28
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah manusia dan dialami oleh setiap orang. Hal itu disebabkan oleh pengetahuan, keterampilan, bahkan sikap dan kebiasaan seseorang berkembang sebagai akibat dari belajar. Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Sedangkan pendapat yang lebih modern menganggap bahwa didalam proses belajar tentu akan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku atau disebut change in behavior. Menurut W.H. Burton (Uzar Usman, 2001: 2) “Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Oemar Hamalik (2004: 27) berpendapat bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Dari pengertian belajar yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan, belajar merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang terjadi karena pengalaman yang telah dialami melalui interaksi dengan lingkungan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, baik dilihat dari aspek pengetahuannya, keterampilan, maupun sikap.

S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

  • Upload
    lyhanh

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Belajar

Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang

sejarah manusia dan dialami oleh setiap orang. Hal itu disebabkan oleh

pengetahuan, keterampilan, bahkan sikap dan kebiasaan seseorang berkembang

sebagai akibat dari belajar.

Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan

pengetahuan. Sedangkan pendapat yang lebih modern menganggap bahwa

didalam proses belajar tentu akan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku atau

disebut change in behavior.

Menurut W.H. Burton (Uzar Usman, 2001: 2) “Belajar dapat diartikan

sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara

individu dengan individu dan individu dengan lingkungan, sehingga mereka lebih

mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Oemar Hamalik (2004:

27) berpendapat bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman”. Dari pengertian belajar yang telah dikemukakan di atas,

dapat ditarik kesimpulan, belajar merupakan suatu usaha individu untuk

memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang terjadi karena

pengalaman yang telah dialami melalui interaksi dengan lingkungan. Bukti bahwa

seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, baik dilihat dari aspek pengetahuannya, keterampilan, maupun sikap.

Page 2: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

10

Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak mengerti

menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar, dalam aspek keterampilan ialah dari

tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil. Dalam aspek sikap

ialah dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang

ajar menjadi terpelajar. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses

pertumbuhan yang bersifat fisiologis/ proses kematangan. Perubahan terjadi

karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit),

kecakapan (skill) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif), keterampilan (psikomotor).

Dari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli pendidikan dan

psikologi, S. Nasution (2000: 34) mengemukakan batasan-batasan tentang belajar

yaitu:

1. Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar

adalah pembentukan hubungan-hubungan tertentu dalam sistem urat saraf

sebagai hasil respon-respon terhadap stimulus. Belajar adalah

pembentukan saluran-saluran yang lancar dalam sistem urat saraf.

2. Belajar adalah penambahan pengetahuan

3. Belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan

4.

2.2 Proses Belajar

Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai

tujuan. Jadi, belajar merupakan langkah-langkah/ prosedur yang ditempuh. Proses

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

Page 3: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

11

belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti

bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada

bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik.

Menurut Bruner (S. Nasution 2000: 9) “dalam proses belajar dapat

dibedakan tiga fase, yakni (1) informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi”.

Dalam setiap pelajaran akan diperoleh sejumlah informasi. Informasi yang

diterima bermacam-macam, ada informasi yang menambah pengetahuan,

memperhalus dan memperdalamnya. Ada pula informasi yang bertentangan

dengan informasi yang didapat sebelumnya.

Setelah proses penerimaan informasi selesai, maka informasi itu akan

dianalisis, diubah atau ditransformasikan kedalam bentuk yang lebih abstrak atau

konseptual agar dapat dimanfaatkan untuk hal-hal lain yang lebih luas, dalam hal

ini peranan guru sangat besar.

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang diperoleh dan sejauh

mana transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk gejala-gejala lain, maka harus

dilakukan evaluasi.

Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sudut pemuasan

kebutuhan. Artinya, belajar merupakan salah satu bentuk tingkah laku untuk

memperoleh pemuasan kebutuhan tertentu. Jadi, kegiatan belajar dapat terjadi

apabila individu menemukan dirinya sendiri dalam situasi ia tidak dapat

menyesuaikan respon yang telah dimiliki atau apabila ia harus mengatasi

rintangan yang dapat terjadi secara tidak sadar tanpa pemikiran yang banyak

Page 4: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

12

terhadap apa yang dilakukan. Hal lain antara lain juga bergantung kepada hasil

yang diharapkan, motivasi untuk belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan

dorongan untuk menemukan sendiri.

