View
221
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
13
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Efektifitas
Kata efektifitas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai “segala sesuatu yang dapat membawa hasil dan usaha yag dapat
mencapai tujuan”12
Menurut Zakiah Darajat, efektifitas yaitu “kegiatan berkenaan
dengan sejumlah mana sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat
terlaksana atau tercapai.”13
Selain itu efektifitas juga diartikan kecepatan sasaran sesuai dengan
rencana semula. Bila kita melaksanakan suatu program dengan tujuan yang
jelas dan terencana, kemudian setelah dilaksanakan ternyata tujuan
tersebut tercapai sesuai dengan rencana semula maka itu dikatakan efektif.
Ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan
menjadi beberapa kategori yaitu:
a. Istimewa atau maksimal apabila seluruh (100 %) bahan pelajaran yang
diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
b. Baik sekali atau optimal apabila sebagian besar (76-99 %) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 226 13 Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 40
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
14
c. Baik atau minimal apabila hanya (60-75 %) bahan pelajara dapat
dikuasai oleh siswa.
d. Kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari (60 %) yang
dikuasai oleh siswa.14
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya efektifitas adalah tercapainya tujuan suatu pembelajaran sesuai
rencana semula. Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat
efektifitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60 % dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah pemerolehan pengetahuan tentang suatu hal atau
keterampilan belajar pengalaman dan pengajaran. Sedangkan pengajaran
adalah usaha menunjukan atau membantu seseorang untuk belajar dan
bagaimana melakukan sesuatu, memberi pengetahuan dan manfaat bagi
seseorang menjadi mengerti.
Dalam proses pembelajaran, unsur belajar memegang peranan penting
sedangkan mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan
masalah belajar adalah masalah aktual yang selalu dihadapi oleh setiap
manusia
Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih
terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari
pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses
pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang
sengaja diciptakan. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah
pendidikan persekolahan, sehingga arti proses pembelajaran adalah proses
sosialis individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru,
sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa.
14 Syaiul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
121
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
15
Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batas
dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan
berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh
dari makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandegan sebagai
kholifah di muka bumi.
Ada beberapa definisi belajar dari para ahli, yaitu :
a. Skinner seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya
Educational Psychology : The Teaching-Learning Proces, berpendapat
bahwa belajar suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya,
Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan
hasil yang optimal apabila diberi penguat.15
b. Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology Of Learning and
Memory, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut.16
c. Witherington dalam bukunya Educational Psychology, mengemukakan
“Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian/suatu pengertian.17
d. Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978)
mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), cet. Ke-7, h. 90
16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …, h. 90 17 M. Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997),
cet. Ke-2, h. 84
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
16
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan/pengalaman18.
Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Ada beberapa komponen dalam pembelajaran yang satu sama lain
saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah
Pertama tujuan, merupakan komponen yang sangat penting dalam
pembelajaran dalam kurikulum tujuan yang diharapkan dapat dicapai
adalah sejumlah kompetensi yang tergambar baik dalam kompetensi dasar
maupun dalam kompetensi standar kompetensi. Kedua materi pelajaran,
materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran, guru perlu
menguasai secara detail isi materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.
Ketiga metode, keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh
komponen ini. Oleh karena itu setiap guru perlu memahami secara baik
peran dan fungsi metode dan strategi dalm pelaksanaan pembelajaran.
Keempat media atau strategi pembelajaran, dalam kemajuan teknologi
seperti sekarang ini memungkinkan siswa belajar dari mana saja dan kapan
saja dengan memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Oleh karena itu peran
guru bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai
pengelola sumber belajar diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin
meningkat. Kelima evaluasi, evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat
keberhasilan siswa, akan tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi
guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi
kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen
pembelajaran.19
Teori belajar Pendidikan Agama Islam tidak hanya berkenaan dengan
kecerdasan otak, tetapi juga menyangkut nilai-nilai agama yang titik
18 M.Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan ..., h. 84 19 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), cet. ke-2, h. 59
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
17
beratnya terletak kepada internalisasi nilai iman, islam, ihsan dan pribadi
manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas melalui kognitif,
psikomotorik dan afektif baik didalam maupun diluar kelas. sehingga
mereka mampu mengamalkan syariat islam secara benar
Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan
memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang
optimal untuk hasil belajar yang diinginkan. Menurut sadiman bahwa
pembelajaran lebih umum dari pada pengajaran. Ia mengatakan,
pembelajaran bisa berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang
kelas, sementara pengajaran terjadi jika guru dan murid sama-sama berada
didalam kelas.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah upaya yang dilakukan seseorang kepada
orang lain untuk perubahan yang tidak hanya berkenaan dengan
kecerdasan otak, tetapi juga menyangkut nilai-nilai agama yang titik
beratnya terletak kepada internalisasi nilai iman, islam, ihsan dan pribadi
manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas melalui kognitif,
psikomotorik dan afektif baik didalam maupun diluar kelas. sehingga
mereka mampu mengamalkan syariat islam secara benar
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang terjadi
sebagai akibat dari adanya pendekatan pembelajaran yang bersifat kelompok.
