View
238
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Produk
Kue cubit ubi jalar ungu adalah salah satu produk diversifikasi dari
makanan tradisional kue cubit.Kue berukuran kecil ini berdiameter sekitar
4cm. Kue cubit menggunakan campuran susu, telur, tepung terigu dan ubi
ungu sebagai komponen utamanya. Untuk menambah rasa dan aroma
ditambahkan mentega, gula, dan vanili bubuk. Praktek produksi ini
dilakukan pembuatan kue cubit ubi jalar ungu dengan menggunakan tiga
formulasi berdasarkan komposisi bahan baku yaitu tepung terigu dan ubi
ungu. Untuk formulasi yang pertama kue cubit dengan tepung terigu 150
gram dan pasta ubi ungu 100 gram, formulasi yang kedua kue cubit
dengan tepung terigu 100 gram dan pasta ubi ungu 150 gram, formulasi
yang ketigakue cubit dengan tepung terigu 50 gram dan pasta ubi ungu
200 gram.
Manfaat kue cubit ubi jalar ungu sangat besar untuk kesehatan
karena kandungan antioksidan (antosianin) yang tinggi sehingga bisa
dikatakan kue cubit ubi ungu termasuk makanan fungsional. Makanan
fungsional didefinisikan sebagai makanan yang berpengaruh positif
terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh.
Proses pembuatan kue cubit ubi jalar ungu dengan kandungan
antioksidan (antosianin) yang tinggi sebagai potensi makanan fungsional
adalah sebagai berikut :
1. Sortasi bahan
Bahan baku merupakan faktor utama yang menentukan dalam
proses produksi atau pembuatan bahan makanan. Bahan baku berupa
ubi ungu dipilih langsung dari penjual yang berada di Pasar Legi.
Pemilihan bahan dilakukan untuk mendapatkan ubi ungu yang
berkualitas baik (layak untuk diproses). Proses sortasi ubi jalar ungu
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Sortasi Ubi Jalar Ungu
2. Pencucian bahan
Pencucian ubi ungu menggunakan air yang mengalir tanpa
menggunakan bahan apapun, pencucian ubi ungu bertujuan untuk
menghilangkan benda asing dan kotoran yang menempel pada ubi
ungu. Jika ubi ungu sudah bersih untuk kemudian dapat dilakukan
proses selanjutnya. Berikut adalah gambar pencucian ubi jalar ungu
pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Pencucian Ubi Jalar Ungu
3. Pengukusan
Proses pengukusan dilakukan selama 60 menit sampai ubi jalar
menjadi lunak. Proses pengukusan bertujuan untuk melunakkan ubi
jalar ungu dengan tidak merusak karakteristik bahan. Pengukusan ubi
jalar ungu dilakukan agar ubi jalar ungu mudah dihancurkan dan dapat
tercampur rata saat proses pencampuran bahan. Berikut adalah gambar
penghalusan ubi jalar ungu pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pengukusan Ubi Jalar Ungu
4. Pengupasan
Proses pengupasan dilakukan setelah proses pengukusan.
Tujuan dari proses pengupasan adalah agar terhindar dari kulit ubinya
yang bersifat pahit. Pengupasan dilakukan dengan cara manual
menggunakan tangan dan pisau.
5. Penghalusan
Penghalusan bahan dilakukan supaya ubi jalar ungu menjadi
halus sehingga dalam proses pencampuran dapat berjalan dengan baik.
Berikut adalah gambar penghalusan ubi jalar ungu pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Penghalusan Ubi Jalar Ungu
6. Penimbangan Bahan
Sebelum menuju ke pengolahan terlebih dahulu melakukan
penimbangan berat bahan yang akan dibuat menjadi kue cubit ubi
jalar ungu. Penimbangan bahan bertujuan untuk membuat kue cubit
dapat menyesuaikan dengan formula yang dibuat. Penimbangan bahan
kue cubit ubi jalar ungu dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar
4.6.
