View
240
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
1/19
KARAKTERISTIK BI TUMEN ASBUTON BUTIRUNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS
Furqon Affandi
Pusat Litbang Jalan dan JembatanJl. A.H. Nasution 264 Bandung 40294
furqon_a@yahoo.com
Diterima:6Nopember2008;Disetujui:19Nopember2008
RINGKASAN
Indonesia saat ini masih melakukan import asphalt dari beberapa negara lainguna memenuhi kebutuhan aspal bagi pembangunan dan pemeliharaan jalansetiap tahunnya. Sementara itu di pulau Buton, provinsi Sulawesi Tenggaraterdapat aspal alam yang dikenal dengan asbuton yang sudah diproduksi sejaktahun 1926. Produk asbuton sampai tahun 1987 berupa asbuton butirkonvensional dengan ukuran butir maksimum 12,5 mm, dimana kinerja perkerasanyang menggunakan asbuton butir konvensioanal ini kurang memuaskan, sehinggatahun 1987 produksi Asbuton praktis terhenti. Pada awal tahun 1990 sampaisekarang diproduksi lagi asbuton butir yang mempunyai ukuran butir maksimumlebih kecil, dengan pengiriman yang dikemas dalam karung plastik tahan air, yangdigunkan untuk campuran beraspal panas maupun dingin. Tulisan ini menguraikanhasil pengkajian di laboratorium tentang karakteristik bitumen asbuton butiruntuk campuran beraspal panas, ditinjau dari fungsinya bitumen asbuton butirdalam campuran, bentuk keruntuhan benda uji campuran beraspal dengan asbutonbutir dengan alat uji Marshall, analisa gradasi agregat akibat dari penambahanasbuton butir dalam campuran dan analisa durability dengan metoda Cantabrian.Hasil percobaan dan pengkajian menunjukkan bitumen yang ada dalam asbutonbutir sangat sulit untuk memisahkan diri dari mineralnya, sehingga tidak bisamenyelimuti dan mengikat antar agregat yang ada. Dari percobaan kelarutanbitumen asbuton butir dengan minyak tanah yang dipanaskan pada 90C selama
satu jam, hanya sekitar 55% bitumennya yang larut. Dengan demikian bitumenasbuton butir tersebut tidak bisa bekerja efektif pada campuran beraspalsebagaimana halnya aspal keras.Hal ini ditunjukkan oleh bentuk keruntuhancampuran beraspal dengan asbuton butir pada pengujian stabilitas dengan alat Marshall yang terbelah menjadi dua bagian. Hal ini mempengaruhi kinerjacampuran beraspal dan perkerasan tersebut dan perlu segera diatasi diantaranyamelalui penggunaan produk asbuton ekstraksi, agar kinerja campuran beraspaldengan asbuton lebih baik serta pemanfaatan kekayaan alam berupa asbutonlebih efektif.
Kata Kunci: Asbuton butir, Campuran beraspal, Pengujian Marshall, Ekstraksi,Stabilitas
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
2/19
SUMMARY
Indonesia has imported asphalt from other countries to meet the need for road
construction and annual maintenance. Meanwhile in Buton Island, Southeast
Sulawesi Province, there is natural asphalt known as asbuton that has been
produced since 1926. Asbuton was produced in convensional granular asbutonwith maximum granular size of 12.5 mm since 1987. In that case, pavement
performance using convensional granular asbuton was unsatisfactory, its
production was practically ceased in 1987. In the early 1990 granular asbuton has
been reproduced in a smaller granular size, packed in the water proved plastic bag
it was used either in the hot or cold asphalt mixes. This paper describes the
laboratory research result on the properties of granular asbuton for hot mix in
terms of the function of granular asbuton in the mixture. The failure of asphalt mix
specimen with granular asbuton using Marshall test, the analysis of aggregate
gradation resulted from granular asbuton addition in the mixture, material loosing
by Cantabrian Method were also xamined. The experiments show that the bitumen
in granular asbuton is difficult to separate from its mineral so it cannot coat and
bind the aggregates. The solubility experiment of granular asbuton using keroseneheated 90oC for one hour, only about 55% of bitumen was dissolved. Therefore,
asbuton bitumen is functionally ineffective in asphalt mixture as petroleum
bitumen. Consequently, it influences the performance of asphalt mix and
pavements. It is proved that the bituminous mix failure using granular asbuton in
marshall test was splitted into two parts. Considering the above result, asbuton
extraction granular of asbuton should be developed and will be applied for
achieving better performance of asphalt mix and for effective utilization of
asbuton.
Key Words : granular asbuton, bituminous mixes, Marshall test, extraction,
stability
PENDAHULUAN
Pada saat saat ini Indonesiamasih melakukan impor aspalminyak dalam jumlah yang cukupbanyak pertahunnya dari beberapa
negara lain guna memenuhi
kebutuhan aspal dalammelaksanakan pembangunan sertapemeliharaan jalan. Hal inidikarenakan produksi aspal minyakyang dihasilkan dari dalam negerimasih jauh dari jumlah yang
dibutuhkan, yaitu hanya sekitar
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
3/19
600.000 ton pertahunnya atausekitar 50% dari kebutuhannasional.
