View
247
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
i
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE BELAJAR
LEARNING STARTS WITH A QUESTION TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII
SEMESTER II PADA MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTs AL-IRSYAD
GAJAH DEMAK TAHUN AJARAN 2010-2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh:
MASTIAH
(073111062)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mastiah
NIM : 073111062
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 20 Oktober 2011
Saya yang menyatakan,
Mastiah
NIM: 073111062
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : Efektivitas Penggunaan Metode Belajar Learning Starts with
A Question Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII
Semester II pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MTs AL-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2010-2011
Nama : Mastiah
NIM : 073111062
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 12 Desember 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Nasirudin, M.Ag.
NIP: 19691012 1996031 002
Sekretaris ,
Mursid, M.Ag.
NIP: 19670305 200112 1 001
Penguji I,
Fakhrur Rozi, M. Ag.
NIP: 19691220 1995031 001
Penguji II,
Nadhifah, S.Th.I.,M.S.I.
NIP: 19750827 200312 2 003H.
Pembimbing I,
Lift Anis Ma’shumah,M. Ag
NIP : 19720928 199703 2 061
Pembimbing II,
Mursid M. Ag.
NIP : 19670305 200112 1 001
iv
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295
Fax. 7615987 Semarang
NOTA PEMBIMBING Semarang, 20 Oktober 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Efektivitas Penggunaan Metode Belajar Learning Starts with
A Question Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII
Semester II pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MTs AL-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2010-2011
Nama : Mastiah
NIM : 073111062
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Pembimbing I,
Lift Anis Ma’shumah,M. Ag
NIP : 19720928 199703 2 061
v
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295
Fax. 7615987 Semarang
NOTA PEMBIMBING Semarang, 20 Oktober 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Efektivitas Penggunaan Metode Belajar Learning Starts with
A Question Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII
Semester II pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MTs AL-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2010-2011
Nama : Mastiah
NIM : 073111062
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Pembimbing II,
Mursid M. Ag.
NIP : 19670305 200112 1
vi
ABSTRAK
Judul : Efektivitas Penggunaan Metode Learning Starts With A Question
Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII semester II pada
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad Gajah
Demak Tahun Ajaran 2010-2011.
Penulis : Mastiah
NIM : 073111062
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik
manakah yang lebih efektif antara yang diajar menggunakan metode learning
starts with a question dan yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas
VII semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad
Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian penelitian eksperimen yakni
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendali. Eksperimen ini menggunakan rancangan
posttest-only control design, yaitu mengukur dan membandingkan kedua sampel
setelah diberikan perlakuan. Peneliti menggunakan kelas VII A sebagai kelas
eksperimen yang terdiri dari 36 peserta didik dan kelas VII E sebagai kelas
kontrol yang terdiri dari 36 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan
Claster random Sampling, sistem pengkelasan karena sampel sudah terdiri dari
kelas-kelas tetapi dalam penentuannya dilakukan dengan acak.
Setelah dilakukan analisis data, motivasi belajar peserta didik yang diajar
menggunakan metode konvensional berada dalam kategori cukup. Hal ini
diketahui dengan melihat nilai mean dari variable tersebut yaitu sebesar 42,06
terletak pada interval 40 - 43. Sedangkan motivasi belajar peserta didik yang
diajar menggunakan metode learning starts with a question berada dalam keadaan
cukup karena mean dari variable tersebut adalah sebesar 45, 42 terletak pada
interval 44- 47 yang berkategorikan bernilai “cukup”. Adapun Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 5,045 > ttabel (5%) = 2,00 dan ttabel (1%) =
2,65. Karena thitung lebih besar dari pada ttabel maka hipotesis yang peneliti ajukan
diterima, yaitu motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode
learning starts with a question lebih baik dari pada yang diajar menggunakan
metode konvensional di kelas VII semester II pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.
vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab latin dalam disertasi ini
berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R. I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata
sandang [al-] disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.
a t}
b z}
t ‘
s| Gh
j F
h} Q
kh K
d L
z| M
r N
z W
s H
sy ’
s} Y
d}
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang = au
i> = I panjang = ai
u> = u panjang
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الر حمن الر حيم
Asslamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah wa Syukurillah, senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya,
sehingga sampai saat ini kita masih mendapatkan ketetapan Iman dan Islam.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepangkuan Rasulullah
Muhammad SAW pembawa rahmat bagi Makhluk sekian alam, keluarga, sahabat
dan para tabi’in serta kita umatnya, semoga kita mendapat pertolongan di hari
akhir nanti.
Dalam penjelasan skripsi ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik dalam ide, kritik, saran maupun dalam bentuk lainnya. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sudja’i M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
2. Hj. Lift Anis Ma’shumah M. Ag, selaku Pembimbing I dan H. Mursid M. Ag,
selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam skripsi ini.
3. Nasirudin M. Ag, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
4. Seluruh Dosen, karyawan dan civitas akademika di Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Ayahanda dan Ibunda terhormat, Jayadi Nariyo dan Sulaseh yang senantiasa
memanjatkan do’a dalam mengiringi langkah demi tercapainya cita-cita,
penyemangat moral dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan pada tingkat perguruan tinggi.
6. Sahabat-sahabatku Iyan, Cikun, Olip, Uyek, Khamdan, Djuqy, Novy, Nunu,
Naela, Junet dan Anny terimakasih atas motivasi dan dukungan kalian.
7. Teman-temen seperjuanganku Lilis, Dwi, Umi, Wirda, Mb’Murba, Citra,
Eva, Nophi, Alfa, Mb’Lely, Mb’Mur, Ulfa, Ilma, Wa’a, Laila, Uva dan Lia
ix
yang telah mensuport penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya.
8. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan di IAIN Walisongo Semarang
khususnya temen-temen di fakultas Tarbiyah angkatan 2007 yang telah
berjuang bersama-sama.
9. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Kepada mereka semua tiada yang dapat penulis perbuat untuk membalas
kebaikan mereka, kecuali penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima
kasih yang sebanyak-banyaknya serta sekuntum do’a semoga Allah membalas
semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka
berikan.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga kritik dan
saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 20 Oktober 2011
Penulis
Mastiah
NIM. 073111062
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ...... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
TRANSLITERASI ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ............................................................................. 9
B. Kerangka Teoritik
1. Metode Learning Start With A Question
a. Pengertian Metode Learning Start With A Question …….. 11
b. Langkah-langkah Metode Learning Starts With
A Question………………………………………………... 17 c. Kelebihan dan kekurangan Metode Learning Start With
A Question
1) Kelebihan metode Learning Start With A Question …... 18
2) Kekurangan metode Learning Start With A Question .... 18
2. Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran SKI
a. Pengertian motivasi belajar …………………………...... 19
b.Macam-macam dan fungsi motivasi belajar …………… 22
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ….... 27
d.Mata pelajaran SKI …………………………………….. 29
3. Efektivitas penggunaan metode pembelajaran learning start
with a question terhadap motivasi belajar ......................... 36
C. Pengajuan Hipotesis …………………………………………... 37
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 38
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ……….. 38
D. Variabel dan Indikator Penelitian .............................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 40
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 41
xi
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ……………………………..... 46
B. Analisis Efektivitas Penggunaan Metode Belajar Learning Starts
with A Question Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas
VII Semester II pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di M.Ts AL-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2010-2011…. 49
C. Pembahasan Hasil penelitian ………………………………… 53
D. Keterbatan Penelitian ………………………………………… 54
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................... 55
B. Saran ......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Data nilai tentang motivasi belajar yang menggunakan metode
LSQ dan motivasi belajar yang menggunakan metode konvensional
Tabel 2 Tabel kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan
metode konvensional
Tabel 3 Tabel kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan
metode Learning Starts With A Question
Tabel 4 Tabel pebolong untuk pengujian normalitas data motivasi belajar yang
menggunakan metode konvensional dengan Chi Kuadrad
Tabel 5 Tabel penolong untuk pengujian normalitas data motivasi belajar yang
menggunakan metode LSQ dengan Chi Kuadrad
Tabel 6 Tabel Harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Profil M.Ts. Al-Irsyad Gajah Demak
Lampiran 2 Daftar Peserta Didik Kelas VII A
Lampiran 3 Daftar Peserta Didik Kelas VII E
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 5 Kisi-kisi angket penelitian
Lampiran 6 Angket tentang motivasi belajar peserta didik
Lampiran 7 Lembar Observasi tentang pembelajaran dengan metode learning
starts with a question
Lampiran 8 Hasil SPSS nilai mean, standar deviasi dan varians kedua sampel
Lampiran 9 Hasil SPSS uji Laboratorium
Lampiran 10 Surat penunjukan pembimbing
Lampiran 11 Surat izin Riset
Lampiran 12 Surat keterangan riset
Lampiran 13 Sertifikat PASSKA Institut
Lampiran 14 Sertifikat PASSKA Fakultas
Lampiran 15 Sertifikat KKN
Lampiran 16 Nilai Ko Kurikuler
Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidik selama proses pembelajaran berusaha agar proses belajar mengajar
mencerminkan dua arah, bukan semata-mata memberikan informasi tanpa
mengembangkan ketrampilan mereka, tetapi proses pembelajaran harus dapat
mengembangkan cara belajar peserta didik untuk memperoleh, mengolah, dan
menggunakan apa yang telah diperoleh dalam proses belajar tersebut.1
Peserta didik dalam belajar membutuhkan motivasi yang stabil agar tetap
semangat selama proses pembelajaran. Peserta didik akan semangat belajar karena
mereka ingin mempelajari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Peserta didik yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mendorong perhatian dan minat untuk
konsentrasi pada pelajaran. Serta dengan adanya motivasi belajar yang tinggi, akan
mempermudah proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Agar para peserta didik memiliki motivasi yang tinggi, salah satu usaha
yang dapat dilakukan pendidik adalah dengan memilih strategi pembelajaran yang
bervariasi, sesuai dengan kemampuan peserta didik dan banyak melibatkan peserta
didik dalam setiap tindakan dalam proses pembelajaran.2
Apabila ditinjau dari perkembangan kognitif menurut Piaget, peserta didik
yang duduk di jenjang pendidikan menengah pertama yang tergolong dalam masa
remaja, sudah mencapai tahap operasi formal (kegiatan-kegiatan mental tentang
berbagai gagasan). Remaja secara mental telah dapat berpikiran logis tentang
berbagai gagasan yang abstrak. Implikasi pendidikan dari periode berpikir operasi
1 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002),
hlm. 16.
2 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), hlm. 70-71.
2
formal ini adalah perlunya disiapkan program pendidikan yang memfasilitasi
perkembangan kemampuan berpikir peserta didik. Upaya yang dapat dilakukan
seperti menggunakan metode mengajar yang mendorong peserta didik untuk aktif
bertanya, mengemukakan gagasan atau mengujicobakan suatu materi dan melakukan
dialog atau diskusi.3 Membuat peserta didik bertanya tentang materi pelajaran
sebelum ada penjelasan dari pendidik merupakan salah satu cara untuk membuat
peserta didik belajar secara aktif, karena pembelajaran akan lebih efektif jika peserta
didik itu aktif dan memberikan umpan balik terhadap penjelasan pendidik daripada
hanya menerima apa yang disampaikan oleh pendidik didalam kelas.4
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap lembaga pendidikan Islam
adalah mata pelajaran sejarah kebudayan Islam yang memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat
digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, dan kepribadian peserta
didik.
Pembelajaran sejarah yang disampaikan oleh pendidik kurang berhasil dalam
memaksimalkan peserta didik untuk menghayati nilai-nilai secara mendalam.
Atmadinata dalam penelitiannya tentang pembelajaran sejarah yang dikutip dalam
bukunya Isjoni menjelaskan, pembelajaran sejarah tidak menarik, membosankan,
pembelajaran seolah-olah hanya menghafal tentang tahun, tempat dan peristiwa saja.
Menurut hasil pengamatan diketahui sebab-sebab peserta didik kurang meminati dan
termotivasi belajar sejarah adalah karena pendidik masih menggunakan strategi
pembelajaran yang bercorak hafalan dengan menggunakan metode ceramah.5 Peserta
3 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja RosdaKarya,
2008), hlm. 195-196.
4 Hisyam Zaini, Stategi Pembelajan Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 44.
5 Isjoni, Moh Arif Ismail, Model-Model Pembelajaran Mutakhir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 147-148.
3
didik menjadi pasif karena komunikasi interaksi tidak terjadi. Peserta didik hanya
menerima apa yang disampaikan oleh pendidik dan tidak diberi kesempatan untuk
mengutarakan pendapat. Metode sering menjadi faktor utama yang menjadikan
sebuah pengajaran berhasil atau gagal. Menarik atau tidaknya pembelajaran tidak
hanya ditentukan oleh sosok figur pendidik tapi juga oleh bagaimana pendidik
menyampaikan materi tersebut sehingga peserta didik tertarik dan termotivasi untuk
menerima pembelajaran.
Melihat latar belakang masalah tersebut, maka mendorong peneliti untuk
mengkaji penelitian tugas akhir, yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode
Belajar Learning Starts With A Question Terhadap Motivasi Belajar Peserta
Didik Kelas VII Semester II Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
M.Ts. al-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2010-2011”.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pada umumnya peserta didik menyerap pengetahuan dari pendidik
dengan menggunakan metode tradisional yakni metode ceramah, namun
mereka kurang memperhatikan pendidik dan tampak kurang mampu
menerapkan hasil pembelajaran baik berupa pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap ke situasi yang lain.