Menurut Pressey yang dikutip oleh Moh. Surya (1979: 72) belajar dapat

terjadi pada kondisi tertentu yaitu:

1. Harus ada pelajaran potensial yang terdorong karena ada kebutuhan,

keinginan dan minat yang tidak terpenuhi.

2. Harus ada situasi yang memungkinkan pelajar dapat melihat keadaan

untuk memuaskan dorongannya.

3. Pelajar harus memiliki motivasi yang cukup kuat sehingga ia akan

berusaha untuk memanipulasi situasi dalam mencapai tujuan.

William Burton (Oemar Hamalik, 2001: 31) menyimpulkan tentang

prinsip belajar sebagai berikut:

1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat dan melampaui.

2. Proses itu melalui macam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran

yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.

3. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.

4. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan

kemajuan.

5. Proses belajar berlangsung secara efektif dibutuhkan bimbingan yang

merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.

6. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman

dan hasil-hasil yang diharapkan disesuaikan dengan kematangan murid.

Page 5: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

13

7. Proses belajar dan hasil belajar disyaratkan oleh hereditas dan lingkungan

usia.

8. Proses belajar dan hasil belajar secara materiil dipengaruhi oleh

perbedaan-perbedaan individu dikalangan murid-murid.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil pendapat Bruner bahwa

proses belajar adalah suatu proses sinambung yang dimulai dari adanya informasi

yang kemudian ditransformasikan kepada peserta didik sehingga informasi

tersebut dapat diserap dan dipahami dengan baik. Pada tahap akhir dari proses

belajar dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang

dicapai setelah proses belajar itu terjadi. Proses belajar merupakan situasi antara

berbagai faktor yang berkaitan dalam proses belajar. Faktor pertama dalam proses

belajar adalah individu itu sendiri sebagai pelajar, selanjutnya faktor kebutuhan

sebagai sumber pendorong situasi belajar yang memberikan berbagai

kemungkinan terjadinya kegiatan belajar dan faktor tujuan sebagai unsur yang

mengarahkan belajar.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Belajar sebagai proses yang menimbulkan suatu perubahan dalam tingkah

laku dan atau kecakapan dapat berhasil dengan baik atau tidak, tergantung pada

banyak faktor. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi belajar dalam diri

peserta didik yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Page 6: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

14

2.3.1 Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri individu

yang sedang belajar. Secara garis besar faktor ini terdiri dari tiga faktor, yaitu:

1. Faktor Jasmaniah

Faktor ini meliputi keadaan fisik. Proses belajar seseorang akan

terganggu jika kesehatan fisiknya terganggu, sehingga akan terasa cepat lelah,

kurang bersemangat, dan dampak lain akibat kesehatan fisiknya terganggu.

Keadaan fisik seseorang akan mempengaruhi proses belajar.

2. Faktor Psikologis

a. Inteligensi

Slameto (1995: 56) menjelaskan bahwa:

Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi

yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi mempunyai pengaruh besar terhadap kemajuan

belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat

inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang

mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Faktor ini tidak akan

berpengaruh banyak karena belajar adalah proses yang dengan banyak

faktor yang mempengaruhinya.

Page 7: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

15

b. Perhatian

Menurut Gazali (Slameto, 1995: 56) “Perhatian adalah

keaktifan yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada

suatu objek (benda/ hal) atau sekumpulan objek”. Agar siswa dapat

belajar dengan baik maka pelajaran itu harus dibuat sedemikian rupa

sehingga menarik perhatian siswa.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang

diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi, berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu

diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan

perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak

akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak memiliki daya tarik

baginya. Ia malas untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari

pelajaran itu.

d. Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard (Slameto 1995: 57) adalah

the capacity to learn. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan

untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan

yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

Page 8: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

16

e. Motif

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam

diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam

menentukan tujuan itu dapat didasari atau tidak, akan tetapi dalam

mencapai tujuan tersebut kita haruslah berbuat, sedangkan yang

menjadi penyebab berbuat itu adalah motivasi dalam diri yang menjadi

sumber pendorong atau penggeraknya. Jika seseorang memiliki

motivasi yang kuat dalam belajar dan ia memiliki minat yang besar,

maka akan berdampak pada sikap belajar yang baik.

Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ektrinsik. Jenis motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu

sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar

kemauan sendiri. Sedangkan jenis motivasi ektrinsik timbul sebagai

akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,

suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan

demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

f. Kematangan

“Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

Page 9: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

17

kecakapan baru” (Slameto, 1995: 58). Suatu proses belajar akan

berjalan dengan baik apabila siswa sudah siap.

g. Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau

bereaksi. Jika pada diri siswa sudah ada kesiapan untuk belajar maka

hasil belajarnya akan lebih baik.

h. Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar

yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i)

belajar pada akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-

nyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi,

(v) datang terlambat.

Untuk sebagian kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh

ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini

dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

i. Sikap terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang

sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya

penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima,

menolak atau mengabaikan. Akibat penerimaan, penolakan atau

pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada

perkembangan kepribadian.

Page 10: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

18

2.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri individu

yang sedang belajar, salah satunya adalah faktor sekolah, termasuk didalamnya

yaitu metode mengajar, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan

siswa, lingkungan sosial siswa di sekolah dan sarana pembelajaran.

a. Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/ jalan yang harus dilalui dalam

mengajar, metode mengajar mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru

yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.

Metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien dan seefektif mungkin.

b. Hubungan Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa, proses

tersebut dipengaruhi oleh relasi. Dalam hubungan (guru dengan siswa) yang

baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang

diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Guru

yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses

belajar mengajar tersebut menjadi kurang lancar. Akibatnya siswa merasa jauh

dari guru sehingga segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

c. Hubungan Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang

menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya

makin parah masalahnya dan akan menggangu belajarnya. Menciptakan

Page 11: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

19

hubungan yang baik antar siswa adalah perlu agar dapat memberikan

pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

d. Prasarana dan Sarana pembelajaran

Prasana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar,

lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olahraga.

Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas

laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya

prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang

baik.

e. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah

Siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang

dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa memiliki kedudukan dan

peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa terterima, maka ia

dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia

tertolak, maka ia akan merasa tertekan. Pengaruh lingkungan sosial tersebut

berupa hal-hal berikut: (i) pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau

menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memperlemah

konsentrasi belajar, (ii) lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab,

gembira, rukun dan damai. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada

semangat dan proses belajar, (iii) lingkungan sosial siswa di sekolah atau juga

kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar di kelas.

Page 12: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

20

2.4 Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu kondisi dalam proses belajar

mengajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu dalam rangka mencapai

tujuan yang diharapkan atau hasil belajar (S. Nasution, 1996: 11)

Hope (Nursyamsi, 2000: 11) menyatakan bahwa “proses belajar pada

setiap peserta didik dihadapkan pada berbagai permasalahan, baik permasalahan

yang berhubungan dengan akademik, penyesuaian diri dengan hidup, dan

penyesuaian terhadap pekerjaan, yang dapat menghambat proses belajar

seseorang.

Allan Ross dalam M. Surya (1979: 93) menyatakan bahwa kesulitan

belajar dengan “A learning difficulty represents discrepancy between a child

estimated performance”.

Jenis-jenis kesulitan belajar yang dikutip oleh Abin Syamsudin (2002:

310) diantaranya:

a. Learnmg Disorder, merupukan keadaan terganggunya proses belajar

peserta didik karena timbulnya respons yang bertentangan. Potensi dasar

yang dimilikinyna tidak dirugikan, tetapi belajar terganggu atau terhambat

oleh respon-respon yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu, belajar yang dicapai peserta didik tersebut Iebih rendah

dari potensi yang dimilikinya.

b. Learning Disabilities, merupakan ketidakmamnpuan belajar peserta didik,

sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya.