Gambar 4.5 Penimbangan bahan tepung terigu
Gambar 4.6 Penimbangan bahan pasta ubi ungu
7. Pencampuran dan Pengkocokkan Bahan Pertama
Pencampuran bahan pertama dengan mencampurkan telur dan gula
terlebih dahulu dikarenakan agar telur mudah mengembang dan gula
perlahan-lahan dapat larut dan menyatu dengan telur. Pengocokan
pertama dilakukan selama 2 menit agar telur dan gula dapat
mengembang dan larut dengan sempurna. Pencampuran dan
pengkocokkan bahan pertama dapat dilihatpada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pencampuran dan pengkocokkan bahan pertama
8. Pencampuran dan Pengkocokan bahan kedua
Pencampuran kedua adalah penambahan tepung terigu, pasta
ubi ungu, vanili, susu, margarine, baking powder. Pencampuran kedua
dilakukan dengan perlahan/ bertahap dikarenakan sifat tepung terigu
yang ringan dan mudah tercecer oleh mixer sehingga bisa merubah
takaran timbangan awal tepung.
Pengkocokan yang kedua berfungsi agar bahan tercampur rata dan
mengembang. Pada tahap pengkocokan kedua dilakukan pengurangan
kecepatan putaran mixer. Pengurangan kecepatan mixer bertujuan
untuk mencegah tercecernya tepung terigu, karena bisa merubah
takaran timbangan awal tepung. Pencampuran dan pengkocokan bahan
kedua dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8Pencampuran dan pengkocokan bahan kedua
9. Pengembangan/ Proofing
Setelah proses pengkocokan, adonan didiamkan dalam suhu
ruang selama 10 menit dan ditutup dengan kain agar adonan
mengembang. Pendiaman berfungsi agar adonan dapat mengembang
dengan baik sewaktu proses pemasakan.
10. Pemanggangan
Sebelum tahap pemanggangan terlebih dahulu mengoleskan
margarine pada wajan teflon bertujuan agar adonan tidak terlalu
lengket dan mudah diambil. Proses pemanggangan dilakukan dengan
menggunakan api kecil agar adonan tidak terlalu gosong dan ditutup
dengan kaca penutup wajan agar panas yang ditimbulkan dapat merata.
Penutupan dengan penutup kaca dilakukan setelah adonan kue cubit
yang dipanggang mulai mengembang. Pemberian toping dilakukan
sebelum adonan ditutup oleh kaca penutup. Kue cubit dikatakan
matang jika sudah muncul lubang- lubang kecil pada permukaanya.
Proses pemanggangan dapat dilihatpada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Proses pemanggangan.
B. Analisis Sensori
Uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra
manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk. Pengujian sensori produk ini menggunakan uji kesukaan. Uji
rangking digunakan untuk mengetahui tanggapan panelis mengenai tingkat
kesukaan dari tiap produk, seperti tingkat kenampakan pada sampel. Pada
uji kesukaan panelis diminta untuk mengurutkan sampel yang diuji
menurut perbedaan tingkat mutu sensorik. Skala yang digunakan yaitu 1
menyatakan sangat suka, 2 menyatakan suka, 3 agak suka, 4 menyatakan
tidak suka, 5 menyatakan sangat tidak suka. Uji organoleptik dilakukan
oleh 25 orang panelis dengan parameter berupa meliputi warna, tekstur,
warna, aroma, dan overall terhadap kue cubit ubi jalar ungu. Hasil SPSS
kue cubit subtitusi ubi ungu dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1Hasil SPSS Kue Cubit Subtitusi Ubi Ungu
Keterangan : Kode 234 : Subtitusi tepung 60% (150 gr) dan ubi ungu 40%
(100 gr)
Kode 441 : Subtitusi tepung 40% (100 gr) dan ubi ungu 60%
(150 gr)
Kode 113 : Subtitusi tepung 20% (50 gr) dan ubi ungu 80%
(200 gr)
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui kue cubit ubi jalar ungu dengan
variasi bahan baku tepung terigu dan ubi ungu memiliki nilai yang
berbeda-beda.
1. Warna
Pada Tabel 4.1dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan warna kue
cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda
nyata. Dari ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat
perbedaan dalam warna, dikarenakan bahan yang digunakan sama
sehingga tidak terdapat perbedaan warna yang signifikan. Dari ketiga
formulasi warna kue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah
formulasi dengan kode 441 yaitusubtitusi tepung 40% (150 gr) dan ubi
ungu 60% (100 gr).
