View
101
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 1/9
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelinci merupakan salah satu binatang kesayangan ( pet animal) bagimanusia. Namun, tidak jarang juga kelinci mudah terserang penyakit. Kudis kulit
(Scabies) merupakan salah satu yang sering menyerang kelinci. Kudis, penyakit
ini menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu
menjalar ke mata, hidung, kaki, dan kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya kutu
Sarcoptes scabiei sehingga penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis. Selain
Sarcoptes scabiei, terdapat juga Notoedres cati dan kutu Haemodipsus ventricosus
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988; Manurung et al., 1986; Iskandar et al., 1989).
Kudis adalah penyakit gatal-gatal yang mempunyai nama lain sebagai
berikut: gudik (gudikan), penyakit ampera, gatal agogo, budukan, scabies, the
itch, seven-year itch, Norwegian itch, Norwegian scabies, canine scabies, mange,
intense pruritus, nocturnal pruritus, Sarcoptes scabies. Scabies atau mange, pada
kelinci sering disebabkan oleh Psoroptes cuniculi, Cheyletiella parasitovorax,Sarcoptes scabiei, S.cuniculi, dan Notoedres cati (Wilber, 1999). Jumlah kematian
kelinci yang di sebabkan penyakit cukup tinggi, bisa berkisar 15% – 40%.
Mange atau scabies ini adalah penyakit yang merugikan secara ekonomi
pada peternakan produksi kelinci. Salmonellosis dan scabies termasuk dalam
penyakit hewan yang bersifat zoonosis, atau dapat menular ke manusia.
Salmonellosis menular ke manusia melalui konsumsi daging yang telah
terkontaminasi feses saat pemotongan hewan, sedangkan scabies dapat menular ke
manusia melalui kontak langsung (Bell et al., 1995). Selain bersifat zoonosis,
S.scabiei jika menyerang sudut mulut kelinci maka kelinci sulit makan sehingga
menimbulkan kematian. Penyakit ini menyerang kelinci di Lombok (Anonimous,
1993). Sedangkan (Iskandar et al., 1989) melaporkan scabies di Sumedang (Jawa
Barat).Pengobatan dan pengendalian kudis peninggalan sejarah menunjukkan
bahwa kudis dan cara pengobatannya telah dikenal sejak kira-kira tiga ribu tahun
yang lalu (Roncall, 1987). Penyakit kudis pada kelinci dapat disembuhkan dengan
Neguvon 0,15% dan Asuntol 0,05–0,2% (Manurung et al.,1986). Salep Asuntol
0,1% dapat menyembuhkan scabies pada kelinci (Iskandar et al., 1989). Kelinci
yang kena infestasi tungau harus diasingkan dan diobati campuran belerang
dengan kapur 5 berbanding 3 atau Pirantel pamoat (Canex) dicampur vaselin
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Bisa juga diobati Ivermectin dengan dosis
0,2 mg/kg berat badan diberikan sub kutan dengan selang waktu 7 hari. Kudis
pada liang telinga dibersihkan dengan H2O2 3%, keropeng-keropeng dibuang,
tetesi dengan tetes telinga yang dicampur antibiotik dan fungisida (Iskandar et al.,
1989). Kelinci yang terkena penyakit ini juga dapat diobati dengan menyuntikan
obat kutu diantara kulit dan daging ( ini apabila penyakitnya belum parah ). Obat
buat injeksi ada banyak macam dan dapat dicari di toko pertanian. Apabila kudis
yang dialami kelinci sudah agak parah maka sebaiknya lukanya segera dicuci
dengan air hangat hingga bersih, dilap, setelah itu luka diolesi dengan obat kudis.
Dapat juga diolesi dengan salep belerang atau bedak gatal untuk manusia yang
dicampur minyak tanah terlebih dahulu dan dilakukan setiap 2 hari sekali. Namun,
cara penyembuhan itu masih dinilai kurang sederhana oleh sebagian masyarakat
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 2/9
2
sehingga diperlukan alternatif lain untuk menyembuhkan kudis pada kelinci selain
menggunakan obat khusus maupun salep.
