View
227
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA PEER GROUP DENGAN KEBIASAAN
MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI DI SMK WARGA
SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
TRIDA ERMAWATI
G.0007167
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Peer Group dengan Kebiasaan
Merokok pada Remaja Laki-Laki di SMK Warga Surakarta
Trida Ermawati, NIM: G.0007167, Tahun: 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Senin, Tanggal 15 November 2010
Pembimbing Utama Nama : H. Zainal Abidin, dr., M.Kes NIP : 19460202 197610 1 001
........................................
Pembimbing Pendamping Nama : Prof. Bhisma Murti. dr., MPH, M.Sc, PhD NIP : 19551021 199412 1 001
........................................
Penguji Utama Nama : Sumardiyono, S.KM., M.Kes NIP : 19650706 198803 1 002
........................................
Anggota Penguji Nama : Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Si NIP : 19610806 199203 2 001
........................................
Surakarta, …………………….................
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes. NIP: 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. H. A.A Subijanto, dr., MS NIP : 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 11 November 2010
Trida Ermawati
NIM. G0007167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK Trida Ermawati, G0007167, 2010. Hubungan antara Peer Group dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja Laki-Laki di SMK Warga Surakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara peer group dengan kebiasaan merokok pada remaja laki-laki. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di SMK Warga Surakarta. Sampel penelitian adalah siswa laki-laki sebanyak 60 orang, dimana dipilih 20 siswa laki-laki sebagai perokok dan 40 siswa laki-laki tidak perokok. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik ganda dengan tingkat kemaknaan p<0.05, kemudian diolah dengan menggunakan program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows Release 17.0 dan Stata Intercooled v.7.0. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja laki-laki yang mempunyai peer group dengan anggota yang merokok berjumlah 1 – 4 orang berisiko memliki kebiasaan merokok 5 kali lebih besar daripada yang tidak mempunyai peer group (OR=5.0; p=0.071; CI95% 0.9 hingga 29.2). Sedangkan remaja laki-laki yang mempunyai peer group dengan anggota yang merokok berjumlah 5 orang atau lebih berisiko memiliki kebiasaan merokok 23 kali lebih besar daripada yang tidak mempunyai peer group (OR=22.9; p= <0.001; CI95% 4.5 hingga 117.5) Simpulan Penelitian: Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara peer group dengan kebiasaan merokok pada remaja laki-laki. Remaja laki-laki yang mempunyai peer group beranggotakan perokok lebih berisiko menjadikan kebiasaan merokok daripada yang tidak mempunyai peer group dan semakin banyak anggota peer group yang merokok semakin berisiko mempunyai kebiasaan merokok pada remaja laki-laki. Kata Kunci: Peer Group, Kebiasaan Merokok, Remaja Laki-Laki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT Trida Ermawati, G0007167, 2010. The Relationship between the Peer Group with Smoking Habit on Adolescents Male in “Warga” Vocational High School Surakarta. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: The aim of this research is to determine whether is there any relationship between peer group with smoking habits on adolescent males. Methods: This research is analytic observational research with cross sectional approach. Location of this research is at “Warga” Vocational High School Surakarta. The samples of this research are 60 male students, which is about 20 students who selected are male smokers and 40 male students are not smokers. Data analysis which used in this research is binary logistic regression analysis with significance level p<0.05, then processed by using Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows Release 17.0 and Stata Intercooled v.7.0 program. Results: This research’s result has showed that adolescent males who have a peer group with 1-4 smoker members have 5 times bigger risk in smoking habit than adolescent males who have no peer group (OR=5.0; p=0071; CI95% 0.9 up to 2.29). While adolescent males who have a peer group with smoker members with amount about 5 boys or more have risk in smoking habits 23 times bigger than adolescent boys who have no peer group (OR=9.22; p= <0.001; CI95% 4.5 to 117.5). Conclusions: The conclusions of this study was there is a relationship between peer group with smoking habit on adolescent males. Adolescent males who have a peer group with smokers as its members have more risk to be usual with smoking habit than other adolescent males who have no peer group and many more members of the peer group who have smokes cause more risky in the smoking habit on adolescents males. Keywords: Peer Group, Smoking Habit, Adolescent Males
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Hubungan antara Peer Group dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja Laki-Laki di SMK Warga Surakarta” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Univeritas Sebelas Maret Surakarta.
2. H. Zainal Abidin, dr., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.
3. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, PhD selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Sumardiyono, S.KM., M.Kes selaku Penguji Utama atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan.
5. Yulia Lanti Retno Dewi, dr., M.Kes sebagai Anggota Penguji atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan.
6. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi beserta staf atas bimbingan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
7. Staf Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
8. SMK Warga Surakarta, kepala sekolah, para staf dan guru serta siswa-siswa yang telah membantu penelitian dalam skripsi ini.