Pendekatan ini merupakan konsekuensi logis dari penerapan paradigma baru
dalam pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses belajar
mengajar bersumber pada teori tabula rasa John Locke. Locke mengatakan
bahwa pikiran seseorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap
menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ibarat
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
18
botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan
kebijaksanaan sang maha guru.20
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik tidak
bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Oleh karena itu pendidik
dituntut untuk selalu mengadakan perubahan. Pembelajaran yang bernaung
dalam teori konstruktivis adalah kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan pada faham konstruktivis, dimana dalam hal pembelajaran ini
diharapkan dapat membangun interaksi siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar.21Pembelajaran konstruktivis menurut Suparno adalah pengetahuan
merupakan kontruksi (bentukan) dari orang yang mengetahui sesuatu itu
sendiri, konstruktivisme menekankan peran aktif siswa karena pengetahuan
atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan hanya sekedar
diterima secara pasif dari guru.22Teori ini berkembang dari kerja Piaget,
Vygotsky, teri-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang
lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).23
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pembelajaran yang
sengaja diciptakan untuk mencapai pembelajaran yang maksimal di dalam
ruang kelas. Model ini diteliti sekitar pada tahun 1970-an. Pada waktu itu,
empat kelompok peneliti independen mulai mengembangkan dan meneliti
teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak
peneliti di seluruh dunia yang mempelajari aplikasi praktis dari prinsip-prinsip
cooperative learning, dan akibatnya sudah banyak pula teknik-teknik
cooperative learning baru yang ditemukan.24
20 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kela, …, h. 2 21 Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2010), cet. ke-3, h. 11-12 22 Paul Suparno, Filsapat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, ( Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1997 ), h. 5 23 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 13 24 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2008), cet ke-3, h. 9
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
19
Landasan teori yang melandasi dan mendukung pembelajaran kooperatif ada
dua, diantaranya yaitu:
a. Teori motivasi
Dalam pembelajaran kooperatif, ikatan kerja sama dalam suatu kelompok
mengandung daya motivasional yang kuat, masing-masing anggota
kelompok saling melibatkan diri untuk mencapai sasaran, karena mereka
yakin bahwa tujuan belajar hanya dapat dicapai berkat kerjasama. Motivasi
dibedakan atas dua bentuk. Pertama motivasi intrinsic yaitu motivasi yang
timbul dari dalam diri sendiri yang tidak perlu dirangsang dari luar. Kedua
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul karena ada perangsang dari
luar.25
b. Teori kognitif.
Teori kognitif menekankan pada efek kerja sama tersebut pada diri masing
masing siswa. Ada dua kategori utama yang merupakan bagian dari kategori
teori kognitif yaitu: Pertama teori perkembangan, Damon dan Murray
berpendapat mengenai asumsi dasar teori perkembangan yaitu bahwa
“interaksi antar siswa terhadap tugas-tugas yang tepat atau sesuai dengan
tingkat pengetahuan siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep-konsep
penting. Sedangkan Vygotsky mendefinisikan suatu teori perkembangan
yang dikenal dengan Zone of Proximal Development (ZPD) memberikan
pandangan bahwa “aktivitas kolaborasi dapat meningkatkan suatu
pertumbuhan”.26 Maksudnya apabila siswa dalam tingkat usia yang sama
melakukan kolaborasi yaitu menyelesaikan permasalahan yang taraf
kesulitannya masih berada dalam ZPD mereka, hasilnya akan lebih baik dan
menguntungkan dibandingkan dengan mereka yang bekerja sendiri-sendiri.
Kedua teori elaborasi kognitif, Wittrock mengungkapkan bahwa “di dalam
psikologi kognitif telah ditemukan bahwa jika informasi yang telah
tersimpan dalam ingatan dan selanjutnya dihubungkan dengan informasi
yang baru, maka siswa harus melakukan penstrukturan kembali kognitifnya.
25 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 90 26 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 17-18
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
20
Ketika siswa melakukan kembali pengetahuannya tersebut dengan
pengetahuan yang telah ada sehingga siswa tersebut akan memperoleh
pemahaman yang lebih baik.27
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial
dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif.
Pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah salah satu metode
pengajaran di mana siswa bekerja didalam kelompok-kelompok kecil sehingga
mereka saling membantu antara satu dengan lainnya dalam mempelajari satu
pokok bahasan. 28
Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Tidak dikatakan Pembelajaran kooperatif jika para siswa
duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan
masalah sendiri-sendiri. Bukanlah Pembelajaran kooperatif jika para siswa
duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah
seorang diantaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang
berinteraksi antara sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau
membahas masalah atau tugas.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
27 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 17-18 28
Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 7
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
21
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum seslesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
(Lungdren, 1994).
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”.
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik
lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama.
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.29
Spelialisasi tugas anggota kelompok mendukung penuh adanya akuntabilitas
individu agar setiap siswa dapat memberikan konstribusi kepada kelompok.
Dalam hal ini setiap siswa bertanggung jawab untuk suatu bagian yang terpisah
dari tugas teman-temannya didalam suatu kelompok. Tugas kelompok menjadi
benar-benar tergantung pada tugas individu.30 Selain itu dengan memberikan
tugas-tugas yang berbeda-beda dapat membantu menghindari adanya
perbandingan antara tugas individu didalam suatu kelompok.
29 http:/www.damandiri.or.id./detail.php?id=238 24090, 11:17 30 Slavin, Cooperative Learning …, h. 111
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
22
Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif ini
mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan model lainnya. Arends (1997:111)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1). Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajar.
2). Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3). Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis, kelamin yang beragam.
4). Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.31
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih
menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Adapun karakteristik
dari pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Pembelajaran secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Seluruh anggota tim (anggota
kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim itu
sendiri.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok,
yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
kontrol. Demikan juga pada pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, melalui langkah- langkah pembelajaran yang sudah
ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama.
Fungsi organisasi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif adalah
31 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 47
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
23
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur
tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
3) Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses
pembelajaran kooperatif.
4) Keterampilan bekerja sama
Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan
demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain.32
Ada beberapa hak yang dipenuhi dalam Pembelajaran kooperatif agar lebih
menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :
Pertama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa
bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama
yang harus dicapai. Kedua, para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok
harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah
kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi
tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga, untuk
mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok
itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang
dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok
harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung
pada keberhasilan kelompoknya. 33
Beberapa manfaat proses Pembelajaran kooperatif, menurut Anita Lie
yaitu; siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja dengan siswa
32Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 242-
244 33 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: FMIPA
UPI, 2003, h.260
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
24
lain, mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan,
mengurangi kecemasan siswa, meningkatkan partisipasi dalam proses
pembelajaran, motivasi, harga diri, sikap positif, dan prestasi belajar siswa.
Walaupun pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan, akan
tetapi apabila tidak dikonstruksikan dengan baik akan menimbulkan kelemahan
yaitu efek Free rider. Efek Free rider adalah suatu kondisi dimana beberapa
anggota kelompok yang mengerjakan semua atau sebagian pekerjaan dalam
pembelajaran sedangkan yang lain tidak melakukan aktivitas.34 Dengan kata
lain, aktivitas belajar hanya dilakukan oleh sebagian anggota kelompok saja.
Pembelajaran kooperatif sangat perlu diterapkan dalam proses belajar
mengajar disekolah. Berikut ini diberikan beberapa hasil penelitian yang
menunjukan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar
yang rendah, antara lain (Linda Lundgren, 1994; Nur, dkk, 1997) seperti
berikut ini :
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
c. Memperbaiki sikap
d. Memperbaiki kehadiran
e. Angka putus sekolah menjadi lebih rendah
f. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
g. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
h. Konflik antar pribadi berkurang
i. Sikap apatis berkurang
j. Pemahaman yang lebih mendalam
k. Motivasi lebih besar
l. Hasil belajar lebih tinggi
m. Retensi lebih lama
n. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi35
34 Slavin, Cooperative Learning …, h. 19
35 Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri Surabaya, 2000, h. 18-19
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
25
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah belajar dimana siswanya saling bekerja sama satu dengan
yang lainnya dalam memahami dan mengerjakan tugas-tugas belajar.
4. Metode Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian NHT
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak model, diantaranya STAD
(Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournamen),
TAI (Teams Accelerated Intruction), TPS (Think Pair Share), NHT,
Learning Together, d a n Numbered Heads Together (NHT).36Masing-
masing metode belajar ini memiliki prosedur yang berbeda, tetapi tetap
menggunakan kelompok dalam proses pembelajaran dan bukan secara
klasikal.
Metode belajar mengajar Numbered Heads together (NHT) atau
penomoran berpikir bersama dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-
ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, metode ini
juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.37
Menurut Erman Suherman metode Numbered Heads together (NHT)
adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks:
pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor
tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama
tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok
dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga
36 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), h. 49 37 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kela, …, h. 59
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
26
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap
siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.38
Menurut Jean, “Numbered Heads Together is a simple four-step
structure. Istmain strengths are in building mastery and in reviewing
previously learned information. Teknik kepala bernomor diartikan juga
sebagai “A team of four is established. Each member is given numbers of
1, 2, 3, 4. Questions are asked of the work. Groups work together to
answer the question so that all can verbally answer the question. Teacher
calls out of number (two) is asked to give the answer.39
Pembelajaran kooperatif metode NHT ini merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Dari berbagai metode dalam pembelajaran kooperatif, penerapan
metode NHT lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi belajar yang
dinamis. Siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam hal
bersosialisasi, belajar mandiri serta bekerja sama. NHT dalam
Pembelajaran kooperatif memiliki pemikiran dasar yakni memberi
kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mewujudkan sosialisasi
yang berkesinambungan dan yang terpenting terjadinya proses belajar
dimana siswa mengajar serta diajar oleh sesama siswa.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode NHT
Terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam metode ini yaitu:40
Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode NHT
No Langkah-Langkah Kegiatan
1 Penomoran Guru membagi siswa menjadi beberapa
38 Erman Suherman , Srategi Pembelajaran Matematika Kontemporer , (Bandung :
FMIPA UPI, 2003) 39 Joan Garfield, Teaching Statisics; in heading the call for change, Suggestions for
Curricular Action, (Jurnal Statistics Educations; Teaching Statistics Using Small-Group Cooperative Learning, Vol.1/1993, university of Minnesota. Tersedia: http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learning.htm), (03 Februari 2010).
40 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 63
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
27
(Numbered) kelompok atau tim yang beranggotakan
3 hingga 5 orang dan memberi mereka
nomor sehingga tiap siswa dalam
kelompok tersebut memiliki nomor.