Page 13: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

21

c. Earning Disfunction, merupakan gejala tidak berfungsinya proses belajar

dengan baik, meskipun tidak menunjukan adanya gangguan-gangguan

mental

Kesulitan belajar merupakan kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya

hambatan-hambatan yang dialami oleh peserta didik dalam kegiatan belajar

hambatan-hambatan tersebut nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah

laku diantaranya sebagai berikut:

a. memperoleh nilai rendah, yang belum dapat mencapai tingkat penguasaan

materi yang diharapkan

b. terlambat atau tidak menyelesaikan tugas

c. malas belajar

d. tidak memiliki motivasi belajar

e. tidak mengetahui cara belajar yang baik

Di setiap sekolah, disamping banyaknya siswa yang berhasil secara

optimal dalam belajar, sering juga dijumpai adanya siswa yang menunjukan gejala

kesulitan belajar. Kesulitan belajar memiliki bentuk yang banyak ragamya, dapat

digolongkan sebagai berikut:

a. Keterlambatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang diduga memiliki

intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak dapat memanfaatkanya secara

tepat.

b. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat

akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk

mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.

Page 14: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

22

c. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang

bersemangat dalam belajar.

d. Memiliki sikap dan kebiasaan yang tidak baik dalam belajar.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan tentang kesulitan belajar, dapat

disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses

belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan yang dialami

oleh siswa. Hambatan yang muncul ini terlihat dari fenomena-fenomena seperti

siswa memperoleh nilai yang rendah, terlambat atau tidak menyelesaiksn tugas,

malas belajar, tidak memiliki motivasi belajar, tidak mengetahui cara belajar yang

baik. Dari semua gejala yang timbul dapat dikatakan bahwa siswa yang

bersangkutan mengalami kesulitan dalam proses belajarnya.

2.5 Penyebab Kesulitan Belajar

Menurut Loree (1970: 121-133) yang dikutip oleh Abin Syamsuddin

Makmun (2002: 324-325) faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yaitu

stimulus variables yang mencakup learning experience variables, antara Iain

mengenai method variables, antara lain menyangkut:

� Kuat lemahnya motivasi untuk belajar

� Intensif tidaknya bimbingan guru

� Ada tidaknya kesempatan berlatih ntau berpraktik

� Ada tidaknya upaya dan kesempatan reinforcement

Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika

mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan

Page 15: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

23

gangguan. Namun, sayangnya ancaman, hambatan dan gangguan dialami oleh

siswa tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar.

Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa

yang mengalami kesulitan belajar. Adalah suatu pendapat yang keliru dengan

mengatakan bahwa kesulitan belajar siswa disebabkan rendahnya inteligensi.

Selain faktor inteligensi, banyak faktor non-inteligensi yang juga diakui dapat

menjadi penyebab kesulitan belajar bagi siswa dalam belajar.

Kesulitan belajar yang dirasakan oleh siswa bermacam-macam, yang dapat

dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:

a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar

• ada yang berat

• ada yang sedang

b. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari

• ada yang sebagian mata pelajaran

• ada yang sifatnya sementara

c. Dilihat dari sifat kesulitannya

• ada yang sifatnya menetap

• ada yang sifatnya sementara

d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya

• ada yang karena faktor inteligensi

• ada yang karena faktor non-inteligensi

Page 16: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

24

2.6 Kegagalan Belajar

Burton (Abin Syamsuddin M, 2000: 307-308) mendefinisikan kegagalan

belajar sebagai berikut:

1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang

bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat

penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu.

2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak mengerjakan atau

mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat

kemampuannya, yaitu intelegensi dan bakat).

3. Siswa dikatakan gagal jika yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan

tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan

pola organismiknya pada fase perkembangan tertentu.

4. Siswa dikatakan gagal jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai

tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan

pada tingkat pelajaran berikutnya.

Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa “Seorang siswa

diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil

mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu” (Abin Syamsuddin M, 2000:

308).

2.7 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar

Belajar dimanapun tempatnya tidak selalu berhasil, tetapi sering kali ada

hal-hal yang dapat mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadikan

Page 17: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

25

gangguan yang bisa menghambat kemajuan belajar. Menurut Burton dan Loree

(Abin Syamsuddin M, 2000: 235) faktor penyebab kesulitan belajar dibagi

kedalam dua kategori, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa dan

faktor-faktor dari luar diri siswa.

a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa antara lain:

1. Kelemahan-kelemahan secara fisik

2. Kelemahan-kelemahan secara mental

3. Kelemahan-kelemahan secara emosional

4. Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap

belajar yang salah

5. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar

yang diperlukan

b. Faktor-faktor yang terletak dari luar diri siswa (situasi sekolah dan

masyarakat), antara lain:

1. Kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku sumber yang tidak

sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu

2. Ketidaksesuaian standar administratif, penilaian, pengelolaan kegiatan

dan pengalaman belajar mengajar

3. Terlalu berat beban belajar

4. Terlalu besar populasi siwa dalam kelas

5. Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas

6. Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat

pendidikan

Page 18: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

26

7. Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga

8. Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu

banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler

9. Kekurangan makan (gizi, kalori)

Menurut Oemar Hamalik (1990: 117), faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kesulitan belajar yang dialami siswa dapat digolongkan menjadi:

a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri atau disebut sebagai faktor intern.

Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar

seorang siswa. Gangguan yang berasal dari diri sendiri ini bisa berupa tidak

mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurangnya minat terhadap bahan

pelajaran, kesehatan yang sering terganggu, kecakapan mengikuti kegiatan

belajar dikelas dan kebiasaan belajar dirumah.

b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah.

Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah dapat juga

menimbulkan gangguan serta kegagalan belajar siswa, adapun yang termasuk

kedalam faktor-faktor ini adalah:

1. Cara atau metode pengajaran yang disampaikan oleh guru tidak

disukai oleh siswa.

2. Kurangnya bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan bacaan yang dibutuhkan

seringkali tidak terdapat di perpustakaan, hal ini akan menyebabkan

kesulitan dan mengganggu kelancaran belajar, sehingga siswa hanya

mempercayakan dirinya kepada bahan-bahan pelajaran yang didapat di

dalam kelas.

Page 19: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

27

3. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan. Ketidaksesuaian ini

dapat berarti kurang sesuai dengan taraf pengetahuan mereka (siswa).

4. Penyelenggaraan pelajaran di dalam kelas terlalu padat. Hal ini akan

menyebabkan siswa merasa kelelahan sehingga semangat belajar akan

menurun.

c. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga.

Sebagian besar waktu siswa dihabiskan di rumah, karena itu aspek-

aspek kehidupan keluarga turut mempengaruhi kemajuan belajar. Bahkan

dapat dikatakan sebagai faktor dominan untuk meraih sukses belajar di

sekolah.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar

pada mata diklat Statika Bangunan sangat banyak. Dalam penelitian ini penulis

bermaksud mengungkap faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang

berpengaruh terhadap hasil belajar berdasarkan indikator-indikator yang muncul

pada siswa sebagai responden penelitian melalui instrumen penelitian.

Menurut Dimyati dan Mudjiyono (239-247: 2006) masalah-masalah intern

belajar dibedakan pada saat proses persiapan, proses belajar dan sesudah belajar.

2.8 Masalah-masalah Intern Belaiar

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang

dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar

merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.

Page 20: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

28

Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama

waktu mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu

mempelajari juga tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya

sukar, dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar

memakan waktu yang lama. Sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan siswa

berkemampuan tinggi, maka proses belajar memakan waktu singkat. Aktivitas

belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar. Aktivitas

belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu.

Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa

terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas

belajar sesuatu dapat diamati oleh guru.

Pada kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ditemukan dua subjek,

yaitu siswa dan guru. Dalam kegiatan belajar, siswalah yang memegang peranan

penting. Proses belajar ditemukan tiga tahap penting, yaitu: (1) Sebelum belajar.

Hal yang berpengaruh pada belajar, menurut Biggs & Telfer dan Winkel adalah

ciri khas pribadi, minat, kecakapan, pengalaman, dan keinginan belajar. Hal-hal

sebelum terjadi belajar tersebut merupakan keadaan awal, keadaan awal tersebut

diharapkan mendorong terjadinya belajar. (2) Proses belajar, yaitu suatu kegiatan

yang dialami dan dihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini

terpengaruh oleh sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali,

dan unjuk berprestasi. (3) Sesudah belajar, merupakan tahap untuk prestasi hasil

belajar. Secara wajar diharapkan agar basil belajar menjadi lebih baik, bila

dibandingkan dengan keadaan sebelum belajar (4) Proses belajar, merupakan

Page 21: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

29

kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman yang lain. Proses

belajar ini tertuju pada bahan belajar dan sumber belajar yang diprogramkan guru.