2. Para pendidik belum terbiasa menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi. Mereka masih terbiasa menggunakan metode ceramah
walaupun mereka sudah mengetahui berbagai macam metode
pembelajaran.
3. Motivasi belajar peserta didik di M.Ts. Al-Irsyad Gajah dalam pelajaran
SKI masih rendah sehingga peserta didik belum menunjukkan prestasi
yang tinggi
Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan hingga terbentuk suatu pengertian
yang utuh sesuai dengan maksud sebenarnya dari judul penelitian tersebut antara
lain
4
1. Metode Learning Starts With A Question
Metode Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu metode
pembelajaran aktif dalam bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa
diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca
terlebih dahulu. Seorang siswa akan dapat berhasil dalam pendidikannya dan
memahami materi apa yang dipelajarinya disekolah apabila ia berani menanyakan apa
yang kurang atau tidak dipahami olehnya. Proses mempelajari sesuatu yang baru akan
lebih efektif jika peserta tersebut aktif, mencari pola daripada menerima saja. Satu
cara menciptakan pola belajar aktif ini adalah merangsang peserta didik untuk
bertanya tentang mata pelajaran mereka, tanpa penjelasan dari pengajar lebih dahulu.
Metode ini merangsang siswa untuk bertanya.6
2. Mata Pelajaran SKI
Pelajaran SKI diajarkan di M.I., M.Ts., M.A. bahkan Perguruan Tinggi.
Sejarah Kebudayaan Islam di M.Ts. merupakan salah satu mata pelajaran yang
mempelajari tentang sejarah terjadinya suatu peristiwa, pertmbuhan dan
perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berjasa
dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam
pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani Ummayah,
Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia. Sebagai mata
pelajaran yang diajarkan pada setiap lembaga pendidikan Islam mata pelajaran SKI
sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia, karena sejarah mengandung
hikmah dan pelajaran yang dapat melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta
perkembangan kehidupan umat manusia.7 Waktu penelitian yang terbatas,
menjadikan penelitian hanya dilakukan ketika membahas tentang Bani Ummayah
6 Melvin L. Silberman, Active learning: 101 Strategi Pmebelajaran Aktif, Terj Sarjuli dkk,
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), hlm. 144.
7 Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm. 4.
5
pada standar kompetensi memahami perkembangan Islam pada masa bani
Ummayyah yang diajarkan di kelas VII pada semester genap.
3. Motivasi Belajar
Menurut Tan Oon Seng mengutip dari Baron, motivation is the force that
energizes and directs a behaviour towards a goal.8 Motivasi adalah kekuatan yang
berasal dari energi dan kelakuan yang langsung untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Sedangkan hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
perilaku9. Motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Apabila motivasi belajar peserta didik tinggi, hasil belajarnya pun akan tinggi. Peserta
didik yang semangat belajar akan berusaha keras apabila ia merasa belum bisa. Ia
tidak akan patah semangat.
Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Adanya keinginan untuk berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan baik10
.
8 Tan Oon Seng, et. al., Educational Psychology: A Practitioner Researcher Approach ( An
Asian Edition), (Singapore: 2003, Seng Lee Press), hlm. 276.
9 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 163.
10 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi aksara, 2008), hlm. 23.
6
B. Perumusan Masalah
Dari deskripsi latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan
metode konvensional?
2. Bagaimanakah motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan
metode learning starts with a question?
3. Motivasi belajar peserta didik manakah yang lebih baik antara yang diajar
menggunakan metode learning starts with a question dan yang diajar
menggunakan metode konvensional di kelas VII semester II pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak
tahun ajaran 2010-2011?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik ketika diajar
menggunakan metode learning starts with a question?
b. Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik ketika diajar
menggunakan metode konvensional?
c. Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik manakah yang lebih
efektif antara yang diajar menggunakan metode learning starts with a
question dan yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas
VII semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.
7
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
penulis dan pihak-pihak yang berkaitan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagi pendidik
1) Sebagai bahan rujukan bagi pendidik dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
2) Membantu pendidik agar lebih berkembang secara profesional.
3) Pendidik juga memperoleh suatu variasi pembelajaran, salah satunya dengan
menerapkan metode learning start with a question yang dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik.
b. Bagi Peserta Didik
1) Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik
mudah memahami pelajaran.
2) Diharapkan para siswa dapat menjadikan penelitian ini sebagai wahana
informasi mereka untuk dapat meningkatkan motivasinya dalam belajar
khususnya dalam pembelajaran SKI.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
1) Sabagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah dalam
mengembangkan peserta didiknya terutama dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran SKI.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang alternatif
metode pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran SKI di sekolah.
3) Mendapat masukan tentang penelitian yang dapat memajukan sekolah.
d. Bagi Penulis
1) Sebagai referensi bagi peneliti untuk melaksanakan pembelajaran SKI ketika
terjun ke lapangan, sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat
menumbuhkan suasana yang menyenangkan.
8
2) Peneliti memperoleh pengalaman langsung bagaimana memilih metode
pembelajaran yang tepat, sehingga dimungkinkan kelak ketika terjun ke
lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman.
3) Dapat mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh
selama perkuliahan kedalam kegiatan pembelajaran SKI.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa karya tulis
yang ada relevannya dengan judul yang penulis buat. Dari sini penulis akan
memaparkan beberapa kesimpulan skripsi yang di jadikan standar teori dan sebagai
perbandingan dalam mengupas berbagai permasalahan dalam penelitian ini, sehingga
memperoleh hasil penemuan baru yang betul-betul otentik. Diantaranya penulis
paparkan sebagai berikut:
Skripsi Nur Kheli (3105054) “Penerapan Strategi LSQ (Learning Start with A
Question) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Mata Pelajaran
Fiqih Materi Riba di MTs NU Demak” mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang angkatan 2003 lulus tahun 2009. Dalam penelitian ini
menggunakan satu kelas yaitu kelas IX D yang berjumlah 38 peserta didik di MTs
NU Demak untuk menerapkan strategi Learning Start with A Question. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Pada tahap
pra siklus keaktifan peserta didik mempunyai prosentase 44% dan rata-rata tes akhir
71, 45. Pada siklus 1 setelah dilakukan tindakan meningkat menjadi 56% dan rata-
rata tes akhir 79, 60. Pada siklus 2 meningkat menjadi 72% dan rata-rata tes akhir 85,
92. Dari 3 tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan sebelum diterapkan strategi
Learning Start with A Question dengan sebelumnya.
Skripsi Eko Alamul Huda (053111057) “ Analisis Deskriptif Terhadap Proses
Pembelajaran SKI di SMP Hj. Isriati Baiturrahman Semarang” mahasiswa Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang angkatan 2005 lulus tahun 2010. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran SKI yang dilakukan
di SMP Hj.Isriati diwujudkan dalam lima komponen yang saling mempengaruhi yaitu
tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, pendidik dan
peserta didik. Pada praktiknya pembelajaran SKI masih memiliki problematika yang
10
terjadi saat proses pembelajaran. Diantaranya adalah metode yang kurang bervariasi,
media yang kurang mendukung serta keadaan lingkungan yang mempengaruhi proses
pembelajaran. Upaya yang dilakukan pendidik antara lain dengan tidak hanya
menggunakan strategi pembelajaran ekspositori saja akan tetapi juga pembelajaran
inkuiri dan kooperatif digunakan agar peserta didik berperan aktif dalam
pembelajaran sehingga tidak menganggap bahwa SKI adalah materi yang
membosankan karena bersifat cerita saja ketika diajarkan peserta didik.
Skripsi Muchammad Asyhar (03199112) “ Studi Korelasi antara Keberanian
Bertanya dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqh Siswa Kelas IX MTs Sunan
Katong Kaliwungu Kendal” mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang angkatan 2003 lulus tahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode
survai dengan tekhnik korelasi. Subyek penelitian sebanyak 38 responden dengan
menggunakan tekhnik proporsional random sampling. Data penelitian yang
terkumpul dianalisis dengan menggunakan tekhnik analisis statistik deskriptif.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa: terdapat hubungan positif antara keberanian bertanya dengan
prestasi belajar mata peljaran fiqh siswa kelas IX di tunjukkan oleh koefisien korelasi
antara variabel X dengan Y sebesar 0,702 dan dikonsultasikan dengan rt tabel pada
taraf signifikan 5% = 0,320 dan 1% =0,143. Sehingga hipotesis kerja diterima, artinya
ada hubungan yang signifikan antara keberanian bertanya siswa dengan prestasi
belajar mata pelajaran fiqh siswa kelas IX MTs Sunan Katong Kaliwungu Kendal.
Dari beberapa skripsi di atas mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang
peneliti buat yaitu tentang penggunaan metode learning starts with a question
motivasi, pembelajaran SKI. Seperti yang dipaparkan oleh Nur Kheli, penggunaan
metode LSQ dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Apabila hasil belajar
peserta didik naik, motivasi belajar peserta didik pun akan naik. Hal ini sama dengan
hasil penelitian dari M. Asyhar yang menyatakan bahwa keberanian bertanya
berpengaruh terhadap prestasi. Hasil penelitian Eko Alamul Huda menunjukkan
bahwa salah satu yang menjadikan kurang berhasilnya pembelajaran SKI adalah
11
karena kurangnya penggunaan metode yang bervariasi, untuk itu diharapkan dalam
pembelajaran SKI pendidik menggunakan metode yang bervariasi. Adapun yang
menjadikan perbedaan antara penelitian penulis dengan peneitian dari Nur Kheli dkk,
adalah penelitian tidak langsung menghubungkan pengguanaan metode LSQ dengan
hasil belajar, tapi menghubungkannya dengan motivasi belajar. Peneliti juga
menggunakan penelitian eksperimen untuk mencari motivasi belajar manakah yang
lebih baik antara yang menggunakan metode learning starts with a question dan yang
menggunakan metode konvensional. Serta objek kajian yang peneliti gunakan yaitu
peserta didik kelas VII MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.
B. Kerangka Teoritik
1. Metode Learning Start With A Question
a. Pengertian Metode Learning Start With A Question
Menurut Ismail secara bahasa metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“methodhos” yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui
atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.1 Sedangkan metode
menurut Moh. Roqib adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan
penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan, yang
didasarkan pada pendekatan tertentu.2 Jadi metode pembelajaran adalah cara-cara
yang dilakukan dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran
antara lain:
1 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media
Group, 2008), hlm. 7.
2 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LkiS, 2009), hlm. 91.
12
1) Tujuan yang hendak dicapai
Dengan melihat tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran,
pendidik akan mendapat gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan
dan pendidik akan dapat mempersiapkan alat-alat apa yang akan dipakainya
serta metode yang tepat yang akan digunakannya sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
2) Peserta didik
Penggunaan suatu metode pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan
perkembangan serta kepribadian para peserta didik. Kegiatan pembelajaran
hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga membuat peserta didik terlibat
secara fisik dan psikis.3
Sebagaimana hadits Rosulullah SAW sebagai berikut:
“Sesungguhnya Abdullah bin Mas‟ud berkata tidaklah kamu berbicara
pada suatu kaum dengan pembicaraan yang akal-akal mereka belum
mencapainya, kecuali adanya pembicaraan itu dengan keadaan ini bagi
sebagian mereka merupakan fitnah”. ( H.R. Imam Muslim)
3) Bahan pelajaran
Setiap bahan pelajaran mempunyai sifat masing-masing, seperti mudah,
sedang dan sukar. Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata
pelajaran tertentu, tetapi belum tentu sesuai untuk mata pelajaran yang lain.
Jadi penggunaan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan bahan
3 Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, (Yogyakarta: TERAS, 2007), hlm. 30.
4 Imam Abi Husain Muslim bin al- Hijaj Ibnu Muslim al-Qusyairi at Tasaburi, al-Jami’us
Shohih, (Libanon: Darul Fikh, tt), hlm 9.
13
pelajaran yang akan diajarkan agar dalam penyampaiannya mudah dipahami
peserta didik.
4) Fasilitas
Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode
pangajaran yang dipergunakan. Fasilitas ini berfungsi sebagai pendukung dan
alat bantu sehingga mempermudah proses pembelajaran.
5) Situasi
Situasi hendaknya diperhatikan dan dipertimbangkan pendidik ketika
akan melakukan pemilihan metode. Situasi disini berhubungan dengan
lingkungan pembelajaran dan kondisi psikologis peserta didik.
6) Pendidik
Latar belakang pendidikan, kemampuan dan pengalaman mengajar
pendidik akan mempengaruhi bagaimana cara pemilihan metode mengajar
yang baik dan tepat. Biasanya pendidik dalam memilih metode tidak jauh beda
dengan apa yang pernah ia terima ketika mereka masih duduk dalam bangku
sekolah. Tetapi pendidik yang berpengalaman akan berupaya untuk
menggunakan metode yang bervariasi sehingga akan mengetahui metode mana
yang tepat untuk digunakan.
7) Kebaikan dan kelebihan metode tertentu5
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Karenanya
penggabungan metode pun mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan suatu
metode. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode
untuk kemudian dicarikan alternatif metode lain yang dapat menutupi
kelemahan metode tersebut. Pendidik biasanya menggabungkan dua metode
atau lebih untuk menyiasati masalah tersebut.
