View
224
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
13
BAB II BIMBINGAN BELAJAR DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA
A. Bimbingan Belajar
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan pada dasarnya proses bantuan yang diberikan kepada individu
agar mampu mencapai perkembangan diri yang optimal. Pengertian bimbingan
banyak dikemukakan oleh para ahli seperti W. S. Winkel (1985 : 17)
mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian bantuan kepada seseorang atau
kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan
dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan hidup. Selain definisi di
atas, Shertzer & Stone (W. S. Winkel, 1997 : 66) mengemukakan bahwa
‘Guidance is the process of helping individual to understand themselves and their
world’.
Moh. Surya (1988 : 36) memberikan definisi yang lebih lengkap bahwa:
Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Hampir senada dengan pendapat Moh. Surya di atas, Prayitno (1987 : 35)
mengemukakan bahwa :
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu : (1) mengenal diri sendiri dan lingkungan, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mengambil keputusan, (4) mengarahkan diri, dan (5) mewujudkan diri.
14
Selanjutnya Moegiadi (W. S. Winkel, 1997 : 66) mengungkapkan bahwa :
Bimbingan dapat berarti (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada individu agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal : memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.
Definisi yang lebih mengarah kepada pelaksanaan bimbingan di sekolah
ialah sebagaimana yang dikemukakan oleh Miller (Moh. Surya, 1988 : 36) bahwa
‘bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk melakukan
penyesuaian diri sendiri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, dan
masyarakat’.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa : (a) bimbingan
merupakan bantuan yang diberikann kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, (b) yang bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri
melalui pola-pola kebiasaan yang dilakukannya sehari-hari baik di lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-pola kebiasaan yang dimaksudkan adalah
pola-pola dimana individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan
lingkungannya serta bagaimana individu tersebut memiliki kebiasaan-kebiasaaan
yang positif di lingkungan sekitarnya.
15
2. Pengertian Bimbingan Belajar
Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan, karena belajar
merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran (Syaodih, 2004 :
240). Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan
hasil yang diharapkan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau
hambatan. Kesulitan atau hambatan dalam belajar ini dimanifestasikan dalam
beberapa gejala masalah besar, diantaranya mengenai masalah kebiasaan. Prayitno
dan Erman Amti (2004 : 280) mengemukakan masalah belajar bahwa “...bersikap
dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi yang kegiatan atau perbuatan
belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahuinya, dan sebagainya”.
Menurut Burton (Abin Syamsudin, 2000 : 307) bahwa seorang siswa dapat
dipandang atau diduga mengalami kesulitan belajar apabila siswa yang
bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-
tujuan belajarnya. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat
mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat
kemampuannya), intelegensi, dan bakat. Siswa semacam ini dapat digolongkan ke
dalam siswa berprestasi kurang. Siswa yang berprestasi kurang ini diantaranya
dapat disebabkan oleh kebiasaan belajar siswa yang bersangkutan kurang baik.
Bimbingan belajar (Prayitno, 2004 : 279) merupakan salah satu bentuk
layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman
menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak
16
selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Seringkali
kegagalan itu terjadi disebabkan karena mereka tidak mendapat layanan
bimbingan yang memadai.
Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para
individu dalam menghadapi dan memcahkan masalah-masalah akademik
(Nurihsan, 2003 : 20). Masalah-masalah akademik meliputi : pengenalan
kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas dan latihan,
pencarian dan penggunaan sumber-sumber belajar, perencanaan pendidikan
lanjutan, dan lain-lain.
Bimbingan belajar (Winkel, 1997 : 140) merupakan bimbingan dalam hal
menemukan cara-cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai dan
mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di
suatu institusi pendidikan. Bimbingan belajar juga diartikan sebagai proses
pemberian bantuan terhadap siswa untuk dapat belajar secara optimal dan dapat
memenuhi tuntutan setiap mata pelajaran dan memperoleh hasil belajar yang baik
setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kemampuan bakat,
minat yang dimiliki masing-masing siswa.
Menurut Munandar (1999) bimbingan belajar adalah suatu proses
pemberian bimbingan dari pembimbing kepada siswa dengan cara
mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan mengembangkan
keterampilan serta kebiasaan belajar agar mencapai hasil belajar yang optimal
sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
17
Tujuan umum layanan bimbingan belajar bagi siswa adalah tercapainya
penyesuaian akademis secara optimal sesuai dengan bakat dan potensi yang
dimilikinya. Secara khusus, program bimbingan belajar diarahkan untuk
membantu siswa memahami potensi maupun kelemahan diri, memiliki kebiasaan
belajar yang baik, mampu memecahkan masalah belajar dan menciptakan suasana
belajar yang kondusif.
Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Cece Rakhmat (1997 : 35)
yang mengatakan bahwa bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan dari
guru pembimbing terhadap siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar
mengajar yang kondusif agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajar yang
mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam
penelitian ini, bimbingan belajar yang diberikan bagi siswa adalah bimbingan
yang dilakukan dengan maksud mengembangkan kebiasaan belajar yang positif
sehingga siswa dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
3. Kedudukan Bimbingan Belajar dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dan terpadu
dalam proses pembelajaran di sekolah, maka keberadaan bimbingan dan konseling
diperlukan. Ketercapaian pendidikan bukan hanya ditentukan oleh faktor
akademis saja, namun menyangkut semua aspek kepribadian siswa.
Bimbingan dan konseling menurut Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja
(1993 : 46) :
Suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar dapat kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri
18
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu proses bantuan yang diberikan
oleh konselor kepada konseli agar konseli yang dibimbing dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi yang individu miliki, sehingga individu
tersebut memiliki tanggung jawab, baik pada dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
Ditilik dari aspek potensi dan arah perkembangn siswa, bimbingan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 bidang, yaitu : (1) bimbingan akademik, (2) bimbingan
sosial-pribadi, (3) bimbingan karir, dan (4) bimbingan keluarga (Syamsu Yusuf,
2006 : 37).