Untuk memenuhi kebutuhanpembangunan dan pemeliharaan jalan tersebut, tentunya perludilakukan pemanfaatan bahan bahan lain yang tersedia di dalamnegeri, diantaranya ialahpemanfaatan aspal alam yangdikenal dengan asbuton (aspalbatu Buton) yang terdapat diprovinsi Sulawesi Tenggara.
Di luar negeri aspal alam inisejak lama telah digunakan untukkeperluan pembangunan jalan
seperti di Trinidad , di Perancisdan Italy (OFlaherty; 1988). Di
Indonesia asbuton yangmerupakan aspal alam yangterdapat di Pulau Buton, SulawesiTenggara terdapat dalam jumlahyang cukup besar. Beberapasumber mengatakan bahwa deposit Asbuton itu mencapai sekitar 200
juta ton, bahkan ada yangmemperkirakan deposit nya itusampai 600 juta ton, yang telahdiexplorasi sejak tahun 1924 dandimanfaatkan untuk konstruksiperkerasan jalan sejak tahun 1926semasa pemerintahan Belanda.
Sampai tahun 1987 asbutonbutir konvensional, yaitu berupabutiran asbuton dengan ukulanbutir maksimum 12,5 mm dandikirim dalam bentuk curah,pernah digunakan di Indonesia.
Penggunaan utamanya ialah untukcampuran beraspal dingin, dengan jenis campuran yang disebutLasbutag (Lapis asbuton agregat)dan Latasbum (Lapis tipis asbutonmurni).
Sejak Tahun 1987 penggunaanasbuton praktis terhenti, dikarenakanbanyaknya ketidak berhasilan darikonstruksi perkerasan yangmenggunakan asbuton ini.
Ketidakberhasilan ini dikarenakandiantaranya oleh produksi asbutonyang tidak seragam kualitasnya,ukuran butir yang dipandangmasih terlalu besar sehingga
menyulitkan bahan pelunak untukmeremajakan aspal yang ada
dalam asbuton, serta kadar airdalam asbuton yang masih tinggisebagai akibat pengiriman dalambentuk curah. Pada awal tahun1990-an, pengembangan danpenelitian asbuton terus dilanjutkan,guna mendapatkan produkasbuton yang bisa menghasilkancampuran beraspal panas yanglebih baik dari sebelumnya.Beberapa produk yang dihasilkanantara lain ialah asbuton halus,mikro asbuton, asbuton butir danasbuton yang diekstrak sebagian.Produk produk tersebut dikirimdalam kemasan karung plastikyang kedap air dengan kadaraspal yang lebih seragam,sehingga diharapkan kualitasasbuton ini bisa memberikan
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
4/19
campuran beraspal yang kualitasnyalebih baik dari sebelumnya.
Melihat keperluan bahan aspalserta program pembangunan jalandi Indonesia, pemanfaatan asbutonini perlu ditingkatkan terus, melauipenelitian dan pengembanganproduk asbuton maupun produkcampuran beraspal agarpenggunaan asbuton ini betulbetul effektif dan efisien.
KAJIAN PUSTAKA
Asbuton dan perkembangannya
Asbuton merupakan bahanalam yang terjadi berjuta jutatahun yang lalu. Ada beberapapendapat ahli geologi mengenaiterbentuknya Asbuton di PulauButon ini. Sebagian besar paraakhli geologi berpendapat bahwaterjadinya asbuton berawal dariadanya minyak bumi yangkemudian terdestilasi secaraalamiah karena adanya intrusi
magma. Bagian - bagian yangringan dari minyak bumi telahmenguap, residu yang berupabitumen terdesak mengisi lapisanbatuan yang ada disekitarnyamelalui patahan dan rekahan(Qomar; 1996). Sebagaimana yangkita lihat sekarang asbuton ituberupa lapisan lapisan yang terdiridari aspal dan butiran mineral
yang sudah menyatu sekali. Bilalapisan itu digali kemudian didapatbongkahan bongkahan asbuton makaasbuton itu tetap merupakankesatuan antara bitumen danbutiran butiran mineral tersebut,bahkan bila dihancurkan sampaiukuran yang kecil pun tetapbitumen dan butiran mineraltersebut masih tetap menyatu.Proporsi bitumen dan mineralpada asbuton ini berkisar sekitar15% - 30% aspal dan mineralsekitar 85% sampai 70%.
Secara umum asbuton itu bisadibedakan atas dua wilayah besar,
yaitu dari Kabungka yang ditandaidengan sifatnya yang cukup keras
dibandingkan dengan asbutonyang berasal dari Lawele yangmempounyai sifat yang lebihlunak. Perbedaan ini disebabkanoleh sifat bitumen yangdikandungnya, dimana bitumenyang ada pada deposit Kabungkamempunyai nilai penetrasi yangkeras < 10 dmm dibandingdengan aspal yang berasal dariLawele dengan nilai penetrasinyabisa mencapai 30 dmm bahkanlebih.
