View
15
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum
Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi
yang sangat penting dan begitu strategi dalam hal pembangunan, makan
perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dengan satu kesatuan dalam sistem
yang terpadu. Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancer
dan tertib maka di tempat-tempat tertentu yang perlu dibangun dan diselenggarakan
terminal.
Secara umum terminal yang digunakan untuk seluruh moda transportasi itu
sama, pengertiannya dapat dilihat melalui 3 segi yaitu :
1. Kedudukannya dan keberadaan terminal dalam sistem transportasi
2. Fungsinya
3. Kewilayahannya (tata ruang wilayah)
Dari segi kedudukan dan keberadaannya dalam sistem transportasi terminal
merupakan salah satu dari komponen sistem transportasi yang berupa prasarana dan
fasilitas tetap. Terminal ini merupakan suatu titik simpul dalam jaringan
transportasi dan sudah menjadi tempat berhenti atau terputusnya arus pergerakan
lalu lintas kendaraan. (Fadel Miro, 2012)
2.2 Pengertian Terminal
a. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995, terminal bus
penumpang merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan baik
menurunkan serta menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar
moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum. Dari definisi tersebut, maka kawasan terminal pada saat
ini digunakan oleh penumpang untuk tempat keberangkatan dan
6
kedatangan. Selain itu terminal juga digunakan sebagai tempat transit
sementara untuk melanjutkan keberangkatan selanjutnya.
b. Terminal bus merupakan prasarana untuk angkutan jalan raya guna untuk
mengatur kedatangan serta pemberangkatan pangkalannya kendaraan
umum dan juga memuat atau menurunkan penumpang atau barang
2.3 Fungsi Terminal
Fungsi terminal menurut Dirjen Perhubungan Darat Bina Sistem
Prasarana ditinjau dari beberapa unsur antara lain :
a. Terminal bagi penumpang merupakan untuk mendapatkan kenyamanan
menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan lain,
serta tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas kendaraan pribadi.
b. Terminal bagi pemerintah adalah segi perencanaan dan manajemen lalu
lintas untuk menata lalu lintas dan angkutan umum serta menghindari
kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan
umum.
c. Terminal bagi operator adalah sebagai tempat untuk mengatur operasi bus,
penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai
fasilitas pangkalan.
d. Terminal bagi pengguna umum merupakan fasilitas yang mendukung dalam
suatu terminal antara lain, toilet, loker tiket, pembelanjaan, dll.
2.4 Jenis Terminal
Menurut Warpani (2002), berdasarkan jenis angkutan terminal bus
dibedakan menjadi :
1. Terminal penumpang, yaitu adalah prasarana transportasi jalan yang
keperluannya menaikkan serta menurunkan penumpang, perpindahan intra
7
dan antar moda transportasi serta sebagai pengaturan kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum.
2. Terminal barang, yaitu adalah prasarana transportasi jalan yang
keperluannya untuk membongkar maupun memuat barang serta
perpindahan intra dan antar moda transportasi.
2.5 Ketentuan Mengenai Terminal Angkutan Penumpang
Sesuai dengan Pasal 41 Bab VI Peraturan Pemerintahan Nomor 43 tahun 1993,
tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan dan Pasal 2 Bab II Keputusan Menteri
Perhubungan No 31/1995, Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanan
yang dibagi menjadi tiga tipe yaitu :
a. Terminal penumpang tipe A berfungsi untuk melayani kendaraan umum berupa
angkutan antar kota antar propinsi maupun angkutan lintas batas negara,
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
b. Terminal penumpang tipe B berfungsi untuk melayani kendaraan umum berupa
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota maupun angkutan pedesaan.
c. Terminal penumpang tipe C berfungsi untuk melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan.
2.5.1 Persyaratan Lokasi Terminal Tipe A
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi maupun
angkutan lalu lintas batas negara.
b. Terletak di jalan arteri dengan jalan sekurang-kurangnya yaitu
kelas IIIA.
c. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-
kurangnya 20 km yang di Pulau Jawa, 30 km yang di Pulau
Sumatera dan 50 km yang di pulau lainnya.
8
d. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk
terminal yang di Pulau Jawad dan Sumatera, dan 3 ha di pulau
lainnya.
e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m yang di Pulau
Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu
keluar maupun masuk terminal.