Bidang bimbingan belajar oleh penulis dianggap sangat penting
dikarenakan siswa lebih banyak menghabiskan waktu belajarnya di sekolah
dibandingkan dengan di rumah. Di sekolah siswa dapat lebih terfokus untuk
memahami pelajaran karena siswa dapat bertanya langsung kepada guru apabila
mengalami kesulitan.
Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa
dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan
memecahkan masalah-masalah belajar (Syamsu Yusuf, 2006 : 37). Bimbingan
belajar membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar, penyesuaian akademis
dan pencapaian standar kompetensi.
Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan suasana
belajar-mengajar yang kondusif agar siswa terhindar dari kesultian belajar. Para
pembimbing membantu siswa mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara
19
belajar efektif, mengembangkan kebiasaan belajar yang positif, membantu siswa
agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua
tuntutan pendidikan. Dalam bimbingan belajar, pembimbing berupaya
memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
4. Tujuan Bimbingan Belajar
Abin Syamsudin (2000 : 277) mengungkapkan tujuan dari layanan
bimbingan adalah agar individu dapat mencapai taraf perkembangan dan
kebahagiaan yang optimal. Sedangkan layanan bimbingan belajar sendiri
bertujuan untuk membantu dan membekali individu (peserta didik) agar dapat
menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, membentuk kebiasaan-kebiasaan
belajar yang positif agar mencapai prestasi yang optimal.
Secara umum, tujuan bimbingan belajar (Muhibin Syah, 2004 : 23) adalah
tercapainya penyesuaian akademis secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki siswa. Secara khusus, tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut:
a. Siswa dapat memahami dirinya, misalnya siswa dapat memahami keunggulan
dan kelemahan diri. Hal ini dapat tercipta jika siswa merasa aman dan bebas
untuk mengungkapkan dan mewujudkan dirinya. Menurut Munandar (1999 :
98) rasa aman dapat tercipta jika guru dapat menerima siswa sebagaimana
adanya dengan segala kekuatan dan kelemahannya dan tetap menghargainya.
Guru seyogianya memahami siswa dan memberikan pengertian dengan
mencoba menempatkan diri dalam situasi siswa dengan melihat dari sudut
pandang siswa.
20
b. Siswa memiliki keterampilan belajar, misalnya keterampilan untuk membuat
pertimbangan dan mengambil keputusan. Siswa-siswa berharap harus
diperkenalkan dan dilatih pada situasi permasalahan atau persoalan yang
rumit yang harus siswa alami agar dapat memberi pertimbangan dan
menemukan penyelesaian yang paling tepat.
c. Siswa mampu memecahkan masalah belajar, misalnya bagaimana cara
menyelesaikan persoalan secara kreatif, tidak cukup untuk hanya
mengemukakan macam-macam gagasan atau menghasilkan sejumlah
kemungkinan penyelesaian masalah. Untuk dapat membuat pilihan, siswa
harus mempunyai alasan dan patokan yang relevan untuk menilai pilihan
yang terbaik.
d. Terciptanya suasana belajar yang kondusif bagi siswa. Kondisi lingkungan
yang dapat memupuk kemampuan siswa yaitu terlebih dahulu guru
memahami siswa dan memberikan pengertian dengan mencoba menempatkan
diri dalam situasi dan sudut pandang siswa.
e. Siswa memahami lingkungan pendidikan.
Adanya bimbingan belajar, diperoleh manfaat bagi siswa maupun pengajar
atau konselor sekolah. Bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman
dan efektif, dapat mereduksi dan mengatasi terjadinya kesulitan belajar dan dapat
meningkatkan keberhasilan belajar.
Bagi pengajar maupun konselor sekolah adalah dapat membantu untuk
lebih menyesuaikan materi pembelajaran atau materi bimbingan dengan keadaan
21
siswa, dapat memahami dan memperhatikan siswa sebagai pribadi yang utuh serta
memudahkan pengajaran dalam memahami karakteristik siswa.
5. Program Bimbingan Belajar
a. Definisi Program Bimbingan
Program merupakan rencana kegiatan yang disusun secara operasional
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya.
Faktor-faktor itu berupa masukan yang terdiri dari aspek-aspek tujuan, jenis
kegiatan, personel, waktu, teknik, atau strategi, pelaksanaan, dan fasilitas lainnya
(Suherman, 1989 : 8).
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan program
bimbingan, sebagai berikut.
1. Karakteristik peserta didik serta kebutuhan akan bimbingan dan konseling;
2. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan;
3. Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas yang diperlukan;
4. Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan;
5. Jenis kegiatan dan layanan yang perlu diprioritaskan;
6. Ketersediaan tenaga professional untuk melaksanakan kegiatan bimbingan
dan konseling.
b. Prinsip-Prinsip dalam Pengembangan Program
Program bimbingan berisikan mengenai sejumlah kegiatan bimbingan.
Suatu program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang
terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
Program bimbingan yang dikembangkan merupakan pedoman bagi tenaga
22
pembimbing sehingga pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat terlaksana dengan
lancar, efektif, efisien, serta dapat dilakukan evaluasi baik terhadap program,
proses, maupun hasil. Program bimbingan yang disusun secara baik dan matang
memberikan banyak keuntungan, baik bagi siswa yang mendapatkan layanan
maupun bagi guru pembimbing atau staf bimbingan yang melaksanakannya.
Ciri-ciri program bimbingan yang baik adalah seperti yang dikemukakan
oleh Miller (Suherman dan Sudrajat, 1998 : 23), sebagai berikut.
1. Disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata siswa.
2. Diatur menurut skala prioritas berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua unsur
petugas.
4. Mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis.
5. Mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di antara semua staf
pelaksana.
6. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
7. Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan dan pengajaran di
sekolah yang bersangkutan.
8. Memberikan kemungkinan pelayanan kepada seluruh siswa.
9. Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan
masyarakat.
10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program itu
sendiri, kemajuan siswa yang dibimbing, dan kemajuan pengetahuan,
keterampilan serta sikap para petugas pelaksananya.
