. Brigjen Katamso, Kel. Enggal, Kec.
Tanjung Karang, Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung
9 Supermarket Giant
Labuhan Ratu
Jl. Zainal Abidin Pagar Alam, Kel. Labuhan
Ratu, Kec. Kedaton, Kota Bandar Lampung,
Provinsi Lampung Kota Metro
10 Chandra Metro
Super Store
Jl. Ade Irma Suryani Nasution 2, Kota Metro,
Provinsi Lampung
11 Minimarket Chandra
Metro 22
Jl. Raya Punggur No. 98 Hadimulyo , Kec.
Metro Pusat, Kota Metro, Provinsi Lampung
Kota Malang
12 Mall Olympic
Garden Lt. dasar
Jl. Kawi No 24, Kel. Kauman, Kec. Klojen,
Kota Malang, Provinsi Jawa Timur
13 Mall Olympic
Garden Lt. 3
Jl. Kawi No 24, Kel. Kauman, Kec. Klojen,
Kota Malang, Provinsi Jawa Timur
14 Mall Dinoyo City Jl. MT. Haryono No. 195-197, Kel. Dinoyo,
Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa
Timur
15 SuperIndo Langsep Jl. Raya Langsep No. 3, Kel. Bareng, Kec.
Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur
Sumber : CV Cucurutuku Ceria, 2019 (Tidak dipublikasikan)
177
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
keesimpulab penelitian, yaitu :
1. Penyediaan bahan baku langsung pada sosis gulung di CV CC belum
sesuai dengan harapan pemilik CV CC pada konsep tepat waktu, jenis,
dan kualitas.
2. Hasil perhitungan harga pokok produksi dan break event point bahwa
harga setiap varian sosis gulung dibawah harga jual yang telah berlaku
dan produksi setiap varian sosis gulung telah lama mencapai hasil
perhitungan break event point unit sehingga, usaha sosis gulung di CV
CC menguntungkan untuk diusahakan dengan nilai R-C rasio >1.
3. Bauran pemasaran yang telah digunakan CV CC meliputi produk setiap
varian yang memiliki ciri khas, harganya terjangkau, tempat yang
digunakan strategis, menggunakan media sosial sebagai media promosi,
bekerja sama dengan aplikasi e-commerce dalam proses pemesanan,
karyawan telah mengikuti pelatihan dari perusahaan, dan memiliki
tampilan outlet dan kemasan yang unik. Posisi produk sosis gulung
varian noodle dalam siklus hidup produk (Product Life Cycle) berada
pada tahap penurunan.
178
4. Jasa layanan pendukung pada CV CC sebagian besar telah dimanfaatkan
dengan baik seperti, lembaga penelitian dan teknologi informasi dan
komunikasi. Akan tetapi, masih terdapat pemanfaatan kebijakan
pemerintah yang belum dimaksimalkan oleh CV CC.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
1. Bagi pemilik usaha CV CC agar lebih mencari tahu tentang kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan usahanya. Pemilik juga harus lebih
memikirkan tempat untuk penyediaan bahan baku langsung dan
pengolahan, seperti yang diketahui untuk saat ini kantor administrasi dan
proses produksi masih dijadikan satu bangunan.
2. Bagi pemerintah agar mempermudah persyaratan pengajuan bantuan
secara online untuk mempermudah UMKM yang ingin mengajukan
bantuan berupa modal, tempat serta fasilitas lainnya.
3. Bagi peneliti lain sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang strategi
pemasaran terhadap produk sosis gulung varian noodle. Hal ini perlu
dilakukan karena turunnya permintaan sosis gulung varian noodle per
tahun akan tetapi, varian ini masih menjadi permintaan tertinggi diantara
varian lain sehingga, pemilik usaha dapat menerapkan strategi tersebut
agar posisi produk sosis gulung varian noodle dapat kembali stabil.
179
DAFTAR PUSTAKA
Adhaghassani, F., S. Purwanti, dan D. E. Murniati. 2016. Strategi Bauran
Pemasaran 7P di Cherryka Bakery. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Agustina., Iskandarini., dan T. Sebayang. 2018. Analisis bauran pemasaran
dengan Keputusan Pembelian Chicken Holic di Kota Medan. Jurnal On
Social Economic of Agriculture and Agribusiness 9 (6). Universitas
Sumatera Utara.