(5) Proses belajar yang berhubungan dengan bahan belajar tersebut, dapat diamati

oleh guru dan umumnya dikenal sebagai aktivitas belajar siswa. (6) Guru adalah

pendidik yang membelajarkan siswa. Dalam usaha pembelajaran siswa, guru

melakukan pengorganisasian belajar, (7) Penyajian bahan belajar dengan

pendekatan pembelajaran tertentu, dan (8) Melakukan evaluasi belajar. Dipandang

dari segi siswa, maka guru dengan usaha pembelajaran tersebut merupakan faktor

ekstern dari belajar.

Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan

terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi

masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalalnya,

maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh

siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut:

1. Sikap terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu

yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang

sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau

mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian,

siswa dapat menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar

tersebut. Sikap menerima, menolak atau mengabaikan suatu kesempatan

belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan, penolakan atau

Page 22: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

30

pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan

kepribadian.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar mempakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi

lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan

kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Agar

siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, sebaiknya diciptakan suasana

belajar yang menggembirakan.

3. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian

pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar

maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran,

guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar dan

memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Selingan istirahat

tersebut, prestasi belajar siswa akan meningkat kembali.

Perhatian siswa meningkat pada 15-20 menit pertama, kemudian turun

pada 15-20 menit kedua. Selanjutnya meningkat dan menurun kembali.

Kecenderungan menurunnya perhatian terjadi, sejajar dengan lama waktu

belajar. Oleh karena itu, disarankan memperhatikan Bagan 7.2B. Dengan

memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat

ditingkatkan.

Page 23: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

31

4. Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk

menerima isi dan cara perolehan ajaran sehingga menjadi bermakna.

Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut menjadi makin baik, bila siswa

berpeluang aktif belajar. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan

pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori.

5. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan

menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan

tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama.

Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat

dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar

tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, bahkan

sepanjang hayat. Biggs dan Telfer menjelaskan proses belajar pada ranah

kognitif tentang hal pengolahan, penyimpanan dan penggunaan kembali

pesan. Proses belajar terdiri dan proses pemasukan (input processes), proses

pengolahan kembali dan hasil (output processes) dan proses penggunaan

kembali (activation processes).

Proses penerimaan merupakan kegiatan siswa melakukan pemusatan

perhatian, menyeleksi dan memberi kode terhadap hal yang dipelajari. Proses

pengaktifan merupakan kegiatan siswa untuk menguatkan pesan baru,

membangkitkan pesan dan pengalaman lama. Proses pengolahan merupakan

proses belajar. Dalam tahap ini siswa menggunakan kesadaran penuh. Ia

Page 24: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

32

memikirkan tugas, berlatih, menarik kesimpulan dan unjuk belajar. Proses

penyimpanan merupakan saat memperkuat hasil belajar peserta didik

menggunakan berbagai teknik belajar agar tersimpan dalam ingatan,

penghayatan dan keterampilan jangka panjang. Proses pemanggilan dimana

pesan atau kesan lama diaktifkan kembali.

Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan,

penyimpanan dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan

kembali untuk dipergunakan Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti

bahwa semua proses tersebut berjalan lancar. Adanya gangguan dalam kelima

proses tersebut, baik sendiri-sendiri atau gabungan, akan menghasilkan hasil

belajar yang kurang baik.

6. Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktitkan

pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan

memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya

dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau

membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.

Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud transfer belajar atau

unjuk prestasi belajar. Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam

menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut dapat bersumber dari

kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Penggalian hasil yang

tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya penerimaan,

pengolahan dan penyimpanan pesan.

Page 25: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

33

7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu

puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar

Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar

atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah

diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik.

Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan,

pengaktifan, pra pengolahan, pengolahan, penyimpanan serta pemanggilan

untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak

baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.

Dalam belajar pada ranah kognitif ada gejala lupa. Lupa merupakan peristiwa

biasa, meskipun demikian dapat dikurangi. Lupa pada ranah kognitif

umumnya berlawanan dengan mengingat. Pesan yang dilupakan belum tentu

berarti "hilang" dari ingatan. Kadang kala siswa memerlukan waktu untuk

‘membangkitkan" kembali pesan yang "terlupakan". Dengan berbagai

pancingan dalam waktu tertentu, pesan “terlupakan" dapat diingat kembali.