Asbuton yang pertama tama
dipergunakan sejak jaman Belandaialah Asbuton dari Kabungka,dikarenakan fasilitas jalan danpelabuhan yang telah tersediaserta asbuton dari daerah tersebut
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
5/19
lebih mudah dipecah dalam prosesproduksinya.
Pada waktu waktu yang lalusampai tahun 1987 an, untukcampuran beraspal denganasbuton butir konvensional ini,seperti Lasbutag dan Latasbumdigunakan bahan peremaja antaralain Minyak bakar atau Flux Oil(Departemen Pekerjaan Umum;(1),(2); 1983) yang dimaksudkanuntuk melunakkan sertameremajakan sifat sifat aspaltersebut. Namun hal ini sangatsulit dicapai, dimana peremajaberupa minyak bakar (Bunker Oil)
tidak bisa melepaskan bitumen dankemudian menjaganya agar tetap
lunak. Diperlukan waktu 254 haribagi bahan peremaja jenis minyakbakar untuk bisa mencapaibitumen asbuton dalam butiran,dan sebagai konsekwensinya tidaktercapainya campuran beraspalyang baik (Akotto, 1996). Begitu
juga kesulitan serupa disampaikanoleh Purwadi dalam laporan yangdisampaikan oleh Akoto, sehinggaPurwadi menyarankan untukdipergunakan bahan peremajayang lebih encer lagi.
Berdasarkan pengalamanpengalaman pada tahun tahunsebelumnya, pada awal tahun1990-an, pengembangan produksiasbuton berjalan kembali, dandihasilkan beberapa jenis produkasbuton yang pada dasarnya
terbagi dalam dua bagian besar.Bagian yang pertama merupakanproduk asbuton butir, tetapidengan ukuran butir yang lebihkecil dari ukuran butir asbutonkonvensional, diantaranya ialahasbuton halus, asbuton mikrodengan usuran butir maksimumnya 4,75 mm, 600 m (James;1996), dan Buton Granular Asphaltdengan ukuran butir maksimumnya2,36 mm (Departemen PekerjaanUmum(3); 2005), yang dikirimdalam kemasan plastik yang tahanair, sehingga pengaruh air bisadihindari. Dengan ukuran butir
yang lebih kecil, diharapkanbutiran asbuton akan lebih
tersebar secara merata dalamcampuran beraspal serta bahanperemaja akan lebih mudahmasuk dan melunakkan bitumenyang ada dalam asbuton dankemudian bisa meningkatkankinerja dari campuran beraspal
tersebut. Begitu juga halnyadengan pengiriman dalam kantongplastik tahan air, agar bahanperemaja sewaktu akanmelunakkan aspal yang ada padaasbuton tidak terhalangi olehlapisan air yang ada, sehinggadiharapkan bahan peremaja akanbekerja lebih efektif lagi.
Jenis yang kedua dari produkasbuton ini, ialah asbuton hasilekstraksi, dimana asbuton diprosesmelalui pemisahan antara bitumen
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
6/19
dan mineralnya, yang selanjutnyasebagian dari kandungan mineralini dibuang, sehingga tinggalasbuton yang masih mengandungmineral yang lebih sedikit dariaslinya. Produk jenis ini, yangumum dihasilkan mempunyaiperbandingan antara aspal danmineralnya sekitar 60% bitumendan 40% mineral.
Campuran Beraspal Panas.
Campuran beraspal panasmerupakan campuran antara
agregat dengan gradasi tertentuyang dipanaskan terlebih dahuludengan aspal pada kadar tertentuyang juga dipanaskan pada suhutertentu, diaduk, dihampar dandipadatkan pada suhu tertentuuntuk mendapatkan perkerasanyang baik.
Kadar aspal didapat daripercobaan Marshall, namunsebagai pendekatan bisadigunakan rumus sebagai berikut(Asphalt Institute MS No 2; 1993).
P = 0,035 a + 0,045 b + K c + F (1)
Dimana
P = Perkiraan kadar aspalterhadap campuran , persenberat terhadap campuran
a = persen agregat tertahansaringan 2,36 mm
b = persen agregat lolos saringan2,36 mm dan tertahansaringan 0,075 mm
c = persen agregat lolos saringan0,075 mm
K = 0,15 untuk agregat lolossaringan 0,075 mm antara11 15 persen.0,18 untuk agregat lolossaringan 0,075 mm antara 6 10 persen0,20 untuk agregat lolossaringan 0,075 mm kurangdari 5 persen
F = 0 2,0 persen, didasarkanpada tinggi rendahnya
penyerapan agregat. Dalamkeadaan data tidak ada bisa
dipergunakan nilai 0,7.
