View
218
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
efcsa
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada goal kelima MDGs yaitu meningkatkan kesehatan ibu, targetnya
terkait dengan kesehatan reproduksi yaitu menurunkan 75 persen kematian ibu
dalam kurun waku 1990-2015 dan tercapainya akses secara universal. Indikator
yang digunakan untuk target pertama adalah angka kematian ibu (AKI). Untuk
Indonesia, goal yang ditetapkan adalah : Menurunkan angka kematian ibu (AKI)
dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 102 pada tahun
2015, Meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari 40,7 persen
(1990) menjadi 100 persen (2015) dan Seluruh perempuan pernah kawin usia 15-
49 tahun menggunakan alat/cara Keluarga Berencana/KB (universal access).
(Riskesdas.2010)
Di Indonesia, Preeklampsia – eklampsia disamping perdarahan dan
infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal
yang tinggi (Wiknjosastro,Hanifa.2005). Preeklamsi adalah merupakan kumpulan
gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan selama masa nifas, yang terdiri
atas trias gejala, yaitu hipertensi, proteinuria, dan kadang – kadang disertai
11
konvulsi sampai koma.(Yulikhah,Lily.2008). Dan Menurut Abdul Bari Saifudin, Preeklamsi adalah
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuri.
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka
kematian ibu meroket dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012.
(Profil kesehatan Indonesia, 2013). Pada hasil Capaian indikator Kesehatan Anak dan Ibu Provinsi
Jawabarat tahun 2013, Jumlah Kematian Ibu di provinsi jawa barat sejumlah 781 Ibu dan jumlah
Kematian Ibu di kabupaten atau kota Tertinggi di jawabarat adalah Kabupaten Karawang dengan
jumlah kematian 64 Ibu, Sedangkan Target Jumlah kematian Ibu pada Tahun 2013 adalah 30 Ibu.
Laporan Cakupan Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawabarat Selama bulan Januari sampai dengan Juni
tahun 2014 Jumlah Kematian Ibu adalah 309 Ibu dan jumlah Kematian Ibu di kabupaten Karawang
sejumlah 26 Ibu dimana nilai tersebut adalah tertinggi kedua di kabupaten atau kota se provinsi
jawabarat, Penyebabnya adalah Eklampsia sebanyak 6 kasus, Perdarahan sebanyak 8 kasus, Infeksi
sebanyak 1 kasus, dan lain – lain sebanyak 11 kasus (Dinkes Jabar, 2014).
Pada tahun 2010 jumlah kematian ibu sebanyak 47 orang, penyebabnya adalah Ekslampsi
sebanyak 12 kasus, Perdarahan sebanyak 12 kasus, Infeksi sebanyak 1 kasus, dan lain – lain sebanyak
22 kasus dan pada tahun 2011 jumlah kematian ibu sebanyak 51 orang, penyebabnya adalah Ekslampsi
sebanyak 16 kasus, Perdarahan sebanyak 11 kasus, Infeksi sebanyak 3 kasus, dan lain – lain sebanyak
21 kasus (Dinkes Karawang, 2012). Preeklampsia dibagi dalam dua golongan, yaitu ringan dan berat.
Preeklampsia ringan apabila ditemukan tanda – tanda seperti : Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih,
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Edema umum,
kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1 Kg atau lebih per minggu. Proteinuria kuantitatif 0,3
gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter/mid stream. Sedangkan preeklampsia
dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda – tanda seperti : tekanan darah 160/110 mmHg
atau lebih, proteinuria 5 gram atau lebih per liter, oliguria jumlah urine kurang dari 500cc per 24 jam,2
adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium, ada edema paru dan sianosis.
(Mitayani.2011). Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya
perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel, sedangkan
preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih 5g/24 jam (Saifudin,Abdul Bari.2010).
Menurut laporan rekapitulasi pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang,
Puskesmas yang melaporkan Kasus Preeklampsia ringan terbanyak adalah UPTD Puskesmas
Tirtamulya sebanyak 30 kasus dari 100 kehamilan dan kasus tersebut ditangani dengan rawat jalan.