2.5.2 Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B
a. Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan
trayek angkutan kota yang dalam propinsi
b. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan jalan yang
sekurang-kurangnya kelas IIIB.
c. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan
terminal yang tipe A sekurang-kurangnya 15 km yang di Pulau
Jawa, 30 km di pulau lainnya.
d. Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk yang
terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 ha di pulau lainnya.
e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal, berjarak sekurang-kurangnya 50 meter di Pulau Jawad
an 30 meter di pulau lainnya.
2.5.3 Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C
a. Terletak di dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan
dalam jaringan trayek yang angkutan pedesaan.
b. Terletak di jalan kolektor atau local dengan kelas jalan yang
paling tinggi IIIA. Harus tersedia lahan yang sesuai dengan
permintaan angkutan.
9
c. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari
terminal, sesuai dengan kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas
di sekitar daerah terminal.
2.5.4 Kriteria Pembangunan Terminal
Beberapa aspek yang harus dilengkapi pada suatu terminal yaitu:
a. Rancangan bangun terminal.
1. Disyaratkan fasilitas penumpang
2. Adanya pembatasan sesuai antara lingkup kerja di sekitar
terminal dengan lokasi kegunaan lainnya, misal perkantoran,
pendidikan, dan lain sebagainya.
3. Harus adanya pembatas antara arus kendaraan dengan
pergerakan orang di dalam terminal.
4. Harus ada pembatas yang jelas antara jalur angkutan kota
maupun angkutan pedesaan, angkutan AKDP, angkutan
AKAP, manajemen didaerah pengawasan terminal dan lalu
lintas dalam terminal.
b. Analisis dampak lalu lintas.
c. Analisis mengenai dampak lingkungan.
2.5.5 Kriteria Perencanaan Terminal
a. Sirkulasi lalu lintas
Jalan masuk maupun keluar kendaraan haruS lancar, dan dapat
bergerak dengan begitu mudah. Jalan masuk maupun keluar
penumpang kendaraan umum herus terpisah dengan keluar
masuknya kendaraan. Kendaraan di dalam terminal harus dapat
bergerak tanpa adanya halangan yang tidak perlu. System
sirkulasi kendaraan di dalam terminal di tentukan.
1. Jumlah arah perjalanan
10
2. Frekuensi perjalanan
3. Waktu yang diperlukan untuk naik maupun turun
penumpang
Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur
bus/kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan yang antar
kota.
Fasilitas utama terminal yang terdiri dari :
1. Jalur pemberangkatan untuk kendaraan umum.
2. Jalur kedatangan untuk kendaraan umum.
3. Tempat tunggu untuk kendaraan umum.
4. Tempat istirahat sementara untuk kendaraan umum.
5. Bangunan kantor terminal.
6. Tempat tunggu penumpang maupun pengantar, menara
pengawasan, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan juga
papan informasi yang memuat petunjuk jurusan, tariff
maupun jadwal perjalanan, peralatan parker kendaraan
pengantar dan taksi.
7. Kamar kecil/toilet.
8. Musholla.
9. Ruang pengobatan.
10. Ruang informasi dan pengaduan telepon umum.
11. Tempat penitipan barang.
12. Taman.
13. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput,
sirkulasi barang dan pengelola terminal.
14. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi terkait
perjalanan, kebiasaan penumpang dan fasilitas penunjang
lainnya.
11
2.5.6 Alternatif Standard Terminal
Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan
dengan jumlah arus minimum pada kendaraan per satu satuan waktu
yang mempunyai cici-ciri sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Pelayanan Terminal
No Tipe Terminal Jumlah Arus Kend.
(kend/jam)
1 Terminal tipe A 50 - 100
2 Terminal tipe B 25 - 50
3 Terminal Tipe C 25
2.6 Kapasitas dan Konsep Tingkat Pelayanan
Kapasitas yaitu besaran volume kendaraan yang melalui terminal. Konsep
kapasitas terminal dibagi menjadi dua. Yang pertama, peluang terjadinya arus lalu
lintas yang melintasi terminal secara maksimum., yaitu terhadap satuan lalu lintas
yang menanti untuk dapat masuk ke tempat pelayanan sesegera mungkin setelah
tersedianya tempat tersebut. Keadaan seperti ini jarang dicapai untuk kurun waktu
yang panjang, hal ini dipengaruhi karena arus transportasi rata-rata memiliki jam
peak hour (puncak).