Metode Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu metode
pembelajaran aktif yang dimulai dengan bertanya kemudian pendidik menjelaskan
5 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm 12-15.
14
apa yang ditanyakan peserta didik. Bertanya dapat dipandang sebagai umpan balik
dan keingintahuan peserta didik. Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan
menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berpikir.6 Agar peserta didik aktif dalam bertanya,
maka peserta didik diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya,
yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Membaca akan membuat peserta didik
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam
membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan pemahaman akan
terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama.
Terdapat beberapa cara agar mudah memahami suatu bacaan, seperti :
1) Saat membaca, peserta didik memberi garis bawah. Hal ini bertujuan agar
peserta didik mengetahui kata yang penting atau kata-kata yang kurang
dimengerti dan untuk mengingat-ingat isi bacaan.
2) Peserta didik membuat catatan atau ringkasan hasil bacaan. Membuat ringkasan
adalah kegiatan yang berupaya untuk memadatkan isi dengan landasan
kerangka dasarnya dan menghilangkan pikiran-pikiran jabaran. Hal ini
bertujuan agar peserta didik mengetahui materi yang perlu ditekankan atau
dikaji ulang.
Setelah peserta didik selesai membaca, maka peserta didik akan memahami
apa yang di jelaskan dalam buku. Apabila ada yang kurang di pahami, maka
peserta didik akan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh dari hasil
membacanya tersebut. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena setiap manusia
tidak akan diam apabila berhadapan dengan hal-hal yang baru yang belum mereka
mengerti. Manusia bersifat peka, kritis dan kreatif terhadap hal-hal yang baru, dan
berusaha mempelajarinya sampai semua pertanyaan itu terjawab. Kebutuhan rasa
ingin tahu itulah yang mendorong manusia untuk mempelajari segala sesuatu
6 Udin Saefudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 170.
15
dalam hidupnya.7 Menurut Glaine B. Johnson untuk bisa mengerti, peserta didik
harus mencari makna. Untuk mencari sebuah makna, peserta didik harus punya
kesempatan untuk membentuk dan mengajukan pertanyaan.8
Kegiatan bertanya akan membantu peserta didik belajar dengan kawannya,
membantu peserta didik lebih sempurna dalam menerima informasi, serta dapat
mengembangkan keterampilan kognitif yaitu yang berhubungan dengan
kemampuan berfikir. Menurut Moore yang dikutip oleh Farida Rahim menjelaskan
bahwa bertanya merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran,9 karena
bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Pada zaman Nabi, pembelajaran yang dilakukan Nabi juga sering
menggunakan metode yang memotivasi para sahabatnya untuk bertanya. Dalam
memberikan pelajaran kepada para sahabatnya, Nabi menggunakan metode
menjawab pertanyaan yang disampaikan sahabatnya kepadanya. Allah juga
menjelaskan dalam firmanNya dalam QS. An-Nahl/16 ayat 43:
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui” (QS. An-Nahl ayat 43)10
Proses belajar dengan lebih dahulu mengajukan beberapa pertanyaan dan
kemudian menemukan jawabannya akan membawa banyak manfaat, salah satunya
adalah membangkitkan antusias peserta didik untuk mendengarkan penjelasan dari
7 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, hlm. 98.
8 Glaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Terj. Ibnu Setiawan, (Bandung: MLC, 2007), hlm. 159.
9 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.
110.
10 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2005), hlm.
16
pendidik. Peserta didik yang malu bertanya kepada pendidik tentang bahan
pelajaran yang belum jelas, akan menghambat penguasaan bahan yang akan
diterima dari pendidik dalam pertemuan kelas mendatang.11 Peribahasa mengatakan
bahwa malu bertanya sesat dijalan. Apabila tidak mengetahui suatu hal tapi hanya
diam saja tidak mau bertanya kepada orang yang lebih tahu, maka ia membiarkan
dirinya terkurung dalam kesesatan dan tidak mau mencari jalan keluarnya.
Selama menyikapi pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik, pendidik harus
dapat membedakan antara pertanyaan yang relevan dengan yang kurang relevan,
serta memeriksa apakah seluruh peserta didik memperoleh manfaat dari jawaban
yang ia berikan. Apabila pertanyaan dirasa cukup relevan, hendaknya pendidik
memberi jawaban dengan cara seperti berikut:
1) Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik. Hal tersebut
dimaksudkan agar setiap peserta didik dan pendidik mengetahui secara jelas
permasalahan apa yang sedang dibahas. Selain itu pendidik perlu memeriksa
apakah peserta didik lain juga mengalami masalah seperti yang dialami oleh
penanya. Apabila ternyata banyak peserta didik mengalami masalah yang sama,
pendidik perlu memberi jawaban secara lebih mendalam.
2) Menjelaskan pertanyaan itu berhubungan dengan bagian mana dari bahan
pelajaran, serta menjelaskan pula di mana letak pentingnya pertanyaan itu.
Hendaknya pendidik tidak mengatakan bahwa suatu pertanyaan tidak
mempunyai arti apa-apa. Hal itu akan membuat peserta didik yang
bersangkutan tak akan mau bertanya lagi karena ia merasa tidak di hargai.
3) Mendorong peserta didik agar mereka mau mengajukan pertanyaan balikan,
karena dengan pertanyaan dari peserta didik tersebut pendidik akan dapat
menemukan bagian-bagian penjelasannya yang kurang jelas. Ia akan
menemukan masalah yang perlu lebih diperhatikan.
11
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 85.
17
4) Memikirkan terlebih dahulu jawaban yang akan disampaikan. Dengan begitu
pendidik dapat menghindari salah jawab atau menjawab tanpa ada
hubungannya dengan pertanyaan.12
Selama proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab
pertanyaan yang tersusun baik dapat bermanfaat, seperti:
1) Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap sesuatu masalah
yang sedang dibicarakan
3) Mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa, sebab berpikir
itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya
4) Menuntun proses berpikir peserta didik
5) Memusatkan perhatian peserta didik terhadap masalah yang sedang dibahas13
b. Langkah-langkah Metode Learning Starts With A Question
Langkah-langkah metode pembelajaran Metode Learning Start With A
Question adalah sebagai berikut14
:
1) Pilih bahan bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada peserta didik. Bahan
bacaan tidak harus difotokopi kemudian dibagi kepada peserta didik, akan
tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik atau bab tertentu dari buku
teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang memuat informasi umum atau yang
tidak detail atau bacaan yang mamberi peluang untuk ditafsirkan dengan
berbeda-beda.
2) Minta peserta didik untuk mempelajari bacaan sendirian atau dengan teman.
12
Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 67-68.
13 Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta: Ar- Ruaz Media,
2009), hlm. 116.
14 Hisyam Zaini, Stategi Pembelajan Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm
44
18
3) Minta peserta didik untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak
dipahami. Anjurkan mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika
waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang
lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak di ketahui
yang telah diberi tanda.
4) Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta peserta didik untuk menuliskan
pertanyaan tentang materi yang telah mereka pelajari lewat membaca.
5) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh peserta didik.
6) Sampaikan pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
7) Usahakan dalam menjawab pertanyaan dilakukan secara urut sesuai dengan
bahan pelajaran agar peserta didik juga urut dalam memahaminya.
c. Kelebihan dan kekurangan Metode Learning Start With A Question
1) Kelebihan metode Learning Start With A Question
a) Peserta didik dituntut berani dan tidak malu
b) Peserta didik akan terpancing untuk berfikir
c) Meningkatkan motivasi peserta didik dalam mempelajari sesuatu atau
menimbulkan gairah belajar.
d) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif
e) Metode ini dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik serta dapat
meningkatkan minat baca
f) Pendidik dapat mengetahui taraf daya tangkap peserta didik sehingga
pembelajaran dapat diselaraskan dengan kemampuan mereka
2) Kekurangan metode Learning Start With A Question
a) Peserta didik yang malas memperhatikan akan bosan jika bahasan dalam
pembelajaran tersebut tidak disukai
b) Tidak semua peserta didik berani mengajukan pertanyaan
19
c) Peserta didik yang minat membacanya rendah akan sulit mengikuti
pelajaran karena awal pelajaran dimulai dengan membaca.15
2. Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran SKI
a. Pengertian motivasi belajar
Salah satu faktor yang mempengaruhi belajar adalah motivasi belajar peserta
didik. Istilah motivasi berasal dari motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat.
Pengertian motivasi menurut para ahli
1) Menurut Tan Oon Seng mengutip dari Baron, motivation is the force that
energizes and directs a behaviour towards a goal.16
Motivasi adalah kekuatan
yang berasal dari energi dan kelakuan yang langsung untuk mencapai suatu
tujuan.
2) Dalam kitab Psikologiyatun Attarbiyah, Syaikh Kamil Muhammad Muhammad
„Uwaidloh, menjelaskan bahwa motivasi adalah
“Motivasi adalah suatu kekuatan yang mendorong atau tenaga penggerak
bagi makhluk hidup, yaitu sesuatu yang mendorong kita dalam bekerja dan
beraktifitas, yang mengontrol perbuatan kita dan mengarahkan kita untuk
memilih cara yang tepat.”
15
Hendi Burahman, “Strategi Pembelajaran LSQ (Learning Start With a Question) dan IS
(Information Search) Di Sekolah”, dalam http://alone-education.blogspot.com/2009/07/strategi-
pembelajaran-lsq-learning.html, diakses 29 Oktober 2010.
16 Tan Oon Seng, et. al., Educational Psychology: A Practitioner Researcher Approach ( An
Asian Edition), (Singapore: 2003, Seng Lee Press), hlm. 276.
17 Syaikh Kamil Muhammad Muhammad „Uwaidloh, Psikologiyatun Attarbiyah, (Libanon:
Dar al- Kotob al- Ilmiyah, 1996), hlm. 200.
20
3) Menurut Mc. Donald yang dikutip Oemar Hamalik mengatakan bahwa
motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan18
. Di dalam
perumusan ini kita dapat lihat, bahwa ada tiga unsur yang saling berkaitan,
yaitu sebagai berikut:
a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-
perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu dalam
sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena terjadi
perubahan dalam sistem pencernaan maka timbul motif lapar.
b) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan. Mula-mula merupakan
ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi.
c) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi
yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu
tujuan.19
Belajar dapat diartikan sebagai upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan, pengalaman dan sikap yang dilakukan dengan mengoptimalkan
seluruh potensi fisiologis, psikologis, jasmani dan rohani manusia dengan
bersumber dari berbagai bahan baik yang berupa manusia, bahan bacaan, bahan
informasi, alam jagat raya dan sebagainya.20
Belajar merupakan perubahan dari
yang tidak tahu menjadi tahu dan menjadi lebih baik yang peroleh dari latihan dan
pengalaman.
Motivasi belajar menurut Martinis Yamin merupakan daya penggerak psikis
dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
18
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT: Bumi Aksara, 2007), hlm. 158.
19 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, hlm. 159.
20 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 205.
21
keterampilan, pengalaman.21
Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar
peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Jadi motivasi belajar adalah dorongan
yang berasal dari dalam diri peserta didik atau yang berasal dari lingkungannya
yang membuatnya untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Visser dan Keller mengklasifikasikan motivasi belajar menjadi empat
variabel, yaitu:
1) Perhatian (attention), dengan cara membangkitkan dan mempertahankan
perhatian peserta didik selama proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga peserta
didik tidak bosan selama proses pembelajaran, pendidik juga perlu
memperhatikan penataan lingkungan kelas karena dapat mempengaruhi
perhatian peserta didik.
2) Relevansi (relevance), dengan mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan
peserta didik. Ketika menjelaskan pelajaran dihubungkan dengan pengalaman
pribadi peserta didik.
3) Keyakinan (confidence), menumbuhkan rasa yakin diri peserta didik dengan
memberikan kesempatan untuk berhasil. Dalam menjelaskan pelajaran dimulai
dari hal-hal yang sifatnya mudah ke sulit, serta jangan langsung berkata salah
ketika peserta didik menjawab salah karena hal itu hanya akan membuat
peserta didik minder di depan teman-temannya.
4) Kepuasan (satisfaction), membangkitkan rasa puas dalam pembelajaran yang
dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk
mennggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru dikuasainya dalam
situasi nyata.22
21
Martiinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada
Pers, 2008), hlm. 158.
22 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm. 34.
22
Menurut Idris, cara-cara yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada
peserta didik antara lain:
1) Bersemangat dan antusias
Pendidik yang kelihatan tidak bersemangat dalam menyampaikan
pelajaran akan mempengaruhi belajar peserta didik. Oleh karena itu, pendidik
hendaknya bersikap ramah, antusias dan penuh semangat agar dapat
menimbulkan reaksi dalam diri peserta didik untuk aktif dan terlibat dalam
pembelajaran.
2) Menimbulkan rasa ingin tahu
Pendidik dapat menimbulkan motivasi belajar peserta didik dengan cara
menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan peserta didik.
3) Mengemukakan ide yang tampaknya bertentangan
Ketika pendidik menjelaskan pelajaran yang tampaknya bertentangan
dengan pemahaman yang dimiliki peserta didik maka akan timbul pertanyaan
dalam diri peserta didik kenapa terjadi yang seperti itu, sehingga peserta didik
akan lebih bersemangat mendengarkan penjelasan dari pendidik.
4) Memperhatikan dan memanfaatkan hal-hal yang menjadi perhatian peserta
didik.