9. Orang tua serta keluarga yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, November 2010
Trida Ermawati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................... ...vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ....x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ...xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ ....1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... ....3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. ....3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... ....3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ .4
1. Remaja ............................................................................................ .4
2. Rokok ............................................................................................. .5
3. Kebiasaan Merokok Remaja............................................................ 8
4. Peer Group ....................................................................................11
5. Hubungan Peer Group dan Kebiasaan Merokok pada Remaja
Laki-Laki........................................................................................17
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 20
C. Hipotesis ........................................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 21
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 21
C. Subyek Penelitian .............................................................................. 21
D. Teknik Sampling ............................................................................... 22
E. Desain Penelitian ............................................................................... 23
F. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 23
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 24
H. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 26
I. Cara Kerja .......................................................................................... 26
J. Teknik Analisis Data ......................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Sampel Penelitian ........................................................ 29
B. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda .............................................. 30
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................... 32
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 35
B. Saran .................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Interpretasi Odds Ratio 28
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel (Data Kategorikal) 29
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel (Data Kontinu) 30
Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................... 20
Gambar 3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Tabel Hasil Test-Retest Reliabilitas Kuesioner
Lampiran 3. Tabel Deskriptif Umur Sampel
Lampiran 4. Tabel Deskriptif Jumlah Anggota Perokok dalam Peer Group
Lampiran 5. Grafik Mean Jumlah Anggota Perokok dalam Peer Group
Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Hubungan antara
Peer Group dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja Laki-Laki di
SMK Warga Surakarta tanpa Mengontrol Pengaruh Ayah Perokok
dan Iklan Rokok
Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Hubungan antara
Peer Group dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja Laki-Laki di
SMK Warga Surakarta dengan Mengontrol Pengaruh Ayah
Perokok dan Iklan Rokok
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan,
tembakau membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, diproyeksikan akan
membunuh 10 juta sampai tahun 2020 dan dari jumlah tersebut, 70 % korban
berasal dari negara berkembang. Kecenderungan mengenai fenomena rokok
yang cukup mencemaskan dalam permasalahan merokok salah satunya adalah
umur usia merokok yang semakin muda. Di Indonesia, perokok remaja bukan
hal yang langka ditemukan di sekolah menengah (Bustan, 2007).
Kebiasaan merokok yang terjadi saat ini akan mengakibatkan sekitar
500 juta orang yang kini hidup pada akhirnya akan mati karena komsumsi
tembakau dan lebih dari separuhnya adalah anak-anak dan remaja. Di
Indonesia perokok pemula semakin muda usianya. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa remaja usia 11-18 tahun sudah merokok. Risiko akibat
merokok akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan apalagi bagi remaja
sebagai calon pembentuk keluarga dan penerus cita-cita bangsa.
(Pattinasarany, 2004). Selain itu dipertegas oleh data WHO yang menyatakan
30% perokok di dunia adalah para remaja (Mubarok, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada hakikatnya manusia di samping sebagai makhluk individu juga
makhluk sosial. Manusia dituntut adanya saling berhubungan antara
sesamanya dalam kehidupannya. Dalam kelompok sebaya (peer group),
individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di
bidang usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok tersebut
(Santosa, 2009).
Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman
sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa
remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota
kelompok pertemanan mereka (Santrock, 2003).
Pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif dan negatif. Beberapa
ahli teori psikologi menggambarkan budaya teman sebaya remaja sebagai
pengaruh merusak yang mengabaikan nilai-nilai dan kontrol orang tua. Teman
sebaya juga dapat mengenalkan remaja pada kebiasaan merokok (Santrock,
2003).
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-
teman sebaya sebagai kelompok sehingga pengaruh teman-teman sebaya pada
sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada
pengaruh keluarga. Jika anggota kelompok mencoba rokok, mereka cenderung
mengikutinya (Hurlock, 2004).
Merokok merupakan masalah yang belum bisa terselesaikan hingga
saat ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan, baik anak-anak sampai
orang tua, laki-laki maupun perempuan, terlebih pada siswa SMA. Banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Berdasarkan latar belakang di
atas, peniliti ingin mengadakan penelitian apakah terdapat hubungan antara
peer group terhadap kebiasaan merokok pada remaja laki-laki.
B. Perumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara peer group dengan kebiasaan
merokok pada remaja laki-laki?
C. Tujuan Penelitian
1. Umum
Mengetahui hubungan antara peer group dengan kebiasaan
merokok pada remaja laki-laki.
2. Khusus
Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memperluas wacana ilmu pengetahuan khususnya Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan memberi gambaran tentang faktor sosial dalam
upaya pencegahan kebiasaan merokok pada remaja laki-laki.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
petugas penyuluhan sebagai upaya pencegahan kebiasaan merokok pada
remaja laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin
adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Al-Mighwar, 2006).
b. Definisi Remaja untuk Masyarakat Indonesia
Menurut Sarwono (2008), remaja untuk masyarakat Indonesia
didefinisikan dengan batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda
seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik).
2) Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap
akil-balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat
tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria
sosial).
3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity,
menurut Erik Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan
psikoseksual (menurut Freud) dan tercapainya puncak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (Kohlberg) (kriteria
psikologik).
4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk
memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut
masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai
hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi), belum
bisa memberikan pendapat sendiri dan sebagainya. Dapat diartikan,
orang-orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat
memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun
psikologik, masih dapat digolongkan remaja.
5) Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan,
karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat
Indonesia secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada
usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa
penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat
dan keluarga sehingga definisi remaja di sini dibatasi khusus untuk
yang belum menikah.