Alternatif lain yang bisa dimanfaatkan yaitu dengan menggunakan jelantah
ikan klothok (minyak bekas penggorengan ikan klothok). Menggunakan jelantah
ikan klothok dapat menghemat biaya dan juga sangat praktis serta dapat
memanfaatkan sesuatu yang telah ada. Sebelumnya, minyak bekas penggorenganikan klothok hanya dipergunakan untuk menggoreng kembali atau tidak jarang
pula langsung dibuang. Jelantah ikan klothok memiliki kandungan garam yang
tinggi, sehingga jelantah tersebut memiliki rasa asin. Kandungan garam tersebut
berasal dari ikan klothok sebab ikan klothok dibuat dari penggaraman dan ikannya
berasal dari laut sehingga kandungan garamnya sangat tinggi, dimana garam
sendiri, dapat berfungsi untuk mematikan parasit-parasit penyebab penyakit
terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri seperti kutu Sarcoptes scabiei
dan Notoedres cati juga kutu Haemodipsus ventricosus yang terdapat pada kudis
kelinci (Admin,2009). Hal ini dapat menjadi suatu terobosan baru untuk
pemanfaatan minyak bekas penggorengan ikan klothok yaitu sebagai alternatif
penyembuhan kudis pada kelinci yang murah, berdaya guna tinggi serta mudah
diperoleh.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka gagasan dalam PKM-GT ini
adalah tentang “Pendayagunaan jelantah ikan klothok sebagai obat penyembuhan
kudis pada kelinci” . Gagasan ini juga didasarkan untuk upaya pemanfaatan
minyak goreng bekas agar tidak tetap dikonsumsi atau mencemari lingkungan
sehingga masyarakat terhindar dari bahaya minyak goreng bekas.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan PKM-GT ini ialah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana potensi jelantah ikan klothok sebagai
bahan yang dapat menyembuhkan kudis pada kelinci.
2. Untuk mengetahui cara pemakaian jelantah ikan klothok pada kelinci yang
terkena kudis.
3. Memanfaatkan limbah rumah tanggah sebagai alternatif pengobatan kudis
yang murah, mudah didapat, dan berdaya guna tinggi
Manfaat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pendayagunaan
jelantah ikan klothok sebagai bahan yang dapat menyembuhkan penyakitkudis pada kelinci.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengembangkan usaha
pendayagunaan jelantah ikan klothok dan sekaligus juga mengembangkan
usaha ikan klothok.
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 3/9
3
GAGASAN
Kudis adalah penyakit kulit yang kerap terjadi pada kelinci yang
menyebabkan gatal-gatal. Penyakit itu disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei dan
Notoedres cati juga kutu Haemodipsus ventricosus. Kebanyakan tungau kudistermasuk subordo Sarcoptorina. Tungau ini mulai menyerang sekitar mata, pipi,
hidung, kepala, jari kaki kemudian meluas ke seluruh permukaan tubuh (Smith
dan Mangkoewidjojo, 1988; Manurung et al., 1986; Iskandar et al., 1989).
Pada telinga atau jari-jari kaki atau lokasi lainnya, tampak adanya alopesia
disertai keropeng-keropeng (krusta) dan kadang-kadang berdarah. Bila dilakukan
pengerokan keropeng kulit hingga berdarah, ditemukan ektoparasit (Wilber,
1999). Pada pemeriksaan secara mikroskopik, kulit akan tampak hyperkeratosis,
adanya ektoparasit dalam epidermis, disertai infiltrasi sel radang (Wilber, 1999).
Siklus hidup Sarcoptes scabiei yaitu tungau Sarcoptes masuk ke dalam
kulit. Yang betina bertelur 40 sampai 50 butir di terowongan-terowongan kulit
yang mereka buat, dan mengeluarkan telur kira-kira 3-5 setiap hari. Larva berkaki
enam menetas dalam waktu 3 sampai 5 hari. Beberapa diantara larva inimeninggalkan terowongan dan berjalan di atas kulit, sedangkan yang lainnya tetap
di dalam terowongan atau kantung-kantung di samping terowongan tersebut.
Larva tumbuh menjadi nimfa stadium pertama dan kemudian menjadi nimfa
stadium kedua di dalam kantung larva pada stratum korneum atau di dalam
terowongan. Nimfa tersebut tumbuh dewasa; perkembangan dari telur sampai
dewasa ini berlangsung kira-kira 17 hari. Kira-kira 4 sampai 5 hari sesudah betina
dibuahi, betina mulai bertelur (Levine, 1994).