Umumnya aspal yangdipergunakan untuk ini ialah aspalminyak yang merupakan hasilresidu dari proses penyulinganminyak bumi. Aspal minyak iniakan menyelimuti seluruh butiranagregat serta berfungsi sebagaiperekat antar agregat sekaligus
mengisi rongga yang ada antaragregat sehingga campuran akanlebih awet. Pemanasan aspaltersebut dimaksudkan untukmemudahkan penyelimutan agregat
oleh aspal serta memudahkanpemadatan campuran beraspal dilapangan, sehingga dikenal suhupencampuran dan suhu pemadatan.Suhu pencampuran dan pemadatan
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
7/19
tergantung pada grade aspal yangdipergunakan, tetapi yang menjadipegangan ialah viskositas aspaltersebut, dimana suhu untukpencampuran ialah suhu yangmemberikan viskositas aspalantara 170 20 centistokeskinematic (cst), sedangkanviskositas untuk pemadatan antara250 30 cst. (Asphalt Institute,MS No 2; 1993)
Hal lain yang disyaratkan padaaspal ialah kelekatanya terhadapagregat, dimana tidak bolehkurang dari 95% (SpesifikasiUmum Bidang Jalan dan Jembatan
, April 2005) Kadar aspal yangsesungguhnya dari campuran
beraspal ditentukan berdasarkanmetoda Marshall denganmemasukkan faktor faktor lainseperti stabilitas, kelelehan (flow),rongga dalam campuran, ronggaterisi aspal. Agar aspal dalamcampuran bekerja efektif, maka
disyaratkan penyerapan airterhadap agregat tidak lebih dari3% (Departemen PekerjaanUmum (3);2005).
Agregat pada campuranberaspal mempunyai statu gradasitertentu, dimana gradasi inimenggambarkan pembagianukuran butir sesuai yang diinginkan,tetapi untuk kepraktisan dan
kemudahan pembagian ukuranbutir ini didasarkan padapresentase berat suatu agregatpada ukuran tertentu. Hal inisudah umum dengan catatanagregat tersebut mempunyai berat jenis yang seragam, tetapi bilaberat jenis antara fraksi agregatsatu dengan yang lainnya berbedalebih dari 0,2 maka pada gradasitersebut harus dilakukan koreksi.(Asphalt Institute; MS No 2;1993).
Pada saat ini salah satu jenisasbuton yang dipergunakan untukcampuran beraspal ialah Asbuton
butir dengan ukuran butirmaksimum 2,36 mm yang terbagi
atas tiga tipe berdasarkan nilaipenetrasi dan kandunganbitumennya, sebagaimana terlihatpada Tabel 1.
Persyaratan gradasi gabungandari agregat, mineral asbutonserta bahan pengisi (biladiperlukan) diperlihatkan padaTabel 2. (Puslitbang Jalan danJembatan; 2007). Disini berartibahwa mineral yang ada padabutiran asbuton, bisa melepaskandiri dari aspal dan bercampurdengan agregat, sebagaimanahalnya pada campuran beraspalpanas tanpa asbuton.
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
8/19
Tabel 1.Sifat sifat asbuton butir yang disyaratkan
Pada Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan
Sifat - sifat asbuton butir Tipe
5/20
Tipe
15/20
Tipe
15/25Kadar bitumen Asbuton 18 22 18 22 23 27
Ukuran butir asbuton
- Lolos saringan No 8 ( 2,36 mm) % 100 100 100
- Lolos saringan no 16 ( 1,18 mm) % Min 95 Min 95 Min 95
Kadar air % Maks 2 Maks 2 Maks 2
Penetrasi aspal asbuton pada 25 C, 100 g, 5 dtk; 0,1 mm < 10 10 18 10 18
Tabel 2.Gradasi Agregat Gabungan Asbuton Campuran Beraspal Panas
Ukuran ayakan % Berat Lolos
( mm) AC WC Asb AC BC Asb AC Base Asb
37,5 100
25 100 90 100
19 100 90 100 Maks 90
12,5 90 100 Maks 90
9,5 Maks 90
4,75
2,36 28 58 23 49 19 45
1,18
0,60
0,075 4 10 4 8 3 7
Daerah Larangan
4,75 - - 39,5
2,36 39,1 34,6 26,8 30,8
1,18 25,6 31,6 22,3 28,3 18,1 24,1
0,6 19,1 23,1 16,7 20,7 13,6 17,6
0,3 15,5 13,7 11,4
PERCOBAAN LABORATORIUM
Untuk mengetahui lebih rincidari konstribusi asbuton butiruntuk campuran beraspal panasdengan asbuton, maka dilakukanbeberapa percobaan yangmenyangkut sifat asbuton butirdan bitumennya, pelarutanasbuton butir dengan minyak
tanah, prilaku campuran lepasantara agregat dengan asbutonbutir, kinerja campuran beraspalpanas dengan seratus persenbahan pengikatnya dari bitumenasbuton butir, bentuk keruntuhancampuran beraspal denganasbuton butir, ketahanan terhadappelepasan butir dengan metodaCantabrian. Percobaan tersebut
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
9/19
dilakukan juga pada campuranberaspal panas denganmenggunakan aspal keras pen 60.