2. Rokok
a. Kandungan Rokok
Rokok merupakan salah satu produk industri dan komoditi
internasional yang mengandung sekitar 4.000 bahan kimiawi. Unsur-
unsur yang penting antara lain: tar, nikotin, benzopyrin, metil-kloride,
aseton, amonia, dan karbonmonoksida. Di antara sekian banyak zat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
berbahaya ini, ada 3 yang paling penting, khususnya dalam hal kanker,
yakni: tar, nikotin, dan karbonmonoksida (CO) (Bustan, 2007).
Tar mengandung ratusan zat kimiawi yang kebanyakan bersifat
karsinogenik. Nikotin merangsang pelepasan catecholamin yang biasa
meningkatkan denyut jantung. CO merupakan 1-5% dari asap rokok.
CO mengikat oksigen dalam darah (eritrosit) dan membentuk
carboxyhaemoglobin. Seorang perokok akan mempunyai
carboxyhaemoglobin lebih tinggi dari orang normal, sekitar 2-15%.
Pada orang normal carboxyhaemoglobin hanya sekitar 0,5-2%. CO
juga merusak dinding arteri yang pada akhirnya dapat menyebabkan
atherosclerosis dan penyakit jantung koroner (Bustan, 2007).
b. Jenis Perokok
Menurut Bustan (2007), Departemen Kesehatan RI (2003),
jenis perokok dapat dibagi menjadi perokok aktif dan perokok pasif.
Perokok aktif adalah orang yang menghisap rokok dan menghisap asap
hasil pembakaran rokok tersebut. Perokok pasif adalah orang yang
berada di sekitar perokok aktif yang turut menghisap asap rokok bukan
hasil pembakaran rokoknya sendiri.
Jenis perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, dapat
dibagi atas perokok ringan, sedang, dan berat. Perokok ringan jika
merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang merokok
menghisap 10-20 batang per hari, dan perokok berat jika lebih dari 20
batang per hari (Bustan, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Penyakit-Penyakit yang Diakibatkan karena Merokok
Menurut Dugdale (2009), merokok secara berlebihan dan
dalam jangka waktu lama yang dihubungkan dengan zat kimia seperti
tar dan nikotin dapat meningkatkan berbagai risiko masalah kesehatan
yaitu:
1) Jantung dan pembuluh darah
a) Gumpalan darah dan aneurisma di otak yang dapat
menyebabkan stroke.
b) Gumpalan darah di tungkai bawah yang dapat mengalir ke
paru-paru.
c) Penyakit jantung koroner, termasuk angina dan serangan
jantung.
d) Tekanan darah tinggi.
e) Suplai darah ke tungkai yang kurang.
f) Bermasalah dengan ereksi, karena penurunan aliran darah ke
penis.
2) Kanker (khususnya pada paru, mulut, larynx, esophagus, kandung
kemih, ginjal, pankreas, dan cervix).
3) Keterlambatan penyembuhan luka, khususnya setelah pembedahan
4) Paru-paru antara lain empisema, bronchitis kronik, atau asma yang
lebih sulit untuk dikontrol.
5) Masalah selama kehamilan, seperti bayi dengan berat badan lahir
rendah, kelahiran prematur, abortus, dan bibir sumbing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
6) Risiko masalah kesehatan yang lain yaitu:
a) Penurunan kamampuan untuk merasa dan membau.
b) Penurunan kualitas sperma, yang berakibat infertilitas.
c) Kehilangan penglihatan karena peningkatan risiko degenerasi
makula.
d) Penyakit gigi dan gusi.
e) Kerutan pada kulit.
3. Kebiasaan Merokok pada Remaja
Merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si
perokok sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Beberapa motivasi
yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat
pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan
(reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar
norma (permissive beliefs/facilitative). Hal ini sejalan dengan kegiatan
merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan
orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka
sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat
dengan kelompoknya (Widianti, 2007).
Kebiasaan merokok di kalangan remaja, terlihat jelas pada siswa
SMU dan sudah menjadi semacam trend atau bukan merupakan suatu
pemandangan yang mengherankan lagi. Dari hasil pengamatan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
siswa SMU pada jam-jam istirahat dan pulang sekolah banyak di
antaranya mempunyai kebiasaan merokok baik di warung sekitar sekolah,
supermarket atau di tempat-tempat mereka berkumpul. dari hasil
pengamatan terhadap warung-warung yang ada di sekitar SMU tersebut,
ternyata rokok termasuk barang yang cukup laku dimana ada sekitar
kurang lebih 30-40 batang rokok terjual setiap harinya pada setiap warung
yang pembelinya lebih banyak para siswa yang masih memakai pakaian
sekolah (Ekawati dkk, 2009).
Faktor-Faktor yang Menjadi Penyebab Remaja Merokok
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab remaja merokok
adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Orang Tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-
anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana
orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga
yang bahagia (Baer dan Corado dalam Widianti, 2007).
Orang tua yang menjadi figur sebagai perokok berat, maka anak-
anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok
lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua
(single parent) (Al Bachri dalam Mu’tadin, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua
menjadi perokok (Al Bachri dalam Widianti, 2007).
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri
dari kebosanan (Atkinson dalam Widianti, 2007).
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti
yang ada dalam iklan tersebut (Juniarti dalam Widianti, 2007).