Kode Sampel Warna Rasa Tekstur Aroma Overall
234 3.08a 3.52
a 3.36
a 3.52
a 3.44
a
441 3.16a 3.48
a 3.32
a 3.40
a 3.44
a
113 2.96a 3.44
a 3.72
a 3.64
a 3.52
a
2. Rasa
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan rasa kue
cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda
nyata. Dari ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat
perbedaan dalam rasa, dikarenakan bahan yang digunakan sama
sehingga tidak terdapat perbedaan rasa yang signifikan. Dari ketiga
formulasi rasa kue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah
formulasi dengan kode 234 yaitusubtitusi tepung 60% (150 gr) dan ubi
ungu 40% (100 gr).
3. Tekstur
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan tekstur
kue cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda
nyata. Dari ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat
perbedaan dalam tekstur, dikarenakan bahan yang digunakan sama
sehingga tidak terdapat perbedaan tekstur yang signifikan. Dari ketiga
formulasi tekstur kue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah
formulasi dengan kode 113 yaitu subtitusi tepung 20% (150 gr) dan
ubi ungu 80% (100 gr). Kode 113 mempunyai tekstur yang lebih
lembut dikarenakan kandungan pasta ubi jalar ungu yang lebih banyak.
4. Aroma
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan aroma
kue cubit ubi jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda
nyata. Dari ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat
perbedaan dalamaroma, dikarenakan bahan yang digunakan sama
sehingga tidak terdapat perbedaan aromayang signifikan. Dari ketiga
formulasi aromakue cubit ubi jalar ungu yang paling disukai adalah
formulasi dengan kode 113 yaitu subtitusi tepung 20% (150 gr) dan
ubi ungu 80% (100 gr).
5. Overall
Pada Tabel 4.1dapat dilihat bahwa keseluruhan kue cubit ubi
jalar ungu dengan kode 234, 441 dan 113 tidak berbeda nyata. Dari
ketiga formulasi ini kue cubit ubi jalar ungu tidak terdapat perbedaan
dalam overall. Dari ketiga formulasi keseluruhan kue cubit ubi jalar
ungu yang paling disukai adalah formulasi dengan kode 113 yaitu
subtitusi tepung 20% (150 gr) dan ubi ungu 80% (100 gr). Kode 113
lebih disukai karena lebih lembut dan memiliki kandungan pasta ubi
jalar ungu yang lebih banyak.
Dari ketiga formulasi keseluruhan kue cubit ubi jalar ungu
adalah tidak berbeda nyata, maka formulasi terbaik dipilih formulasi
133 karena mempunyai biaya produksi lebih kecil dibandingkan
formulasi yang lain.
C. Analisis Kimia
Setelah diketahui produk yang paling disukai, maka produk dengan
formulasi terpilih yang akan dibuat sebagai produk kue cubit ubi jalar
yang akan dipasarkan. Di dalam kue cubit ubi jalar terdapat zat-zat gizi
yang memiliki banyak manfaat, maka dari itu dilakukan pengujian untuk
mengetahui dan menganalisis kandungan gizinya. Kandungan gizi yang
terdapat pada kue cubit ubi jalar ungu dilakukan pengujian terhadap
kandungan aktivitas antioksidan. Hasil pengujian tersebut ditunjukkan
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH.
No Sampel Parameter Metode Hasil Uji Satuan
1 Pasta Ubi Ungu Antioksidan Dpph 77,90 %
2 Kue Cubit Ubi Jalar Ungu Antioksidan Dpph 12,78 %
Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH.
Antosianin dapat rusak akibat suhu tinggi (pemanasan) yang biasa
digunakan dalam pembuatan sejumlah produk olahan ubi jalar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji pengurangan/kehilangan antosianin pada
produk olahan ubi jalar. Penelitian disusun dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial 2 faktor, yaitu jenis ubi jalar ungu dan jenis
produk olahan ubi jalar. Parameter analisis utama adalah kandungan
antosianin dan aktivitas antioksidan. Ubi jalar ungu pekat mengandung
antosianin 61,85 mg/100 g, 17 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan antosianin ubi jalar ungu muda 3,51 mg/100 g. Ubi jalar ungu
pekat memiliki aktivitas antioksidan 59,25 %, lebih besar dibandingkan
dengan ubi jalar ungu muda 56,64 %. Penurunan kandungan antosianin
pada produk olahan dari kedua jenis ubi jalar menunjukkan kecenderungan
yang sama. Produk olahan ubi jalar ungu yang paling mampu
mempertahankan kandungan antosianin diperoleh pada ubi kukus yaitu
34,14 % (ungu pekat) dan 42,16 % (ungu muda), sedangkan tingkat
penurunan tertinggi diperoleh pada produk keripik yaitu 95,21 % (ungu
pekat) dan 88,47% (ungu muda).
