View
205
Download
6
Category
Preview:
DESCRIPTION
contoh laporan
Citation preview
Pasien, An. SP, 14 tahun datang ke ruang operasi untuk menjalani operasi
tonsilektomi pada tanggal 25 April 2013 dengan diagnosis pre operatif tonsilitis kronis.
Persiapan operasi dilakukan pada tanggal 24 April 2013. Dari anamnesis terdapat keluhan
nyeri tenggorokan yang kambuh-kambuhan dirasakan sejak 3 bulan terakhir dan bertambah
berat sejak 3 hari yang lalu. Karena sering kambuh, dokter menganjurkan untuk dilakukan
operasi tonsilektomi. Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80
mmHg; nadi 82x/menit; respirasi 18x/menit; suhu 36,8OC. Dari pemeriksaan laboratorium
hematologi yang dilakukan tanggal 24 April 2013 dengan hasil: Hb 11,6 g/dl; golongan darah
A; AL 6.90 L; ureum 16,9 mg/dl; kreatinin 0,63 mg/dl; SGOT 17 U/L; SGPT 8 U/L; GDS
79 mg/dL dan HBsAg (-). Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang disimpulkan bahwa pasien masuk dalam ASA I.
Pemberian maintenance cairan sesuai dengan berat badan pasien yaitu 2cc/kgBB/jam,
sehingga kebutuhan per jam dari penderita adalah 82 cc/jam. Sebelum dilakukan operasi
pasien dipuasakan selama 6-8 jam. Tujuan puasa untuk mencegah terjadinya aspirasi isi
lambung karena regurgitasi atau muntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi akibat efek
samping dari obat- obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring mengalami
penurunan selama anestesia. Penggantian puasa juga harus dihitung dalam terapi cairan ini
yaitu 6 x maintenance. Sehingga kebutuhan cairan yang harus dipenuhi selama 6 jam ini
adalah 492 cc/6jam.
Operasi Tonsilektomi dilakukan pada tanggal 25 April 2013. Pasien dikirim dari
bangsal anggrek ke ruang IBS. Pasien masuk keruang OK 2 pada pukul 09.20 dilakukan
pemasangan NIBP dan O2 dengan hasil TD 122/76 mmHg; Nadi 79x/menit, dan SpO2 99%.
Dilakukan injeksi sulfas atropin 0,25 mg dan fentanyl 50 mg. Pemberian sulfas atropin
bertujuan untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus sementara fentanyl yang
merupakan obat opioid yang bersifat analgesic dan bisa bersifat induksi. Penggunaan
premedikasi pada pasien ini betujuan untuk menimbulkan rasa nyaman pada pasien dengan
pemberian analgesia dan mempermudah induksi dengan menghilangkan rasa khawatir.
Selanjutnya pasien ini diberikan atracurium bromide 10 mg dan lipuro 80 mg untuk
merelaksasikan otot-otot pernapasan. Karena dilakukan operasi tonsilektomi, maka dokter
anestesi memilih untuk dilakukan intubasi endotrakeal agar tidak mengganggu operator
sepanjang operasi dilakukan dan supaya pasien tetap dianestesi dan dapat bernafas dengan
adekuat.
Pasien disungkupkan dengan sungkup muka yang telah terpasang pada mesin anestesi
yang menghantarkan gas (sevoflurane) dengan ukuran 2vol% dengan oksigen dari mesin ke
jalan napas pasien sambil melakukan bagging selama kurang lebih 2 menit untuk menekan
pengembangan paru dan juga menunggu kerja dari pelemas otot sehingga mempermudah
dilakukannya pemasangan endotrakheal tube. Penggunaan sevofluran disini dipilih karena
sevofluran mempunyai efek induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding dengan gas
lain, dan baunya pun lebih harum dan tidak merangsang jalan napas sehingga digemari untuk
induksi anestesi dibanding gas lain (halotan). Efek terhadap kardiovaskular pun relatif stabil
dan jarang menyebabkan aritmia.
Setelah pasien di intubasi dengan mengunakan endotrakheal tube, maka dialirkan
sevofluran 2 vol%, oksigen sekitar 50 ml/menit sebagai anestesi rumatan. Ventilasi dilakukan
dengan bagging dengan laju napas 20 x/ menit. Sesaat setelah operasi selesai gas anestesi
diturunkan untuk menghilangkan efek anestesi perlahan-lahan dan untuk membangunkan
pasien. Juga diharapkan agar pasien dapat melakukan nafas spontan menjelang operasi
hampir selesai.
Operasi selesai tepat jam 10:05 WIB. Lalu mesin anestesi diubah ke manual supaya
pasien dapat melakukan nafas spontan. Gas sevo dihentikan karena pasien sudah nafas
spontan dan adekuat. Kemudian dilakukan ekstubasi endotracheal secara cepat untuk
menghindari penurunan saturasi lebih lanjut.
Total cairan yang diberikan pada pasien ini sejumlah 750 cc Ringer Laktat.
Perdarahan pada operasi ini kurang lebih 25 cc. Pada pukul 09.45 WIB, sebelum selesai
pembedahan dilakukan pemberian analgetik., injeksi ketorolac 30 mg diindikasikan untuk
penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur
pembedahan.
Pada pukul 10.05 WIB, pembedahan selesai dilakukan, dengan pemantauan akhir TD
121/70mmHg; Nadi 85x/menit, dan SpO2 99%. Pembedahan dilakukan selama 30 menit
dengan perdarahan ± 25 cc. Pasien kemudian dibawa ke ruang pemulihan (Recovery Room).
Selama di ruang pemulihan, jalan nafas dalam keadaan baik, pernafasan spontan dan adekuat
serta kesadaran compos mentis. Tekanan darah selama 15 menit pertama pasca operasi stabil
yaitu 118/70 mmHg.
Recommended