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklampsia, dan faktor – faktor
apa yang menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama penanganan ialah : mencegah terjadinya
preeklampsia berat dan eklampsia, melahirkan janin hidup, melahirkan janin dengan trauma sekecil –
kecilnya. Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia.
(Wiknjosastro,Hanifa.2005).
Penanganan Preeklampsia ringan, jika kurang dari 37 minggu, dan tidak ada tanda – tanda
perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan: pantau tekanan darah, proteinuria,
refleks, dan kondisi janin. Lebih banyak istirahat. Diet biasa. Tidak perlu obat – obatan.
(Saifudin,Abdul Bari.2011). Berdasarkan Teori tersebut dan di dukung oleh Teori Lawrence Green
(1980) yang mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, salah satunya adalah
faktor predisposisi, faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang.
Faktor ini termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai – nilai, norma,
budaya, dan faktor sosio – demografi (Maulana, Heri. D. J. 2009). Pengetahuan adalah hasil
pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan,3
kesadaran dan sikap yang positif, akan bersifat langgeng dan sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama (Sunaryo, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Defi putri yani tahun 2012 terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu hamil terhadap penatalaksanaan preeklampsia, dengan p value 0,033
(< α 0,05). Hasil analisa bivariat sikap ibu hamil terhadap penatalaksanaan preeklampsia tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara sikap ibu hamil terhadap penatalaksanaan preeklampsia p value 0,084
(> α 0,05).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Dwi pujiyanti di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi
pada tanggal 25 Juni - 13 Juli 2013, dapat disimpulkan sebagai berikut : 52 orang (57,8%) ibu hamil
trimester III di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013 berpengetahuan rendah
tentang pre-eklampsia ringan, 30 responden (33,3%) ibu hamil trimester III di Poli Kebidanan RSUD
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013 berpengetahuan sedang tentang pre-eklampsia ringan, 8
responden (8,9%) ibu hamil trimester III di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2013 berpengetahuan tinggi tentang pre-eklampsia ringan, 39 responden (55%) ibu hamil trimester III
di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi yang berumur 20-35 tahun memiliki
pengetahuan rendah tentang preeklampsia ringan, 12 responden (92,3%) ibu hamil trimester III yang
berpendidikan SD di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi memiliki pengetahuan
rendah tentang preeklampsia Ringan, 37 responden (100%) di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi mendapatkan informasi kesehatan dari tahu sendiri dan memiliki pengetahuan rendah
tentang pre-eklampsia ringan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
“Gambaran pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan di
UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang”.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui tentang
gambaran pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan
di UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam
penatalaksanaan preeklampsia ringan di UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi pola istirahat ibu hamil dengan preeklampsia ringan.
1.3.2.2. Mengidentifikasi jenis diet ibu hamil dengan preeklampsia ringan.
1.3.2.3. Mengidentifikasi frekuensi kontrol ibu hamil dengan preeklampsia ringan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
5
Informasi ini dapat menambah pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan ibu
hamil preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan di UPTD puskesmas
Tirtamulya Kabupaten Karawang. Penelitian ini juga dapat menambah pengalaman dalam
melakukan penelitian secara ilmiah, serta menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pustaka untuk menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
penatalaksanaan pada pasien preeklampsia ringan dan sebagai data dasar untuk
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan preeklampsia ringan.
1.4.3 Bagi Perawat
Informasi ini dapat menambah pengetahuan bagi perawat mengenai gambaran
pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan,
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, memberikan informasi
yang akurat dan adekuat serta dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kinerja perawat
melalui intervensi keperawatan yang ditujukan kepada pasien yang kurang tahu terhadap
penatalaksanaan preeklampsia ringan.
1.4.4 Bagi UPTD. Puskesmas Tirtamulya
6
Sebagai data dasar untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan melalui program
pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan preeklampsia ringan pada pasien
preeklampsia ringan di UPTD. Puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang.