Jessor & Jessor dalam Astuti (2007) menyebutkan bahwa perilaku
bermasalah remaja salah satu di antaranya adalah merokok merupakan
hasil interaksi antara variabel-variabel intrapersonal seperti kepribadian,
sikap dan perilaku dengan sistem lingkungan termasuk keluarga dan teman
sebaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sikap dapat dipelajari melalui imitasi. Orang meniru orang lain,
terutama jika orang lain tersebut merupakan orang yang kuat dan penting.
Salah satu sumber yang terpenting dari sikap sosial pada awal kehidupan
adalah keluarga. Anak-anak sering meniru sikap orang tuanya. Pada masa
remaja, mereka senang meniru sikap teman sebayanya (Sears dkk, 1999).
4. Peer Group
a. Pengertian Peer Group
Teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan
tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Perbedaan usia tetap
akan terjadi walaupun pembagian kelas di sekolah tidak berdasarkan
usia maupun jika para remaja dibiarkan untuk menentukan sendiri
komposisi dari lingkungan sosial mereka (Santrock, 2003).
Pengertian Peer Group yaitu kelompok anak sebaya yang
sukses dimana anak tersebut dapat berinteraksi. Dalam kelompok
sebaya (peer group), individu merasakan adanya kesamaan satu
dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan, dan tujuan
yang dapat memperkuat kelompok itu. Di dalam peer group tidak
dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di antara anggota
kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan
kegagalan kelompoknya (Santosa, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Fungsi Peer Group
Menurut Santosa (1999), fungsi peer group adalah sebagai berikut :
1) Mengajarkan kebudayaan.
Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat
itu.
2) Mengajarkan mobilitas sosial.
Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya
terdapat kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan
adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah tersebut dinamakan
mobilitas sosial.
3) Membantu peranan sosial yang baru.
Peer group memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi
peranan sosial yang baru. Misalnya, anak belajar begaimana
menjadi pemimpin yang baik.
4) Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru
bahkan untuk masyarakat.
Kelompok teman sebaya di sekolah dapat sebagai sumber
informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial
individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan
dalam kelompoknya.
Peer group di masyarakat sebagai sumber informasi, jika salah satu
anggotanya berhasil, maka di mata masyarakat peer group tersebut
berhasil, begitu juga sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5) Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu
sama lain. karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan
kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama
lainnya.
6) Peer group mengajar moral orang dewasa.
Anggota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang
dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka
belajar memperoleh kemantapan sosial.
7) Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri.
Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat,
bertindak atau untuk menemukan identitas diri. Karena dalam
kelompok tersebut, anggota-anggota yang lain juga mempunyai
tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan jika anak
bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit
mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang
dewasa selalu berada di atas dunia anak sebaya.
8) Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang
baru.
Anak belajar tentang tingkah laku yang baru, yang tidak terdapat
dalam keluarga. Dalam keluarga yang strukturnya lebih sempit,
anak belajar bagaimana menjadi anak dan saudara. Dalam peer
group mereka belajar bagaimana menjadi teman, bagaimana
mereka berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kelompok yang lain, dan bagaimana menjadi seorang pemimpin
dan pengikut. Peer group menyediakan peranan yang cocok bagi
anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.
c. Ciri-Ciri Peer Group
Menurut Santosa (1999), ciri-ciri peer group adalah sebagai berikut:
1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas.
Peer group terbentuk secara spontan. Di antara anggota kelompok
mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara
anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Dimana
semua anggota beranggapan bahwa anak tersebut memang pantas
dijadikan sebagai pemimpin, biasanya anak yang disegani dalam
kelompok itu. Semua anggota merasa sama kedudukan dan
fungsinya.
2) Bersifat sementara.
Tidak adanya struktur organisasi yang jelas, maka kelompok ini
kemungkinan tidak bisa bertahan lama.
3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas.
Teman sebaya di sekolah pada umumnya terdiri dari individu yang
berbeda-beda lingkungannya, dimana mempunyai atauran-aturan
atau kebiasaan-kebiasaan yang berbeda-beda pula. Kemudian
mereka memasukkannya dalam peer group, sehingga mereka
saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasaan-kebiasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tersebut dan dipilih yang sesuai dengan kelompok kemudian
dijadikan kebiasaan-kebiasaan kelompok.
4) Anggotanya adalah individu yang sebaya.
Contoh konkritnya pada anak-anak usia SMP atau SMA, dimana
mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang
sama.
d. Pengaruh Perkembangan Peer Group
Menurut Havinghurst dalam Santosa (1999), pengaruh perkembangan
peer group mengakibatkan adanya:
1) Kelas-kelas sosial.
Pembentukan kelompok sebaya berdasarkan tingkat status sosial
ekonomi individu, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya
dan kelompok miskin.
2) ‘In’ dan ‘Out’ group.
‘In’ group adalah teman sebaya dalam kelompok.
‘Out’ group adalah teman sebaya di luar kelompok.
Pengaruh lain dalam peer group ini dapat bersifat positif dan negatif.
1) Pengaruh positif peer group :
a) Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group,
mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan
datang.
b) Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c) Apabila individu masuk dalam peer group, setiap anggota akan
dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai
kebudayaan yang mereka anggap baik atau menyeleksi
kebudayaan dari beberapa temannya.
d) Berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih
bakatnya.
e) Mendorong individu untuk bersifat mandiri.
f) Menyalurkan perasaan dan pendapat untuk kemajuan
kelompok.