Untuk keperluan tersebut,
telah digunakan asbuton butiryang mempunyai ukuran maksimum
2,36 mm serta penetrasi 17 dmm
dan kadar bitumen 25%.
Sifat asbuton butir yang
digunakan pada percobaan ini,
sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 3.
Kinerja campuran agregatdengan asbuton butir
Untuk mengetahui pengaruhaspal dari asbuton butir terhadap
campuran agregat, dilakukanpencampuran asbuton butirdengan agregat yang mengacu
pada campuran AC wearingseperti yang ditunjukkan padaTabel 2. dimana jumlah asbutonbutir sedemikian rupa sehinggakadar aspal dalam campuransebesar 6%.Gradasi dari agregat terlihat pada
GambarTabel 3.
Sifat bitumen asbuton butir
Sifat asbuton butir Nilai Satuan
Penetrasi 17 Dmm
Kadar bitumen 25 %
Berat Jenis 1,93 -
Gambar 1. Gradasi agregat campuran
Gradasi Spesifikasi AC - Wearing
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Ukuran Saringan (mm)
ProsenLolos(
19,012,79,54,752,360,60,30,075
ProsenLolos
(%
)
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
10/19
Kadar aspal yang digunakandidasarkan pada kadar aspalperkiraan berdasarkan rumus (1)diatas, sehingga didapat kadaraspal sebesar 5,9 % yangdibulatkan menjadi 6%.
Jumlah agregat yangdigunakan pada pencampuran inisebesar 1200 gram, sehinggauntuk mencapai kadar aspalsebesar 6% yang semuanyadidapat dari bitumen asbutonbutir, maka berat asbuton butiryang ditambahkan sebesar 75.4gram.
Dari hasil pencampuran secara
panas, dimana agregat dipanaskansampai 160 C, dan kemudian
asbuton dicampurkan denganagregat panas tersebut, sambildiaduk sampai 5 menit dantemperatur dijaga pada 150C,terlihat asbuton butir tersebuttidak mencair apalagi menyelimutiagregat yang ada. Butiran -
butiran agregat setelahpengadukan masih tampak tidakterselimuti. Hal ini menunjukkanbahwa asbuton butir tidakmemberikan kontribusi terhadappelekatan dengan agregat padacampuran.
Selanjutnya campuran tersebutdibentuk menjadi gundukan kecildan dibiarkan dalam wadah yangdatar serta dipukul pukul dengansekop pengaduk agar
permukaanya rata dan tidak cepatluruh. Setelah 24 jam dibiarkanseperti itu, campuran denganasbuton butir ini digaruk sedikitsaja dengan sekop pengadukmenjadi lepas kembali karenatidak ada ikatan antara butiragregat dengan butir agregatlainnya. Begitu juga sewaktuagregat dituangkan dari wadahtadi ke tempat lainnya, campuran
tersebut dengan mudah mengalir,seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Keadaan campuranagregat dengan asbuton butir yang
tetap lepas
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
11/19
Pembuatan jenis campuran yang
sama dilakukan dengan
menggunakan aspal minyak pen
60, dimana terlihat semua agregat
terselimuti aspal dan setelahdibiarkan dalam wadah selama 24
jam, campuran tersebut
mempunyai ikatan yang kuat antar
agregatnya sehingga sewaktu
hendak dituangkan ke tempat lain,
campuran tetap ditempatnya
menjadi satu kesatuan seperti.
Hal ini diperlihatkan pada Gambar
3.
Gambar 3. Keadaan campuranagregat dengan aspal keras, yangtampak terikat
Ini menunjukkan hal yang sangat
penting, karena bitumen pada
asbuton butir tidak bisa berfungsi
sebagai pengganti fungsi aspal
minyak.
Pelarutan bitumen asbutonbutir dengan minyak tanah
Untuk melihat tingkatkemudahan atau kesulitan
pengeluaran bitumen yang adadalam butiran asbuton, dilakukanpercobaan pelarutan , dimana
asbuton butir sebanyak 500 gramyang dimasukkan dalam Bekkerglass berdiameter 10 cm,ditambah minyak tanah sehinggasemua asbuton butir terendamoleh minyak tanah tersebut danpermukaan minyak tanah setinggi
lebih kurang 5 cm dari permukaanasbuton butir. Kemudian asbutonbutir dan minyak tanah itu diadukdan dipanaskan pada temperatur90 C selama 1 ( satu ) jam, sertaselanjutnya adukan asbuton butirdan minyak tanah tersebutdituangkan ke baker glass lainyang dilengkapi dengan kertassaring, seperti terlihat padaGambar 4. Dari percobaantersebut, ternyata hanya sekitar55% bitumen yang ada dalam
asbuton larut dengan minyaktanah. Hal ini menunjukkansulitnya aspal yang ada dalamasbuton keluar dari butirantersebut walaupun sudah di
larutkan dengan cara tersebutdiatas. Hal ini menunjukkan pulabahwa aspal yang ada dalamasabuton sangat sulit dimobilisirkeluar dari butiran mineralnya.