Membuka pelajaran dengan mengungkapkan hal-hal yang sedang aktual
dan relevan dengan materi yang akan dibahas, akan bisa memancing perhatian
peserta didik. Untuk itu pendidik dituntut untuk jeli, menguasai persoalan
dalam kaitannya dengan materi pelajaran, serta mampu memahami situasi yang
menarik perhatian peserta didik23
b. Macam-macam dan fungsi motivasi belajar
Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Adapun
macam-macam motivasi adalah sebagai berikut:
23
Marno dan Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, hlm. 85-87.
23
1) Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a) Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu perbuatan
karena takut terhadap sesuatu. Peserta didik mengerjakan tugas bukan
karena sadar terhadap kewajiban tetapi karena takut mendapat teguran dari
pendidik. Orang yang biasa berjalan pelan akan berlari karena takut ada
anjing yang mengejarnya.
b) Motivasi intensif atau intencive motivation, individu melakukan sesuatu
perbuatan untuk mendapatkan suatu intensif. Bentuk intensif ini bermacam-
macam, seperti: mendapat honorarium, bonus, hadiah, penghargaan,
piagam, tanda jasa, kenaikan pangkat, kenaikan gaji, promosi jabatan, dll.
Peserta didik belajar giat agar sukses dalam ujian dan mendapat nilai yang
baik.
c) Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini lebih
bersifat instrinsik, muncul dari dalam diri individu, berbeda dari kedua
motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrinsik dan datang dari luar diri
individu. Sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukkan
ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek. Seorang
yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu akan menunjukkan
motivasi yang besar terhadap hal itu. Motivasi ini datang dari dirinya
sendiri karena adanya rasa senang atau suka serta faktor-faktor subjektif
lainnya. Misalnya saja peserta didik yang menyukai mata pelajaran tertentu
akan giat belajar walaupun mata pelajaran itu di anggap sulit bagi teman-
temannya.24
24
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 63-64
24
2) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a) Motif-motif bawaan
Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motif itu ada
tanpa dipelaari. Seperti dorongan untuk makan, dorongan untuk minum,
untuk istirahat serta dorongan yang lainnya.
b) Motif-motif yang dipelajari
Motif ini timbul karena dipelajari. Misalnya dorongan untuk belajar
suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam
masyarakat.25
3) Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik
a) Motivasi instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi
belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta didik. Misalnya
keinginan untuk mendapat keterampilan-keterampilan tertentu,
mengembangkan sikap untuk berhasil, dan sebagainya.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-
faktor dari luar situasi belajar.26
Antara motivasi instrinsik dan ekstrinsik itu saling mendukung, tetapi
menurut para pakar pendidikan motivasi yang paling mempengaruhi peserta
didik adalah motivasi instrinsik. Hal ini disebabkan karena motivasi instrinsik
itu berasal dari diri peserta didik yang sudah melekat dengan pribadinya
sehingga susah untuk hilang. Seorang peserta didik yang memilki motivasi
instrinsik dalam belajar maka ia pun akan belajar dengan sungguh-sungguh.
25
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 2011), hlm. 86
26 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, hlm. 162.
25
Para pendidik lebih banyak memberikan penguatan motivasi ekstrinsik
kepada peserta didiknya. Karena peserta didik yang mempunyai motivasi
instrinsik semangat belajarnya sudah sangat kuat, sehingga hanya
membutuhkan sedikit saja dorongan dari luar.27
Para pendidik baik orang tua, pendidik ataupun ulama‟ bertugas untuk
memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Berikut ini bagan bagan tentang
penguatan motivasi belajar dari pendidik:
1.1 Rekayasa pedagogis guru
3.1 Penguatan motivasi:
Hadiah, hukuman, dan lain-lain
3.2 Penghayatan
Motivasi:
Tambah semangat,
berkompetensi,
berkooprasi dalam
belajar
2.1 Emansipasi kemandirian sepanjang hayat
Bagan 1 : Motivasi belajar dalam kerangka rekayasa pedagogis guru dan
emansipasi kemandirian peserta didik sepanjang hayat28
27
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta: 2008), hlm. 153.
28 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 95.
1
Peserta
didik
2
Peserta
didik
3
Proses
belajar
mengajar
(PBM)
5
Dampak
pengajaran
4
Hasil
belajar
6
Dampak
pengi
ring
7
Program
belajar
sepanjang
hayat
8
Hasil
belajar
sepanjang
hayat
26
Bagan tersebut menjelaskan perilaku belajar yang mengandung motivasi
belajar, yang dikelola oleh pendidik dan dihayati oleh peserta didik. (1) Pendidik
adalah orang yang berperanan dalam rekayasa pedagogis, yang bertindak
membelajarkan peserta didik yang memiliki motivasi instrinsik. (2) Peserta didik
adalah pebelajar yang paling berkepentingan dalam menghayati belajar. Ada
peserta didik yang memiliki motivasi instrinsik ada pula yang memiliki motivasi
ekstrinsik. (3) Selama proses pembelajaran, pendidik menguatkan motivasi
instrinsik dan mendorong peserta didik belajar. Peserta didik menghayati motivasi
instrinsik atau motivasi ekstrinsik dan tambah bersemangat untuk belajar. (4)
Proses belajar yang termotivasi, akan membuat peserta didik memperoleh hasil
belajar yang baik. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan
dampak pengiring. (5) Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang dapat diukur,
yang terwujud dalam nilai rapor, nilai ijazah atau transkip IP. (6) Dampak
pengiring adalah unjuk kerja peserta didik setelah mereka lulus ujian. Dampak
pengiring merupakan sarana untuk melakukan emansipasi kemandirian bagi
peserta didik. (7) Setelah peserta didik lulus sekolah, maka diharapkan dapat
mengembangkan diri lebih lanjut dengan membuat program belajar sepanjang
hayat lewat jalur sekolah atau luar sekolah. (8) pemrogaman belajar sendiri secara
bersinambungan, maka ia memperoleh hasil belajar atas tanggung jawab sendiri
yang hasil belajar sepanjang hayat. Peserta didik telah mampu memperkuat
motivasi belajarnya sendiri karena kebutuhan aktualisasi diri.29
Motivasi belajar berhubungan erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal
tersebut motivasi mempunyai fungsi:
1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau
motor dari setiap kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan. Seseorang
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik
dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan
29
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 94-96.
27
adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka
seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.
2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang
hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran
3) Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa
yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran.30
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono, terdapat beberapa unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain :
1) Cita-cita atau aspirasi peserta didik
Cita-cita seseorang akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan
perilaku belajar. Peserta didik yang mempunyai cita-cita tinggi akan semangat
belajar dan berusaha untuk mewujudkan cita-citanya tersebut. Hal ini sesuai
dengan isi kandungan QS. Arra‟du/13 ayat 11
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”31
2) Kemampuan peserta didik
Keinginan peserta didik perlu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan
untuk mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi peserta didik
untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya.
3) Kondisi peserta didik
Kondisi peserta didik meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang
peserta didik yang sedang sakit, lapar, lelah atau marah akan mengganggu
30
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), Hlm. 163.
31 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2005), hlm. 338.
28
perhatiannya dalam belajar. Apabila peserta didik berpendapat bahwa belajar
itu menyenangkan, serta sangat bermakna dan relevan maka motivasi belajar
dan kecenderungan untuk mengatur sendiri proses belajar akan muncul dengan
sendirinya.
4) Kondisi lingkungan peserta didik
Lingkungan peserta didik dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota
masyarakat, maka peserta didik dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran
yang mengalami perubahan karena pengalaman hidup. Pengalaman dengan
teman sebaya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan
alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan
budaya seperti surat kabar, majalah, radio, televisi semakin menjangkau peserta
didik. Semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajarnya32
.
Menurut Raymond J. Wlodkowski ada empat pengaruh utama dalam
motivasi belajar seorang anak, yaitu 33
:
1) Budaya
Masing-masing kelompok etnis telah menetapkan dan menyatakan secara
tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan dengan pengetahuan, baik dalam
pengertian akademik ataupun tradisional. Nilai-nilai ini dikirimkan melalui
beberapa jalan seperti pengaruh agama, budaya atau tradisi dan pendidikan.
2) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan,
memberi landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan
32
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 97-99.
33 Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Hasrat untuk Belajar, Terj Nur Setiyo Budi
Widarto, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 24.
29
masyarakat. Faktor fisik dan sosial psikologis yang ada dalam keluarga sangat
berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak. Yang termasuk lingkungan
fisik dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah dan ruang tempat
belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada serta suasana dalam rumah.34
3) Sekolah
Ketika di sekolah, pendidik yang bisa membuat kehidupan sekolah
menjadi tidak menyenangkan atau menarik. Salah satu yang dapat
mempengaruhi motivasi peserta didik adalah pendidik yang bersemangat dan
antusias terhadap isi atau materi yang diajarkannya. Pendidik juga perlu
memberikan umpan balik yang positif sepanjang berlangsungnya proses
pembelajaran. Untuk itu pendidik perlu menciptakan suasana lingkungan kelas
yang menyenangkan dan menunjang, sehingga membangkitkan motivasi
peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang baik.35
4) Diri anak
Banyak peserta didik mempunyai prestasi yang baik, tapi sebagian besar
profil motivasionalnya dibangun dari tekanan, kekhawatiran, rasa bersalah,
ketakutan dan beban pemaksaan diri.
d. Mata Pelajaran SKI
1) Pengertian, ruang lingkup dan tujuan SKI
Pengertian kebudayaan Islam adalah hasil pikir dan karya manusia yang
didasarkan kepada pemahaman Islam yang beragam. Artinya kebudayaan Islam
lahir dari pemahaman ajaran yang mengatur kehidupan masyarakat yang
menganut agama Islam sejak datangnya wahyu.
Pelajaran SKI diajarkan di M.I., M.Ts., M.A. bahkan perguruan
negeri.Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran
34
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, hlm. 163.
35 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), hlm. 87.
30
yang membahas tentang asal-usul terjadinya suatu peristiwa, pertumbuhan dan
perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang
berjasa dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan
masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin,
Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di
Indonesia. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.36
Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah
meliputi:
a) Pengertian dan tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam
b) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Makkah
c) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah
d) Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin
e) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umaiyah
f) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah
g) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah
h) Memahami perkembangan Islam di Indonesia37
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di M.Ts. bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
a) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari
landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun
36
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 51.
37 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah., hlm. 54.
31
oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam.
b) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat
bersejarah yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,
dan masa depan.
c) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara
benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa
lampau, sehingga dapat menambah rasa syukur kita kepada Allah SWT.
e) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh yang
berjasa, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan
dan peradaban Islam sehingga kita bisa meneladani dan menerapkan dalam
dunia yang modern sekarang.38
2) Perkembangan Islam pada masa Bani Ummayyah
Setelah masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir, pemerintahan
Islam dilanjutkan oleh dinasti Umayyah. Bani Umayyah adalah anak cucu atau
keturunan Umayyah bin Abdu Syam. Pemerintahan Bani Umayyah berdiri
setelah Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaan pada Muawiyyah bin Abi
Sufyan pada 661 M, yang terkenal dengan peristiwa ‘amul-jama’ah atau tahun
penyatuan. Masa pemerintahan dinasti Umayyah merupakan masa yang
menentukan dalam perkembangan Islam. Pada masa itu, Islam meliputi wilayah
paling luas dalam sejarahnya, yaitu meliputi Afrika Utara, Spanyol, Suriah,
38
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 51.
32
Palestina, Jazirah Arab, Irak, Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan dan
Turkistan.39
Dinasti Umayyah memegang kekuasaan Islam selama 90 tahun
yang dipegang oleh 14 orang khalifah.
Khalifah-khalifah pada masa Dinasti Umayah adalah:
a) Muawiyyah bin Abi Sufyan
Muawiyyah adalah raja Islam yang pertama yang menggantikan
sistem demokratis republik Islam menjadi sistem monarki (kerajaan).
Kekuasaan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan
secara turun temurun dimulai ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh
rakyatnya untuk menyatakan setia kepada anaknya, Yazid. Dia masih
menggunakan istilah khalifah, tapi dia memberikan interpretasi baru dalam
pengertian khalifah Allah “penguasa yang diangkat Allah”. Di masa
pemerintahannya, Muawiyyah mencapai sukses besar khususnya dalam hal
ekspansi, yaitu ke arah timur Kabul Ghazna, Balkh, Qandahar.40
b) Yazid bin Muawiyyah
Sepanjang pemerintahan Yazid, ia menghadapi sejumlah perlawanan
dan pemberontakan, diantaranya adalah pemberontakan yang dikepalai oleh
putra Abu baker dan Putra Umar, pemberontakan Zubeir, dan juga
pemberontakan Husein ibn Ali.
c) Muawiyyah bin Yazid
Tidak banyak yang diperbuat Muawiyyah ketika menjadi penguasa
karena selain ia tidak mempunyai kecakapan sebagai penguasa juga karena
masa jabatannya tidak lama.
39
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: raja Grafindo Persada, 2007),hlm. 43.