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat aktivitas antioksidan pada kue cubit
ubi jalar ungu dengan bahan dasar tepung terigu dan pasta ubi ungu
mengandung aktivitas antioksidan sebesar 12,78 %. Bisa dikatakan kue
cubit ubi jalar ungu ini mempunyai aktivitas antioksidan yang kecil. Pada
pasta ubi ungu mengandung aktivitas antioksidan sebesar 77,90%, lebih
besar dari pada aktivitas antioksidan dari kue cubit ubi jalar ungu.
Semakin besar prosentase penangkapan radikal DPPH, semakin besar pula
aktivitas antioksidannya. Aktivitas antioksidan kue cubit ubi jalar ungu
lebih kecil dari pada aktivitas antioksidan pasta ubi ungu karena pada saat
proses pengolahan mengalami penurunan kadar aktivitas antioksidan.
Meskipun kandungan senyawa antosianin di dalam ubi jalar ungu
cukup besar, perlakuan pengolahan yang kurang tepat dapat mengurangi
jumlah kandungan antosianin di dalam produk olahan. Pengolahan ubi
jalar yang biasa dilakukan masih sangat sederhana antara lain digoreng,
direbus, dikukus, dibuat menjadi bubur, keripik, dan makanan tradisional
lainnya. Semua proses pengolahan tersebut melibatkan penggunaan panas.
Pemanasan mengakibatkan kehilangan sejumlah zat gizi terutama yang
bersifat labil seperti asam askorbat, antosianin dan betakaroten (Budhiarto,
2003).
D. Desain Kemasan
1. Kemasan
Bahan pengemasan pada kue cubit ubi jalar ungu menggunakan
mika berwarna coklat dengan tutup bening. Alasan menggunakan
pengemasan mika dengan tutup bening supaya konsumen dapat
melihat langsung produk tanpa harus membuka tutupnya terlebih
dahulu. Selain itu mika ini bersifat ringan, tahan terhadap air dan
minyak dan tidak mudah robek. Sehingga mudah dibawa kemana-
mana. Bahan mika lebih dipilih dikarenakan lebih tahan lama.
Kemasan kue cubit ubi jalar ungu pada Gambar 4.1.1.
Gambar 4.1.1 Kemasan Kue Cubit Ubi Jalar Ungu
2. Label
Label pada pengemasan kue cubit ubi jalar ungu ini sendiri
terdiri dari judul produk, komposisi, ijin produksi dari dinas kesehatan,
kehalalan produk, dan netto. Adanya labeling bertujuan untuk
mempromosikan dan mengenalkan produk yang sudah siap dipasarkan
kepada konsumen. Lebel pada kue cubit ubi jalar ungu dapat dilihat
pada Gambar 4.1.2.
Gambar 4.1.2 Lebel pada Kue Cubit Ubi Jalar Ungu.