2 Pengajuan Penyataan
(Questioning)
Guru mengajukan suatu pertanyaan
kepada para siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi, dari yang sifatya spesifik
hingga yang bersifat umum contoh
pertanyaan yang bersifat spesifik adalah
: “Sebutkan huruf-huruf yang termasuk
hukum bacaan idzhar”; sedangkan
contoh pertanyaan yang bersifat umum
adalah :”mengapa kita harus
mempelajari hukum bacaan nun mati
dan tanwin
3 Berpikir Bersama
(Headss Together)
Para siswa berpikir bersama untuk
mengembangkan dan meyakinkan
bahwa setiap siswa mengetahui jawaban
tersebut.
4 Pemberian Jawaban
(Answering)
Guru menyebut satu nomor dan para
siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh
kelas
c. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran dengan metode NHT
Kelebihan-kelebihan pembelajaran dengan metode NHT adalah:
1. Memberikan motivasi, yaitu mendorong siswa untuk beraktivitas dalam
kegiatan belajarnya. Dengan demikian siswa akan termotivasi dengan
hal-hal yang baru dalam proses pembelajaran.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
28
2. Menambah rasa percaya diri, karena dalam pembelajaran NHT ada
metode pemanggilan nomor, dan siswa yang terpanggil nomornya akan
menjawab pertanyaan hasil diskusi, sehingga dalam diri siswa timbul
rasa percaya diri.
3. Siswa aktif, dengan metode NHT akan menambah keaktifan siswa
dalam belajar, karena setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberi
dan menukar pendapat.
Adapun kekurangan pembelajaran dengan metode NHT adalah :
1. Efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT
memerlukan waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi
yang diajarkan.
2. Membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya
membuat siswa percaya diri, namun dapat membuat siswa grogi atau
panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang terpanggil nomornya untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
3. Membuat repot guru, teknk NHT merupakan metode belajar diskusi
kelmpok yang menggunakan nomor, sehingga sebelum pembelajaran
dimulai guru harus menyediakan nomor.
5. Pengertian Metode Ekspositori
Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan
pelajar). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang.
Karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal pelajaran,
menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang
diperlukan saja. Siswa tidak mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga
membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Pada metode
ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. Siswa
mengajarkan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan
mengajarkannya barsama dengan temannya, atau disuruh membuatnya
dipapan tulis.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
29
Melihat perbedaan-perbedaan diatas, cara mengerjakannya
Pendidikan Agama Islam yang pada umumnya digunakan pada guru lebih
tepat dikatakan sebagai metode ekspositori dari pada ceramah. Mengajar
Pendidikan Agama Islam dengan metode ceramah menurut penjelasan di
atas sebenarnya adalah metode ekspositori, sebab guru juga memberikan
pula soal-soal latihan untuk diajarkan siswa di kelas.
Menurut Djmarah dan Zein, pada pengajaran ekspositori, guru
menyajikan pelajaran dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapih,
sistematis dan lengkap sehingga siswa menyimak dan mencernanya saja
secara tertib dan tertur.
Ciri umum metode ini adalah definisi dan teorema disajikan oleh
pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar dan kemudian latihan sosial.
Secara garis besar, prosedur pelaksaan metode ini adalah sebagai berikut;
preparasi, apersepsi, dan resitasi. 41 prosedur pelaksanaannya kurang
mekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental
siswa, sehingga banyak orang beranggapan bahwa metode ekspositori
mengahasilkan belajar menghapal dan kurang efektif belajar bermakna.
Jadi metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar biasa
(tradisional) sehingga dipakai pada pelajaran Pendidikan Agama Islam,
namun didalam metode ekspositori dominasi guru berkurang, guru tidak
terus berbicara, guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang
diperlukan saja.
6. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Nana Sudjana, didefinisikan sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar.42 Pengalaman ini dapat di peroleh dari suatu kegiatan
penyampaian pengetahuan atau pengalaman yang disebut mengajar.
41 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar …, h. 23 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: P.T. Rosdakarya,
1992 ), h. 22
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
30
Jelaslah bahwa belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi serta dapat menentukan hasil belajar.
Pengajaran akan berhasil bila meteri pelajaran dapat diterima oleh siswa,
dan hasil belajar berkait dengan proses belajar mengajar, jika proses
belajar mengajar sudah dapat dioptimalkan sesuai dengan teorinya maka
hasil belajar diharapkan akan meningkat. Teori dan prinsip-perinsip belajar
yang disukai guru dapat membantu mereka untuk mentukan strategi dan
menciptakan kondisi yang dapat mendukung siswa untuk memperbaiki
prestasi belajarnya.
Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar itu sendiri, berupa faktor internal, misalnya kematangan atau
pertumbuhan, kemapuan belajar yang merupakan kombinasi dari
kemampuan taraf intelegensi, bakat, taraf pengetahuan awal yang dimiliki,
taraf kemampuan berbahasa, taraf organisasi kognitif dan kehendak
sedangkan faktor eksternal yang turut mempengaruhi hasil belajar antara
lain, keadaan keluarga dan lingkungan, keadaan bahan yang dipelajari dan
faktor- faktor yang berhubungan dengan cara belajar.