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
12/19
Gambar 4. Pengujian kelarutan
bitumen dari asbuton butir
Koreksi gradasi sebagaipengaruh perbedaan beratjenis agregat
Dikarenakan adanya mineral
pada asbuton butir, maka selamaini asbuton butir diperhitungkanpada gradasi agregat campuran,
sehingga pengaruh adanyamineral asbuton butir ini akanmerubah bentuk gradasi agregatcampuran sebagai manadiperlihatkan pada Gambar 5.Selanjutnya dikarenakan berat jenis mineral asbuton sekitar 1,9
yang jauh lebih kecil dari nilaiberat jenis agregat padaumumnya yaitu sekitar 2,6 danmineral tidak bisa lepas dariasbuton butirnya sendiri, makagradasi campuran beraspaldengan asbuton butir mengalamiperubahan dan koreksi sebagaimana terlihat pada Gambar 6.
Gambar 5. Gradasi agregat campuran dengan anggapan mineral asbuton butirbisa terpisah dari butiran asbuton
Gradasi Spesifikasi. AC - Wearing
Dengan Adanya Mineral Asbuton
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Ukuran Saringan (mm)
ProsenLolos(
19,012,79,54,752,360,6
0,3
0,075
ProsenLolos(%
)
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
13/19
Gambar 6. Gradasi campuran agregat dengan asbuton butir.
Terlihat dari Gambar 1, Gambar 5dan Gambar 6 terlihat adanyaperubahan gradasi yang cukupberarti sekiranya mineral asbutondianggap sebagai agregat lepasdan bila asbuton butir digunakanuntuk menghitung gradasicampuran dengan memperhitungkanperbedaan berat jenisnya.
Bentuk keruntuhan campuran
beraspal dengan alat MarshallUntuk mengetahui bentuk
keruntuhan pada campuran
beraspal dengan asbuton butir,dilakukan pengujian kuat tekanatau stabilitas benda uji daricampuran beraspal denganmenggunakan metoda Marshall.Pembuatan benda uji dilakukanpada dua jenis campuran, yaitu
pertama pada campuran beraspaldengan asbuton butir dimanabahan pengikatnya seratus persendidapat dari bitumen yang adadalam asbuton butir yangditambahkan, sedemikian rupasehingga kadar aspalnya mencapai6%. Begitu juga pada campuranlainnya dilakukan hal yang serupa,dimana kadar aspalnya samadengan yang pertama yaitu 6%,
tetapi aspal yang dipergunakanialah aspal keras.
Dari percobaan tersebut,terlihat beberapa hal yangmenunjukkan perbedaan yangsangat berarti :Pertama, benda uji hasilpemadatan dengan alat pemadatMarshall pada campuran denganmenggunakan seratus persenbahan pengikat dari asbuton butir,
Gradasi Agregat Campuran Dengan Memperhitungkan
Koreksi Dari Butiran Asbuton
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Ukuran Saringan (mm)
ProsenLolos(
19,012,79,54,752,360,6
0,3
0,075
ProsenLolos(%
)
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
14/19
memperlihatkan kurangnyalekatan yang terjadi, ditandaidengan banyaknya bagian bagiancampuran tersebut yang lepas,sedangkan pada campurandengan bahan pengikat aspalminyak hal tersebut tidak terjadi,sebagai mana terlihat padaGambar 7. Hal ini sekali lagimenunjukkan tidak adanya ikatanyang baik dari bitumen yang adadalam asbuton, dikarenakanbitumennya masih terikat denganbutiranya sendiri.Kedua, setelah dilakukanpengujian kekuatan stabilitas dari
benda uji, bentuk kehancuran daribenda uji setelah mengalami
beban maksimum, benda ujisedikit menjadi agak lonjong tanpadiikuti belahnya benda uji tersebutmenjadi dua bagian. Pada bendauji dengan bahan pengikatasbuton butir, bentuk kehancuranbenda uji tersebut ialah benda ujiterpisah menjadi dua bagian,sebagaimana terlihat padaGambar 8.
Gambar 7. Lepasnya campuransetelah pemadatan Marshall
Gambar 8. Bentuk kehancuranbenda uji setelah pengujian Marshall
Ketahanan terhadappelepasan butir denganmetoda Cantabrian
Untuk melihat ketahanan dari
campuran terhadap pelepasanbutir, dilakukan pengujian denganmetoda Cantabrian, dimana bendauji dimasukkan kedalam alatpengujian abrasi untuk agregat(Loss Angeles Abrasian Machine),tetapi tidak disertai bola bolabesi. Selanjutnya mesin diputarsebanyak 500 putaran dan diamatisetiap 50 putaran, denganmencatat presentase dari berat
bagian yang lepas terhadap beratawal sebelum pengujian dilakukan.Hasil pengujian Cantabrian daribenda uji dengan menggunakanasbuton butir dan aspal minyak,memperlihatkan bagian yang lepasdari campuran dengan asbutonbutir jauh lebih tinggidibandingkan dengan campuranyang menggunakan aspal minyak,yaitu pada campuran dengan
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
15/19
asbuton mencapai 48,5%sedangkan pada campurandengan aspal minyak hanyasekitar 11 %. Hasil pengujian inidapat dilihat pada Gambar 9 danGambar 10.