23
11. Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam
hal:
a) Pelayanan kelompok dan individual.
b) Pelayanan yang diberikan oleh berbagai guru pembimbing.
c) Penggunaan alat ukur yang objektif dan subjektif.
d) Penelaahan tentang siswa dan pemberian konseling.
e) Pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan.
f) Pemberian konseling umum dan khusus.
c. Fase-fase dalam Pengembangan Program
Fase dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah,
menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman, 1995 : 55-61) ada empat
fase, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) perancangan (designing), (3)
penerapan (implementing), dan (4) evaluasi (evaluating).
1) Perencanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan adalah: (a)
identifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, guru), (b) isi pokok program
(tujuan dan ruang lingkup program), (c) organisasi program layanan
(pengorganisasian layanan bimbingan).
Perumusan perencanaan ini sebaiknya didasarkan kepada hasil identifikasi
tentang kebutuhan siswa. Hal penting lainnya dalam proses perencanaan ini
adalah menyangkut: (a) penempatan dan pengembangan staf, serta (b) penyediaan
dan fasilitas.
24
2) Perancangan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perancangan ini adalah
menyangkut aspek-aspek berikut.
a) Kompetensi dan tujuan yang manakah yang perlu diprioritaskan?
b) Siapa saja yang harus diberi layanan: apakah semua siswa dengan pendekatan
pengembangan, atau beberapa siswa dengan pendekatan kuratif?
c) Keterampilan apa yang sebaiknya dilakukan oleh pembimbing: mengajar,
membimbing, konsultasi, konseling, koordinasi, atau menyebarkan informasi
dengan mempertimbangkan prioritas tertentu?
d) Bagaimana hubungan antara program bimbingan dengan program pendidikan
lainnya? Apakah tujuan program bimbingan itu mendukung program
pengajaran?
3) Penerapan
Dalam menerapkan program, pembimbing sebaiknya perlu memiliki
kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang sebelumnya,
sehingga terdapat kesesuaian antara program yang telah dirancang dengan
pelaksanaan di lapangan dan program terlaksana dengan baik.
4) Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat bagi
pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan maupun pengembangan program di
masa yang akan datang.
25
d. Jenis-Jenis Layanan dalam Program
Berdasarkan jenis layanan, dalam bimbingan dan konseling dibedakan
empat jenis layanan utama, yaitu:
1) Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan
membantu para siswa mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-
keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangannya
pada aspek akademik atau belajar. Layanan dasar bimbingan ini ditujukan
untuk seluruh siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar
kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa
mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
2) Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu
memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa saat ini.
Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Isi layanan
responsif sesuai dengan kebutuhan siswa dalam bidang akademik atau
belajar.
3) Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang memberikan
bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan
perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan
kelemahan dirinya. Layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa
agar (a) memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan, perencanaan, atau
pengelolaan terhadap pengembangan dirinya yang menyangkut akademik
atau belajar; (b) dapat belajar memantau dan memahami perkembangan
26
dirinya, dan (c) dapat melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan
pemahamannya atau tujuan yang telah dirumuskan secara pro-aktif.
4) Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan profesional (hubungan masyarakat dan
staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), masyarakat yang lebih luas,
manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Ketiga komponen program di atas (layanan dasar bimbingan, layanan
responsif, dan layanan perencanaan individual), merupakan pemberian layanan
bimbingan dan konseling kepada para siswa secara langsung. Sedangkan
dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada siswa, atau memfasilitasi kelancaraan perkembangan
siswa. Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka
memperlancar penyelenggaaraan ketiga program layanan di atas.
Program layanan bimbingan kebiasaan belajar ini lebih difokuskan pada
pengembangan kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan oleh siswa SMP kelas
VII dalam aspek akademik atau belajar. Oleh karena itu program dibuat dengan
lebih mengutamakan mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan pada siswa SMP kelas
VII sebagai upaya penanganan secara preventif melalui layanan responsif. Strategi
layanan responsif dilakukan melalui:
1) Konseling individual dan kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok merupakan bantuan yang diberikan
pada konseli melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok memungkinkan
27
setiap konseli (anggota kelompok) berbagi informasi yang berkenaan dengan
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan
dalam bentuk pelajaran (Juntika Nurihsan, 2005 :17).
2) Referal (rujukan atau alih tangan)
Apabila konselor kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah
konseli, maka sebaiknya mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak
yang lebih berwenang.
3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam
rangka memperoleh informasi tentang peserta didik, memecahkan masalah peserta
didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang perlu dilakukan.
4) Kolaborasi dengan orang tua
Konselor perlu melakukan kerjasama dengan orang tua, karena proses
bimbingan tidak hanya terjadi di sekolah saja tetapi juga di rumah.
5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah
Konselor perlu menjalin kerja sama dengan unsur-unsur masyarakat yang
dipandang relevan dengan mutu pelayanan bimbingan.
6) Konferensi kasus
Konferensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan
peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah peserta didik.
28
7) Kunjungan rumah
Kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik
tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya.
B. Kebiasaan Belajar
Tujuan utama dari program pembelajaran di sekolah adalah untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
siswa. Tetapi dalam pencapaian hasil belajar tersebut, tidak semua siswa dapat
memaksimalkan potensi yang dimilikinya karena dalam pencapaian hasil belajar
dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi siswa. Faktor tersebut diantaranya
adalah faktor ekstern (luar) dan faktor intern (dalam). Faktor ekstern adalah faktor
yang berasal dari luar siswa atau dari lingkungan, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan non sosial. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri termasuk di dalamnya kebiasaan belajar siswa.
Kebiasaan belajar merupakan faktor yang mungkin mempengaruhi siswa
dalam pencapaian hasil belajarnya. Hal ini dikarenakan kebiasaan merupakan
cerminan perilaku seseorang dalam merespon sesuatu berdasarkan
pemahamannya, suasana hati untuk melakukan atau tidak melakukan, menolak
atau menerima sesuatu dalam belajar. Jika kebiasaan siswa itu positif yaitu
memiliki kecenderungan mau belajar dimungkinkan hasil belajarnya akan
maksimal, dan sebaliknya apabila siswa cenderung memiliki kebiasaan yang
negatif atau kurang baik maka dimungkinkan hasil belajar siswa tersebut akan
kurang maksimal.