1.4.5 Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai studi kepustakaan yang dapat digunakan untuk data dasar
penelitian selanjutnya, mengenai penatalaksanaan preeklampsia ringan pada pasien
preeklampsia ringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Konsep Dasar Preeklampsia
7
2.1.1.1. Pengertian
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda – tanda hipetensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke – 3 kehamilan, tetapi
dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatosa (Wiknjosastro,Hanifa.2005). Preeklampsia
adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu disertai dengan proteinuria, eklampsia adalah
preeklampsia yang disertai dengan kejang – kejang dan/atau koma (Saifudin,Abdul Bari.2010).
Eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar karena gejala eklampsia datang dengan
mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Kelanjutan pre eklampsia berat
menjadi eklampsia dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma. Eklampsia didiagnosa jika
pre eklampsia berkembang menjadi kejang biasanya terjadi terutama pada persalinan, dapat terjadi
sampai 10 hari post partum, namun dapat juga terjadi pada saat hamil (Manuaba, 2003)
Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan
darah sekurang – kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30
mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
diapakai lagi. Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥1+
dipstick. Edema, dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda – tanda preeklampsia, tetapi sekarang
edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor
risiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat
badan >0,57 Kg/minggu. Primidravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu <0,34
Kg/minggu, menurunkan risiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat badan bayi rendah
(Saifudin,Abdul Bari.2010).
2.1.1.2. Etiologi
8
Penyebab preeklamsia saat ini tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang
dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang
dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut juga “disease of theory”,
gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori – teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskular, sehingga terjadi penurunan produksi
prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktifasi penggumpalan dan fibrinolisis,
yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III,
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran Faktor Imunologis
Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya.
Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data
yang mendukung adanya sistem imun pada penderita Preeklampsia - Eklampsia. Beberapa wanita
dengan Preeklampsia - Eklampsia mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa studi juga
mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada Preeklampsia - Eklampsia diikuti proteinuria.
3. Faktor Genetik
Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian Preeklampsia - Eklampsia antara lain:
Preeklamsia hanya terjadi pada manusia
Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia - Eklampsia pada anak-anak
dari ibu yang menderita Preeklampsia - Eklampsia
9
Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia - Eklampsia pada anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat Preeklampsia - Eklampsia dan bukan pada ipar mereka
Peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS).
Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil, disamping infeksi
dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan berisiko, terutama sejak awal kehamilan,
dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut. (Rukiyah, Lia
Yulianti. 2010).
2.1.1.3. Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat
dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:
1. Primigravida, primipaternitas.
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops
fetalis, bayi besar.
3. Umur yang ekstrim
4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
5. Penyakit – penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas (Saifudin,Abdul Bari.2010).
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain : gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah
kerahim. Faktor risiko terjadinya preeklamsia : preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan yang
pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor risiko
yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami
preeklamsia sebelumnya, riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan,
10
kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau
rematoid artritis (Rukiyah, Lia Yulianti. 2010).
2.1.1.4. Patofisiologi
Vasokontrisik merupakan dasar patogenesis Preeklampsia - Eklampsia. Vasokontrisi
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokontrisi juga
akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadinya kerusakan endotel, kebocoran
arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa
adanya vasokontriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter
yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia / anoksia jaringan merupakan
sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidase itu sendiri memerlukan
peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel
Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan Peroksidase lemak
jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila kesinambungan antara peroksidase
terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut
stress oksidatif.
Pada Preeklampsia - Eklampsia serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung
transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase
lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai
kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel – sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya
sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain : adhesi dan
agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasama, terlepasnya enzim
lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti,
11
terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksin, terjadinya hipoksia plasenta akibat konsumsi
oksigen oleh peroksidase lemak. (Rukiyah, Lia Yulianti. 2010).
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori yang
telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori – teori yang sekarang banyak dianut adalah :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetik
5. Teori defisiensi gizi
6. Teori inflamasi. (Saifudin,Abdul Bari.2010).
2.1.1.5. Klasifikasi Preeklamsia
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum. Dari gejala – gejala klinik, preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat.
1. Preeklamsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara
jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan
segala akibatnya. (Rukiyah, Lia Yulianti. 2010). Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik
12
kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah
dan aktivasi endotel (Saifudin,Abdul Bari.2010).
2. Preeklamsia Berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
(Rukiyah, Lia Yulianti. 2010). Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah ≥160
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam (Saifudin,Abdul
Bari.2010).
2.1.1.6. Gejala – Gejala Preeklampsia
1. Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi :
Hipertensi : sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥30 mmHg dan kenaikan
diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia.
Proteinuria : ≥300 mg/24 jam atau ≥1+ dipstik
Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada
lengan, muka dan perut, edema generalisa.
2. Gejala dan tanda preeklamsia berat :
Tekanan darah sistolik >160 mmHg
Tekanan darah diastolik >110 mmHg
13
Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
Trombosit <100.000/mm3
Oliguria <400 ml/24 jam
Proteinuria >3 gr/liter
Nyeri epigastrum
Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
Perdarahan retina
Odem pulmonum
Penyulit lain juga bisa terjadi yaitu, kerusakan organ-prgan tubuh seperti :
Gagal jantung
Gagal ginjal
Gangguan fungsi hati
Gangguan pembekuan darah
Sindroma HELLP (haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet)
Bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya apabila preeklamsia tidak segera
diatasi dengan baik dan benar (Rukiyah, Lia Yulianti. 2010).
Sedangkan menurut Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000, Preeklampsia digolongkan berat apabila ditemukan satu
atau lebih gejala sebagai berikut :
Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg. Tekanan darah ini
tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah
baring
Proteinuria lebih 5 gr/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
14
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan pandangan
kabur
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula
glisson).
Edema paru – paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik.
Trombositpenia berat : <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler); peningkatan kadar alanin dan aspartate
aminotransferase.
Pertumbuhan janin intrauterin terhambat.
Sindrom HELLP (Saifudin,Abdul Bari.2010).
2.1.1.9. Pencegahan Preeklampsia
Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada
perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia. Preeklampsia adalah suatu
sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah. Pencegahan dapat
dilakukan dengan nonmedikal dan medikal.
1. Pencegahan dengan nonmedikal
Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat. Cara yang paling sederhana
ialah melakukan tirah baring. Di indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang
mempunyai risiko tinggi terjadinya preeklampsia, meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah
terjadinya preeklampsia.
Hendaknya diet tambahan suplemen yang mengandung :
a. Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega 3 PUFA
15
b. Antioksidan : vitamin C, vitamin E, β-karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik
c. Elemen logam berat : zinc, magnesium, kalsium
2. Pencegahan dengan medikal
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan pemberian obat meskipun belum ada bukti yang kuat dan
sahih. Pemberian diuretik tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia bahkan memperberat
hipovolemia. Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia
Pemberian kalsium : 1.500 – 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi
terjadinya preeklampsia. Selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/hari.
Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsia ialah aspirin dosis rendah rata – rata
dibawah 100 mg/hari, atau dipiridamole, Dapat juga diberikan obat – obatan antioksidan, misalnya
vitamin C, vitamin E, β-karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, dan asam lipoik (Saifudin,Abdul Bari.2010).
2.1.2. Konsep Dasar Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan
2.1.2.1. Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan
16
Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda – tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu
secara rawat jalan :
1. Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
2. Lebih banyak istirahat
3. Diet biasa.
4. Tidak perlu diberi obat – obatan
5. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
Diet biasa
Pantau tekanan darah 2X sehari, proteinuria 1X sehari
Tidak perlu obat – obatan
Tidak perlu diuretik, kecuali terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal
akut
Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan :
Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda – tanda preeklampsia berat
Kontrol 2 kali seminggu
Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali
Jika tidak ada tanda – tanda perbaikan, tetap dirawat
Jika terdapat tanda – tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan
Jika proteinuria meningkat, tangani sebai preeklampsia berat
6. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dextrose IV 10
tetes/menit atau dengan prostagladin
7. Jika serviks belum matang, berikan prostagladin, misoprostol atau kateter folley atau terminasi
dengan seksio sesarea (Saifudin Abdul Bari. 2011)
2.1.2.2. Diet Preeklamsia
17
Menurut Rukiyah dan Lia Yulianti (2010) Ciri khas dari diet preeklampsi memperhatikan
asupan garam dan protein. Tujuan dari pemberian diet preeklampsi dengan tujuan : mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal, mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal,
mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga
agar mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah
persalinan.