Yang kedua yaitu daya muat maksimum yang masih bias manampung dengan
waktu kelambatan atau menunggu yang masih bias ditolerin oleh penumpang. Jika
pada suatu arus semakin meningkat atau padat pada bagian yang pendek dari
keseluruhan periode dimana kelambatan akan semakin meningkat jika volumenya
di ukur. Pada satuan arus lalu lintas, waktu total adalah jumlah antara waktu
pelayanan dan waktu kelambatan.
2.7 Aktivitas Terminal
Tersedianya fasilitas publik yang ada, diharapkan dapat digunakan sebagai alat
bantu untuk memenuhi kebutuhan dan memenuhi keberlangsungan kebutuhan
12
manusia. Selain itu, terminal berfungsi untuk melayani kendaraan yang berfumgsi
sebagai alat bantu transportasi. Sebab terminal juga harus mempertimbangkan
kepentingan dari kendaraan/jenis moda transportasi yang dilayani. Maka,
keberadaan terminal dapat memenuhi tujuan terminal tersebut. Kondisi seperti ini
memunculkan keteraturan aktivitas terminal agar dapat mencapai system
transportasi yang lebih terjamin, lebih efisien, dan mampu terbentuknya aliran
perputaran yang lebih sistematis.
2.8 Tingkat Kinerja Terminal
2.8.1 Standart Kinerja Terminal
a. Jumlah arus kendaraan per satuan waktu untuk Terminal tipe A sebanyak 50
sampai 100 kendaraan per jam
b. Sirkulasi lalu lintas kendaraan harus lancer
c. Luas bangunan
d. Luas pelataran
e. Sistem parkir kendaraan didalam terminal harus ditata sedemikian rupa
sehingga rasa aman, mudah dicapai, lancer dan tertib
2.8.2 Parameter Kinerja Terminal
a. Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar dan tidak terjadi antrian ( ρ <
1)
b. Rentang waktu headway atau antara kurang dari rentang 10 – 20 menit
c. Waktu tunggu :
1. Rata-rata 5 – 20 menit
2. Maksimum 10 – 20 menit
2.9 Daerah Kewenangan Terminal
Terdapat 2 daerah kewenangan terminal penumpang, yaitu :
a. Daerah lingkungan kerja terminal yang diperuntukkan untuk fasilitas utama dan
juga fasilitas penunjang
13
b. Daerah diluar lingkungan kerja terminal, yang diawasi oleh petugas terminal
untuk kelancaran arus lalu lintas yang ada di sekitar terminal disebut juga
dengan daerah pengawasan terminal.
2.10 Standart Pelayanan Terminal
Terminal merupakan salah satu prasarana yang sangat dibutuhkan di sektor
transportasi dalam melakukan pergerakan baik orang maupun barang dari tempat
asal ke tempat tujuan. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada bangunan
terminal penumpang dapat mengakhiri perjalanannya, atau memulai perjalananya
atau juga dapat menyambung perjalanannya dengan mengganti (transfer) lintasan
bus lainnya. Di lain pihak, bagi pengemudi bus, bangunan terminal adalah tempat
untuk memulai perjalanannya, mengakhiri perjalannya dan juga sebagai tempat
bagi kendaraan beristirahat sejenak, yang selanjutnya dapat digunakan juga
kesempatan tersebut untuk perawatan ringan ataupun pengecekan mesin. Sesuai
dengan fungsi terminal yang berperan dalam menunjang tersediannya jasa
transportasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan. Dari dulu hingga sekarang
fungsi dari terminal masih sangat dibutuhkan untuk membantu mobilitas
masyarakat, dengan berkembangnya perekonomian di suatu wilayah akan
mengakibatkan meningkatnya aktivitas untuk melakukan pergerakan, hal ini
menyebabkan tuntutan terhadap jasa transportasi juga meningkat. Keberadaan
terminal sangat berperan penting dalam menentukan tingkat kinerja dari pelayanan
angkutan umum dalam suatu wilayah maka keberadaan terminal perlu
direncanakan dengan baik agar dapat mengefektifkan dan mengoptimalkan kinerja
dari terminal.
Beberapa standar pelayanan terminal yang diatur Menurut Peraturan Mentri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor : PM 40 tahun 2015, mengenai standar
pelayanan penyelenggaraan terminal penumpang angkutan jalan,pelayanan yang
wajib disediakan dan dilaksanakan oleh penyelenggara terminal penumpang
angkutan jalan yaitu:
14
a. Pelayanan keselamatan
Dimana keselamatan yang dimaksud merupakan standar minimal yang harus
dipenuhi untuk terhindarnya dari risiko kecelakaan yang disebabkan oleh faktor
kendaraan serta sarana dan prasarana yang meliputi.