2) Pengaruh negatif peer group :
a) Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
b) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.
c) Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang
lain yang tidak mempunyai kesamaan dengan dirinya.
d) Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.
e) Timbulnya pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya.
(Santosa, 1999)
Kelompok sebaya merupakan dunia nyata remaja, yang
menyiapkan sesuatu dimana remaja dapat menguji diri sendiri dan
orang lain. Dalam kelompok sebaya remaja merumuskan dan
memperbaiki konsep dirinya, di sinilah remaja dinilai oleh orang lain
yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-
sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok sebaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memberikan sebuah dunia tempat para remaja dapat melakukan
sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah
nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-
teman seusianya (Hurlock, 2004).
Di dalam kelompok sebaya inilah remaja memperoleh
dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan di situ pulalah
remaja dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak
sebagai pemimpin apabila remaja mampu. Kelompok sebaya terdiri
dari anggota-anggota tertentu dari teman-temannya yang dapat
menerimanya dan kepadanya remaja sendiri bergantung (Hurlock,
2004).
5. Hubungan Peer Group dan Kebiasaan Merokok pada Remaja Laki-
Laki
Perilaku merokok pada remaja tidak terlepas dari pengetahuan,
persepsi, nilai atau norma yang diyakini oleh suatu individu atau suatu
kelompok yang akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Dari
pengataman tentang kebiasaan merokok remaja lebih karena faktor ingin
mencoba-coba atau mengikuti trend pada kelompoknya, juga karena
persepsi atau kepercayaan, seperti pada laki-laki merokok dapat
meningkatkan keperkasaan laki-laki, dengan merokok akan kelihatan lebih
“gaul”, atau merokok dapat menambah semangat belajar/bekerja, dan
merokok dapat menghilangkan stres (Ekawati dkk, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Pada saat anak duduk di sekolah menengah atas, merokok
merupakan kegiatan yang meluas dalam berbagai kegiatan sosial dan juga
di daerah-daerah terlarang. Remaja merasa dirinya harus lebih banyak
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok sebaya daripada
norma-norma orang dewasa atau penguasa lembaga bila ingin
diidentifikasikan dengan kelompok sebaya dan tidak ingin lagi dianggap
anak-anak melainkan hampir dewasa (Hurlock, 2004).
Salah satu alasan mengapa remaja merokok adalah ingin diterima
di kelompoknya. Merasa "diterima" di dalam kelompok tertentu
merupakan suatu peristiwa yang sangat bermakna bagi anak remaja.
Remaja mulai merambah dunia dan pergaulan dalam kelompok, mulai
membeda-bedakan selera atas hal-hal tertentu. Pergaulan ini menimbulkan
suatu kenikmatan tersendiri yang selama ini diinginkan oleh mereka.
Sekalipun pada mulanya mereka merasakan diperlakukan tidak baik tetapi
lambat laun mereka mulai merasakan bahwa mereka sudah menjadi
anggota kelompok tersebut berkat kehebatannya merokok. Peranan teman-
teman sebaya atau yang lebih tinggi usianya dari mereka, sangat
mempengaruhi dan menentukan dalam pergaulan. Termasuk di dalamnya
kebiasaan merokok. Remaja tidak berbeda lagi dengan mereka yang sudah
"didewasakan" dalam rokok. Rasa setia kawan diperlihatkan dengan
"keramahan" menawarkan rokok. Menghisap rokok yang ditawarkan
tersebut merupakan sikap hormat-menghormati. Demikianlah menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
anggapan anak remaja yang baru menyesuaikan diri dengan keadaan yang
baru ini (Silalahi, 2007).
Merokok merupakan cara untuk bisa diterima secara sosial.
Sebagian dari mereka yang merokok disebabkan tekanan teman-teman
sebayanya. Walaupun ada juga yang merokok disebabkan melihat orang
tuanya merokok (Fawzani dan Triratnawati, 2005).
Salah satu faktor risiko yang menjadikan remaja perokok adalah
tekanan dari teman sebaya untuk merokok. Menurut Penelitian, memiliki
saudara dan teman-teman yang merokok meningkatkan risiko remaja
untuk merokok sekitar 2 – 3 kali lipat (Hendry, 2009). Menurut Santrock
(2003), konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap
atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang
dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya
menjadi sangat kuat pada masa remaja.
Orang akan menyesuaikan diri bahkan meskipun dengan
melakukan hal tersebut orang menentang persepsinya sendiri. Mereka
tidak selalu menerima apa yang dikatakan orang lain, seringkali mereka
tetap yakin bahwa penilaian mereka benar. Sebaliknya, apabila diminta
untuk memberikan jawaban secara terbuka, mereka memberikan jawaban
keliru yang sama dengan jawaban yang diberikan oleh orang lain. Inilah
yang disebut sebagai konformitas (Sears dkk, 1991).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Terdapat hubungan antara peer group dengan kebiasaan merokok pada
remaja laki-laki.