40 K. Ali, Sejarah Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.176.
33
d) Marwan
e) Abdul Malik bin Marwan
Semenjak awal pemerintahannya, ia menghadapi banyak musuh dan
berbagai kesulitan. Akan tetapi keberanian dan keteguhan hatinya
membuatnya tidak gentar dengan segala musuh dan kesulitan. Setelah
beberapa tahun terlibat dalam pertempuran, ia berhasil menyatukan
imperium Islam dibawah kekuasaannya. Selama pemerintahannya, Abdul
Malik memprakarsai beberapa upaya pembaharuan untuk memperlancar
administrasi pemerintahan.
f) Walid bin Abdul Malik
Pemerintahan pada masa ini lebih aman dan makmur, karena tidak
terdapat permusuhan dalam negeri terhadap pemerintahannya.
g) Sulaiman bin Abdul Malik
h) Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz adalah muslim yang kokoh keyakinannnya. Ia
menempuh kebijakan baru untuk menyebarkan dakwah islam di Khurasan
dan Asia Tengah. Ia memutuskan bagi mereka yan gbersedia untuk
memeluk Islam dibebaskan dari segala beban pajak. Beliau berusaha
menghapuskan ketidaksamaan kedudukan antara kelompok muslim Arab
dan non-Arab. Ia juga mengambil kebijakan mengembalikan hak pensiun
anak-anak yatim pejuangn Islam.41
i) Yazid bin Abdul Malik (Yazid II)
j) Hisyam bin Abdul Malik
Selam masa pemerintahannya, ia banyak menggunakan uang Negara
untuk membangun bendungan dan sungai, mendirikan sejumlah benteng
pertahanan, dan membuka sejumlah perkebunan.
41
K. Ali, Sejarah Islam, hlm. 206.
34
k) Walid bin Yazid (al- Walid II)
l) Yazid bin al-Walid (Yazid III)
Ia adalah penguasa yang saleh dan bertakwa. Ia segera menuruti
suara rakyatnya yang mengehnadaki pemecatan para pejabat yang tidak
jujur da n memperkecil beban pajak.
m) Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik
n) Marwan bin Muhammad (Marwan II)
Marwan dinobatkan sebagai penguasa, sewaktu imperium bani
Umayyah mengalami masa yang penuh pergolakan dan perselisihan. Pada
satu sisi ia didukung oleh kelompok Mudariyyah, tapi pada sisi lain ia
diberontak oleh kekuatan Himyariyah dan suku-suku di Yaman.42
Pada masa dinasti Umayyah, dibentuk lima lembaga pemerintahan, yaitu:
a) Lembaga Politik (an- Nizam as-Siyasi)
b) Lembaga Keuangan (an-Nizam al-Mali)
c) Lembaga Tata Usaha (an-Nizam al-Idari)
d) Lembaga Kehakiman (an-Nizam al-Qada‟i)
e) Lembaga Ketentaraan (an-Nizam al-Harbi)
Para khalifah dinasti Umayyah mampu mengatasi gangguan-gangguan
keamanan, yaitu pemberontakan Mukhtar, pemberontakan kelompok Husein
bin Ali dan pemberontakan Abdullah bin Zubair.
Pusat kegiatan ilmiah pada masa dinasti Umayyah adalah kota Basrah
dan Kuffah di Irak. Perkembangan ilmu pengetahuan ini ditandai dengan
munculnya ilmuwan-ilmuwan muslim dalam berbagai bidang. Salah satunya
adalah Khalifah Khalid bin Yazid yang menerjemahkan buku tentang
astronomi, kedokteran, dan kimia. Selain itu khalifah Abdul Malik bin Marwan
menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa administrasi negara. Ia juga yang
membuat mata uang sendiri. Pada masa dinasti Umayyah, pembangunan juga
42
K. Ali, Sejarah Islam, hlm. 214.
35
mendapat perhatian yang besar yang tidak hanya dipusatkan di Jazirah Arab
saja. Pada masa Bani Umayah beberapa kemajuan di berbagai sektor berhasil
dicapai. Antara lain dibidang arsitektur, perdagangan, organisasi militer dan
seni.
a) Arsitektur
Pada masa bani Umayyah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari
bangunan-bangunan arsitek serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota
lama pun dibangun menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia
dengan nuansa islam yang kental disetiap bangunan. Pada masa Walid
dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengn sebutan masjid
Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota
baru yang dibangun di masa ini adalah kota Kairawan. Didirikan oleh
Uqbah bin Nafi‟ ketika ia menjabat sebagai gubernur. Selain itu juga
mengubah Katedral St. John di Damaskus menjadi masjid, mengubah
katedral Hims sebagai masjid, merenovasi masjid Nabawi serta
membangun Istana Qusayr Amrah dan Istana al-Musatta yang digunakan
sebagai tempat peristirahatan di padang pasir.
b) Perdagangan
Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur
perdangan jadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi
pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.
c) Organisasi militer
Pada masa Dinasti Umayyah militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan.
Yaitu angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan
kepolisian. Selain itu juga dibentuk al-hijabah, semua orang yang akan
menghadap khalifah harus meminta izin kepada al-hijabah.
36
d) Seni
Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras
(semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah
dan para pembesar pemerintahan.43
3. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Learning Start with A Question dan
metode ceramah Terhadap Motivasi Belajar
Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang yang diperoleh melalui
latihan dan pengalaman. Dalam proses belajar diperlukan motivasi agar memberikan
hasil yang lebih baik. Salah satu cara yang dilakukan pendidik dalam pembelajaran
untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik adalah dengan melakukan
interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi ini menurut Martinis Yamin
dapat dilakukan dengan mengusahakan agar peserta didik mengajukan pertanyaan
agar terjadi komunikasi secara timbal balik.44
Peserta didik yang muncul rasa ingin
tahunya akan mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan karena menemukan
masalah yang memerlukan pemecahan.
Dengan adanya pertanyaan yang diajukan peserta didik sebelum pembahasan
dari pendidik, membuat peserta didik lebih bersedia dan bersemangat mengikuti
pelajaran. Peserta didik akan memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang
dijelaskan pendidik karena mereka ingin memecahkan masalah yang
diimplementasikan dari pertanyaan yang mereka ajukan. Apabila pembahasan dari
pendidik belum dapat dipahami dengan jelas oleh peserta didik, maka mereka akan
mengajukan pertanyaan balikan sehingga suasana pembelajaran akan lebih hidup dan
peserta didik jadi tambah semangat belajar. Semangat peserta didik dalam belajar
tersebut menunjukkan bahwa peserta didik telah tumbuh motivasi belajarnya.
43
Sujono, Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayah,
http://stit1a08.blogspot.com/2009/03/perkembangan-islam-pada-masa-bani.html, 19 Desembar 2011.
44 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, hlm. 173.
37
C. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi
masih harus dibuktikan, dites, atau di uji kebenarannya. Hipotesis merupakan sesuatu
dimana penelitian kita arah pandangkan kesana, sehingga ada yang menuntut kegiatan
kita.45
Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang peneliti ajukan adalah :
H0 : “Motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode konvensional
lebih baik dari pada yang diajar menggunakan metode learning starts with a
question di kelas VII semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.”
H1 : “Motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode learning starts
with a question lebih baik dari pada yang diajar menggunakan metode
konvensional di kelas VII semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.”
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 25.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian eksperimen yakni
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendali.1 Eksperimen ini menggunakan
rancangan posttest-only control design. Rancangan ini terdiri dari dua kelompok,
yakni kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan yaitu kelompok kontrol. Setelah diberikan
perlakuan kemudian kedua kelompok diukur dan dibandingkan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di Madrasah Tsanawiyah Al-Irsyad Gajah
Demak yang berada di Jl. Raya Gajah-Dempet No. 11 Gajah Demak. Adapun
waktu pelaksaan penelitian ini adalah pada tanggal 12 Februari 2011 sampai
dengan 3 Maret 2011.
C. Populasi, Sampel, dan Tekhnik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi2.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII yang
terdiri dari 5 kelas yang berjumlah 181 siswa di MTs Al-Irsyad Gajah Demak
yakni:
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm.107
2 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, ( Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 61-62.
39
1. Kelas VIIA berjumlah 36 peserta didik
2. Kelas VII B berjumlah 37 peserta didik
3. Kelas VII C berjumlah 35 peserta didik
4. Kelas VII D berjumlah 37 peserta didik
5. Kelas VII E berjumlah 36 peserta didik
Peneliti ini mengambil sampel kelas VII A yang berjumlah 36 peserta didik
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII E yang berjumlah 36 peserta didik sebagai
kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan Claster random Sampling,
sistem pengkelasan karena sampel sudah terdiri dari kelas-kelas tetapi dalam
penentuannya dilakukan dengan acak.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang dipersoalkan. Penelitian ini terdiri dari dua
variabel, yakni variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah
variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu penelitian.
Sedangkan variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi suatu
variabel lain dalam suatu penelitian3. Adapun spesifikasinya adalah:
1. Variabel bebas, yang menjadi variable bebas adalah metode learning
starts with a question.
2. Variabel terikat, motivasi belajar dengan indikator:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya penghargaan dalam belajar
d. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
3 Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Penelitian Pengembangan dan Pemanfaatan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajaran, 2007), hlm. 48.
40
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang di butuhkan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan instrumen sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu tekhnik mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.4 Penelitian
ini menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara
sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.5Metode
ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana penggunaan
metode learning starts with a question dan metode konvensional dalam proses
pembelajaran SKI.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, notulen
rapat, dan sebagainya.6 Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data
mengenai letak geografis, daftar nama pendidik, peserta didik, karyawan, serta
sarana prasarana Mts Al-Irsyad Gajah Demak.
3. Angket
Angket merupakan cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti
tidak langsung bertanya jawab dengan responden)7. Angket digunakan untuk
mengumpulkan data tentang motivasi belajar peserta didik yang diajar dengan
4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 220.
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 205.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 231.
7 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 219
41
metode learning starts with a question dan yang menggunakan metode
konvensional.
Angket yang digunakan peneliti adalah skala Likert yaitu yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Penelitian
ini menggunakan jawaban selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.8
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam
penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian.
Analisis data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
1. Analisis pendahuluan
Sebelum peneliti menentukan teknik analisis statistik yang digunakan
terlebih dahulu mengukur keabsahan sampel. Cara yang digunakan dengan uji
normalitas dan uji homogenitas:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk menguji apakah data berasal dari populasi
berada di bawah distribusi normal atau tidak. Uji ini berfungsi untuk
mengetahui apakah data-data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hal ini
dilakukan untuk menentukan metode statistik yang digunakan. Jika data
berdistribusi normal dapat digunakan metode statistik parametrik, sedangkan
jika data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan metode
nonparametrik. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi Kuadrad9.
Hipotesis yang digunakan untuk uji nomalitas
Ho = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 93.
9 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, hlm. 79
42
Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
1) Menentukan jumlah kelas interval.
K = 1 + 3,3 Log N10
Keterangan:
K= Banyak kelas interval
N = Responden
2) Menentukan panjang kelas interval
Interval interval kelasbanyak
terkecildata- terbesardata
3) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong
untuk menghitung harga Chi Kuadrad.
Interval F0 fh f0 - fh (f0 - fh)2
h
h
f
ff 2
0 )(
4) Menghitung fh (frekuensi yang diharapkan)
Cara menghitunng fh didasarkan pada prosentase luas pada setiap kurva
normal dikalikan jumlah data observasi (jumlah individu dalam sampel)
5) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus
menghitung harga-harga (f0 - fh)2
dan h
h
f
ff 2
0 )( , harga
h
h
f
ff 2
0 )(
merupakan harga Chi Kuadrad (x2) hitung.
6) Membandingkan harga Chi Kuadrad hitung dengan harga Chi Kuadrad
tabel. Bila harga Chi Kuadrad hitung lebih kecil dari pada harga Chi
Kuadrad tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih
besar dikatakan tidak normal.11
10
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsiro, 2005), hlm. 47.
11 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, hlm. 81-82.
43
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel
mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji
ini adalah sebagai berikut.
H0 :2
2
2
1 SS , artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians sama.
Ha :2
2
2
1 SS , artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians tidak
sama.
Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk
uji Bartlett adalah sebagai berikut:
Sampel dk 1/dk Si2 Log Si
2 (dk) Log Si
2 dk Si
2
1 n1-1 1/( n1-1) S12 Log S1
2 ( n1-1)log S1
2 (n1-1) S1
2
2 n2-1 1/( n2-1) S22 Log S2
2 ( n2-1)log S2
2 (n2-1) S2
2
k nk-1 1/( nk-1) Sk2 Log Sk
2 ( nk-1)log Sk
2 (nk-1) Sk
2
Jumlah ∑(ni-1) ∑1/( ni-1) - - ∑( ni-1)log Si2 ∑(ni-1) Si
2
Melalui daftar ini kita hitung harga-harga yang diperlukan, yakni:
1) Menentukan variansi gabungan dari semua sampel
1
1 2
2
i
ii
n
sns
2) Menentukan harga satuan B
1log 2
insB
3) Menentukan statistika 2
)log)1((10ln 22
ii snB
Melihat derajat kebebasan (dk) = k-1 dan taraf signifikasi %5 maka
kriteria pengujiannya adalah jika )1)(1(22
kxx berarti Ho diterima, dan
dalam hal lainnya Ho ditolak.12
12
Sudjana, Metode Statistika, hlm. 263.
44
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini sifatnya adalah melanjutkan dari analisis pendahuluan. Analisis
ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan.
Langkah-langkah uji hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Menentukan rumusan hipotesisnya yaitu:
H0 : Motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode
konvensional lebih baik dari pada yang diajar menggunakan metode
learning starts with a question di kelas VII semester II pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak
tahun ajaran 2010-2011.