1. Kelayakan dari kendaraan dengan ketersediaan fasilitas pemeliharaan
kendaraan, hal ini untuk memastikan kendaraan siap dan aman digunakan para
penumpang agar tidak ada gangguan selama perjalanan.
2. Pemisahan jalur kendaraan dan ketersediaan perlengkapan lalu lintas dan
petunjuk arah agar sirkulasi kendaraan dan aktivitas prnumpang di dalam
terminal menjadi tertib dan aman.
b. Pelayanan keamanan
Keamanan yang dimaksud adalah dimana penumpang terhindar dan terjaga dari
tindakan kriminal serta gangguan-gangguan lain selama berada pada kawasan
terminal.yang meliputi :
1. Adanya petugas terminal yang mengatur didalam terminal.
2. Fasilitas keamanan sebagai tempat pengawasan.
3. Media pengaduan keamanan agar memudahkan penumpang dalam melaporkan
gangguan kemanan.
c. Pelayanan kehandalan/keteraturan
Keteraturan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk
memgetahui kapasitas waktu pemberangkatan dan kedatangan mobil bus.
d. Pelayanan kenyamanan
Kenyamanan yang dimaksud disini adalah standar yang harus dipenuhi,melputi
kondisi dan kelengkapan dari fasilitas yang ada pada terminal untuk memberikan
suatu kondisi nyaman, bersih, indah dan sejuk serta dapat dinikmati pengguna jasa.
e. Pelayanan kemudahan/keterjangkauan
Kemudahan/Keterjangkauan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi
untuk memberikan kemudahan bagi pengguna jasa dalam mendapatkan informasi
15
mengenai rute, trayek, jadwal dan tarif yang terjangkau serta terdapat fasilitas yang
memdudahkan pengunjung selama berada di kawasan terminal.
2.11 Parameter Pelayanan Terminal
a. Pelayanan keselamatan tersedianya fasilitas lajur pejalan kaki dan fasilitas
keselamatan jalan
b. Pelayanan keamanan tersedianya fasilitas keamanan, media pengaduan
gangguan keamanan dan petugas keamanan
c. Pelayanan kehandalan/keteraturan tersedianya jadwal kedatangan dan
keberangkatan kendaraan serta besaran tarif kendaraan bermotor umum
beserta realisasi jadwal secara tertulis dan tersedianya loket penjualan tiket
d. Pelayanan kenyamanan tersedianya ruang tunggu untuk calon penumpang
sebelum naik bus ( ruang tertutup atau terbuka ), toilet dan mushola
e. Pelayanan kemudahan /keterjangkauan keteraturannya letak jalur kedatangan
ataupun jalur keberangkatan, tersedianya ruang atau tempat untuk informasi
pelayanan berupa layout terminal, nama terminal, peta jaringan
2.12 Teori Antrian
Terdapat empat karakteristik antrian yang harus ditentukan untuk meramalkan
prestasi (dalam kata lain variable-variabel). Yang pertama ialah distribusi headway
dari kedatangan lalu-lintas, yang mungkin saja merata (yaitu dengan headway yang
konstan) atau dapat mengikuti pola kedatangan Poisson atau acak (yaitu
kemungkinan eknponensial negative dari headway), atau pola-pola lainnya.