Setelah siswa mengikuti proses pembelajaran maka akan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan atau
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak
dalam prestasi yang dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan atau
persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. 43
7. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah :"Upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia,
43 W. S. Winkel S. J. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, ( Jakarta: Gramedia,
1996 ), h. 102
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
31
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-
Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman.44"
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah
usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam
(knowing), terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam (doing),
dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (being).
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan pesrta didik agar memahami ajaran islam serta mengamalkan
ajaran islam dengan benar sesuai dengan Al-Quran dan Hadits agar kelak
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Di dalam GBHN tujuan umum dari pendidikan agama dikatakan
bahwa “tujuan pengajaran agama yaitu membina manusia beragama
berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan
baik dan sempurna, sehingga tercermin dalam segala sikap dan tindakan
keseluruhan hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan
di dunia dan akhirat”.
Menurut Zakiah Darajat, tujuan Pendidikan Agama Islam secara
garis besarnya adalah untuk membina murid menjadi hamba Allah yang
shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perkataan, perbuatan dan
perasaannya.
Dalam sistem operasional kelembagaan pendidikan, tujuan
pendidikan ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program
intruksional. Bila dilihat dari pendekatan sistem intruksional tertentu,
maka tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan
44 islamblogku.blogspot.com/.../pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html –,
pukul 09.45, 31 maret 2010
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
32
membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya,
taat beribadah dan berakhlak terpuji.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran
Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan
ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat
dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah
keberagamaan, yaitu menjadi seorang muslim dengan intensitas
keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang
kuat.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam sangat luas, karena ajaran
islam memuat ajaran tentang tata hidup manusia di dunia dan di akhirat
dan berisi pedoman manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini
dan untuk menyiapkan kehidupan sejahtera di akhirat nanti.
Dalam buku ilmu pendidikan islam, H.M. Arifin mengatakan bahawa
rung lingkup Pendidikan Agama Islam itu mencakup: “segala bidang
kehidupan manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya
sebagai tempat menanam benih amaliah yang buahnya akan dipetik
diakhirat nanti, maka pembentukan nilai dan sikap amaliyah islamiyah
dalam pribadi manusia baru akan tercapai dengan efektif bilaman
dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah
ilmu pengetahuan kependidikan.”45
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diberikan di sekolah umum maupun di madrasah meliputi:
a. Keimanan
Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman yang
enam, yakni percaya kepada Allah SWT, percaya kepada Rasul,
45 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 1991), h. 13
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
33
Malaikat, percaya kepada kitab-kitab suci, Hari Kiamat, percaya
kepada Qadha’ dan Qadar.46
b. Ibadah
Mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan
Allah. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam
ibadah secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan
haji. Sedangkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan
lainnya diatur dalam muamalat secara luas.
c. Al-Quran
Isi pengajaran Al-Quran diantaranya adalah pengenalan huruf
hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan
tanda berhenti dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-
Quran lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak
latihan dan pembiasaan.
d. Akhlak
Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan
kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari
e. Sejarah (tarikh)
Ruang lingkup sejarah yakni sejarah yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan umat islam, seperti peperangan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw melawan orang kafir,
pemerintahan pada zaman Nabi Saw dan para sahabat serta riwayat
hidup Nabi Muhmmad Saw.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pendahuluan dan landasan teori yang telah diuraikan
sebelumnya, bahwa efektifitas pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting untuk mencapai sebuah tujuan belajar. Siswa belajar haruslah terlibat
46 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
34
aktif dan mengkonstruksikan ide- idenya sendiri yang selanjutnya dibimbing
atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran dilakukan dengan masalah-masalah
kontekstual terlebih dahulu atau masalah-masalah yang mereka alami dalam
kehidupan sehari-hari supaya siswa mudah memahami dan mengingat
pelajaran.
Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari pendidikan nasional,
tujuan utamanya ialah membina dan mewarnai kehidupan anak didik dengan
nilai-nilai agama dan mengajarkan ilmu agama islam, sehingga mereka
mampu mengamalkan syariat islam dengan benar.
Upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam perlu diperhatikan Sehingga proses pembelajaran
yang dilakukan harus diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk dapat
berpikir kreatif, mengadakan analisis, membentuk sikap positif, memecahkan
masalah, merangsang dan memungkinkan bagi sis w a u n t u k
mengorganisasikan belajarnya sendiri, berfikir secara mandiri serta bekerja
secara kooperatif untuk mengembangkan kemampuan abstraksi siswa juga
kemampuannya lainnya, sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami
konsep-konsep Pendidikan Agama Islam secara benar dan utuh serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan
berbagai kemampuan siswa. Hal ini dapat dibantu dengan Peer Learning
yakni proses belajar bersama dengan temannya sebaya dan guru berperan
sebagai fasilitator sekaligus moderator dan pembimbing, melalui pembelajaran
kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pikirannya tanpa dihambat, mengembangkan bersama dengan
teman-temannya dapat saling belajar berkelanjutan, saling bekerja sama dalam
proses pembelajaran.