H1 : Motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode learning
starts with a question lebih baik dari pada yang diajar menggunakan
metode konvensional di kelas VII semester II pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran
2010-2011.
b. Menentukan statistik yang digunakan yaitu uji t dua pihak.
c. Menentukan taraf signifikan yaitu α = 5%.
d. Menentukan statistik hitung menggunakan rumus:
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
21
2n
s
n
sr
n
s
n
s
xxt
Keterangan:
1x = rata-rata data kelas eksperimen
2x = rata-rata data kelas kontrol
n1 = banyaknya data kelas eksperimen
n2 = banyaknya data kelas kontrol
s1 = simpangan baku kelas eksperimen
45
s2= simpangan baku kelas kontrol
s12= varians kelas eksperimen
s22= varians kelas kontrol
r = korelasi antara dua sampel13
3. Analisis Lanjut
Analisis ini merupakan analisis pengolahan lebih lanjut dari hasil-hasil yang
diperoleh dengan cara membandingkan harga t hitung dengan t tabel (1% dan 5%)
dengan kemungkinan sebagai berikut:
a. Jika thitung > ttabel, maka h1 yang menyatakan bahwa “Motivasi belajar peserta
didik yang diajar menggunakan metode learning starts with a question lebih
baik dari pada yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas VII
semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad
Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011” diterima
b. Jika thitung < ttabel, maka h1 yang menyatakan bahwa “Motivasi belajar peserta
didik yang diajar menggunakan metode learning starts with a question lebih
baik dari pada yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas VII
semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad
Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011” ditolak.
13
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, hlm. 122.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data tentang efektivitas penggunaan metode learning starts with a question
terhadap motivasi belajar peserta didik, diperoleh dari hasil angket yang diberikan
kepada 36 peserta didik yang duduk di kelas VII A dan VII E di MTs Al- Irsyad
Gajah Demak.
Angket yang diberikan kepada peserta didik terdiri dari 15 pernyataan. Dari
masing-masing butir pernyataan dalam angket tersebut diikuti alternatif jawaban
a, b, c, dan d dengan skor 4, 3, 2, dan 1 untuk pernyataan yang positif, sedangkan
1, 2, 3, dan 4 untuk pernyataan yang negatif yaitu pada pernyataan nomer 2, 3, 11.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil penelitian tersebut dapat dilihat
pada deskripsi sebagai berikut:
1. Data Tentang motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan Metode
Learning Starts With A Question dan yang menggunakan metode konvensional
Tabel 1
Data nilai tentang motivasi belajar yang menggunakan metode LSQ dan
motivasi belajar yang menggunakan metode konvensional
No responden (X) (Y)
1 46 40
2 44 41
3 44 35
4 48 39
5 51 41
6 46 43
7 44 45
8 44 43
9 48 44
10 46 42
11 51 47
12 55 44
13 50 50
14 46 42
15 45 43
47
16 38 42
17 43 37
18 41 35
19 47 49
20 35 40
21 51 43
22 45 39
23 45 38
24 50 43
25 44 43
26 47 40
27 44 46
28 44 43
29 44 41
30 48 45
31 47 43
32 43 43
33 41 39
34 48 45
35 40 44
36 42 37
∑ 1635 1514
Melalui perhitungan SPSS diperoleh harga:
Nx = 36 Ny = 36
Mx = 45,02 My = 42,06
Sx = 3,909 Sy = 3,414
S2
x = 15,279 S2
y = 11,645
a. Kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode
konvensional
M + 1, 5 . SD = 42,06 + 1,5 . 3,414 = 47,181
M + 0, 5 . SD = 42,06 + 0,5 . 3,414 = 43,767
M - 0, 5 . SD = 42,06 - 0,5 . 3,414 = 40,353
M - 1, 5 . SD = 42,06 - 1,5 . 3,414 = 36,939
48
Tabel 2
Tabel kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan
metode konvensional
Interval Kriteria Kesimpulan
47 ke atas Baik sekali
Cukup
44- 46 Baik
40- 43 Cukup
37- 39 Kurang
36 ke bawah Kurang sekali
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kualitas motivasi belajar peserta didik
yang diajar menggunakan metode konvensional yang memiliki mean 42,06
terletak pada interval 40- 43 yang berkategorikan bernilai “cukup”.
b. Kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode
learning starts with a question
Pengukuran kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar
menggunakan metode learning starts with a question dilakukan dengan
mengubah skor mentah kedalam skala lima, yaitu sebagai berikut:
M + 1, 5 . SD = 45,42 + 1,5 . 3,909 = 51,2835
M + 0, 5 . SD = 45,42 + 0,5 . 3,909 = 47,3745
M - 0, 5 . SD = 45,42 - 0,5 . 3,909 = 43,4655
M - 1, 5 . SD = 45,42 - 1,5 . 3,909 = 39,5565
Tabel 3
Tabel kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan
Metode Learning Starts With A Question
Interval Kriteria Kesimpulan
52 ke atas Baik sekali
Cukup
48- 51 Baik
44- 47 Cukup
40- 43 Kurang
39 ke bawah Kurang sekali
49
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kualitas motivasi belajar
peserta didik yang diajar menggunakan metode learning starts with a
question yang memiliki mean 45, 42 terletak pada interval 44- 47 yang
berkategorikan bernilai “cukup”
B. Analisis Efektivitas Penggunaan Metode Belajar Learning Starts with
A Question Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII Semester
II pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs AL-Irsyad
Gajah Demak Tahun Ajaran 2010-2011.
1. Analisis Pendahuluan
a. Uji Normalitas
1) Uji normalitas kelompok kontrol
Diketahui :
N = 36
H = 50 L = 35
K = 1 + 3,3 Log N
= 1 + 3,3 . 1, 556
= 6, 136 / 7
I = K
LH
= 6
3550
= 2,5
Tabel 4
Tabel penolong untuk pengujian normalitas data motivasi belajar yang
menggunakan metode konvensional dengan Chi Kuadrad
Interval f0 fh F0 - fh (f0 - fh)2
h
h
f
ff 2
0 )(
35-37 3 1 2 4 4
38-40 7 4,8 2,2 4,84 1.008
41-43 15 12,2 2,8 7,84 0,643
44-46 8 12,2 -4,2 17.64 1,446
47-49 2 4,8 -2,8 7,84 1,633
50
50-52 1 1 0 0 0
∑ 36 36 0 8,73
Hasil perhitungan diatas menunjukkan harga Chi Kuadrad hitung
(x2) adalah 8,73. Selanjutnya harga ini dibandingkan dengan Chi Kuadrad
tabel dengan dk (derajat kebebasan) 6-1 = 5. Harga Chi Kuadrad tabel 5%
adalah 11,070 dan 1% adalah 15,086. Karena harga Chi Kuadrad hitung
(8,73) lebih kecil dari harga Chi Kuadrad tabel (x2
0,05 = 11,070 / x20,01 =
15,086), maka distribusi data kelompok ekperimen dinyatakan
berdistribusi normal.
2) Uji normalitas kelompok ekperimen
Diketahui :
N = 36
H = 55 L = 35
K = 1 + 3,3 Log N
= 1 + 3,3 . 1, 556
= 6, 136 / 7
I = K
LH
= 6
3555
= 3,3 / 3
Tabel 5
Tabel penolong untuk pengujian normalitas data motivasi belajar yang
menggunakan metode LSQ dengan Chi Kuadrad
Interval f0 fh F0 - fh (f0 - fh)2
h
h
f
ff 2
0 )(
35-38 2 1 1 1 1
39-42 4 4,8 -0,8 0,64 0,133
43-46 17 12,2 4,8 23,04 1,889
47-50 9 12,2 -3,2 10,24 0,839
51-54 3 4,8 -1,8 3,24 0,675
55-58 1 1 0 0 0
∑ 36 36 0 4,536
51
Hasil perhitungan diatas menunjukkan harga Chi Kuadrad hitung
(x2) adalah 4,536. Selanjutnya harga ini dibandingkan dengan Chi Kuadrad
tabel dengan dk (derajat kebebasan) 6-1 = 5. Harga Chi Kuadrad tabel 5%
adalah 11,070 dan 1% adalah 15,086. Karena harga Chi Kuadrad hitung
(4,536) lebih kecil dari harga Chi Kuadrad tabel (x2
0,05 = 11,070 / x2
0,01 =
15,086), maka distribusi data kelompok ekperimen dinyatakan
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas varians populasi dilakukan dengan uji Bartlett,
adapun harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett
Sampel dk 1/dk Si2 Log Si
2 (dk) Log Si
2 dk Si
2
1 35 0,0286 15,280 1,1841 41,4435 534,8
2 35 0,0286 11,655 1,0665 37,3275 407,93
Jumlah 70 0,0572 26,935 2,2506 78,771 942,725
1
1 2
2
i
ii
n
sns
= 70
725,942
= 13,4675
B = (Log S2) ∑ (ni-1)
= Log 13,467 . 70
= 1,1293 . 70 = 79,051
)log)1((10ln 22
ii snB
= 2,3026 . 79,051 – 78,771
= 2,3026 . 0,34
= 0,7829
52
Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrad dengan dk = 1 didapat
x2
0,95 (1) = 3,841. Ternyata bahwa x2
= 0,7829 < 3,841 yang menunjukkan bahwa
kedua sampel mempunyai varians yang homogen.
2. Analisis Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang peneliti ajukan adalah dengan menggunakan
rumus t-tes. Adapun proses hitungannya adalah sebagai berikut:
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
21
2n
s
n
sr
n
s
n
s
xxt
36
414,3
36
909,3411,0.2
36
655,11
36
280,15
06,4242,45
569,06515,0822,036
935,26
36,3
=3047,07482,0
36,3
= 4435,0
36,3
= 6659,0
36,3 = 5,045
3. Analisis lanjut
Analisis ini merupakan analisis pengolahan lebih lanjut dari hasil-hasil yang
diperoleh dengan cara membandingkan harga t hitung dengan t tabel (1% dan 5%)
dengan kemungkinan sebagai berikut:
a. Jika thitung > ttabel, maka h1 yang menyatakan bahwa “Motivasi belajar peserta
didik yang diajar menggunakan metode learning starts with a question lebih
baik dari pada yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas VII
semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad
Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011” diterima
53
b. Jika thitung < ttabel, maka h1 yang menyatakan bahwa “Motivasi belajar peserta
didik yang diajar menggunakan metode learning starts with a question lebih
baik dari pada yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas VII
semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad
Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011”ditolak.
Hasil analisis uji hipotesis diperoleh thitung sebesar 5,045, Harga t tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = n1 + n2 -2 = 36 + 36 -2 =
70. Apabila kita lihat di ttabel pada taraf 5% = 2,00 dan pada taraf 1% = 2,65.
Karena thitung = 5,045 > ttabel (5%) = 2,00 dan ttabel (1%) = 2,65 maka hipotesis yang
menyatakan bahwa “Motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan
metode learning starts with a question lebih baik dari pada yang diajar
menggunakan metode konvensional di kelas VII semester II pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2010-
2011” diterima.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis statistik yang diperoleh dari kelas eksperimen
yaitu yang diajar dengan metode learning starts with a question dan kelas kontrol
yaitu yang diajar dengan metode konvensional menunjukkan bahwa motivasi
kedua kelas itu berbeda secara signifikan yang ditunjukkan dengan hasil thitung
sebesar 5,045 > ttabel (5%) = 2,00 dan ttabel (1%) = 2,65. Hal ini juga menunjukkan
bahwa penggunaan metode learning starts with a question lebih baik dari pada
metode konvensioal, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas eksperimen
sebesar 45,42 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 42,06.
Hasil perhitungan kedua sampel menunjukkan adanya perbedaan rata-rata
maka bisa disimpulkan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen
berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Penggunaan metode learning
starts with a question menjadikan motivasi belajar peserta didik naik, karena
peserta didik akan lebih aktif tidak hanya menerima satu pihak penjelasan dari
pendidik tetapi juga ikut berpartisipasi dalam pembelajaran yang ditunjukkan
dengan pengajuan pertanyaan dari peserta didik. Semakin banyak peserta didik
54
yang mengajukan pertanyaan menunjukkan bahwa semakain besar pula motivasi
belajar mereka. Sedangkan pembelajaran yang masih menggunakan metode
konvensional, peserta didik hanya pasif menerima. Mereka hanya mendengar dan
menyimak apa yang dijelaskan pendidik.
D. Keterbatasan Penelitian
Salah satu keterbatasan utama dari penelitian ini berhubungan dengan
proses penggeneralisasian. Hal ini dikarenakan oleh sampel yang dipilih tidak bisa
secara persis mencerminkan seluruh peserta didik yang ada. Objek penelitian
hanya dipusatkan pada kelas VII. Oleh karena itu hasil penelitian ini tidak bisa
ditafsirkan sebagai pencerminan keefektivitasan motivasi belajar peserta didik
yang diajar dengan metode learning starts with a question dan metode
konvensioal. Ini menandakan bahwa hasil penelitian ini hanya bisa
digeneralisasikan untuk sekolah dimana dilakukan penelitian yaitu MTs AL-
Irsyad Gajah Demak khususnya pada peserta didik kelas VII tahun ajaran 2010-
2011. Keterbatasan penelitian selama proses pembelajaran adalah tidak semua
pertanyaan peserta didik yang diajukan bisa terjawab semua karena keterbatasan
jam pelajaran. Pendidik tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan
peserta didik selama proses pembelajaran, tetapi pendidik bisa menjawabnya
setelah pelajaran usai ataupun ditampung dan dijawab pada pertemuan berikutnya.