29
1. Pengertian Kebiasaan
Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan individu dalam
menghadapi situasi atau kondisi tertentu disebut kebiasaan. Dalam proses
pembentukan kebiasaan siswa tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan
pembiasaan. Pembiasaan adalah kegiatan yang dikondisikan untuk selalu
ditampilkan, seperti yang terdapat dalam buku pedoman pelaksanaan Pembiasaan
Pusat Kurikulum (2005 : 3) menyebutkan pembiasaan adalah “proses
pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang
berulang-ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian)”. Perilaku yang relatif
menetap artinya sudah menjadi kebiasaan.
Pengalaman yang berulang-ulang adalah pengalaman yang dibentuk
melalui proses pembelajaran, bukan merupakan hasil kematangan atau proses
pemaksaan, proses pembelajaran ini akhirnya sampai pada tahap otonomi
(kemandirian).
Tahap otonomi berarti sikap dan perilaku tersebut sudah menjadi bagian
dari diri individu itu sendiri (internalisasi) yang ditandai dengan munculnya rasa
bersalah (guilty feeling) apabila melakukan pelanggaran, berani menyatakan
pendapat secara tegas (asertif) apabila situasi atau kondisi tersebut tidak sesuai
dengan keyakinan dan perasannya maka individu dengan tegas bisa menolak atau
mengatakan “tidak” dan akan mengatakan setuju apabila sesuai dengan perasaan
dan keyakinannya, mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan yang
matang dari diri sendiri, tanpa adanya intervensi dari pihak lain.
30
Kebiasaan merupakan perilaku individu yang selalu ditampilkan apabila
individu tersebut menghadapi suatu situasi atau kondisi tertentu, maka kebiasaan
ini perlu dibentuk melalui kegiatan pembiasaan. Pusat Kurikulum dalam buku
Pedoman Pembiasaan SMP/MTs (Sularti, 2008 : 22) menyatakan ada 4 bentuk
kegiatan pembiasaan :
a. Rutin : yaitu kegiatan yang dilakukan secara reguler baik di kelas maupun di
luar kelas, di rumah ataupun di masyarakat. Seperti kebiasaan shalat,
kebiasaan senam, pemeriksaan kesehatan, pergi ke perpustakaan, kebiasaan
sebelum belajar, dan lain sebagainya dengan tujuan agar siswa memiliki
kebiasaan yang baik.
b. Spontan : yaitu kegiatan melatih siswa terbiasa secara spontan bersikap baik
kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja seperti tidak tergantung waktu
dan tempat seperti memberi salam, membuang sampah pada tempatnya,
menolong teman yang sakit, bertanya secara baik, dan lain sebagainya.
c. Teladan : kegiatan yang mengutamakan pemberian contoh dan teladan kepada
siswa, seperti datang tidak terlambat, berpakaian rapih, menggunakan bahasa
yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik sesuai dengan norma yang
ada.
d. Terprogram : kegiatan yang direncanakan dan diprogramkan secara berkala
seperti seminar, kunjungan ke panti, aneka lomba, bazaar dan sebagainya.
Tujuan dari kegiatan Pembiasaan menurut Pusat Kurikulum (Sularti, 2008
: 22) secara umum bertujuan untuk “Mengembankan potensi peserta didik secara
31
optimal, yaitu menjadi manusia yang mampu menata diri dan menjawab berbagai
tantangan dari dalam diri dan juga lingkungan secara adaptif dan konstruktif”.
Selanjutnya menurut Prayitno (2004 : 19) kebiasaan adalah :
Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu, kebiasaan ini dapat terwujud dalam tingkah laku nyata seperti memberi salam, tersenyum, ataupun yang tidak nyata seperti berpikir, merasakan, dan bersikap. Sikap dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam hubungan sosial, mengikuti aturan, belajar serta sikap dan kebiasaan dalam menghadapi kondisi tertentu seperti : jatuh sakit, menghadapi ujian, bertemu guru atau orang tua dan juga ketika menjumpai sesuatu yang menakutkan dan lain sebagainya.
Contoh siswa yang selalu datang tepat waktu, kemudian pada suatu hari
terlambat, maka siswa tersebut merasa dirinya bersalah dan dengan tegas mampu
mengutarakan alasannya terlambat dengan penuh tanggung jawab dan meminta
maaf tanpa adanya intervensi dari pihak lain untuk membuat alasan yang
direkayasa.
Paparan mengenai kebiasaan yang dijelaskan di atas dapat membentuk
kebiasaan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya
dan menjadikan “aktivitas kehidupan” sehari-hari, kehidupan pribadi seperti :
makan, minum, tidur, shalat, berdoa, belajar, mengikuti aturan, tata tertib dan
norma-norma dan aktivitas lainnya.
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan inti kegiatan individu sejak dalam kandungan hingga
menutup mata (life-long learning) belajar sepanjang hayat. Hal ini dipertegas oleh
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (2002 : 46).
Life-long learning adalah proses dan aktivitas yang terjadi dan melekat dalam kehidupan manusia sehari-hari karena dia selalu diperhadapkan
32
kepada lingkungan yang selalu berubah yang menuntut dia harus menyesuaikan, memperbaiki dan mengubah perilaku untuk dapat merespon dan mengendalikan lingkungan secara efektif.
Paparan mengenai life-long learning diatas dapat menjadikan strategi
utama dalam pengembangan perilaku efektif individu, karena dengan melalui
belajar individu dapat memperoleh pengalaman yang dapat digunakan untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang terus berkembang
mengikuti perkembangan jaman, individu dituntut untuk terus memperbaharui
pengetahuannya melalui belajar.