Syarat diet pada preeklampsi harus diperhatikan : energy dan zat gizi yang diberikan secara
bertahap sesuai dengan kemempuan pasien dalam menerima makanan; penambahan energy tidak
melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil, garam diberikan rendah sesuai dengan berat
ringanya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah
1 kg/minggu; protein tinggi (1 ½ -2 gram/kgBB); pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa
lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda; vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit
lebih tinggi; mineral cukup terutama calcium dan kalium; bentuk makanan disesuaikan dengan
kemampuan makan pasien; cairan diberikan 2500 ml/hari. Pada keadaan Oliguria cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan.
Ada 3 macam pemberian diet untuk preeklampsi yaitu :
1. Diet preeklampsi I, diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsi berat. Makanan diberikan
dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan diberikan paling sedikit
1500 ml sehari peroral dan kekurangannya diberikan secara parenterl. Karena makanan ini
kurang mengandung zat gizi dan energy, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
2. Diet preeklampsi II diberikan kepada preeklampsi yang penyakitnya tidak terlalu berat atau
sebagai makanan peralihan dari diet preeklampsi I. makanan diberikan dalam bentuk saring atau
lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. dalam diet ini makanan yang diberikan cukup
mengandung energy dan zat gizi lainnya.
18
3. Diet preeklampsi III diberikan kepada pasien dengan preeklampsi ringan atau sebagai peralihan
dari diet preeklampsi II. Pada diet ini makanan mengandung protein tinggi dan rendah garam.
Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet jumlah energy harus disesuaikan
dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang
diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energy.
2.1.3. Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.3.1. PengertianPengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap
objek tertentu (Sunaryo, 2004). Jadi pengetahuan adalah hasil dari apa yang kita tahu tentang suatu
objek tertentu melalui proses sensoris, khususnya mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, akan bersifat
langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan
berlangsung lama. Menurut Notoatmodjo (1977, dalam Sunaryo 2004) menyebutkan bahwa sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru akan terjadi suatu proses yang berurutan dalam diri orang tersebut
yaitu:
1) Awarenees ( kesadaran ); yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus ( objek ) terlehih dahulu.
2) Interest ( tertarik ); yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
19
3) Evaluation ( mempertimbangkan ); yakni baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap seseorang sudah lebih baik.
4) Trial ( mencoba ); yaitu orang tersebut telah berperilaku baru.
5) Adoption ( mengadaptasi ); yaitu orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:1) Pengalaman, dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun dari orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.2) Tingkat pendidikan, dapat membawa wawasan pengetahuan seseorang. Secara umum
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Pendidikan
adalah proses pegubahan sikap dan tata laku seseorang/ kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara, dan
perbuatan mendidik (depdiknas, 2001).3) Umur, lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. Umur merupakan
periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin
bertambah umur, seseorang akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.4) Pekerjaan, kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya.5) Keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh secara turun menurun tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
baik itu pengetahuan yang sifatnya positif ataupun negatif.6) Fasilitas, merupakan sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang misalnya: radio, televisi, majalah, koran, dan buku.
20
7) Penghasilan, tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Bila
penghasilan cukup besar maka dia akan mampu memberi fasilitas-fasilitas sumber
informasi.8) Sosial budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan di dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2.1.3.3. Cara mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut diatas (Notoatmodjo, 2005)
2.1.3.4. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-
beda. Secara garis besar menurut Notoatmodjo (2005 : 50) pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Karena tahu ini hanya mengingat kembali sesuatu yang spesifik maka
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
2) Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
3) Aplikasi (aplication) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum,
rumus dan metode dalam situasi nyata.