Peer group Konformitas
Pengaruh/ tekanan
teman sebaya
Kebiasaan merokok pada remaja laki-
laki
Pengaruh orang tua
Iklan
Imitasi sikap
Tampilan yang menarik
Identitas diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu variabel bebas (faktor risiko) dan variabel
tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama
(Taufiqurahman, 2003).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Warga Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswa di SMK Warga Surakarta dengan
populasi berjumlah 906 siswa laki-laki, dengan kriteria :
1. Kriteria Inklusi
a. Siswa laki-laki SMK Warga Surakarta
b. Siswa laki-laki perokok dan tidak perokok
c. Siswa laki-laki yang mempunyai peer group perokok, peer group
bukan perokok, dan yang tidak mempunyai peer group
2. Kriteria Ekslusi
a. Siswa di luar SMK Warga Surakarta
b. Siswa yang tidak bersedia menjadi responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
D. Teknik Sampling
Sampel diambil menggunakan pencuplikan non random (non-
probabilitas) berupa fixed-disease sampling. Menurut Gertsman dalam Murti
(2006), fixed-disease sampling merupakan prosedur pencuplikan berdasarkan
status penyakit subjek, dalam hal ini kebiasaan merokok, sedang status
paparan subjek bervariasi mengikuti status penyakit subjek yang sudah
“fixed”.
Perkiraan Besar Sampel
Rasio jumlah subjek dan jumlah variabel independen dalam analisis
mutivariat tidak boleh kurang dari 5:1, artinya tidak kurang dari 5 subjek per
variabel independen. Meskipun rasio minimum 5:1, tetapi rasio yang
dianjurkan antara ukuran sampel dan jumlah variabel independen adalah
sebagai berikut (Hair et al., dalam Murti, 2006):
n = 15 hingga 20 subjek per variabel independen
Dalam penelitian ini melibatkan 3 variabel independen. Sehingga
subjek penelitian yang diperlukan adalah 3 kali (15-20) subjek, yaitu 45
hingga 60 subjek penelitian.
Penelitian ini memerlukan subjek penelitian yaitu siswa laki-laki
sebanyak 60 orang, dimana dipilih 20 siswa laki-laki sebagai perokok dan 40
siswa laki-laki tidak perokok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
E. Desain Penelitian
Gambar 3.1 Desain Penelitian
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Peer group
2. Variabel terikat
Kebiasaan merokok pada remaja laki-laki
3. Faktor Perancu
a. Pengaruh ayah perokok
b. Paparan iklan
Populasi sasaran (Remaja Laki-Laki)
Populasi sumber (Siswa Laki-Laki
SMK Warga Surakarta)
Perokok Tidak perokok
Tidak mempunyai peer group
Peer group
perokok 1-4
orang
Peer group
perokok 5 orang
atau lebih
Tidak mempunyai peer group
Peer group
perokok 1-4
orang
Peer group
perokok 5 orang
atau lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Peer group
a. Definisi: Kelompok anak sebaya dimana remaja dapat berinteraksi dan
tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Jumlah anggota peer
group dalam penelitian ini dibatasi antara 4-8 orang. Peer group dalam
penelitian ini adalah peer group dalam pergaulan sehari-hari. Cara
pengukuran dengan mengelompokkan sampel manjadi:
1) Tidak mempunyai peer group: apabila remaja tidak mempunyai
kelompok pertemanan sebaya dalam pergaulan tiap harinya.
2) Mempunyai peer group perokok: apabila anggotanya kelompok
teman sebayanya ada yang merokok baik sebagian atau
keseluruhan.
b. Alat ukur : kuesioner
c. Skala pengukuran : kategorikal
d. Kode peer group :
0. Tidak ada peer group
1. Ada Peer group perokok
2. Kebiasaan merokok
a. Definisi: Kebiasaan merokok adalah kegiatan mengisap rokok yang
dilakukan berulang kali dan yang dapat menimbulkan ketergantungan.
Cara pengukuran dengan mengelompokkan sampel menjadi:
1) Tidak perokok: apabila subjek tidak pernah sama sekali merokok
meskipun hanya satu hisapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Perokok: perokok remaja yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah current smoking, yaitu orang yang merokok setiap hari atau
tidak setiap hari atau kebiasaan merokok yang dilakukan secara
occasional (hanya dalam kesempatan tertentu saja) (WHO, 2010).
b. Alat ukur : kuesioner
c. Skala pengukuran : dikotomik
d. Kode kebiasaan merokok
0. Tidak merokok
1. Terbiasa merokok
3. Pengaruh ayah perokok
a. Definisi: Pengaruh yang diberikan oleh ayah yang perokok maupun
tidak perokok kepada anaknya. Cara pengukuran dengan
mengelompokkan sampel menjadi:
1) Ayah tidak perokok: apabila ayah bukan perokok.
2) Ayah perokok: apabila ayah adalah perokok, baik perokok ringan,
sedang, dan berat.
b. Alat ukur : kuesioner
c. Skala pengukuran : dikotomik
d. Kode pengaruh ayah perokok
0. Ayah tidak perokok
1. Ayah perokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Paparan iklan
a. Definisi: Pengaruh paparan seringnya melihat iklan rokok. Cara
pengukuran dengan mengelompokkan sampel menjadi:
1) Jarang melihat iklan: apabila subjek jarang melihat iklan baik iklan
media massa maupun elektronik.