Bila pesan tersebut sudah "dibangkitkan", maka dapat digunakan untuk unjuk

prestasi belajar maupun transfer belajar. Proses terjadinya gejala lupa dapat

dilacak dan diperbaiki dalam proses belajar ulang.

Proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa. Proses tersebut

sebagai berikut. (1) Peserta didik melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar.

Pemusatan perhatian tersebut dapat menurun karena lelah atau memang

lemah. Akibatnya ada bahan ajar yang keluar dan tak terterima. (2) Peserta

Page 26: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

34

didik mengolah bahan ajar yang terterima. (3) Apa yang terolah akan

disimpan, tetapi ada bagian yang keluar. Dengan demikian, siswa menyimpan

bagian bahan ajar yang terolah dengan baik. (4) Dalam menghadapi tugas-

tugas belajar selanjutnya, ·maka siswa akan menggali pengetahuan dan

pengalaman belajar yang tersimpan. Peserta didik memanggil pesan yang

tersimpan. Ada pesan yang telah dilupakan, sehingga tak dapat digunakan

untuk berprestasi. (5) Peserta didik menggunakan pesan-pesan yang telah

dipelajari untuk berprestasi. Pada proses menggali dan berprestasi dapat

terjadi gejala lupa, karena siswa lupa memanggil pesan yang tersimpan.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa "keluarnya" pesan pada siswa terjadi

saat konsentrasi dan mengolah pesan. Sedangkan gejala lupa terjadi pada

siswa saat menggali dan berprestasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses

berkonsentrasi dan pengolahan pesan dapat dipertinggi mutunya.

8. Rasa Percaya Diri Siswa

Rasa percaya diri timbul dan keinginan mewujudkan diri bertindak dan

berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat

adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa

unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian "perwujudan diri" yang diakui

oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan

tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum dan selanjutnya rasa

percaya diri semakin kuat.

Hal yang sebaliknya dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat

menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat,

Page 27: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

35

maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut

terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Gejala ini

menimbulkan masalah pembelajaran. Pada tempatnya guru mendorong

keberanian terus menerus, memberikan bermacam-macam penguat dan

memberikan pengakuan dan kepercayaan bila siswa telah berhasil. Sebagai

ilustrasi, siswa yang gagal ujian bahasa Inggris, bila didorong terus, akhimya

akan berhasil lulus. Bahkan bila kepercayaan dirinya timbul, ia dapat lulus

pada saat ujian akhir dengan nilai baik pada mata pelajaran bahasa lnggris.

9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar

Menurut Wechler (Monks & Knoers, Siti Rahayu Haditono) inteligensi

adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat

bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan

secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual.

Bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-

hari. Inteligensi dianggap sebagai suatu nonna umum dalam keberhasilan

belajar. Inteligensi normal bila nilai IQ menunjukkan angka 85-115. Diduga

70% penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang ber-IQ di bawah 70

diduga sebesar 15% penduduk, dan yang ber-IQ 115-145 sebesar 15%. Yang

ber-IQ 130-145 hanya sebesar 2% penduduk.

10. Kebiasaan Belajar ‘

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang

kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada

akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan

Page 28: S TB 045451 BAB 2 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_045451_bab_2.pdf · Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan

36

belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlambat bergaya

pemimpin, (vi) bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,

dan (vii) bergaya minta "belas kasihan" tanpa belajar.

Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi

kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa.

11. Cita-cita Siswa

Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak

memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik.

Tetapi adakalanya "gambaran yang jelas" tentang tokoh teladan bagi siswa

belum ada. Akibatnya, siswa hanya berperilaku ikut-ikutan. Sebagai ilustrasi,

siswa ikut-ikutan berkelahi, merokok sebagai tanda jantan, atau berbuat

"jagoan" dengan melawan aturan. Dcngan perilaku tersebut, siswa

beranggapan bahwa ia telah "menempuh" perjalanan mencapai cita-cita untuk

terkenal di lingkungan siswa sekolah.

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan, dimulai dengan

didikan memiliki cita-cita yang kemudian terus berlanjut dengan semakin

terarahnya cita-cita siswa. Cita-cita merupakan wujud emansipasi dan

eksplorasi diri siswa.