Hal diatas menunjukkan bahwa penyakit gudik (skabies) mudah menular
dan menjangkiti sekelompok hewan melalui kontak langsung maupun tidak
langsung. Karenanya tidak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di
sebuah peternakan kelinci. Salmonellosis dan scabies termasuk dalam penyakit
hewan yang bersifat zoonosis, atau dapat menular ke manusia. Salmonellosis
menular ke manusia melalui konsumsi daging yang telah terkontaminasi feses saat
pemotongan hewan, sedangkan scabies dapat menular ke manusia melalui kontak
langsung (Bell et al., 1995). Proses penularan kudis kelinci ke manusia juga
terjadi secara cepat. Maka dari itu, scabies ini mudah menyebar dari hewan ke
manusia dan dari manusia ke manusia yang lain sehingga hal itu banyak dijumpai
pada sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, dan terutama di pesantren.
Yang terpenting dalam pengobatan scabies, adalah seluruh orang yang tinggal
ditempat yang sama dengan penderita juga harus diobati. Semua pakaian, handuk,
bantal, kasur harus dijemur dibawah sinar matahari. Tujuannya agar tungau mati
karena sinar matahari. Pakaian dicuci dengan menggunakan cairan karbol. Dan
bila semua telah dilakukan, terpenting adalah mengubah cara hidup sehari-haridengan tidak saling meminjamkan pakaian dan barang pribadi lainnya ke orang
lain. Dengan begitu, scabies pasti akan musnah dan anak-anak pesantren pun
akan tersenyum bangga, bebas dari penyakit yang selama berabad-abad identik
dengan kehidupannya.
Di Indonesia (Palaran, Samarinda), gudik (scabies) merebak lagi sejak
tahun 2002 hingga saat ini. Pada tahap awal, penyakit gudik (scabies) sulit
dibedakan dengan penyakit alergi kulit, akibatnya gudik (scabies) menyebar
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 4/9
4
karena penyebabnya tidak diobati. Biasanya, penyakit gudik (scabies) terdeteksi
manakala menjangkiti lebih dari satu orang dalam sebuah keluarga
(www.galihgumelar.blogspot.com
).
Mange atau scabies ini adalah penyakit yang merugikan secara ekonomi
pada peternakan produksi kelinci. Di sisi ekonomi, ternak kelinci merupakan salah
satu aset petani yang sangat berharga. Di samping sebagai tabungan, kelinci jugasebagai penghasil daging yang tinggi kandungan protein dan rendah kolesterol
dan trigeliserida dan dapat dibuat dalam bentuk produk olahan, seperti abon,
dendeng, sosis, burger, dan bentuk cepat saji seperti sate. Selain itu sebagai
penghasil kulit bulu (fur), juga menghasilkan wool, sebagai hewan coba dalam
dunia kedokteran dan farmasi, menjadi idola atau kelinci kesayangan dengan
harga jual relatif tinggi, kotoran dan urine sebagai pupuk organik yang bermutu
tinggi untuk tanaman sayuran dan bunga. Dengan berkembangnya peternakan
kelinci maka perlu dipertimbangkan adanya penyakit sebagai salah satu kendala
dari angka mortalitas yang tinggi (Iskandar et al., 1989).
Salmonellosis dan scabies termasuk dalam penyakit hewan yang bersifat
zoonosis, atau dapat menular ke manusia. Salmonellosis menular ke manusia
melalui konsumsi daging yang telah terkontaminasi feses saat pemotongan hewan,
sedangkan scabies dapat menular ke manusia melalui kontak langsung (Bell et al.,
1995). Selain bersifat zoonosis, S.scabiei jika menyerang sudut mulut kelinci
maka kelinci sulit makan sehingga menimbulkan kematian. Penyakit ini
menyerang kelinci di Lombok (Anonimous, 1993). Sedangkan (Iskandar et al.,
1989) melaporkan scabies di Sumedang (Jawa Barat).
Hewan penderita yang berada di tengah keluarga sulit untuk diisolasi.