2) Sering melihat iklan: apabila pernah melihat iklan hampir setiap
hari atau sering melihat iklan baik iklan media massa maupun
elektronik.
b. Alat ukur : kuesioner
c. Skala pengukuran : dikotomik
d. Kode pengaruh iklan
0. Jarang melihat iklan
1. Sering melihat iklan
H. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan adalah sumber data primer, yaitu berupa
kuesioner.
I. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan uji validitas dan uji reabilitas terhadap
kuesioner yang telah dibuat. Pengujian kuesioner dilaksanakan pada 10
subjek di SMK yang dibuat untuk tempat penelitian. Dalam 10 subjek
dibagi menjadi 2 yaitu 5 subjek remaja laki-laki perokok dan 5 subjek
remaja laki-laki tidak perokok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang terstruktur. Wawancara dilakukan dengan
mendatangi sekolah di SMK Warga Solo.
3. Tahap Analisis Data
Kuesioner yang telah terkumpul dilakukan pencatatan skor masing-
masing kuesioner yang telah terisi, diteruskan dengan memasukkan data
pada perangkat lunak yang tersedia. Setelah data terkumpul dilakukan
analisis data untuk menentukan korelasi antara variabel yang diukur.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik ganda. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
p ln = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
1-p Dimana :
p = Probabilitas untuk merokok
1-p = Probabilitas untuk tidak merokok
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Peer group
0. tidak ada peer group
1. peer group perokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
X2 = Ayah
0. tidak perokok
1. perokok
X3 = Paparan iklan
0. jarang melihat
1. sering melihat
Odds Ratio (OR) digunakan untuk menunjukkan kekuatan hubungan
antara variabel-variabel. Kemaknaan statistik OR diuji dengan uji Wald
(Murti, 1996). Dalam model regresi logistik, rumus OR = exp (β). Interpretasi
OR disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 3.1 Interpretasi Odds Ratio
OR Interpretasi
1 Tidak ada hubungan
> 1 hingga < 1,5 Terdapat hubungan lemah
> 1,5 hingga < 3 Terdapat hubungan sedang
> 3 hingga < 10 Terdapat hubungan kuat
> 10 Terdapat hubungan yang
sangat kuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada siswa kelas
X dan XI SMK Warga Surakarta pada hari Sabtu, 22 Mei 2010. Kemudian dipilih
siswa yang merokok sebanyak 20 siswa dan siswa bukan perokok sebanyak 40
siswa.
Berikut merupakan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel.
A. Karakteristik Sampel Penelitian
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel (Data Kategorikal) Variabel n %
Siswa perokok Tidak Ya Total
Peer group Tidak Ya Total
Ayah perokok Tidak Ya Total
Paparan iklan rokok Jarang Hampir setiap hari Total
40 20 60
32 28 60
20 40 60
12 48 60
66.7 33.3 100
53.3 46.7 100
33.3 66.7 100
20 80 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah sampel yang mempunyai peer
group berjumlah 28 siswa, dan yang tidak mempunyai peer group berjumlah
32 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 4.2 Karakteristik Sampel (Data Kontinu) Variabel N Mean SD Min Maks
Umur responden Jumlah anggota peer group perokok
60 60
16.5 2.3
0.8 2.9
15 0
18 8
B. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
Tabel 4.3 Hasil analisis regresi logistik ganda tentang hubungan antara peer group dengan kebiasaan merokok pada remaja laki-laki di SMK Warga Surakarta tanpa mengontrol pengaruh ayah perokok dan iklan rokok (Model 1) dan dengan mengontrol pengaruh ayah perokok dan iklan rokok (Model 2)
Variabel
Model 1 Model 2 OR P Convidence
interval 95% OR P Convidence
interval 95% Batas
bawah Batas atas
Batas bawah
Batas atas
Jumlah anggota peer group perokok
1– 4 orang 5 orang atau lebih
Ayah perokok Iklan rokok N observasi Log likelihood Pseudo R2
4.8 17.4
60
-29.2 24%
0.060 <0.001
0.9 3.9
24.9 76.2
5.0 22.9
3.5 0.3 60
-26.6 30%
0.071 <0.001
0.105 0.135
0.9 4.5
0.8 0.1
29.2 117.5
15.7
1.5
Bias = (OR crude – OR adjusted) / OR adjusted x 100% = (4.8 – 5.0) /
4.8 x 100% = -4.2%. Dengan batas biasa 10 – 20%, model 1 tidak
menyebabkan bias estimasi pengaruh dari terdapat 1-4 perokok di antara peer
group terhadap kebiasaan merokok remaja.
Bias = (OR crude – OR adjusted) / OR adjusted x 100% = (17.4 –
22.9) / 17.4 x 100% = -31.6%. Dengan batas bias 10 – 20 %, model 2
menyebabkan bias estimasi pengaruh dari terdapatnya 5 perokok atau lebih di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
antara peer group terhadap kebiasaan merokok remaja. Jadi model analisis
regresi logistik ganda yang digunakan adalah model 2.
Model 2 dalam Tabel 4.3 menunjukkan bahwa remaja laki-laki yang
mempunyai peer group dengan anggota yang merokok berjumlah 1 – 4 orang
berisiko memliki kebiasaan merokok 5 kali lebih besar daripada yang tidak
mempunyai peer group (OR=5.0; p=0.071; CI95% 0.9 hingga 29.2).