Agustriana, D. 2016. Implementasi Strategi Pemasaran dengan menggunakan
Blue Ocean Strategy pada perusahaan Sosis. Jurnal Fakultas Bisnis dan
Manajemen 9 (2). Universitas Widyatama. Bandung.
Akbar,T. R. 2019. Analisis Keragaan dan Risiko Sitem Agroindustri Kopi Bubuk
pada Agroindustri Kopi bubuk Cap Obor Mas Lampung. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Provinsi Lampung.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitiam Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.
Rineka Cipta Bandung.
Assauri, S. 2015. Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Azmi, A., Yusmini., dan Maharani, E. 2018. Analisis Bauran Pemasaran
Franchise O‟Chicken di Kecamatan Bukitraya di Kota Pekanbaru. Jurnal
Agribisnis 20 (2). Universitas Riau.
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2017. Produksi dan Konsumsi
Daging Kota Bandar Lampung Tahun 2012 – 2016. Badan Pusat Statistik
Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung.
____________________________________. 2018. Kota Bandar Lampung
dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. Bandar
Lampung
Badan Litbang Pertanian. 2009. Model Penerapan PSDS. Badan Penelitisn dan
Pengembangan Pertanian Jakarta.
180
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1995. SNI 01-3820-1995 : Syarat Mutu
daging Sosis. BSN. Jakarta.
Bastian, I. 2008. Akuntansi Kesehatan. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.
Bustami, B dan Nurlella. 2009. Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi
Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta
Erlina, S. M. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan
Manajemen Cetakan Pertama. USU Press. Medan.
Faqih, A. 2010. Manajemen Agribisnis. Dee Publish. Yogyakarta.
Faustinus, C. C. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi. Yogyakarta
Firdaus, M. 2008. Manajemen Agribisnis. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
________ . 2012. Manajemen Agribisnis. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Fitria, N. 2011. Pengaruh Penggunaan Ampas Kecap dalam Ransum sebagai
Substitusi Bungkil Kedelai terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot
Badan dan Konversi Pakan Ayam Pedaging Periode Grower. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Fitrianingsih, R. 2018. Analisis Daur Hidup Produk (Product life cycle) Bihun
Tapioka di Provinsi Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung.
Gumbira, S., dan Intan, A. H. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Hansen, D. R. dan Mowen, M. 2013. Akuntansi Manajerial. Salemba Empat.
Jakarta
Hasyim, A. I. 2012. Tataniaga Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. Dewan Standar Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia. Jakarta.
181
Indriyanti, R. D. 2015. Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian Ayam Goreng Kota Malang (Studi Kasus pada
Miami Chicken Sarangan dan Sigura – Gura). Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Brawijaya.
Jaya, I.N.S., N. K. D. Haryani dan Asnawi. 2018. Keragaan Produksi Ayam
Broier pada berbagai Metode Pemberian Pakan dan Tipe Lantai Kandang.
Jurnal Sains Teknologi dan Lingkungan 4 (1). Universitas Mataram
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi 13. Erlangga. Jakarta.
Kotler, P. dan Amstrong, G. 1996. Dasar – Dasar Manajemen. Intermedia.
Jakarta.
_____________________ . 2008. Prinsip – prinsip Pemasaran. Erlangga.
Jakarta
Maulidah, S. 2012. Pengantar Manajemen Agribisnis. Universitas Brawijaya
Press. Jawa Timur.
Meliasari, D., Suryaningsih, L. dan Soetardjo, D. S. 2016. Pengaruh Imbangan
Susu Skim dan Tepung Jamur Tiram Putih (pleurotus ostreatus) terhadap
Komposisi Kimia Sosis Ayam. Jurnal Universitas Padjajaran: 5 (4).
Universitas Padjajaran. Bandung.
Mosher, A.T. 1968. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jayaguna.