Pakaian yang dicurigai harus dicuci dengan air panas atau disetrika, alat rumah
tangga dan kandang juga harus dibersihkan, meskipun tungau tidak lama bertahan
hidup di luar kulit hewan maupun manusia (Hagen, 1982; Hartadi, 1988; Sungkar,
1991; Soedarto, 1994; Iskandar, 2000). Penyakit ini sering dikacaukan dengan
Ringworms dan Pavus.Pengobatan dan pengendalian kudis peninggalan sejarah menunjukkan
bahwa kudis dan cara pengobatannya telah dikenal sejak kira-kira tiga ribu tahun
yang lalu (Roncall, 1987). Penyakit kudis pada kelinci dapat disembuhkan dengan
Neguvon 0,15% dan Asuntol 0,05–0,2% (Manurung et al.,1986). Salep Asuntol
0,1% dapat menyembuhkan scabies pada kelinci (Iskandar et al., 1989). Kelinci
yang kena infestasi tungau harus diasingkan dan diobati campuran belerang
dengan kapur 5 berbanding 3 atau Pirantel pamoat (Canex) dicampur vaselin
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Bisa juga diobati Ivermectin dengan dosis
0,2 mg/kg berat badan diberikan sub kutan dengan selang waktu 7 hari. Kudis
pada liang telinga dibersihkan dengan H2O2 3%, keropeng-keropeng dibuang,
tetesi dengan tetes telinga yang dicampur antibiotik dan fungisida (Iskandar et al.,
1989).Selain itu, kelinci yang terkena penyakit ini dapat diobati dengan
menyuntikan obat kutu diantara kulit dan daging ( ini apabila penyakitnya belum
parah ). Obat buat injeksi ada banyak macam dan dapat dicari di toko pertanian.
Apabila kudis yang dialami kelinci sudah agak parah maka sebaiknya lukanya
segera dicuci dengan air hangat hingga bersih, dilap, setelah itu luka diolesi
dengan obat kudis. Dapat diolesi dengan salep belerang atau bedak gatal untuk
manusia yang dicampur minyak tanah terlebih dahulu dan dilakukan setiap 2 hari
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 5/9
5
sekali. Namun, cara penyembuhan itu masih dinilai kurang sederhana oleh
sebagian masyarakat sehingga diperlukan alternatif lain untuk menyembuhkan
kudis pada kelinci selain menggunakan obat khusus maupun salep.
Melihat masalah tersebut, alternatif pengobatan yang murah, berdaya guna
tinggi serta mudah diperoleh sangat diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut
yaitu dengan memunculkan suatu terobosan baru. Terobosan baru yang penulisajukan yaitu dengan menggunakan bahan dari minyak bekas hasil penggorengan
ikan klothok.
Jelantah ikan klothok mengandung berbagai zat aktif yang bermanfaat.
Minyak jelantah ikan klothok adalah minyak bekas penggorengan klothok yang
tinggi kandungan LTJ-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama
saja, sementara yang tinggi ALJ-nya bisa lebih lama lagi, meski pada akhirnya
akan rusak juga. Oleh proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi
jenuh. Penggunaan yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap
teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Dalam
penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat oksidasi dan
hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng tersebut.
Melalui proses-proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi
senyawa-senyawa lain, salah satunya Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak
bebas (Ketaren, 1996).
Meski demikian bukan berarti minyak bekas penggorengan ikan klothok
tidak dapat dimanfaatkan. Minyak jelantah khususnya jelantah ikan klothok dapat
dijadikan alternatif sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit kudis.