Belajar menurut Ngalim Purwanto (1992 : 84) adalah “suatu perubahan
tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan yang relatif
menetap”. Sementara belajar menurut Suparno, S. A. (2001 : 2) “merupakan suatu
aktivitas yang menimbulkan perubahan dari hasil kegiatan meniru, ganjaran,
penguatan, dan pengalaman yang bersifat relatif menetap”.
Dari berbagai pendapat mengenai belajar maka dapat diartikan belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat dari kegiatan meniru,
latihan, ganjaran, penguatan dan pengalaman. Perubahan di sini adalah perubahan
yang sifatnya positif seperti dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dan perubahan
yang dapat disebut sebagai hasil belajar adalah perubahan yang bergerak ke arah
positif atau ke arah yang lebih baik.
3. Pengertian Kebiasaan Belajar
Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulang-ulang,
sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran. Misalnya orang
33
yang terbiasa belajar setelah sholat maghrib sampai dengan larut malam, maka ia
akan melakukannya setiap hari, tanpa memerlukan pemikiran dan konsentrasi
yang penuh.
Kebiasaan belajar menurut Syamsu Yusuf, L. N (2006 : 116) adalah
“perilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap karena sudah berulang-ulang
(rutin) dilakukan, baik cara, strategi belajar, maupun pendekatan yang digunakan
dalam belajar”.
Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara
ajeg dari waktu-kewaktu dalam rangka menambah ilmu pengetahuan baik di
sekolah, di rumah maupun bersama teman. Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan
belajar tidaklah sama dengan keterampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah
perilaku belajar seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama, sedangkan
keterampilan belajar adalah suatu sistem, metode, teknik yang telah dikuasai
untuk melakukan studi.
Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor
bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan
sadar selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku
itu menjadi terbiasa sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa
memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses
belajar.
Kebiasaan belajar adakalanya merupakan kebiasaan belajar yang positif
atau baik dan kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik. Kebiasaan belajar
yang positif akan membantu siswa untuk menguasai materi pelajaran. Sedangkan
34
kebiasaan belajar yang negatif atau kurang baik akan mempersulit peserta didik
untuk memahami materi pelajaran.
4. Aspek-Aspek Kebiasaan Belajar
Menurut Chaniago (2007 : 72) kebiasaan adalah sesuatu yang dikerjakan
berulang-ulang. Sedangkan menurut Surya (1992 : 28) kebiasaan adalah suatu
cara individu bertindak yang sifatnya otomatis untuk suatu masa tertentu. Tingkah
laku yang menjadi kebiasaan tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi
karena sifatnya sudah relatif menetap.
Menurut Sulaeman (1984 : 70) kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai
cara-cara atau teknik-teknik yang mantap yang dilakukan siswa pada waktu ia
menerima pelajaran dari guru, membaca buku dan mengerjakan tugas-tugas
sekolah, serta pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konstruk kebiasaan belajar dalam penelitian ini menganut pada konstruk
Dadang Suleman (1984). Aspek-aspek kebiasaan belajarnya yaitu:
1) Kebiasaan siswa sebelum belajar.
a) Menyiapkan PR/Tugas.
b) Menyiapkan perlengkapan sekolah.
c) Menyiapkan mental.
d) Menyiapkan fisik.
2) Kebiasaan belajar siswa diwaktu senggang.
a) Pemanfaatan waktu istirahat.
b) Pemanfaatan waktu jam pelajaran kosong.
c) Menggunakan waktu luang saat di rumah atau saat libur.
35
3) Kebiasaan belajar bersama teman.
a) Kemampuan mengendalikan diri.
b) Aktivitas dalam belajar bersama.
c) Menerima/menolak pendapat teman.
4) Kebiasaan belajar di kelas.
a) Sebelum pelajaran dimulai.
b) Saat pelajaran berlangsung.
5) Kebiasaan siswa dalam belajar kelompok.
a) Tanggapan terhadap pendapat teman.
b) Kehadiran dalam kelompok belajar.
c) Aktivitas dalam kelompok belajar.
6) Kebiasaan belajar di rumah.
a) Belajar di rumah.
b) Belajar dengan bantuan kakak/orang tua.
5. Karakteristik Kebiasaan Belajar
Sularti (2008 : 90-92) mengemukakan aspek-aspek perilaku yang termasuk
dalam kebiasaan belajar yang baik antara lain menyiapkan alat, mental, dan fisik
saat akan belajar, baik belajar di rumah atau di sekolah, memanfaatkan waktu
luang untuk menambah ilmu pengetahuan, belajar kelompok, memperhatikan saat
guru menerangkan mata pelajaran di kelas, berkontribusi dalam diskusi kelompok,
serta memiliki jadwal belajar di rumah.
Siswa yang telah menyiapkan alat, mental, dan fisiknya sebelum berangkat
ke sekolah, jika dibiasakan akan menyebabkan siswa terhindar dari kehilangan
36
konsentrasi saat belajar. Akibatnya, siswa membiasakan diri untuk selalu
konsentrasi saat belajar, meskipun jam pelajaran yang terakhir. Akan tetapi, jika
siswa tidak menyiapkan alat, mental, dan fisik sebelum ke sekolah, kemungkinan
siswa tersebut akan sulit konsentrasi saat belajar atau bisa jadi tugas yang
seharusnya dikumpulkan tertinggal di rumah, karena tidak dipersiapkan terlebih
dahulu.
I Nengah Konten (2009 : http://www.balipost.com/mediadetail.php)
mengemukakan bahwa kebiasaan belajar yang baik dapat dilakukan oleh siswa,
dengan mempedomani asas-asas sebagai berikut:
a. Melakukan semua kegiatan belajar di tempat yang sama, dalam kamar sendiri
kalau mungkin.
b. Tidak melakukan usaha belajar pada kamar yang dipergunakan untuk
rekreasi.
c. Tidak bersaing dengan penganggu-penganggu perhatian.
d. Melakukan aktivitas belajar terhadap suatu mata pelajaran atau bahan ajaran
pada waktu yang sama setiap hari.
e. Tidak belajar dalam posisi terlalu santai.
f. Tidak melakukan hal lain ketika belajar.
g. Menggunakan waktu yang cukup untuk belajar.
h. Segera memulai belajar setelah duduk menghadapi meja belajar.
i. Tidak terlalu banyak beraktivitas di luar pelajaran.
j. Membuat contoh-contoh guna memeriksa pemahaman bahan ajaran.