21
4) Analisis (analysis) artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-
bagian lebih kecil tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait
satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.
2.2. Kerangka Konsep
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu disertai dengan proteinuria.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang – kejang dan/atau koma (Saifudin,Abdul
Bari.2010). Penatalaksanaan Preeklampsia ringan, jika kurang dari 37 minggu, dan tidak ada tanda –
tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan: pantau tekanan darah,
proteinuria, refleks, dan kondisi janin. Lebih banyak istirahat. Diet biasa. Tidak perlu obat – obatan.
(Saifudin,Abdul Bari.2011). Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap
penatalaksanaan preeklampsinya.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, akan bersifat
langgeng dan sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan
berlangsung lama (Sunaryo, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003). Faktor yang mempengaruhi
22
pengetahuan ialah pengalaman, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, keyakinan, fasilitas, penghasilan,
dan sosial budaya. Pengetahuan tersebut dapat dibedakan menjadi pengetahuan baik, cukup dan kurang
baik.
Selain pengetahuan yang menjadi faktor predisposisi pembentuk perilaku penatalaksanaan
preeklampsia ringan adalah sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai–nilai dan sebagainya. Kemudian
untuk membentuk perilaku diperlukan dua faktor lain, yaitu faktor pemungkin dan faktor pendorong.
Lingkungan fisik dan fasilitas kesehatan merupakan faktor pemungkin. Fasilitas merupakan sumber
informasi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Sedangkan faktor pendorong adalah sikap
tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan. Untuk mempermudah memahami uraian diatas,
dapat dilihat pada bagan kerangka konsep penelitian di bawah ini:
BAGAN 1
Bagan Kerangka Konsep
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
{Sumber : Modifikasi dari konsep perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)}
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
23
Perilaku ibu hamil dalam Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan
SikapKepercayaanKeyakinanNilai-nilai
Pengetahuan
Faktor predisposisi
Faktor Pendorong
Sikap tokoh masyarakat dan agamaSikap petugas kesehatan
Faktor pemungkin
Lingkungan fisikFasilitas kesehatan
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan
cross sectional, yaitu suatu penelitian analitik dimana variabel-variabel yang termasuk faktor
resiko (sebab) dan variabel-variabel yang termasuk efek (akibat) yang terjadi pada objek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Hal ini sesuai dengan tujuan
penulis yaitu mendapatkan gambaran pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam prenatal
aksanaan preeklampsia ringan di UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang.
3.2 Definisi Konseptual dan Operasionalisasi Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu ( Notoatmodjo, 2005 ).
Variabel yang akan diteliti adalah pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam
penatalaksanaan preeklampsia ringan. Berikut ini adalah tabel definisi konsep dan operasional
variabel :
TABEL 2
DEFINISI KONSEP DAN OPERASIONALISASI VARIABEL
No Variabel Definisi Konseptual/Definisi Teori
Definisi Operasional SkalaUkur
JenisData
Alat Ukur Cara Ukur
1. Pengetahuan ibu hamil dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terha dap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang preeklampsia ringan meliputi: pengertian preeklampsia ringan, tanda dan gejala preeklampsia ringan, faktor penyebab
Ordinal Katagori Kuesioner / angket dalam bentuk pilihantunggal
Membagikan kuesioner / angket untuk dijawab dan diisi
24
preeklampsia ringan dan pencegahan preeklampsia ringan.Persentase hasil dikatakan Baik, apabila> 75% jawaban benar. Diakatakan Cukup, apabila 60-75% jawaban benar. Dikatakan Kurang, apabila < 60% jawabanbenar.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2005). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan preeklampsia ringan di
Kabupaten Karawang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian ibu hamil dengan preeklampsia ringan yang berobat ke UPTD puskesmas
Tirtamulya Kabupaten Karawang. Banyaknya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah < 10.000 sehingga mengacu pada rumus dibawah ini (Notoatmodjo, 2005, hlm.92) :
n=N
1+N (�� � ��2)
keterangan: n= banyaknya sampel
N= jumlah populasi pasien skizofrenia
d= derajat kesalahan yang diinginkan (0,05)
25
Dari rumus di atas diambil dari data rata-rata kunjungan pasien selama satu bulan
sebanyak .... pasien preeklampsia ringan dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat kesalahan
( α = 0,05). Jadi, jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebanyak .... responden.Teknik dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan metode purposive sampling
dimana pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmojo, 2005, hlm. 88). Adapun yang termasuk ke dalam kriteria sampel (kriteria inklusi)
yaitu :
a. Ibu hamil dengan preeklampsia ringan yang kontrol secara teratur satu kali seminggu atau
dua kali seminggu ke UPTD. Puskemas tirtamulya Kabupaten Karawang.