Sedangkan remaja laki-laki yang mempunyai peer group dengan anggota yang
merokok berjumlah 5 orang atau lebih berisiko memiliki kebiasaan merokok
23 kali lebih besar daripada yang tidak mempunyai peer group (OR=22.9; p=
<0.001; CI95% 4.5 hingga 117.5).
Log likelihood menunjukkan perbedaan antara model analisis regresi
yang digunakan dan data sampel. Jika tidak terdapat perbedaan tersebut, maka
nilai log likelihood = 0. jadi makin kecil log likelihood, makin baik model
yang digunakan. Dalam analisis ini log likelihood = -26.6 menunjukkan bahwa
model analisis regresi yang dipilih cukup mendekati data sampel penelitian.
Pseudo R2 = 30% mengandung arti bahwa model regresi yang
melibatkan variabel-variabel bebas, yaitu peer group dan ayah perokok, secara
bersama mampu menjelaskan sekitar 30% variasi-variasi yang terjadi pada
variabel terikat, yaitu kebiasaan merokok pada remaja laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB V
PEMBAHASAN
Dari penelitian diperoleh hasil yang sesuai dengan hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara peer group dengan kebiasaan
merokok pada remaja laki-laki. Dimana remaja laki-laki yang mempunyai peer
group yang beranggota perokok lebih berisiko mempunyai kebiasaan merokok
daripada yang tidak mempunyai peer group. Besarnya risiko remaja laki-laki
mempunyai kebiasaan merokok dianalisis lebih lanjut dengan model analisis
regresi logistik ganda. Berdasarkan analisis regresi logistik ganda yang telah
didapat, kemudian diolah dengan menggunakan program Statistical Products and
Service Solutions (SPSS) for Windows Release 17.0 dan Stata Intercooled v.7.0.
Model 2 dalam tabel 4.3 menunjukkan hasil bahwa remaja laki-laki yang
mempunyai peer group dengan anggota perokok berjumlah 1 – 4 orang berisiko
memiliki kebiasaan merokok 5 kali lebih besar daripada yang tidak mempunyai
peer group sedangkan remaja laki-laki yang mempunyai peer group dengan
anggota yang merokok berjumlah 5 orang atau lebih berisiko memiliki kebiasaan
merokok 23 kali lebih besar daripada yang tidak mempunyai peer group. Dari
hasil ini juga menunjukkan semakin banyak anggota peer group yang merokok
semakin tinggi risiko mempunyai kebiasaan merokok pada remaja laki-laki. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007)
mengenai pencarian prediktor perilaku merokok pada remaja awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku berisiko kesehatan pada
remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah pengaruh
berasal dari kelompok sebaya (Wills dan Cleary dalam Astuti, 2007). Artinya
ketika remaja bergabung dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan
dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang
dikembangkan oleh kelompok tersebut. Tuntutan inilah yang menimbulkan
konformitas pada diri remaja tersebut.
Berdasarkan model 2 dalam tabel 4.3 faktor perancu ayah perokok
menunjukkan hasil yang mendekati signifikan yaitu p=0.105 dengan OR=3.5.
Remaja yang memiliki ayah perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi
perokok daripada remaja dengan ayah bukan perokok. Hasil penelitian ini juga
sesuai dengan penelitian serupa yang dilakukan oleh Astuti (2007) mengenai
pencarian prediktor perilaku merokok pada remaja awal.
Orang tua yang merokok akan menjadi model bagi anaknya yang remaja
untuk merokok walaupun orang tua cenderung melarang anaknya untuk merokok.
Anak akan belajar dari apa yang dilakukan orang tua bukan apa yang dikatakan
orang tuanya. Sehingga jika orang tuanya merokok maka kemungkinan besar anak
juga akan merokok (Baron dan Byrne dalam Astuti, 2007).
Berdasarkan model 2 dalam tabel 4.3 faktor perancu iklan rokok
menujukkan hasil yang tidak signifikan yaitu p=0.135 dengan OR=0.3. Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa salah satu faktor
yang menyebabkan remaja laki-laki merokok adalah seringnya melihat iklan
rokok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tampilan iklan rokok yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Hasil penelitian tentang faktor
perancu iklan rokok dalam penelitian ini tidak sesuai teori tersebut kemungkinan
dapat disebabkan oleh sampel yang menjawab pertanyaan kuesioner tentang iklan
rokok secara tidak benar atau dengan kata lain cenderung asal dalam
menjawabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara peer group
dengan kebiasaan merokok pada remaja laki-laki. Remaja laki-laki yang
mempunyai peer group beranggotakan perokok lebih berisiko menjadikan
kebiasaan merokok daripada yang tidak mempunyai peer group. Semakin
banyak anggota peer group yang merokok semakin berisiko mempunyai
kebiasaan merokok pada remaja laki-laki.
B. SARAN
1. Petugas penyuluhan dalam bidang kesehatan perlu menambahkan topik
tentang peer group perokok sebagai upaya pencegahan kebiasaan merokok
pada remaja laki-laki.
2. Bagi siswa dan remaja laki-laki perlu lebih selektif dalam memilih teman
atau menjadi anggota sebuah peer group. Diharapkan memilih teman yang
bukan perokok dan peer group yang beranggotakan bukan perokok.
Recommended