Melalui Pembelajaran kooperatif metode NHT siswa diberi kesempatan
bukan hanya sekedar belajar tetapi saling mengajarkan satu sama lain
sehingga diharapkan siswa mampu hanya berfikir sendiri dan
mempertanggungjawabkannya, namun juga saling berbagi dalam proses
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
35
transfer pengetahuan, selanjutnya melalui proses kebersamaan tersebut akan
melatih siswa mengembangkan kepekaan sosialnya tanpa menghambat
kemajuan dirinya sendiri karena siswa mempunyai lebih banyak kesempatan
untuk menghargai perbedaan, meningkatkan partisifasi, motivasi, sikap
positif, mengurangi kecemasan sehingga pada akhirnya keefektifan proses
belajar mengajar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan paparan di
atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif metode NHT mampu
meningkatkan efektifitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
C. Hipotesis
Dari kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar Pendidikan
Agama Islam yang pembelajarannya digunakan pembelajaran
kooperatif dengan metode NHT lebih efektif dari pada hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa yang pembelajarannya digunakan
metode ekspositori.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP Islam Al-Fajar Kedaung
Pamulang. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester kedua, dari
tanggal 12 April – 29 Mei 2010.
B. Populasi dan Sampel
Suharismi Arikuanto mendefinisikan populasi adalah keseluruan subjek
penelitian.47 Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang yang telah terdaftar pada tahun ajaran
2009/2010 yang berjumlah 104 siswa yang berlokasi di Jl. Aria Putra No. 102
Kedaung Pamulang.
Sampel adalah bagian terkecil dari suatu populasi yang mewakili secara
representatif. Jumlah sampel diambil dari populasi terjangkau dan
pengambilan sampel diambil 4 kelas yang ada. Dari empat kelas tersebut
diundi kelas yang mana yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sehingga didapat kelas VII C dengan jumlah sebanyak 31 siswa
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D dengan jumlah sebanyak 33 siswa
sebagai kelas kontrol.
47 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta,1997), h. 115
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
37
Tabel 1
Populasi dan Sampel
No. Kelas Jumlah Siswa Sampel
1 VII C 31 30
2 VII D 33 30
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) yang dilakukan terhadap kelompok-
kelompok yang heterogen, dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi
dua kelompok pengamatan. Kelompok pertama adalah kelompok dengan
perlakuan metode pembelajaran kooperatif metode NHT dan kelompok
kedua dengan metode ekspositori. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 4 kali
pertemuan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian sebagai berikut:
Tabel 2
Rancangan Penelitian
Kelompok Perlakuan Tes
( R ) e Xe T
( R ) k Xk T
Keterangan :
e : Kelompok eksperimen
k : Kelompok kontrol
Xe : Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen
Xk : Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol
T : Tes yang sama pada kedua kelompok
D. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut ditempuh
dengan beberapa teknik yakni berupa:
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
38
1. Angket (kuesioner)
Angket dipergunakan untuk memperoleh data secara langsung kepada
subjek penelitian, yaitu siswa-siswi SMP Islam Al-Fajar. Dalam angket ini
berisikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan efektifitas penggunaan
metode NHT dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dilakukan oleh guru yang bersangkutan, yang diisi oleh siswa swcara
langsung.
Adapun bentuk angket ini. . Format respon yang diberikan merujuk pada
“Skala Likert Modifikasi”. Skala model ini mempunyai 4 (empat) alternatif
pilihan jawaban. Tiap-tiap item diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih
dari jenis pernyataan positif dan negatif.
Dari setiap jawaban untuk pertanyaan yang jawabannya bersifat positif,
penulis berikan bobot nilai, yaitu jika jawaban pilihannya “sangat setuju”
maka diberi bobot nilai 4, jika jawaban pilihannya “setuju” maka diberi bobot
nilai 3, jika jawaban pilihannya “tidak setuju” maka diberi bobot nilai 2, jika
jawaban pilihannya “sangat tidak setuju” maka diberi bobot nilai 1. Dan
untuk jawaban dari pertanyaan yang jawabannya bersifat negatif, maka untuk
jawaban pilihan “sangat setuju” maka diberi bobot nilai 1, jika jawaban
pilihannya “setuju” maka diberi bobot nilai 2, jika jawaban pilihannya “tidak
setuju” maka diberi bobot nilai 3, jika jawaban pilihannya “sangat tidak
setuju” maka diberi bobot nilai 4.
Tabel 3
Kisi-kisi instrumen tentang efektifitas belajar
Variabel Indikator No. Item Pertanyaan
Jumlah Positif Negatif
Efektifitas
Belajar
a. Metode pembelajaran
b. Pengelolaan kelas yang
kondusif
c. Sumber belajar
d. Mempergunakan umpan
2, 15
4, 14, 26
6, 13
5, 23, 28
8
17
9, 18
19, 27
3
4
4
5
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
39
balik untuk menentukan
tindakan yang lebih efektif
e. Komunikasi dan interaksi
f. Evaluasi
g. Memiliki tanggung jawab
yang besar
h. Hasil belajar
7, 12
25
1, 16, 22
3, 11, 30
20
-
10, 29
21, 24
3
1
5
5
Jumlah 19 11 30
Sebelum skala tersebut diberikan kepada responden, dilakukan dulu uji coba
kepada siswa kelas VII. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah
instrumen-instrumen tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.
a. Pengujian Validitas
Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah uji
validitas butir. Pengukuran validitas instrumen ini dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson sebagai berikut48 :
})(}{)({
))((2222 YYNXXN
YXXYNrxy
S-SS-S
SS-S=
Keterangan :
rxy = korelasi antara variabel X dan Y
X = Jumlah skor tiap-tiap butir
Y = Jumlah skor tiap-tiap siswa
X 2 = Jumlah skor tiap-tiap butir yang dikuadratkan
X 2 = Jumlah skor tiap-tiap siswa yang dikuadratkan
N = Jumlah Siswa
b. Pengujian Reliabilitas
Setelah dilakukan standarisasi nilai instrumen kemudian dilakukan
pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha dari Cronbach49.