E. Analisis Ekonomi
Setelah diketahui formula mana yang paling disukai, selanjutnya
dilakukan perhitungan kelayakan usaha produk kue cubit ubi jalar ungu
untuk mengetahui harga jual dari produk ini. Perhitunganya adalah sebagai
berikut:
1. Biaya Tetap/FixedCost (FC)
a. Tabel 4.3 Tabel Biaya Tetap
No Uraian Rp Per Bulan
1 Gaji pemilik 3.000.000
2 Gaji karyawan 3.600.000
3 Biaya sewa 1.100.000
4 Biaya produksi 200.000
5 Biaya administrasi 200.000
Jumlah 8.100.000
b. Amortisasi
Tabel 4.4 Tabel Amortisasi
No Harta tak berwujud Rp/bln
1 Biaya trial dan eror 200.000
2 Pajak Reklame 100.000
Jumlah 300.000
c. Penyusutan
Tabel 4.5 Tabel Penyusutan
No Uraian Jumlah Nilai awal
@1 (Rp)
Nilai awal
(P) (Rp)
Nilai sisa
(S) (Rp)
Umur
(N)
Depresiasi
(Rp/thn)
Depresiasi
(Rp/bln)
1 Timbangan 1 55.000 55,000 1.100 3 18.333 1.527.78
2 Mixer 1 2.685.000 2.685.000 - 5 537.000 44.750
3 Baskom 6
buah
6 15.000 90.000 - 2 45.000 3.750
4 Pisau 1 set 5 25.000 125.000 - 5 25.000 2.083,33
5 Wajan/cetakan 3 168.000 504.000 - 5 100.800 8.400
6 Solet/kuas 8
buah
8 4.500 36.000 25.000 1 36.000 3.000
7 Gelas takar 9
buah
9 17.000 153.000 - 4 38.250 3.187,50
8 Dandang 3
buah
3 60.000 180.000 35.000 3 60.000 5.000
9 Kompor 3 3 318.000 954.000 40.000 5 190.800 15.900
d. Dana sosial
Dana sosial = Rp 100.000,00/bulan
Total Biaya Tetap = a + b + c + d
= Rp 8.100.000 + Rp 300.000 + Rp 96.348,61+
Rp 100.000
= Rp 8.596.348,61/ bulan
2. Biaya Tidak Tetap
a. Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Tabel 4.5 Tabel Bahan Baku dan Bahan Pembantu
No Uraian kebutuhan Rp/hari Rp/bln
1 Tepung trigu 2,5 kg (Rp 9.000/kg) 22.500 585.000
2 Ubi jalar ungu (10 kg) @ Rp 5000 50.000 1,300.000
3 Gula pasir (6,6 kg) @ Rp 11000 65.000 1.690.000
4 Vanili 25 sheet (Rp 1000/sheet) 25.000 650.000
5 Baking powder 50 gr (Rp
6.500/100gr)
3.250 84.500
6 Soda kue 50 gr (Rp 6.500/100gr) 3.250 84.500
7 Margarin 2 kg (Rp 55.000/kg) 110.000 2.860.000
8 Telur 3 kg (Rp 65.000/kg) 195.000 5.070.000
9 Susu 2,5 liter 12.500 325.000
10 Meses 750 gr (Rp 70.000) 70.000 1.820.000
Jumlah 14.469.000
buah
10 Lampu 24
Watt 5 buah
5 42.000 210.000 15.000 2 105.000 8.750
Jumlah 4.992.000 116.100 1.156.183,33 96.348,61
b. Biaya bahan bakar dan energy
Tabel 4.6 Tabel Biaya Bahan Bakar dan Energy
No Uraian Rp per Bulan
1 Listrik 170.000
2 Air PDAM 50.000
3 Sabun (Cuci tangan, cuci alat, cuci lantai) 46.000
4 Gas LPG 12 Kg 12 Buah 1.704.000
Jumlah 1.970.000
c. Biaya perawatan dan perbaikan
Tabel 4.7Tabel Biaya Perawatan dan Perbaikan
No Uraian Harga beli
(P) (Rp)
%FPP Jam/
hari
Hari/
bln
Rp/ bln
1 Timbangan 55,000 3 2 20 330
2 Mixer 2,685,000 1 2 20 5,370
3 Baskom 6 buah 90,000 1 5 20 450
4 Pisau 1 set 125,000 1 1 20 125
5 Wajan/cetakan 504,000 1 5 20 2,520
6 Solet/kuas 8 buah 36,000 2 2 20 144
7 Gelas takar 9 buah 153,000 3 4 20 1,836
8 Dandang 3 buah 180,000 3 5 20 2,700
9 Kompor 3 buah 954,000 3 4 20 11,448
10 Lampu 24 Watt 5
buah
210,000 2 5 20 2,100
Jumlah 4,992,000 27,026
d. Biaya pengemasan
Tabel 4.8 Tabel Biaya Pengemasan
No Kemasan Jumlah/bulan Rp @ satuan Rp/bulan
1 Mika 6.500 600 3.900.000
2 Label (Press) 6.500 400 2.600.000
3 kertas Minyak 3.250 1.000 3.250.000
4 Solasi 100 4.500 450.000
Jumlah 10.200.000
Biaya Tidak Tetap (VC) = a + b + c + d
= Rp 14.469.000 + Rp 1.970.000 + Rp 27,023 +