Jelantah ikan klothok ini memiliki kandungan garam yang tinggi, sehingga
jelantah ini memiliki rasa yang asin. Kandungan garam tersebut berasal dari ikan
klothok sebab ikan klothok dibuat dari penggaraman dan ikannya adalah berasal
dari ikan laut sehingga kandungan garamnya sangat tinggi. Selain kandungan
garamnya yang tinggi, ikan klothok sendiri elama bertahun-tahun ditemukan
mengandung sejumlah bakteri pembusuk yang dapat mematikan bakteri-bakteripatogen, termasuk bakteri asam laktat, seperti Pseudomonas spp, Staphylococcus
spp, Salmonella spp, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Escherichia
coli O157: H7, dan Listeria monocytogenes. Pada konsentrasi tertentu, garam
pada ikan asin tersebut ditemukan dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme
patogen dengan sistem kerjanya yang memberikan efek-efek pada bakteri patogen
di sel-sel dan jaringan. Hal itu dapat menciptakan suatu lingkungan hidup yang
tidak cocok untuk mikroba proliferasi. Selain itu, pada referensi lain juga
ditemukan bahwa pada kadar yang tinggi, garam sendiri dapat berfungsi untuk
mematikan parasit-parasit penyebab penyakit terutama yang diakibatkan oleh
jamur dan bakteri. Konsentrasi garam yang tinggi tersebut juga dapat memecu
konsentrasi di dalam tubuh kelinci tidak seimbang. Namun, lama kelamaan
jelantah ikan klothok tersebut akan membantu menyeimbangkan kembali prosesosmosis dan memicu daya tahan tubuh kelinci terhadap penyakit kudis yang
dideritanya sehingga jelantah akan masuk ke dalam tubuh dan menekan air serta
mematikan bakteri penyebab kudis yang kemudian bakteri tersebut akan tertekan
keluar bersamaan dengan keluarnya air melalui pori-pori kulit.
Di dalam pendayagunaan minyak jelantah ini, peran produsen ikan klothok
sangat diperlukan guna memproduksi ikan klothok. Selain ikan klothok tersebut
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 6/9
6
digunakan sebagai lauk untuk makan, ikan klothok ini juga merupakan bahan
utama di dalam pengatasan penyakit kudis.
Selain produsen ikan klothok, peran masyarakat juga sangat dibutuhkan
untuk pengembangan pengobatan ini. Masyarakat terutama ibu rumah tangga
berperan dalam pendayagunaan jelantah sisa penggorengan ikan klothok. Jadi, ibu
rumah tangga dapat mamanfaatkan jelantah ini sebagai pengobatan kudis. Denganhal tersebut, maka jelantah menjadi lebih bermanfaat dan memiliki nilai guna
yang tinggi.
Di dalam pencapaian karya tulis ini, penulis akan melakukan kerjasama
dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang ada dalam karya
tulis ini. Pihak penulis akan melakukan sosialisasi ke beberapa instansi-instansi
sebagai berikut:
Kepada pihak masyarakat yaitu dengan memberikan penjelasan kepada
masyarakat tentang pendayagunaan jelantah sisa penggorengan ikan klothok
sebagai alternative obat kudis pada kelinci hingga hewan-hewan besar dan
manusia.
Kepada produsen ikan klothok yaitu dengan memberikan penjelasan
bahwa ikan klothok juga memiliki nilai guna yang tinggi yaitu di dalam
penuntasan penyakit kudis pada kelinci hingga hewan-hewan besar dan manusia..
Kepada PUSKESWAN yaitu dengan memberikan sosialisasi mengenai
jelantah ikan klothok yang berpotensi sebagai alternatif pengobatan penyakit
kudis pada kelinci yang murah, mudah didapat, dan mempunyai nilai guna yang
tinggi serta di dapat proses penyembuhan yang cepat.
Kepada peternakan kelinci hingga peternakan hewan-hewan besar, yaitu
memberikan sosialisasi pada pengusaha peternakan untuk memakai jelantah ikan
klothok ini karena alternatif ini dinilai cukup murah, mudah diperoleh, dan
memiliki nilai guna yang tinggi serta di dapat proses penyembuhan yang cepat.