37
k. Mencari kegunaan praktis dari pengetahuan yang diperoleh, terlebih
pengetahuan yang baru.
l. Pada awal setiap mata pelajaran, mengusahakan memperoleh gambaran
menyeluruh mengenai isinya.
m. Mencurahkan perhatian penuh sehingga ada keinginan untuk mencapai
sesuatu, dan selalu ingin belajar.
n. Melatih kebiasaan untuk belajar tuntas.
o. Memperhatikan secara teliti kata-kata baru atau kata-kata asing.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar dapat terwujud dan dilaksanakan siswa dalam kaitannya
dengan aktivitas kehidupan yang nampak yaitu dalam bentuk tingkah laku
khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, kebiasaan belajar ini tidak
muncul dengan sendirinya melainkan dikondisikan dan dibentuk melalui berbagai
kegiatan baik melalui pengalaman, latihan dan belajar, yang dilakukan secara
terus menerus, berkesinambungan dalam suasana pembelajaran.
Pengalaman dan latihan itu disengaja dan disadari, atau merupakan proses
belajar sampai dengan tercapainya kematangan dan kemantapan dalam
mengambil keputusan dan rencana masa depan, perubahan itu terjadi karena
adanya proses pembelajaran, dalam pembentukan kebiasaan dengan melalui
pembelajaran ini individu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
luar individu (ekstern) dan faktor dalam individu itu sendiri (intern).
Sejalan dengan yang diungkapkan Syamsu Yusuf (2004) bahwa kebiasaan
belajar dapat dipengangaruhi oleh faktor interen dan ekstern dan dapat
38
dikembangkan melalui latihan, pemahaman, perasaan dan keyakinan tentang
manfaat belajar.
Sularti (2008 : 33-35) mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam
individu yang mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor dari luar individu yang
sering berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut.
a. Sikap guru. Guru yang kurang memahami dan mengerti tentang kondisi
siswa, guru tidak adil, kurang perhatian, khususya pada anak-anak yang
kurang cerdas atau pada siswa yang memiliki gangguan emosi atau lainnya,
guru yang sering marah jika siswa tidak dapat mengerjakan tugas.
b. Keadaan ekonomi orang tua. Siswa tidak sekolah atau alpa dapat disebabkan
siswa tidak memiliki uang transport untuk ke sekolah karena lokasi sekolah
sangat jauh dari rumah, atau siswa tidak dapat mengerjakan tugas karena
tidak memiliki buku lembar kegiatan siswa (LKS), dan kesulitan belajar di
rumah karena tidak memiliki buku paket dan kelengkapan belajarnya.
c. Kasih sayang dan perhatian orang tua. Siswa malas pada umumnya berasal
dari keluarga yang broken home, orang tua bercerai, memiliki ibu atau bapak
tiri, sehingga orang tua kurang dapat mencurahkan perhatian dan kasih
sayang pada anaknya, anak merasa diterlantarkan, disia-siakan, merasa bahwa
dirinya tidak berarti.
d. Layanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing dianggap kurang dapat
memberikan layanan yang maksimal kepada setiap siswa. Hal ini akibat dari
keterbatasan tenaga yaitu satu guru pembimbing harus menangani 875 siswa,
seharusnya satu guru pembimbing menangani 150-225 siswa sebagaimana
39
telah dijelaskan dalam Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling (2002 :
17), keterbatasan sarana, dan dorongan dari para pemegang kebijakan
sekolah.
Faktor dari dalam individu yang sering berpengaruh adalah sebagai
berikut.
a. Minat, motivasi dan cita-cita. Pada umumnya siswa yang memiliki kebiasaan
malas belajar atau sering tidak masuk sekolah karena tidak memiliki cita-cita
atau harapan.
b. Pengendalian diri dan emosi. Siswa malas atau membolos dapat disebabkan
siswa tersebut tidak dapat menolak ajakan teman, perasaan takut, kecewa atau
tidak suka kepada guru, emosi yang tidak stabil seperti mudah tersinggung,
mudah marah, dan mudah putus asa.
c. Kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya. Siswa yang memiliki
kekurangan fisik kurang dapat berkembang dengan normal dimungkinkan
memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik, siswa ingin
diperhatikan, kurang percaya diri dan sebaliknya sombong sekedar menutupi
kekurangannya.
d. Kelemahan mental seperti kecerdasan, intelegensi, bakat khusus.
7. Cara-Cara untuk Mengembangkan Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu
malam. Kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Berikut ini
adalah cara mengembangkan kebiasaan belajar yang dikemukakan oleh Novita
(2005 : 29) yang kiranya tidak sukar untuk dilaksanakan.
40
a. Menyusun Rencana Belajar
Tiap siswa tentu berkeinginan agar belajarnya dapat berhasil dengan baik,
untuk itu mereka berusaha sedapat mungkin menggerakkan segala daya yang ada
agar berhasil mencapai tujuan. Rencana belajar besar manfaatnya dan menjadi
keharusan bagi setiap siswa.