48 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2002), h. 175
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
40
2
22
.1 St
SiSt
m
mr
S-
-=
Keterangan :
r = koefisien reliabilitas instrumen
m = banyak butir pernyataan instrumen yang valid
St2 = varians skor seluruh pernyataan tiap siswa
åSi2 = Jumlah varians skor seluruh tes tiap item
2. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan
pencatatan secara sistematik untuk mengumpulkan data tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Observasi dilakukan dengan
mengamati pembelajaran kooperatif metode NHT selama proses
pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan yaitu uji Liliefors dengan taraf signifikan α = 0,0550.
L = maks )()( ii ZSZF -
Dimana : s
xxi
iZ
-
-= , )()( ii ZZPZF £= dan
n
i
ZS
n
ii
å== 1)(
Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut :
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
49 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Remaja,
1984), h. 138 50 Sudjana , Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2002), h. 466
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
41
Kriteria pengujiannya adalah :
Terima H0 jika L0 < Ltabel
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas untuk melihat kehomogenan populasi. Untuk uji
homogenitas dilakukan uji Fisher, yaitu51 :
2
2
2
1
S
SF = Dimana,
)1(
)( 22
2
-
-=
å ånn
xxnS ii
Keterangan :
F = Homogenitas
S12 = Varians terbesar atau data pertama
S22 = Varians terkecil atau data kedua
Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas ini adalah :
H0 diterima jika Fh < Ft
H0 ditolak jika Fh > Ft
H0 = data yang memiliki varians homogen
2. Uji Hipotesis
KE
g
KE
hit
n
1
n
1S
XXt
+
-= dimana ,
)2nn(
S)1n(S)1n(S
KE
2
KK
2
EE
g-+
-+-=
Keterangan :
EX = rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang diajar
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif metode
NHT
KX = rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang diajar
dengan menggunakan metode ekspositori
nE = jumlah sampel pada kelompok eksperimen
nK = jumlah sampel pada kelompok kontrol
2
ES = varians kelompok eksperimen
51 Sudjana, Metoda Statistika …, h. 250
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
42
2
KS = varians kelompok kontrol52
Kriteria pengujian dengan derajat kebebasan )2nn( KE -+ dengan
taraf signifikan 05,0=a sebagai berikut:
H0 diterima jika t hit < t tabel
Ha ditolak jika t hit > t tabel
F. Hipotesis Statistik
H0 : µ 1 = µ 1
H1 : µ 1 > µ 2
µ 1 : rata-rata hasil belajar pendidikan agama islam yang menggunakan
pembelajaran kooperatif metode NHT
µ 2 : rata-rata hasil belajar pendidikan agama islam yang menggunakan
pembelajaran kooperatif metode ekspositori
52 Sudjana, Metoda Statistika …, h. 239
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
46
yang ada, maka guru memanggil secara acak nomor dari kelompok tersebut,
semua nomor yang dipanggil dari seluruh kelompok secara bergantian maju
untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka bersama kelompoknya. Tiap
satu kali presentasi siswa selesai terjadi tanya jawab antara siswa yang
presentasi dengan siswa-siswa yang lainnya terkait dengan permasalahan
yang timbul atas jawaban siswa yang melakukan presentasi tersebut. Begitu
pula pada soal-soal selanjutnya sampai selesai.
Masing-masing kelompok bekerja sama sehingga pada akhirnya setiap
siswa dapat menguasai pokok bahasan secara utuh untuk menyelesaikan tugas
individu ataupun kelompok yang diberikan oleh guru.
Akan tetapi pada pertemuan pertama siswa masih belum terbiasa dengan
model pembelajaran NHT sehingga banyak siswa yang canggung saat diskusi
berlangsung, siswa masih malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan
dari rekannya sendiri saat diskusi berlangsung, siswa masih ragu-ragu untuk
menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.
4). Memantau berlangsungnya kerja kelompok kecil
Guru memantau kerja setiap kelompok yang telah dibentuk untuk
mengetahui bahwasannya kegiatan diskusi dan tanya jawab berlangsung
dengan lancar, dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada siswa
dengan sepuas-puasnya untuk memperoleh pengalaman belajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
5). Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis atau tes lisan
secara acak, penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil.