Karakteristik penting yang ketiga ialah jumlah saluran untuk pelayanan atau
stasiun. Yang terakhir, yang biasa disebut dislipin antrian, ialah yang menentukan
urutan di mana satuan lalu-lintas yang tiba akan dilayani. Dalam transport, hal ini
biasanya dilakukan dengan cara yang pertama datang akan pertama pula dilayani,
tetapi dalam system lain urutan ini mungkin terbalik, yang terlebih dulu datangakan
paling akhir dilayani, seperti surat-surat yang di tumpuk, dan dipilih muali dari
yang paling atas. Dalam istilah teori antrian, hal yang pertama tadi biasa disebut
16
“pertama masuk, pertama ke luar” (first in, first out – FIFO); sedang yang kedua
tadi biasa disebut “terakhir masuk, pertama keluar” (last in, first out – LIFO). Pola
lain juga mungkin, seperti misalnya lalu-lintas yang harus dialihkan apabila lajur
antrian sudah terlalu panjang; tetapi tidak akan membahas semua keadaan yang
terjadi. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Analisis tingkat kedatangan
λ = jumlah kendaraan yang tiba
waktu pengamatan
Perhitungan tingkat pelayanan
μ = jumlah kendaraan yang tiba
komulatif waktu pelayanan
Menghitung Intensitas Lalu Lintas
ρ = λ
μ
dimana:
λ = Analisis tingkat kedatangan
μ = Perhitungan tingkat pelayanan
Menghitung jumlah rata-rata kendaraan dalam system
n = ρ
1−ρ
dimana:
ρ = Intensitas lalu lintas
Menghitung waktu rata-rata dalam system
d = 1
μ−λ
dimana:
λ = Analisis tingkat kedatangan
μ = Perhitungan tingkat pelayanan
Menghitung waktu tunggu rata-rata dalam system
w = 𝑑 − 1
μ
17
dimana:
d = Menghitung waktu rata-rata dalam system
μ = Perhitungan tingkat pelayanan
Menghitung panjang antrian rata-rata dalam system
q = ρ 2
1−ρ
dimana:
ρ = Intensitas lalu lintas
Menghitung headway rata-rata
h = 1
λ
dimana:
λ = Analisis tingkat kedatangan
2.13 IPA ( Importance Performance Analysis )
Importance Performance Analysis terdiri atas dua komponen yaitu analisis
kuadran dan analisis kesenjangan (gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui
respon konsumen terhadap variabel yang diplotkan berdasarkan tingkat
kepentingan dan kinerja dari variabel tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan
(gap) digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja suatu variabel dengan
harapan pengguna terhadap variabel tersebut.
Langkah pertama untuk analisis kuadran adalah menghitung rata-rata penilaian
kepentingan dan rata-rata kinerja untuk setiap variabel dengan dan p merupakan
banyaknya variabel. Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat
kepentingan dan rata-rata kinerja untuk keseluruhan variabel. x y Nilai ini
memotong tegak lurus pada sumbu horizontal yaitu sumbu yang mencerminkan
kinerja variabel (x) sedangkan nilai memotong tegak lurus pada sumbu vertikal
18
yaitu sumbu yang mencerminkan kepentingan variabel (y). Setelah diperoleh bobot
kinerja dan kepentingan sub variabel serta nilai rata-rata kinerja dan kepentingan
variable x y. Setelah diperoleh bobot kinerja dan kepentingan sub variabel serta
nilai rata-rata kinerja dan kepentingan variabel. Kemudian nilai-nilai tersebut
diplotkan ke dalam diagram kartesius seperti pada Gambar berikut:
Gambar 2.1 Diagram Analisis Kuadran
Rumus yang digunakan adalah sebagai dalam analisis ini adalah sebagai berikut :
Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kepuasan, sedangkan sumbu tegak
(Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, maka
untuk setiap atribut digunakan Persamaan 2.1 dan 2.2 sebagai berikut :
𝑋𝑖 =∑𝑥
𝑛… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.1)
𝑌𝑖 =∑𝑦
𝑛… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.2)
dimana :
∑𝑥 = Total skor tingkat kesesuaian performance.
∑𝑦 = Total skor tingkat kepentingan / importance.
n = Jumlah responden.
Setelah itu dilakukan pengukuran nilai rata-rata untuk tiap atribut,selanjutnya
mengukur tingkat kesesuaian antara tingkat kepuasan dan kepentingan denngan
rumus sebagai berikut :
19
Tki = 𝑋𝑖
𝑌𝑖 x100%………………….........................................…..............(2.3)
dimana :
Tki = Tingkat kesesuaian responden.
Xi = Nilai rata-rata penilaian tingkat kesesuaian.
Yi = Nilai rata-rata penilaian tingkat tiap kepentingan.
Langkah selanjutnya adalah membuat peta posisi importance – performance yang
merupakan suatu diagram kartesius yang dibagi menjadi empat kuardan yang
dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus .
�̿� =∑𝑥𝑖
𝑘 ...............................................................................(2.4)
�̿� =∑𝑦𝑖
𝑘 ...............................................................................(2.5)
dimana :
∑𝑥𝑖 = Total rata-rata tingkat kesesuaian seluruh atribut.
∑𝑦𝑖 = Total rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut.
k = Banyaknya atribut yang mempengaruhi kesesuaian dan kepentingan.
Recommended