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 7/9
7
KESIMPULAN
Jelantah ikan klothok dapat menyembuhkan penyakit kudis pada kelinci
sebab jelantah ikan klothok mengandung kandungan garam yang tinggi. Pada
konsentrasi tertentu, garam pada ikan asin tersebut ditemukan dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme patogen dengan sistem kerjanya yang memberikanefek-efek pada bakteri patogen di sel-sel dan jaringan. Hal itu dapat menciptakan
suatu lingkungan hidup yang tidak cocok untuk mikroba proliferasi. Selain itu,
pada referensi lain juga ditemukan bahwa pada kadar yang tinggi ,garam sendiri
dapat berfungsi sebagai antiseptik untuk mematikan parasit-parasit penyebab
penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri seperti kutu Sarcoptes
scabiei dan Notoedres cati juga kutu Haemodipsus ventricosus yang terdapat pada
kudis kelinci. Konsentrasi garam yang tinggi tersebut juga dapat memecu
konsentrasi di dalam tubuh kelinci tidak seimbang. Namun lama kelamaan jlantah
ikan klothok tersebut akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmosis
dan memicu daya tahan tubuh kelinci terhadap penyakit kudis yang dideritanya
sehingga jlantah akan masuk ke dalam tubuh dan menekan air serta mematikan
bakteri penyebab kudis yang kemudian bakteri tersebut akan tertekan keluar
bersamaan dengan keluarnya air melalui pori-pori kulit. Dari hal itu maka jelantah
ikan klothok sangat berpotensi dalam penyembuhan kudis pada kelinci maupun
hewan yang lain dan manusia.
Cara pemakaian jelantah ikan klothok guna menyembuhkan kudis yaitu
dengan cara mengoleskan minyak tersebut pada bagian kelinci yang terkena kudis
secara teratur setiap hari hingga kudis tersebut sudah kering dan dinilai sudah
sembuh.
Jelantah ikan klothok dapat menjadi alternatif pengobatan kudis pada
kelinci yang sangat sederhana, murah, dan berdaya guna tinggi. Selain itu ,
jelantah ikan klothok ini juga dapat langsung bekerja ke jaringan dan permukaan
sel di kulit sehingga langsung menghambat perkembangbiakkan bakteri. Namundi sisi lain, penggunaan jelantah ikan klothok dapat menimbulkan bau yang
kurang enak pada saat pengobatan yaitu bau seperti ikan klothok dan akan terasa
agak lengket di kulit.
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 8/9
8
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2009. Dikutip dari; http://www.jokermerah.net
Anonimus. 1993. Skabies menyerang Lombok . Kompas 14 Agustus. Dikutip dari;http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Campbell, N. A. 1996. Biology,fourth edition. Benyamin Cummings Publishing
Hagen. 1976. Domestic Rabbits: Disease and Parasites. Veterinarian, Western
Region. Agricultural Research Service. Departement of Veterinary Pathology.
Iowa State University. Ames. Iowa. Dikutip dari;
http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Hartadi. 1999. Dikutip dari; http://jogjakelinci.wordpress.com/2009/11/02/kudis-
scabies-kulit-pada-kelinci/
Hickman Jr, Cleveland P., Roberts,Larry S.1990. Biology,of Animals,sixth edition.Wm. C. Johm Publishers. Company, Inc., Redwood City.
Iskandar, T., J. Manurung dan S.J. Simanjutak. 1989. Penyakit pada Kelinci.
Latihan Keterampilan Budidaya Kelinci. Badan Pendidikan Latihan dan
Penyuluhan Pertanian Cihea-Cianjur. Dikutip dari;
http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Iskandar, T. 2000. Masalah skabies pada hewan dan manusia serta
penanggulangannya. Dikutip dari;
http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas
Indonesia, Jakarta. Dikutip dari;http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Levine. 1994. Dikutip dari; http://jogjakelinci.wordpress.com/2009/11/02/kudis-
scabies-kulit-pada-kelinci/
Manurung, J., S. Partoutomo dan Knox. 1986. Pengobatan kudis kelinci lokal
(Notoedres cati) dengan ivermectin atau neguvon. Penyakit Hewan.
17(29):308−311. Dikutip dari;
http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Moeljanto, R. 1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan. PT Penebar Swadaya.
Jakarta.Roncalli, R.A. 1987. The history of scabies in veterinary and human medicine
from biblical to modern times. Vet. Parasitol. 25: 193−198. Dikutip dari;
http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI-Press. Dikutip dari;
http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 9/9
9
Soedarto, M. 1994. Skabies. Dexa Media. 7: 4−6. Dikutip dari;
http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Sungkar, S. 1991. Cara pemeriksaan kerokan kulit untuk menegakkan diagnosis
skabies. Maj. Parasitol. Ind. 61−64. Dikutip dari;http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69
Syamsuri,I,et al.2004. Biologi SMA kelas X I . Jakarta : Erlangga.
www.galihgumelar.blogspot.com.
Recommended