Gambar 9. Bentuk benda uji sebelumdan setelah pengujian Cantanbro
Gambar 10. Pelepasan butir antaracampuran dengan asbuton butir dan
aspal keras
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pencampuran antara agregatdengan asbuton butir seperti yangdiuraikan diatas, tidakmenghasilkan permukaan agregat
yang tidak terselimuti olehbitumen yang ada dalam asbuton,hal ini menunjukkan bitumendalam asbuton tidak bisa keluardari butirannya sendiri yangmengandung mineral. Ada dua halyang menjadi perhatian darikeadaan ini, yaitu disampingbitumen yang ada pada asbutontidak bisa berfungsi sebagaimanaharusnya yaitu sebagai bahanperekat dan pelumas sewaktupemadatan, juga mineral asbutontidak bisa lepas dari butirantersebut. Hal ini terlihat jugasewaktu campuran sudah
dibiarkan 24 jam, campurandengan asbuton butir dengan
mudah lepas kembali, sedangkanyang dengan aspal minyak cukupterikat dengan baik. Begitu jugasewaktu pembuatan benda ujiMarshall, masih adanya materialpada campuran dengan asbutonbutir yang lepas dari benda ujitersebut. Hal ini juga terlihat daripercobaan kelarutan yangdilakukan dengan minyak tanahsebagai mana kami uraikan diatas,dimana hanya sekitar 55%bitumen yang larut padapercobaan tersebut, itupun setelahmengalami pemanasan danpengadukan selama 90 menit. Halini sejalan dengan apa yangdilakukan oleh Zamhari sebagaimana dilaporkan oleh Akoto,sewaktu melakukan percobaan
Pelepasan Butir Campuran Asbuton dan
Aspal Keras
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
0 100 200 300 400 500 600
Putaran
Prosen
Lepa
Asbuton
Aspal Keras
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
16/19
pelarutan. Ini menunjukkanbetapa sulitnya bitumen yang adadalam asbuton bisa keluar danmelepaskan diri dari butirannyasewaktu dicampur dengan agregatwalaupun ditambah sebagianaspal minyak pada suatucampuran beraspal. Apalagi bilapencampuran dilakukan di UnitPencampur Aspal ( Asphalt MixingPlant ; AMP) dimana waktupencampuran hanya sekitar 40detik.
Dengan demikian berdasarkan
hasil tersebut diatas, maka
perhitungan gradasi agregat
campuran dengan memperhitungkangradasi dari mineral asbuton
dirasa kurang tepat. Dikarenakan
aspal pada asbuton butir dan
mineralnya tidak bisa lepas, maka
perhitungan gradasi agregat
campuran harus dilakukan atas
gradasi asbuton butir tersebut,
dengan melakukan koreksi
terhadap gradasi yang dibuat,
dikarenakan berat jenis butiran
asbuton hanya sekitar 1,9 yang jauh lebih kecil dari berat jenis
agregat pada umumnya sekitar
2,6.
Terlihat pada percobaan ini,bahwa gradasi akan mengalamiperubahan yang berarti bilagradasi campuran didasarkan padamineral asbuton yang bisa lepasdari bitumen dan bila mineral
asbuton tidak bisa lepas daribitumennya.
Dikarenakan gradasi mengalamikoreksi yang disebabkan olehberat jenis yang berbeda, makahal ini meyebabkan pula luaspermukaan agregat termasukbutiran asbuton akan menjadilebih besar, selanjutnya inimenunjukkan ketebalan lapisanfilm aspal akan menjadi lebih tipisuntuk statu kadar aspal tertentu,dan sebagai akibatnya akanmenjadikan campuran beraspalrentang terhadap oksidasi dankeawetan.
Dari bentuk kehancuran yangterjadi pada percobaan Marshall,
terlihat campuran dengan asbutonbutir menunjukkan kurangnyaikatan antar agregat dari bitumenyang ada, yang ditunjukkan olehbelahnya benda uji menjadi duabagian.
Hasil pada percobaan
Cantabrian menunjukkan bahwacampuran dengan asbutonmempunyai ketahanan terhadapkeawetan yang lebih rendahdibandingkan campuran beraspaldengan aspal minyak. Sekali lagihal ini dikarenakan aspal padaasbuton belum bisa bekerjaseperti aspal minyak.
Berdasarkan uraian diatas,persoalan utamanya ialahbagaimana menghasilkan produkasbuton sehingga aspal dan
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
17/19
mineralnya menjadi terpisah, danaspal dari asbuton ini yangdimanfaatkan untuk campuranberaspal. Saat ini tengahdikembangkan jenis produkasbuton yang menghasilkan aspalsaja dari asbuton tersebut, dengantingkat kandungan aspalnya yanglarut > 99%, atau hanyamengandung kadar mineral yanglebih kecil dari 1% yang disebutdengan asbuton murni. Hal inisesuai dengan salah satupersyaratan aspal minyak, dimanakelarutan aspal minyak untukperkerasan jalan minimum 99%.