Manfaat rencana belajar yang baik menurut Hamalik (Subroto, 2004 : 24)
adalah (1) menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga perbuatan
belajar menjadi lebih teratur dan lebih sistematis; (2) menjadi pendorong dalam
belajar. Program yang telah dibuat akan merangsang siswa untuk belajar. Oleh
sebab itu kegiatan belajar berarti berusaha menyelesaikan rencana itu tepat pada
waktunya; (3) menjadi alat bantu dalam belajar; (4) rencana belajar yang baik
akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai, memeriksa sampai di mana
tujuan belajar siswa tercapai, sehingga menimbulkan usaha-usaha untuk
memperbaiki cara belajarnya.
b. Menyusun Jadwal Belajar
Menyusun jadwal belajar pada umumnyya adalah belajar sedikit demi
sedikit tetapi konsisten, akan lebih baik dari pada belajar borongan. Pada
umumnya setiap siswa menyediakan waktu untuk dua macam kegiatan, yaitu
mengikuti pelajaran dan praktik (kalau ada) di sekolah serta belajar di luar
pelajaran dan praktikum. Seringkali siswa hanya belajar pada saat akan ada
ulangan dan ujian saja, sehingga kadang-kadang hasilnya jauh dari yang
diharapkan, bahkan pelajaran yang dipelajari dalam waktu semalam akan kurang
bertahan dalam ingatan dibandingkan dengan jika dipelajari sedikit demi sedikit.
41
c. Penggunaan Waktu Belajar
Penggunaan waktu siswa ada dua hal, yaitu: (1) penjatahan waktu untuk
masing-masing pelajaran, waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu mata
pelajaran berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pada umumnya
tiap-tiap siswa mengenal diri dan kemampuannya dengan baik sehingga akan
dapat membuat perkiraan mengenai alokasi waktu yang disediakan untuk masing-
masing pelajaran. Selain itu waktu belajar juga perlu diperhatikan karena setiap
siswa ada yang suka belajar pada siang, sore, atau malam hari. Untuk itu
hendaknya penggunaan waktu diatur seefisien mungkin sesuai dengan keadaan
masing-masing; (2) menyiapkan dan mengulang mata pelajaran, bahan pelajaran
akan dapat dikuasai dengan baik bila mempelajarinya dengan baik dan akan lebih
baik lagi jika siswa menyediakan waktu untuk menyiapkan apa yang akan
diajarkan oleh guru yaitu dengan membaca buku wajib atau buku yang telah
dianjurkan. Setelah pulang sekolah siswa perlu membaca kembali catatan
pelajaran sambil menyempurnakan dan melengkapi.
d. Teknik Belajar
Teknik yang paling baik tergantung pada masing-masing siswa karena hal
ini sifatnya memang individual. Namun di samping perbedaan individual tersebut
terdapat hal-hal yang bersifat umum yang berlaku pada siswa.
Menurut Suryabrata (1989 : 56) hal-hal yang bersifat umum adalah cara
mengikuti pelajaran. Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran memegang
peranan penting dalam keberhasilan studi siswa. Untuk itu siswa harus
mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelajaran.
42
Menurut Hamalik (1990 : 37-39) petunjuk-petunjuk yang harus diikuti
oleh siswa sebelum, selama dan sesudah pelajaran adalah sebagai berikut : (1)
sehari sebelum pelajaran lihatlah kembali rencana belajar tersebut; (2)
mempelajari buku atau sumber lain tentang materi pelajaran yang akan diajarkan
esok harinya; (3) memberikan perhatian yang memusat terhadap pelajaran yang
sedang berlangsung; (4) ikut aktif selama pelajaran berlangsung, misalnya
berusaha menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan tentang hal-
hal yang dianggap masih kurang jelas; (5) mencatat materi pelajaran secara garis
besar dan tidak perlu mencatat seluruh materi pelajaran kata demi kata karena
akan mengganggu konsentrasi untuk memperoleh pemahaman; (6) mencatat
persoalan-persoalan yang mungkin timbul dan hal-hal yang belum dipahami untuk
dipelajari di rumah dari buku bacaan; (7) bila pelajaran telah berakhir dan guru
memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah maka catatlah dan teliti apakah sudah
memahami maksud dan isi tugas itu atau belum. Bila tugas tersebut belum
dipahami apa maksud dan isi tugas, maka tanyakan kepada guru yang
bersangkutan. Setelah sampai di rumah, kerjakanlah tugas-tugas tersebut dengan
sebaik-baiknya, kemudian serahkan hasil pekerjaannya itu tepat pada waktunya;
(8) belajar di luar waktu pelajaran sekolah, kegiatan ini tergantung kepada
masing-masing siswa. Jika siswa mau melaksanakan maka kegiatan akan
berlangsung. Karena itu disiplin diri sangat menentukan untuk melaksanakan
kegiatan belajar di luar jam sekolah. Kegiatan belajar di luar pelajaran terdiri atas
dua macam kegiatan yaitu : (1) mencari bahan atau sumber bacaan, sumber atau
bahan terdapat dimana-mana, namun tempat yang paling lengkap sumbernya
43
adalah perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum.
Untuk menemukan bahan bacaan di perpustakaan diperlukan informasi tertentu
agar sumber bacaan yang diperlukan cepat ditemukan. Misalnya untuk buku perlu
diketahui nama pengarang dan judul buku. Belajar di perpustakaan dapat
dilakukan pada waktu luang, misalnya pada waktu istirahat; (2) membuat catatan
atau ringkasan, seorang siswa yang belajar dari sumber bacaan tertentu sebaiknya
membuat catatan atau ringkasan mengenai hal-hal yang telah dibacanya.
Keuntungan dengan dibuatnya ringkasan adalah siswa lebih meresap akan apa
yang dipelajarinya dan juga siswa dapat langsung membaca ringkasannya apabila
ia ingin mempelajari isi bahan bacaan kembali (Suryabarata, 1989 : 74); (9)
bertanya dan diskusi, untuk dapat lebih meresapkan apa yang dipelajari serta
mengetahui apakah penangkapan isi yang dipelajari betul, maka siswa perlu
mengkomunikasikan dengan orang lain, dalam hal ini adalah teman dan guru.
Orang sering beranggapan bahwa yang terpenting sebagai bukti telah belajar
adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya tanpa
memikirkan bahwa dapat mengajukan pertanyaan juga merupakan bukti bahwa
orang itu tahu apa yang dipersoalkan (Suryabrata, 1989 :76). Dengan bertanya
atau menjawab pertanyaan berarti siswa telah membuka komunikasi yang sangat
penting supaya dapat berpatisipasi dalam diskusi. Dengan diskusi siswa dapat
mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.
e. Konsentrasi
Setiap siswa yang sedang menuntut ilmu harus konsentrasi dalam
belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil menguasai pelajaran.