b. Tingkat pendidikannya SD sampai SMA.
c. Bersedia menjadi responden.
d. Dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2002), instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
sesuatu metode. Untuk memperoleh data tentang pasien preeklampsia ringan, sesuai maksud
dan tujuan penelitian, maka diperlukan alat pengumpul data (instrumen) yang tepat. Instrumen
penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah diolah
(Saryono, 2008).
26
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur pengetahuan.
Semua sumber dalam pembuatan instrumen ini berasal dari beberapa konsep yang ada dalam
buku. Sehingga untuk menguji keandalan dan kepercayaan kuesioner yang telah dibuat maka
peneliti mencoba melakukan uji validitas dan reabilitas dari kuesioner tersebut.
a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukuran itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005, hlm. 129). Uji validitas ini
dilakukan untuk menguji ketepatan suatu item dalam mengukur instrumennya. Sebelum
mengumpulkan data di daerah penelitian, instrument yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data di uji coba terlebih dahulu. Proses uji coba terhadap alat ukur
dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian pernyataan yang terdapat pada alat ukur dalam
menunjang kriteria yang diharapkan dari penelitian.
Teknik uji validitas yang telah dipakai adalah korelasi product moment yaitu dengan
cara menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total seluruh
item. Rumus Pearson Product Moment tersebut ialah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005): 2222
YYNXXN
YXXYNR
Keterangan:
R = Koefisien korelasi
X = Pertanyaan nomor 1
Y = Skor total
N = Ukuran sample
XY= Skor pertanyaan nomor1 dikali skor total
Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka
perlu dilihat pada tabel nilai product moment (Notoatmodjo. 2005). Menurut Kaplan dan
27
Saccuzo (1993) suatu item pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel
penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan
0,300.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya dan dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2005). Setelah mengukur validitas, maka
peneliti perlu mengukur reliabilitas data, untuk mengetahui alat ukur tersebut dapat
digunakan atau tidak.
Adapun rumus untuk menguji pengetahuan digunakan rumus koefisien reliabilitas
Kuder Richardson 20 (KR – 20) (Arikunto, 2006) :
Vt
pqVt
k
kR
1
Keterangan:
R: Reabilitas instrument
K: Banyaknya butir pertanyaan
Vt : Varians total
P: Proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang
mendapat skor 1)
p : Banyaknya subjek yang skornya 1 : n
q : Banyaknya subjek yang skornya 0 : 1 = 1- p
Sekumpulan pertanyaan dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya lebih dari
atau sama dengan 0,700 ( Kaplan & Saccuzo, 1993). Pengambilan keputusan:
1. Jika r alpha positif, serta r ≥ 0,700 maka faktor atau variabel tersebut reliabel
2. Jika r alpha tidak positif, serta r < 0,700 maka faktor atau variabel tersebut tidak
reliabel.28
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003). Dalam
penelitian ini data yang dikumpulkan berasal dari Data primer yaitu data yang diperoleh
secara langsung dari responden yang mengisi kuesioner berisi daftar pertanyaan yang
telah diberikan kepada responden (Saryono, 2008).