Selain itu pengukuran penelitian sebatas penggunaan metode learning starts
with a question dalam pembelajaran SKI saja tidak disertai dengan penggabungan
metode yang lain, sehingga ada kemungkinan apabila menggunakan metode yang
lain bisa juga lebih efektif ataupun sebaliknya.
Demikian beberapa keterbatasan penelitian ini. Diharapkan ada penelitian
selanjutnya yang menggunakan metode learning starts with a question tidak
hanya pada mata pelajaran SKI saja, melainkan diterapkan pada mata pelajaran
yang lain. Hal ini dimaksudkan agar ada tindak lanjut dari penggunaan metode
learning starts with a question dalam memudahkan pemahaman peserta didik
dalam belajar.
55
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil kajian teoritis dan penelitian yang telah penulis lakukan,
selanjutnya disajikan dalam kesimpulan dari hasil penelitian tentang “Efektivitas
Penggunaan Metode Belajar Learning Starts With A Question Terhadap Motivasi
Belajar Peserta Didik Kelas VII Semester II Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di M.Ts. al-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2010-2011”
dapat disimpulkan bahwa:
1. Motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode konvensional
Menurut hasil perhitungan yang telah dibahas pada bab IV menunjukkan
bahwa kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode
konvensional yang memiliki mean 42,06 terletak pada interval 40 - 43 yang
berkategorikan bernilai “cukup”. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari
pendidik dengan baik, tapi ada juga yang gaduh karena merasa bosan hanya
mendengar penjelasan dari pendidik tanpa adanya timbal balik dari peserta didik.
2. Motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode learning starts
with a question
Menurut hasil perhitungan yang telah dibahas pada bab IV menunjukkan
bahwa kualitas motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode
learning starts with a question yang memiliki mean 45, 42 terletak pada interval
44- 47 yang berkategorikan bernilai “cukup”. Selama pembelajaran peserta didik
aktif menanyakan apa yang mereka belum faham. Peserta didik merasa semangat
belajar karena mereka merasa dihargai dengan diberikan kesempatan untuk
bertanya dan mengutarakan pendapat.
3. Motivasi belajar antara yang menggunakan metode konvensional dan yang
menggunakan metode learning starts with a question.
Berdasarkan hasil analisis statistik yang telah dibahas pada bab IV
menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 5,045 > ttabel (5%) = 2,00 dan ttabel (1%) =
2,65. Karena thitung lebih besar dari pada ttabel maka hipotesis yang peneliti ajukan
56
diterima, yaitu motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode
learning starts with a question lebih baik dari pada yang diajar menggunakan
metode konvensional di kelas VII semester II pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad Gajah Demak tahun ajaran 2010-2011.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil penelitian yang diperoleh
selama melaksanakan penelitian di kelas VII A MTs. Al-Irsyad Gajah Demak
semester II peneliti menyajikan saran sebagai berikut:
1. Disarankan bagi para pendidik untuk selalu melakukan perbaikan dan
peningkatan kualitas strategi atau metode pembelajaran. Hal ini dikarenakan
metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang
hasil belajar peserta didik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memilih
dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan
materi pembelajaran, sehingga peserta didik selama proses pembelajaran tidak
akan jenuh dan mudah untuk memahami materi yang diajarkan serta terlibat
aktif dalam pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang bervarisi
juga merupakan salah satu cara yang bisa membantu membangkitkan motivasi
peserta didik.
2. Bagi para peneliti mendatang, disarankan untuk memperhatikan apa yang
menjadi keterbatasan dalam penelitian ini sehingga penelitian yang akan datang
dapat terlaksana secara baik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, Jakarta: Gramedia, 1993.
Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Terj. Mustofa, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.
Ali, K, Sejarah Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006.
At Tasaburi, Imam Abi Husain Muslim bin al- Hijaj Ibnu Muslim al-
Qusyairi, al-Jami’us Shohih, Libanon: Darul Fikh, tt
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Duta Ilmu, 2005.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,
2009.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
--------------------, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi Offset, 2001
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2001.
--------------------, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT: Bumi Aksara, 2007.
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:
RaSAIL Media Group, 2008.
Isjoni, Moh Arif Ismail, Model-Model Pembelajaran Mutakhir, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Johnson, Glaine B., Contextual Teaching and Learning, Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Terj. Ibnu
Setiawan, Bandung: MLC, 2009.
Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, Yogyakarta: Ar- Ruaz
Media, 2009.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2000.
------------------, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:
Kencana, 2009.
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Yogyakarta: TERAS, 2007.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama
Uslam dan Bahasa Arab di Madrasah.
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Penelitian Pengembangan dan
Pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajaran, 2007.
Rahim, Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
2008.
Roqib, Moh., Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: LkiS, 2009.
Sa’ud, Udin Saefudin, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 2011.
Seng, Tan Oon, et. al., Educational Psychology: A Practitioner Researcher
Approach ( An Asian Edition), Singapore: 2003, Seng Lee Press.
Silberman, Melvin L., Active learning: 101 Strategi Pmebelajaran Aktif, Terj
Sarjuli dkk, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007.
Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsiro, 2005.
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006.
---------------, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009
Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Uno, Hamzah B., Teori Motivasi dan Pengukurnnya, Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
‘Uwaidloh, Syaikh Kamil Muhammad Muhammad, Psikologiyatun
Attarbiyah, Libanon: Dar al- Kotob al- Ilmiyah, 1996.
Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Wlodkowski, Raymond J. dan Judith H. Jaynes, Hasrat untuk Belajar, Terj
Nur Setiyo Budi Widarto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta:
Gaung Persada Pers, 2008.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: raja Grafindo Persada,
2007.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:
Remaja RosdaKarya, 2008
Zaini, Hisyam, Stategi Pembelajan Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008.
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986.
Profil M.Ts. Al-Irsyad Gajah Demak
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Irsyad Gajah adalah Lembaga
Pendidikan Islam formal swasta tingkat menengah pertama di bawah pembinaan
Departemen Agama, diselengdarakan oleh Yayasan Al Irsyad Al Mubarok Gajah
Kabupaten Demak. Lembaga Pendidikan Islam yang seatap dengan Madrasah
Diniyah Awaliyah dan Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah ini berdiri pada tanggal
15 Januari 1978, di prakarsai oleh Tokoh Ulama’ dan masyarakat Gajah,
diantaranya:
1. H. Abdul Rohman, Pengusaha
2. H. Soekarno, Pegawai Departemen Agama
3. H. Amir Mahmud, Ulama’
4. H. Abdul Choliq, Pegawai Departemen Agama
5. H. A. Jazeri, Pegawai Pemda Kabupaten Demak
6. H. Abdul Wahid, Pegawai Departemen Agama
7. H. A. Musyafa’, Carik Gajah
Sejak awal berdirinya Madrasah yang saat ini dibawah koordinasi
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Cabang Kabupaten Demak dipimpin oleh Drs.
Abdul Choliq selaku Kepala Madrasah pada tahun 1978-1982 dengan Ketua
Pengurus Madrasah H. Abdul Rohman, dengan dukungan tokoh ulama’ dan
masyarakat yang tingkat religinya kuat sehingga MTs. Al Irsyad Gajah semakin
berkembang lebih maju dari tahun – ketahun.
Adapun secara geografis, MTS Al Irsyad gajah terletak di Jl. Raya Gajah-
Dempet No. 11 Gajah Demak yang tergolong strategis, karena terletak diluar
perkampungan, berdekatan dengan Markas Koramil, BRI Unit Gajah, dan
Mapolsek Gajah. Berada di lintasan jalan Gajah Dempet, dan mudah di jangkau
dari berbagai penjuru desa dan Kecamatan (Karanganyar, Dempet, Wonosalam,
Demak, Mijen) sehingga sangat prospektif jika dikelola secara profesional.
Fasilitas madrasah
Jenis Fasilitas Jumlah Jenis Fasilitas Jumlah
1. Ruang tata usaha
2. Ruang musholla
3. Ruang koperasi
4. Ruang WC
5. Ruang alat olah
raga
6. Ruang keuangan
7. Ruang tamu
8. Komputer
9. Gedung
10. Ruang kelas
11. Ruang ketrampilan
12. Ruang kepala
13. Ruang guru
14. Ruang UKS
15. Ruang BK
16. Ruang laborat
komputer
17. Ruang Multimedia
18. Ruang
perpustakaan
1 ruang
1 ruang
1 ruang
17 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
24 buah
4 unit
8 baik,
7 rusak
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
(tidak
represent
atif)
19. Telepon
20. Faximile
21. Stensil
22. Mesin ketik
23. TV
24. LCD
25. Laptop
26. Foto copy
27. Digital camera
28. Lapangan Olah raga
29. Mebelair
30. Alat peraga
31. Alat kesenian
32. Alat ketrampilan
33. Kantin
1 buah
-
1 buah
1 buah
2 buah
2 buah
2 buah
-
1 buah
1 lokasi
70% rusak
baik
baik
baik
2 ruang
REKAP PESERTA DIDIK
M.Ts. Al- IRSYAD GAJAH TAHUN PELAJARAN 2010/2011
No Kelas Wali Kelas Jumlah
Total L P
1 VII A Azkiyatul Miskiyah, S.Pd 15 21 36
2 VII B Siswoto, S. Pd. I 15 22 37
3 VII C Suciati, S. Si 15 20 35
4 VII D Cahya Purwanti, S. Si 16 21 37
5 VII E Umriyah, S. Pd 17 19 36
Jumlah 78 103 181
1 VIII A Naela Fauzia, S. Pd. I 6 18 24
2 VIII B T. Agung Wahyudi, S. Kom 13 22 35
3 VIII C Muhtadin al- Hafidz 12 23 35
4 VIII D Uswatun Hasanah, S. Ag 12 24 36
5 VIII E Dhina Fitrianingrum, S. Pd 14 21 35
Jumlah 57 108 165
1 IX A A. Faidzur Rohman, S. Pd 3 22 25
2 IX B Nur Hesti Hantari, S. Pd 16 24 40
3 IX C Nur Sholeh, S. Pd. I 16 24 40
4 IX D Siti Chalimah, S. Ag 15 23 38
5 IX E Yeni Rahmatika, S. Pd 16 24 40
Jumlah 66 117 183
Total 201 328 529
Tercatat terakhir, 9 November 2010
STUKTUR ORGANISASI
Ketua Yayasan
Kementerian Agama Komite Sekolah
Wa Ka Kur
Ahm Mustafa, S. Ag
Wa Ka Humas
K.H. Djunaedi, AR
Koord BP/ BK
Hasan Nadlif, BA
KA TU/ Bendahara
Khoiron Katsiro, S. Pd. I
Kepala Madrasah
Nur Fauzi, S, Ag. M. Pd.I
Wa Ka Sar Pras
Kushadi, BA
Wa Ka Kesiswaan
Drs. Madkun
Wali Kelas
VII A: Azkiyatul Miskiyah S. Pd
VII B: Siswoto, S. Pd.I
VII C: Suciati, S. Si
VII D: Cahya Purwanti S. Si
VII E: Umriyah, S. Pd
Pembina BP/ BK
Rahayu Widyastuti, S. Pd. I
Staf TU
Moh Taufik, S. T.