44
Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dan
bukan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang
tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan.
Kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi yang besar
dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada siswa yang sukar memusatkan
perhatiannya terhadap pelajaran tertentu. Siswa yang cerdas pada umumnya
mempunyai kemampuan konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang
kurang cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperoleh
sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi
bukan suatu bakat yang diwarisi dari leluhur.
Konsentrasi seseorang pun dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa
yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsenttasi dalam mempelajari
materi pelajaran. Oleh karena itu siswa yang sakit harus segera berobat, demikian
juga siswa yang mengalami kelelahan harus segera beristirahat.
f. Disiplin Belajar
Menurut Gie (1980 :15) disiplin belajar akan membuat siswa memiliki
kecakapan mengenai cara belajar dan juga merupakan proses ke arah
pembentukan watak yang baik. Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa dengan
latihan yang teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar yang baik telah
menjadi kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran-anjuran dari guru yang harus
selalu diperhatikan sewaktu belajar.
45
Disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan
pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan
dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil.
Keteraturan belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan. Memang
setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri-sendiri, ada yang biasa belajar
pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi hari atau siang hari.
Kebiasaan belajar bersifat individual dimana yang satu dengan yang lain
berbeda. Oleh karena itu, guru ataupun guru BK di sekolah hendaknya dapat
memupuk kebiasaan belajar yang teratur dan terarah kepada siswa-siswanya.
Penggunaan dan pembagian waktu untuk belajar harus diperhatikan dalam rangka
menuju keberhasilan dalam belajar. Apabila rencana pembagian dan penggunaan
waktu belajar dilaksanakan dengan baik setiap hari, maka akan menjadi suatu
kebiasaan belajar, akhirnya akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap
usaha belajar. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan
sempurna serta ujian-ujian dapat dilalui dengan berhasil.
Menurut Sunarja (1989 : 13) kebiasaan belajar siswa merupakan perilaku
yang berulang kali dilakukan siswa dalam belajar. Kebiasaan belajar tidak muncul
seketika, akan tetapi berawal dari kebiasaan sebelumnya dan berkembang terus
dalam proses belajar yang dialami siswa.
Timbulnya kebiasaan belajar tertentu pada diri siswa menurut Crow and
Crow (Sunarja, 1989 : 14), dengan menyimpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan belajar tersebut, yaitu:
46
a. Sikap belajar
Sikap belajar ini merupakan sikap terhadap guru dan pendidikan yang
diberikan kepada siswa, dan muncul dari pengalaman belajar. Jika siswa
mengalami pengalaman belajar dengan gurunya di sekolah secara baik, maka hal
itu memunculkan sikap positif terhadap guru dan pendidikan di sekolah. Sikap
tersebut mendorong siswa untuk melakukan kebiasaan belajar yang efektif dan
positif, sehingga memungkinkan tercapainya hasil belajar yang optimal.
Sebaliknya, bila terjadi pengalaman belajar yang kurang menyenangkan siswa,
maka sikap belajar yang negatif akan muncul. Keadaan demikian menyebabkan
siswa melakukan kebiasaan belajar yang kurang efektif sehingga prestasi
belajarpun akan menurun.
b. Kelelahan dalam belajar
Kelelahan itu dapat terjadi karena kondisi belajar yang tidak
menyenangkan antara lain lampu belajar yang suram, udara di ruang belajar
lembab, siswa mengalami gangguan emosi, dan adanya kebosanan karena bahan
dan situasi belajar-mengajar tidak menarik. Jika keadaan lelah itu terus-menerus
berlangsung, maka kemungkinan kebiasaan belajar negatif akan muncul.
c. Kurang kemampuan memusatkan perhatian
Keadaan ini mungkin menimbulkan kebiasaan belajar yang kurang baik.
Sebab, ketidakmampuan memusatkan perhatian menyulitkan siswa dalam
menghadapi dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Akibatnya mungkin timbul
kebiasaan menunda tugas, metode belajar atau bekerja yang tidak efisien, malas
belajar, suka bolos dan sebagainya.
47
d. Pengaruh-pengaruh yang mengganggu konsentrasi
Pengaruh-pengaruh tersebut cukup banyak, seperti lokasi sekolah dekat
pasar, keadaan gaduh karena suara-suara yang mengganggu konsentrasi belajar
siswa, dan bunyi kendaraan yang lalu lalang. Demikian juga guru tidak dapat
mengajar dengan tenang, sehingga menimbulkan ketegangan emosional seperti
lekas marah-marah.
C. Program Bimbingan Belajar untuk Mengembangkan Kebiasaan Belajar
Siswa
Miller (Dina, 2008 : 44) mengemukakan bimbingan adalah suatu proses
untuk membantu individu dalam memahami dirinya agar mampu membuat
pilihannya dan membentuk tingkah laku untuk dapat mengarahkan tujuannya atau
memperbaiki dirinya. Bimbingan ditujukan kepada individu normal yang
mengalami permasalahan atau kesulitan dalam hidupnya, kurang mampu
memahami dirinya, sehingga sulit untuk membuat keputusan.
Bimbingan belajar pada siswa ini merupakan salah satu upaya pemberian
bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan agar siswa tersebut dapat
memahami dan mengarahkan dirinya dalam pengembangan kebiasaan belajar
yang positif yang sesuai dengan tuntutan akademik yang berlaku di sekolah.
Tujuan bimbingan yang terkait dengan aspek kebiasaan belajar sebagai
berikut.
48
a. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,
baik terkait dengan keunggulan maupun kelemahan baik secara fisik dan
psikologis.
b. Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
terhadap tugas atau kewajibannya.
c. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
d. Memliki kemampuan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dengan baik.
Recommended