Sebelum memulai penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan
memberitahu kepada responden mengenai maksud atau tujuan penelitian dan manfaat serta
kerugian yang akan didapatkan oleh responden. Selanjutnya peneliti memberikan surat
pernyataan kesediaan menjadi responden (informed consent). Setelah responden bersedia,
responden mengisi data diri (karakteristik responden), kemudian responden diberikan
petunjuk oleh peneliti tentang tata cara untuk mengisi kuesioner, memberikan kuesioner
kepada pasien preeklampsia ringan yang berobat ke UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten
Karawang, lalu memastikan bahwa responden mengisi kuesioner tanpa bantuan orang lain.
Setelah seluruh pertanyaan dijawab dan diisi oleh responden maka selanjutnya dikumpulkan
saat itu juga oleh peneliti, dan selanjutnya dianalisa.
3.5 Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat, dimana hanya
melihat jumlah persentase gambaran pengetahuan ibu hamil dengan preeklampsia ringan dalam
penatalaksanaan preeklampsia ringan pada SPSS.
29
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil dengan preeklampsia ringan dalam
penatalaksanaan preeklampsia ringan digunakan angket dengan penilaian jawaban benar diberi
nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Angket yang telah terkumpul selanjutnya diseleksi dan
dikelompokan dengan menggunakan perhitungan pengetahuan sebagai berikut:
~x=fn×100
Keterangan :
~x : persentase
f : Jumlah jawaban yang benar
n : Jumlah total soal
Menurut Arikunto (2002) hasil dari perhitungan persentase kemudian diklasifikasikan kedalam
standar objektif :
1. Baik bila didapat hasil 76%-100%
2. Cukup bila didapat hasil 60%-75%
3. Kurang bila didapat hasil 0-59 %
Setelah dipersentase selanjutnya data diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut
(Arikunto, 2002) :
0% : tidak satupun
1% - 25% : sebagian kecil
26% - 49% : hampir setengahnya
50% : setengahnya
51% - 75% : sebagian besar
76% – 99% : hampir seluruhnya
100% : seluruhnya
30
Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan presentase, kemudian
ditentukan presentasenya akan memudahkan dalam proses penyajian hasil penelitian (Arikunto,
2010).
3.6 Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, di antaranya:
3.6.1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
3.6.2. CodingYaitu memeriksa dan memberikan kode jawaban kerangka atau kode tertentu sehingga
lebih mudah dan sederhana, dimana kode 1 (satu) untuk jawaban ya dan kode 0 (nol) untuk
jawaban tidak.3.6.3. Entry data
Tabulasi (menyusun data) yaitu mengorganisir data sedemikian rupa sehingga mudah
dijumlah, disusun dan disajikan dalam bentuk table atau grafik. Data yang sudah diberi kode
kemudian dimasukkan kedalam program computer.3.6.4. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, dilakukan
apabila terdapat kesalahan dalam melakukan pemasukan data yaitu dengan melihat distribusi
frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti. Seluruh data terkumpul, maka peneliti
melakukan pengolahan data dengan menggunakan program computer yaitu SPSS.
3.7 Keterbatasan
31
Tentunya penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kesalahan dan keterbatasan-
keterbatasan. Penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang
dapat memungkinkan responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tidak jujur. Peneliti
hanya membahas pengetahuan ibu hamil dengan preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan
preeklampsia ringan di UPTD. Puskesmas Tirtamulya Kabupaten karawang. Hal tersebut
dikarenakan masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti serta keterbatasan waktu,
dana dan tenaga yang kurang optimal dalam menyelesaikan penelitian ini.
3.8 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan adanya rekomendasi dari institusi
atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang. Setelah mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi: inform consent, anonimity dan confidentiality.
3.8.1 Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai judul
penelitian dan manfaat penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan
menghormati hak responden.
3.8.2 Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan, penelitian mencantumkan inisial nama responden.
32
3.8.3 Confidentiality
Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain dan bahkan peneliti sendiri
sehingga responden dapat secara bebas untuk menentukan jawaban dari kuesioner tanpa takut
intimidasi. Keberhasilan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan di laporkan sebagai hasil penelitian.
33
Recommended