Rp 10.200.000
= Rp 26.666.026
3. Biaya Produksi
Biaya Produksi = Biaya Tetap (FC) + Biaya Tidak Tetap (VC)
= Rp 8.596.348,61+ Rp 26.666.026
= Rp 35.262.375
4. Kapasitas Produksi
Dalam 1 hari menghasilkan = 1500 biji kue
1 kemasan = 6 biji
Kapasitas 1 hari = 250 kemasan
Kapasitas per bulan (26 hari) = 6.500 kemasan
5. Harga Pokok Penjualan (HPP)
HPP =
=
= Rp 5.424,980 = Rp 5.425
6. Harga Jual
Harga kue cubit per kemasan (Kue Cubit Bitten Bogor) = Rp 8.000
Harga kue cubit per kemasan (CubitKoe Solo) = Rp 8.000
Harga kue cubit per kemasan yang dijual = Rp 7.000
7. Hasil Penjualan
Hasil Penjualan = Harga Jual × Kapasitas Produksi
= Rp 7000 × 6500
= Rp 45.500.000/Bulan
8. Biaya Tidak Tetap (VC/kemasan)
Biaya Tidak Tetap (VC/kemasan) =
=
= Rp 4.102,465
9. Laba
a. Laba Kotor = Hasil Penjualan – Biaya Produksi
= Rp 45.500.000 – Rp 35.262.375
= Rp 10.237.625
b. Laba Bersih = Laba Kotor – Pajak
= Rp 10.237.625 – (5% ×Rp 10.237.625)
= Rp 10.237.625 – (511.881)
= Rp 9.725.744
10. BEP (Break Event Point)
BEP adalah suatu titik kesetimbangan pada titik tersebut
jumlah dari hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak mengalami laba atau
rugi. Jika penjualan berjumlah kerang dari jumlah yang ditentukan
oleh titik ini, maka akan diperoleh kerugian bersih (Astawan, 1999).
BEP Produksi =
–
BEP Harga =
Analisis Titik Impas (Break Event Point) sering juga disebut
dengan cost volume profit analysis. Analisis ini diperlukan untuk
mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan,
harga jual, biaya produksi, biaya lainya dan juga laba atau rugi.
Suatu perusahaan dalam keadaan impas (break event), apabila telah
disusun laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu
tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau sebaliknya tidak
menderita kerugian. Hasil penjualan yang diperoleh untuk periode
tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya yang telah
dikeluarkan sehingga perusahaan tidak memiliki keuntungan atau
menderita kerugian (Catari, 2009).
(
)
(
)
= 2.967,327 2.967
Artinya, titik impas akan tercapai pada tingkat produksi
Kue Cubit Ubi Jalar Ungu sebanyak 2.967 pcs.
= 5.424,98 5.425
11. ROI (Return On Investment)
Return on Investment (ROI) adalah perbandingan antara
besarnya laba per tahun dengan besarnya modal, yang dinyatakan
persen per tahun.
ROI =
× 100% per tahun
ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih
antara hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum
dikurangi pajak pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu
dikurangi pajak pendapatan. Demikian besar modal dapat
dinyatakan sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap
dan modal kerja (Sutanto, 1994).
ROI sebelum pajak =
× 100% per bulan
=
× 100% per bulan
= 0,290 × 100% per bulan
= 29 % per Bulan
ROI sesudah pajak =
× 100% per bulan
=
× 100% per bulan
= 0,275 × 100% per bulan
= 27,5 % per Bulan
12. POT
POT merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk mendapatkan modal dan mendapatkan keuntungan bersih.
= 3,4445 = 3,5 Bulan
13. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)
⁄
= 1,290
Pada proses produksi Kue Cubit Ubi Jalar Ungu memiliki nilai
B/C sebesar 1,290 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan atau
dilaksanakan.
Recommended