Jakarta.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya Edisi Kelima.Cetakan Ketujuh Unit Penerbitan
dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Nakai, S dan Modler, W. 2000. Food Protein Processing Applications. Wiley-
VCH, Inc. Ottawa.
Narantaka, A. 2012. Budidaya Ayam Broiler. PT. Buku Kita. Jakarta
Niati, R. 2015. Strategi Bauran Pemasaran Ayam – Ayam Resto Solo. Skripsi.
Fakultas Teknik. Universitas Islam Negeri Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 3 Tahun 20116 Tentang perlindungan dan
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
182
Pertiwi, P. 2015. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan tenaga
kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Polli, R. dan V. Cook. 1996. Validity of Product Live Cycle. The journal of
Business 42 (4). The University of Chicago Press.
Priyanto, D. 2003. Evaluasi Kebijakan Impor Daging Sapi Dalam Rangka
Proteksi Peternak Domestik: Analisis Penawaran dan Permintaan. Tesis.
Program Pascasarjana Bogor. Bogor.
Rahma, A., Fitri, Y., dan Ulma, R. O. 2017. Strategi Pemasaran Dodol Rosela
pada Agroindustri “Adsari” Berdasarkan Product Life Cycle (PLC) di
Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Sosio-Ekonomika Bisnis 20 (2). Univrersitas
Jambi.
Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Refaldi, B. 2018. Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran dalam meningkatkan
Volume Penjualan di Kedai Ayam Geprek Abang Ireng di Dramaga
Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Ridwan, M. 2013. Analisis Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) dalam
menentukan Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) pada Roti Ceria
Jember. Jurnal Universitas Muhammadiyah Jember. Universitas
Muhammadiyah Jember.
Rusman, R. F. Y. 2019. Analisis Bauran Pemasaran pada Produk Chicken
Nugget Merek So Good di Kecamatan Tamalanrea Makassar. Jurnal
Peternakan Lokal 1 (2). Universitas Muslim Maros.
Said, E. G. dan A. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Saragih, B. 2004. Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis.dalam Pertanian
Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sihite, L. B dan Sudarno. 2012. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada
Perusahaan garam Beryodium (Studi Kasus pada UD. Empat Mutiara).
Dipenogoro Journal Of Accounting: 1 (2). Universitas Dipenogoro. Jawa
Tengah.
183
Simamora, B. 2005. Riset Pemasaran : Falsafah, Teori dan Aplikasi. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
__________. 2011. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Soegiarto, R. A. 2013. Aplikasi Kitosan sebagai Pengawet Alami dari Kulir
Udang Dogol pada Sosis Daging Sapi. Skripsi. Fakultas Teknobiologi.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
________. 2011. Ilmu Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging Catatan kelima. Universitas Gajah
Mada Press. Yogyakarta.
Sudrajat dan Isyanto, A. Y. 2018. Keragaan Peternak Ayam Sentul di Kabupaten
Ciamis. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
4(2). Universitas Galuh.
Sutaryono dan Mulyani, S. 2004. Pengetahuan Bahan Olahan Hasil Ternak dan
Standar Nasional Indonesia (SNI). Ungaran: Komplek-Taru Budaya
Supriyono, R. A. 2010. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
Suryana. 2013. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba
Empat. Jakarta.
Tjiptono, F. 1997. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi. Yogyakarta.
_________ . 2000. Manajemen Jasa. Penerbit Andi. Jakarta.
__________. 2002. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi. Yogyakarta.
__________. 2012. Pemasaran Strategik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Umar, H. 2005. Metode Penelitian. Salemba Empat. Jakarta.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
184
Wibowo, M. E. Daryanto, A., dan Rifin, A. 2018. Strategi Pemasaran Produk
Sosis Siap Makan ( Studi Kasus PT Primafood Internasional). Journal
Institut Pertanian Bogor 13 (1). Institut Pertanian Bogor
Yudistira, D. S. K. 2017. Strategi Pemasran Berdasarkan Product Life Cycle
pada Restoran “X” di Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Teknologi Industri.
Universitas Atma Jaya Yogykarta
Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Cetakan Pertama. Graha
Ilmu. Yogykarta.
Recommended