Guru memberikan soal tes yang harus diselesaikan oleh kelompok untuk
menilai proses, juga tes kepada siswa (dengan tes formatif setiap pokok
bahasan) untuk mengetahui apakah siswa telah benar-benar menguasai pokok
bahasan hukum bacaan nun mati atau tanwin dan mim mati.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup atau kegiatan akhir dari pembelajaran merupakan tindak
lanjut dari kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti, yang harus direncanakan
dan dilaksanakan secara efektif oleh seorang guru. Kegitan akhir dalam
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
47
pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup
pelajaran, akan tetapi sebagai kegiatan untuk mengevaluasi atau memberikan
penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Tujuan pembelajaran dikatakan
berhasil apabila seluruh indikator dapat tercapai, siswa dapat memahami
materi yang diajarkan. Pada kegiatan penutup terdapat langkah- langkah yang
harus dilaksanakan, diantaranya:
a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada
hal-hal yang kurang jelas.
b. Guru-Siswa memberikan tanggapan dari kesimpulan materi yang
didiskusikan oleh siswa.
c. Guru melakukan evaluasi.
d. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari kembali
materi yang telah mereka diskusikan
e. Ditutup dengan hamdalah oleh guru dan siswa.
Dari seluruh kegiatan yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan
bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan metode NHT, pada
penerapannya sudah berjalan dengan efektif dan berhasil, akan tetapi penulis
merasa kesulitan pada pertemuan pertama, bisa dikatakan belum berhasil, hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Guru belum mampu membimbing siswa secara merata pada saat diskusi
berlangsung sehingga terdapat kelompok yang merasa terabaikan.
2. Guru belum bisa mengatur waktu sehingga proses pembelajaran belum
efisien.
3. Siswa belum terbiasa akan metode pembelajaran NHT sehingga siswa
masih bingung dalam proses pembelajaran.
4. Siswa masih belum berani mengutarakan pendapat mereka pada saat
diskusi berlangsung
5. Siswa masih merasa malu untuk tampil presentasi di depan kelas.
6. Siswa masih belum berani bertanya, mengemukakan sanggahan terhadap
teman dalam mempresentasikan hasil diskusinya.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui uji t diperoleh
nilai x Eksperimen = 70,70 dan nilai x Kontrol = 59,80 untuk α = 0,05 yaitu bahwa
kesimpulannya hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII SMP
I s l am Al -Fajar Kedaung Pamulang yang proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan kooperatif metode NHT lebih efektif dibandingkan
siswa yang proses pembelajarannya dengan menggunakan metode ekspositori.
Berdasarkan data yang telah penulis analisis diatas maka penulis menarik
kesimpulan yaitu :
1. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode ekspositori didapat rata-rata
skor hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kurang ( x ) = 59,80 dari
pada rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang
menggunakan pembelajaran model koopreatif metode NHT.
2. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode NHT rata-rata skor hasil
belajar Pendidikan Agama Islam siswa lebih tinggi ( x ) = 70,70 dari pada
rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ekspositori.
3. Metode pembelajaran kooperatif dengan metode NHT lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, hal ini bisa kita lihat dari rata-rata skor hasil belajar Pendidikan
Agama Islam siswa lebih tinggi yang menggunakan metode NHT
dibandingkan dengan skor rata-rata siswa yang menggunakan metode
ekspositori.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
55
4. Metode pembelajaran NHT dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
belajar, membuat siswa berani mengajukan pendapat, pertanyaan dan
jawaban selain itu juga dapat meningkatkan motivasi siswa. Pada saat
dilakukan pembelajaran dengan metode ekspositori, proses pembelajaran
siswa terjadi hanya satu arah, hal ini berarti siswa kurang aktif dalam
pembelajaran. Namun, setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode
NHT siswa menjadi lebih aktif dikarenakan adanya diskusi kelompok dan
presentasi dalam model pembelajaran tersebut.
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini dan pengalaman mengajar yang terjadi selama
proses penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Metode Numbered Heads Together (NHT) perlu dilaksanakan oleh guru
karena metode ini dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa,
meningkatkan kemampuan, pemahaman dalam menyelesaikan soal,
suasana pembelajaranpun menjadi lebih menyenangkan, sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Dengan adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini disarankan
adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah model
pembelajaran kooperatif metode NHT dapat diterapkan dan memberikan
hasil yang lebih baik pada semua mata pelajaran dengan materi yang
berbeda pada setiap jenjang pendidikan.
3. Guru perlu menjelaskan skenario pembelajaran kooperatif metode NHT
sebelum pembelajaran dilaksanakan, karena pembelajaran kooperatif
metode NHT relatif baru. Guru perlu memotivasi siswa agar berani
menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
57
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
1997
Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002
Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qura’an dan Terjemah, Semarang:
CV. Adi Grafika, 1994
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1998
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Tahun
2003 Tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2004
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet.
Ke-1, 2000
Ibrahim, Muslimin,dkk, Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri Surabaya:
2000
Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung:
Alfabeta, 2010
Kosasih, Rafli dan Sucipto, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998
Lie, Anita, Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: PT. Grasindo, 2002
Majid, Abdul, dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006
Nata, Abudin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
57
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Jakarta:
Remaja Rosda Karya, 1984
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007
Slavina, Cooperative Learning, USA: A. Simon and Schuster Company, 1995
Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004, cet. Ke-9
Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2002
Suherman, Erman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung:
FMIPA UPI, 2003
Suparno, Paul, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1997
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2002, cet. Ke-7
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007
Winkle, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia
1996
Wirawan, Sarlito, S., Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1996
http:/www.damandiri.or.id./detail.php?id=238 24090,
http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learning.htm)
islamblogku.blogspot.com/.../pengertian-dan-tujuan-pendidikanagama_1274.html
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
Recommended