Siti Aisyah, S. Pd. I
Muh Solikin, A. Ma
Wali Kelas
VIII A: Naela Fauziah, S. Pd. I
VIII B: T Agung Wahyudi S. Kom
VIII C: Muhtadin al-Hafidh
VIII D: Uswatun Hasanah, S. Ag
VIII E: Dhina Fitrianingrum, S. Pd
Wali Kelas
IX A: A. Faidzur Rohman S. Pd
IX B: Nur Hesti Hantari, S. Pd
IX C: Nur Sholeh, S. Pd. I
IX D: St. Chalimah, S. Ag
IX E: Yeni Rahmatika, S.Pd
DAFTAR PESERTA DIDIK
KELAS VII A MTs Al-IRSYAD GAJAH DEMAK TAHUN PELAJARAN
2010/2011
No Nama Jenis Kelamin
1 ACHMAD WACHID DUS SALAM L
2 AHMAD ABDUL ROSID L
3 AL QOMARIYAH P
4 ALFA SYIFA' QOTHRUN NADA p
5 ANIK WHARYANTI P
6 APRIYANTI P
7 BAYU ARI PRINGGOLAKSITO L
8 DEVI LUTFIANA P
9 DIAH AYU FITRIYANI P
10 DWI MULYANI P
11 ERINA AYU SHANDA ANGGRAENI P
12 EVI ANGGI SAPUTRI P
13 HIMATUL ALIYAH P
14 IKHA ARI WIDIANI P
15 IKHA MUFLIKHATUN INDAH P
16 INDAH GITA CAHYANI P
17 INTAN AYU PRATIWI P
18 INTAN INDAH SARI P
19 IRWAN MAULANA L
20 KOMARUDIN L
21 M. ALWI SHOLAKHUDIN L
22 MOHAMAD SOBIRIN L
23 MOHAMMAD UMAR ISMAIL L
24 MUHAMMAD AFIF MA'RUF L
25 MUHAMMAD AMIRUL RIZAL L
26 MUHAMMAD FAIS JAMALULLAEL L
27 NAELI FATUL ALFIAH P
28 NURUL YUSA L
29 SITI MIFTAKHUL KHOSIAH P
30 SITI MUFARIKHAH P
31 SITI NURI UMAMI P
32 SRI MUKHOLIFAH P
33 TAHTA PRAMUJA L
34 TITIN DARMAYANTI P
35 UMAR FARUQI L
36 ZEZEN RIZQI ADITAMA L
DAFTAR PESERTA DIDIK
KELAS VII E MTs Al-IRSYAD GAJAH DEMAK TAHUN PELAJARAN
2010/2011
No Nama Jenis Kelamin
1 Akhmad Andrian Kurniasari L
2 Akhmad Irfan Saputra L
3 Ambar Agustina P
4 Anita Fauzia Farohmah P
5 Ari Saputro L
6 Diah Luluk Sa’adah P
7 Dina Maulul Husna P
8 Dyah Isnaeni Sofi’ah P
9 Elyana Kusuma Dewi P
10 Ervan Maulana L
11 Hidayatun Nurul Khikmah P
12 Irfan Mujib L
13 Laelatul Faizah P
14 Lia Afriatun P
15 Lilla Ratna Sari P
16 Lilis Yuliani P
17 M. Nur Faiz L
18 M. Taufikun Najib L
19 Miftakhul Huda L
20 Mohammad Ibnu Hasan L
21 Mohammad Nur Fatah L
22 Mohamat Mukramin L
23 Muhammad Jamal Hamid L
24 Muhammad Rodhi L
25 Novita Arviana P
26 Rian Prabowo L
27 Riza Elfira P
28 Rizqi Fadlia Julianti P
29 Rohmatul Qorib L
30 Shinta Wahyuningrum P
31 Silvi Listyowati P
32 Siti Barokah P
33 Siti Hardiyanti P
34 Sri Susanti P
35 Syarif Hidayatullah L
36 Zizadatur Rohmah P
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
I. IDENTITAS
Nama Sekolah : MTs Al-Irsyad Gajah Demak
Mata Pelajaran : SKI
Kelas/Semester : VII/Genap
Materi Pokok : Dinasti Ummayah
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
Pertemuan Ke :
II. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
1. Standar Kompetensi
1. Memahami perkembangan Islam pada masa bani Ummayyah
2. Kompetensi Dasar
1.1. Menceritakan sejarah berdirinya Daulah Bani Ummayyah
1.2. Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa
Bani Ummayyah
III. INDIKATOR
1.1.1. Menceritakan sejarah berdirinya Bani Ummayyah
1.1.2. Menyebutkan khalifah-khalifah dalam daulah Bani Ummayyah
1.2.1. Menjelaskan perkembangan Islam dalam bidang politik dan pemerintahan
1.2.2. Menjelaskan perkembangan Islam dalam bidang sosial
1.2.3. Menjelaskan perkembangan Islam dalam bidang pendidikan dan tekhnologi
IV. MATERI AJAR
1. Sejarah berdirinya Bani Ummayyah
2. Khalifah-khalifah dalam Bani Ummayyah
3. Perkembangan Islam dalam bidang politik dan pemerintahan
4. Perkembangan Islam dalam bidang sosial
5. Perkembangan Islam dalam bidang pendidikan dan tekhnologi
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah proses pembelajaran peserta didik mampu memahami tentang sejarah
berdirinya Bani Ummayyah, mengenal para khalifahnya, serta mengetahui
perkembangan Islam dalam bidang politik, pemerintahan, social, pendidikan dan
tekhnologi.
VI. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah dan Learning Starts With A Question
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1 Kegiatan Awal
Salam pembuka, presensi, dan doa.
10 Menit
2 Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan tentang materi yang di ajarkan
b. Pilih bahan bacaan yang sesuai kemudian bagikan
kepada peserta didik.
c. Minta peserta didik untuk mempelajari bacaan
sendirian atau dengan teman.
d. Minta peserta didik untuk memberi tanda pada bagian
bacaan yang tidak dipahami
e. Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta peserta
didik untuk menuliskan pertanyaan tentang materi
yang telah mereka baca.
f. Guru menyampaikan pelajaran dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik.
60 Menit
3 Kegiatan Penutup
Guru menyimpulkan materi yang dipelajari, memberikan
evaluasi, tindak lanjut, doa dan salam penutup.
10 Menit
VIII. SUMBER/BAHAN/ALAT BELAJAR
1. LKS SKI kelas VII
2. Buku referensi sesuai mata pelajaran yang diajarkan
IX. PENILAIAN
a. Kognitif (tes tertulis)
No. Item Soal KKM Keterangan
01
02
03
b. Afektif (pengamatan minat dan sikap)
No. Nama Siswa Aspek penilaian Afektif Nilai Keterangan
Respon Disiplin Tuntas
kerja
01
02
03
c. Psikomotorik (unjuk kerja)
No. Nama Siswa Aspek penilaian Psikomotorik Nilai Keterangan
Penguasaan Sistematik Kecakapan
01
02
03
Demak, 28 Februari 2011.
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Drs. Madkun Mastiah
NIP: - NIM: 073111062
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Nur Fauzi, S. Ag., MPd. I
NIP: 196703061998031001
SILABUS
Sekolah : MTs al-Irsyad Gajah
Mata Pelajaran : SKI
Kelas/ Semester : VII/ II
Standar Kompetensi : 5. Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Umaiyah
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan
5.1. Menceritakan
sejarah berdirinya daulah
Amawiyah
Sejarah berdirinya
daulah Amawiyah
Membuat pertanyaan
seputar 5 W (who, when,
where, what, why) dan 1
H(how) tentang sejarah
berdirinya daulah
Amawiyah
Menjelaskan proses
berdirinya daulah
Amawiyah
Penugasan 4 x 40’ 1. Buku SKI
Depag 2. SKI Toha
Putra
3. SKI Tiga
Serangkai 4. Sejarah Hidup
Muhammad
SAW 5. Ensiklopedi
Islam
5.2. Mendiskripsikan perkembangan
kebudayaan/pera
daban Islam pada masa Bani
Umaiyah
Perkembangan
masyarakat Islam
pada masa Bani
Umaiyah
Learning start with a
question tentang prestasi
masyarakat Islam pada
masa Bani Umaiyah
Menjelaskan berbagai
prestasi masyarakat
Islam pada masa Bani
Umaiyah
Penugasan
5.3.Mengidentifikasi tokoh ilmuwan
muslim dan
perannya dalam
kemajuan
kebudayaan/
peradaban
Islam pada
masa Bani
Umaiyah
Ilmuwan muslim
dan perannya dalam
kemajuan
kebudayaan/perada
ban Islam pada
masa Bani
Umaiyah
Studi tokoh ilmuwan
muslim pada masa Bani Umaiyah
Tanya jawab peran tokoh
ilmuwan muslim dalam
kemajuan
kebudayaan/peradaban
Islam pada masa Bani
Umaiyah
Menyebutkan tokoh
ilmuwan muslim pada
masa Bani Umaiyah
Menjelaskan peran
tokoh ilmuwan muslim
dalam kemajuan
kebudayaan/perada
ban Islam pada masa
Bani Umaiyah
Penugasan
Tes tulis
4 x 40’ 1. Buku SKI Depag
2. SKI Toha Putra
3. SKI Tiga
Serangkai
4. Sejarah Hidup
Muhammad
SAW
5. Ensiklopedi
Islam
5.4. Mengambil
ibrah dari perkembangan
Ibrah yang dapat
diambil dari
perkembangan
kebudayaan/pera
Tanya jawab tentang ibrah
dari perkembangan
kebudayaan/peradaban
Islam pada masa Bani
Menjelaskan ibrah dari
perkembangan
kebudayaan/pera
daban Islam pada masa
Tes lisan
4 x 40’ 1. Buku SKI Depag
2. SKI Toha
Putra
kebudayaan/pera
daban Islam pada
masa Bani Umaiyah untuk
masa kini dan
yang akan datang
daban Islam pada
masa Bani
Umaiyah untuk
masa kini dan yang
akan datang
Umaiyah
Berdiskusi tentang
keterkaitan
perkembangan
kebudayaan/pera daban
Islam pada masa Bani
Umaiyah untuk masa kini
dan yang akan datang
Bani Umaiyah
Menunjukkan
keterkaitan
perkembangan
kebudayaan/pera
daban Islam pada masa
Bani Umaiyah untuk
masa kini dan yang
akan datang
Penugasan
3. SKI Tiga
Serangkai
4. Sejarah Hidup Muhammad
SAW
5. Ensiklopedi
Islam
5.5.Meneladani
kesederhanaan
dan keshalehan
Umar bin
Abdul Aziz
Kisah
kesederhanaan dan
keshalehan Umar
bin Abdul Aziz
Membuat skenario drama
tentang kesederhanaan
dan keshalehan Umar bin
Abdul Aziz
Mendemonstrasikan
kesederhanaan dan
keshalehan Umar bin
Abdul Aziz
Menjelaskan
kesederhanaan dan
keshalehan Umar bin
Abdul Aziz ketika
menjadi seorang
khalifah
Menjelaskan
keshalehan Umar bin
Abdul Aziz dalam
beribadah
Mengklasifikasikan
bentuk kesederhanaan
dan keshalehan Umar
bin Abdul Aziz
Tes unjuk
kerja
Tes unjuk
kerja
Tes unjuk
kerja
4 x 40’ 1. Buku SKI
Depag
2. SKI Toha
Putra
3. SKI Tiga
Serangkai
4. Sejarah
Hidup
Muhammad
SAW
5. Ensiklopedi
Islam
Gajah, 15 Juli 2010.
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Nur Fauzi, S.Ag, M. Pd. I Drs. Madkun
NIP. 196703061998031001
ANGKET MOTIVASI BELAJAR
I. Identitas :
Nama :
No Absen:
II. Petunjuk Pengisian
1. Sebelum anda menjawab pertanyaan dibawah ini, terlebih dahulu tulislah
identitas diri anda yang benar
2. Bacalah daftar pertanyaan dibawah ini dengan cermat
3. Jawablah dengan memberi tanda silang pada pilihan yang sesuai dengan
keadaan saudara
4. Setelah angket diisi, mohon angket dikembalikan kepada kami
III. Daftar Pertanyaan
1. Perasaan saya senang saat mengikuti pelajaran SKI
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
2. Saya merasa bosan saat pelajaran SKI berlangsung
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
3. Saya belajar sendiri waktu guru menerangkan materi SKI di depan kelas
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
4. Ketika dirumah saya mempelajari kembali apa yang disampaikan guru di
sekolah
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
5. Jika ada tugas SKI dari guru saya mengerjakan
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
6. Jika saya belum dapat memahami pelajaran yang disampaikan, saya
menanyakan pelajaran pada guru
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
7. Saya masuk kelas sebelum pelajaran dimulai
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
8. Orang tua saya mendorong saya untuk belajar
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
9. Saya membaca buku pelajaran SKI atau buku lain yang berkaitan dengan
pelajaran SKI
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
10. Saya terdorong untuk bertanya saat pelajaran SKI berlangsung
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
11. Kegiatan belajar saya didorong oleh perasaan takut tidak lulus
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
12. Saya merasa senang apabila mendapat prestasi yang baik dan mendapat
penghargaan dari pihak lain
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
13. Dengan diberikan hadiah bagi siswa berprestasi akan dapat menambah
semangat saya untuk belajar
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
14. Pelajaran SKI menarik perhatian saya
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
15. Saya datang tepat waktu dan segera mempersiapkan buku pelajaran saya
a. selalu b.sering c. kadang-kadang d. tidak pernah
Lembar Observasi penggunaan metode learning starts with a question
No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Suasana kelas tenang dan peserta didik
mengkondisikan diri menerima pelajaran
2 Pada saat pelajaran di mulai peserta didik
mendengarkan penjelasan pendidik
3 Perhatian peserta didik terpusat dan aktivitas
pembelajaran peserta didik tampak semangat
4 Peserta didik aktif dalam bertanya
5 Peserta didik yang bertanya sudah bisa
mewakili keseluruhan peserta didik
6 Pertanyaan peserta didik mencakup
keseluruhan materi
7 Pendidik menyampaikan pelajaran dengan
jelas
8 Pendidik menjelaskan pelajaran sesuai
pertanyaan dari siswa
9 Peserta didik memberikan umpan balik
terhadap penjelasan dari pendidik
10 Pendidik memberikan pujian/ hadiah kepada
peserta didik yang mengajukan pertanyaan
Kisi-kisi angket penelitian
No Variabel Penelitian Indikator Nomor
Pertanyaan
1 Motivasi belajar 1. Adanya hasrat dan
keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam
belajar
3. Adanya penghargaan
dalam belajar
4. Adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar
1, 2, 3, 4, 5, 6
7, 8, 9, 10, 11, 12
13, 14, 15, 16
17, 18, 19, 20
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Mastiah
2. Tempat & Tgl. Lahir : Demak, 30 April 1989
3. NIM : 073111062
4. Alamat Rumah : RT 02 /RW 04 Ds. Bango, Kec. Demak,
Kab. Demak
HP : 085325018022
E-mail : Djofankatya@yahoo.co.id
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Bango 02 (1995-2001)
2. MTs Al-Irsyad Gajah Demak (2001-2004)
3. MA Al-Irsyad Gajah Demak (2004-2007)
4. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2007
Semarang, 20 Oktober 2011
Mastiah
NIM : 073111062
Recommended