Selanjutnya aspal dari jenisproduksi ini disesuaikan
tingkatannya dengan kebutuhansuatau jenis perkerasan dan iklimdimana bahan tersebut akandigunakan, misalnya dicampurdengan aspal minyak denganperbandingan tertentu, mengingatsifat aspal dari asbuton inibervariasi.
Langkah kearah ini sebenarnyatelah ada yang melakukan, dimanaasbuton dilarutkan danselanjutnya sebagian mineralnyadikurangi, tetapi kandungannyamasih cukup tinggi sekitar 40%.Dari hal tersebut diatas, asbutonsebagai kekayaan alam kita sudahselayaknya dan seharusnyadimanfaatkan dengan menggunakanteknologi yang tepat. Dengandemikian bitumen yang berada
dalam campuran berasal bisabekerja secara maksimumsebagaimana harusnya dalamsuatu campuran beraspal.
Di tinjau dari pemanfaatankekayaan alam, asbuton yangmerupakan kekayaan alam yangtidak bisa diperbaharui lagi, akanmenjadi lebih efektifpemanfaatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
-Asbuton sebagai kekayaan alamIndonesia, sudah seharusnyadan selayaknya dimanfaatkanuntuk konstruksi perkerasan jalan seperti yang dilakukansaat ini, apalagi kita masihkekurangan aspal untukpembangunan dan pemeliharaanjalan.
- Bitumen dari butiran asbutonbutir sangat sulit terpisah dari
mineralnya, apalagi kalau
hanya diharapkan dari proses
pencampuran dengan aspal
minyak pada suatu campuran
beraspal.
- Dilihat dari bentuk keruntuhancampuran beraspal yangmenggunakan butiran asbuton,maka kecenderunganya seolaholah campuran menjadi getas.
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
18/19
- Bitumen yang ada dalamasbuton butir tidak dapat
dianggap sebagai substitusi
aspal minyak dalam statu
campuran beraspal.- Berat jenis yang berbeda
antara asbuton butir dan
agregat, menyebabkan gradasi
campuran akan berubah
dengan sangat berarti.
- Ketahanan campuran denganasbuton batir terhadap
pelepasan butir, lebih rendah
dari campuran dengan aspal
minyak.
- Penggunaan asbuton lenturmasih belum efektif dalamsuatu campuran beraspal,
karena aspal yang terdapat
dalam asbuton belum bisa
bekerja secara maksimum.
Saran
Perlu segera diupayakan
pemanfaatan asbuton, melalui
teknologi pengolahan ekstraksi,
sehingga aspal dari asbuton padasuatu campuran beraspal akan
bekerja efektif dan juga agar
pemanfaatan bahan asbuton
menjadi efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Furqon, 2006, HasilPemurnian Asbuton Lawele
sebagai bahan padacampuran beraspal untuk perkerasan jalan, JurnalJalan Jembatan, Volume23 No 3, November 2006.
Affandi, Furqon dan Ruswandi,
Unang, 2006, Asbuton Murni
sebagai alternatif pengganti
aspal minyak untuk
perkerasan jalan, Konferensi
Regional Teknik Jalan ke 9
(KRTJ -9) Makasar Juli 2006.
Akoto, Baffour, 1996, Some of the
factors which influence the
field ferformance of natural
asphalt, One day seminar on
asbuton technology ;
Proceeding Volume 1;
Ujung Pandang 26th
September, 1996.
Asphalt Institute Manual Series No
2, Mix Design Method for
Asphaltic Concrete and Other
Hot Mix Types; 1993.
Departemen Pekerjaan Umum (1),
1983, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Petunjuk pelaksanaanlapis asbuton agregat
(Lasbutag)No 09/PT/B/1983,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum (2),1983, Direktorat JenderalBina Marga, Petunjuk pelaksanaan lapis tipisasbuton murni (Latasbum)No 11/PT/B/1983, Jakarta.
8/3/2019 Asbuton Butir Utk Campuran Panas
19/19
Departemen Pekerjaan Umum (3),2005, Spesifikasi UmumBidang Jalan dan Jembatan,2005, Jakarta.
James, 1996, The use of Asbutonin road construction ; Oneday seminar on asbutontechnology ; Proceeding Volume 1; Ujung Pandang26th September, 1996.
OFlaherty, CA, HighwayEngineering, volume 2, ThirdEdition; 1988.
Puslitbang Jalan dan Jembatandengan Direktorat JenderalBina Marga, 2007, Modul
Traing of Trainer,Pendampingan TeknisPemanfaatan Asbuton;Formula Campuran Kerja Asbuton Campuran BeraspalPanas, Februari 2007,Jakarta.
Qomar, Samsyul, 1996,Penambangan dan pengolahan asbuton; Oneday seminar on asbutontechnology ; Proceeding Volume 1; Ujung Pandang26th September, 1996.
Recommended